Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH LEVEL PUPUK CAIR

DAUN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP KANDUNGAN


NUTRISI RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) PADA
TANAH BEKAS TAMBANG MANGAN

THE EFFECT OF LEVEL MORINGA’S (Moringa oleifera)


LIQUID ORGANIC FERTILIZER ON THE NUTRITION CONTENT OF
MINI ELEPHANT GRASS (Pennisetum purpureum cv. Mott)
IN Ex-MANGANESE MINING SOIL

Oleh
Haardiningsih Muhhidin, Edi Djoko Sulistijo, Herayanti P. Nastiti
Fakultas Peternakan Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana,
Jln. Adisucipto Penfui, Kupang 85001
Email: muhiddinningsih@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk cair daun kelor
(Moringa oleifera) terhadap kandungan nutrisi rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv.
Mott) pada tanah bekas tambang mangan. Penelitian dilakukan di RT. 04, RW. 01, Desa Penfui
Timur, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. Penelitian berlangsung selama 4 bulan
(Oktober 2020 sampai Januari 2021). Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan yaitu K0: tanpa perlakuan (kontrol),
K1: 100 ml pupuk cair daun kelor (Moringa oleifera), K2: 200 ml pupuk cair daun kelor
(Moringa oleifera), K3: 300 ml pupuk cair daun kelor (Moringa oleifera). Variabel yang diukur
adalah kandungan protein kasar (PK), serat kasar (SK), lemak kasar (LK) dan mineral kalsium
(Ca). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA). Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan
protein kasar (PK), lemak kasar (LK), mineral kalsium (Ca) tetapi berpengaruh tidak nyata
(P>0,05) terhadap serat kasar. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa antar perlakuan K0:K3
dan K1:K2; K1:K3 berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap protein kasar dan mineral
kalsium (Ca) dan K0:K1, K2; K1:K2, K3; K2;K3; K0;K1, K2, K3 berbeda nyata (P<0,05)
terhadap protein kasar lemak kasar dan mineral kalsium (Ca). Sedangkan K1:K2:K3 berbeda
tidak nyata (P>0,05) terhadap kandungan lemak kasar. Disimpulkan bahwa semakin tinggi level
pupuk cair daun kelor (Moringa oleifera) maka kandungan nutrisi rumput gajah mini
(Pennisetum purpureum cv.Mott) semakin tinggi. Kandungan nutrisi rumput gajah mini tertinggi
dicapai pada level 300 ml dengan rataan kandungan protein kasar (10,15%), serat kasar
(42,93%), lemak kasar (1,15%) dan mineral kalsium (0,61%).

Kata Kunci: Rumput Gajah Mini, Pupuk Cair, Kelor, Tanah Bekas Tambang Mangan,
Kandungan Nutrisi

ABSTRACT
The purpose of the research are to know the effect of application level moringa’s (Moringa
oleifera) liquid organic fertilizer on the nutrition content of mini elephant grass (Pennisetum
purpureum cv.Mott) in ex-manganese mining soil. This research has been conducted at RT. 04
RW. 01, Penfui Timur Village, Kupang Tengah Sub-district, Kupang Regency. Carried out for 4
months (October 2020 to January 2021). This reseach used completely randomized design with 4
treatments and 4 repetition, K0: without treatments (control), K2:100 ml of Moringa’s (Moringa
oleifera) liquid fertilizer, K3: 200 ml of Moringa’s (Moringa oleifera) liquid fertilizer,
K4:300 ml Moringa’s (Moringa oleifera) liquid fertilizer. Crude protein, crude fiber, extract

1
ether, and mineral calsium were observed as variabels. The data were analized by analysis of
variance. The result showed that the treatments have significant effect (P<0,05) on the content
of crude protein, extract ether, mineral calsium but not significant (P>0,05) on the crude fiber.
Duncan's test showed K0:K3 and K1:K2; K1:K3 was significantly different (P<0.01) against
crude protein and calcium minerals (Ca) and K0:K1, K2; K1:K2, K3; K2:K3; K0:K1, K2, K3
significant difference (P<0.05) to crude protein, extract ether and mineral calcium (Ca).
Meanwhile, K1;K2;K3 not significant difference (P>0.05) on the extract ether. The conclusion
is more level of Moringa’s (Moringa oleifera) liquid fertilizer higher up the nutrition of mini
elephant grass (Pennisetum purpureum cv.Mott). The highest nutrition of mini elephant grass
(Pennisetum purpureum cv.Mott) reached in level 300 ml which is crude protein (10.15%), crude
fiber (42.93%), extract ether (1.15%), and mineral calsium (0.61%).

Key Words: Mini Elephant Grass, Liquid Fertilizer, Moringa, Mining Ex-Manganese Soil,
Nutrition Value

