Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PENELITIAN

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN


SINKRONUS DENGAN ASINKRONUS TERHADAP HASIL
BELAJAR PADA MATERI MENYUSUN TEKS PROSEDUR
SISWA KELAS XI SMA N 1 KOTA JAMBI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah

Metodologi Penelitian Kuantitatif

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Tatu Hilaliyah, M. Pd.

Disusun Oleh:

Ria Ardiyanti 1001220126

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, saya panjatkan puja dan puji syukur atas
rahmat, nikmat dah hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini
dengan baik. Saya ucapkan terima kasih kepada diri sendiri yang sudah
menyelesaikan penelitian ini dan tidak lupa kepada Ibu Dr. Hj. Tatu Hilaliyah, M.
Pd.yang telah memberikan arahan sekait dengan penyusunan penelitian ini.

Makalah penelitian ini membahas perbandingan efektivitas pembelajaran sinkronus


dengan asinkronus terhadap hasil belajar pada materi menyusun tek prosedur siswa
kelas XI SMA N 1 Kota Jambi. Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat
bermanfaat baik bagi peneliti dan pembaca. Saya berharap adanya kritik dan saran
yang inovatif dari Ibu dosen pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian
Kuantitatif, teman-teman perkuliahan serta pembaca.

Serang, 14 Desember 2022

Peneliti
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh virus Corona pada tahun 2020
telah banyak mengubah tatanan kehidupan masyarakat dunia termasuk
Indonesia. Virus ini dapat menyebar melalui perantara manusia, oleh sebab itu
pemerintah menetapkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing) dan
penerapan protokol kesehatan. World Health Organization (WHO)
merekomendasikan salah satu langkah penyebaran COVID-19 adalah dengan
menerapkan pembatasan perjalanan, karantina, pembatasan jam malam,
pengendalian bahaya di tempat kerja, dan penutupan fasilitas umum (Gunawan,
dkk, 2020). Hal ini kemudian berpengaruh ke berbagai bidang mulai dari bidang
ekonomi, bidang industri, hingga bidang pendidikan Nadiem Makarim, selaku
Menteri Pendidikan Indonesia, membuat kebijakan berupa pengalihan
pembelajaran tatap muka menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau
pembelajaran secara daring sebagai bentuk Corona penyebaran virus.
Menurut Munir (2009) pembelajaran jarak jauh dilaksanakan karena
batasan jarak, tempat, dan waktu dalam proses pelaksanaan pembelajaran.
Selain itu, pembelajaran jarak jauh dapat pula diartikan tatap muka dalam
pembelajaran tidak secara langsung Dalam mengatasi batasan-batasan yang
ada, di era sekarang ini dapat memanfaatkan teknologi yang akan
mempertemukan guru dan siswa meskipun bertatap muka secara tidak langsung
Menurut Hartanto (2016), tipe pembelajaran jarak jauh ada dua yaitu
pembelajaran secara sinkronus dan asinkronus. Asinkronus artinya pelaksanaan
belajar tidak terjadi dalam waktu bersamaan sedangkan sinkronus artinya
pelaksanaan belajar berada pada waktu yang sama. "Pada pembelajaran
asinkronus, peserta didik dapat mengakses materi pembelajaran dengan lebih
fleksibel serta dapat melaksanakan pembelajaran dan menyelesaikannya sesuai
rentang waktu yang telah ditentukan oleh guru. Pembelajaran dapat berupa
pemberian bacaan, video, simulasi, permainan edukatif, kuis, dan pengumpulan
tugas. Sedangkan, pada pembelajaran sinkronus diharuskan antara guru dan
peserta didik mengakses internet dalam waktu bersamaan. Hal ini
memungkinkan interaksi langsung antara guru dan peserta didik secara daring
Pembelajaran sinkronus secara lebih singkat digambarkan sebagai kelas nyata
namun bersifat maya (virtual). Pembelajaran sinkronus biasanya dapat berupa
video conference" (Hartanto, 2016).
Materi menyusun teks prosedur di Sekolah Menengah Atas (SMA)
merupakan materi sangat penting yang akan ditemui pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas 11, karena teks prosedur bertujuan untuk membantu
memudahkan pembaca melakukan langkah kerja secara berurutan untuk
mencapai tujuan tertentu atau petunjuk penggunaan. Salah satu tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dari materi menyusun teks prosedur tersebut
adalah Siswa dapat merancang penulisan teks prosedur dan menulis teks
prosedur dengan memperhatikan pilihan kata, kelengkapan struktur, dan
penggunaan kata kalimat/tanda baca/ejaan.
Di Indonesia menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam
menulis, khususnya pada pembelajaran menyusun teks prosedur. Kendala
tersebut meliputi siswa kurang memahami struktur dan ciri kebahasaan teks
prosedur, siswa belum memperhatikan langkah langkah dalam menulis teks
prosedur yang menyebabkan siswa belum mampu menyusun informasi atau
fakta ke dalam teks pada penulisan prosedur masih banyak kesalahan bahasa
yang digunakan siswa.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan salah seorang guru bahasa
Indonesia, Bapak Drs. Irwansyah, S.Pd., M.Pd.I. yang merupakan guru Bahasa
Indonesia di SMA Negeri 1 Kota Jambi pada hari Jumat, 02 September 2022,
pukul 09.00 WIB melalui via zoom, diketahui bahwa hal yang menjadi masalah
dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah siswa kesulitan dalam
mengembangkan ide dan gagasan, bahasa yang digunakan siswa masih belum
efektif, masih terdapat kesalahan penggunaan ejaan, siswa masih belum mampu
menulis sesuai dengan struktur dan kaidah kebahasaan, kosakata yang
digunakan siswa dalam menulis tidak efektif, kurangnya kegiatan praktik dan
membaca siswa dalam menulis. Hal tersebut dapat menjadi faktor yang sangat
mempengaruhi siswa dalam proses belajarnya. Terutama dalam proses
pembelajaran menyusun teks prosedur.
Kesulitan siswa dalam memahami materi pembealajarn juga bisa dapat
dipengaruhi pada proses pembelajaran yang di terapkan oleh pendidik, apa lagi
di masa pandemi saat ini pendidik harus lebih mampu mengoptimalkan proses
pembelajaran yang efektif untuk peserta didik. Berdasarkan beberapa
permasalah tersebut peneliti merasa penting melaksanakan penelitian yang
berhubungan dengan pengaruh perbandingan efektivitas Pembelajaran
Sinkronus dan Asinkronus terutama pada materi meyusun teks prosedur agar
agar siswa dapat merancang penulisan teks prosedur dan menulis teks prosedur
dengan memperhatikan pilihan kata, kelengkapan struktur, dan penggunaan
kata kalimat/tanda baca/ejaan dengan baik dan guru dapat menerapkan proses
pembelajaran yang pas bagi siswa di masa pandemi saat ini. Oleh karena itu,
dilakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Efektivitas Pembelajaran
Sinkronus dengan Asinkronus Terhadap Hasil Belajar Pada Materi Menyusun
Teks Prosedur Siswa Kelas XI SMA N 1 Kota Jambi”.

