Anda di halaman 1dari 43

http://satriafiretraining.blogspot.co.

id/2015/06/pencegahan-kebakaran-evakuasi-di-
rumah.html

http://www.astaqauliyah.com/blog/read/1780/sistem-tanggap-darurat-dan-evakuasi-di-rumah-
sakit.html

Keadaan darurat dapat disebabkan karena perbuatan manusia maupun oleh alam dapat teijadi
setup saat dan dimana saja, untuk itu disemua unit kerja perlu mempersiapkan suatu cara
penanggulangannya bila terjadi keadaan darurat.

Bilamana terjadi bencana (disaster), maka perusahaan perlu memikirkan kemungkinan


terjadinya dampak kerugian. Setup aktifitas dalam suatu industri dapat dipastikan akan
melibatkan risiko kecelakaan maupun kesakitan dari pekerjanya.
Terlebih lagi aktifitas penambangan yang berada didaerah yang terpencil (remote) dengan
faktor risiko yang tinggi, maka keberadaan program tanggap darurat med~k (medical
emergency response plan (MERP)) merupakan bagian dari standar kesehatan minimum yang
harus diterapkan.
Keberadaan program ini disetiap tempat kerja yang berisiko tinggi, merupakan keharusan
dalam rangka mengantisipasi terjadinya gawat daruratan dibidang medis. Penanganan ini
tidak hanya merupakan tanggung jawab pihak kesehatan, namun perlu ditangani secara
terpadu dengan melibatkan semua departemen yang ada di perusahaan.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.432/MENKES/IV/207


tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit bahwa
kedaruratan dapat terjadi di rumah sakit.
Kedaruratan merupakan suatu kejadian yang dapat menimbulkan kematian atau luka serius
bagi pekerja, pengunjung ataupun masyarakat atau dapat menutup kegiatan usaha,
mengganggu operasi, menyebabkan kerusakan fisik lingkungan ataupun mengancam
finansial atau citra rumah sakit.

Sehubungan dengan hal diatas, maka usaha-usaha keselamatan kerja harus terintegrasi
dengan rencana operasi perusahaan secara keseluruhan, atau dengan kata lain bahwa usaha-
usaha keselamatan kerja adalah merupakan tanggung jawab setiap karyawan.

Rencana Tanggap Darurat


Emergency respons plan adalah rangkaian tindakan yang harus dilakukan oleh petugas atau
penghuni bagian/industri yang telah ditunjuk sebelumnya, baik dalam penanggulangan awal
maupun lanjut dalam upaya penyelamatan penghuni bangunan, asset termasuk tindakan yang
menyangkut komunikasi darurat, medical evacuation/emergency dan sebagainya.
Rangkaian tindakan yang mencakup tindakan dalam berbagai situasi keadaan darurat baik
yang mudah ditangani sampai pada situasi yang rumit, termasuk pelaksanaan operasi
pemadaman tingkat lanjut oleh pasukan Dinas Kebakaran untuk darurat kebakaran atau
penyelamatan korban dari pihak luar Team Rescue.

Keadaan daurat dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu;

1. Keadaan darurat tingkat I (Tier I)


Keadaan darurat tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam bahaya
manusia dan harta benda (asset), yang secara normal dapat diatasi oleh personil jaga dan
suatu instalasi/pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah diperisapkan, tanpa perlu
adanya regu bantuan yang dikonsinyir.

2. Keadaan darurat tingkat II (Tier II)


Keadaan darurat tingkat II (Tier II) ialah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan
yang bertugas dibantu dengan peralatan dan material yang tersedia di instalasi/pabrik
tersebut, tidak mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar,
ledakan dahsyat, bocoran bahan B3 yang kuat, semburan liar sumur minyak/gas dan
lainlain, yang mengancaan nyawa manusia atau lingkungannya dan atau asset dan instalasi
tersebut dengan dampak bahaya atas karyawan / daerah / masyarakat sekitar. Bantuan
tambahan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat dan masyarakat sekitar.

3. Keadaan darurat tingkat III (Tier III)


Keadaan darurat tingkat III (Tier III) ialah keadaan darurat berupa malapetaka/ bencana
dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan Tier II, dan memerlukan bantuan,
koordinasi pada tingkat nasional.

Dalam pelaksanaan tanggap darurat, memiliki prosedur keadaan darurat yang harus
dipedomani. Secara umum jenis prosedur keadaan darurat dapat dibagi menjadi 2 kategori:

1. Prosedur keadaan darurat intern (local standing procedure), pedoman pelaksanaan


penanggulangan keadaan darurat untuk masing-masing fungsi/unit. Pedoman ini hanya
digunakan untuk unit/fungsi bersangkutan untuk menanggulangi keadaan darurat yang terjadi
diunitnya dalam batasan masih mampu ditanggulangi.
2. Prosedur keadaan darurat umum (utama), Pedoman perusahaan secara menyeluruh didalam
menanggulangi keadaan darurat yang cukup besar atau dapat membahayakan unit kerja lain.

Target Penanggulangan Keadaan Darurat


Pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat, memiliki target yang ingin dicapai. Hal
tersebut antara lain:

1. Memastikan adanya suatu organisasi keadaan darurat yang lengkap dengan semua
sasarannya.
2. Mengidentifikasi tindakan-tindakan yang diperlukan atau dilakukan untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya suatu kejadian.
3. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan top manajemen.

Pencegahan Kebakaran & Evakuasi di Rumah Sakit


Pencegahan kebakaran dan evakuasi di Rumah Sakit

Pendahuluan

Daerah perkotaan masih menjadi magnet yang besar buat masyarakat meninggalkan desa
untuk mengadu nasib di kota-kota, sehingga populasi penduduk menjadi masalah yang sulit
sekali terpecahkan di kota besar, dari penyedian lahan perumahan sampai pada bangunan-
bangunan komersial. Keterbatasan lahan menjadi masalah besar untuk bangunan-bangunan
umum seperti perdagangan dan juga rumah sakit.
Dan karena keterbatasan lahan untuk pembangunan rumah sakit maka sekarang kebanyakan
rumah sakit menyerupai hotel atau pusat perbelanjaan (baca: gedung tinggi). Gedung tinggi
merupakan fenomena daerah urban / perkotaan, dimana semakin banyak didirikan diberbagai
kota besar di Indonesia. Melalui Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung ( UUBG 2002 ), factor keselamatan telah menjadi persyaratan penting yang harus
dipenuhi oleh bangunan gedung. Salah satu aspek keselamatan adalah keselamatan dari
bahaya kebakaran. Untuk menjamin tingkat keandalan serta keselamatan bangunan agar
dapat digunakan sesuai dengan fungsinya, maka perlu dilengkapi dengan system proteksi
aktif, system proteksi pasif, dan penerapkan Manajemen Keselamatan Kebakaran ( Fire
Safety Management, FSM ). Ketiga komponen proteksi tersebut adalah satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. pada dasarnya FSM telah dijalankan pada bangunan gedung, dengan
bentuk dan kualitas yang beragam. Didapati bahwa bangunan komersil memiliki perhatian
yang lebih baik dalam penerapan FSM dibandingkan bangunan perkantoran dan rumah sakit.
Namun demikian, apresiasi masyarakat terhadap FSM dirasakan masih kurang. Banyak faktor
kenapa bangunan perkantoran dan rumah sakit belum menerapkan pelaksanaan FSM, di
antaranya adalah :
1 1) kendala personil ( baik kuantitas maupun kualitas/kompetensi ),
2 2) pembiayaan yang dirasa memberatkan,
3 3) kebijakan ( baik internal maupun eksternal ).

Untuk Rumah Sakit dalam penerapan FSM ada beberapa hal yang berbeda dengan bangunan
lain , misalnya: Dalam hal evakuasi, di rumah sakit tentu banyak terdapat pasien , baik itu
pasien rawat jalan, pasien rawat inap yang dapat berjalan (ambulatory), pasien rawat inap
yang tidak dapat berjalan (non ambulatory) , pasien rawat inap yang tidak dapat berjalan dan
memerlukan alat bantu kesehatan (oksigen, Ventilator-Dependent dan lain-lain), serta pasien
yang ada di ICU dan ICCU yang tentu memerlukan alat bantu. ditambah lagi dirumah sakit
hampir setiap hari melakukan tindakan operasi (bedah) yang terkadang memerlukan waktu
yang tidak sebentar, sehingga tidak mungkin ketika sedang melakukan operasi harus segera
di hentikan karena terjadi kebakaran . Di rumah sakit juga banyak bahan-bahan yang
dapat membuat api semakin membesar ketika terjadi kebakaran misalnya : oksigen, kasur
busa, gas elpiji dan lain-lain
Oleh karena itu, Rumah Sakit harus siap seandainya terjadi kebakaran dengan proteksi pasif
yang baik misalnya menahan rambatan api, misalnya : bahan bangunan gedung, kontruksi
bangunan gedung, kompartemisasi dan pemisahan serta penutup pada bukaan. Proteksi Aktif
juga sangat penting karena Tanggung jawab utama pengendalian kebakaran terletak pada
petugas rumah sakit sepeti : alat pemadam api ringan, system deteksi dan alarm kebakaran, .
system pipa tegak dan slang kebakaran serta hidran halaman, system sprinkler otomatis,
system pengendali asap, lif kebakaran, pencahayaan darurat, penunjuk arah darurat, system
pasokan daya listrik darurat, pusat pengendali kebakaran, instalasi pemadam khusus.
Sangatlah penting setiap karyawan sudah terlatih dengan rencana prosedur pencegahan
kebakaran di rumah sakit dan mengerti tindakan yang tepat jika terjadi kebakaran. Tindakan
yang tepat dalam keadaan darurat kebakaran dapat mengurangi resiko kebakaran.
Sementara pelatihan pengungsian (evakuasi) di rumah sakit tujuan utamanya adalah untuk
tidak mengungsikan pasien kecuali sangat diperlukan, Oleh karena itu perhatian khusus
harus difokuskan pada teknik pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang tepat untuk
menghindari skenario terburuk, namun bila sangat diperlukan pasien seluruhnya harus
dievakuasi, Rumah Sakit harus siap melakukannya. Pelatihan evakuasi dan Kesiapsiagaan
sangatlah penting untuk menghindari dan/atau meminimalkan korban jiwa, yaitu dengan
memberikan panduan yang baik dan tepat di rumah sakit pada saat evakuasi berlangsung.
Rencana Penanggulangan Kebakaran dan Evakuasi di Rumah Sakit berisi rincian tugas-tugas
dan tanggung Jawab setiap anggota staf sampai pada pimpinan Rumah Sakit.