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat
potensial. Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan pusat pengembangan mangan di Indonesia
yang tersebar di berbagai daerah antara lain Belu, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan
dan Manggarai Barat. Kegiatan penambangan dapat mengurangi fungsi dari padang
penggembalaan dan berdampak pada penurunan produksi hijauan pakan ternak. kegiatan
tambang memiliki peran negatif yakni dapat merusak lingkungan yaitu menyebabkan terjadinya
pemadatan tanah, penurunan unsur hara, toksisitas dan kemasaman lahan.
Salah satu Desa yang menjadi pusat tambang mangan yakni Desa Noebesa, Kecamatan
Amanuban Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan. PT. Soe Makmur Resource (SMR)
mendapatkan izin untuk melakukan tambang yang berlangsung selama 4 tahun sejak tahun 2009
hingga tahun 2012. Sejak berakhirnya kegiatan lahan dibiarkan saja tanpa dikelola lagi,
sedangkan sebelum menjadi tempat penambangan tempat ini adalah padang penggembalaan
dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak. Untuk mengembalikan
fungsi lahan tersebut sebagai sumber pakan maka perlu direstorasi. Strategi umum untuk
melakukan pemulihan lahan adalah dengan cara melakukan perbaikan kualitas tanah melalui
pemberian pupuk organik.
Ketersediaan hijauan makanan ternak yang berkualitas sangat menentukan produktivitas
dan perkembangan ternak ruminansia. Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)
merupakan salah satu varietas  rumput gajah (Pennisetum purpureum), sering dikenal dengan
sebutan Dwarf Elephant Grass atau Mott Elephant Grass di luar negeri, tanaman ini mampu
tumbuh pada saat musim kemarau dengan tanah yang tingkat kesuburannya rendah. Rumput
jenis ini pertama kali ditemukan oleh Dr. W. Hanna di Georgia, USA kemudian dikembangkan
lebih lanjut oleh Dr. Mott dan koleganya di Florida, USA. Di Indonesia sendiri, cikal bakal
rumput ini dikembangkan pada tahun 2007 oleh tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Kanada
yang kemudian dikembangkan di Indonesia. Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv.
2
Mott) memiliki jumlah nutrisi yang cukup tinggi dibanding rumput gajah, yang ditunjukan
dengan jumlah protein kasar yang ada dalam daun mencapai 12-14% bahkan ada yang mencapai
angka 17%, dan kecernaannya mencapai 65-70%. Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum
cv. Mott) mempunyai produksi bahan kering 40-63 ton/ha/tahun, rata-rata kandungan gizi yaitu
PK 9,66% BETN 41,34%, SK 30,86% Lemak 2,224%, Abu 15,96% dan TDN 51% (Wijaya,
2018). Jenis rumput ini juga menghasilkan rumpun anakan yang banyak, batang yang tidak keras
dan struktur daun yang muda, serta memiliki tingkat palatabilitas yang tinggi bagi ternak
ruminansia.
Tanaman pakan sebagai sumber hijauan membutuhkan nutrisi untuk tumbuh dan
berkembang dari tanah tempat tumbuhnya. Keberhasilan pertumbuhan tanaman membutuhkan
dukungan lingkungan fisik, tanah dan iklim yang ideal. Oleh karena itu salah satu cara untuk
mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan hijauan yang baik adalah dengan melakukan
pemupukan. pupuk merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah baik dalam bentuk padat
dan dalam bentuk cair untuk menyediakan unsur-unsur essensial bagi pertumbuhan tanaman.
Pupuk cair terbuat dari campuran bahan organik yang mengandung unsur pendukung
pertumbuhan tanaman. Daun kelor merupakan salah satu bahan yang dipakai sebagai pupuk cair.
Menurut Krisnadi (2012) ekstrak daun kelor mengandung hormon yang dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman yaitu hormone cytokinine. Menurut hasil penelitian Foidl dkk. (2001)
pupuk cair berbahan daun kelor dapat meningkatkan hasil dari kacang tanah, kedelai, dan jagung
sebesar 20-35% lebih besar dari pada hasil panen tanaman tanpa diberi pupuk cair daun kelor.
Pemberian pupuk cair daun kelor yang ditanam di tanah bekas tambang mangan belum banyak
diketahui manfaatnya termasuk diantaranya terhadap nilai nutrisi.
Berdasarkan uraian masalah di atas maka telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk
mengetahui “Pengaruh Level Pupuk Cair Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Kandungan
Nutrisi Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) Pada Tanah Bekas Tambang
Mangan”
MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini telah dilakukan di RT. 04 RW. 01, Desa Penfui Timur, Kecamatan
Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan
(Oktober 2020 – Januari 2021).

Materi Penelitian
Bibit rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott), tanah bekas tambang mangan
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Desa Noebesa, Kecamatan Amanuban
Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan, pupuk organik cair daun kelor (Moringa oleifera),
3
polybag, bahan-bahan kimia untuk analisis protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan mineral
kalsium, waring, sekop, cangkul, linggis, air, ember, timbangan, karung, plastik, gunting,
meteran, gayung, kamera, sprayer, gelas, alat tulis menulis, seperangkat alat laboratorium untuk
analisis protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan mineral kalsium.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen dengan menggunakan
RAL yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan, sehingga diperoleh 16 unit percobaan.
Perlakuan pemberian pupuk cair pada tanaman rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv.
Mott) yang ditanam pada tanah bekas tambang mangan adalah sebagai berikut :
K0 : Tanpa pupuk cair daun kelor ( Moringa oleifera ) ( kontrol )
K1 : 100 ml pupuk cair daun kelor ( Moringa oleifera )
K2 : 200 ml pupuk cair daun kelor ( Moringa oleifera )
K3 : 300 ml pupuk cair daun kelor ( Moringa oleifera )

Prosedur Penelitian
Penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan
penanaman rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) dan tahap analisis protein kasar
(PK), serat kasar (SK), lemak kasar (LK) dan mineral (Ca).
1. Penanaman Rumput Gajah Mini
Pelaksanaan penanaman rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) adalah

siapkan 16 polybag ukuran 50 x 40 cm, 16 stek rumput gajah mini, tanah bekas tambang

mangan, pupuk kandang. Campurkan tanah bekas tambang mangan sebanyak 10 kg dan

feses sapi 2 kg secara merata dan masukkan ke dalam setiap polybag, kemudian rumput

gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) ditanam pada setiap polybag yang berisi

tanah bekas tambang mangan dan feses sapi.

