Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Desa Noebesa memiliki luas 1.016 hektar
(BPS, 2020). Desa Noebesa berbatasan langsung dengan tiga (3) desa tetangga yaitu Desa Nobi-
nobi (di sebelah utara), Desa Tumu (di sebelah selatan dan timur) dan Desa Supul (di sebelah
barat). Dari data sekunder yang diperoleh, penduduk Desa ini dilaporkan sebanyak 11.828 orang
dengan jumlah laki-laki sebanyak 5.976 orang dan perempuan sebanyak 5.852 orang. Desa
Noebesa merupakan bagian dari suatu lansekap perbukitan kering dengan substrat (tanah) yang
kering dan labil. Tingkat kelerengan di wilayah desa bervariasi dari datar hingga curam. Dari
total luas wilayah, hanya 27% yang dikategorikan datar dan landai. Sementara sisanya memiliki
tingkat kelerangan berbukit, curam dan sangat curam. Berdasarkan klasifikasi iklim oleh
Schmidt dan Ferguson, Desa Noebesa termasuk dalam wilayah iklim yang memiliki tipe D
dengan koefisien 2 sebesar 71,4%. Desa Neobesa memiliki 6 tipe ekosistem di desa ini yaitu
kawasan hutan kering perbukitan seluas 724.17 hektar, rawa/danau dan embung/check dam
seluas 1.93 hektar, sungai seluas 20.36 hektar, kawasan pertambangan seluas 119.66 hektar, areal
budidaya seluas 142.67 hektar dan pemukiman seluas 8.33 hektar (Wibsono, dkk. 2011).
Penduduk desa Noebesa juga dikenal sebagai komunitas peternak. Hal ini terbukti dengan
adanya data yang menunjukkan banyaknya hewan ternak yang dibudidayakan oleh masyarakat.
Pemilik ternak sangat membutuhkan padang rumput sebagai sumber pakan. Pada umumnya, para
pemilik ternak melepas hewan ini di padang rumput dan membiarkan ternak ini mencari makan
sendiri. Namun kawasan lahan yang dulu dijadikan padang pengembalaan telah di gali untuk
mengambil mangan menyebabkan fungsi tanah menjadi terganggu. Berdasarkan data BPS tahun
2020 Desa Noebesa memiliki ternak ruminansia sebanyak 7.860 ekor. Banyaknya populasi
Wibisono, I. T. C., Rahadian, A., Asdini, S., dan Schaduw, J. N. 2011. Kajian Ekosistem dan
Tutupan Lahan di Desa Noebesa, Kecamatan Amanuban Tengah, Kabupaten Timor Tengah
Selatan (TTS), Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Wetlands International – Indonesia
Programme, Bogor.
Setelah ditambang kemudian dibiarkan dan tidak dikelola dengan baik. Salah satu cara
memperbaiki yaitu dengan memilih bibit (Rumput Odot) yang cocok untuk ditanam pada lahan
Dari penghitungan yang dilakukan, diketahui bahwa cadangan karbon yang tersimpan dalam
biomasa tumbuhan di Desa Noebesa sebesar 18.735 ton. Hampir setengah (47.6%) dari total
cadangan ternyata tersimpan di dalam biomasa dari kebun campuran, yaitu sebesar 8,924.07 ton.
Sementara itu, cadangan karbon ke-2 dan ke-3 terbesar masing-masing adalah belukar yaitu
5,095.92 ton (27%), dan hutan rawang kering yaitu 4,271 ton (22.8%). Apabila pada lokasi lahan
terbuka, lahan belukar, hutan rawang kering, padang rumput, dan semak (total seluas 865 Ha)
dilakukan rehabilitasi melalui “penanaman intensif” dan “pengayaan jenis vegetasi” (seperti
halnya yang terjadi pada kebun campuran) maka nilai total cadangan karbon di Desa Noebesa
akan mampu ditingkatkan hingga empat kali lipat lebih tinggi dari 18,738 ton menjadi 70,444 ton
C. Namun demikian, usaha ini tidaklah mudah mengingat kondisi tanah di desa Noebesa yang