STUDI KASUS KEBAKARAN RUMAH SAKIT

Banyaknya bahan yang mudah menyala dan mudah membakar adalah


contributor utama terjadinya kebakaran di rumah sakit. Sebagai contoh saja,
National Fire Protection Association mencatat penyebab kebakaran rumah
sakit di Amerika Serikat dalam tabel di bawah ini
Contoh-contoh kebakaran Rumah Sakit

Mei 1929: Klinik Cleveland, Ohio, Amerika Serikat

korban jiwa 125 orang meninggal dunia


Api berasal dari basement klinik, terbakarnya gudang penyimpanan film X-ray
(70.000 lembar film)
Asap beracun dari pembakaran film dengan cepat menyebar ke ventilasi rumah sakit.
Korban meninggal dikarenakan menghisap asap beracun
April 1949: Rumah Sakit St. Anthonys, Effingham, Illinois, USA

Menghanguskan 74 kamar
Bahan yang mudah terbakar menyebabkan cepatnya penyebaran api
dan asap.
Kepala Teknisi Rumah Sakit meninggal dunia ketika berusaha
memadamkan api di ruangan Binatu.
Satu perawat di bangsal Pediatrik tidak dapat menyelamatkan seorang
bayi dan ikut meninggal dunia dengan bayi tersebut.
Pemadam Kebakaran yang tiba di tempat setelah sepuluh menit
panggilan melihat asap tebal keluar dari bangunan Rumah Sakit dan
mengatakan, kita tidak punya kesempatan

Januari 1950: Rumah Sakit Jiwa Wanita


St. Elizabeth, bangunan psikopat Mercy, Davenport, Iowa, Amerika Serikat

41 korban meninggal dunia.


Api dan asap menyebar dengan cepat, berasal dari interior yang mudah terbakar.
Pintu dan jendela kamar Pasien dalam keadaan terkunci dari luar.
Di Rumah Sakit ini (Psikiatris) evakuasi sangat di larang
Karena kondisi pasien, beberapa menolak untuk meninggalkan kamar.
Dan beberapa pasien yang telah berhasil dievakuasi ingin kembali ke kamar mereka

Mei 2003: Rumah sakit Barros Luco, Santiago, Chili

Tidak ada korban jiwa


Rumah sakit ini melayani sekitar 10.000 orang setiap hari.
Api berasal lantai mekanik yang sangat padat, alarm kebakaran tidak bekerja dengan
baik
Petugas Pemadam Kebakaran dikerahkan 334 petugas dan butuh 5 jam untuk
memadamkan kebakaran
Seluruh staf Rumah Sakit telah di latih dalm prosedur evakuasi kebakaran
Proteksi aktif dan Pasif ada namun belum bekerja secara maksimal

Juli 2005: Caldern Guardia Hospital, San Jos, Kosta Rika

Korban 19 orang meninggal dunia


Rumah Sakit berusia 62 tahun ini adalah salah satu yang tersibuk di San Jose.
Api berasal dari lantai lima, pasien di bangsal bedah, syaraf dan perawatan intensif.
Ruangan ICU dikepung api.
Pasien keluar dengan diikatkan seprei keluar dari lantai.
Alarm kebakaran tidak bekerja dan sarana evakuasi kurang terang karena lampu dan
signage terbatas.

September 2009: Rumah sakit St Jude, Vieux Fort, St. Lucia

3 orang meninggal dunia


Rumah sakit ini adalah kedua terbesar di St Lucia.
Api membakar salah satu dari tiga bangunan, yang terdapat ruangan
bedah dan bangsal pemulihan,
Api menyebar dengan cepat pada struktur kayu yang sudah tua.
Kebakaran disebabkan dari asbes atap menyebar ke seluruh rumah sakit
Mei 2010: St. Joseph Mercy Hospital, Georgetown, Guyana
Tidak ada korban jiwa
Rumah Sakit yang terbuat dari "struktur kayu, habis terbakar.
Seluruh catatan medis Rumah Sakit selama 66 tahun habis dilalap api.
Segera setelah terjadi kebakaran seluruh staf Rumah Sakit mengevakuasi semua
pasien sebanyak 37 orang dan 4 bayi.

2011 Desember: AMRI Hospital, Kolkata, India

91 orang meninggal dunia.


Api berasal dari basement.
Banyaknya peralatan ilegal disimpan.
Staf rumah sakit meninggalkan tempat ketika kebakaran mulai berlangsung tanpa
menyelamatkan siapapun.
Pemadam Kebakaran tiba di lokasi setelah kebakaran berlangsung 90 menit

Jendela dan pintu banyak yang terkunci, sehingga harus dirusak untuk masuk ke
kamar-kamar pasien.
Korban meninggal kebanyakan karena menghirup asap

Bulan April 2013: rumah sakit psikiatris No. 14, Ramensky, Rusia

38 orang meninggal dunia


Pada saat kebakaran 41 pasien dalam keadaan dibius dengan dosis tinggi (tertidur).
Sebahagian besar jendela dan pintu terkunci
Evakuasi sangat dilarang (tidak ada prosedur evakuasi)
Tidak ada prosedur pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
Bangunan terbuat dari kayu, sehingga ketika petugas Pemadam datang sudah ludes
terbakar.

Oktober 2013: Rumah sakit ortopedi, Fukuoka, Jepang

10 korban jiwa meninggal dunia


17 pasien berada di rumah sakit ketika kebakaran terjadi.
Pintu kebakaran di lantai kedua dan ketiga tidak ditutup, mengakibatkan asap
menyebar dengan cepat
Petugas Pemadam mencatat staf Rumah Sakit tidak berusaha untuk memadamkan
kebakaran ketika mulai terjadi dan laporan ke petugas Pemadam Kebakaran terlambat.

Dari kejadian-kejadian tersebut timbul beberapa pertanyaan :

1. Bagaimana dengan mudah api membakar struktur bangunan dan perabot


interior?
2. Bagaimana ketentuan untuk membatasi penyebaran api dan asap?
3. Apa yang dilakukan ketika melihat kebakaran?
4. Bagaimana cara melaporkan kejadian kebakaran kepada Dinas Pemadam
Kebakaran?
5. Bagaimana berlatih pencegahan dan penanggulangan kebakaran?
6. Bagaimana prosedur evakuasi di rumah sakit?

Pencegahan
Bagian ini mempertimbangkan aspek pencegahan kebakaran yang berhubungan
dengan bahan-bahan yang tahan terhadap penyalaan dan pembakaran dari bahan-
bahan yang mudah menyala dan membakar sehingga memerlukan perawatan khusus jika
digunakan di rumah sakit. Tujuan
strategi pencegahan adalah untuk membatasi kejadian besarnya kebakaran serta
membatasi api dan asap menyebar ke fasilitas medis. Pihak rumah sakit kususnya yang
masuk dalam organisasi FSM harus memahami sifat-sifat api, phase-phase kebakaran, taktik
dan strategi pemadaman serta kelas-kelas kebakaran agar dalam perencanaan dan perawatan
gedung akan mengacu pada bahan (material) bangunan yang tidak mudah menyala dan
membakar.

Pertimbangan perencanaan pembangunan Rumah Sakit


Salah satu pertimbangan utama dalam mencegah kebakaran Rumah Sakit adalah struktur
bangunan yang terbuat dari bahan yang tidak mudah menyala dan terbakar, misalnya : lantai,
dinding, atap dan tangga termasuk non struktural bangunan juga terbuat dari bahan yang tidak
mudah terbakar misalnya : pintu, jendela, langit-langit, perlengkapan interior, mekanikal,
elektrikal conduits dan lain-lain.
komponen dalam fasilitas rumah sakit baru harus di rancang menggunakan kode bangunan
dan pedoman untuk pencegahan kebakaran, bahan-bahan yang digunakan harus memiliki
ketahanan pada api pada suhu maksimum tertentu dengan durasi bervariasi dari 30 menit
sampai 4 jam (terlebih lagi pada ruangan bedah/operasi).
Gambar atau rencana yang ada pada fasilitas yang diperlukan untuk menentukan penyesuian
tahan api,harus dikonsultasikan dan diserahkan ke Dinas Pemadam Kebakaran sehingga
dalam keadaan darurat pemadam kebakaran sebagai rescue akan memiliki pengetahuan yang
baik dari tata letak dan lokasi pintu darurat, kompartement, dan sebagainya, sehingga Petugas
Pemadam dapat bekerja efektif dan efisien dalam memberikan pertolongan.
Sekaligus Pemadam Kebakaran akan mengetahui apakah fasilitas yang dibangun sudah sesuai
dengan ketentuan dan standart keselamatan.

Konstruksi dan pertimbangan desain


Bahan yang digunakan dalam desain dan konstruksi rumah sakit harus dari bahan yang tidak
mudah menyala dan tidak mudah terbakar, namun bila terbakar mudah di padamkan dan
tidak memancarkan gas/asap beracun.
tergantung pada tata letak, hunian, dan penggunaan fasilitas.
Beberapa contoh bahan yang memancarkan asap beracun selama api dan harus
dihindari adalah:
- Polystyrene (misalnya, polystyrene dekoratif cetakan)
- isolasi semprot busa, busa poliuretan dan isocyanate
Pada fasilitas yang baru dibangun, teknisi desain harus memperhitungkan rating kebakaran,
diperlukan komponen-komponen structural bangunan, dipandu oleh kode bangunan standar,
Kode bangunan berbeda tergantung pada negara. Misalnya:

Ketahanan properti pada api dan bahan struktural yang dipilih


Kayu
Fire resistand:
Meskipun kayu bahan yang mudah terbakar, Sebagian kayu dapat melakukan lebih baik
daripada berukuran baja atau aluminium. Kayu memiliki konduktivitas termal yang rendah,
dan hangus permukaan dapat membantu melindungi bagian interior dari pembakaran.
Kebanyakan jenis kayu memiliki charring ukuran mulai 20 mm (0.8 inci) dalam 30 menit
dan 40 mm (1.6 inci) dalam 60 menit. Beberapa kayu keras seperti oak, jati dan greenheart
memiliki tarif char lebih lambat mulai dari 15 mm dalam 30 menit sampai 30
mm dalam 60 menit.
Batu Solid
Batu Solid unit cenderung lebih tahan api dari berongga unit setara ketebalan.Padat 100 mm
(3,9 inci) dalam ketebalan dapat memberikan hingga 2 jam dari tahan api jika mereka beban
bantalan
dan 4 jam jika mereka tidak beban bantalan. Informasi rinci mengenai tahan api harus
diperoleh dari produsen.
Material
Beton bertulang
Tahan api yang disediakan oleh komponen struktural yang berbeda tergantung pada minimal
mereka dimensi dan sampul beton jarak reinforcement 25 mm (1 inci) cover untuk penguatan
dapat memberikan perlindungan antara 60 menit dan 90 menit, dan dapat hingga 45 mm
Mampu sampai 2 jam perlindungan tergantung pada elemen struktural. Penting untuk
dicatat bahwa detail
khusus dari beton bertulang diperlukan untuk mencegah spalling (melanggar off, mengelupas
atau pitting beton) jika penutup lebih besar dari 35 mm. persyaratan penutup beton adalah
tergantung pada daya tahan umur elemen struktural dan bukan hanya perlindungan
kebakaran.

Baja tulangan dalam beton

Struktur Baja
Bahan ini memiliki ketahanan yang sangat rendah untuk kebakaran, dan dengan demikian
beberapametode tersedia. Sampai dengan 3jam perlindungan api dapat dicapai dengan boards
dan vermiculite 5 beton semprot. Hingga 2jam dapat dicapai dengan cat "intumescent" dan
selimut fleksibel (meskipun yang terakhir tidak
optimal estetis). Daya tahan intumescent cat di daerah tropis tidak dijamin, dan hardtop
dekoratif mungkin diperlukan untuk melindungi lapisan intumescent dilingkungan yang
lembab.
Unsur-unsur baja termasuk beton terbungkus, sangat mahal dan memakan waktu (serta
ruang ). Bentuk-bentuk lain yang kurang populer adalah kolom beton penuh, yang berisi
kolom udara dan blok penuh kolom jaring. (Catatan: daya tahan umur juga harus
dipertimbangkan dengan perlindungan yang ditentukan untuk unsur-unsur Baja struktural.)

struktur baja

blok kolom.

