Anda di halaman 1dari 12

Tema: Alih Fungsi Lahan

Judul : Pemetaan Alih Fungsi Lahan Hutan di Batu (Daerah


penelitian Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumi Aji)

Pendahuluan

Kota Batu terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo
dan Kecamatan Bumiaji. Kecamatan Bumiaji merupakan kecamatan yang paling
luas wilayahnya yaitu 12.797,89ha. Desa sumber brantas merupakan salah satu
desa yang terdapat di Kecamatan Bumi Aji, Desa yang terletak di wilayah barat
daya lereng gunung arjuno yang merupakan daerah pegunungan dan mempunyai
hamparan lahan pertanian yang memberikan kesejateraan bagi
masarakatnya. Penduduk desa sumber brantas hampir keseluruhannya adalah
petani yang pada umumnya menghasilkan produk pertanian sayur mayur.

Penggunaan lahan di Desa Sumber Brantas didominasi oleh lahan pertanian


yakni sebesar 58,82%, hal ini dipengaruhi oleh kondisi tanah yang subur dan
iklim yang menunjang untuk kegiatan pertanian. Namun dengan berjalannya
waktu fungsi pertanian tersebut disalahgunakan oleh penduduk sehingga
terjadinya fungsi lahan. Masalah alih fungsi lahan membuat kondisi hutan di Kota
Batu menjadi kritis. Dari total 11,071 hektar hutan diluar pengelolaan perum
perhutani di Kota Batu 2,705 hektar diantaranya sudah masuk kategori kritis.
Kerusakan hutan di wilayah sumber brantas ini, disebabkan oleh aktifitas alih
fungsi lahan dari hutan menjadi areal pertanian oleh penduduk setempat sehingga
menyebabkan turunnya potensi dari fungsi hutan yang sesungguhnya di wilayah
ini.

Masyarakat setempat memanfaatkan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup


setiap harinya. karena pertambahan masyarakat di wilayah ini, mengakibatkan
sebagian dari hutan dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar sebagai lahan
pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Lokasi Kota Batu

Secara astronomi, Kota Batu terlihat berada pada posisi 7 55 20- 7 57 20


Bujur Timur, 115 17 0- 118 19 0 Lintang Selatan.47 Sedangkan batas wilayah
kota Batu, meliputi:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten
Pasuruan.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang.
d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Karang Ploso, Kabupaten
Malang.
Kota Batu terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo
dan Kecamatan Bumiaji. Kecamatan Bumiaji merupakan kecamatan yang paling
luas wilayahnya yaitu 12.797,89ha sedangkan Kecamatan Batu dan Kecamatan
Junrejo masing-masing luas wilayahnya 4.545,81 ha dan 2.565,02 ha. Dilihat dari
keadaan geografinya, Kota Batu dapat dibagi menjadi 4 jenis tanah. Pertama jenis
tanah Andosol, berupa lahan tanah yang paling subur meliputi Kecamatan Batu
seluas 1.831,04 ha, Kecamatan Junrejo seluas 1.526,19 ha dan Kecamatan
Bumiaji seluas 2.873,89 ha.
Kedua jenis Kambisol, berupa jenis tanah yang cukup subur meliputi
Kecamatan Batu seluas 889,31 ha, Kecamatan Junrejo 741,25 ha dan Kecamatan
Bumiaji 1395,81 ha. Ketiga tanah alluvial, berupa tanah yang kurang subur dan
mengandung kapur meliputi Kecamatan Batu seluas 239,86 ha, Kecamatan
Junrejo 199,93 ha dan Kecamatan Bumiaji 376,48 ha. Dan yang terakhir jenis
tanah Latosol meliputi Batu seluas 260,34 ha, Kecamatan Junrejo 217,00 ha dan
Kecamatan Bumiaji 408,61 ha.
Kota Batu terletak di kaki gunung Paderman yang letaknya 700-1100 m di
atas permukaan laut. Daerah dengan suhu dingin, ketika musim dingin suhunya
15-19 C, ketika musim panas
Suhunya 28 C. Dan ketika pagi dan sore hari kota ini seringkali diselimuti
kabut. Kota Batu terbagi habis menjadi 3 kecamatan, 24 desa /kelurahan, 231 RW
dan 1.092 RT. Dilihat komposisi jumlah desa/kelurahan, Kecamatan Bumiaji
memiliki jumlah desa/kelurahan terbanyak yaitu masing-masing 9 desa/kelurahan.
Lokasi Desa Sumber brantas-kecamatan bumi aji

