Anda di halaman 1dari 52

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Keadaan darurat dapat disebabkan oleh karena kegagalan teknologi, ulah manusia
atau alam dapat terjadi setiap saat dan diman saja termasuk tempat kerja, untuk itu tempat
kerja perlu mempersiapkan cara penanggulangannya guna mengurangi dampak kerugian
yang mungkin terjadi seperti :

 Kecelakaan yang menimpa pada karyawan, tamu karyawan atau pihak lain dari yang
teringan seperti luka sampai yang terberat atau korban jiwa mulai dari
luka/trauma,gangguan mental, cacat sampai meninggal.
 Kerusakan aset, meskipun kerugian ini bersifat finansial namun dapat mengakibatkan
kerugian secara ganda karena hilangnya proses kegiatan.
 Terhentinya kegiatan operasi perkantoran, yang berakibat terhentinya proses bisnis
yang menyangkut kredibilitas dan komitmen terhadap pelayanan pelanggan.
 Kerusakan atau pencemaran lingkungan, merupakan kerugian yang kadang sulit
untuk dinilai dalam besaran uang, karena dapat merusak citra dan dapat bersifat
permanen.

Pada kondisi darurat diperlukan proses pelaksanaan penyelamatan secara teknis dalam
waktu singkat.Perencanaan dan persiapan kesiapsiagaan tanggap darurat merupakan
kunci keberhasilan dalam penanganan keadaan darurat secara efektif.

Untuk memahami seberapa besar dampak kerugian dari keadaan darurat dapat di lihat
dari hasil pengumpulan data statistik. Sebagai contoh adalah statistik kejadian
kebakaran, berdasarkan data dari Dinas Pemadam Kebakaran DKI menunujukkan bahwa
potensi bahaya kebakaran pada bangunan gedung perkantoran pada khususnya
merupakan ancaman yang serius karena berpotensi menimbulkan kecelakaan dan
kematian serta kerugian yang cukup besar, seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 1 : Data Statistik Kejadian Kebakaran Tahun 2004 – 2009

POKOK BENDA YANG TERBAKAR KORBAN KERUGIAN


TAHUN FREK
BP BU BI KD LN MATI LUKA RP(dalam ribuan)
2004 805 358 178 35 65 169 29 63 119,767,710
2005 742 334 157 31 83 127 37 35 144,683,575
2006 902 388 205 40 66 203 17 85 142,992,500
2007 855 380 201 30 82 162 15 63 168,675,120
2008 818 362 191 27 58 180 13 55 213,048,720
2009 681 293 103 46 48 135 38 43 226,011,500

Keterangan :

Sumber : Dinas Pemadam kebakaran DKI Jakarta Tahun 2009 (data diperoleh sampai
bulan Oktober)
Frek = Jumlah Kejadian Kebakaran

Pokok Benda yang Terbakar

BP = Bangunan Perumahan

BU = Bangunan Umum

BI = Bangunan Industri

KD = Kendaraan

LN = Lain-lain

Berdasarkan data statistik kejadian kebakaran, Gedung Perkantoran ( Bangunan


Umum) termasuk rentan terhadap kebakaran. Bangunan Gedung Perkantoran yang
selama ini relatif dianggap aman, sebenarnya dihadapkan berbagai potensi bahaya
seperti kebakaran, gempa, banjir dan lain-lain. Potensi bahaya ini dianggap kecil oleh
sebagian besar pemilik, pengelola maupun penghuni bangunan gedung perkantoran,
Karena kegiatannya hanya perkantoran, sehingga perencanaan dan persiapan untuk
menghadapi keadaan darurat relatif diabaikan. Namun, jika terjadi keadaan darurat
semua penghuni bangunan gedung perkantoran mengalami kepanikan dan tidak dapat
merespon atau menanggapi dengan cepat karena kurang atau bahkan tidak memahami
apa yang harus di lakukan.

Sebagaimana setiap akibat pasti punya dampak kondisi darurat sebagai sebuah akibat
juga mempunyai dampak. Tentunya penanganan keadaan darurat tidak bisa hanya
sebatas pada penanganan pada ketika dan sudah terjadi dan hanya bersifat sementara
tetapi harus menyentuh subtansi dan akar masalahnya. Oleh karena itu, kondisi darurat
harus dipahami sebagai salah satu proses berkesinambungan dalam keseleruhan
pengelolaan resiko bahaya itu sendiri.

Penanganan kondisi darurat bangunan gedung perkantoran perlu meletakkannya dalam


sebuah perspektif penanganan secara totalitas terhadap dampak adanya resiko bahaya
yang meliputi:

 Komitmen pemilik, pengelola dan penghuni bangunan


 Perencanaan tentang antisipasi penangulangan keadaan darurat dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia dan telah disiapkan yang memuat
antara lain organisasi dalam bentuk kordinasi, tugas dan tanggung jawab secara
jelas dan prosedur operasional penanggulangan keadaan darurat.
 Penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan andal ketika dibutuhkan.
 Penyediaan sumber daya manusia sesuai dengan kompetensinya.
 Pembinaannya secara berkesinambungan dalam bentuk sosialisasi peningkatan
kesadaran guna merubah perilaku selamat baik dalam keadaan normal maupun
dalam keadaan darurat.
 Pelatihan simulasi darurat secara berkala dan evaluasi pelaksanaannya agar
semua insan pelaku dalam organisasi tanggap darurat menjadi familiar dengan
tugas dan tanggung jawab, serta semua sistem/sarana/peralatan darurat selalu
siap pakai jika dibutuhkan.

Penanganan keadaan darurat tersebut perlu dituangkan dalam bentuk perencanaan


kesipsiagaan tanggap darurat yang menyeluruh dan komprehensif. Perencanaan
kesiapsiagaan tanggap darurat dapat dilaksanakan secara opersional jika semua
perencanaan tela h terdokumentasikan dalam bentuk buku “Prosedur Tetap (Protap)
Tanggap Darurat” yang nantinya dapat digunakan oleh semua pihak yang terkait
dalam penanggulangan keadaan darurat. Ketersediaan Protap pada bangunan
perkantoran merupakan tanggung jawab pemilik gedung yang di wakili oleh top
manajemen dan dibantu oleh pengelola bangunan. Untuk menyusun Protap Tanggap
Darurat”, diperlukan pedoman kesiapsiagaan Tanggap Darurat di Gedung
Perkantoran. Dengan telah terbitnya buku pedoman ini setiap gedung perkantoran
diharapkan mempunyai Protap Tanggap Darurat yang sesuai dengan kebutuhannya.

B. Tujuan

Pedoman kesiapsiagaan Tanggap Darurat di Gedung Perkantoran ini merupakan


acuan bagi pengelola gedung perkantoran dan pemilik gedung perkantoran dalam
menghadapi keadaan darurat.

C. Sasaran

a. Majikan/pengusaha/pemilik gedung perkantoran


b. Pengelola tempat kerja di gedung perkantoran
c. Pegawai/karyawan/pekerja di gedung perkantoran

D. Manfaat

Dengan adanya pedoman ini maka diharapkan dapat mengurangi dampak akibat
kegawatdaruratan.

E.Ruang Lingkup

Buku pedoman ini menjelaskan mengenai :

a. Tahapan penyusunan Protap Tanggap Darurat Gedung Perkantoran.


b. Pengorganisasian yang berisi tentang manajemen keadaan darurat dan
tanggung jawab personil terkait dalam keadaan darurat, komunikasi darurat
dan sarana/prasarana darurat.
c. Prosedur tanggap darurat yang memberikan gambaran tentang penanganan
keadaan darurat dari berbagai tipe darurat seperti kebakaran, ledakan,
ancaman bom, banjir,medis, gempa, huru-hara, terjebak lift.
d. Pelaksanaan simulasi darurat dan evaluasinya
F. Dasar Hukum

Dasar hukum penyusunan rencana keadaan darurat ini adalah :

1. Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


2. Undang-Undang No.18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
3. Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
4. Undang-Undang No.28 tahun 2003 tentang Bangunan Gedung.
5. Undang-Undang No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
6. Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan.
7. Peraturan Pemerintah No.28,29,30 tahun 2000 tentang Juklak Jasa
Konstruksi
8. Peraturan Pemerintah No.36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU
Bangunan Gedung.
9. Peraturan Pemerintah No.21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
10. SKB Menaker dan PU No.174/104/86 tentang koordinasi Pengawasan K3
Konstruksi.
11. Kepmenkes No.462 tahun 2002 tentang Safe Community.
12. Kepmenkes No.106 tahun 2004 tentang Tim pengembangan Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) dan Pelatihan
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)/General Emergency Life
Support (GELS) Tingkat Pusat.
13. Kepmenkes No.145 tahun 2007 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana
Bidang Kesehatan.
14. Kepmenkes No.432 tahun 2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah
Sakit.
15. Kepmenkes No.1105 tahun 2007 tentang Pedoman Penanganan Medis
Korban Massal Akibat Bencana Kimia
16. Kepmenaker No.04 tahun 1980 tentang Persyaratan Pemasangan APAR.
17. Kepmenaker No.02 tahun 1983 tentang Sistem Deteksi Otomatik.
18. Kepmenaker No.04 tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamtan dan
Kesehatan Kerja.
19. Kepmenaker No.02 tahun 1989 tentang Proteksi Petir.
20. Kepmenaker No.5 tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
21. Kepmenaker No.186 tahun1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja.
22. Kepmenaker No.187 tahun 1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja.
23. Kepmen PU No.10 tahun 2002 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan
terhadap Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
24. Kepmenaker No.75/Menaker/SK/2002 tentang K3 Listrik.
25. Instruksi Menaker No.11 tahun 1997 tentang Tata Cara Pengawasan K3
Penanggulangan Kebakaran.