Stainless Steel
Stainless steel biasanya berfungsi lebih baik dari baja ringan, yang memiliki karbon rendah
konten (0,1% untuk 0,25%), karena ia tetap lebih
banyak kekuatan dan kekakuan bila terkena api. Namun karena
struktur baja yang biasanya terkena tahan api inheren mereka perlu dihitung
sebagai bagian dari fasilitas rekayasa skema.
Struktur kaca
Jenis kaca Tahan api, seperti kawat interlayer kaca, kaca laminasi intumescent, dan
usaha kaca borosilicate (seperti yang dikenal sebagai Pyrex), dapat menahan rambatan api
hingga 60 menit

Fasilitas medis

Fasilitas yang ada harus dipasang untuk dapat meningkatkan pertahanan rambatan api.
Sebagai contoh, dinding kayu berbingkai cahaya dan lantai dapat dihilangkan dan diganti
dengan papan seperti gypsum atau papan beton, yang dapat memiliki menahan rambatan api
60 menit, tergantung pada ketebalan papan.
Papan harus berpotongan dengan lantai beton padat dinding dan sebagainya untuk
membuat partisi tahan api yang terus-menerus, juga dikenal sebagai kompartemen
kebakaran. Kompartemen kebakaran, yang biasanya harus memiliki rating 2 jam terbakar,
yang dipisahkan oleh dinding kebakaran dan pintu kebakaran.
bahan yang mudah terbakar harus dilindungi dengan cat tahan api atau bentuk lain
dari isolasi api, Bahan-bahan yang mudah terbakar mencakup cairan kayu, mudah terbakar,
listrik peralatan dan kabel, logam mudah terbakar, gas medis (terutama oksigen) dan
peralatan memasak.
Pintu kaca dan jendela harus tahan api serta tahan pecah.
Langit-langit, ubin, dinding dan lantai (misalnya, karpet) harus tahan api.
Pintu kebakaran dan frame harus menyatu antara kamar atau kompartemen tahan api
masing-masing dan setiap arahan tingkat tangga untuk menghindari
bahaya kebakaran. Sangat penting bahwa pintu kebakaran dengan minimal rating 20 menit
sampai1,5 jam memisahkan setiap kamar dan pintu kebakaran harus selalu tertutup.

Figure 2: Typical Standard Fire Door

Jumlah Lantai

Semakin banyak jumlah lantainya, maka akan semakin rumit rencana evakuasi,
baik itu pergerakan horisontal maupun vertikal.
Jika tanah terbatas, 7 lantai adalah jumlah maksimal
dalam desain Fasilitas Medis baru, karena harus mengurangi jumlah lantai gedung. Secara
tunggal lantai, bangunan rendah yang tersebar di seluruh ruangan akan lebih baik,
karena akan lebih mudah dan cepat untuk mengevakuasi.
ICU dan UGD (Unit Gawat Darurat) seharusnya berada di lantai dasar atau lantai
tingkat dengan erdedikasi landai akses. Biasanya unit yang lalu lintasnya tinggi (misalnya,
diagnostik) terletak di lantai bawah tanah. (Catatan: Konfigurasi dan desain ICU harus
berbeda dangan ruangan lain)

Sarana Jalan Keluar


1. Koridor/ selasar
Koridor : jalur jalan yang menghubungkan antara ruangan dengan tangga exit.
Setiap koridor harus berfungsi sebagai jalan keluar, dengan ketentuan : lebar minimum
koridor 2,4 M). Ini akan memudahkan transportasi di rumah sakit seperti tempat tidur, kasur,
dan sebagainya dalam evakuasi bebas Ambulatori pasien, semua mengarah ke tangga exit,
berhubungan langsung dengan jalan (halaman/tempat terbuka yang berhubungan langsung
dengan jalan umum).
2. Tangga Kebakaran

Tangga masing-masing harus memiliki pintu kebakaran di setiap arah.


Tidak boleh terjadi penyempitan mendadak (bottle neck), karena dapat
mengakibatkan kemacetan, sehingga dapat menimbulkan kepanikan.
Tidak boleh terlalu curam
Injakan harus nyaman
Lebar anak tangga harus cukup untuk menapakan kaki dengan nyaman
Harus ada bordes, untuk tangga yang panjang
Tangga kebakaran harus kedap asap (alami atau mekanik : penekanan udaran dan
pengispan udara), panas dan api.
3. Jalan keluar mendatar (horizontal exit)
Jalan terlindung yang digunakan untuk keluar guna menyelamatkan diri, yang
menghubungkan satu ruang atau gedung lainnya yang aman, PADA LEVEL YANG SAMA
Dengan ketentuan:

Harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar.


Bukan jalan yang terputus menuju keluar bangunan.
Pintu yang menghubungkan jalan keluar tidak boleh terkunci.
Jalan keluar mendatar dari lantai atas maupun bawah tidak boleh berakhir pada lantai.
kebakaran kecuali dipisahkan oleh dinding api minimum 2 jam.

4. Pintu-pintu exit

Pintu harus membuka kearah keluar


pintu harus lebar minimum yang diperlukan untuk mengakomodasi tandu (biasanya
1,25 m).
Pintu jalan keluar berbeda dengan pintu tahan api (pintu jalan keluar :dilengkapi
dengan self doors closer/alat pembuka dan pembebas otomatis, harus dalam keadaan
menutup, tidak boleh dikunci, harus mudah dibuka (dilengkapi dengan batang panik. Pintu
tahan api : memakai sistim ayun, dorong dan gulung. Harus tahan api 20 menit sampai 1,5
jam)
Akses untuk Petugas Pemadam Kebakaran: rumah sakit harus menyediakan tangga
dan jendela untuk Petugas Pemadam untuk masuk kedalam bangunan, untuk menghindari
bertemunya dengan orang yang evakuasi dengan Petugas Pemadam
5. Lampu penerangan darurat

Rute evakuasi harus dipasang di rumah sakit, utamanya akses poin untuk secara jelas
mengidentifikasi rute jalan keluar. Ini penting untuk dicatat bahwa evakuasi tidak selalu
melibatkan pasien dan staf keluar bangunan; mereka mungkin diperlukan
untuk pindah bagian gedung lain atau ke lantai atas (Horizontal).
Untuk menjamin pasien dan staf berevakuasi dengan mudah dan cepat.
Sinar/cahaya harus cukup menerangi jalan keluar, walaupun ada satu lampu pasien
masih dapat berjalan tanpa kesulitan.
Penerangan harus menyala terus menerus.
Penerangan harus dilengkapi dengan sumber daya cadangan, sebagai antisipasi jika
sumber daya utama padam/trouble.
6. Tanda Penunjuk arah

Jumlah exit harus dikaitkan dengan jumlah penghuni dan pengunjung (pasien) untuk
rumah sakit yang tidak ada sprinklernya jarak tempuh maksimalnya adalah 30 m, untuk yang
ada sprinklernya maksimal 75 m
Sepanjang jalur exit harus terang (lampu darurat) dan tidak terhalang, dengan 2
sumber daya agar jika sumber daya utama padam masih terus menyala.
Jalan keluar harus jelas diidentifikasi.
Arah menuju ke titik atau lokasi exit harus cukup jelas dengan menggunakan
penunjuk arah bertuliskan KELUAR/EXIT
Pada tempat-tempat yang dapat disalah tafsirkan jala keluar harus diberi
tanda BUKAN JALAN KELUAR.
Tanda penunjuk arah keluar harus berwarna putih dengan dasar warna hijau atau
sebaliknya.

Berikut adalah tanda penunjuk arah keluar secara internasional:

7. Tempat berhimpun sementara

Tempatnya realatif jauh dari bangunan


Relatif aman dari bahaya kebakaran/bencana lain
Dapat menampung staf dan pasin (dengan pengelompokan perawatan)
Atur /bagi tempat berhimpun menjadi beberapa bagian dan beri tanda sesuai dangan
lantai/Perawatan medis dan peralatannya.
Menahan Rambatan Api
Ini berguna untuk menghindari/meminimalkan kerusakan atau kehilangan
properti dan korban jiwa. Kemampuan untuk dengan cepat mendeteksi dan memadamkan
kebakaran merupakan faktor kunci dalam menghindari skenario terburuk yaitu evakuasi total
pada rumah sakit.

Fire Alarm System


Ada beberapa cara di mana kebakaran dapat dideteksi. Metode tradisional dan deteksi
automatis. Deteksi manual/tradisional adalah seseorang melihat api dan/atau bau asap,
di mana titik alarm kebakaran harus diaktifkan atau pemberitahuan dilaksanakan.
Dalam beberapa kasus, Petugas yang ditunjuk menyampaikan pemberitahuan kepada petugas
lainnya dari mulut ke mulut. Dalam kasus lain, alarm manual kebakaran menarik
alarm atau diaktifkan secara manual memulai perangkat alarm yang digunakan
untuk suara alarm kebakaran.
Berdasarkan National Fire Protection Association di Amerika Serikat, menyarankan
persyaratan untuk memakai sistim dan menentukan manual alarm kebakaran dengan
memulai adalah sebagai berikut:

1. Kotak manual alarm harus aman dipasang pada latar belakang warna kontras.
2. bagian beroperasi dari kotak alarm kebakaran tidak boleh lebih dari 1,07 m (4
2 inci) untuk ukuran 1,22 m (48 inci) di atas lantai.
3. Kotak manual alarm harus terletak mencolok tidak terhalang dan dapat
diakses dengan mudah.
4. Kotak manual alarm harus ditempatkan dengan
jarak horizontal perjalanan antara kotak di setiap lantai tidak lebih dari 61 meter.
5. Selain itu, manual kotak alarm harus berada dalam
jarak 1.52 m dari kedua sisi pembukaan dikelompokkan
(misalnya, sebuah elevator dan tangga terletak bersama-sama) yang lebih
dari12,2 m (40 kaki) lebarnya.

Ingat: Sistem alarm kebakaran yang didirikan untuk


(i) meningkatkan keselamatan para penghuni gedung dan
(ii) untuk meminimalkan kerusakan properti.

Smoke and head detectors


Berbagai sensor asap dan panas dapat dipasang sebagai bagian dari sistem alarm kebakaran
untuk mendeteksi kebakaran yang dimulai di mulai dari tempat yang jarang di lalui
personil/staf. Sensor ini idealnya harus memicu system alert otomatis dengan terlihat (lampu
sorot lampu berkedip) dan terdengar lonceng atau suara peringatan untuk menunjukkan
bahwa api terdeteksi. Sensor juga harus mampu menunjukkan lokasi di mana
api terdeteksi, melalui remote anunciator panel yang menyala untuk menandakan wilayah
yang mana perangkat deteksi api dipicu.

1. Detektor asap umumnya akan mendeteksi api lebih cepat daripada detektor
panas. Namun personil yang bertanggung jawab untuk daerah tertentu dari asap dan
pendeteksi panas harus mempertimbangkan
kemungkinan setiap alarm palsu atau yang tidak diinginkan. Misalnya, detector asap
mungkin tidak boleh digunakan di fasilitas dapur. Sebaliknya memilih untuk suhu
Panas tetap seperti dalam kasus kasus yang mana peningkatan suhu mendadak
dalam kebakaran.
2. Asap dan panas dari kebakaran akan cenderung menumpuk di bagian tertinggi
diruang tertutup bangunan. Ini adalah dimana detektor yang harus ditempatkan.
3. Lokasi pendeteksi asap dan panas tergantung pada jenis detektor yang sedang
digunakan dan geometri dan hunian ruang. Biasanya daerah pertanggungan maksimal
untuk asap dan pendeteksi panas yang 100
meter persegi dan 50 meter persegi, masing-masing.
4. Ada tiga jenis detektor asap : ionisasi, fotolistrik, dan gabungan
terionisasi/fotolistrik. Terionisasi detektor asap relatif murah, sementara fotolistrik
detector cenderung lebih mahal.

Fire Extinguishers/APAR
Alat pemadam kebakaran dilabeli dengan simbol standar dan surat-surat yang mewakili kelas
kebakaran yang mereka dilengkapi untuk pemadaman.

Tipe-tipe Alat Pemadam Api Ringan

ABC Dry Chemical


Ini alat pemadam kebakaran, untuk kebakaran Kelas A, B, dan C, mengandung
monoammonium fosfat. Monoammonium fosfat adalah tepung kimia kering
Nitrogen gas digunakan untuk pendorongnya. Kimia kering pemadam,
mudah digunakan tetapi meninggalkan bekas, dapat dioperasikan dengan jarak
1,5m sampai 4,6m. biasanya dipasang di lorong-lorong dan di laboratorium.

Karbon dioksida (CO2)

APAR ini bertekanan tinggi, CO2 cair.


hanya pada kebakaran listrik atau cairan yang mudah terbakar.
Dapat dioperasikan dengan jarak 1,2 m hingga 1,8 m.
APAR ini mudah diidentifikasi karena tidak memiliki pengukur tekanan, banyak
dipasang di laboratorium atau kamar mekanis.

Dry powder
Alat pemadam kebakaran ini digunakan untuk kebakaran Kelas D (logam). Api
dipadamkan dengan cara mengisolasi berbahan jenis tembaga atau natrium klorida
berbasis bubuk Alat pemadam kebakaran bubuk kering,
Dapat dioperasikan dengan jarak 0.9 m sampai 1.8 m.

Kelas K pemadam

Alat pemadam ini digunakan untuk kelas K (minyak).


Dalam beberapa tahun terakhir, banyak dapur restoran telah mulai menggunakan
peralatan memasak yang lebih efisien dan tak jenuh minyak gorengnya yang
beroperasi pada suhu yang lebih tinggi. Jenis pemadaman kelas K dikembangkan
untuk memadamkan bahaya baru ini. APAR ini menggunakan bahan basah-kalium
asetat-berbasis, pH rendah yang bagus sekali untuk pemadam kebakaran dengan
cara pendinginan dan mengurangi efek serta bahayanya. Sebagian besar alat
pemadam ini dapat dengan aman digunakan untuk kebakaran Kelas A, B, atau C
(meskipun label harus diperiksa pertama). Dapat dioperasikan dengan jarak 3 m
sampai 3,6 m. Alat pemadam kebakaran kelas K dapat ditemukan di dapur yang
terdapat banyak sekali lemak di penggorengan.

Cara menggunakan APAR

Berikut adalah penting sebelum memadamkan kebakaran:


Pastikan bahwa sudah tidak ada lagi penghuni (orang/pasien) didalam ruangan,
Pastikan memiliki (ada) jalan keluar yang tidak terhalang di belakang.
Verifikasi bahwa api kecil terbatas dan tidak menyebar.
Pastikan yang terbakar dan APAR sesuai dengan kelas kebakaran untuk pemadaman.
Memiliki pengetahuan mengenai penggunaan APAR.
Pastikan tempat keluar dengan jarak dari pintu keluar 2 sampai 3 meter dari api.
Keselamatan sangat penting; Jika api berada di luar kendali, tinggalkan ruangan
segera.
Petugas kesehatan, keselamatan dan staf rumah sakit harus dilatih cara
menggunakan APAR.
Pelatihan yang dilaksanakan sebagai bagian dari fasilitas medis sehingga harus dijadwalkan,
karena itu bagian dari Simulasi, keselamatan dan evakuasi.
Empat langkah dalam menggunakan alat pemadam kebakaran dapat diingat melalui
akronim sederhana: PASS

P Pull the pin


Buka segel pada apar

A Aim low

Bebaskan selang
S Squeeze
Tekan tuas

S Sweep
Menyapu kekanan kekiri atau sebliknya

Persyaratan minimum pada sistem pemadam kebakaran adalah system alarm kebakaran
dengan asap detektor dan sistem pemadam kebakaran dengan alat pemadam api ringan. Ada
perangkat pemadam api yang dapat dipasang di rumah sakit untuk fasilitas
pemadaman. termasuk pemercik otomatis (sprinkler). Hhydrant dan Sistem pengendali asap.

Water Sprinkler Systems

Sistem ini memiliki diameter tetesan air yang lebih besar dari 1 mm, dengan
cakupan luas ke permukaan kumulatif untuk 1 liter air adalah sekitar 3 4 meter persegi.
Biasanya, dalam fire sprinkler sistem, Jaringan penuh pipa terus-menerus dituntut
dengan air.
Kepala sprinkler adalah katup peka panas yang melepaskan air setelah suhu melebihi
suhu tetap umumnya diatas suhu 30 derajat Celcius.
Masing-masing kepala sprinkler beroperasi secara mandiri dan akan mengaktifkan
hanya setelah cukup panas mencapai katup. Oleh karena itu, hanya alat pemercik
terdekat api yang akan beroperasi, memaksimalkan tekanan air yang tersedia untuk
lokasi api.
Sistim Sprinkler menyebabkan kerusakan karena air berkurang akibat dari yang
digunakan petugas/staf pemadaman menggunakan selang hidrant.

Mist Sprinkler Systems

1. Fungsi kabut sprinkler sistem mirip sistem sprinkler air tradisional.


2. Diameter tetesan air mereka adalah kurang dari 1 mm, dan cakupan luas perm
ukaan kumulatif mereka untuk 1 liter air adalah kira-kira 60 meter persegi.
3. Sekali sistem diaktifkan, pompa mendorong air melalui nozzle khusus untuk
membentuk sebuah kabut air padat atau.
4. Kabut ini menekan dan memadamkan api melalui penurunan suhu panas dan
perpindahan oksigen dari Zona api.
5. Sistem ini hanya memerlukan volume air rendah, membuat mereka lebih aman
dari pada beberapa sistem lain untuk digunakan di medis dan listrik peralatan,
terutama di ICU.

Beberapa keuntungan dari sistem sprinkler yang terawat dengan baik adalah:

Memungkinkan untuk tata letak lebih terbuka dalam fasilitas dengan kata
lain, lebih lama penjalaran api.
Mereka memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar dalam desain dan masa depan
adaptasi dari ruang di fasilitas.
Struktur dengan alat penyiram dapat mengurangi rating kebakaran persyaratan untuk
elemen struktural sebanyak 30 menit,tergantung pada bangunan kode spesifikasi dan
peraturan suatu negara terhadap fasilitas kesehatan
Kelemahan utama dari sistem sprinkler adalah bahwa mereka mungkin cukup mahal untuk
memasukkan ke dalam perawatan kesehatan yang ada.
Fasilitas spesialis keselamatan kebakaran harus menyelidiki layout struktur dan arsitektur
bangunan untuk menentukan kelayakan memasang sistem sprinkler.
Jika hal ini tidak layak untuk memasang sebuah sistem untuk seluruh fasilitas, paling tidak
dipertimbangkan pemasangan untuk daerah-daerah rawan penyalaan di rumah sakit dengan
kerentanan terhadap kebakaran.

PENTING:
Sistem Sprinkler adalah fitur pemadaman wajib di semua fasilitas kesehatan
yang baru.

Water Hose Reels dan Hidrant

Selang berketekanan tinggi (hose reel) dan Hidrant ini harus tersedia di setiap lantai
rumah sakit, untuk petugas/staf rumah sakit pada saat terjadi kebakaran dapat
mengoperasikannya .
Selang Hidrant dan hose reel terhubung suplai air utama atau system penyimpanan air
independen.
Selang Hidrant biasanya berukuran 18 m sampai 36 m panjangnya dan memiliki
diameter dalam 13-19mm. Ukuran hose reel yang digunakan tergantung pada ukuran fasilitas
medis, agar kebutuhan menjadi cukup panjang dan berdekatan.
Hydrant dan Hose reel semuanya sama dalam operasi. Prosedur umum untuk
mereka gunakan adalah sebagai berikut:
1. menjamin bahwa nozzle/jet adalah dalam posisi tertutup.
2. Hidupkan katup utama.
3. tarik selang dari Box, ke arah api.
4. buka nozzle/katup dan mengarahkan aliran air menuju api.

Penggunaan selang berketekanan tinggi dan selang Hidrant hanya untuk kebakaran
kelas A
Selang pada hydrant biasanya terletak dekat dengan poin Hidran dan dimaksudkan
untuk digunakan hanya pada saat terjadi kebakaran sudah membesar dan dioperasikan oleh
tim tanggap darurat yang telah ditunjuk dan terlatih.

Smoke Extractors/ Sistem pembuang asap


Penyebaran cepat dan akumulasi asap biasanya menimbulkan salah satu risiko tertinggi untuk
keselamatan manusia dalam kebakaran. Salah satu cara untuk meminimalkan bahaya ini
adalah dengan menggabungkan sistem ekstraksi asap khusus, biasanya dalam desain awal
panas, ventilasi dan sistem AC (HVAC).

Asap ekstraksi sistem adalah sistem mekanis yang dapat secara manual atau secara
otomatis diaktifkan setelah alarm dipicu.
Sistem ini dirancang untuk menghilangkan asap berbahaya dari daerah kebakaran dan
mencegah penyebaran asap ke area lain dari bangunan melalui penutupan tertentu ventilasi
dan bertekanan tinggi pemompaan udara ruangan khusus untuk mencegah masuknya asap.
Asap extractor sistem cenderung sangat mahal untuk memasukkan dalam fasilitas
yang ada.

Sample Illustration of Smoke Extraction System


Rencana Penanggulangan Kebakaran, Pencegahan & Pemeliharaan
Salah satu aspek yang paling penting yaitu sistem Penanggualangan Kebakaran yang efektif
adalah rencana pencegahan dan pemeliharaan.
Pemeriksaan rutin harus dilakukan dan didokumentasikan sebagai bagian dari fasilitas
perawatan kesehatan manajemen sistem. Ketika item peralatan telah diperiksa, itu harus
ditandai dan ditandatangani untuk aman digunakan dengan indikasi setiap tindakan yang
diambil dan tanggal check dijadwalkan berikutnya :

The National Fire Protection Association 10 (USA)


merekomendasikan bahwa detector asap diganti setiap 10 tahun. Namun
jika mereka beroperasi pada baterai detektor asap harus diperiksa sebagai bagian
dari pemeliharaan rumah sakit berstandar, biasanya setiap bulan.
Water sprinkler sistem membutuhkan pemeliharaan preventif terencana serta
pemeliharaan sesuai prosedur. Umumnya setiap kepala sprinkler di cek dengan sesuai
system random pada setiap zona sampai pada yang berhubungan dengan menjaga system
melalui tes mingguan dan pemeliharaan pasokan air dan peralatan pompa.
Selang gulungan harus diperiksa dan ditandatangani setiap bulan.
Administrasi rumah sakit harus memastikan bahwa kanvas selang gulungan
bersertifikat untuk digunakan untuk pemadaman.
Petugas inspeksi peralatan harus melaporkan setelah penggunaannya dalam sebuah
insiden seperti kebakaran.

Ingat: Pemeliharaan Pencegahan yang direncanakan adalah suatu aspek kritis dari sistem
pemadam kebakaran efektif. Semua Peralatan harus secara
berkala diperiksa, ditandatangani untuk penggunaan yang aman, serta didokumentasikan.
Pertimbangan penting
Penting untuk dicatat bahwa semua sistem mekanis pemadaman, termasuk system sprinkler
asap sistem extractor, dan tangki penyimpanan air, perlu dirancang untuk menahan gempa
bumi. Kerusakan sistem mekanis Umum selama gempa bumi karena system ini cenderung
memiliki koneksi kaku dan Fitting yang gagal dalam hal seismic gerakan dan kekuatan.
Tangki air khususnya dapat memperburuk dampak dari gempa bumi pada fasilitas perawatan
kesehatan jika mereka tidak dirancang dengan baik.

Evakuasi

Ini adalah komponen yang sangat penting dari tujuan penyelamatan jiwa dalam situasi
darurat di rumah sakit. Evakuasi koprehensif (total) harus melibatkan seluruh elemen rumah
sakit , dari mulai petugas kebersihan, staf, perawat, dokter sampai unsur pimpinan rumah
sakit. Rencana evakuasi harus dijadikan prosedur tetap rumah sakit bila terjadi keadaan
darurat, prosedur tetap ini harus disosialisasikan, dilatih, dan disimulasikan, sehingga timbul
kesadaran dari semua unsur pihak rumah sakit. Prosedur tetap ini menyajikan langkah-
langkah bila terjadi keadaan darurat di rumah sakit, dari mulai terjadi awal api terlihat sampai
seluruh penghuni (pasien) berkumpul di titik kumpul (essembly point).
Penting untuk dicatat bahwa tidak ada yang sama metodologi untuk evakuasi pada setiap
bagian, prosedur akan bervariasi untuk setiap fasilitas perawatan kesehatan.Ingat bahwa
prosedur evakuasi total dilakukan hanya sebagai tindakan akhir untuk rumah sakit. Dalam
kasus kebakaran evakuasi dilakukan setelah langkah-langkah
pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang dijelaskan sebelumnya telah gagal untuk
pemadaman dan seluruh penghuni berada di bawah ancaman dari dampak
kebakaran. Penting untuk setiap penghuni Rumah Sakit baik itu staf , perawat, Dokter ,
Pimpinan dan juga pasien memperhatian terhadap detail dan proses skenario evakuasi.
Memahami skenario evakuasi adalah kunci keberhasilan bila terjadi kebakaran dan bencana.

Setiap Mitigasi kebakaran di Rumah Sakit harus mempertimbangkan evakuasi yang


sesuai dengan fasilitas yang ada
Evakuasi total di Rumah Sakit adalah pilihan terakhir ketika terjadi keadaan darurat.
keselamatan adalah perhatian utama.
Rencana harus sederhana, jelas dan sitematis, karena rencana yang rumit akan
membuat keadaan bertambah sulit dalam keadaan darurat.
Fleksibilitas penting karena prosedur harus beradaptasi dengan berbagai situasi.
Kemandirian di tingkat unit penting karena komunikasi yang tepat dari pemimpin
rumah sakit mungkin sulit atau bahkan tidak mungkin ketika dalam keadaan darurat,
karyawan pada setiap tingkat harus segera tahu apa yang harus dilakukan di daerah
mereka.
Menentukan essembly point yang reprensetatif untuk pasien sesuai dengan jenis
penyakit/perawatannya. Terutama bila diharuskan evakuasi total , tempat ini sangat
diperlukan ketika ruang perawatan dan evakuasi horizontal (bagian,gedung dan lantai dalam
keadaan bahaya) sudah tidak dapat dilakukan karena kebakaran terus membesar.

Pasien Rawat Jalan


Akan diminta untuk membuat rantai tangan dan menuju ke tempat yang aman di luar pintu
kebakaran (menuju essembly point). Satu orang ditugaskan memimpin rantai dan satu orang
berada di belakangnya.

Unit perawatan pasien.


Pada jalur persiapan, perawat harus bersama-sama dengan pasien dengan tidak
mengelompokkan status ambulatory dikarenakan perawat telah memahami setiap individu
pasien sehingga perawat akan lebih mampu mengelola individu pasien dalam keadaan
darurat.
Asumsi-asumsi yang berikut diciptakan dalam pengembangan dokumen ini:

1. Tanggung jawab evakuasi berada pada Incident commander (IC) yang dalam
struktur Fire Safety Management berada pada level tertinggi dalam komando.
2. Pada setiap bagian (fasilitas) IC dibantu oleh tim evakuasi dan kepala peran
kebakaran lantai (bagian), yang bertanggung jawab evakuasi pada bagian-bagiannya.
Evakuasi pada fasilitas perawatan kesehatan mungkin diperlukan dalam berbagai bencana
(tidak hanya jika terjadi kebakaran).

Contoh beberapa bencana


Bencana alam
- Gempa bumi
- Banjir
- Tanah longsor
- Angin topan/puting beliung
- Gunung meletus
- Tsunami
- Kebakaran
Non alam
- Pencemaran lingkungan
- Bom biologi, Bom kimia, nuklir dan radiologi
- Collapse building / bangunan runtuh
- Wabah penyakit/epidemic
- Hazardous materials incident
- Kegagalan dalam pemanfaatan Nuklir
Sosial
- Konflik sosial
- Terror (bom dan lain-lain)

suara alarm kebakaran

1. Sekali alarm kebakaran berbunyi, tidak perlu ditunjuk personil untuk menyelid
iki alasan alarm
( kemungkinan alarm palsu) dan untuk mengidentifikasi tingkat ancaman. Petugas
juga harus menentukan apakah kebakaran atau bencana lain, bila itu kebakaran lihat
apakah kebakaran kecil yang dapat dipadamkan atau kebakaran besar yang
mengharuskan evakuasi.
2. Segera berkomunikasi dengan peran kebakaran bagian (lantai), agar dapat di
ambil tindakan selanjutnya.
3. Kepala peran kebakaran bagian (lantai) harus terus melaporkan setiap
perkembangan kepada IC

Melaporkan kepada Instansi terkait


Jika ada ancaman kebakaran, system komando Fire Safety Management harus langsung
berjalan, Kepala Keselamatan Kebakaran Gedung yang diduduki oleh pimpinan tertinggi di
rumah sakit langsung bertindak sebagai Incident Commander dan memimpin berlangsungnya
pemadaman dan evakuasi, diusahakan terus mendapatkan laporan dari Kepala peran
kebakaran bagian (lantai) untuk mencari tahu semua informasi terkini di bagian/fasilitas yang
terbakar, agar tidak terjadi kepanikan pada pasien, IC menginformasikan kepada seluruh
bagian/lantai apa yang terjadi dengan alat komunikasi personal: papan tulis, overhead
halaman, email, BBM, SMS dan lain-lain berisi agar seluruh staf, perawat dan bagian/petugas
FSM untuk waspada dan bersiap/menyebutkan warna atau jenis bahaya untuk evakuasi dan
bahaya kebakaran (disebutkan lantai dan bagiannya), Petugas informasi segera melaporkan
kepada Instansi terkait misalnya: seperti Dinas Pemadam kebakaran, polisi, Dinas Kesehatan
dan lain-lain. Dengan cara :

Sebutkan nama pelapor


Sebutkan yang terbakar (lantai berapa, bagian apa dan apa yang terbakar)
Nama jalan, titik kenal (gedung/tempat yang dikenal banyak orang)
Kondisi terakhir kebakaran
Sebutkan jika ada
"Darurat bergerak" pasien/staf yang
langsung evakuasi atau pasien dan staf mungkin mati; tidak terjebak
ada waktu untuk mempersiapkan. Selanjutnya ikuti
perintah petugas
informasi Dinas
Pemadam Kebakaran

Macam-macam
evakuasi dengan kode
warna
Kerangka waktu untu
k evakuasi mungkin b
erbeda tergantung
pada sifat ancaman da
n jumlah
waktu yang dapat
diambil untuk mempe
rsiapkan pasien berge
rak. Jenis tertentu eva
kuasi adalah
sebagai berikut:

Mengevakuasi dalam waktu yang terbatas untuk


mempersiapkan (1-2 jam) ikuti prosedur.
Untuk ancaman
kebakaran dan
bom, mungkin langsu
ng
bergerak atau evakuas
i cepat, tetapi untuk
bahaya
bencana alam dengan
periode peringatan ya
Tidak ada bahaya ng memadai, seperti b
waktu yang cukup untuk evakuasi prosedur sistematis (banyak adai dan
jam untuk beberapa hari). banjir, mungkin mem
erlukan evakuasi bert
ahap.

Pasien diam di tempat , tetapi mulai mempersiapkan


diri untuk evakuasi.
Tindakan berikut mungkin akan dibutuhkan saat "mempersiapkan" instruksi evakuasi yang
dikeluarkan:

Jika Anda mendengar alarm kebakaran atau melihat kilatan cahaya, tutup semua
pintu api di daerah Anda.
Pastikan daerah koridor yang jelas untuk memungkinkan gerakan pasien dan
peralatan.
Mencari dan membawa catatan medis pasien dan obat-obatan.
Siap evakuasi transportasi peralatan seperti kursi roda, selimut, dan gurneys.
Tetapkan dalam gerakan sistem untuk memindahkan orang pada ruangan kusus
(lokasi essembly point).
Menunggu instruksi lebih lanjut, tidak mengungsi kecuali diberikan izin untuk
melakukannya.

Pergerakan Evakuasi
Incident Commander menentukan jenis evakuasi, berdasarkan laporan dari Kepala Peran
kebakaran lantai (bagian) di tempat kejadian pada situasi terakhir kebakaran, Incident
Commander menentukan apa jenis pengungsian yang diperlukan:

1. Horizontalmodel utama evakuasi, ini melibatkan pasien bergerak dalam bahay


a dari ancaman, tetapi mereka tetap pada lantainya, hanya pindah dari gedung/bagian
satu kebagian lainnya.
2. Vertical, Ini biasanya pada evakuasi total, yang melibatkan semua elemen
rumah sakit. Pasien dan staf akan dievakuasi seluruhnya dari rumah sakit
dikarenakan kebakaran sudah tidak dapat dikendalikan.
3. Bersiap evakuasi, pasien dan staf mungkin diminta tetap di tempat,
yaitu tetap di unit mereka dan bersiap, sambil menunggu petunjuk lebih lanjut.
Jenis gerakan ini tergantung pada jenis bahaya sebagai contoh kebakaran mungkin di lantai
di bawah ini atau mungkin ancaman tsunami, di mana kasus urutan evakuasinya
akan bergerak ke atas.

Rute evakuasi
Rute evakuasi harus jelas arahnya, harus dengan rinci dari awal bagian, Semua staf rumah
sakit harus paham dan mengerti rute evakuasi sesuai instruksi IC. Khusus anggota staf yang
ditugaskan sebagai tim evakuasi dan Rescue selanjutnya langsung menuju pasien dan
pengunjung untuk mengevakuasi dengan tertib dan tenang.
Perencanaan evakuasi harus mempertimbangkan semua ruang di sekitar rumah sakit,
keadaan ini akan membantu dalam berjalannya evakuasi sampai pada lokasi essembly point.

Level Evakuasi
Tingkat evakuasi
Evakuasi total
Evakuasi sebagian

Dalam kebanyakan keadaan darurat, evakuasi total jarang di gunakan. Karena kebutuhan
yang kompleks dan kondisi yang tidak stabil yaitu banyak pasien di rumah sakit.
evakuasi total umumnya dianggap sebagai pilihan terakhir. Evakuasi total mutlak diperlukan
ketika potensi ancaman pada keselamatan staf dan pasien terancam, misalnya :

Api, asap, dan/atau beracun asap


Merusak struktural fasilitas
Potensi paparan bahan berbahaya
Terorisme atau kekerasan, pengunjung bersenjata
Ancaman bom
Ketika mempunyai banyak waktu yang diperlukan dan tersedia untuk menilai bahaya yang
ditimbulkan oleh situasi, rumah sakit harus mempertimbangkan mengeluarkan perintah hanya
persiapan.

Memperkirakan jumlah petugas/sumber daya


Evakuasi yang efektif pada fasilitas perawatan kesehatan tergantung pada jumlah staf dan
petugas yang terlatih dan tersedia disetiap bagian/lantai ketika terjadi kebakaran untuk
melakukan tugas-tugas evakuasi.Memahami lingkup evakuasi dan mengetahui jumlah
minimum orang-orang yang diperlukan untuk melakukan prosedur ini dalam keadaan darurat
hal yang terpenting dalam menyelamatkan nyawa.

Perbandingan Jumlah Staf


Rasio Deskripsi perawat
Perawat: pasien
1:8 Perawat jaga
(umumnya rasio ini seharusnya tidak boleh
lebih)
ICU, neonatal, anesthesiology
1:2 pasca pemulihan, tenaga
kerja dan pengiriman, unit gawat
darurat dan pemulihan

1:1 Operasi dalam ruangan


bedah (biasanya lebih dari 1 perawat - 1 pasien)
Antepartum, pasca
1:4 melahirkan, pediatrics, ruang gawat darurat dan
perawatan khusus
1:5* Unit bedah umum
# Unit bedah umum bisa 1:8

Rasio staf berdasarkan protokol di rumah sakit dan peraturan perundang-undangan


setiap negara dapat berbeda.
Umumnya semua bagian lain (misalnya biomedis) mungkin memiliki satu orang
bertugas setelah jam kerja regular atau semua staf/petugas di setiap bagian akan dipanggil.
Setiap pergerakan evakuasi harus didampingi petugas evakuasi yang terlatih dan
berpengetahuan, mengenai prosedur respon dan evakuasi kebakaran. Jumlah minimum
petugas evakuasi ditentukan menurut protokol darurat fasilitas perawatan kesehatan.
Dalam beberapa kasus, relawan dapat membantu evakuasi bertahap atau cepat di
rumah sakit. Misalnya : ketika akan terjadi ancaman bom, sunami, angin topan,banjir dan
lain-lain.

Model prioritas evakuasi pasien


Tiga jenis model prioritas pasien yang diuraikan dalam di bawah ini sering digunakan dalam
prosedur evakuasi darurat. Model yang digunakan tergantung pada jumlah
pasien, waktu yang tersedia untuk evakuasi, dan jenis peristiwa yang mendorong
untuk evakuasi.

Model geografis
Biasanya diterapkan dalam kasus evakuasi bertahap. Model ini sistematis berfokus pada
evakuasi area di risiko terbesar di rumah
sakit atau menentukan unit perawatan individu untuk mengevakuasi secara
berurutan, tergantung pada lokasi mereka dalam ruangan.

Pemilihan Pasien sesuai bagian


Memungkinkan untuk evakuasi sebagian yang tidak akan mengganggu seluruh pasien rumah
sakit, memungkinkan unit untuk tetap bersama kepada seluruh proses evakuasi dengan
meningkatkan konsistensi perawatan medis.
Pemilihan sesuai status pasien
Membutuhkan waktu yang cukup untuk evakuasi.

Model sumber daya


Model ini berfokus pada memanfaatkan sumber daya dalam cara yang paling efisien
mungkin. Oleh karena itu, prioritas pasien terhubung langsung dengan ketersediaan sumber
daya. Sebagai contoh, pasien ICU akan dievakuasi dengan menggunakan peralatan yang
terbaik dari ambulance yang dilengkapi peralatan untuk penanganan pasien ICU.

Menggunakan sumber daya secara efektif, yaitu efektif pada arus proses evakuasi
dengan cara atas ke bawah atau cara bawah ke atas.
Memerlukan perencanaan waktu yang tepat serta signifikan dan manajemen logistik
terbaik untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas selama krisis.

Model kondisi pasien


Model evakuasi ini mencoba untuk memperhitungkan kondisi pasien baik itu mental maupun
fisik atau kondisi selama evakuasi. Dalam model ini, evakuasi dilakukan dengan cara atas ke
bawah atau bawah ke atas cara yang diuraikan untuk model sumber daya. Namun, pasien
medis yang paling rapuh dievakuasi terakhir untuk memastikan bahwa mereka tidak
dilepaskan dari ventilator dan peralatan pendukung hidup, sampai benar-benar diperlukan.

Mengevakuasi sebanyak-banyaknya pasien.


Pertama untuk memastikan ini terbanyak dalam jumlah pasien. Evakuasi sebagian dapat
dicapai dalam jumlah dan waktu daripada dua model lain yang lebih pendek.
Tidak memperhitungkan alokasi sumber daya yang sedikit, yang dapat menyebabkan
situasi di mana pasien ICU harus menunggu lama untuk kendaraan transportasi yang sesuai.

Kebutuhan khusus pasien


Sangat penting untuk mengidentifikasi kebutuhan khusus pasien, beberapadiantaranya mungk
in memerlukan perhatian lebih:

Kebutuhan pasien penderita cacat


Pasien yang tidak bisa mendengar atau melihat atau berada di bawah anestesi (sadar)
pada waktu evakuasi mungkin memerlukan akomodasi khusus.\
Perawatan medis dan kebutuhan peralatan
1. Pasien mungkin memerlukan alat tertentu life support (misalnya,ventilator) yang
harus menemani mereka ketika mereka dievakuasi. Peralatan yang dioperasikan memakai
baterai harus diperiksa secara teratur dari rumah sakit.
2. obat tertentu yang memerlukan pasien untuk perawatan juga harus menemani
mereka ketika mereka mengungsi.
Kebutuhan dukungan psikologis
pasien mungkin memerlukan dukungan psikologis, karena stres paska bencana.
Biasanya, pasokan medis (obat-obatan, infus dan sebagainya) tersimpan di bangunan utama
rumah sakit, namun itu semua harus disimpan dalam fasilitas yang mudah di jangkau dan
terlindungi dari api dan asap.

Prioritas pasien dalam skenario evakuasi


Mengutamakan pasien terhadap sumber daya fisik yang terbatas untuk di evakuasi (misalnya
personil, Elevator tangga, transportasi sleds) evakuasi ini adalah yang tersulit karena
memerlukan petugas dalam jumlah banyak dan harus terlatih.
Beberapa keadaan umum pada potensi prioritas evakuasi ini, harus dimasukan dalam skenario
evakuasi. Pemimpin rumah sakit, petugas, administrasi dan semua petugas evakuasi dalam
Fire Safety Management, harus menggunakan skenario ini memasukan pasien prioritas
sebagai bagian dari upaya perencanaan evakuasi.
Dalam evakuasi total, dikarenakan luasnya ancaman terhadap keselamatan pasien dan staf,
Maka prioritaskan pasien dapat keluar sebanyak mungkin. Oleh sebab itu, pasien-pasien ini
dapat di evakuasi saat terakhir setelah pasien lainnya keluar dari area bahaya, kecuali
kebakaran berawal dari tempat pasien ini berada.

Pembagian pasien
o Pasien-pasien dalam bahaya
o Pasien-pasien Ambulatori
o Pasien-pasien secara umum perawatan unit memerlukan transportasi assistence
o Pasien di unit perawatan intensif (ICU).
o Pasien di ruang operasi (penting untuk dicatat bahwa prosedur bedah yang telah di mulai
harus diselesaikan sampai titik keselamatan, sebelum pasien dipindahkan dari tempat
bahaya, mengevakuasi horizontal ke daerah yang aman untuk operasi lengkap
ke penempatan pada titik keselamatan dengan tempat tidur bergerak

Jika waktunya singkat dan kondisi pasien tidak memungkinkan, pasien ICU mungkin akan
dipindahkan setelah semua unit perawatan umum di evakuasi. Selain itu, untuk
memaksimalkan jumlah pasien yang dievakuasi dalam waktu yang singkat, model ini
memastikan bahwa pasien perawatan kritis memiliki akses ke gas medis (O2), suction dan
pemantauan yang intensif.
Jika sumber daya evakuasi terbatas, pasien ICU harus dievakuasi setelah sumberdaya
transportasi tersedia.
Meskipun pasien ICU mungkin orang terakhir yang meninggalkan rumah sakit, mereka
harus menjadi yang pertama untuk meninggalkan tempat berhimpun,
karena mereka adalah prioritas tertinggi untuk transfer ke rumah sakit lainnya.
Dalam pengungsian cepat, rencana transportasi standar harus didasarkan pada proses
yang teratur dan cepat pada pasien unit perawatan seluruhnya dipindahkan secara berurutan.
Evakuasi simultan juga dapat mengambil tempat; yaitu pengobatan umum, unit
bedah dan ICU dapat dikosongkan secara paralel jika memungkinkan untuk menghindari
tidak meratanya permintaan ke sumber daya evakuasi.
Ada kontroversi mengenai urutan evakuasi lantai, tapi satu merekomendasikan rencana untuk
mengevakuasi dari atas bangunan ke bawah jika elevator tersedia atau dari bawah bangunan
ke atas jika hanya tangga yang tersedia. Hal ini penting untuk dicatat bahwa dalam situasi
seperti kebakaran dan gempa bumi, Lift tidak boleh digunakan. Dalam evakuasi
bertahap, rumah sakit mungkin tidak memerlukan penggunaan assembly points, Sebaliknya,
mereka dapat memilih untuk mengirim pasien langsung dari unit mereka menunggu petugas
ambulance di staging area. Dalam keadaan ini, komunikasi
antara staging area dan lantai rumah sakit (Exit Discharge)
sangat penting untuk memastikan bahwa aliran pasien keluar dari unit, mengantisipasi
tersedianya unit ambulance lengkap dan mencegah kemacetan ambulance menunggu untuk
mengangkut pasien datang.