1.2 Kajian Penelitian Yang Relavan


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kezia Amandea dan Magareta
Dinda Ayuningtiyas tentang perbandingan efektivitas pembelajaran sinkronus
dan asikronus pada materi program linear. Penelitian tersebut untuk bertujuan
meningkatkan kemampuan untuk membandingkan kedua metode pembelajaran
jarak jauh tersebut untuk mengetahui metode mana yang lebih efektif digunakan
selama pembelajaran jarak jauh pada materi Program Linear melalui
pendekatan PMRI. Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode
penelitian kuantitatif. Kesimpulan pada penelitian tersebut tentang pengaruh
perbandingan keefektivan antara dua pembelajaran jarak jauh. Kajian penelitian
tersebut menjadi relevan bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini.

1.3 Identifikasi Masalah Penelitia


Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan, masalah dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Siswa kesulitan dalam menulis teks prosedur dengan memperhatikan
pilihan kata, kelengkapan struktur, dan penggunaan kata kalimat/tanda
baca/ejaan dengan baik.
2. Pemilihan metode pemebelajaran jarak jauh yang kurang pas untuk siswa
yaitu melalui metode pembelajaran secara sinkronus dan asinkronus.
3. Adakah perbandingan keefektivan dalam menerapkan metode pembelajaran
secara sinkronus dan asinkronus terhadap hasil belajar siswa pada materi
menyusun teks prosedur siswa SMA N IX Kota Jambi .

1.4 Batasan Masalah Penelitian


Berdasarkan identifikasi masalah penelitian tersebut, permasalah penelitian
ini dibatasi pada perbandingan efektivitas pembelajaran sinkronus dan
ansinkronus terhadap hasil belajar siswa pada materi menyusun teks prosedur
siswa SMA N IX Kota Jambi.

1.5 Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah
pada penelitian ini sebagi berikut :
1. Bagaimana perbandingan efektivitas dalam penerapan metode
pemebelajaran sinkronus dengan ansinkronus?
2. Bagaimana hasil belajar siswa materi menyusun teks prosedur siswa SMA
N IX Kota Jambi menggunakan metode pembelajaran sinkronus dengan
ansinkronus?
3. Apa metode pembelajaran jarak jauh yang tepat di gunakan untuk siswa
SMA N IX Kota Jambi pada materi meyusun teks prosedur?