2. Trimming
Trimming dilakukan setelah stek rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)
tumbuh dengan baik (3 minggu setelah penanaman). Tujuan trimming untuk
menyeragamkan tinggi tanaman, dengan tinggi pemotongan 15 cm dari atas permukaan
tanah dalam polybag.
3. Penempatan Perlakuan Pupuk Organik Cair
Penempatan perlakuan pemberian pupuk cair daun kelor (Moringa oleifera) pada polybag
dilakukan secara acak dengan cara diundi menggunakan kertas.

4
4. Pemberian Pupuk Organik Cair
Pemberian pupuk cair daun kelor (Moringa oleifera) dilakukan sesuai dosis perlakuan pada
1 minggu setelah trimming. Pemupukan dilakukan dengan cara disemprot pada bagian
daun rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) pada setiap unit percobaan.
5. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan 1 liter air setiap pagi hari jam 06.00 dan 1 liter air setiap
sore hari 17.00, kecuali pada saat hujan tidak dilakukan penyiraman untuk menghindari
pembusukkan akar.
6. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan tanaman pengganggu (gulma) di area
sekitar tanaman dan di sekitar polybag menggunakan tangan.
7. Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada hari ke-56.
8. Setelah rumput dikering udarakan kemudian ditimbang dan dihaluskan, selanjutnya
diambil sampel kemudian dibawa ke Laboratorium untuk dilakukan analisis.

Variabel Penelitian
Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah:
1. Kandungan Protein Kasar
Kandungan protein kasar dapat diperoleh melalui analisis proksimat dengan metode
Kjeldahl AOAC (2001) dengan menggunakan rumus:
ml HCL(sampel−blanko)
Protein Kasar = % N x HCL x 14,008 x 100%
berat sampel ( g ) x 1000
% Protein kasar = % N x 6,25
2. Kandungan Serat Kasar
Penentuan kandungan serat kasar dengan metode perebusan asam basa dengan prosedur
kerja Weende (1856) dalam Tillman dkk. (1998) dapat dihitung menggunakan rumus :
( SFoven−F )
SK = × 100 %
S (%BK )
3. Kandungan Lemak Kasar
Penentuan kandungan lemak kasar menurut Foss Analytical A.B, (2006) dapat dihitung
menggunakan rumus.
Y −Z
% LK = ×100
X
4. Kandungan Mineral Kalsium (Ca)
Kandungan mineral kalsium (Ca) dapat dihitung menggunakan metode
Sesangka dkk. (1998) dengan menggunakan rumus:
5
( x− y ) × N EDTA × Faktor Pengencer
Ca × ×100 %
Berat Sampel ×100
Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA) dilanjutkan
dengan uji DUNCAN sesuai petunjuk Steel dan Torrie (1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Secara astronomis Kabupaten Kupang terletak antara 9 019’-100 57’ Lintang Selatan dan
121030’-124 011’ Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografis Kabupaten Kupang memiliki batas-
batas : Utara dengan laut Sawu dan selat Ombai, Barat dengan Kota Kupang, Kabupaten Rote
Ndao, Kabupaten Sabu Raijua dan laut Sawu, Selatan dengan Samudera Hindia dan Timur
dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Distrik Oecusi Negara Timor Leste. Luas wilayah
Kabupaten Kupang adalah 5.298,13 km2, sedangkan secara administrasi Kabupaten Kupang
terdiri dari 24 Kecamatan dan 160 Desa dan 17 Kelurahan (BPS, 2019).

Kondisi Iklim Lokasi Penelitian


Iklim merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan hijauan
pakan selain faktor tanah dan tanaman. Faktor-faktor iklim yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman adalah intensitas cahaya, curah hujan dan suhu, terutama pada daerah
lahan kering. Rataan suhu lingkungan, lama penyinaran matahari, curah hujan dan hari hujan di
lokasi penelitian tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Suhu Udara Lama Penyinaran Matahari dan Kondisi Hujan di Lokasi
Penelitian (Oktober – Desember 2020)
Bulan Suhu Lingkungan Lama Penyinaran Curah hujan Hari
( C)
o
Matahari (100 %) (mm) Hujan
Oktober 28,8 85 41 0
November 29,5 86 61 3
Desember 27,8 50 288 12
Rataan 28,7 73,6 130 -
Sumber: Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kupang, Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa suhu udara dengan kisaran 27,8-28,5o C dengan l ama
penyinaran matahari paling rendah serta curah hujan dan hari hujan paling tinggi terjadi pada
bulan Desember.
Kondisi iklim memiliki dampak yang cukup besar terhadap kualitas dan kuantitas pakan
hijauan. Menurut Heddy (1987) cahaya matahari bisa menimbulkan respons fisiologis terutama
dalam aktivitas fotosintesis maupun respon morfologis seperti berubahnya ukuran daun dan
tinggi tanaman dan sebagian besar rumput tropis akan mengalami penurunan produksi apabila
6
terjadi penurunan intensitas cahaya matahari. Lama penyinaran matahari berhubungan erat
dengan suhu lingkungan apabila persentase penyinaran matahari tinggi dalam sehari maka suhu
lingkungan juga akan meningkat dan sebaliknya. Mannetje dan Jones (1992) menyatakan suhu
yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman rumput jenis gajah antara 25-40 °C. Oleh
karenanya diharap rumput yang ditanam sebagai objek penelitian dapat tumbuh dengan baik.
Pada Tabel 1 tampak pula bahwa selama penelitian tidak ada hujan pada bulan Oktober dan
terjadinya hujan di akhir November sampai dengan Desember. Curah hujan sangat pengaruh
pada produksi dan komposisi nilai nutrisi dari hijauan. Oleh karenanya untuk menjamin
produktivitas rumput dalam penelitian ini maka dilakukan aktivitas penyiraman untuk menjaga
kelembaban tanah.