Ingat: Prioritas pasien dapat bervariasi tergantung pada waktu, staf, peralatan, dan sumber
daya yang tersedia untuk evakuasi.

Bahaya khusus yang harus diperhatikan


Beberapa jenis bahaya dapat mengancam kepada staf dan pasien, pada kebakaran rumah
sakit.

Bahaya khusus dan masalah yang terkait pada kebakaran rumah sakit
Oksigen
Prosedur ini harus di tetapkan yaitu untuk memastikan ada petugas mematikan aliran oksigen
dan gas medis serta peralatan lainnya, yang dapat berkontribusi sebagai bahan bakar pada
kebakaran. Setiap kamar operasi memiliki manifold untuk mematikan gas medis. Petugas/staf
harus menyadari lokasi manifold ini dan harus mematikannya ketika evakuasi diperintahkan
oleh Inciden Commander.

Asap
Asap menimbulkan risiko tinggi untuk keselamatan pasien dan
petugas, dan didalam prosedur
evakuasi harus memasukkan strategi untuk memindahkan pasien dari daerah
di mana bahaya asap ini ada. (Lihat pencegahan dan penanggulangan kebakaran bagian di
atas untuk gambaran langkah-langkah untuk menghambat perkembangan dan penjalaran hasil
pembakaran dan juga asap.)

Peralatan Listrik
Cabut/matikan semua peralatan listrik, yang tidak terhubung dengan peralatan ke pasien.

Penerangan
Memastikan bahwa ada lampu emergency yang memadai untuk melakukan evakuasi, karena
listrik sudah dimatikan, lampu emergency sistem dengan kapasitor yang diaktifkan ketika
power dimatikan yang umum digunakan

Air
Peralatan medis harus terlindung dari air, yang dapat merusak mesin-mesin penting
(ingat penggunaan alat penyiram kabut dan sprinkler). Juga pasien terhindar dari air sehingga
menjadi dingin dan mungkin akan bertambah sakit pada pasien.
Pertimbangkan memiliki terpal plastik (misalnya, "visqueen") tersedia untuk menutupi pasien
selama melakukan evakuasi.

Peralatan Transportasi Evakuasi


Dalam evakuasi, sangat penting untuk memiliki alat transportasi yang tersedia untuk pasien.
Misalnya sebagai berikut:

Selimut
Kursi roda
Tempat tidur
Kanvas usungan/tandu/Gurneys
Backboards
Sked Stretchers
Dan lain-lain

Diagrammatic Use of a Sked Stretcher

Beberapa peralatan, seperti backboards dan tandu sked , biasanya tidak disimpan dirumah
sakit. Bahan-bahan ini biasanya dimiliki oleh Pemadam Kebakaran dan tentara.
Ada catatan praktis yang penting untuk diingat ketika menggunakan alat transportasi
di rumah sakit pada saat evakuasi, sebagai berikut:
1. Jumlah peralatan
yang cukup harus tersedia untuk mengevakuasi setiap lantai.
2. Peralatan yang harus disimpan di tempat-tempat yang mudah diakses setiap sa
at itu tidak disimpan dalam lemari terkunci.
3. Semua alat transportasi harus menjadi bagian dari program pemeliharaan prev
entif direncanakan rutin sebagai fasilitas evakuasi.

Komando dan kontrol

Kewenangan untuk memerintahkan evakuasi

Setelah CEO rumah sakit, petugas komunikasi, dan incident commander


yang ditunjuk. Mengambil keputusan untuk mengevakuasi dengan
menerima masukan dari semua petugas. Ketika waktu memungkinkan (yaitu, tidak dalam
kasus evakuasi), rumah sakit mungkin mempertimbangkan membuat tim evakuasi, dengan
perwakilan dari perawat, dokter, keamanan, perawatan ruangan, keamanan, dan lain-lain agar
dengan cepat dapat menimbang risiko evakuasi terhadap risiko berlindung di tempat (tidak
evakuasi).
Setelah keputusan untuk evakuasi telah dibuat, ada beberapa keputusan kunci tambahan yang
harus dilakukan dengan cepat dan dikomunikasikan.

1. Level evakuasi: parsial, lengkap


2. Jenis evakuasi: segera, cepat, bertahap, hanya persiapan
3. Prioritas pasien
4. Perencanaan Aktivasi evakuasi : komponen/personil

Assembly point and discharge site Locations


Evakuasi/koordinator operasi
Staf
Pasien
Incident commander terus menilai situasi, seperti rencana dan aktivitas mungkin perlu
beradaptasi dengan perubahan dalam keadaan sekitar evakuasi.

Command Center
Dalam proses evakuasi, incident Commander rumah sakit bertanggung jawab dalam
penanggulangan kebakaran sampai proses evakuasi dengan segera mengaktifkan pusat
komando rumah sakit, dimana keputusan dapat dibuat dan di keluarkan untuk evakuasi.
Command center harus menjadi bagian dari Fire Safety Management yang ada di rumah
sakit dan terpisah dari staging area untuk pemadam kebakaran. Namun, kepala peran
kebakaran bagian/lantai atau komandan kebakaran lantai harus bekerja sama dengan incident
commander Gedung rumah sakit untuk membuat keputusan seluruh proses evakuasi.

Assignments/tugas Command Center

1. Ditunjuk salah satu staf (ditugaskan oleh rumah


sakit) perlu koordinasi dan organisasi proses evakuasi. Individu ini biasanya ditunjuk
juga sebagai koordinator evakuasi.
2. Incident Commander Rumah Sakit
menentukan lokasi yang pasien akan dievakuasi (yaitu lokasi-lokasi aman
dirancang oleh rumah sakit).
3. Semua personil yang terlibat perlu mengetahui peran dan tanggung
jawab mereka. Mereka dapat ditugaskan peran mereka
baik sebelum atau selama kebakaran (yang terbaik sebelum kejadian sudah terlatih).
Komunikasi

1. Sebuah sistem komunikasi tertentu harus di tempat sehingga Koordinator evak


uasi dapat mempertahankan kontak dengan petugas di bawahnya dan petugas dapat
berkomunikasi dengan petugas lainnya.
2. Di beberapa negara, ketika terjadi bencana Nasional, Angkatan bersenjata
sering membantu hal ini dan akan menyediakan perangkat komunikasi.
3. Cara tradisional bentuk komunikasi adalah penggunaan "caraka," yaitu
petugas yang pindah dari titik A ke titik B dan C untuk menyebarkan informasi.

Kepercayaan
salah satu kriteria utama untuk IC adalah kepercayaan, yang jatuh ke Koordinator
evakuasi dan semua petugas di bawah komandonya.
Tanggung jawab evakuasi di setiap rumah sakit berbeda-beda. Karena tidak semua fasilitas
kesehatan dimiliki rumah sakit, sehingga beberapa bagian atau anggota staf mungkin
diperlukan untuk berbagai tanggung jawab.

Koordinator Evakuasi
Koordinator evakuasi adalah link utama antara Incident commander di rumah sakit dan
bangsal pasien selama evakuasi. Tanggung jawab utamanya adalah untuk memonitor dan
mengkomunikasikan setiap perkembangan serta untuk memastikan bahwa semua pasien
telah dievakuasi. Dalam evakuasi, koordinator evakuasi harus mampu menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang tercantum di bawah ini.

1. Waktu untuk persiapan


perawat: Berapa lama waktu tersedia untuk
menyiapkan pasien sebelum evakuasi dimulai?
2. Lokasi assembly point: pasien harus pindah ke lokasi assembly
point atau modifikasi diperlukan sebagai hasil dari skenario evakuasi?
3. Lokasi discharge site: Petugas harus mengirim pasien berobat
(yakni, mereka yang tidak memerlukan tindakan medis mendesak) ke
lokasi discharge site atau apakah modifikasi diperlukan sebagai akibat
dari skenario evakuasi?
4. Prioritas evakuasi : dalam urutan apa yang akan di evakuasi
petugas?
5. Penggunaan lift: bagaimana jika Elevator tersedia apakah
dapat digunakan dalam evakuasi?
6. Penggunaan Tangga: apakah bisa tangga digunakan dalam
evakuasi?
7. Petugas yang telah masuk dalam FSM sementara mereka tidak
ada di tempat (di rumah): bagaimana menghubunginya untuk
membantu dalam evakuasi?
8. Petugas kembali ke gedung: setelah tiba di lokasi essembly
point apakah petugas harus kembali lagi ke dalam rumah sakit, lalu
siapa yang menjaga pasien di essembly point?.
9. Bagaimana dengan pengelompokan pasien setelah sampai di
essembly point, siapa yang akan mengelompokan?
10. Jika pihak keluarga (penunggu) pasien mungkin dapat bersedia
menjaga pasien, maka kemungkinan ini harus dimasukan dalam
skenario evakuasi

Ingat: Koordinator evakuasi berkomunikasi dengan pasien bangsal dan memantau kemajuan
mereka untuk memastikan bahwa setiap pasein telah dievakuasi dengan aman.

Penetapan Peran Staf


Evakuasi adalah proses yang sangat padat karya. Seluruh staf diberikan tugas untuk
mendukung evakuasi harus segera diaktifkan. Beberapa staf mungkin perlu di tunjuk untuk
masuk dalam tim FSM, namun tetap harus melihat dan memperhatikan jumlah staf/perawat
yang shift malam, sore dan pagi. Yang terbaik memasukan nama-nama staf pada FSM sesuai
dangan jam shiftnya artinya setiap shift akan berbeda daftar petugas evakuasi dan lainnya
sesuai kebutuhan. Atau staf dapat ditetapkan peran
ganda; sebagai contoh, beberapa personil yang mengangkut pasien keluar dari
bangunan dapat dipindahkan sebagai pengirim pesan ke setiap bagian atau yang tugas yang
lainnya.

Contoh penetapan tugas staf


FUNGSI PENGAWAS PERKIRAAN STA

Menyiapkan pasien untuk evakuasi Petugas evakuasi Mengisi kebutuhan


sakit)
Transportasi pasien ke lokasi essembly point Pemimpintransportasi
Melacak pasien pada lokasi essembly point Pengawas pencarian

Menilai pasien di lokasi essembly point


(menetapkan satu dokter untuk setiap unit Pimpinan essembly
perawatan pasien sampai tambahan dokter tibadi lokasi point
essembly point)

dukungan perawat di lokasi essembly point (mengidentifikasi


jumlah anggota staf diperlukan untuk setiap bagian) Petugas Medis

Penyiaran informasi/pasokan/obat antara essembly point


dan rumah sakit Pimpinan essembly
(cantumkan nomor petugas pembawa point
pesan yangdiperlukan untuk setiap titik persiapan)

Triase pasien untuk transportasi dan discharge Pemimpin triase


Mengatur kendaraan angkutan (ambulance) untuk pasien dan Pemimpintransportasi
memastikan kesiapan pasien untuk perjalanan
Perawatan untuk membantu pasien di daerah/bagian discharge
Pimpinan discharge site
Menentukan kontak/membantu keluarga dalam Administrasi
pemberitahuan darurat
Triase pasien untuk transportasi atau discharge site Pemimpin triase
Mengatur kendaraan angkutan pemimpin
(ambulance)untuk pasien dan memastikan kesiapanpasien untu transportasi
k perjalanan

Perawatan untuk membantu pasien di daerah/bagian discharge pemimpin discharge


site
Menentukan kontak/membantu keluarga dalam Administrasi
pemberitahuan darurat

Contoh Struktur Sistem Incident Commander Rumah Sakit


Incident Commander Rumah Sakit

Memimpin jalannya Pemadaman dan evakuasi


Menetapkan tujuan prioritas
Memantau berjalannya penanggulangan kebakaran dan evakuasi sesuai prosedur

Petugas penghubung/komunikasi

Berkoordinasi dengan instansi terkait (Dinas Pemadam, Kepolisian, Kesehatan,


ambulance dan lain-lain).
Berkoordinasi dengan rumah sakit lain, untuk pemindahan pasien
Memastikan alat komunikasi berjalan baik
Memastikan telpon tidak ada yang memakai (digunakan hanya dalam/untuk darurat)
Petugas keamanan

Bertanggung jawab seluruh keamanan rumah sakit


Memiliki spesialisasi keterampilan dan kesiapsiagaan bencana dan peraturan kesehata
n dan keselamatan
-Ikut mengatur jalannya transportasi ambulance dan mobil lain (Pemadam, Polisi, dan
lain-lain)
Koordinator Evakuasi

Menjalankan rencana evakuasi


Sumber daya langsung kepada pasien
Berkomunikasi antara petugas rumah sakit terutama incident commander
Memastikan proses evakuasi berjalan sesuai prosedur
Memastikan semua pasien di evakuasi
Pencarian dan Penyisiran Pasien
Harus ada yang ditunjuk untuk "Pencarian dan penyisiran Pasien" kepada
staf yang bertanggung jawab untuk pencarian dan pelaporan di ruangan perawatan, seluruh
proses evakuasi untuk memberikan kepercayaan terus-menerus kepada
anggota staf meliputi :

Petugas yang ditunjuk untuk melakukan penghitungan di lokasi assembly point.


Staf yang ditugaskan mengecek ke kamar dan lantai harus memastikan bahwa kamar
dan lantai telah dikosongkan.
Kepala peran kebakaran di setiap bagian/lantai yang bertanggung
jawab untuk menangani bahaya khusus atau masalah (misalnya, mematikan gas medis,
melakukan penghitungan dalam wilayah tanggung jawabnya).
Medical Record

Medical Record biasanya terletak di administrasi lantai dengan pasien.


Memastikan bahwa catatan medis menyertai pasien ketika mereka dievakuasi.
Obat dan peralatan yang penting untuk pasien harus dibawa juga.
Protokol tertentu untuk memastikan bahwa catatan meninggalkan dengan pasien
harus ditetapkan sebagai bagian dari prosedur evakuasi.
Pertimbangan harus diberikan untuk menyimpan semua fasilitas catatan
kesehatan medis penting dalam fireproof filing lemari (lemari tahan api).
Status pasien/lokasi
Lokasi saat ini/tempat titik berkumpul (identifikasi pasien sesuai dengan
perawatan/penyakit) pasien dan tujuan mereka harus ditentukan oleh Incident Commander
rumah sakit.

Kontak keluarga untuk pemberitahuan darurat


Harus ada kontak darurat untuk semua pasien. Informasi kontak keluarga biasanya
disimpan dengan catatan medis pasien. Dalam pengungsian, petugas yang ditunjuk
harus:

Berupaya untuk memberitahu anggota keluarga dan pihak lain yang bertanggung
jawab tentang tujuan pemindahan pasien.
Menjawab panggilan dan menanggapi pertanyaan dari anggota keluarga tentang
keadaan pasien dan lokasi pemindahannya.

relokasi/Staging areas

Essembly points dan lokasi discharge site


Rumah sakit harus mengidentifikasi beberapa lokasi yang mengelilingi bangunan yang dapat
digunakan sebagai titik-titik persiapan, mempersiapkan essembly point dan discharge site.

o Assembly point / Holding Area


Tempat atau tempat-tempat yang mana unit perawatan pasien berkumpul (di luar
bangunan klinis utama rumah sakit) untuk menerima perawatan dasar dan menunggu
pemindahan atau kembali ke rumah sakit. Essembly points tidak dimaksudkan untuk menjadi
komprehensif bidang rumah sakit, Sebaliknya, mereka harus dirancang sebagai penanganan
perawatan penting/mendesak karena sumber daya tersedia.

o Discharge Site
Tempat dimana pasien yang dapat pulang ke rumah sambil menunggu keluarga atau
teman untuk membawa mereka.
Discharge Site harus ditempatkan jauh dari Essembly points untuk meminimalkan
kemacetan lalu lintas dan padatnya menuju ke jalan Raya.
Pertimbangan penting termasuk:

Jarak dan luas essembly points serta discharge site, sementara essembly point
dekat dengan rumah sakit dapat membantu dalam upaya untuk merelokasi pasien yang
rapuh selama evakuasi, itu juga bisa yang menjadi perhatian setiap peristiwa yang
melibatkan bahan peledak, bahaya kimia atau beberapa jenis lainnya yang berpotensi
luas sebagai ancaman. Hal ini juga penting untuk mempertimbangkan arah angin,
khususnya sehubungan dengan penjalaran asap yang berhubungan dengan api.
Idealnya, essembly point dan discharge site akan mengizinkan berlindung di dalam ruangan.
Skala ekonomi: pemilihan essemby points dan pelepasan situs harus memperhitung
kan bahwa
sulit untuk layanan klinis dukungan (misalnya, Layanan farmasi) untuk mendukung
perawatan pasien dalam banyak dipisahkan lokasi.
Area identifikasi: beberapa area terdekat harus diidentifikasi, dan kesediaan mereka
untuk membantu terjadi darurat harus dikonfirmasikan. Jika terjadi keadaan darurat,
ini harus dihubungi segera

Tim pemindahan pasien


Jika pasien dipindahkan ke fasilitas kesehatan alternatif (rumah sakit lain), maka tim
pemindahan pasien harus diaktifkan. Tim ini mencakup perwakilan dari kelompok incident
command, dokter senior, perawat senior dan pimpinan rumah
sakit. Tim bekerja sama dengan pejabat pemerintah untuk mengidentifikasi
tersedianya tempat tidur dan ambulance untuk pasien yang akan dipindahkan. Semua praktisi
dokter dan perawat harus diberitahu bahwa tim pemindahan pasien telah diaktifkan dan
mengatur tujuan yang tepat untuk semua pasien. Hal ini sangat penting untuk
keberhasilan evakuasi.

Ikhtisar
Proses evakuasi rumah sakit dapat dibagi menjadi beberapa komponen kunci.
Semua petugas harus menyadari peran dan tanggung jawabnya masing-masing, melalui
latihan teratur dan simulasi, mereka harus paham setiap rincian rencana evakuasi.

Berikut adalah contoh skema tahap inti evakuasi rumah sakit:

PELATIHAN LATIHAN PENGUNGSIAN

Aktivasi
Berdasarkan bunyi alarm kebakaran, diharapkan bahwa staf rumah sakit akan mengaktifkan
sistem dipraktekkan atau urutan aktivitas respons. Fasilitas kesehatan masing-masing harus
memiliki system yang unik yang telah disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan.

Rencana evakuasi
respon yang harus dibahas dan dikembangkan oleh administrasi rumah sakit dan rekayasa
dan tim medis. Rencana harus mencakup pelatihan yang dijadwalkan secara
rutin untuk semua staf.

pelatihan staf
Pelatihan umum mencakup semua staf :

Pelatihan tentang cara untuk mengangkat dan memindahkan pasien.


Pelatihan tentang cara menggunakan alat pemadam kebakaran.
Pelatihan apa yang harus dilakukan jika mereka melihat api.
Sebagai contoh, singkatan RACE menentukan tindakan yang akan diambil dalam kebakaran
(meskipun tidak dalam urutan tertentu;incident commander rumah sakit menentukan
tindakan yang tepat untuk yang diambil dalam situasi tertentu):
1. R- Rescue menyelamatkan orang yang terancam oleh kebakaran
untuk daerah yang aman
2. A- Aktifkan alarm
3. C- Close - Tutup semua jendela dan pintu, menghindari api dan asap
4. E- Evakuasi - mengungsi
Pelatihan apa yang harus dilakukan jika mereka mendengar alarm dan melihat lampu
berkedip.
Pelatihan khusus mendefinisikan peran dan tanggungjawab setiap anggota staf. Sebagai conto
h, dalam kasus alarm kebakaran, siapa yang menghubungi Dinas kebakaran dan rumah sakit
terdekat?

Tindakan sesuai Peran


Tindakan Peran
adalah ringkasan singkat yang menentukan setiap peran dalam keadaan darurat
dan detail tugas yang diberikan untuk setiap peran. Semua anggota staf harus memiliki
pengetahuan umum dan pemahaman tentang berbagai peran, sebagai staf tunggal anggota
dapat bertugas dengan lebih dari satu atau mungkin diminta untuk melakukan peran yang ber
beda, mengingat situasi.

Latihan kebakaran
Latihan kebakaran dirancang untuk memastikan bahwa, melalui pelatihan secara
reguler dan simulasi, anggota staf akan:

Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang keselamatan kebakaran,


merencanakan sehingga mereka dapat bertindak dengan cepat, aman dan tertib cara.
Menjadi terlatih tentang perlindungan kebakaran. Ketakutan individu tidak
dapat bertindak bijaksana dan cerdas, dan mereka dapat melakukan hal-hal yang
merugikan diri sendiri atau orang di sekitar mereka.
Meningkatkan kepercayaan diri dan kekuatan untuk memikul tanggung jawab mereka
dalam kebakaran.
Penting untuk dicatat bahwa semua simulasi pelatihan dan latihan kebakaran perlu
dijadwalkan dan dilakukan secara teratur, dan evaluasi kinerja perlu dilakukan dan digunakan
untuk meningkatkan ketrampilan pada pelatihan berikutnya.

Ingat: Pelatihan secara reguler dan simulasi sangat diperlukan untuk meningkatkan
respon dan keselamatan staf serta pasien.

Daftar Pusataka :

1. The eight leading causes of hospital fires. http://www.fiercehealthcare.com/story/eight-


leading-causes-hospital-fires/2009-10-20. Accessed 8 February 2014.
2. Cleveland Clinic, St. Anthonys Hospital, and Mercy Hospital fires: case studies.
www.nfpa.org. Accessed 8 February 2014.
3. Hospital prevention and evacuation, Wasington, D.C, PAHO, @2014
4. Hospital Barros Luco fire. PAHO report dated 27 May 2003.
Calderon Guardia Hospital fire.http://www.nbcnews.com/id/8551431/ns/world_news-
americas/t/die-costa-rica-hospital-fire/#.UwKPntiYaM8. Accessed 8 February 2014.
5. St Jude Hospital. PAHO situation report dated 9 June 2010.
6. Undang-undang Bangunan Gedung Tahun 2002
7. Perda Provinsi DKI Jakarta No. 3 tahun 1992
8. Perda Provinsi DKI Jakarta No. 8 tahun2008

Anda mungkin juga menyukai