1.6 Manfaat Hasil Penelitian


Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
praktis bagi pihak-pihak yang memerlukan. Adapun manfaat yang diharapkan
tersebut adalah:
a) Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan menambah dan memberikan kontribusi dan
wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang menyusun teks prosedur.
b) Secara Praktis
1) Bagi guru
Kepada guru bahasa Indonesia SMA N 1 Kota Jambi , yaitu sebagai
bahan masukan dalam meningkatkan pembelajaran jarak jauh yang
efektif terutama pada materi menyusun teks prosedur.
2) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengalaman dan
wawasan bagi peneliti sendiri mengenai pemilihan metode
pembelajaran yang pas bagi siswa nantinya.
3) Bagi Peneliti Lainnya
Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan informasi serta
referensi bagi peneliti selanjutnya.
BAB II

KAJIAN TEORITIK

2.1 Kajian Teori Variabel Y

1. Hasil Belajar
Pengertian hasil belajar secara umum adalah sesuatu yang dicapai
atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal
tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan
dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada
diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan, kecakapan
dasar dan perubahan tingkah laku secara kuantitatif.Hasil belajar juga dapat
didefinisikan sebagai prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam proses
kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan
pembentukan tingkah laku seseorang dalam sebuah sistem pendidikan
tertentu.
Menurut Blom (2009) hasil belajar mencakup kemampuan kognitf,
afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge
(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,
meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,
menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain efektif
adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),
valuing (nilai), organitation (organisasi), characterization (karakterisasi).
Sedangkan domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan
rountinized serta keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial,
dan intelektual
Menurut Sudjana (2004) Pengertian hasil belajar menurut Sudjana
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Menurut W. Winkel (1989) Definisi hasil belajar
adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di
sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya
adalah faktor internal dan faktor eksternal. Berikut merupakan penjelasan
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
1) Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor internal ini
meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis pada diri masing-
masing siswa.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu yang turut
mempengaruhi hasil belajar. Faktor eksternal ini meliputi faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
2. Materi
Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung
pada keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi
Pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari
Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan
dilakukan pada saat Kegiatan Pembelajaran. Secara garis besar dapat
dikemukakan bahwa Materi pembelajaran (instructional materials) adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik
dalam rangka memenuhi standarkompetensi yang ditetapkan.
Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari
keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan
pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta
didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran
hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar
kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator .
Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu
peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi
pembelajaran adalah jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment)
terhadap materi pembelajaran tersebut. Agar guru dapat membuat persiapan
yang berdaya guna dan berhasil guna, dituntut memahami berbagai aspek
yang berkaitan dengan pengembangan materi pembelajaran, baik berkaitan
dengan hakikat, fungsi, prinsip, maupun prosedur pengembangan materi
serta mengukur efektivitas persiapan tersebut.
Jenis-Jenis Materi Pembelajara
Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut :
1) Fakta yaitu segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi
nama -nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama
orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya.
Contoh dalam mata pelajaran Sejarah: Peristiwa sekitar Proklamasi 17
Agustus 1945 dan pembentukan Pemerintahan Indonesia.
2) Konsep yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang
bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri
khusus, hakikat, inti /isi dan sebagainya. Contoh, dalam mata pelajaran
Biologi: Hutan hujan tropis di Indonesia sebagai sumber plasma nutfah,
Usaha-usaha pelestarian keanekargaman hayati Indonesia secara in-situ
dan ex-situ, dsb.
3) Prinsip yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi
terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma,
teorema, serta hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi
sebab akibat. Contoh, dalam mata pelajaran Fisika: Hukum Newton
tentang gerak, Hukum 1 Newton, Hukum 2 Newton, Hukum 3 Newton,
Gesekan Statis dan Gesekan Kinetis, dsb.
4) Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam
mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Contoh, dalam
mata pelajaran TIK: Langkah-langkah mengakses internet, trik dan
strategi penggunaan Web Browser dan Search Engine, dsb.
5) Sikap atau Nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai
kejujuran, kasih sayang, tolongmenolong, semangat dan minat belajar
dan bekerja, dsb. Contoh, dalam mata pelajaran Geografi: Pemanfaatan
lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, yaitu pengertian
lingkungan, komponen ekosistem, lingkungan hidup sebagai
sumberdaya, pembangunan berkelanjutan
Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi

Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi


pembelajaran adalah kesesuaian(relevansi), keajegan (konsistensi), dan
kecukupan (adequacy).