G. Pengertian

1. Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu


dengan tempat kedudukan baik sebagian maupun seluruhnya berada
di atas atau dalam tanah dan atau air.
2. Bangunan Gedung Perkantoran adalah bangunan gedung yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan perkantoran.
3. Darurat adalah suatu keadaan tidak normal/ tidak diinginkan yang
terjadi pada suatu tempat/kegiatan yang cenderung membahayakan
bagi manusia, merusak lingkungan sekitarnya.
4. Tanggap Darurat adalah tindakan yang dilakukan oleh orang atau
sekelompok orang dalam menghadapi keadaan darurat.
5. Resiko adalah perkiraan kerugian-kerugian yang ditimbulkan yang
disebabkan oleh adanya bahaya.
6. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
7. Manajemen penanggulangan keadaan darurat bangunan gedung
adalah bagian dari “Manajemen Bangunan” untuk mengupayakan
kesiapsiagaan pengelola terhadap kegiatan penanggulangan keadaan
darurat yang terjadi pada bangunan gedung.
8. Kesiapsiagaan pada bangunan gedung adalah aktivitas-aktivitas yang
dirancang untuk meminimalisir kerugian dan kerusakan ,
mengorganisir pemindahan penghuni gedung dari lokasi yang
terancam ke tempat yang aman dan menyelamatkan properti secara
efektif.
9. Perencanaan kesiapsiagaan tanggap darurat bangunan gedung adalah
kesiapsiagaan pengelola bangunan dalam mengantisipasi keadaan
darurat dalam satu bangunan dimana tiap bangunan akan berbeda
bentuk rencana kesiapsiagaannya sesuai dengan situasi dan kondisi
masing-masing. Perencanaan mencakup ketentuan-ketentuan tentang
prosedur penanggulangan keadaan darurat meliputi tindakan yang
harus dilakukan serta siapa-siapa yang harus melakukannya serta
sarana dan peralatan darurat yang digunakan.
10. Prosedur tetap (Protap) Tanggap Darurat adalah tata cara/pedoman
kerja dalam menanggulangi suatu keadaan darurat dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk menanggulangi
akibat dari suatu kondisi yang tidak normal dengan tujuan untuk
mencegah atau mengurangi kerugian yang lebih besar.
11. Organisasi Keadaan Darurat adalah sekelompok orang yang
ditunjuk/dipilih sebagai pelaksana penanggulangan keadaan darurat.
12. Penghuni Bangunan adalah semua orang yang berada dalam
bangunan baik secara sementara(tamu) atau tetap sesuai aktivitas
jam kerjanya.
13. Peringatan Dini kebakaran adalah proses memonitor situasi-situasi
dalam ruangan bangunan gedung yang rentan terhadap bahaya
kebakaran , yang direfleksikan dengan adanya indikator panas atau
asap.
14. Evakuasi adalah perpindahan penghuni bangunan secara paksa akibat
keadaan darurat dari ruang tempat bekerja menuju ke tempat yang
aman.
15. Assembly Point atau titik berkumpul adalah area dimana semua
penghuni bangunan gedung berkumpul sementara.

Keadaan Darurat dan Tahapan Penyusun Prosedur Tetap


Tanggap Darurat
Setiap bangunan gedung tentu memiliki potensi bahaya. Seringkali
potensi tersebut tidak disadari oleh komunitas penghuni bangunan
sehingga tidak dikelola dengan baik. Hal ini menyebabkan kejadian yang
secara tidak terduga-duga/ tiba-tiba atau disebut kondisi darurat dapat
menimbulkan dampak yang negatif dan jika tidak dapat direspon dengan
cepat dan terencana akan menimbulkan kerugian.

Tidak semua, namun banyak yang beranggapan bahwa keadaan darurat


sebagai kondisi atau kejadian yang menyimpang dan harus di pisahkan
dari kegiatan atau aktivitas kehidupan normal. Kondisi darurat muncul
karena adanya kerentanan dalam mengantisipasi kemungkinan kegagalan
dalam pengelolaan aktivitas secara normal atau adanya kondisi yang tak
aman karena tindakan manusia atau alam. Oleh karena itu,
penanggulangan keadaan darurat harus di pahami sebagai bagian dari
penanganan kegiatan aktivitas normal.

Ada perbedaan mendasar antara kerja dalam kondisi darurat dengan


kerja dalam kondisi normal. Kondisi darurat adalah kejadian yang tidak
rutin yang memerlukan respon yang tidak rutin juga. Untuk kejadian
darurat di gedung perkantoran, pengelola gedung tidak dapat
menggantungkan pada prosedur normal untuk melaksanakan respon
yang memadai. Untuk penanggulangan keadaan darurat dipelukan
pemahaman, praktek keterampilan dan perilaku khusus, karena waktu
kejadian datang secara sangat cepat dan tiba-tiba dan juga kemungkinan
timbulnya korban kecelakaan dari yang teringan seperti luka sampai
terberat yaitu kematian serta kerusakan yang di timbulkan pun bervariasi
dari skala yang terendah sampai sangat besar. Hal ini menyebabkan
perbedaan dalam karateristik respon kondisi darurat. Dengan demikian,
kondisi darurat tidak bisa menjadi legitimasi penanganannya menjadi
asal-asalan.

Ketersediaan sumber daya sebesar apapun yang dimiliki tidak akan cukup
untuk merespon keadaan darurat jika tidak direncanakan dengan baik.
Namun, sekecil apapun sumber daya yang dimiliki akan memberi arti bila
didasarkan pada pemahaman kondisi yang baik serta perencanaan yang
tepat, cepat dan mengena pada kebutuhan yang paling mendesak untuk
segera dilaksanakan. Dengan demikian kondisi darurat harus ditangani
secara menyeluruh dan berkesinambungan dalam bentuk kesiapsiagaan
tanggap darurat yang diawali dengan perencanaan, kemudian
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasinya.

Untuk menyusun protap tanggap darurat diperlukan berbagai tahapan


pelaksanaan, di awali dengan pembentukan tim penyusun protap sampai
dengan pelaksanaan pelatihan simulasinya.Mengingat jenjang tingkat
bahaya kedaruratan terdiri berbagai tingkat, maka dalam penyusun
Protap perlu mempertimbangkan level kedaruratan.

A. Level Keadaan Darurat

Keadaan darurat adalah suatu keadaan tidak normal/tidak diinginkan


yang terjadi pada suatu tempat/kegiatan, yang cenderung
membahayakan bagi manusia, merusak peralatan/harta-benda atau
merusak lingkungan sekitarnya. Untuk menilai atau menentukan
status kondisi darurat, diperlukan kategori atau level keadaan darurat,
dimana kondisi darurat diawali dari adanya indikasi keadaan darurat
sampai dinyatakan keadaan normal.

Keadaan darurat dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori :

1. Keadaan Darurat Tingkat I (Level I)


Keadaan darurat tingkat I ( level I) adalah keadaan darurat yang
berpotensi mengancam nyawa manusia dan harta benda (aset),
yang secara normal dapat di atasi oleh personil yang ada di
tempat tersebut dengan menggunakan prosedur yang telah
dipersiapkan.
Keadaan darurat kategori ini mempunyai satu atau lebih karakter
sebagai berikut :
 Kecelakaan skala kecil atas suatu daerah tunggal atau satu
sumber saja.
 Kerusakan asset atau luka korbannya terbatas.
 Karyawan yang bertugas dengan alat yang tersedia
dibantu regu tanggap darurat lantai/zona sudah cukup
untuk menanggulanginya.
2. Keadaan Darurat Tingkat II (Level II)
Keadaan darurat tingkat II (Level II) adalah keadaan darurat
dimana semua tim tanggap darurat yang bertugas dibantu dengan
peralatan dan material yang tersedia digedung perkantoran, tidak
lagi mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut seperti
kebakaran besar, ledakan dan lain-lain, yang mengancam nyawa
manusia/ lingkungannya dan properti dengan dampak bahaya atas
karyawan/daerah sekitarnya. Bantuan tambahan yang diperlukan
masih berasal dari pemerintah daerah setempat.

Keadaan darurat kategori ini adalah suatu kecelakaan/bencana


besar yang mempunyai konsekuensi antara lain sebagai berikut :
 Terjadi beberapa korban manusia.
 Meliputi beberapa unit atau beberapa peralatan besar yang
dapat melumpuhkan kegiatan.
 Dapat merusak harta benda pihak lain didaerah setempat.
 Tidak dapat dikendalikan oleh tim tanggap darurat gedung
perkantoran, dan harus minta bantuan pihak luar.

3. Keadaan Darurat Tingkat III (Level III)


Keadaan darurat tingkat III (Level III) adalah keadaan darurat
berupa malapetaka/bencana dahsyat dengan akibat lebih besar
dibandingkan dengan level II dan memerlukan bantuan,
koordinasi pada tingkat nasional.
Dalam kaitan dengan kesiapsiagaan tanggap darurat untuk
gedung perkantoran, kondisi darurat yang mungkin terjadi adalah
sampai level II.

B. Tahapan Penyusunan Protap

Rencana penanggulangan keadaan darurat dalam bentuk Protap


merupakan acuan bagi pelaksanaan penanggulangan keadaan
darurat. Untuk menyusun protap pada gedung perkantoran diperlukan
beberapa tahapan yaitu diawali dari membentuk tim penyusun protap,
menentukan tujuan dan lingkup protap, menilai potensi bahaya yang
ada serta karakteristik bangunan dan aktivitas kegiatannya,
merencanakan kesiapsiagaan gedung untuk memperkecil dampak
yang mungkin terjadi, pelatihan simulasi kesiapsiagaan tanggap
darurat dan evaluasinya dan yang terakhir adalah review serta
evaluasi protap secara berkala.
Perencanaan kesiapsiagaan tanggap darurat untuk gedung
perkantoran sangat bervariasi meskipun karakteristik hunian, kegiatan
dan mobilitas penghuni sama.
Faktor yang mempengaruhi adalah :
 Lokasi geografi gedung, faktor letak geografi perlu di
pertimbangkan dalam kesiapsiagaan tanggap darurat
berkaitan dengan bencana alam.
 Lingkungan bangunan gedung, tata letak gedung yang
berkaitan dengan kepadatan lingkungan yang merupakan
faktor yang perlu dipertimbangkan. Dalam keadaan darurat
untuk area dengan tingkat mobilitas lalu lintas yang tinggi,
akses bantuan luar seperti Dinas Pemadam menuju ke gedung
akan mengalami hambatan, sehingga sumber daya yang
tersedia harus mampu untuk menanggulangi keadaan secara
mandiri.
 Ketersediaan sarana darurat, perencanaan kesiapsiagaan
tanggap darurat harus menyesuaikan dengan kondisi
ketersediaan sumber daya yang ada.
 Konstruksi bangunan, semakin tinggi bangunan, semakin
kompleks dalam perencanaan kesiapsiagaan tanggap darurat.

Tahapan penyusunan Protap Kesiapsiagaan Tanggap Darurat adalah


sebagai berikut :

Tahap 1 : Bentuk Tim Penyusun Rencana Tanggap Darurat

Bentuk Tim yang akan terlibat dalam Penyusunan Rencana


Kesiapsiagaan Tanggap Darurat.