Desa sumber brantas merupakan desa yang terletak di wilayah barat daya
lereng gunung arjuno yang merupakan daerah pegunungan dan mempunyai
hamparan lahan pertanian yang memberikan kesejateraan bagi
masarakatnya. Penduduk desa sumber brantas hampir keseluruhannya adalah
petani yang pada umumnya menghasilkan produk pertanian sayur mayur. Di desa
sumber brantas terdapat mata air sungai brantas yang mengalir ke 9 kabupaten di
jawa timur.

Luas desa Sumber Brantas yaitu 541,1364Ha, adapun batas wilayah desa
Sumber brantas meliputi:

a. sebelah utara :hutan / kab.mojokerto


b. sebelah timur :hutan gunung arjuno
c. sebelah selatan :desa tulungrejo
d. sebelah barat :hutan /gunung anjasmoro

kondisi geografis

a. ketinggian dari atas laut :1.400 s/d 1.700 dpa


b. curah hujan rata-rata :2.500 mm/th
c. suhu rata-rata :20`c s/d 24`c

Kondisi Fisiografis Kecamatan Bumi aji

Luas wilayah Desa Sumber Brantas sebesar 541,1364 Ha dan berada pada
ketinggian 1.400 s/d 1.700 di atas permukaan laut. Penggunaan lahan di Desa
Sumber Brantas didominasi oleh lahan pertanian yakni sebesar 58,82%, hal ini
dipengaruhi oleh kondisi tanah yang subur dan iklim yang menunjang untuk
kegiatan pertanian. Jumlah penduduk Desa Sumber Brantas sebanyak 4.100 jiwa
dan sebagian besar bekerja sebagai petani sebanyak 21,17%. Tingkat pendidikan
terakhir penduduk Desa Sumber Brantas sebagian besar adalah tamat
SD/sederajat, yaitu sebesar 58%.
Di wilayah Dukuh Sumber Brantas terdapat sumber mata air Sungai
Brantas. Aliran sungai brantas ini membentang di Provinsi Jawa Timur yang
melewati tujuh Kabupaten/Kota dan merupakan pemasok air terbesar bagi
kehidupan 56 % dari penduduk Jawa Timur.

Secara umum tanah yang berkembang di Sumber Brantas berkembang dari


bahan volkanik hasil gunung api, yang dipengaruhi oleh Gunung Arjuno dan
Anjasmoro di bagian utara, dan Gunung Panderman di bagian selatan. Sebaran
geologi yang dijumpai di kawasan Sub Brantas, secara umum masih menunjukkan
banyak kesamaan, yaitu berupa bahan-bahan volkan yang berupa breksi
gunungapi, tuf breksi, lava, tuf dan aglomerat. Namun, secara lebih detail masih
dapat dibedakan berdasar bahan-bahan dominan yang dikandungnya, gambaran
geologi Sumber Brantas seperti tertuang dalam
Satuan geologi yang meliput daerah survai Brantas, tersebar dalam luasan
yang tertuang dalam Tabel 3.2-1. Berdasarkan data luasan tersebut, nampak
bahwa satuan geoloi Qvaw memiliki pengaruh besar dalam perkembangan tanah
di Sumber Brantas. Hal ini nampak dari wilayah liputan yang mencapai 8646,887
Ha. Namun, satuan geologi Qpat dan Qpva juga memberikan pengaruh yang sama
besar terhadap perkembangan tanah, karena satuan ini tersusun dari bahan induk
yang sama, yaitu dari letusan gunung Anjasmoro. Pengaruh satuan geologi ini
meliput daerah survai seluas 4720.6 Ha. Sedangkan Qpvkb menyusun sekitar 7.89
% luasan di Sumber Brantas. Bahan-bahan yang lain tersebar dengan luasan yang
hampir sama.