1) Relevansi artinya kesesuaian. Materi pembelajaran hendaknya relevan


dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi
dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa
menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus
berupa fakta, bukan konsep atauprinsip ataupun jenis materi yang lain.
Misalnya : kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah
”Menjelaskan hukum permintaan dan hukum penawaran serta asumsi
yang mendasarinya” (Ekonomi kelas X semester 1) maka pemilihan
materi pembelajaran yang disampaikan seharusnya ”Referensi tentang
hukum permintaan dan penawaran” (materi konsep), bukan
Menggambar kurva permintaan dan penawaran dari satu daftar transaksi
(materi prosedur).
2) Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai
peserta didik ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga
harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus
dikuasai peserta didik adalah Operasi Aljabar bilangan bentuk akar
(Matematika Kelas X semester 1) yang meliputi penambahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan
juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
merasionalkan pecahan bentuk akar.
3) Adequacy artinya kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar
yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu
banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka
akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum
(pencapaian keseluruhan SK dan KD)
3. Teks Prosedur
Teks prosedur adalah sebuah teks yang berisi langkah atau tahapan untuk
melakukan suatu hal. Teks prosedur menjelaskan cara membuat atau
mengerjakan sesuatu dengan langkah-langkah terstruktur. Tujuan teks
prosedur adalah untuk menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan agar
pembaca atau pemirsa dapat secara tepat dan akurat mengikuti sebuah
proses membuat sesuatu, melakukan suatu pekerjaan, atau menggunakan
suatu alat.
Ciri-ciri teks prosedur
• Menggunakan kata-kata kerja perintah.
• Menggunakan konjungsi.
• Menggunakan kata-kata teknis.
• Terdapat tujuan kegiatan yang dibahas.
• Ada alat dan bahan yang digunakan untuk membuat kegiatan yang
dibahas.
Jenis-Jenis Teks Prosedur
1) Teks Prosedur Sederhana
Teks prosedur sederhana berisi langkah-langkah yang terdiri dari tiga
sampai empat tahap. Contoh teks prosedur sederhana adalah cara
menghidupkan televisi, cara membuat teh hangat, cara membuat kopi,
dan lain sebagainya.
2) Teks Prosedur Kompleks
Teks prosedur kompleks terdiri dari banyak langkah, seperti cara
membuat donat, cara membuat email, cara merajut tas, dan sebagainya.
3) Teks Prosedur Protokol
Teks prosedur protokol adalah teks yang pada setiap langkahnya bisa
diubah tidak harus runtut, walaupun berubah, tetapi hasil akhirnya tetap
sama. Teks prosedur protokol berisi tahap-tahap yang tidak terlalu rumit
sehingga mudah untuk dipahami.
Struktur Teks Prosedur
• Judul.
• Pengantar umum sebagai penanda apa yang akan dibuat, dilakukan,
atau motivasi.
• Bahan dan alat. Merinci bahan dan alat dengan ukuran yang akurat.
• Langkah-langkah. Urutan langkah secara rinci per tahap.
• Penutup. Berisi penekanan isi dan kata-kata motivasi serta bersifat
opsional.
Kaidah Kebahasaan Teks Prosedur
Bersumber dari buku Struktur dan Kebahasaan Teks Prosedur, terdapat
beberapa kaidah kebahasaan dalam teks prosedur, yaitu:
1) Banyak menggunakan kata kerja perintah (imperatif)
Kata kerja imperatif dibentuk dengan akhiran -kan, -i, dan partikel -lah.
Ciri- ciri kalimat imperatif adalah berisikan perintah, imbauan atau
larangan serta diakhiri dengan tanda seru (!) di akhir kalimat.
2) Menggunakan kata-kata teknis yang berkaitan dengan topik yang
dibahasnya Kata teknis adalah kata-kata yang memiliki makna khusus
pada suatu bidang keahlian. Makna dari kata teknis ini adalah makna
leksikal atau makna kamus. Apabila teks tersebut berkenaan dengan
masalah komunikasi, akan digunakan istilah-istilah komunikasi pula,
misalnya tanya jawab, kontak mata, pewawancara, verbal, nonverbal,
bahasa tubuh, dan negosiasi.
3) Banyak menggunakan konjungsi dan partikel yang bermakna
penambahan Konjungsi penambahan adalah sebuah konjungsi
bermakna tambahan yang diberikan untuk menggabungkan kalimat
sederhana menjadi kalimat kompleks. Contoh: selain itu, pun,
kemudian, selanjutnya, oleh karena itu, lalu, setelah itu, dan di samping
itu.
4) Banyak menggunakan pernyataan persuasive, kalimat persuasif
merupakan kalimat ajakan kepada seseorang atau banyak orang. Tidak
hanya berisi ajakan, kalimat persuasif juga berisi tentang suatu
permintaan atau imbauan.
5) Menjelaskan benda dan alat yang dipakai, apabila prosedur itu berupa
resep dan petunjuk penggunaan alat, akan digunakan gambaran
terperinci tentang benda dan alat yang dipakai, termasuk ukuran,
jumlah, dan warna.