Tim Penyusunan dengan kriteria antara lain :

 Mengenal kegiatan unit kerja.


 Berpengalaman dalam hal perencanaan
 Mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.
 Memahami peralatan/sarana darurat secara operasional.
 Memahami tata laksana kerja organisasi.
 Karyawan senior.
Tahap 2 : Membuat/Menentukan suatu Tujuan dan Ruang
Lingkup

Tentukan tujuan dan ruang lingkup yang jelas dan tertulis yang
disesuaikan dengan kebijakan dan komitmen pengelola gedung
perkantoran. Komitmen menjadi hal yang penting karena
berdasarkan komitmen maka semua tujuan akan dapat terlaksana
dengan baik.

Sesuai dengan karakteristik dari gedung perkantoran maka tujuan


utama dalam kesiapsiagaan tanggap darurat adalah
menyelamatkan penghuni bangunan dan aset dokumentasi
perkantoran serta penyelamatan gedung terhadap kerentanan
potensi bahaya.

Tahap 3 : Evaluasi Potensi Bahaya/Penilaian Resiko

Evaluasi potensi bahaya yang dapat mengakibatkan keadaan


darurat dalam bentuk penilaian resiko serta skenarionya.
Identifikasi potensi bahaya meliputi kemungkinan-kemungkinan
yang dapat terjadi seperti :

1. Jenis keadaan darurat yang mungkin akan terjadi baik bahaya


internal maupun eksternal.
2. Pertimbangan keadaan darurat seperti :
 Kebakaran
 Ledakan
 Ancaman bom
 Huru hara
 Kegagalan teknologi
 Bencana alam, seperti banjir, gempa dan lain-lain.

Dalam penilaian resiko atau risk assessment akan dapat


teranalisa :
 Besarnya tingkat kejadian seperti : luas/volume bahan yang
dapat terbakar potensi ledakan dan luas kebakaran,
tingkat/besarnya gempa, banjir dan lain-lain.
 Dampak kejadian seperti tingkat kerusakan, potensi
terjadinya korban, dampak terhadap sekitar dan lama nya
kejadian.

Tahap 4 : Menyusun Kesiapsiagaan Tangaap Darurat

Berdasarkan evaluasi potensi bahaya akan dapat ditetapkan :


 Kemungkinan keadaan darurat yang dapat terjadi dan;
 Bagaimana metoda atau prosedur untuk respon cepat,tepat
dan terarah.
 Siapa yang harus melaksanakan dan;
 Sarana peralatan apa yang di butuhkan.

1. Identifikasi sumber daya


Identifikasi sumber daya adalah menilai antara apa yang di
butuhkan dan apa yang tersedia untuk menanggulangi keadaan
darurat guna memperkecil tingkat kerugian seperti :
 Kapasitas sumber daya manusia yang di butuhkan dalam
penanggulangan keadaan darurat, sistem, sarana,
prasarana dan peralatan yang di butuhkan dalam
penanggulangan, sistem komunikasi, pos komando,
aksesibilitas ke tempat kejadian dan lain-lain.
 Merencanakan organisasi, tugas dan kewajiban petugas
penanggulangan keadaan darurat serta metoda yang
digunakan untuk mempersempit dampak kondisi darurat
seperti taktik dan strategi yang di gunakan melalui
berbagai skenario.
Dalam mengidentifikasi kebutuhan sumber daya setidaknya
meliputi empat elemen dasar kesiapsiagaan tanggap darurat
yaitu organisasi, komunikasi, sarana/prasarana dan
transportasi. Berdasarkan hasil identifikasi dan kajian
kebutuhan akan sedikitnya diperoleh gambaran antara
ketersediaan dan kebutuhan minimum yang di perlukan belum
tercapai, tindak lanjut untuk pemenuhannya.

2. Susun Organisasi Tanggap darurat

Penyusunan organisasi didasarkan atas kondisi struktur


organisasi yang sudah ada (kondisi normal) secara prinsip
bahwa organisasi ini hanya berjalan pada kondisi darurat.
Dalam struktur organisasi harus tertera secara jelas organigram
dalam rantai komando dan secara tertulis tugas, tanggung
jawab dan wewenang organisasi.

3. Susun Protap Tanggap Darurat


Susun Protap tanggap darurat secara lengkap dan tertulis yang nantinya
menjadi dokumen resmi yang telah disetujui oleh pimpinan dan selalu di
perbaiki secara berkala.
Protap tanggap darurat yang ideal memuat antara lain :
 Informasi potensi bahaya.
 Informasi sarana dan peralatan proteksi yang tersedia.
 Organisasi, tugas dan tanggung jawabnya.
 Sistem pemberitahuan atau notifikasi.
 Memuat prosedur tindakam menghadapi keadaan darurat
disesuaikan dengan jenisnya.
 Pengaturan sistem komando darurat dan koordinasi secara internal
dan eksternal dan lain-lain.
 Sebagai pedoman berikut contoh sistematikanya, dimana acuan ini
bukan pedoman baku, sangat tergantung pada situasi dan kondisi
gedung perkantoran serta kebutuhannya.

Contoh sistematikanya sebagai berikut :

Bab 1. Pendahuluan

 Latar belakang
 Maksud dan tujuan
 Dasar hukum
 Ruang lingkup
 Daftar istilah/singkatan/pengertian

Bab 2. Informasi Umum

 Jenis keadaan darurat


 Potensi bahaya dan lokasi yang perlu diperhatikan
 Sarana dan peralatan darurat terpasang
 Lokasi pos komando dan tempat berkumpul (assembly point)

Bab 3. Pelaksana Dalam Keadaan Darurat

 Organisasi keadaan darurat


 Uraian tugas masing-masing personil
 Koordinasi eksternal dan peran institusi terkait

Bab 4. Prosedur Tanggap Darurat

 Petunjuk umum bagi semua orang


 Prosedur, bagan alir, instruksi kerja darurat kebakaran
 Prosedur bagan alir, instruksi kerja darurat gempa bumi
 Prosedur bagan alir, instruksi kerja darurat ancaman bom
Bab 5. Pelatihan Simulasi Tanggap Darurat (Emergency Drill)

 Jadwal pelaksanaan
 Skenario simulasi
 Evaluasi pelaksanaan

Lampiran :

 Daftar personil
 Daftar telepon penting
 Standar teks
 Peta bangunan (menunjukkan lokasi-lokasi penting dan jalur
evakuasi)
 Skenario simulasi darurat
 Formulir-formulir

Tahap 5 : Susun Rencana untuk Pelatihan Simulasi atau Emergency


Drill

Prosedur keadaan darurat hanya dokumen tertulis jika tidak perna


dilaksanakan dalam bentuk pelatihan yang biasa disebut pelatihan simulasi
darurat atau emergency drill.

Tujuan pelatihan simulasi darurat adalah agar tim tanggap darurat dan
semua karyawan memahami dan terlatih dalam menghadapi keadaan darurat
serta untuk memastikan semua sarana/peralatan darurat selalu dalam
keadaan siap pakai dan berfungsi dengan baik. Agar pelaksanaan pelatihan
simulasi darurat berjalan dengan baik, perlu disiapkan skenario kejadian
secara rinci yang memuat siapa berbuat apa dan sistem/peralatan/sarana
yang di gunakan.

Evaluasi pelaksanaan pelatihan simulasi diperlukan, untuk menilai :

 Tingkat pemahaman dan keterampilan dari setiap anggota tim


tanggap darurat terhadap prosedur;
 Koordinasi dan komunikasi internal unit organisasi dan eksternal
gedung perkantoran berkaitan tanggap darurat;
 Keandalan sarana/peralatan darurat;
 Kepatuhan penghuni bangunan gedung terhadap protap tanggap
darurat diperlukan evaluasi pelaksanaan pelatihan simulasi.
Evaluator bisa dari internal gedung perkantoran atau dari eksternal.

Tahap 6 : Evaluasi dan Pemutakhiran Protap


Evaluasi dan pemutakhiran protap tanggap darurat sangat diperlukan
dengan tujuan agar protap sudah teruji dan dapat dilaksanakan ketika
terjadi keadaan darurat. Penyempurnaan protap berdasarkan berbagai
masukan diantaranya adalah dari :

 Rekomendasi dari hasil laporan evaluasi pelaksanaan


pelatihan simulasi darurat.
 Rekomendasi hasil evaluasi pelaksanaan
penanggulangan keadaan darurat.
 Adanya perubahan pada sarana/peralatan darurat,
nama personil yang tercantum dalam organisasi darurat
pergantian nomor telepon.

Pengorganisasian Keadaan Darurat


Manajemen darurat adalah proses dari penyiapan, penanggulangan dan
pemulihan dari setiap kejadian yang tidak direncanakan yang memberikan
dampak negatif terhadap kegiatan perkantoran. Secara garis besar
manajemen darurat adalah bagaimana mengatasi kerentanan dalam
keadaan darurat dimana manajemen keadaan darurat dapat berjalan
dengan baik jika memenuhi paling tidak 3 pokok penting, yaitu pertama
adanya tujuan yang ingin dicapai dalam keadaan darurat; kedua tujuan
dicapai dengan mempergunakan kegiatan organisasi tangaap darurat; ketiga
, kegiatan-kegiatan organisasi harus dilakukan pembinaan dan evaluasi.

Untuk melaksanakan kegiatan dan aktivitas manajemen darurat secara


berkelanjutan diperlukan perencanaan, pengorganisasian termasuk staff,
koordinasi , pelaksanaan dan pengendalian. Dalam kaitan dengan
perencanaan telah dibahas pada Bab II

Dalam pengorganisasian keadaan darurat, selain organisasi darurat dan


pengisian staff, masih diperlukan sarana pendukung lainnya seperti
komunikasi, sarana/prasarana dan transportasi darurat yang tidak paling
pentingnya adalah dukungan top manajemen.

A. Dukungan Top Manajemen

Dukungan top manajemen merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai


tujuan kesiapan manajemen darurat.dukungan yang diperlukan berupa :

1. Komitmen
Komitmen adalah tekad atau kesanggupan dari pimpinan
puncak yang dituangkan secara tertulis dengan singkat biasanya berisi
kebijakan dan sasaran manajemen puncak dibidang kesiapsiagaan tanggap
darurat. Komitmen ini selanjutnya yang akan dipakai sebagai landasan
operasional eselon dibawahnya.

2. Personil
Untuk melaksanaan program-program penaggulangan keadaan
darurat tentunya diperlukan personil yang mempunyai wawasan dalam
penanganan keadaan darurat. Top manajemen dapat mengupayakan
personil-personil tersebut sekaligus dengan pola tugas dan tanggung jawab.