Karakteristik Tanah Bekas Tambang Mangan


Tanah merupakan salah satu komponen lahan yang mempunyai peranan penting terhadap
pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman, karena tanah selain berfungsi sebagai media
tumbuh tanaman, menahan dan menyediakan air bagi tanaman juga berperan dalam
menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Data rataan hasil analisis tanah bekas tambang mangan dan pupuk cair daun kelor (Moringa
oleifera) tertera pada Tabel 2, sedangkan kriteria standar kandungan N, P dan K tanah menurut
PPT Bogor (1983) tertera pada Tabel 3.
Tabel 2. Kandungan N, P, K, Ca, pH, Mn dan tekstur tanah bekas tambang mangan dan POC

Kode K Ca Mn Kelas
No. N (%) P (ppm) pH
Sampel (ppm) tekstur
mg/100g
1. Tanah 0,20 9,65 0,51 23,55 8,47 285,15 Pasir
POC Daun
2. 4,70 0,41 0,48 0,53 6,79 - -
Kelor
Sumber: Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Undana, 2020

Tabel 3. Kriteria Standar Kandungan N, P, K dan Ca Tanah


Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Kandungan N (%) <0,10 0,10-0,20 0,21- 0,51-0,75 >0,70
0,50
Kandungan P (ppm) <5 5-10 11-15 16-20 >20
Kandungan K (mg/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60
Kandungan Ca (mg/100g) <2,0 2.0-5,0 6,0-10 11-20 <20
Sumber: Pusat Penelitian Tanah Bogor, Tahun 1983

Berdasarkan kriteria tanah yang dilaporkan PPT Bogor (1983), tampak bahwa unsur hara
N tanah penelitian 0,20%, unsur P tanah (9,65 ppm), dan unsur K tanah sebesar (0,51 mg/100g)
termasuk dalam kategori rendah. Unsur Ca dalam tanah termasuk dalam kategori sangat tinggi
(>20 mg/100g). Menurut Gatot dan Yulizon (2005) tanaman memerlukan unsur Ca dalam tanah
7
sebesar 0,5 mg/100g setara dengan 5000 ppm dan tanaman menggunakan Ca untuk membangun
dinding sel. Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukan sifat pH tanah 8,47. Menurut
Foth (1943) yang diterjemahkan Purbayanti, dkk (1995) bahwa pH 7,5 - 8.0 merupakan angka
yang menunjukan basa rendah hingga basa sedang. Menurut Nastiti (1984) dalam Masu (2019)
bahwa toleransi rumput terhadap pH tanah berkisar antara 4,5-8, rumput dapat tumbuh dan
berkembang pada tanah yang sangat masam hingga pada basa sedang.
Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukan kandungan mangan dalam tanah
sebesar 285,15 ppm. Menurut Lindsay (1979), biasanya tanah mengandung Mn sebesar
20 – 3000 ppm. Tanah akan mengalami defisiensi atau kekurangan Mn jika di bawah 20 ppm,
dan akan mengalami keracunan jika lebih dari 3000 ppm.
Unsur hara N pada POC sebesar 4,70% tergolong tinggi, unsur P POC sebesar 0,41 ppm
tergolong sangat rendah (<4,4 ppm), unsur K POC sebesar 0,48 mg/100g termasuk dalam
kategori rendah (<5 mg/100g), unsur Ca POC 0,53 mg/100g temasuk kategori rendah, dan pH
pada POC 6,79 tergolong netral. Berdasarkan kandungan unsur hara tanah penelitian aplikasi
POC diharapkan dapat memperbaiki N tanah selanjutnya dapat memberi respon baik terhadap
pertumbuhan dan kandungan nutrisi hijauan. Menurut Jamilah dkk. (2015) aplikasi POC sebagai
pupuk daun selain dapat meningkatkan hasil tanaman padi sawah, juga dapat mengurangi
penggunaan pupuk buatan hingga 25%.

Pengaruh Level Pupuk Cair Daun Kelor Terhadap Kandungan Nutrisi Rumput Gajah
Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)
Tabel 4. Rataan Kandungan Nutrisi (% ) Protein Kasar (PK), Lemak Kasar (LK), Serat Kasar
(SK) dan Mineral (Ca) Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott).

Perlakuan
Parameter
K0 K1 K2 K3 Sig
Protein Kasar 8,95±0,22a 9,50±0,97ab 9,66±0,13ab 10,15±0,40b 0,054
Serat Kasar 42,72±0,18a 42,56±0,18a 42,87±0,21a 42,93±0,07a 0,358
Lemak Kasar 1,03±0,04 a
1,11±0,04 b
1,15±0,02 b
1,15±0,02b 0,001
Mineral (Ca) 0,59±0,01 ab
0,58±0,02 a
0,60±0,01 bc
0,61±0,00 c
0,004
Keterangan : Nilai rataan dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukan
berbeda nyata (P˂0,05).

