Pembahasan meliputi:
• Macam dan Tipe Tata Letak Fasilitas Produksi (layout)
• Perencanaan Tata Letak secara Sistematis (Systematic Layout
Planning)
Macam dan Tipe Tata Letak Fasilitas Produksi (layout)
Tata letak pabrik didefinisikan sebagai tata cara
pengaturan fasilitas–fasilitas pabrik guna
menunjang kelancaran proses produksi.
Heizer dan Render (2005) menyatakan bahwa, desain tata letak harus
mempertimbangkan beberapa hal:
a. Utilisasi ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi.
b. Aliran informasi, barang, atau orang yang lebih baik
c. Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih aman
d. Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik.
e. Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang, tata letak tersebut akan
perlu dirubah).
Prinsip perencanaan tata letak fasilitas pabrik:
Berikut ini adalah 7 Prinsip yang wajib dipertimbangkan pada saat merencanakan Tata Letak Fasilitas Pabrik
(Plant Layout).
1. Prinsip Integrasi (Principle of Integration).
Dapat mengintegrasikan manusia, material, mesin dan layanan pendukung lainnya untuk
mendapatkan pemanfaatan yang optimal terhadap sumber daya yang dimilikinya.
2. Prinsip Kedekatan Jarak (Principle of minimum distance),
Terkait dengan perpindahan atau pergerakan manusia dan material. Tata Letak diatur sedekat mungkin
untuk meminimalisasi perjalanan dan pergerakan. Karena jarak yang jauh dapat meningkatkan waktu
kerja yang berarti meningkatkan biaya operasional.
3. Prinsip Pemanfaatan Ruang (Principle of Space Utilisation)
Tata letak yang baik adalah memanfaatkan keseluruhan ruang baik ruang Horizontal maupun ruang
Vertikal. Pemanfaatan optimal bukan saja pada lantai ruangan saja, namun juga meliputi tinggi ruangan
(pemanfaatan tiga dimensi).
4. Prinsip Aliran (Principle of Flow)
Tata letak yang baik adalah Layout yang dapat memperlancar aliran perpindahan material hingga tahap
penyelesaiannya.
5. Prinsip Fleksibilitas Maksimum (Principle of Maximum Flexibility)
Tata Letak yang baik tidak memakan biaya besar dan waktu lama saat terjadi perubahaan. Kebutuhan
masa depan juga dijadikan salah satu pertimbangan dalam melakukan perancangan tata letak fasilitas
pabrik.
6. Prinsip Keselamatan, Keamanan dan Kepuasan (Principle of Safety, Security and Satisfaction)
Tata letak yang baik adalah yang mempertimbangkan keselamatan, keamanan, kenyamanan dan
kepuasan tenaga kerja serta keamanan fasilitas seperti menghindari terjadinya kebakaran dan
kemalingan.
7. Prinsip Penanganan minimum (Principle of minimum handling)
Tata letak yang baik dapat meminimalisasi penanganan material.
Macam dan Type Tata letak Fasilitas Pabrik
Perancanaan fasilitas akan menentukan bagimana aset tetep yang berwujud akan mendukung tercapainya
suatu tujuan kegiatan, untuk perusahaan manufuktur, perencanaan fasilitas melibatkan penentuan bagaimana
fasilitas manufuktur dapat mendukung kegiatan produksi. Sehingga tata letak model ini sering disebut juga
flow-line layout.
Secara umum tata letak fasilitas pabrik dapat diklasifikasikan 3 tiga macam yaitu:
a. Tata letak berdasarkan aliran produk (product layout)
b. Tata letak berdasarkan aliran proses (process layout)
c. Tata letak berdasarkan posisi (fixed position layout)
Dengan layout berdasarkan aliran produk maka mesin dan fasilitas lainnya diatur menurut prinsip “machine
after machine” apapun mesin yang digunakan.
Tipe aliran produk yang biasa diaplikasikan:
- Straight line digunakan pada proses produksi yang
pendek dan sederhana.
- S - shaped (zig zag) biasa digunakan jika proses
produksi lebih panjang daripada luas pabrik. Untuk
mengatasi keterbasatan area.