2.2 Kajian Teori Variabel X (X1, X2)

1. Perbandingan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata
perbandingan adalah perbedaan (selisih) kesamaan. Perbandingan adalah
membandingkan dua nilai atau lebih dari suatu besaran yang sejenis dan
dinyatakan dengan cara yang sederhana.
2. Efektivitas
Efektivitas adalah serapan dari bahasa Inggris “effective” yang
artinya berhasil dengan baik. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
menjelaskan, efektivitas adalah wujud dari keefektifan. Secara umum,
pengertian efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat
keberhasilan atau pencapaian suatu tujuan yang diukur dengan kualitas,
kuantitas, dan waktu, sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya.
3. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan
sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Salah satu pengertian pembelajararan dikemukakan oleh Gagne
(1977) yaitu pembelajaran adalah seperangkat peristiwa -peristiwa eksternal
yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat
internal. Lebih lanjut, Gagne (1985) mengemukakan teorinya lebih lengkap
dengan mengatakan bahwa pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan
belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk
mengaktifkan, mendukung, dan mempertahankan proses internal yang
terdapat dalam setiap peristiwa belajar. Jadi pembelajaran merupakan
aktivitas yang paling utama. Hal ini berarti bahwa keberhasilan suatu
individu dalam pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada
bagaimana pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
4. Pembelajaran Sinkronus
Pembelajaran sinkron terjadi langsung, dalam waktu nyata. Guru
dan siswa dapat berbicara satu sama lain melalui media online. Ini tidak
dapat terjadi di mana pun dan pada waktu tertentu karena semua harus hadir
pada saat interaksi berlangsung. Metode ini paling mendekati pengalaman
kelas tradisional.
Ada beberapa metode yang memungkinkan pembelajaran sinkron,
seperti konferensi video, obrolan langsung, atau streaming langsung.
Contoh alat yang dapat digunakan adalah Zoom. semua dapat menonton
melalui tautan, melihat satu sama lain melalui webcam dan berbagi atau
mengambil alih layar.
Kelebihan Pembelajaran Sinkronus
1) Interaktif: guru dan siswa dapat melakukan diskusi aktif dan masukan
langsung secara pribadi, berdasarkan kecepatan belajar siswa.
2) Motivasi: Saat bersama guru dan siswa, maka siswa terdorong untuk
bekerja dengan cara yang lebih fokus dan produktif.
Kekurangan Pembelajaran Sinkronus
1) Satu kerangka waktu: Karena pembelajaran sinkron mengharuskan
semua orang untuk mendengarkan pada waktu yang sama, seluruh kelas
harus online pada waktu yang sama.
2) Persyaratan teknis: Untuk mendapatkan pengalaman belajar sinkronis
yang sukses, guru dan siswa harus memiliki koneksi Internet yang tepat
dan baterai yang telah diisi. Ini berarti semua harus berada di rumah,
terhubung ke WiFi. Jika sedang dalam perjalanan, ini mungkin menjadi
masalah.
5. Pembelajaran Ansinkronus)
Pembelajaran asinkron merupakan metode pembelajaran yang tidak terjadi
secara langsung dan tidak interaktif. Itu bisa terjadi kapan pun, di mana pun.
Ada banyak cara untuk menyediakan pembelajaran asinkron. Contohnya
termasuk video online, modul pelajaran mandiri, dan artikel atau makalah
yang diposting. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, MIT
menyediakan banyak kursus online. Ini adalah contoh sempurna dari konten
pembelajaran asinkron.
Kelebihan Pembelajaran Asinkronus
1) Fleksibilitas: guru dan siswa dapat mengakses konten kapan pun dan di
mana pun. tidak perlu berada di ruangan yang tenang dengan kondisi
yang sempurna.
2) Belajar dengan kemampuan siswa sendiri
3) Banyak sekali pilihan: Ada banyak sekali pilihan konten di luar sana.
Jika ingin mengetahui lebih banyak tentang topik tertentu, cukup
telusuri web untuk mendapatkan jawabannya.
Kekurangan Pembelajaran Asinkronus
1) Impersonal: Meskipun pembelajaran asinkron memiliki banyak
keuntungan, ia tidak memiliki sentuhan personal yang dibutuhkan
banyak siswa. Ini kurang kolaboratif, memotivasi, dan siswa tidak dapat
langsung menerima umpan balik.
2) Membutuhkan disiplin: siswa jauh lebih mudah untuk menyerah dalam
belajar jika tidak ada yang membimbing.
Perbedaan utama antara pembelajaran sinkron dan asinkron adalah bahwa
yang pertama bersifat langsung dan interaktif sedangkan yang kedua tidak.
Kedua metode ini berharga dalam hal pendidikan online.

2.3 Kerangka Teoritik

A. Pengaruh Pembelajaran Sinkronus Terhadap Hasil Belajar Siswa


Pada Materi Menyusun Teks Prosedur
Dalam pembelajaran sinkron terjadi proses interaksi realtime antara
guru dengan siswa. Proses interaksi ini membuat siswa aktif berpartisipasi
dalam proses pembelajaran.Metode pembelajaran sinkron memiliki
keungglan daripada asinkron. Keunggulan dari metode pembelajaran
sinkron berdasarkan penelitian Shoepe, dkk (2020), yang mana disimpulkan
bahwa pembelajaran daring secara synchronous (sinkron) dapat
meningkatkan interaksi dan keterlibatan siswa dalam belajar. Keterlibatan
siswa dalam belajar berarti siswa secara psikologis merasa senang, merasa
tertarik untuk belajar. Siswa berpartisipasi aktif dan merasa
bertanggungjawab untuk proses belajar. Pada akhirnya keterlibatan ini akan
berdampak pada penguasaan siswa terhadap materi pelajaran khusunya
pada materi Menyusun teks prosedur.
B. Pengaruh Pembelajaran Asinkronus Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Materi Menyusun Teks Prosedur
Dalam pembelajaran asinkron memiliki beberapa kekurangan yang
mempengaruhi tidak hanya proses belajar tetapi juga hasil belajar yaitu
kecenderungannya untuk menghilangkan sentuhan interaksi sosial seperti
berdiskusi dan berdebat dengan siswa lainnya dan yang kedua asinkronus
juga bisa menyebabka sikap apatis dari seorang siswa, karena ketiadaan
feedback dari pengajar secara langsung kepada siswa.

2.4 Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran adalah alur pikir peneliti sebagai dasar-dasar pemikiran


untuk memperkuan sub fokus yang menjadi latar belakang penelitian ini.

Hasil Belajar Siswa Pada


Materi Menyusun Teks
Prosedur

Pembelajaran Pembelajaran
Sinkronus (X1) Asinkronus (X2)

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan


sebelumnya, maka rumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak pengaruh yang signifikan antara metode pembelajar sinkronus
dengan asinkronus pada materi Menyusun teks prosedur.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran sinkronus


dengan asinkronus pada materi menyusun teks prosedur.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Recana Penelitian

a. Tempat Penelitian

Rencana penelitian ini akan dilakukan di SMA N 1 Kota Jambi dimana


siswa kelas XI yang menjadi objek penelitian, adapun alasan dipilihnya
lokasi penelitian di SMA N 1 Kota Jambi yaitu karena SMA N 1 kota jambi
masih menerapkan pembelajaran jarak jauh dengan metode pembelajaran
sinronus dan asinkronus. Sehingga hal ini yang membuat sejalan dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu untuk menemukan berbagai masalah
yang berkaitan mengenai perbandingan efektivitas pemeblajaran sinkronus
dengan asinkronus terhadap hasil belajar pada materi menyusun teks
prosedur siswa kelas XI SMA N 1 Kota Jambi

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2022


pukul 9.00 pagi hingga selesai.

3.2 Metode Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah


metode penelitian komperatif. Metode penelitian komperatif adalah metode
yang membandingkan sesuatu yang nampak berdasarkan fakta-fakta yang
diteliti dengan tujuan menemukan jawaba atas apa yang diteliti. Suharsimi
Arikunto (1997: 236) menyebutkan bahwa "Penelitian komparatif akan
menemukan persamaan persamaan dan perbedaan- perbedaan tentang benda,
orang, prosedur kerja, ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide
atau suatu prosedur kerja". Artinya, dalam penelitian komparatif tersebut
perbedaan- perbedaan yang nampak, apakah dapat diperbandingkan atau tidak.
Oleh karena itu, diperlukannya perbandingan dua variabel atau lebih, dua
objek atau lebih berdasarkan fakta yang ada untuk mendapatkan jawaban yang
relevan. Oleh karena itu menurut peneliti jenis metode penelitian komperatif
cocok digunakan untuk penelitian ini yang berjudul Perbandingan Efektivitas
Pembelajaran Sinkronus dengan Asinkronus Terhadap Hasil Belajar Pada
Materi Menyusun teks Prosedur Siswa Kelas XI SMA N Kota Jambi.

3.3 Desain Penelitian

Desan penelitian komperatif pada dasarnya adalah terdapat dua veriabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas (X1 dan X2) dalam penelitian ini adalah
pembelajaran sinkronus dan pembelajaran asinkronus, sedangkan variabel
terikat adalah (Y) hasil pembelajaran pada materi Menyusun teks prosedur.

Variabel Sumber Data

Pembelajaran Sinkronus
(X1)
Hasil Pembelajaran
Pada Materi Menyusun
Pembelajaran Asinkronus Teks Prosedur (Y)
(X2)

DATA DATA LAPANGAN

ANALISIS DATA PERSENTASE

• Pembelajaran
Sinkronus
• Pembelajaran
Asinkronus
TEMUAN HASIL ANALISIS
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah sekelompok subjek atau data dengan karakteristik tertentu.
Dalam populasi dijelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan mana
yang menjadi sasaran penelitian tersebut. Jadi, populasi yaitu keseluruhan
sasaran yang seharusnya diteliti dan pada populasi ini hasil penelitian ini
diberlakukan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA N
1 Kota Jambi
2. Sampling Penelitian
Sampling adalah Teknik pengambilan sampel dalam metode tertentu.
Teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
simple random sampling. Teknik simple random sampling menurut karliger
(2006: 188) adalah metode penarikan dari sebuah populasi atau semesta
dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau semesta tadi
memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil. Jadi setiap
anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sempel.
Cara menentukan siapa saja yang bisa menjadi sempel adalah dilakukan
dengan cara acak tanpa ada stratifikasi, kluster atau teknis secara sistematis.