Kandungan Protein Kasar Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)
Berdasarkan Tabel 4 tampak bahwa rataan kandungan protein kasar tertinggi terdapat
pada perlakuan K3 (10,15%) diikuti dengan perlakuan K2 (9,66%), K1 (9,50%) dan terendah
terdapat pada perlakuan K0 (8,95%), dengan rata-rata kandungan PK pada rumput gajah mini
9,56%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan POC daun kelor (Moringa oleifera)
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan protein kasar rumput gajah mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott). Pupuk organik cair memiliki kandungan N tinggi sehingga dapat

8
meningkatkan kandungan N media tanam seiring dengan level penambahan pupuk. Selanjutnya
peningkatan kandungan N tanah dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman yang diikuti dengan
peningkatan PK. Pendapat ini diperjelas oleh Crespo dan Odurado (1986) bahwa efesiensi
konversi N meningkat seiring meningkatnya taraf N dan menyebabkan kandungan protein kasar
meningkat pula.
Hasil penelitian ini lebih rendah dari hasil yang dilaporkan oleh Siti Hardianti (2015)
bahwa pemberian pupuk nitrogen terhadap kandungan protein kasar rumput gajah (Pennisetum
purpureum) mencapai 11,05%. Hal ini diduga disebabkan jenis pupuk yang digunakan berbeda
pada penelitian yang dilakukan Siti Hardianti (2015) menggunakan pupuk anorganik sedangkan
pada penelitian ini menggunakan pupuk organik.Tanaman lebih cepat menyerap pupuk
anorganik dan kadar unsur hara pupuk anorganik lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk
organik. Menurut Hayati dan Nurfandi (2011) pupuk organik dapat memperbaiki sifat-sifat fisik
tanah terutama tekstur daya mengikat air, akan tetapi tidak dapat memberikan unsur hara yang
cukup bagi tanaman dibandingkan pupuk anorganik yang unsur haranya diketahui secara jelas.
Hal ini juga diduga karena ketersediaan unsur hara N pada setiap level dosis pupuk organik cair
masih kurang sehingga tidak terpenuhi secara optimal.
Hasil uji Duncan menunjukkan perlakuan K0:K3 berbeda sangat nyata (P<0,01) sedangkan
perlakuan K0:K1:K2 dan K1: K2, K2:K3 berbeda nyata (P<0,05). Semakin tinggi level POC
daun kelor dapat meningkatkan kandungan protein kasar pada rumput gajah mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott). Hal tersebut diduga karena kandungan unsur N pada POC daun kelor
tergolong tinggi yaitu 4,70 % (Tabel 2) sehingga semakin tinggi level POC daun kelor,
persentase kandungan protein kasar juga semakin meningkat. Hal ini sesuai pendapat
Widyobroto dkk. (2000) penambahan pupuk memberikan pengaruh terhadap kandungan protein
hijauan pakan. Marliani (2010) menyatakan bahwa kandungan dan komposisi protein kasar
dalam hijauan dipengaruhi oleh ketersediaan nitrogen dalam tanah, jika terjadi kekurangan
nitrogen akibatnya bisa menghambat proses sintesa protein pada tanaman.
Pada Tabel 2 menunjukkan kandungan unsur Nitrogen (N) pada tanah bekas tambang
mangan dikategorikan rendah (0,20%), akan tetapi unsur N pada POC daun kelor yang tergolong
tinggi sehingga mampu memberikan pengaruh yang besar dalam meningkatkan kandungan
protein kasar rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) pada tanah bekas tambang
mangan, dan semakin tinggi level pemberian akan diikuti dengan kandungan PK yang semakin
tinggi pula. Hal ini ditunjukkan pula oleh Sulistijo dkk. (2020) bahwa kandungan PK lamtoro
semakin tinggi pada lahan kebun yang memiliki kandungan N tanah lebih tinggi. Pemberian
pupuk dengan unsur hara nitrogen (N) dapat memperbaiki kesuburan tanah sehingga
pertumbuhan tanaman semakin baik, dengan demikian dapat meningkatkan kandungan protein
kasar. Hal ini juga disebabkan karena kandungan nitrogen yang terdapat pada pupuk mampu
9
merangsang pertumbuhan rumput dan meningkatkan aktivitas fotosintesa (Sarijamin dkk., 2011).
Hal yang sama dinyatakan oleh McDonald et al. (2010) bahwa pemberian pupuk N akan
meningkatkan luas daun dan kecepatan fotosintesis yang diikuti dengan peningkatan kandungan
PK tanaman.