3. Dana
Untuk melakukan berbagai kegiatan kesiapsiagaan tanggap
darurat diperlukan dana seperti pembinaan terhadap personil seperti
pelatihan peningakatan kemampuan personil tanggap darurat bagi penghuni
gedung, penyediaan serta biaya perawatan secara berkala, Dukungan dana
yang proporsional dan rasional sesuai dengan jenis program
penanggulangan keadaan darurat sangat diperlukan, agar program
penanggulangan keadaan darurat dapat berjalan dengan baik.

4. Partisipasi
Partisipasi ini didasarkan pada perbedaan tugas dan tanggung
jawab diantara tingkat jenjang jabatan. Keterlibatan top manajemen secara
aktif diikuti oleh eselon-eselon dibawahnya akan memberikan dampak positif
pada semua kegiatan kesiapsiagaan tanggap darurat.
Partisipasi aktif top manajemen diharapkan akan dapat
memberikan perubahan-perubahan fundamental dalam perilaku
mengahadapi keadaan darurat, bagi semua karyawan yang menghuni
bangunan gedung perkantoran. Perubahan perilaku memerlukan waktu,
dengan komitmen yang kuat dari top manajemen akan menjadi katalisator
yang positif terhadap perubahan perilaku.

B. Organisasi Darurat

Organisasi darurat adalah pengelompokan orang-orang serta


penetapan tugas, fungsi, wewenang serta tanggung jawab masing-masing
dengan tujuan terciptanya aktifitas yang berdaya guna dan berhasil dalam
mencapai tujuan yang berkaitan dengan kedaruratan.
Sesuai dengan tujuan keadaan darurat maka organisasi
darurat hanya berfungsi dan melaksanaan kegiatan pada keadaan darurat
saja, sehingga dalam penyusunan dan penetapan organisasi darurat harus
selalu mengacu dengan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap
unit yang ada harus disesuaikan dengan organisasi dalam keadaan normal
termasuk serta kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit
tersebut.

Organisasi sebagai wadah legal untuk menampung berbagai


kegiatan yang harus dilaksanakan pada suatu organisasi maka juga di
perlukan penempatan tenaga pelaksana untuk memaksimalkan daya gUna
kepada organisasi. Pemanfaatan secara maksimal personil yang tersedia
pada bangunan gedung dimungkinkan jika personil yang melaksanakan
penanggulangan keadaan darurat mempunyai kompetensi dalam mencapai
tujuan organisasi darurat yaitu mengendalikan upaya pengevakuasian
penghuni gedung pada saat terjadi keadaan darurat, penyelamatan manusia
dan aset pada keadaan darurat dan pasca keadaan darurat.

Sesuai dengan tujuan kesiapsiagaan darurat, organisasi


keadaan darurat pada bangunan gedung perkantoran sebaiknya terdiri dari
unsur pengelola bangunan dan penghuni bangunan dengan tugas pokoknya
adalah mengembangkan potensi anggota tim tanggap darurat dan
menyelenggarakan pembinaan terhadap penghuni gedung dalam
kesiapsiagaan menghadapi keadaan darurat, dan tanggung jawabnya
adalah terlaksananya pengevakuasian, upaya penyelamatan orang yang
sedang berada dalam gedung dari tempat bencana ke tempat aman yang
telah di tentukan dan upaya penyelamatan aset gedung perkantoran seperti
penyelamatan dokumen,pemadaman kebakaran tingkat awal sampai api
besar dll.

Unit organisasi darurat bangunan gedung perkantoran dapat dikelompokkan


menjadi 2 (dua) kelompok yaitu :

1. Pengelola Gedung terdiri dari :

 Kelompok keamanan : Regu Pemadam Api, Regu Medis, Regu


Penyelamat, Regu Pemandu Instansi Terkait, Regu Pengaman,
Regu Pengaturan Parkir.
 Kelompok Teknisi : Operator Ruang Monitor dan Komunikasi,
Operator AC dan Ventilasi dan Operator Pompa Pemadam dan
Tanki Air.
2. Penghuni bangunan tetap terbagi atas perlantai untuk gedung dengan
konstruksi vertikal atau zona untuk gedung dengan konstruksi horizontal
: Regu Penyelamat Dokumen dan Regu Pemadam Lantai/Zona.

Contoh : orgnigram dari organisasi tanggap darurat dan personalia yang


ditunjuk dalam organisasi adalah sebagai berikut :

KOMANDAN KEADAAN
DARURAT (KKD)

KKOORDINATOR KOORDINAKKK
KOORDINATOR
KOORDINATOR TEKNIK
KEAMANAN LANTAI/ZONA

REGU PEMADAM REGU PEMADAM OPERATOR R.MONITOR &


KEBAKARAN LANTAI/ZONA KOMUNIKASI
REGU MEDIS REGU EVAKUASI
OPERATOR LIFT
LANTAI/ZONA
REGU RESCUE
OPERATOR LISTRIK DAN
REGU GENSET
REGU PENGAMAN
PENYELAMAT
REGU PENGATURAN DOKUMEN OPERATOR AC DAN
PARKIR LANTAI/ZONA VENTILASI

OPERATOR POMPA
PEMADAM & TANKI AIR

Susunan organisasi diatas hanya berfungsi pada jam kerja dan untuk di luar
jam kerja maka kelompok penghuni bangunan tidak ada sehingga yang
berfungsi adalah kelompok keamanan dan teknisi/operator teknis jaga.

Karena keadaan darurat bersifat tiba-tiba dan tanggapan harus secepat


mungkin, maka koordinator keadaan darurat dan para koordinator
lainnya harus mempunyai kemampuan dalam :

 Petunjuk dan pengarahan yaitu memberikan perintah-perintah


atau instruksi secara cepat kepada bawahan dalam melaksanaan
tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan
benar dan tertuju pada tujuan darurat. Instruksi cepat dalam
pelaksanaan keadaan darurat selain berfungsi untuk perintah
pelaksanaan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh juga
berfungsi mengkoordinasi kegiatan agar efektif tertuju pada
realisasi tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
 Memimpin yaitu kemampuan memberikan perintah sehingga
bawahannya segera mengambil keputusan, mengadakan
komunikasi, memberi semangat dan mendorong kepada bawahan
agar segera mengambil tindakan darurat.
 Koordinasi yaitu agar semua pelaksanaan pekerjaan
terhubungkan, menyatu dan selaras untuk memperkecil
kekacauan, kepanikan dan kekosongan. Koordinasi dapat berjalan
dengan baik jika semua instruksi diberikan secara jelas dan
penerima instruksi memahami dan bisa melaksanakan dengan
benar.

Uraian Tugas Organisasi Tanggap Darurat :

1. Uraian Tugas Secara Umum

Uraian tugas organisasi tanggap darurat secara umum adalah


berikut :

a. Memahami sepenuhnya tata letak bangunan, baik ,mengenai


daerah perkantoran yang menjadi tanggung jawabnya maupun
mengenai bangunan gedung secara keseluruhannya terutama
mengenai jalan-jalan keluar untuk menyelamatkan diri.
b. Memahami dan mengetahui sarana darurat yang terdapat
didalam gedung, mengetahui dimana lokasi masing-masing,
bagaimana cara bekerjanya, bagaimana memanfaatkannya
dan menggunakannya sesuai dengan perannya masing-
masing.
c. Memahami sepenuhnya tentang prosedur yang harus diikuti
pada waktu terjadi keadaan darurat dan bila terjadi haruslah
diperoleh kepastian bahwa prosedur tersebut telah
dilaksanakan sebagaimana mestinya oleh mereka yang
diserahi tanggung jawab.
d. Memelihara sepenuhnya tentang personil dibawah tanggung
jawabnya.

2. Uraian Tugas Koordinator Keadaan Darurat


a. Memimpin operasi penanggulangan keadaan darurat;
b. Memastikan prosedur penanggulangan keadaan darurat ini
dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk
penghuni gedung;
c. Memberikan instruksi dan dalam setiap tindakan darurat;
d. Melakukan komunikasi efektif dengan instansi terkait
seperti Dinas Kebakaran, PLN, Polisi, BMG dan lain-lain;
e. Melaporkan status keadaan darurat kepada unsur
Pimpinan Manajemen.

3. Uraian Tugas Kelompok Keamanan


a. Koordinator Kemanan
 Memimpin operasi penanggulangan keadaan darurat yang
terkait dengan operasi pemadaman dan pengamanan;
 Memastikan prosedur penanggulangan keadaan darurat ini
dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap personil dibawah
koordinasinya;
 Minta bantuan dari luar seperti Dinas Pemadam
Kebakaran, Ambulans dan tenaga medis dari rumah sakit
terdekat, POLRI terdekat untuk pengamanan area;
 Mendampingi/membantu tugas instansi terkait (Dinas
pemadam kebakaran, Kepolisian) yang telah tiba dilokasi;
 Melaporkan status pelaksanaan tugas darurat sesuai
dengan tanggung jawabnya ke koordinator keadaan
darurat.

b. Regu Pemadam Kebakaran


 Melaksanakan pemadaman tingkat lanjut diseluruh area
gedung;
 Melokalisasi area yang terbakar sampai bantuan dari Dinas
Kebakaran tiba;
 Memandu Petugas Dinas Kebakaran menuju lokasi
kejadian.

c. Regu Pengaman
 Menangani urusan keamanan dalam bangunan maupun
lingkungannya saat penanggulangan darurat berlangsung;
 Melaksanakan pengawasan area dan mencegah orang
yang dicurigai menggunakan kesempatan melakukan
kejahatan;
 Menangkap orang yang jelas-jelas telah melakukan
kejahatan dan membawanya ke POSKO;
 Bersama tim evakuasi memeriksa dan memastikan benar-
benar bahwa semua personil telah keluar dengan aman
dan mengunci pintu. Tim ini adalah tim yang terakhir
meninggalkan lantai.

d. Regu Parkir
 Mengatur perpakiran saat penanggulangan keadaan
darurat termasuk pengaturan jalur dan rambu-rambu;
 Mengatur arus mobil masuk dan keluar termasuk mobil
unit Dinas Kebakaran dan Mobil Kepolisian;
 Mengantarkan Dinas Pemadam ke Posko
 Bekerjasama dengan Tim Pengaman dan kepolisian dalam
masalah parkir.

e. Regu Medis
 Memberikan pertolongan kepada korban (sakit dan cedera)
didalam dan luar gedung;
 Berusaha memanggil ambulans dan mengatur
penggunaannya;
 Mengatur pengiriman orang sakit, cedera ke Rumah Sakit
terdekar dengan menggunakan sarana yang memadai
(ambulans);
 Membantu dan memandu menempatkan orang-orang yang
sedang sakit menuju ketempat aman yang terdekat;
 Melaporkan ke koordinator keamanan selama operasi
penyelamatan.