FISIOGRAFI & BENTUK LAHAN (LANDFORM)


Pembuatan peta bentuk lahan didasarkan pada interpretasi foto udara, yang
didukung oleh data lapang. Peta bentuk lahan disusun pada skala 1 : 16.000 yang
nantinya digunakan sebagai peta kerja untuk melakukan survei tanah, survei
kondisi lahan serta perencanaan penggunaan lahan pada lokasi studi. Peta tersebut
memberikan informasi deskripsi umum dari 20 satuan bentuk lahan di lokasi studi
yang kemudian dibagi dalam satuan yang lebih detail berdasarkan karakteristik
lereng, erosi, tanah, dan kondisi drainase.

Peta bentuk lahan skala 1 : 16.000 merupakan dasar untuk peta bentuk
lahan semi detil, skala 1 : 50.000. Secara umum Sub DAS Brantas Hulu
merupakan wilayah perbukitan yang terdiri dari 4 relief makro, yaitu lembah
aluvial dan lembah lahar, dataran intervolkanik dan plato, daerah berbukit, dan
kompleks pegunungan volkanik. Bentukan lahan di lokasi studi tersebut
membentuk suatu pola dalam 3 jalur (lihat Gambar 3.3.1 ), yaitu:

1. 1 . Jalur Komplek Arjuno Welirang Sumbergondo Bulukerto Bumiaji


Batu,
2. Jalur Komplek Anjasmoro Sumber Brantas Tulung Rejo Gunungsari
Batu, dan
3. Jalur Panderman Songgokerto Oro-oro Ombo Tlekung Junrejo
Berdasarkan hasil interpretasi foto udara dan survei lapangan, terdapat 20
bentuk lahan di Sub DAS Brantas Hulu yang tersaji dalam Tabel 3.3-1 . Bentuk
lahan Sub DAS Brantas Hulu ditentukan berdasarkan relief, satuan geologi, dan
kelerengan lahannya. Hasil klasifikasi satuan bentuk lahan Sub DAS Brantas Hulu
didapatkan 178 satuan bentuk lahan (landform). Berikut ini dijelaskan
masingmasing satuan bentuk lahannya.
Gambar 3.3.1. Jalur Transek Bentuk Lahan Sub DAS Brantas Hulu

Kondisi Sosial-Ekonomi

Sebagai wilayah pegunungan Dukuh Sumber Brantas memiliki sumber


daya alam yang sangat potensial, seperti sumber daya air dan tanah yang
didukung oleh kondisi iklim serta keberadaan flora maupun fauna di sekitar
wilayah Arboretum Sumebr Brantas. Adanya potensi yang melimpah tersebut
memeberikan peluang bagi masyarakat di sekitar wilayah Arboretum Sumber
Brantas untuk memanfaatkan sumber daya guna memenuhi kebutuhan hidup.

Gambar 2. 1 Distribusi Kegiatan Ekonomi Kota Batu 2001


Sumber: Profil Kota Batu tahun 2002

Kegiatan sosial-ekonomi yang paling banyak dilakukan di sekitar wilayah


Arboretum Sumber Brantas adalah kegiatan pertanian buah dan sayur. Secara
umum tidak hanya masyarakat di sekitar Arboretum Sumber Brantas saja yang
bermata pencaharian di bidang pertanian tetapi juga masyarakat Kecamatan
Bumiaji.
Kecamtan Jumlah Penduduk Prosentase (%)
Batu 74.878 45,83
Junrejo 37.633 3,14
Bumiaji 50.882 23,03
Jumlah 163.393 100
Sumber: Profil Kota Batu 2002

Tabel 2. 1 Jumlah Penduduk Kota Batu Tahun 2002

Tabel di atas menujukkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Bumiaji


tergolong sedang atau sebesar 23,03% dari total penduduk Kota Batu.
Berdasarkan Profil Kota Batu tahun 2002, jumlah penduduk Kecamatan Bumiaji
yang berprofesi sebagai petani maupun buruh tani mencapai 23.195 jiwa.

Secara topografis Kecamatan Bumiaji merupakan bagian tertinggi dari


wilayah Kota Batu dengan luas lahan diatas 50 Ha, jumlah penduduk 1500 orang
yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian (apel, sayur, bunga).
Daerah Sungai Brantas merupakan wilayah yang kepadatan penduduknya
2
sangat tinggi. Rata-rata kepadatan agraris penduduk sekitar 800-1100 jiwa/km .
Sedangkan rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahun sekitar 1.06 % yang
didominasi oleh petani maupun buruh tani.
Banyaknya penduduk yang bekerja di bidang pertanian menyebabkan
banyak dilakukan pembukaan lahan menjadi lahan pertanian baik di Kecamatan
Bumiaji secara umum maupun di sekitar wilayah Arboretum Sumebr Brantas.
Selain memanfaatkan lahan di sekitar Arboretum Sumber Brantas sebagai lahan
pertanian, masyarakat juga mengambil air dari mata air Sumber Brantas untuk
irigasi lahan.
Gambar 2. 2 Lahan Pertanian disekitar kawasan Arboretum Sumber
Brantas

Lahan pertanian di sekitar kawasan Arboretum Sumber Brantas lebih banyak


terletak pada lereng bukit. Hal tersebut menyebabkan kawasan arboretum Sumber
Brantas sangat rawan mengalami tanah longsor.
Berdasarkan hasil survei primer diketahui bahwa pengambilan air untuk
irigasi dari mata air Sumber Brantas hanya dilakukan pada musim kemarau
melalui pipa yang dipompa menuju kolam penampungan dengan luas 40 m2.
Sedangkan pada musim hujan lahan pertanian akan mendapatkan air irigasi dari
air hujan. Proses pengambilan air dari mata air Sumber Brantas dilakukan dengan
menggunakan mesin pompa pada pagi dan sore hari.

Gambar 2. 3 Penggunaan Mesin Pompa untuk Pengambilan Air


Selain pemanfaatan sumber daya air dari kawasan Arboretum sumber
Brantas, masyarakat juga memanfaatkan sumber daya lainnya untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi seperti kayu bakar yang terdapat di kawasan arboretum
Sumber Brantas.

Penggunaan Lahan Dan Alih Fungsi Lahan

Alih fungsi lahan membuat kondisi hutan di Kota Batu menjadi kritis. Dari
total 11,071 hektar hutan diluar pengelolaan perum perhutani di Kota Batu 2,705
hektar diantaranya sudah masuk kategori kritis. Pemkot Batu pun berupaya untuk
mengembalikan fungsi hutan dengan melakukan penghijauan. Kondisi hutan kritis
di kota batu tersebar hampir di semua desa dan kelurahan yang ada di kota Batu.
Banyaknya aksi penebangan pohon di hutan milik pemkot Batu tersebut membuat
kondisi lahan menjadi tandus. Beralih fungsi menjadi tanaman holtikultura.
Menurut Heru Waskito Kepala Bidang Kehutanan dan Perkebunan, Dinas
Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) pemkot Batu, lahan kritis di Kota Batu
cukup luas. Dari 11,07 hektar hutan diluar milik perum perhutani 2,705 hektar
diantaranya sudah masuk kategori kritis. Dengan rincian sangat kritis seluas 308
hektar, kritis 179 hektar, agak kritis 1.266 hektar dan berpotensi kritis 952 hektar.
Kondisi hutan yang masuk kategori tersebut berada di beberapa kecamatan di
Kota Batu.

Dengan rincian Kecamatan Batu terdapat 332 hektar, Kecamatan Bumiaji,


2.204 dan Kecamatan Junrejo 169 hektar. Penyebab hutan kritis bukan hanya
disebabkan kebakaran hutan. Namun juga akibat sistem pola usaha tani yang
dilakukan petani holtikultura. Petani memanfaatkan hutan milik pemerintah
tersebut menjadi lahan pertanian. Kerusakan hutan di wilayah sumber brantas ini,
disebabkan oleh aktifitas alih fungsi lahan dari hutan menjadi areal pertanian oleh
penduduk setempat sehingga menyebabkan turunnya potensi dari fungsi hutan
yang sesungguhnya di wilayah ini.

Masyarakat setempat memanfaatkan hutan untuk memenuhi kebutuhan


hidup setiap harinya. karena pertambahan masyarakat di wilayah ini,
mengakibatkan sebagian dari hutan dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar
sebagai lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari tahun ketahun
hutan semakin hilang karena ahli fungsi lahan. Lahan yang dulunya hutan kini
sudah berubah menjadi lahan pertanian. Sehingga penggunaan lahannya yaitu
sebagai pemukiman, perkebunan apel, tanaman holtikultura, dan hutan konservasi.
Lahan yang dijadikan sebagai pemukiman harus memperhatikan bentuk lahannya,
sesuai apa tidak untuk dijadikan lahan pemukiman. Pola pemukiman yang
menonjol yaitu pola pemukiman linear (sepanjang jalan) karena merupakan
wilayah pegunungan. Pada wilayah pegunungan tidak memungkinkan pola
menyebar karena topografinya berbukit.

Selain itu juga terdapat lahan untuk tanaman holtikultura. Lahan tersebut
dibuat teras-teras, akan tetapi dalam pembuatan teras tersebut tidak sesuai dengan
kaidah konservasi karena teras-teras tersebut searah dengan kemiringan lereng.
Teras yang searah dengan kemiringan lereng, maka akan mempercepat laju erosi.
Dari pernyataan diaatas, nampak adanya alih fungsi lahan yang dulunya hutan
berubah menjadi lahan pertanian holtikultura. Hal ini disebabkan karena adanya
pertambahan penduduk yang menyebabkan perlu adanya alih fungsi lahan karena
meningkatnya kebutuhan manusia. Penggunaan lahan tahun 2009 daerah ini masih
didominasi dengan kawasan hutan, namun saat ini, terlihat pada pengamatan
kawasan hutan daerah ini berkurang dan menjadi lahan pertanian holtikultura.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti


ingin mengetahui bagaimana secara detail tentang penggunaan lahan di desa
Sumber Brantas, Kecamatan Bumi Aji dengan menggunakan pendekatan survey.
Menurut Darmawan (2013:49) mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan mendeskripsikan suatu objek atau kegiatan yang
menjadi perhatian peneliti. Penelitian deskriptif ini lebih terstruktur karena
diperlukan sampel dan representatif. Penelitian deskriptif ini dapat berupa
penelitian akhir atau penelitian peratara, yaitu sebagai perantara bagi penelitian
lanjut.
Sedangkan pendekatan survei sendiri digunakan dengan alasan karena
sampel yang digunakan karena wilayah tempat dilakukan penelitian juga lebih
luas. Selain itu survei sendiri bersifat explanatory, yaitu penelitian yang harus
dilakukan penjelasan atas hubungan, pengaruh, atau adanya hubungan kausal dan
sebab akibat (Darmawan, 2013:69).

Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Pada teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi
dengan menggunakan lembar pengamatan (Darmawan2013:163). Penelitian
dapat langsung ke lapangan atau ke lokasi meliuti lima lokasi penelitian. Sebelum
melakukan penelitian, peneliti harus terlebih dahulu mengadakan
pengamatan/observasi di lapangan.
2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode untuk mengumpulkan data dengan jalan

mengambil data yang tersedia dalam buku cetak, laporan, ataupun lainnya. Dalam

penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berisi

profil serta potret lokasi penelitian.

peta yang dubutuhkan : peta RBI

data alih fungsi lahan hutan 5 tahun terakhir

citra google earth kec. bumu aji

rt-rw kota batu th. 2010-2030

flow chart:

Anda mungkin juga menyukai