- U – shaped digunakan bila menginginkan akhir dan
awal proses pada lokasi yang sama. Untuk meminimaasi
material handling dan pengawasan mudah.
- O – shaped (circular) digunakan jika bagian penerimaan
dan pengiriman berada pada lokasi yang sama.
- Odd-angle digunakan jika bagian penerimaan dan
pengiriman berada pada lokasi yang sama.
Dasar Utama Tata Letak Aliran Produk
Beberapa pertimbangan dalam sebagai dasar utama tata letak aliran produk:
- Hanya ada satu atau beberapa produk yang dibuat.
- Produk dibuat dalam volume besar dalam jangka relatif lama.
- Ada kemungkinan melakukan motion and time study guna menentukan laju produksi
per satuan waktu.
- Adanya keseimbangan (line balancing) anatar operator dan peralatan produksi.
- Memerlukan aktivitas inspeksi yang sedikit.
- Satu mesin untuk satu macam operasi kerja
- Aktivitas perpindahan material secara mekanik, dengan conveyor.
- Mesin produksi yang digunakan dipilih tipe yang special purpose machine.
Kelebihan dan kekurangan Tata Letak Aliran Produk
B. Tata letak berdasarkan aliran proses (process layout).
Merupakan metode pengaturan dan penempatan segala mesin dan peralatan produksi yang memiliki tipe/
jenis yang sama ke dalam satu bagian/departemen. Jadi mesin dikelompokan sesuai dengan kesamaan
proses atau fungsi kerjanya. Sehingga model tata letak ini sering disebut juga functional layout.
Tata letak berdasarkan aliran proses umumnya diaplikasikan untuk industri yang bekerja dengan
jumlah/volume produksi yang relatif kecil dan terutama sekali untuk jenis produk–produk yang tidak standar.
Tata letak tipe aliran proses ini akan jauh lebih fleksibel bilamana dibandingkan dengan tata letak tipe aliran
produk
Contoh:
- bengkel-bengkel,
- rumah sakit,
- universitas atau
- Perkantoran
- Pabrik furniture
antik
Kelebihan dan kekurangan Tata Letak Aliran Proses
Dasar Utama Tata Letak Aliran Proses
Beberapa pertimbangan dalam sebagai dasar utama tata letak aliran proses:
- Produk yang dibuat terdiri dari berbagai macam model/tipe dengan volume yang dalam
jumlah kecil dan jangka waktu yang relative singkat.
- Aktivitas motion and time study untuk menentukan metoda dan waktu standar sulit
dilakukan karena kegiatan berubah-ubah.
- Sulit mengatur keseimbangan kerja (line balancing) Antara kegiatan manusia dan mesin.
- Memerlukan pengawasan yang ketat selama langkah-langkah berlangsung.
- Satu tipe mesin mampu melakukan berbagai macam fungsi / operasi kerja. Dipilih mesin
dengan tipe general purpose machine.
- Banyak menggunakan peralatan berat khususnya untuk material handling dan memerlukan
perawatan khusus.
Agar plant layout analysis bisa bekerja secara efektif maka ia harus bisa
mengumpulkan data informasi yang berkaitan dengan aktivitas pabrik, proses
dan penjadwalan kerja.
Data yang berkaitan dengan desain produk sangat penting dan akan berpengaruh
terhadap layout yang akan dibuat
- Data Rancangan Produk prototype, gambar kerja, parts lists, bill of materials
- Data Rancangan Proses assembly charts, route sheet, operation / flow
process, jenis mesin-mesin
- Data Rancangan Jadwal Produksi leadtime, start-end schedule, jumlah
tenaga kerja, job description, jumlah mesin, jumlah material, handling material
Merupakan analisis pengukuran kuantitatif untuk setiap gerakan perpindahan matrial di antara
departemen-departemen atau aktivitas-aktivitas operasional.
Pola aliran ini menggambarkan raw material masuk sampai menjadi produk jadi. Dimana
alternative prosesnya di antaranya Straight line, U-shaped, L-shaped, O-shaped, Odd
angle, S-shaped.
Langkah analisa aliran material ini
diawali dengan penggambaran aliran material
yang bergerak dari satu tahapan proses ke
proses berikutnya.
Disebut juga Travel Chart atau Trip Chart menunjukkan sejumlah “aktivitas perjalanan” dari satu lokasi
kerja ke lokasi kerja yang lain.
Dimana analisa didasarkan pada bobot / volume material yang harus dipindahkan dan jarak
perpindahan yang ditempuh.
Secara prinsip analisa ini mencari total material handling yang minimal dengan cara:
- Material dengan bobot/volume besar dipindahkan dalam jarak pendek.
- Menghindari adanya aliran balik (back tracking) karena menyebabkan aktivitas dilakukan dua kali atau
lebih.
Analisis hubungan aktivitas diperlukan untuk menentukan derajat kedekatan hubungan antar
departemen dipandang dari dua aspek yaitu kualitatif dan kuantitatif.
- Aspek kualitatif lebih dominan dalam menganalisis derajat hubungan aktivitas dan biasanya
ditunjukkan oleh peta hubungan aktivitas (ARC). Atau sering disebut Relation Chart (REL-
chart).
- Aspek kuantitatif lebih dominan pada analisis aliran material.
Untuk membantu menentukan aktivitas yang harus diletakkan pada suatu departemen, telah
ditetapkan suatu pengelompokan derajat hubungan, yang diikuti dengan tanda bagi setiap derajat
tersebut. Menurut Richard Muther berbagai hubungan tersebut antara lain:
A = Mutlak perlu aktivitas-aktivitas tersebut didekatkan (absolutely necessary).
E = Sangat penting aktivitas-aktivitas tersebut berdekatan (especially important).
I = Penting bahwa aktivitas- aktivitas berdekatan (important).
O = Biasanya (kedekatannya), dimana saja tidak ada masalah (ordinary closeness OK).
U = Tidak perlu adanya keterkaitan geografis apapun (un-important).
X = Tidak diinginkan aktivitas-aktivitas tersebut berdekatan (un-desirable)
Langkah ini pada dasarnya merangkum Langkah 1 dan Langkah 2 dimana posisi mesin (atau
kelompok fasilitas kerja/departemen) akan diatur letaknya dan dihubungkan dengan garis (string)
sesuai dengan jarak perpindahan materialnya.
Peta ativitas yang telah dibuat kemudian digunakan sebagai dasar pembuatan activity relationship
diagram (ARD) yaitu untuk menentukan letak masing-masing aktivitas/ depatement.
Pada dasarnya diagram tersebut menjelaskan mengenai hubungan pola aliran material dan lokasi dari
masing – masing setasiun kerja.
Ada dua cara yang bisa digunakan dalam pembuatan diagram sebagai landasan penyusunan untuk
perencanaan tata fasilitas, yaitu :
1. Dengan membuat suatu Activity Template Block Diagram ( ATBD ).
2. Dengan menggunakan kombinasi – kombinasi garis dan pemakaian kode warna yang telah
distandarkan untuk setiap hubungan aktivitas yang ada.
Contoh-contoh String Diagram
Dari Contoh 2 di atas, ARD untuk kasus tersebut adalah sebagai berikut:
Langkah 4 : Kebutuhan Luas Area (Area Allocation Diagram)
Langkah ini disebut juga langkah “penyesuaian”. Penyesuaian dilakukan dengan memperhatikan luas
area yang diperlukan. Disebut juga space relationship diagram.
Dari contoh di atas ditentukan kebutuhan luas area (AAD) fasilitasnya sebagai berikut:
Dalam penerapan layout yang didesain harus disesuaikan dengan luas bangunan pabrik yang tersedia.
Demikian juga jika ada kasus biaya serba terbatas. Dalam langkah ini dipertimbangan kebutuhan luas
area tiap aktivitas dan luas area yang tersedia secara seksama.
Langkah Penelitian (Search)
Langkah ini terdiri atas Langkah 6, Langkah 7, Langkah 8 dan Langkah 9 merupakan langkah
pembuatan Space Realtionship Diagram.
Dimana