4. Uraian tugas Kelompok Penghuni Gedung


a. Koordinator Lantai/Zona :
 Memimpin operasi darurat (penyelamatan asset dan
evakuasi penghuni) di lantai/zona yang menjadi tanggung
jawabnya;
 Memastikan prosedur penanggulangan keadaan darurat ini
dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap personil dibawah
koordinasinya;
 Menerima perintah dan melaporkan jalannya operasional
darurat kepada Koordinator Keadaan Darurat.

b. Regu Evakuasi :
 Memandu evakuasi penghuni lewat tangga darurat setelah
mendapat perintah dari Koordinator Lantai;
 Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil
yang masih tertinggal;
 Menghitung jumlah karyawan yang berevakuasi dari lantai
yang menjadi tanggung jawabnya dan memeriksa ulang
ditempat berkumpul di luar gedung. Bila ternyata ada yang
masih tertinggal didalam ruangan, segera lapor ke
Komandan Lantai;
 Melaporkan ke Komandan Lantai jika terjadi kecelakaan.

c. Regu Pemadam Lantai/Zona :



Memadamkan kebakaran tingkat awal dengan
menggunakan APAR/Fire extinguisher atau Hose reel jika
terjadi kebakaran dilantainya;
 Melaporkan ke Komandan Lantai operasional pemadam api.

d. Regu Penyelamat Dokumen :


 Menyelamatkan dokumen penting yang harus dibawa
menuju ke posko;
 Melaporkan ke Komandan Lantai semua dokumen telah
diamankan ke posko.
5. Uraian tugas Kelompok Teknisi
a. Koordinator Teknisi :
 Memastikan semua sarana darurat beroperasi selama
keadaan darurat;
 Memastikan semua prosedur penanggulangan keadaan
darurat ini dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap personil
dibawah koordinasinya;
 Melaporkan status pelaksanaan tugas darurat sesuai
dengan tanggung jawabnya ke Koordinator Keadaan
darurat.

b. Operator Ruang Kendali/kontrol panel dan


Komunikasi :
 Jika monitor kontrol panel menyala dan alarm berbunyi,
segera menghubungi zona/lantai yang termonitor dan
memastikan penyebab alarm dan melaporkan ke
Koordinator Teknis;
 Menangani hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi
keadaan darurat sesuai dengan perintah dari Koordinator
Teknis seperti :
 Menerima dan mencatat laporan keadaan darurat
dan segera menghubungi Koordinator Keadaan
Darurat dan Koordinator Keamanan;
 Menyampaikan pengumuman atas perintah
Koordinator Keadaan Darurat ke setiap lantai
atau seluruh gedung lewat Public Adress
 Membunyikan general alarm atau alarm perlantai atas
perintah Koordinator Keadaan Darurat.

c. Operator Lift :
 Mematikan power penggerak Lift Penumpang dan semua
posisi Lift di lantai dasar;
 Memanual operasi Fire Lift, dan stand-by dilantai dasar;
 Stand-by didepan Fire Lift, dan bersiap untuk akan
mengoprasikan Lift, jika dibutuhkan untuk keperluan
menolong korban dan operasi pemadaman.

d. Operator A/C & Pengendalian Asap :


 Mematikan semua power penggerak A/C telah mati atau
tidak beroperasi (pada posisi off);
 Siaga untuk mengoperasikan Pressure Rise Fan/kipas
Udara Tekanan Positif secara manual pada ruang tangga
darurat bila sistim otomatis tidak bekerja pada saat
general/local alarm berbunyi.

e. Operator Listrik/Genset :
 Siaga untuk mengoprasikan on atau off listrik pada
lantai tertentu atau seluruh gedung sesuai instruksi
Koordinator Teknisi;
 Siaga untuk mengoperasikan Genset secara manual bila
sistim otomatis tidak bekerja pada saat pasokan listrik
PLN terputus.

f. Operator Pompa Kebakaran :


 Siaga untuk mengoperasikan pompa air secara manual
bila sistim otomatis tidak bekerja sehingga dapat
menyediakan air untuk kebutuhan pemadaman
kebakaran;
 Siaga melihat posisi ketinggian air pada kontrol panel
dan melaporkan kondisi air ke Koordinator Teknis.
g. Regu Dokumentasi & Hubungan Masyarakat :
 Menyiapkan kamera/handycam, dan merekam semua
aktifitas pelaksanaan kegiatan kedaruratan;
 Mendokumentasi semua kegiatannya dan melaporkan
ke Koordinator Teknis;
 Memberikan informasi terkait dengan kejadian darurat
dan pelaksanaan ke Instansi/Masyarakat.

C. Komunikasi Darurat
Komunikasi adalah kunci utama dalam pengiriman berita darurat secara
cepat. Koordinasi kerjasama tim tanggap darurat tidak akan berjalan dengan baik
tanpa tersedianya sarana komunikasi darurat. Penghuni di dalam maupun diluar
bangunan juga tidak akan mendengar informasi berita maupun instruksi darurat jika
tidak tersedia sarana yang memadai.
Sarana Komunikasi darurat yang diperlukan adalah :
1. Panggilan Terbatas
Panggilan yang ditujukan kepada personil tanggap darurat petugas saja,
dengan berbagai metoda yaitu :
 Telepon Biasa.
Panggilan tersebut melalui telepon yang terpasang ditempat petugas
yang termasuk didalam organisasi keadaan darurat tersebut.
 Handy Talki
Tanda panggilan dari pesawat HT pada frekwensi tertentu yang dibawa
oleh petugas.

2. Panggilan Umum
Untuk pemberian informasi darurat ke semua penghuni bangunan baik dalam
gedung maupun, media yang bisa digunakan sistem alarm atau tanda
bahaya. Maka diperlukan tanda bahaya umum tersebut dibunyikan dan
dilanjutkan pemberitahuan tentang kondisi darurat kepada semua penghuni
gedung.
 Komunikasi internal dalam bangunan dimana suara akan terdengar ke
seluruh bagian dalam bangunan (paging system).
 Komunikasi eksternal diluar gedung seperti car call, dimana semua
penghuni bangunan yang berada diluar bangunan akan mendengar
informasi keadaan darurat.

Untuk komunikasi darurat ke penghuni perlu ada teks informasi atau


pengumuman keadaan darurat yang baku dan tertulis. Informasi ini
dapat dibacakan oleh operator melalui sarana komunikasi internal
(paging line atau car call) atau di rekam lebih dulu melalui kaset.
Sebagai contoh berikut adalah teks informasi pada berbagai keadaan
yaitu :

TEKS 1 : Saat sinyal alarm aktif


“Perhatian,perhatian. Alarm kebakaran telah aktif, penyebab alarm
masih belum diketahui. Harap tenang dan menunggu instruksi lebih
lanjut. Terima kasih” (umumkan dua kali).

Pengertian :sinyal alarm aktif adalah sinyal alarm bekerja berupa suara
bel atau nyala lampu karen adanya indikasi adanya asap/panas atau
gangguan instalasi alarm.

TEKS 2 : Jika sinyal alarm palsu


“Perhatian, perhatian. Kami telah menemukan penyebab alarm
berbunyi dan ternyata oleh gangguan teknis. Kini situasi telah kembali
normal. Kami mohon maaf untuk gangguan ini. Terima kasih.”
(umumkan dua kali)

Pengertian :sinyal alarm palsu adalah sinyal bekerja berupa bel atau
nyala lampu karena adanya gangguan sistem/teknis bukan karena
adanya kondisi darurat.

TEKS 3 : Saat diperlukan evakuasi dari bangunan


“ Perhatian, perhatian. Telah terjadi keadaan darurat. Kepada Saudara-
saudara yang berada di bangunan, harap segera meninggalkan
ruangan menuju keluar melalui pintu terdekat. Petugas evakuasi akan
memandu saudara” (umumkan dua kali)
Pengertian : Evakuasi adalah pemindahan penghuni bangunan dari
tempat yang tidak aman menuju ketempat yang aman.

TEKS 4 : Pengumuman Adanya Kegiatan Uji


“ Perhatian, perhatian. Tim pemeliharaan kami akan melakukan
pengujian pada alarm kebakaran. Mohon tanda alarm diabaikan. Kami
ulang, “ Perhatian, perhatian. Tim pemeliharaan kami akan melakukan
pengujian pada alarm kebakaran. Mohon tanda alarm diabaikan.
Pengumuman lebih lanjut akan diberiikan setelah pengujian selesai.
Terima kasih.” (umumkan dua kali).
Pengertian : Kegiatan Uji adalah kegiatan yang dilakukan untuk
pengujian alarm, sehingga alarm berbunyi namun bukan karena
keadaan darurat.

TEKS 5 : Pengumuman Selesai Pengujian Alarm


Kebakaran
“ Perhatian, perhatian. Uji alarm telah selesai dilaksanakan Terima
kasih atas perhatian dan kerja samanya,” (umumkan dua kali).

Pengertian : Selesai pengujiian Alarm kebakaran adalah selesainya


pelaksanaan dari pengujian sinyal alarm.

Untuk gedung yang dilengkapi dengan sistem peringatan sarana


komunikasi melalui tanda peringatan bahaya atau alarm seperti sistem
deteksi asap/panas otomatis, Sistem Sprinkler, Sistem Manual
(dengan memecah kaca tombol manual), dan tahapan tanda bahaya
terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu tanda bahaya level I dan II.

Untuk lebih memudahkan pemberian informasi ke penghuni


bangunan, gedung sebaiknya dilengkapi dengan sistem peringatan
dini dan alarm. Jika ada tanda bahaya tahap I (lokal alarm) berarti
tanda bahaya untuk siap/siaga. Bila tanda bahaya pada area dimana
terdapat asap atau panas lantai kejadian maka alarm akan berfungsi
terus menerus dan secara visual akan terlihat di :
 Sub panel, menunjukkan zona lantai tempat bekerjanya
alarm kebakaran.
 Panel induk yang menunjukkan lantai tempat
bekerjanya alarm kebakaran.