3.5 Prosedur Penelitian


Perosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
kegiatan penelitian berfungsi sebagai pedoman dalam penelitian yang mulai
dari tahap awal (persiapan), tahap pelaksanaan, dan tahap akhir (penyelesaian),
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu :
1. Tahap Awal (Persiapan)
a. Melakukan wawancara dengan pihak yang berkaitan untuk
mendapatkan data mengenai masalah yang dijadikan sebagai
permasalahan dalam penelitian serta untuk mengetahui responden yang
akan dijadikan objek penelitian.
b. Memilih masalah dan merumuskan masalah serta menentukan alat
pengumpul data.
c. Menyusun kerangka penelitian. Data yang di perlukan dalam
penyusunan kerangka atau outline ini terdiri dari latar belakang
penelitian, kajian penelitian yang relavan, identifikasi masalah
penelitian, batasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian,
manfaat hasil penelitian dan metode penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan yang dilakukan sebagai berikut :
a. Pengumpulan data penelitian
b. Pengecekan data dan pengolahan data penelitian
c. Penyusunan dan pembahasan hasil penelitian serta kesimpulan dan
saran
3. Tahap Akhir
Penyelesaian hasil penelitian dan dikumpulkan kepada dosen pengampu
mata kuliah.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket dan tes penugasan
sesuai dengan variable yang telah di tetapkan. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan dua cara sebagai berikut :
Pertama, dalam menggunakan teks siswa diminta untuk mengerjakan
kuesioner yang berhubungan metode pembelajaran sinkronus dan asinkronus
yang digunakan pada pada meteri menyusun teks prosedur dilengkapi dengan
lembar jawaban sesuai petunjuk soal, siswa diminta memberi tanda pada
jawaban yang dianggap benar yang terdapat pada lembar jawaban. Lembar
jawaban kemudian dikumpulkan kembali untuk selanjutnya diolah berdasarkan
teknik analisis data.
Kedua, peneliti memberikan tes unjuk kerja atau penugasan untuk
mengetahui hasil belajar siswa pada materi menyusun teks prosedur. Siswa
diminta untuk menuliskan teks prosedur dengan memperhatikan indikator
menulis teks prosedur. Setelah selesai mengerjakan tes, tulisan siswa
dikumpulkan dan dilakukan analisis sesuai dengan indikator penilaian tes unjuk
kerja.
3.7 Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136) instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam penelitian
instrumen yang digunakan adalah Angke dan tes.
1) Angket
Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperolah informasi dari responden. Kuesioner atau angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner atau angket tertutup,
karena responden hanya tinggal memberikan tanda pada salah satu jawaban
yang dianggap benar. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner yaitu daftar pernyataan yang disusun secara tertulis
yang bertujuan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban para
responden. Dalam penelitian ini mengungkap perbandingan pembelajarn
sinronus dan asinkronus pada materi menyusun teks prosedur dengan kisi-
kisi intrumen sebagai berikut :
Variabel Sub variabel Indikator Butir Butir
Soal Soal
Positif Negatif
Pembelajaran 1. Pembelajaran a. Metode 1, 3, 4 2, 5
sinkronus Sinkronus pembelajaran
dan 2. Pembelajaran yang disukai
asinkronus Asinkronus siswa.
pada materi b. Metode yang 6,8 7, 9
menyusun lebih mudah
teks prosedur untuk
dipahami
menurut
siswa.
c. Ketertarikan 10, 11, 13, 15
pada metode 12,14
yang
digunakan.
Jumlah soal : 15

2) Test

Tes yaitu pertanyaan atau Latihan yang digunakan untuk mengukur hasil
belajar pada materi menyusun teks prosedur siswa kelas XI SMA N 1 Kota
Jambi. Tes yang digunakan adalah jenis tes subjektif. Berikut teks kisi-kisi
yang akan digunakan sebagai salah satu instrument dalam penelitian ini.

Kompetensi Inti Kompetensi Indikator Nomor


Dasar Butir Soal
Memahami, 3.2. Menganalisis 3.2.1 1, 4, 5, 7
menerapkan, dan Struktur dan Mengidentifikasi
menganalisis Kebahasaan Teks Sreuktur Teks
pengetahuan Prosedur Prosedur.
faktual, 3.2.1 Menelaah 2, 3, 6
konseptual, Kebahasaan Teks
prosedural, dan Prosedur.
metakognitif
berdasarkan
rasaingin tahunya
tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya, dan
humaniora
dengan wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban terkait
penyebab
fenomena dan
kejadian, serta
menerapkan
pengetahuan
prosedural pada
bidang kajian
yang spesifik
sesuai dengan
bakat dan
minatnya untuk
memecahkan
masalah
Mengolah, 4.2 Memproduksi 4.2.1 Menentukan 8, 9
menalar, dan teks prosedur Pola
menyaji dalam secara lisan Penggambaran
ranah konkret dan ataupun tulis dalam menulis
ranah abstrak dengan teks prosedur.
terkait dengan memperhatikan 4.2.2 Menulis teks 10
pengembangan struktur dan prosedur
dari yang kebahasaan. berdasarkan
dipelajarinya struktur dan
disekolah secara kebahasaan.
mandiri,
bertindak secara
efektif dan
kreatif, serta
mampu
menggunakan
metoda sesuai
kaidah keilmuan
Jumlah :
10
3) Pengukuran
Pengukuran pada tes subjektif instrumen hasil belajar pada materi
menyusun teks prosedur siswa kelas XI SMA N 1 Kota Jambi adalah skala
interval dengan pedoman penskoran yang telah ditetapkan pada setiap butir
soal. Kemudian untuk setiap butir angket instrumen perbandingan
pembelajarn sinronus dan asinkronus pada materi menyusun teks prosedur
diukur dengan skala Rasio. Untuk pemberian skor pada setiap butir soal
dipergunakan skala Likert yang telah dimodifikasi dan disusun untuk
alternatif jawaban. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Skala likert yang digunakan dalam penelitian ini yaitu minimum skor 1 dan
maksimum skor 4, dikarenakan akan diketahui secara pasti jawaban
responden, apakah cenderung kepada jawaban yang setuju maupun yang
tidak setuju. Sehingga hasil jawaban responden diharapkan lebih relevan.
Sugiyono (2014:58).
Tabel Skor Skala Likert.
No Jawaban Skor
1 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
2 Tidak Setuju (TS) 2
3 Setuju (S) 3
4 Sangat Setuju 4

4) Uji Validasi dan Reabilitas


1) Uji Validasi
Uji validasi adalah uji ketepatan atau ketelitian suatu alat ukur dalam
mengukur apa yang sedang ingin diukur. Ghozali (2009) menyatakan
bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Sebuah instrumen dikatakan valid jika dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Sundayana,
2016). Maksudnya, ada relevansi antara instrumen yang dipilih (tes)
dengan fungsi pengukurannya. Tes yang memiliki validitas yang tinggi
dibangun oleh validitas yang tinggi pula. Untuk menemukan validitas
item dapat dilakukan dengan menggunakan rumus product memperson
biserial berikut ini :
𝑀𝑝−𝑀𝑡 𝑝
𝑟𝑝𝑏𝑖 = √𝑞
St

Keterangan :
Rpbi = validitas item yang dicari
Mp = rerata skor tester yang menjawab benar
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi
P = rerata siswa yang menjawab benar
q = rerata siswa yang menjawab salah
Hasil dari penggunaan rumus biserial kemudian ditafsirkan ke
dalam (rtabel) untuk mengetahui valid atau tidaknya item dengan taraf
signifikan 95% dan derajat kebebasan (dk) n-1. Jika hasil yang diperoleh
rhitung lebih besar dari rtabel berarti soal tersebut dikatakan valid.
Sebaliknya, jika hasil yang diperoleh rhitung lebih kecil dari rtabel,
berarti soal tersebut dikatakan tidak valid.
2) Reliabilitas
Reabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan. Instrumen yang
reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa untuk mengukur
obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,
2010:173). Reliabilitas tes dalam penelitian dapat ditentukan dengan
teknik belah dua (split half method) jika diujikan satu kali dan jumlah
item genap. Rumus yang digunakan adalah rumus product moment dan
Spearman-Brown :
𝑁∑𝑋𝑌 − (∑𝑋)(∑𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁∑𝑋 2 − (∑𝑋)2 } {𝑁∑𝑌 2 − (∑𝑌)2 }

Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = skor ganjil
Y = skor genap
N = jumlah subjek penelitian
ΣX = jumlah perkalian X dan Y
ΣX2 = jumlah kuadrat dari X
ΣY2 = jumlah kuadrat dari X

Selanjutnya, hasil dari rumus product moment tersebut dimasukkan ke


dalam rumus Spearman-Brown berikut.
2𝑟1⁄ 1
2 ⁄2
𝑟11 =
[1 + 𝑟1⁄ 1 ]
2 ⁄2
Keterangan :
𝑟11= Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
𝑟1⁄ 1 = korelasi antara skor -skor belahan tes
2 ⁄2

Hasil dari penggunaan rumus Spearman-Brown ditafsirkan ke dalam


rtabel untuk mengetahui reliabel atau tidaknya tes tersebut dengan taraf
signifikansi 95% dan derajat kebebasan (dk) n-1. Jika hasil yang yang
diperoleh (rhitung) lebih besar dari rtabel, berartI soal tersebut dikatakan
reliabel. Sebaliknya, jika hasil yang diperoleh (rhitung) lebih kecil dari
rtabel berarti soal tersebut dikatakan tidak reliabel.

3.8 Uji Analisis Data


Uji analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas. Uji
normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi
normal atau tidak.dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan uji Lilieffors dengan Langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menentukan mean dan standar deviasi
2) Menentukan angka baku (Z) dengan rumus sebagi berikut
𝑋𝑖 − 𝑋
𝑍1 =
𝑆𝐷
𝑛 (∑ 𝑥 2 )(∑ 𝑥 2 )
𝑆𝐷 = √
𝑛−1
3) Menentukan luas tiap angka baku (Zi) dengan menggunakan distribusi
normal.
4) Menentukan angka peluang F(Z)=P(Z<Zi)
5) Menentukan S(Zi)= banyak Zi : n
6) Menentukan beda dari F(Zi)-S(Zi).
7) Memilih nilai terbesar F(Zi)-S(Zi) dengan mengabaikan tanda
matematikan untuk menjadikan L hitung < L 0,01/n atau P > 0,01 untuk
pengujian ini digunakan bantuan komputasi SPSS 20.

3.9 Hipotesis Statistik


Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka rumusan hipotesis statistic ini adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak pengaruh yang signifikan antara metode pembelajar sinkronus
dengan asinkronus pada materi Menyusun teks prosedur. Hipotesis diterima
apabila thing net dengan dk=n-1 pada tingkat signifikan 0.05 dan taraf
kepercayaan 95%
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran sinkronus
dengan asinkronus pada materi menyusun teks prosedur. Hipotesis diterima
apabila Thaung table dengan dk=n-1 pada tingkat 0.05 dan taraf kepercayaan
95%

Anda mungkin juga menyukai