Kandungan Serat Kasar Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)
Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi yang
tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium hidroksida pada kondisi
yang terkontrol (Hunter, 2002). Berdasarkan Tabel 4 tampak bahwa rataan kandungan serat
kasar tertinggi rumput gajah mini yang diberi POC daun kelor pada tanah bakas tambang
mangan terdapat pada perlakuan K3 (42,93%), diikuti dengan K2 (42,87%), kemudian K1
(42,81%) dan terendah terdapat pada perlakuan K0 (42,72%), dengan rata-rata kandungan serat
kasar rumput gajah mini sebesar 42,83%. Hasil ini lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh
Dwinarto dkk. (2013) bahwa kualitas rumput gajah mini (Pennisetum purpurem cv. Mott) dari
berbagai daerah dan negara memiliki serat kasar rerata berkisar 22 - 33,66%. Hal ini dididuga
karena cara pemberian pupuk yang dilakukan dengan penyemprotan melalui daun menyebabkan
penyerapan unsur hara tidak maksimal dibanding pemberian langsung lewat tanah. Hal ini sesuai
dengan pendapat Salisbury dan Ross (1995) daun tidak dapat menyimpan hara dalam waktu yang
lama sehingga pemberian melalui daun harus menyesuaikan kondisi fisiologis lainnya seperti
ketersediaan karbohidrat yang diperoleh saat fotosintesis. Hasil penelitian ini lebih tinggi
dibandingkan dengan penelitian yang dilaporkan oleh Akbar (2016) bahwa pemberian POC
sebanyak 2,5 cc/liter, 5 cc/ liter dan 7,5 cc/ liter, terhadap kandungan serat kasar rumput gajah
mini mendapatkan rata-rata serat kasar sebesar 26,33%. Hal ini diduga karena perbedaan cara
pemberian pupuk. Pemberian lewat daun kurang mampu memberikan efek yang lebih baik
dibandingkan diberikan langsung lewat tanah sehingga pertumbuhan rumput kurang bagus.
Kondisi demikian berpotensi terhadap komponen biomasa yang dihasilkan akan lebih banyak
ditemukan dibagian batang. Menurut Kim dan Jang (1988) yang dikutip Sulistijo (1994)
bagian batang mempunyai kecenderungan mengandung serat kasar lebih tinggi dari daun.
Menurut Wahyuni dan Kamaliyah (2012) bahwa bertambahnya komponen dinding sel dan
menurunnya isi sel akan mengakibatkan penurunan kadar protein kasar dan meningkatkan kadar
serat kasar lebih tinggi.
Berdasarkan hasil analisis ragam perlakuan level POC daun kelor berpengaruh tidak nyata
(P>0,05) terhadap kandungan serat kasar rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott).
Kandungan serat kasar rumput gajah mini tidak menunjukkan perbedaan nilai antara perlakuan
tanpa pupuk dan perlakuan yang diberi pupuk organik cair. Hal ini menunjukkan bahwa dosis
pemberian pupuk organik cair meskipun secara nyata mempengaruhi kandungan PK tapi belum

10
mampu memberikan pengaruh terhadap kandungan serat kasar rumput gajah mini. Hal ini bisa
disebabkan karena cara pemberian pupuk cair lewat daun kurang efektif seperti yang dinyatakan
oleh Salisbury dan Ross (1995).

Kandungan Lemak Kasar (LK) Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)
Lemak kasar merupakan penyusun tumbuhan yang dicirikan oleh sifat kelarutannya.
Lemak kasar berfungsi sebagai sumber energi yang berdensitas tinggi. Asam lemak akan
menghasilkan energi yang lebih tinggi dibandingkan nutrien lain seperti karbohidrat atau protein
ketika dimetabolisme dalam tubuh ternak (Wina dan Susana, 2013). Data rataan kandungan
lemak kasar rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) akibat perlakuan tertera pada
Tabel 4. Berdasarkan Tabel tersebut tampak bahwa kandungan lemak kasar tertinggi terdapat
pada perlakuan K3 (1,15%), K2 (1,15%), diikuti K1 (1,11%) dan terendah terdapat pada tanpa
perlakuan K0 (1,03%) dengan rata-rata 1,11%.
Hasil analisis ragam menunjukkan POC daun kelor berpengaruh nyata (P<,05) terhadap
kandungan lemak kasar rumput gajah mini. Hasil penelitian ini menunjukan kadar lemak kasar
yang tertinggi dicapai pada 300 ml dengan lemak kasar mencapai 1,15%. Terlihat juga pada
Tabel 4 bahwa semakin tinggi pemberian POC pada rumput gajah mini dapat terjadi peningkatan
kandungan lemak kasar, apabila dibandingkan dengan tanpa perlakuan POC. Hal ini diduga
karena POC memiliki N yang dibutuhkan tanaman dan menyebabkan tanaman juga
memproduksi senyawa organik dari POC dan mengakibatkan kandungan lemak kasar naik. Hal
ini sesuai dengan pendapat Lingga (1991) yang menyatakan bahwa nitrogen yang terdapat dalam
pupuk berperan dalam peningkatan pembentukan senyawa organik seperti protein dan lemak.
Selanjutnya Van Soest (1994) yang dikutip Bahan dkk. (2020) menyatakan bahwa lemak kasar
merupakan bagian dari isi sel tanaman dan sebagian dari isi sel tanaman terdeposisi pada dinding
sel. Oleh karenanya hasil kandungan lemak yang didapat memiliki tren yang sama dengan hasil
kandungan serat kasar.
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan K0:K1:K2:K3 berbeda nyata (P<0,05) dan K1:K2,
K3 berbeda tidak nyata (P>0,05). Hal ini diduga karena K0 tidak mendapatkan perlakuan
pemberian pupuk dan dapat menyebabkan penghambatan proses fotosintesis, sehingga akan
menurunkan kandungan lemak kasar. Pada perlakuan KI K2 dan K3 kandungan N untuk
fotosintesis dalam pembentukan lemak berjalan dengan lebih baik. Namun hasil penelitian ini
lebih rendah dari hasil yang dilaporkan oleh BPMPT (2011) bahwa kandungan lemak kasar pada
rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) mencapai 2,77%. Hasil penelitian yang
dilaporkan oleh Muwakhid (2019) sebesar 3,3%. Perbedaan kandungan lemak kasar pada
penelitian ini dengan para peneliti lain disebabkan karena perbedaan perlakuan pemberian
pupuk. Hal ini juga disebabkan karena kandungan nitrogen yang terdapat pada pupuk POC

11
mampu merangsang pertumbuhan rumput dan mampu meningkatkan aktivitas fotosintesa
(Sarijamin dkk, 2011). Menurut Preston dan Leng (1987) kandungan lemak kasar bahan pakan
ternak ruminansia berkisar dibawah 5%. Sehingga hijauan rumput gajah mini yang dihasilkan
dalam penelitian ini dari sisi kandungan lemak tidak bermasalah untuk ternak ruminansia.

Kandungan Mineral Kalsium (Ca) Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)
Mineral kalsium (Ca) merupakan mineral makro yang dibutuhkan oleh tubuh ternak.
Rataan kandungan mineral kalsium rumput gajah mini (Pennisetum purpurem cv. Mott) akibat
perlakuan tertera pada Tabel 4. Pada Tabel 4 tampak bahwa rataan kandungan mineral kalsium
tertinggi rumput gajah mini terdapat pada perlakuan K3 (0,61%), diikuti K2 (0,60%), kemudian
K0 (0,59%) dan terendah terdapat pada perlakuan K1 (0,58%) dengan rata-rata 0,59%. Menurut
NRC (2000) kebutuhan Ca untuk sapi sedang tumbuh dan finishing 0,31%, sapi laktasi 0,58%
dan sapi kering 0,18%.
Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan level POC daun kelor berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap kandungan mineral kalsium rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv.
Mott). Hasil penelitian ini menunjukkan kandungan mineral kalsium (Ca) mencapai 0,61% pada
level perlakuan POC tertinggi yaitu K3 (300 ml). Tinggi rendahnya kalsium dipengaruhi oleh
pemberian level POC yang berbeda dan kandungan N. Menurut Samekto (2008) nitrogen
mempunyai peranan penting dalam pembentukan Ca dan dalam penyusunan klorofil yang
menjadikan tanaman berwarna hijau. Menurut Dismawan dkk, (2014) standar mineral kalsium
(Ca) bagi ternak ruminansia yaitu 0,33%-1,86%. Dalam penelitian ini kandungan Ca tanah
sebesar 23,55 mg/100g setara dengan 0,23% sehingga pemberian POC dalam penelitian ini
mampu meningkatkan Ca rumput gajah mini hingga 0,61%, artinya hasil penelitian ini sudah
memenuhi syarat kebutuhan ternak akan mineral kalsium.
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan perlakuan K0:K3, K1:K2, K1:K3 berbeda sangat
nyata (P<0,01) sedangkan K0:K1, K0:K2 dan K2:K3 berbeda nyata (P<0,05) . Berdasarkan hasil
penelitian ini maka perlakuan POC level 300 ml dengan rata-rata 0,61% sudah memenuhi syarat
kebutuhan ternak akan mineral kalsium (Ca). Mineral yang dibutuhkan ternak dalam jumlah
kecil namun sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan.

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi level pupuk
cair daun kelor (Moringa oleifera) maka kandungan nutrisi rumput gajah mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott) semakin tinggi. Kandungan nutrisi rumput gajah mini tertinggi dicapai pada

12
level 300 ml dengan rataan kandungan protein kasar (10,15%), serat kasar (42,93%), lemak
kasar (1,15%), mineral kalsium (0,61%).
Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan dengan level POC daun daun kelor (Moringa oleifera)
yang lebih tinggi pada rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mot) dengan
menggunakan polybag maupun dilakukan langsung dilapangan /lahan.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, K. 2016. Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar Rumput Gajah Mini (Pennisetum
purpureum cv. Mott) Yang Dipupuk Dengan Pupuk Organik Cair. Skripsi. Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

AOAC. 2001. Protein (Crude) in Animal Feed, Forage (Plant Tissue), Grain And Oilseed. J.
AOAC. Int.

Bahan, J., M. Yunus dan H. T. Handayani 2020. Pengaruh Pemberian Pakan Konsentrat Yang
Mengandung Tepung Tongkol Jagung Terfermentasi Terhadap Konsumsi Kecernaan
Karbohidrat dan Lemak Kasar Pada Sapi Bali Dara Pola Peternak. Jurnal Peternakan
Lahan Kering Volume 2. Hal 1095-1102

BMKG. 2020. Data Suhu Udara, Intensitas Cahaya Matahari Bulanan, Curah Hujan dan Hari
Hujan. Stasiun Klimatologi Klas II Lasiana, Kupang.

BPMPT. 2011. Buku Hasil Uji bahan Pakan. Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak. Bekasi (ID):
BPMPT.
Badan Pusat Statistik. 2019. Kabupaten Kupang Dalam Angka. Nusa Tenggara Timur

Crespo, and M. Odurado, 1986. The Influence Bovine Faeces And Nitrogen Fertilizeron Forage
Production Of King Grass In Red Ferrallitic Soil. Cuban J. Agric. Sci. 20: 277-283.
Dismawan, I W., I K. Ginantra, N.L. Suriani. 2014. Seleksi Jenis Pertumbuhan Pakan dan
Kandungan Nutrien Jenis Tumbuhan yangDimakan Sapi Bali (Bos sondaicus) Lepas Sapih
di Daerah Buit Badung Selatan, Kab.Badung, Bali. Jurnal Simbiosis. 2(2): 192-202

Dwinarto, B., E, Bogassara., A, Wida. 2013. Hasil Uji Bahan Pakan dan Hijauan Pakan Ternak.
Direktur Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Gatot, S., dan M. Yulizon. 2005. Analisis Karakteristik Unsur-Unsur Dalam Tanah di Berbagai
Lokasi Dengan Menggnakan XRF. Puslitbang Teknologi Maju Batan, Yogyakarta.
Foidl, N., H. P. S Makkar and K. Backer. 2001. “The Potential Of Moringa Oleifera For
Agricultural and Industrial Uses. Journal Of Development Potential For Moringa
Products. November 2001, P 6-8.

Foss Analytical, A.B. 2006. Fibertec Tm 2045 M.G 1020/1021. User manual 1000,1537/ Rev.3,


Sweden.

13
Hayati, M., E. dan D. Nurfandi. 2011. Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Dan Anorganik
Terhadap Pertumbuhan Beberapa Varietas Jagung Manis Di Lahan Tsunami. Jurnal
Foraltek. 6 (1): 74-83.
Heddy, S. 1987. Ekofisiologi Pertanaman. Sinar Baru Algesindo, Malang: Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Malang.

Hunter, J. 2002. Massachussets. Blackwell Publishing Company.

Jamilah, J. M. Ernita . and Z. Ediwirman. 2015. Test of Liquid Organic Fertilizer Originated
C.odorata and Coconut Fiber With Various Composition by Length Fermentation. Journal
of Environmental Research and Development, 9(01), p 1-6.

Krisnadi, D. 2012. Ekstrak Daun Kelor Tingkatkan Hasil Panen. Http://Kelorina.Com.Log/Daun-
Kelor-Tingkatkan-Hasil-Panen/. Diakses Tanggal 11/07/2020.

Lingga, P. 1991. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Lindsay, W. L. 1979. Chemical Equilibria in Soil. Jhon Wiley and Sons, Inc, New York.
Mannetje, L. and R. M. Jones. 1992. Plant Resources Of South-East Asia No. 4. Forage. Prosea,
Bogor.

Marliani, M. 2010. Produksi dan Kandungan Gizi Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) pada
Pemotongan Pertama yang Ditanam dengan Jenis. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim, Riau.

Masu E. 2019. Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar serta Mineral Kalsium Pada Rumut
Brachiaria hybrid cv. Moluto yang diberi Bokashi Feses Kambing dengan Dosis Berbeda
pada Panen Ke II. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana Kupang.

Muwakhid, B. 2019. Pengaruh Penggunaan Pupuk Daun “Organik” Terhadap Produktivitas Dan
Kualitas Rumput Gajah (Pennisetum purpureum cv. Hawai) Sebagai Hijauan Pakan.
Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Islam Malang, Malang.
National Research Council (NRC). 2000. Nutrient Requirements of Beef Cattle. 7th rev. ed.
Update 2000. The National Academies Press, Washington, DC

PPT Bogor. 1983. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia untuk Keperluan Survai dan Pemetaan
Tanah Daerah Transmigrasi. Pusat Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Bogor. 25 Halaman.

Preston, T. R. and J. A. Leng. 1987. Drought Feeding Strategies Theory and Practice Feel Valley
Printery, New South Wales. Hal 15

Purbayanti , E. D. R. L, Dwi. T, Rahayuning. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Cetakan ke Tiga, Edisi


ke Tujuh. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, (ID) Gadjah Mada University
Press.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1. Edisi IV. ITB, Bandung.
Samekto, R. 2008. Pemupukan. Aji Cipta Pratama, Yogyakarta.

14
Sarijamin, N. D., Purwantari, R. Mujiastusti. 2011. Pengaruh Jenis dan Taraf Pemberian Pupuk
Organik pada Produktifitas Tanaman Alfalfa (Medicago sativa L.) di Bogor Jawa Barat.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Siti Hardianti. N. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen Terhadap Kandungan Protein
Kasar Dan Serat Kasar Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum). Skripsi. Fak. Peternakan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

Sesangka, B., H. J. Mellawati., T. Tjitosumitrat dan Suharyono. 1998. Analisis Kandungan


Mineral Dalam Hijauan Pakan Ternak Dengan Menggunakan Spektrometr Pentar dan
Pusat Aplikasi, Jurnal Penelitian Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi 2 (2) 137-40.

Steel R. G. D. dan J H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan
Biometri. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Sosrosoedirdjo S. R. 1999. Ilmu Pemupukan II. CV. Yasaguna, Jakarta.

Sulistijo, E. D. 1994. Pengaruh Cara dan Interval Pemangkasan Terhadap Produktivitas Hijauan
Gliricidia (Gliricidia sepium jacq.) Di Daerah Kapur Malang Selatan. Thesis Magister.
UGM Program KPK UNIBRAW, Malang.
Sulistijo, E. D., I. Subagyo, S. Chuzaemi and H. Sudarwati. 2020. Production and In Vitro
Digestibility of Leucaena Leucocephala Under Different Seasons and Planting Model
system In Kupang Regency, Indonesia. Journal of Biology Agriculture and Healtcare.
Vol. 10. No 2.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosukojo. 1998.


Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wahyuni, R. D., dan S. N. Kamaliyah. 2012. Studi Tentang Pola Alfalfa Tropis (Medicago
sativa l). Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 19 (1): 20-27.

Widyobroto, B. P., S. Padmowijoto dan R. Utomo. 2000. Degradasi Bahan Organik dan Protein
secara in sacco Lima Rumput Tropik. Buletin Peternakan. 19 : 45‒55.

Wijaya     A.    K.   2018.   Produktivita Hijauan Yang Ditanam Pada Naungan  Pohon Kelapa
Sawit Dengan Tanaman Campuran. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu
Http://Repository.Lppm.Unila.Ac.Id/11349/1/3096-7604-1-SM_2. Pdf. Diakses Pada 2 Juli
2020.

Wina, E dan Susana. 2013. Manfaat Lemak Terproteksi untuk Meningkatkan Produksi dan
Reproduksi Ternak Ruminansia. Wartazoa. Bogor. 23 (4): 176-184.

15

Anda mungkin juga menyukai