Jika alarm tersebut adalah sinyal alarm palsu maka tindak lanjuti
dengan pemberitahuan penjelasan tentang adanya alarm palsu, dan
jika terjadi kebakaran pada lantai tersebut akan berbunyi dan
dilanjutkan dengan pengumuman yang memberikan penjelasan
kondisi darurat pada lantai tersebut serta dimulainya evakuasi.

Untuk tanda bahaya tahap II atau general alarm adalah tanda


dimulainya evakuasi setelah situasi kebakaran telah diinformasikan,
pengumuman evakuasi akan di sampaikan melalui paging line. Tanda
bahaya kebakaran akan berbunyi secara terus menerus dilantai
dimana akan dilaksanakan evakuasi.

D. Sarana/Prasarana Darurat
Sarana/Prasarana darurat sangat diperlukan untuk penyelamatan
penghuni bangunan dan asset gedung perkantoran, yaitu :
Prasarana yang di butuhkan adalah :
1. Sarana jalan keluar bagi penghuni bangunan, dan untuk
gedung bertingkat berupa tangga darurat dan dilengkapi
dengan pintu tahan asap yang memenuhi persyaratan
peraturan perundangan atau standar nasional, dan dilengkapi
dengan petunjuk arah dan lampu darurat.
2. Sarana jalur masuk mobil pemadam kebakaran/ambulans
gawat darurat, agar bebas hambatan dari portal, polisi tidur.
3. Lapis perkerasan, khusus untuk mobil tangga kebakaran
diperlukan lapis perkerasan untuk daerah tempat berhentinya
mobil pemadam kebakaran, diberi perkerasan khusus sehingga
mampu menahan beban statis mobil. Tempat-tempat dimana
jack(kaki penahan) mobil bertumpu dirancang khusus
sehingga mampu menahan jack belakang(maks 15 ton), jack
depan (maks 17.34 ton) dan jack samping (maks 10 ton). Bila
halaman bangunan terbatas, maka jalan lingkungan disekitar
bangunan dapat dipakai sebagai lapis perkerasan.
4. Area Berkumpul atau Titik berkumpul.
5. Poskotis (pos komando statis) Kebakaran, bila tidak ada
minimal dapat menggunakan pos satpam dan yang terpenting
tersedianya gambar denah tiap lantai bangunan yang
dilengkapi dengan letak perlengkapan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran, jalur evakuasi,posisi dan fungsi
lift,dsb.juga apakah menggunakan fire lift atau tidak.

Sarana yang dibutuhkan :


1. Hidran halaman, peralatan penyemprot air dihalaman yang
dapat disambungkan dengan pompa mobil pemadam
kebakaran.
2. Hidran gedung (hose reel), peralatan penyemprot air dalam
bangunan gedung bila terjadi kebakaran tahap awal dan
sebelum membesar.
3. Air yang cukup minimal untuk pemadaman 30 menit.
4. APAR (alat pemadam api ringan), pemadam api tabung yang
bisa dibawa/ diangkat dengan tangan.
5. Sistem alarm yang terdiri dari panel dan peralatan pendek fire
alarm manual, Biasanya ditempatkan pada dinding bangunan
dan diberi penutup kaca. Bila terjadi kebakaran pecahkan kaca
penutup, kemudian tarik handel maka alarm akan segera
berbunyi.
6. Detektor, akan membunyikan alarm jika terkena kebakaran.
7. Blower bertekanan untuk tangga darurat.

Peralatan perseorangan :
1. Megaphone.
2. Self Contain Breathing Apparatus (SCBA)
3. Lampu senter
4. Baju Pemadam
5. Tandu
6. Perkakas alat bantu pemadam (kapak, linggis dll).
7. Kursi Evakuasi (evachair).

E. Transportasi Darurat
Transportasi yang terkait dengan penanggulangan keadaan darurat
adalah sarana transportasi :
1. Korban kecelakaan untuk segera dibawa ke Rumah Sakit
seperti kendaraan Mobil Ambulans.
2. Kendaraan cadangan ketika dibutuhkan dalam keadaan
darurat.

Prosedur Darurat

Prosedur darurat adalah prosedur yang di gunakan sebagai acuan untuk


melakukan tindakan darurat. Dalam menyusun prosedur darurat tentunya
harus mampu menjawab pertanyaan yang terkait dengan kesiapsiagaan
tanggap darurat yaitu :
1. Tindakan apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat ?
2. Kapan tindakan itu harus dilaksanakan ?
3. Dimanakah tindakan itu harus dikerjakan ?
4. Siapakah yang akan melaksanakan tindakan ?
5. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu ?
Berdasarkan pertanyaan tersebut maka setiap potensi bahaya yang
terkandung dalam keadaan darurat perlu dibuatkan prosedur tanggap
darurat yaitu :

A. Prosedur Darurat Kebakaran


TUJUAN
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk memberikan pelaksanaan
operasional kepada Organisasi Tanggap Darurat mengenai tindakan-
tindakan yang harus diambil jika terjadi kebakaran guna
meminimalkan timbulnya kejadian kebakaran dan dampak yang
diakibatkannya.

RUANG LINGKUP
Prosedur ini dilaksanakan mulai adanya teriakan kebakaran atau
terdengarnya bunyi alarm sampai adanya api sampai api padam.

BAGAN ALIR DARURAT KEBAKARAN berdasarkan perannya :


1. Semua karyawan yang melihat api atau mendengar alarm

tidak Bunyikan alarm/informasikan


Kebakaran Alarm bunyi?
kepada Koord Lantai

Alarm kebakaran
Instruksi
tidak tidak evakuasi?

Tetap Bekerja
Ya
Menuju Titik Berkumpul

selesai

2. Koordinator Lantai/Zona

Alarm/Terima laporan

Kebakaran tidak Selesai

Laporkan kondisi
koordinator keadaan
Instruksi pemadaman kepada regu darurat
pemadam lantai/zona
ya

tidak

ya

3. Koordinator Keadaan Darurat

Alarm/Terima laporan

tidak
Instruksikan operator untuk informasikan Laporkan kondisi kpd Top
Kebakaran?
kepada penghuni adanya alarm palsu Manajemen

Koordinasikan dengan koord keamanan


Api padam?
lantai & teknik
Selesai

Monitor kondisi kebakaran


& keamanan
Kondisi
ya

tidak

ya ya

tidak DPK & Polisi


tiba?

tidak

4. Koordinator Keamanan

alarm Kebakaran? tidak Selesai

Ke posko darurat
Laporkan kondisi kpd Top
Api padam? Manajemen

Koordinasikan dgn regu


dibawahnya untuk siaga

Monitor kondisi
keadaan

Api padam?

Hubungi,siapkan jalan
Perlu bantuan masuk mobil siapkan layout Pemadaman
DPK &Polisi keposko untuk dilaksanakan
ya

tidak
Kirim regu pemadam,perintah pengamanan ke
regu pengaman,perintah pengaturan arus lalu
lintas atur laporkan kpd komandan keadaan
darurat tindakan selanjutnya

5. Koordinator Tehnik

Alarm berbunyi

cek di control
room

Informasikan kepada penghuni


Kebakaran? Selesai
adanya alarm palsu

Koordinasikan dengan Tim


pastikan semua operator
mengetahui kejadian dan siap
mengambil tindakan Laporkan kondisi kpd
komando keadaan darurat
ya

tidak ya

tidak ya

6. Regu Pemadam

Alarm berbunyi Kebakaran?

ya Selesai

Menuju ke posko dan siaga


menunggu perintah

Ada perintah
pemadaman
Laporkan kondisi kpd
komando keadaan darurat

Pemadaman api dengan


Hose rell dan Hidran
halaman
ya

ya

Api padam?
tidak

ya

tidak ya

tidak

7. Regu Pemadam Lantai

alarm Kebakaran?

ya
Menuju ke posko dan siaga
menunggu perintah
Selesai

Ada perintah
pemadaman
tidak

Buat laporan ke
koordinator
ya keamanan

Pemadaman api dengan


Hose rell dan Hidran
halaman ya

Api padam?
tidak
Api padam?
ya

tidak

ya
Pendinginan lokasi Regu DPK tiba Serahkan pemadaman kepada
kebakaran,dan menunggu DPK di TKP? DPK dan bantu pemadaman
dan monitor status api

tidak

8. Regu Evakuasi

Terima informasi
dari koordinator
lantai/zona

Tempat posisi tunggu


instruksi dari koordinator
lantai
Ada instruksi tidak Selesai
evakuasi?

Ya

Arahkan pengunjung/penghuni
menuju tangga darurat untuk
Laporkan data karyawan
berkumpul di tempat berhimpun
kpd koordinator
cegah penggunaan lift
lantai/zona

Ya
Laporkan koordinator
Ada Ya lantai/zona, tunggu sampai
korban? Laporkan ke Data
ada bantuan dari Regu
koordinator
Medis ke TKP tidak lengkap?
lantai/zona

Periksa penghuni lokasi/lantai, Berkumpul di tempat


pastikan tidak ada orang yang berhimpun, data jumlah
tertinggal karyawan

9. Regu Penyelamat Dokumen

Terima informasi
dari koordinator
lantai/zona

Instruksi selamatkan
dokumen-dokumen
penting
Pindahkan dokumen-
dokumen penting ke gudang
dokumen

Catat dan beri label setiap


dokumen

Laporkan dokumen telah


diselamatkan koordinator
lantai

Selesai

10. Regu Medis

Terima informasi
dari koordinator
lantai/zona

Tunggu instruksi di
tempat peralatan
terdekat dengan TKP
tidak
Ada
Selesai
instruksi??

Laporkan dokumen telah


Ya Perlu tindak tidak diselamatkan koordinator
Bawa peralatan P3K Pastikan data-data lanjut terhadap lantai
penyelamat ke posko korban telah lengkap korban?
darurat
Ya

Ya Bantu bawa korban ke pos


P3K/klinik untuk dilakukan Persiapkan korban
Ada untuk diserahkan
tindakan P3K,buatkan catatan
korban? ke.RS Terdekat
tentang korban dan tindakan
yang dilakukan, ikuti instruksi

tidak

Kembalikan peralatan
ke tempat semula

11. Regu Informasi

kebakaran

Tempatkan posisi tunggu


instruksi dari komando
keadaan darurat

Ada
instruksi??
Selesai

Ya

Bacakan teks darurat


sesuai instruksi

Ya
Api padam? Bacakan teks darurat
sesuai instruksi

tidak Laporkan urutan kejadian


ke KR-PL

Ke tempat berhimpun
Ada instruksi Ya Bacakan teks darurat
tunggu instruksi
evakuasi? sesuai instruksi
selanjutnya

B. Ancaman Bom

TUJUAN

Maksud dan tujuan dari operasional adalah untuk memberikan pelaksanaan operasional
kepada Organisasi Tanggap Darurat mengenai tindakan-tindakan yang harus di ambil jika
adanya ancaman bom.

RUANG LINGKUP

Prosedur ini dilaksanakan mulai menerima ancaman bom sampai adanya pernyataan kondisi
aman.
BAGAN ALIR DARURAT ANCAMAN BOM berdasarkan perannya :

1. Tindakan bila melihat atau menerima ancaman bom


tidak

Ya
Teroris Telp Adanya bom Catat dan rekam data penelpon

Ya
Melihat adanya Catat lokasi
bom Adanya bom
keberadaan bom

Laporkan ke koordinator
keamanan

Selesai

2. Koordinator Keadaan darurat

Terima laporan Selesai

Tidak
Laporkan kondisi kpd Top
Adanya bom
tidak Manajemen

Bom
Ikuti prosedur kebakaran
meledak?

Monitor kondisi
Perintahkan Koord.Keamanan
menghubungi polisi /gegana.
Monitor kondisi keamanan
Kondisi Ya
aman?
Ya

Ya Ya
Perintah umumkan
Proses Ada indikasi
Gegana tiba? evakuasi monitor
Pencarian Bom?
kondisi
tidak

3. Koordinator Keamanan

Terima laporan

Koordinasikan dgn komando


keadaan darurat & koord.Lantai
mengetahui kejadian dan
mengambil tindakan

tidak

Ya

Perlu bantuan
polisi/gegana?
Panggil polisi,serahkan
komando kepada
polisi/gegana

Selesai

Bersama Polisi dan Regu


Pengaman upayakan
pencarian bom
Laporkan kondisi kpd
Keposkotis untuk koordinator keadaan
berkoordinasi darurat

Ya
Proses adanya indikasi Rencanakan untuk Berkumpul di
pencarian ? Bom evakuasi dan close area assembly area

tidak

Tidak adanya indikasi


Aman
Bom

4. Regu Evakuasi

Informasi evakuasi

Tempat posisi tunggu instruksi


dari koordinatorlantai

Ada
insturksi Selesai
evakuasi?
Arahkan pengunjung/penghuni
menuju tangga darurat untuk
berkumpul di tempat
berhimpun,cegah penggunaan
lift

Laporkan kondisi kpd


koordinator keadaan
darurat

Ada Hubung Regu P3K ke


korban? TKP

Periksa lokasi/pastikan tidak Berkumpul di tempat


ada orang yang tertinggal berhimpun,data jumlah
karyawan

C. Prosedur Gempa

TUJUAN

Maksud dan tujuan dari prosedur ini adalah untuk memberikan pelaksanaan operasional
kepada Organisasi Tanggap Darurat mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil jika
adanya Darurat Gempa

RUANG LINGKUP

Prosedur ini dilaksanakan mulai merasakan gempa sampai adanya pernyataan kondisi aman.

BAGAN ALIR DARURAT GEMPA berdasarkan perannya :

1. Tindakan saat terjadi gempa

Adanya gempa
Jika berada
didalam
Tidak Menghindari dari bangunan
yang ada disekitar
gedung

Ya

Lindungi kepala dan badan dari


reruntuhan/mencari tempat mencari tempat yang paling
yang paling aman dari aman dari reruntuhan
reruntuhan

Keluar dan menuju ke titik


Selesai
berkumpul

2. Regu Evakuasi

Adanya gempa bumi

Tempat posisi yang aman,


tunggu instruksi dari
koordinator lantai

Tidak
Ada
insturksi Selesai
evakuasi?

Ya

Arahkan pengunjung/penghuni
menuju tangga darurat untuk
berkumpul di tempat
berhimpun,cegah penggunaan
lift
Laporkan kondisi kpd
koordinator keadaan
darurat

Ya
Ada Hubung Regu P3K ke
korban? TKP

Tidak
Berkumpul di tempat
Periksa lokasi/pastikan tidak
berhimpun,data jumlah
ada orang yang tertinggal
karyawan

3. Regu Medis

Ada gempa

Cari tempat yang


aman, siaga di tempat
peralatan

Tidak
Ada
Selesai
instruksi?

Ya

Perlu tindak
Tidak Laporkan kondisi kpd
Bawa peralatan P3K & Pastikan data-data koordinator keadaan
lanjut terhadap
penyelamat ke posko korban telah lengkap darurat
korban?
darurat

Bantu bawa korban ke pos


P3K/klinik untuk dilakukan
Persiapkan korban
Ada tindakan P3K, buatkan
untuk diserahkan ke.RS
korban? catatan tentang korban dan
terdekat
Ya

Ya

tidak

4. Koordinator Keadaan Darurat

Terjadi gempa

Cari tempat yang aman

Ya

Tidak
Kondisi
aman?

Selesai

Ke posko darurat,
Koordinasikan dengan Laporkan kondisi kpd
koord. Keamanan, untuk koordinator keadaan
info gempa susulan darurat

Gempa Kembali ke tempat


susulan? kerja
Tidak

Ya Ya

Tidak

Pelatihan Simulasi Darurat


Urutan dalam siklus manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian, dan untuk penanganan kondisi darurat akan berbeda dengan kondisi normal.
Keadaan darurat tidak bisa diketahui kapan dan dimana akan terjadinya, namun yang ada
adalah bagaimana kesiapsiagaan dalam menghadapi keadaan darurat.

Untuk mengetahui sampai sejauh mana kesiapsiagaan menghadapi keadaan darurat yang
meliputi perencanaan dan pengorganisasian, serta memahami personil terhadap
pelaksanaan prosedur dapat dilaksanakan ketika terjadi, pelatihan simulasi darurat dapat
dilakukan jika diawali dengan pembuatan skenario yang disesuaikan dengan kondisi nyata
yang ada dibangunan gedung tersebut dalam keadaan darurat, maka perlu pelatihan
simulasi darurat bertujuan untuk :

1) Memberikan pengetahuan dan membekali keterampilan dalam kesiapsiagaan


tanggap darurat bagi personil organisasi tanggap darurat;
2) Menguji tingkat kewaspadaan dan pemahaman pelaksanaan Protap Tanggap Darurat
bagi personil organisasi tanggap darurat dari Tim Tanggap Darurat;
3) Menilai tingkat kepedulian penghuni gedung dalam mematuhi Protap;
4) Menguji tingkat kehandalam sarana darurat.

Pelatihan simulasi setidaknya dilaksanakan 1 (satu kali) dalam setahun dengan jenis dan
derajat kesulitan darurat yang berbeda dan disusun oleh pengelola bangunan.

A. Pelaksanaan Pelatihan Simulasi


Untuk melaksanakan simulasi tanggap darurat diperlukan 3 (tiga) tahap yaitu :
a) Tahap persiapan meliputi membuat jadwal rencana pelaksanaan, sosialisasi
protap kesiapsiagaan tanggap darurat bangunan gedung tentang tindakan
yang harus dilakukan jika terjadi keadaan darurat pada bangunan gedung
pada umumnya untuk penghuni bangunan, dan khususnya darurat tindakan
yang harus dilakukan disesuaikan dengan tugas & tanggung jawabnya bagi
Tim yang termasuk dalam organisasi tanggap darurat.
b) Tahap pra-pelaksanaan simulasi meliputi sosialisasi skenario keseluruh
anggota tim organisasi darurat, pengujian semua peralatan yang akan di
gunakan dalam simulasi dan melaksanakan gladi simulasi termasuk
koordinasi dengan pihak luar perkantoran jika diperlukan.
c) Tahap pelaksanaan meliputi pelaksanaan dan evaluasi hasil pelaksanaan.

B. Skenario Simulasi

Dalam pelaksanaan simulasi darurat diperlukan skenario kejadian darurat yang


menggambarkan kondisi darurat dan tindakan personil organisasi dalam
pengendalian darurat yang mencakup penyelamatan penghuni bangunan dan aset
serta pengujian sarana darurat. Skenario agar dibuat mendekati kondisi yang ada
serta kemungkinan kegagalannya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun skenario adalah :

a) Memberikan peran dan melibatkan semua personil tim tanggap darurat agar
memahami tindakan yang harus dilakukan ketika menghadapi keadaan darurat atau
biasa di kenal dengan “Siapa harus berbuat apa”.
b) Membuat urutan kejadian dan tindakan termasuk instruksi, komunikasi dan
koordinasi yang harus dilakukan dalam menghadapi keadaan darurat.
c) Memaksimalkan penggunaan semua sistem/peralatan/sarana darurat yang tersedia
dan terpasang pada bangunan gedung.

Sebagai contoh skenario pelatihan simulasi darurat kebakaran dan evakuasi sebagai
berikut :

Skenario Umum :

SIMULASI KEADAAN DARURAT KEBAKARAN DAN EVAKUASI


PADA GEDUNG KANTOR KEMENTRIAN KESEHATAN RI

PENGANTAR
Latihan penanggulangan keadaan darurat kebakaran ini dilaksanakan untuk mengetahui
tingkat kesiapan petugas tanggap darurat yang nama-namanya telah tercantum pada
Protap Tanggap Darurat dan skenarionya diciptakan seolah-olah terjadi kebakaran di
Kantor Gedung Kementrian Kesehatan RI.

Pos Komando Gedung Operasi : di depan gedung operasi sebelah kanan.

Tempat Berkumpul : di depan halaman Gedung.

1. Situasi kejadian kebakaran

Hari H, jam j WIB, udara cerah, karyawan Kementrian Kesehatan RI sibuk melaksanakan
pekerjaannya, tiba-tiba seorang melihat adanya kebakaran di lantai 2 langsung berteriak
kebakaran-kebakaran!, dan lari menuju lokasi manual break glass dan segera
menekannya. Bell fire alarm berbunyi. Alarm ini di monitor oleh petugas panel
announcitor di Ruang Kendali Mekanik, dan diketahui berasal dari gedung perkantoran
lantai 2.

2. Situasi Kegiatan Komandan Lantai

Petugas panel segera melapor ke Komandan Lantai 2, untuk memberikan informasi


bahwa sedang terjadi kebakaran dan api sudah mulai membesar.

Selanjutnya komandan lantai 2 :

a. Melaporkan kejadian itu kepada Koordinator Keadaan Darurat Gedung


menghubungi Koordinator Tehnik dengan menggunakan pesawat telepon agar
menyiapkan sarana darurat gedung seperti :
 Pompa air kebakaran.
 Mematikan power listrik di lantai 2.
 Menyalakan blower bertekanan pada tangga darurat.
 Mengidelkan lif.
b. Mengkoordinasikan regu di bawahnya dengan berkumpul didekat area kebakaran
dan memimpin operasi penanggulangan keadaan darurat kebakaran :
 Regu pemadam kebakaran lantai untuk memadamkan kebakaran dengan
APAR dan menyiapkan hidran gedung.
 RRegu evakuasi agar memandu karyawan lantai 2 untuk tidak mendekat ke area
kebakaran dan bersiap untuk evakuasi.
 egu penyelamatan dokumen agar menyiapkan Berkas/dokumen yang perlu
dievekuasi.

3. Situasi karyawan di lantai 2


Setelah mendengar teriakan kebakaran, regu pemadam kebakiran lantai 2 mencoba
memadamkan api dengan APAR tetapi usahanya gagal karena api sudah besar.
Karyawan lantai 2 mula panik melihat api (dan menghirup asap) maka segera
mengamankan dokumen penting (sesuai skala prioritas) dlll. Dan bersiap menunggu
perintah lebih lanjut.

4. Situasi di posko
Pada saat kejadian koordinator keadaan darurat sedang berada di lantai 4, setelah
mendengar kejadian, langsung menuju lokasi dengan melewati tangga darurat dan
mengidentifikasi dan menganalisa potensi bahaya kebakaran, kemudian segera
melapor kepada pimpinan kantor dan menuju ke posko. Setibanya di Ruang
Komando (posko), koordinator keadaan darurat memonitor perkembangan
operasional pemadaman dan koordinasi lebih lanjut dengan :
a. Koordinator Keamanan untuk membantu pemadaman, mengatur lalu
lintas mobil dan menutup pintu masuk, pengamanan area dan siaga Regu
Medis dan Rescue dan meminta bantuan Dinas Kebakaran terdekat.
b. Koordinator Tehnik untuk memastikan sarana darut telah dilaksanakan
sesuai dengan prosedur.
c. Menghubungi dan memberikan pengarahan kepada semua Komandan
Lantai

Memerintahkan petugas di ruang kendali agar mengumumkan melalui paging.

TEKS : 1

“Perhatian, perhatian. Kepada seluruh penghuni gedung bahwa di lantai....alarm


berbunyi. Seluruh penghuni di harap tenang petugas tanggap darurat sedang
mengecek. Harap semua penghuni gedung tenang. Terima kasih

Kami ulangi :

“Perhatian, perhatian. Kepada seluruh penghuni gedung bahwa di lantai....alarm


berbunyi. Seluruh penghuni di harap tenang petugas tanggap darurat sedang
mengecek. Harap semua penghuni gedung tenang. Terima kasih

Pemberitahuan melalui paging ini dilaksanakan bersamaan waktunya pada saat


anggota regu pemadam sedang berusaha memadamkan api.

d. Petugas pemadam lantai 2


Petugas pemadam lantai 2 di bantu dengan petugas Pemadam dari Posko
menggelar selang dan membuka volume valve dengan maksimal dan tiba-
tiba selang pecah karena kondisi selang ada yang melintir sehingga tidak
dapat di fungsikan lagi. Suhu ruangan semakin panas,
e. Kegiatan Komandan lantai tidak terbakar :
 Menghubungi posko,
 Koordinasi dengan regu-regunya,
 Memonitor kesiapan peralatan pemadam diantaranya: sistem hydrant box,
APAR (alat pemadam api ringan),
 Untuk siaga menunggu perintah selanjutnya bila di perlukan.

f. Kegiatan Evakuasi :
Koordinator Keadaan Darurat mendapat laporan api belum dapat di atasi oleh
Regu Pemadam dan di ambil keputusan untuk evakuasi total, segera
memerintahkan petugas yang ada di R. Kendali untuk : Mengumumkan
perintah evakuasi.

TEKS 2
“Perhatian, perhatian... telah terjadi keadaan darurat kebakaran dan api
belum dapat diatasi. Kepada saudara-saudara yang berada di Gedung ini,
harap segera meninggalkan ruangan, keluar menuju tempat berkumpul
melalui tangga darurat. Petugas evakuasi akan memandu saudara”.

Kami ulangi :
“Perhatian, perhatian... telah terjadi keadaan darurat kebakaran dan api
belum dapat diatasi. Kepada saudara-saudara yang berada di Gedung ini,
harap segera meninggalkan ruangan, keluar menuju tempat berkumpul
melalui tangga darurat. Petugas evakuasi akan memandu saudara”.

5. Situasi di atas lantai terbakar


Api segera merambat dengan cepat ke lantai atas dan ada saat kebakaran mulai
membesar di lantai 2 ke lantai 3. Pada saat evakuasi, Komandan Lantai memeriksa
semua ruangan yang ada di lantainya masing-masing. Pada waktu memeriksa
ruangan demi ruangan di temukan seseorang pingsan dan jatuh dilantai 4 dan
melaporkan ke Koordinator Keadaan Darurat.

Koordinator Keamanan memerintahkan Regu Medis untuk memberikan pertolongan


dengan menggunakan tandu dan menuju ke lantai 4 dengan menggunakan tangga
yang berada di belakang lift dan mengevakuasi korban ke titik berkumpul.

6. Situasi di titik Berkumpul


Seluruh karyawan yang telah dievakuasi, berkumpul di tempat yang telah di
tentukan untuk dilaksanakan absensi oleh Regu Evakuasi. Komandan masing-masing
Lantai menerima laporan dari Regu Evakuasi bahwa semua karyawan lengkap.

7. Situasi lanjut di lantai 2 dan kedatangan mobil Pemadam


Api dapat dipadamkan di lantai 2 dan 3 dalam waktu lebih kurang 20 menit.
Selanjutnya 5 menit kemudian karena kepadatan lalu lintas, Dinas Kebakaran. Tiba
dan langsung menuju R. Posko bertemu dengan Koordinator Keadaan Darurat serta
di beritahukan hasil operasi pemadaman yang sudah dapat di atasi sendiri.
Koordinator Keadaan Darurat menyerahkan komando pemadaman ke Dinas
Kebakaran dan memerintahkan semua anggota tanggap darurat mundur.
Koordinator Keadaan Darurat lapor ke Top pimpinan bahwa api sudah dapat di
padamkan.

Koordinator Keadaan Darurat memerintahkan petugas R. Kendali agar


mengumumkan kepada semua karyawan bahwa api sudah dapat dipadamkan,
karyawan sudah dapat bekerja kembali.

Pengumuman perintah kembali ke tempat kerja :

TEKS 3
“Perhatian, perhatian, keadaan darurat di Gedung Operasi telah dapat di atasi,
kepada seluruh karyawan agar bekerja kembali kecuali untuk lantai terbakar
karyawan lantai 2 dan 3 agar menunggu perintah lebih lanjut”.

Pelaksanaan skenario darurat selesai dan semua pelaksana pelatihan simulasi


berkumpul untuk evaluasi pelaksanaan.

Evaluasi Protap
Protap tanggap darurat dapat di evaluasi setelah :
I. Simulasi keadaan darurat.
II. Paska kejadian darurat.
III. Perubahan sistem dan strutrur yang ada di gedung perkantoran.

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dari pelaksanaan pelatihan simulasi maka diperlukan
evaluator yang indenpenden yang bisa di ambil dari internal kementrian kesehatan atau dari
external.

Tujuan evaluasi adalah untuk mengidentifikasi kelemahan sistem tanggap darurat yang
ada guna perbaikan dalam kesiapsiagaan tanggap darurat, Berbagai parameter dapat
digunakan untuk menilai tentang hasil pelaksanaan pelatihan simulasi tanggap darurat, dan
berikut adalah parameter yang dapat di pakai sebagai acuan dalam evaluasi yaitu :

1. Prosedur Tanggap Darurat


Kesiapsiagaan atau perencanaan menghadapi keadaan darurat yang tertuang dalam
prosedur tanggap darurat merupakan parameter utama dalam penilaian evaluasi,
karena dala m prosedur ini akan tergambar secara jelas tentang hal yang patut di
pertahankan dan kelemahan dalam pengelolaan atau manajemen keadaan darurat.

2. Kualitas sumber daya petugas pelaksana simulasi kebakaran dan evakuasi


terpadu
Sebagai dasar dalam penilaian parameter kualitas Sumber Daya Manusia sebagai
personil pelaksanaan dari Koordinator Keadaan Darurat sebagai tenaga pelaksanan
dari pimpinan sampai Petugas Tanggap Darurat adalah menilai kemampuan personil
dalam menerapkan tugas dan kewajiban baik secara perorangan maupun kerja sama
tim.

3. Kesadaran penghuni gedung dalam menyikapi keadaan darurat


Kesadaran penghuni gedung merupakan parameter dalam penilaian karena sesuai
dengan tujuan utama prosedur tanggap darurat adalah untuk menyelamatkan
penghuni gedung.

4. Kehandalan sistem proteksi bangunan


Sistem proteksi bangunan merupakan salah satu kunci utama dalam menanggulangi
keadaan darurat jika sistem tidak handal akan dapat memberikan dampak yang fatal
terhadap keselamatan penghuni maupun aset gedung.

Dari hasil evaluasi akan di peroleh gambaran secara objektif tentang kondisi yang ada dan
langkah perbaikan yang di perlukan.

Penutup

Kesiapsiagaan Tanggap Darurat di gedung perkantoran merupakan salah satu upaya


pengembangan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) perkantoran. Dalam
implementasi manajemen kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkesinambungan maka
diperlukan sekali tahapan perencanaan, pengorganisasian termasuk pengisian staff,
koordinasi, pelaksanaan dan pengendalian. Selain itu masih diperlukan sarana pendukung
lainnya seperti komunikasi, sarana/prasarana dan Transportasi darurat,dan yang tidak kalah
pentingnya adalah dukungan Top Manajemen baik berupa komitmen, personil, dana dan
partisipasi, yang mana secara keseluruhan merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai
tujuan kesiapan manajemen darurat.

Selain itu untuk terselenggaranya kegiatan ini maka diperlukan juga dukungan semua pihak
yang terlibat, baik para personil pengelola gedung, penghuni maupun pihak terkait lainnya
dalam upaya pengembangan kegiatan K3 perkantoran di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai