Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


(PTK)

Peningkatan Hasil Belajar Materi Perkalian Pecahan Biasa

Melalui Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas VII MTs KHAS Kempek

Tahun Ajaran 2021-2022

Disusun oleh :
Lukman, S.Pd.
GURU MTS KHAS KEMPEK

YAYASAN KYAI HAJI ‘AQIEL SIROJ


MADRASAH TSANAWIYAH KHAS KEMPEK
SK. NO. Wi/I/PP.00.5/1995/2002 NSM. 121.2.35.09.0047 AKREDITASI : A
Pondok Pesantren Kempek Cirebon
Jl. Tunggal Pegagan-Kempek Desa Pegagan Kec. Palimanan Kab. Cirebon 45161
Telp. (0231) 344 382 / 342 382 E-mail: mtskhaskempek@yahoo.co.id
LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)

Judul
Peningkatan Hasil Belajar Materi Perkalian Pecahan Biasa

Melalui Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas VII MTs KHAS Kempek

Tahun Ajaran 2021-2022

Disusun oleh :

Lukman, S.Pd.
GURU MTS KHAS KEMPEK

Disahkan oleh :

Mengetahui: Cirebon, 25 September 2021


Kepala MTS KHAS KEMPEK, Pembimbing,

H. NI’AMILLAH, M.Pd.I IKROM MAULANA, S.Pd.


NIP 19680120 200604 1 004

i
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Identifikasi Masalah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS, menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang di
perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” Sedangkan pendidikan Nasional
sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Sesuai dengan pengertian pendidikan di atas, bahwa kemajuan suatu bangsa
terletak pada sumber daya manusia yang berkualitas. Berkembangnya IPTEK pada
dekade sekarang ini,membuat manusia semakin kreatidf dalam mencari alternatif
pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga implikasinya pada Proses
belajar mengajar adalah bagaimana peran seorang guru dalam mentransformasikan
pelajaran harus mencapai tiga aspek yaitu, Kognitif, Afektif, Psikomotor. Karena ketiga
aspek tersebut merupakan faktor yang integral yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dari pemaparan yang di kemukakan di atas tadi, nampaknya pemikiran tersebut
merupakan pemikiran atau pemaparan yang relevan apabila di aplikasikan pada
pembelajaran di SMP/MTs, tetapi bagaimana aplikasi atau penerapannya terhadap
Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) di MTs KHAS Kempek kecamatan Palimanan
Kabupaten Cirebon nampaknya masih jauh dari ideal apabila di bandingkan dengan
pemaparan yang di jelaskan diatas, karena dari mata pelajaran matematika yang di ajarkan
pada peserta didik yaitu tentang perkalian pecahan, tingkat penguasaan peserta didik
terhadap materi tidak memuaskan dan berdampak nilai hasil belajar peserta didik yang
kurang baik. Hal ini telihat pada saat guru memberikan memberikan evaluasi berupa
latihan soal-soal untuk dikerjakan oleh peserta didik.
Dari hasil Evaluasi Awal, pada materi khususnya mengalikan bilangan pecahan
biasa, ternyata hasilnya kurang memuaskan. Peserta didik yang memperoleh nilai yang
lebih atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 70 hanya ada 17
anak saja dari 35 anak yang nilainya tuntas memenuhi KKM yang dibebankan, apabila
diprosentasikan sebesar 48,57 %, sedangkan anak yang belum tuntas memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) sebanyak 18 anak dan apabila diprosentasikan sebesar
51,43 %. Dari penjelasan tadi nampaknya guru kurang berhasil dalam melaksanakan
proses pembelajaran di kelas, hal ini merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh
seorang guru dalam pembelajaran sehari-hari di kelas, untuk mengatasi masalah yang
dihadapi peserta didik maupun guru, oleh sebab itu guru bersama peserta didik mencoba
untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapinya melalui suatu Penelitian Tindakan
Kelas yang diberi judul “Penerapan Metode Demonstrasi “ untuk meningkatkan
keaktifan peserta didik pada pelajaran Matematika tentang perkalian pecahan biasa di
kelas VII MTs KHAS Kempek kec. Palimanan Kab. Cirebon.

2. Analisis Masalah
Berkaitan dengan hal tersebut penulis menganalisis masalah yang harus harus
segera di pecahkan melalui Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK), atau
berkonsultasi dengan lingkungan intern / lembaga yang terkait sebagai solusi dalam
pemecahan masalah. Berikut adalah Identifikasi Masalah dan Analisis Masalah yang
dapat penulis paparkan :
a. Peserta didik masih belum antusias dalam pembelajaran
b. Peserta didik Masih belum paham tentang materi yang diajarkan oleh guru, karena
metode yang digunakan masih monoton.
c. Media yang digunakan masih belum relevan
d. Keaktifan belajar peserta didik masih minim
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Dari data yang di peroleh di atas, permasalahan tersebut harus segera di pecahkan
oleh guru melalui Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ), oleh sebab itu penulis akan
melakukan penelitian yang akan dilaksanakan di kelas yang berjudul “Penerapan Metode
Demonstrasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Peserta didik tentang Perkalian Pecahan
Di Kelas VII MTs KHAS Kempek Kec. Palimanan Kab. Cirebon.
Dalam hal ini penulis mengambil mata pelajaran matematika tentang perkalian
bilangan pecahan, karena masalah yang didapat bersumber dari mata pelajaran tersebut,
tentunya dari mata pelajaran tersebut menggunakan metode demonstrasi sesuai dengan
karakteristik serta kebutuhan dari mata pelajaran matematika, agar hasil yang di capai
dari kegiatan itu bermanfaat bagi peserta didik sendiri, yang terjadi pada Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) di kelas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah
yang akan di pecahkan, adapun rumusannya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan Metode Demonstrasi dalam pembelajaran matematika tentang
perkalian bilangan pecahan di kelas VII?
2. Bagaimana Metode Demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan dan aktivitas
peserta didik dalam pembelajaran matematika tentang perkalian bilangan pecahan di
kelas VII ?
3. Bagaimana hasil belajar peserta didik di kelas VII dalam perkalian bilangan pecahan
biasa menggunakan Metode Demonstrasi ?

C. Tujan Penelitian
Tujuan dari perbaikan ini dapat dipaparkan sebagai berikut :
1. Untuk Menjelaskan pemaparan metode demonstrasi dalam materi perkalian bilangan
pecahan biasa di kelas VII
2. Meningkatkan kemampuan dan aktifitas peserta didik di kelas melalui Metode
Demonstrasi di kelas VII
3. Meningkatkan nilai hasil belajar peserta didik melalui Metode Demonstrasi di kelas
VII

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa di petik dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Guru
Dapat meningkatkan kualitas guru dalam mengeksploitasi kemampuan menggunakan
metode pembelajaran yang bervariasi dalam pelajaran sesuai dengan materi yang
sedang di pelajari
2. Peneliti
Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM) lebih bermakna dan kelas menjadi lebih hidup
karena adanya metode yang tepat dan bervariasi
3. Institusi
Dapat dijadikan bahan rujukan / pembanding apabila akan mengadakan penelitian
dengan kasus yang sama seperti penulis alami
4. Pendidikan Secara Umum
Menambah pengetahuan bagi semua pihak yang berkecimpung didalam dunia
pendidikan pada khususnya serta masyarakat sekitar yang peduli pada pendidikan
pada umumnya

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Aktif Learning


Pengertian Pembelajaran aktif (Active Learning) dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga
semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (Active
Learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju
pada proses pembelajaran.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang
bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio (dikutip dari http://
sditalqalam.wordpress.com/2008/01/09/strategi-pembelajaran-active-learning/ 1984),
menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar
40% dari waktu pembelajaran yang tersedia.Sementara penelitian McKeachie (1986)
menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa dapat mencapai 70%,
dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir.Kondisi tersebut di atas
merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan sekolah.Hal ini menyebabkan
seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik
di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual,
sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan.
Sebagaimana yang diungkapkan Konfucius:Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa
yang saya lihat, saya ingat Apa yang saya lakukan, saya paham. Ketiga pernyataan ini
menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang dipelajari di bangku sekolah
tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di atas sekaligus menjawab permasalahan
yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak
didik terhadap materi pembelajaran.
Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di atas
menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (Active Learning), yaitu: Apa yang saya
dengar, saya lupa Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit, Apa yang saya
dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan
keterampilan, Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.
Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa
kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban
yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan
tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru
berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu
mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru),
karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak
sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan
dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan.
Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke dalamnya,
dan otak juga memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga perhatian tidak dapat
tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang
dipelajari dapat diingat dengan baik.
Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan sampai 171% dari
ingatan semula. Dengan penambahan visual di samping auditori dalam pembelajaran
kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin kuat sehingga dapat bertahan lebih lama
dibandingkan dengan hanya menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan
karena fungsi sensasi perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkan, apa yang
didengar dikuatkan oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat dikuatkan oleh audio
(pendengaran).
Dalam arti kata pada pembelajaran seperti ini sudah diikuti oleh reinforcement
yang sangat membantu bagi pemahaman anak didik terhadap materi pembelajaran.
Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan kanan korteks otak
manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar. Pemakaian bahasa
membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih
dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan
mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu sebagian proses mental jauh
lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang (Wenger, 2003:12-13).
Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan
belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan.
Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak kiri dan
kanan sangat dipentingkan.
Thorndike (Wagito, 1997 : 125 ) mengemukakan 3 hukum belajar, yaitu :
1. law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat memperlancar
hubungan antara stimulus dan respons.
2. law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan maka
hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lancar
3. law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika
dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu
diulang.
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus
kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik. Kesediaan
dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam pembelajaran akan
mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang mereka terima dalam
proses pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Ulangan-
ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons,
sehingga respons yang ditimbulkan akan menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang
kuat pula pada diri anak didik, sehingga mereka akan mampu mempertahankan respons
tersebut dalam memory (ingatan) nya.
Hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat
menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan
stimulus akan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri anak didik, sehingga
mereka cenderung akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah anak
didik mampu mempertahan stimulus dalam memory mereka dalam waktu yang lama
(longterm memory), sehingga mereka mampu merecall apa yang mereka peroleh dalam
pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun.
Active Learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan
memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan
bagi mereka.
Dengan memberikan strategi Active Learning (belajar aktif) pada anak didik dapat
membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan
pembelajaran dengan sukses.
Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.
Dalam metode Active Learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus
dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi
pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar
murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna
sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.
(Mulyasa, 2004:241)
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa perbedaan antara pendekatan
pembelajaran Active Learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional,
yaitu :Pembelajaran konvensional Pembelajaran Active Learning
berpusat pada guru berpusat pada anak didik Penekanan pada menerima pengetahuan
penekanan pada menemukan kurang menyenangkan sangat menyenangkan kurang
memberdayakan, semua membemberdayakan semua indera dan potensi anak didik indera
dan potensi anak didik. Menggunakan metode yang monoton Menggunakan banyak
metode kurang banyak media yang digunakan menggunakan banyak media tidak perlu
disesuaikan dengan disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada pengetahuan yang
sudah ada.
Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk
menerapkan strategi pembelajaran Active Learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di
kelas. Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak
hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis,
berdiskusi atau bersama-sama dengan anggta kelas yang lain dalam memecahkan
masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif,
sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir
yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi

B. Pengertian Metode Demonstrasi


Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung
maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau
materi yang sedang disajikan.Syah ( 2000 : 12).
Selain itu menurut Djamarah (2000 : 152), Metode Demonstrasi adalah metode yang
digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang
berkenaan dengan bahan pelajaran.
Metode Demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk
membantu siswa dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ingin di
ketahui oleh siswa.Demonstrasi sebagai metode mengajar adalah bahwa seorang atau
demonstrator (orang luar yang sengaja diminta), atau seorang siswa memperlihatkan
kepada seluruh kelas suatu tentang suatu proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci
otomatis, cara membuat kue, cara mencangkok, cara okulasi, dan sebagainya.

1. Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Demonstrasi 1.


Merumuskan tujuan yang jelas dan sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan
dapat dicapai atau dilaksanakan oleh siswa itu sendiri bila demonstrasi itu berakhir.
a. Mempertimbangkan
apakah metode itu wajar dipergunakan dan merupakan metode yang paling efektif
untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
b. Apakah alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah,
dan apakah alat-alat itu sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu dilakukan
demonstrasi tidak gagal dan pembelajaran yang dilaksnakan efektif.
c. Apakah jumlah alat/bahan memungkinkan diadakan demonstrasi dengan jelas?
2. Menetapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. Dan
sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, oleh guru sudah dicoba terlebih dahulu
supaya tidak gagal pada waktunya. 3.
Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan. Apakali tersedia waktu untuk memberi
kesempatan siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan
sesudah dernonstrasi. Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk
rnerangsang observasi.
4. Selama demonstrasi berlangsung kita bertanya pada diri sendiri apakah :
a. Keterangan-keterangan itu dapat didengar dengan jelas oleh siswa.
b. Alat itu telah ditempatkan pada posisi yang baik sehingga setiap siswa dapat melihat
dengan jelas. c. Perlu
disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya dengan waktu
secukupnya. 5.
Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan murid. Seringkali perlu terlebih dahulu
diadakan diskusi-diskusi dan siswa mencobakan lagi demonstrasi dan eksperimen agar
memperoleh kecekatan yang lebih baik

2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi


2.1 Kelebihan Metode Demonstrasi.
1. Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru
sehingga hal-hal yang penting dapat diamati seperlunya. Perhatian siswa lebih mudah
dipusatkan pada proses belajar dan tidak tertuju pada hal-hal lain.
2. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca di
dalam buku, karena siswa telah mempenoleh gambaran yang jelas dan hasil
pengamatannya. 3. Bila siswa turut
aktif bereksperimen, maka siswa akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktek
untuk mengembangkan kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan dari
teman-teman dan gurunya.
4. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri siswa dapat dijawab waktu
mengamati proses demonstrasi/eksperimen.

2.2 Kelemahan Metode Demonstrasi


1. Daya tangkap setiap siswa berbeda, sehingga guru harus mengulang-ulang suatu
bagian yang sama agar siswa dapat mengikuti pelajaran.
2. Waktu yang diperlukan untuk proses belajar mengajar akan lebih lama dibandingkan
dengan metode ceramah. 3.
Demonstrasi akan menjadi metode yang kurang baik apabila alat yang
didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alat itu
terlalu kecil atau penjelasan-penjelasan yang tidak jelas. 4.
Demonstrasi menjadi tidak efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas di mana
siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktivitas itu
pengalamanyangberharga. 5.
Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Misalnya alat-alat yang
sangat besar atau yang berada di tempat lain yang jauh dari kelas, atau bahan-bahan
yang tidak berwujud misalnya gas freon.
6. Kadang-kadang, bila suatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian didemonstrasikan,
siswa melihat suatu proses yang berlainan dengan proses jika berada dalam situasi
yang sebenarnya.

3.
Manfaat Metode Demonstrasi

Dari beberapa kajian tentang metode demonstrasi, keuntungan menggunakan


metode ini adalah: perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar, dan
tidak tertuju kepada hal lain; siswa memperoleh persepsi yang jelas dari hasil
pengamatannya, dan; siswa memperoleh pengalaman praktek, sehingga pembelajaran
jadi menyenangkan, siswa lebih aktif dan mudah menyerap materi pelajaran. Sedangkan
manfaat Metode Demonstrasi secara Psikologis adalah :
1. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan
2. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa
(Daradjat, 1985 : 25).
Agar metode demonstrasi dapat menjadi PAKEM, maka guru harus: (1) merumuskan
keterampilan yang diharapkan akan dicapai oleh siswa setelah demonstrasi dilakukan; (2)
mencoba alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi, supaya waktu diadakan
demonstrasi tidak gagal; (3) memperkirakan jumlah siswa apakah memungkinkan
diadakan metode demonstrasi; (4) menetapkan garis besar langkah yang akan
dilaksanakan; (5) memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.

C. Teori Tentang Pembelajaran Matematika

Pelajaran matematika telah mempengaruhi perubahan yang sensitif dalam teori


ilmu kejiwaan. Sebagian gurutelah menguasai teori kejiawaan dengan baik. Namu dan ini
sulit untuk mengetahui bagaian mana yang benar. Guru yang menguasai teori tersebut
secara menyeluruh tentu saja membuatnya merasa tertekan yang pada akhirnya memicu
mereka mengubah cara mengajar dan penekanan seperti itu tidak selalu datang dari
luar.Ada 2 masalah yang meminta perhatian, pertama adanya kekuatan teori yang menjadi
perhatian khusus dengan mempelajari matematika dan yang kedua adanya kekuatan
mempelajari teori yang dapat dipakai untuk belajar matematika secara umum.
Teori-teori umum pembelajaran pastinya tidak dapat diabaikan.
Pendekatan teori pembelajaran dikenal sebagai behaviorisme sebuah contoh dari teori
pembelajaran umum yang mengarah pada aplikasi spesifik untuk matematika. Terdapat
Dienes (dalam ahmadi 1973: 101) yang menyatakan bahwa adanya banyak fakta bahwa
hubungan respons stimulus mengacu pada sebuah pelatihan yang kebanyakan waktunya
melibatkan bentuk mental blok. Bruner, mengenalkan penemuannya, mengatur untuk
menggambarkan kekuatannya, menyediakannya dengan sebuah dasar teori dan
menyebarluaskannya (shulman, 1970). Lalu Novak (1977) merasa perlu untuk
menyatakannya. Tak mengejutkan, bahwa orang modern
menyatakan untuk mengembangkan teori-teori pembelajaran matematika telah diadopsi
sebuah pengenalan psikolodi kognitif. Pekerjaan Piaget adalah landasan penting dalam
teori-teori pembelajaran kognitif, meskipun dia tidak mencoba untuk menyampaikan ide-
idenya sebagai teori pembelajaran. Lunzer (1976) membicarakan sejauh mana hasil kerja
tersebut. Piaget membawa kita pada sebuah teori Epistemologi dari pembelajaran
matematika dengan sebuah gambaran pada pembentukan dari sebuah teori yang
memenuhi syarat.
Ausubel (1968) telah menyampaikan sebuah teori komprehensif dari pembelajaran yang
mendesak pada pemikiran. Sehubungan hasil-hasil dan
konsep-konsep yang digambarkan oleh Piaget pada saat yang sama mengkritik dengan
sepenuh hati percaya dalam keberhasilan pada penemuan pembelajaran. Contoh teori
spesifik dari pembelajaran matematika adalah oleh Dienes (1960) dan ini penting untuk
difikirkan sejauh mana ini membawa kita menuju sebuah teori yang komprehensif.
Pengembangan semasa itu menganut kedua pendekatan konstruktif, pembangunan
pekerjaan Piaget, Ausubel dan kelly (1955) dan gambaran proses informasi dari
pengembangan kognitif yang menyita perhatian pada bagaimana komputer sebagai kiasan
mempengaruhi pemahaman kita dari proses pembelajaran dan pengajaran (kilpatrick,
1985) Sebuah pendekatan independen pada pembelajaran matematika juga disampaikan
oleh Davis (1984). Konsep dari nilai tempat
mengenalkan kesukitan kesulitan untuk banyak anak dan ini berkaitan untuk memikirkan
apakah tahapan yang tepat dari situasi pembelajaran yang mana mungkin dipakai untuk
mengenalkan pembelajaran.
Dua alternatif utama pendekatan secara teori adalah tingkah laku dan kognitif.
Pendekatan secara tingkah laku menyarankan untuk menggunakansituasi respons
stimulus menuju hubungan di praktekkan, tetapi ini sulit untuk melihat bagaimana
susunan itu mendasari, dimana nilai tempat dapat dipahami dengan cara ini. Dan banyak
kemungkinan tergantung pada kualitas akhir digambarkan oleh anak-anak. Sebuah
pendekatan kognitif menyarankan bahwa anak anak ditempatkan pada sebuah lingkungan
pembelajaran yang mungkin menemukan pemahaman yang terbentuk melalui usaha
mereka sendiri.

D. Pengertian Bilangan Pecahan


Dalam kehidupan sehari-hari, pernahkah kamu meliahat benda-benda yang telah
terbagi menjadi beberapa bagian yang sama? Misalnya : kue terbagi menjadi tiga bagian
yang sama, semangka dipotong menjadi dua bagian yang sama, dan seterusnya. Semua
bagian yang sama itu berkaitan dengan pecahan
Perhatikan gambar berikut!
1

1 1
2 2
1 1 1 1
4 4 4 4

Sebuah Persegi panjang mula-mula dibagi menjadi dua bagian yang sama. Satu bagian
persegi panjang dari bagian yang sama itu disebut “satu per dua“ atau “seperdua” atau
1
“setengah” dan ditulis
2
kedua bagian tersebut masing-masing dibagi dua lagi sehingga menjadi dua bagian yang
sama. Dengan demikian dari sebuah persegi panjang diperoleh empat bagian persegi
panjang yang sama. Satu bagian dari empat bagian yang sama itu disebut “satu per
1
empat” atau “seperempat” dan ditulis “ “
4
1 1
Bilangan dan disebut bilangan pecahan.
2 4
Selanjutnya disimpulkan

a
Bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk “ “, dengan a dan b adalah
b
bilangan bulat, b = 0, dan b bukan factor dari a. bilangan “a” disebut pembilang,
dan “b” disebut penyebut

1. Bentuk dan Jenis Bilangan Pecahan


Bentuk pecahan ;
1. Pecahan Biasa
1 2 3
Pecahan - pecahan yang berbentuk , , , , dan seterusnya.
2 3 5
2. Bilnagan Campuran
1 2 3
Pecahan - pecahan yang berbentuk , 2 , 3 , 4 , dan seterusnya. Yang
2 3 5
merupakan gabungan dari bilangan bulat dan bilangan pecahan.
3. Bilnagan Desimal
Pecahan - pecahan yang berbentuk 0,5 ; 1,23 ; 4,123 dan seterusnya.
4. Persen
Persen artinya perseratus
3
Contoh : = 3 % ( tiga persen )
100
5. Permil
Permil artinya perseribu
35
Contoh : = 35%o ( tiga puluh lima perseribu
1000
Jenis Pecahan
1. Pecahan Ekuivalen
1 2 3
pecahan dengan berbentuk , = = , merupakan pecahan yang ekuivalen
2 4 6
artinya ketiga pecahan tersebut menyatakan bilangan yang sama. Pecahan
ekuivalen disebut juga pecahan senilai, atau pecahan seharga, atau pecahanyang
sama.
2. Pecahan Senama
Pecahan senama jika pecahan yang mempunyai p[enyabut yang sama
2. Operasi Bilangan Pecahan
a. Penjumlahan
Penjumlahan dengan menggunakan dua pecahan atau lebih dilakukan dengan
menggunakan KPK dari kedua atau lebih penyabutnya.
1). Jika penyebutnya sama
a c ac
x =
b b b

2). Jika penyebut tidak sama


a c ac
+ =
b d KPK (a & b)

Atau juga secara langsung


a c ac
+ = ,syarat b dan d ≠ 0
b d bxd

b. Pengurangan
Pengurangan dengan menggunakan dua pecahan atau lebih dilakukan dengan
menggunakan KPK dari kedua atau lebih penyabutnya.
1). Jika penyebutnya sama
a c ac
x =
b b b

2). Jika penyebut tidak sama


a c ac
+ =
b d KPK (a & b)

Atau juga secara langsung


a c ac
+ = ,syarat b dan d ≠ 0
b d bxd

c. Perkalian
Perkalian antara dua pecahan atau lebih dilakukan dengan mengalikan pembilang
dengan pembilang dibagi perkalian penyebut dengan penyebut
a c a c
: = x ; dengan b dan d ≠ 0
b d b d
d. Pembagian
Pembagian bisa disebut sebagai perkalian dengan kebaliakan dari pembaginya.
1
a:b=ax ; dengan b ≠ 0
b
a c a d
: = x ; dengan b,c dan d ≠ 0
b d b c

III. PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs KHAS Kempek kecamatan Palimanan
Kabupaten Cirebon. Gedung sekolah MTs KHAS Kempek yang merupakan kawasan
pondok pesantren dimana peserta didiknya semua merupakan santri.

2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilaksanakan selama dua minggu, yaitu minggu pertama pada
Bulan September, minggu kedua dan minggu ketigabulan September tahun 2021, penulis
mengambil waktu yang relatif singkat mempunyai maksud yaitu agar dalam pelaksanaan
pembelajaran tiap siklusnya masih terekam dalam memori siswa.

Berikut Penulis sajikan waktu pelaksanaan kegiatan penelitian yang akan


dilakukan.
No. Hari,Tanggal Jam Pelajaran Keterangan
1. Kamis, 2 September 2021 13.00 – 14.20 Pelaksanaan awal
2. Kamis, 9 September 2021 13.00 – 14.20 Pelaksanaan Siklus I
3. Kamis, 16 September 2021 13.00 – 14.20 Peaksanaan Siklus II

3. Mata pelajaran
Mata Pelajaran yang akan dijadikan bahan penelitian oleh penulis adalah mata
pelajaran Matematika khususnya pada materi perkalian bilangan pecahan biasa, dimana
pada mata pelajaran ini nilai siswa dan aktifitas siswa dalam Proses Belajar Mengajar
sangat turun drastis, dan tidak memuaskan bagi guru maupun bagi siswa sendiri

4. Kelas
Kelas yang dijadikan tempat penelitian oleh penulis adalah kelas VII sesuai
dengan tugas yang biasa guru emban sehari-hari di sekolah tersebut., adapun jumlah
siswanya adalah sebagai berikut : Semua Laki-laki 35 siswa.

5. Karakteristik peserta didik


Karkateristik kecerdasan peserta didik kelas VII MTs KHAS Kempek Kecamatan
Palimanan Kabupaten Cirebon sangat bervariasi, ada peserta didik yang cepat
memamahami pelajaran yang disampaikan ada pula yang lambat dalam menerima
pelajaran. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari keluarga maupun dari
lingkungan sekitar. Peran orang tua dalam peningkatan pendidikan tergolong masih
rendah, ini disebabkan karena tingkat pendidikan orang tua juga karena para peserta didik
tinggalnya di pondok pesantren yang jauh dari orang tua.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian tindakan kelas
(Classroom research). Adapun tahapan yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai
berikut :

1. Siklus I

Siklus pertama dalam Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari beberapa
tahapan-tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi, dibawah ini
penulis jabarkan langkah-langkah penelitian tersebut :
1. Perencanaan (Planning)
a. Menganalisis Silabus untuk mengetahui kompetensi yang cocok yang dapat
diterapkan pada siswa dengan menerapkan metode demonstrasi
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematika tentang
perkalian bilangan pecahan biasa dengan pecahan biasa
c. Membuat Lembar Kerja Mandiri / Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
d. Menyusun instrument yang akan digunakan dalam siklus Penelitian Tindakan
Kelas ini
e. Menyusun alat evaluasi.
2. Pelaksanaan (Action)
a. Menyajikan materi perkalian bilangan pecahan biasa dengan menerapkan Metode
Demonstrasi
b. Memberikan materi tentang perkalian bilangan pecahan biasa
c. Guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan pelajaran yang telah di
pelajari bersama
d. Umpan balik dari siswa/meminta tanggapan dari siswa.
e. Penguatan terhadap siswa
f. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran
tersebut
g. Melakukan pengamatan / observasi
3. Pengamatan (Observation)
a. Kegiatan Belajar Mengajar yang sedang berlangsung maupun yang telah
berlangsung
b. Situasi belajar mengajar
c. penerapan Metode Demonstrasi dalam Proses Belajar Mengajar di kelas
4. Refleksi (Reflection)
Penelitian tindakan kelas ini dianggap berhasil apabila memenuhi Kriteria-kriteria
sebagai berikut :
a. Sebagian Besar (70 % dari Siswa) mampu menjawab pertanyaan dari guru dengan
jawaban yang logis.
b. Sebagian Besar (70 % dari siswa) mampu mendemonstrasikan media yang telah
dipersiapkan guru pada setiap kelompoknya, dengan Rencana Pelaksana
Pembelajaran (RPP) yang guru susun secara sistematis
c. Sebagian Besar (70 % dari siswa) berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran
yang sedang maupun telah dilaksanakan
d. Nilai hasil belajar siswa yang diraih telah memenuhi standar Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) yang di bebankan pada setiap mata pelajaran / bidang studi untu
kompetensi dasar yang sedang di pelajari.

2. Siklus II

Sama halnya dengan siklus pertama, siklus kedua juga terdiri dari beberapa tahapan-
tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan reflektif.
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planning)
Penulis membuat perencanaan berdasarkan apa yang diperoleh dari kegiatan pada
siklus pertama.
2. Pelaksanaan (Action)
Guru Melaksanakan Proses Belajar Mengajar (PBM) tentang sifat-sifat bangun datar
mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Perbaikan
Pembelajaran (RPP) Siklus I, dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) Siklus I
3. pengamatan (Observation)
Observer melakukan kegiatan pengamatan secara langsung dalam proses Belajar
Mengajar (PBM) dalam menggunakan metode demonstrasi yang dilakukan siswa
4. Refleksi ( Reflection)
Peneliti bersama observer melakukan refleksi terhadap siklus kedua yang tujuannya
apakah perlu dilaksanakan siklus ke tiga atau tidak.

C. Teknik Analisis Data


Analisis data yang digunakan bersifat kualitatif, data yang diperolah
dikatagorikan dan diklasifikasikan berdasarkan analisis kaitan logis kemudian ditafsirkan
dan disajikan secara aktual dan sistematis dalam keseluruhan permasalahandan kegiatan
penelitian.
Selanjutnya menganalisis data, hasil tindakan yang dilakukan peneliti sebagai
guru disajikan secara bertahap sesuai dengan siklus yang telah dilakukan oleh guru dan
siswa beserta dampak yang ditimbulkannya.

Bogdan dan Biklen ( Moleong, 2004 : 248 ) berpendapat bahwa :


Analisis data kualitatif adalah :” Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi satuan yang
dapat dikelolah, mensitensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain “.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskrifsi Hasil Penelitian dan Pebaikan Pembelajaran

Hasil Penelitian Tindakan Kelas yang penulis laporkan adalah penerapan Metode
Demonstrasi pada pelajaran matematika untuk membahas masalah perkalian bilangan
pecahan biasa di kelas VII MTs KHAS Kempek Kecamatan Palimanan Kebupaten
Cirebon.
Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini memuat tiga bagian yang akan penulis
jelaskan, yaitu laporan hasil penelitian dari hasil tes awal, siklus pertama, dan siklus ke
dua. Bagian Akhir dari penelitian ini akan di bahas pula mengenai hasil observasi yang
dilakukan teman sejawat / observer serta pembahasan hasil penelitian. Berikut penulis
jabarkan hasil penelitian yang telah penulis laksanakan di kelas VII MTs KHAS Kempek
Kecamatan Palimanan Kebupaten Cirebon
Berikut ini penulis akan menjabarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Rencama Perbaikan Pembelajaran Siklus I dan II serta nilai yang di peroleh siswa dari
test hasil belajar mulai dari pertemuan awal, siklus I, dan Siklus II untuk materi perkalian
pecahan biasa adalah sebagai berikut :

1. Deskripsi Hasil Pertemuan Tes Awal (Pre Test)


Dalam selaku guru adalah guru kelas VII sesuai dengan tujuan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yaitu meningkatkan dan memperbaiki atau mengembangkan
praktek pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Penelitian ini sebelumnya diawali
dengan tahap penelitian pendahuluan dengan melakukan tes awal pada siswa kelas VII
MTs KHAS Kempek Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon.
Berdasarkan tes awal yang dilakukan peneliti, diperoleh informasi bahwa dalam
proses pembelajaran Matematika tentang perkalian pecahan biasa siswa masih
mengalami kesulitan dalam mengalikannya.
Berikut hasil data awal yang diperoleh masing-masing siswa, sebagai gambaran
awal tentang kemampuan siswa dalam mengalikan pecahan biasa.
Deskripsi kondisi Awal
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan metode demonstrasi. Disamping itu guru juga
membuat LKPD dan menyusun lembar siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil
belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer
mendiskusikan lembar observasi.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Kamis 2 September 2021 dari pukul 13.00
s.d. 14.20 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dengan alokasi waktu
pendahuluan adalah 10 menit, kegiatan inti adalah 50 menit, dan penutup sebesar 20
menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu
(1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) menjelaskan tujuna dan manfaat KD, (3)
menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan
diajarkan selanjutnya.
Melalui kegiatan inti mengatur kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan
dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan ceramah. Guru
menugaskan siswa untuk membuat Sabun berdasarkan pengaetahuan yang mereka miliki
tanpa diberi metode. Guru hanya mengerahkan dan membimbing siswa sesuai
pertanyaanya siswa.
3. Observasi
Peran siswa Kelas VII A MTs KHAS Kempek ada Upaya Meningkatkan. Hal ini dapat
dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun
masih banyak masalah yang terlihat pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.
Peran siswa Kelas VII A MTs KHAS Kempek dalam kegiatan belajar mengajar
Matematika kurang memuaskan. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada kondisi
awal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal tidak menggunakan metode demonstrasi
dengan jumlah 35 terdapat 17 siswa atau 48,57% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada
18 Siswa atau 51,43% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata sebesar 70,6. Data dapat
dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal

No Nama Siswa Nilai Keterangan


1 Abay Bayu Sunardi 78 Tuntas
2 Ahmad Najmudin 70 Tidak Tuntas
3 Akhmad Wafi Rosadi 65 Tidak Tuntas
4 Angga Aditya Kusuma 78 Tuntas
5 Azka Ahmad Zamzami 72 Tidak Tuntas
6 Azka Tsamratul Qalbi 78 Tuntas
7 Badar Maulana Ilham 78 Tuntas
8 Bahar Dani Baskara 60 Tidak Tuntas
9 Daffa Fadillah Hibbatullah Al Baihaqi 78 Tuntas
10 Erland Hardian Lesmana 75 Tidak Tuntas
11 Faa'iz Hari Prasetyo 78 Tuntas
12 Fadil Ussurur 70 Tidak Tuntas
13 Fathin Billy Al Hakim 55 Tidak Tuntas
14 Fawwaz Naufal Dewangga 70 Tidak Tuntas
15 Giovani Andika Saputra 78 Tuntas
16 Habiburrahman Al Baqi 45 Tidak Tuntas
17 Ibnu Aqil 76 Tidak Tuntas
18 Ibnu Jabir Al Hayyan 75 Tidak Tuntas
19 Ispa Lana 78 Tuntas
20 Khoirul Adam 45 Tidak Tuntas
21 Khrisna Zulfi Prakoso Wiaji 78 Tuntas
22 Labibuddin 75 Tidak Tuntas
23 Luthfi Tri Yogantoro 55 Tidak Tuntas
24 M Nazril Hamam 78 Tuntas
25 M. Asror Ramdhani 78 Tuntas
26 Muhamad Awwab 40 Tidak Tuntas
27 Muhammad Aqmal Maulana 76 Tidak Tuntas
28 Muhammad Fathan Kamil 78 Tuntas
29 Muhammad Joseph Iskandar 80 Tuntas
30 Muhammad Najiulloh Fachruroji 75 Tidak Tuntas
31 Muhammad Najwan 'Athif 55 Tidak Tuntas
32 Muhammad Yusuf Kamil 78 Tuntas
33 Nashif Khoirul Munir 65 Tidak Tuntas
34 Rahman Maulana 82 Tuntas
35 Roben Bunardi Wijaya 76 Tidak Tuntas
Jumlah 2475
Rata-rata 70,6
Ketuntasan Klasikal 48,57% Tidak Tuntas

3. Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui Upaya Meningkatkan hasil belajar
pada materi Klasifikasi Materi ternyata hasil yang didapat nilai rata-rata sebesar 70,6 dan
secara klasikal sebesar 48,57%. Hal ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi
yang dikemukakan akan difokuskan pada upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi klasifikasi materi.
Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan klasifikasi
materi pembuatan sabun. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini
terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKPD. Kedua, siswa banyak sibuk
sendiri. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik
pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Deskripsi hasil siklus 1


1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan metode demonstrasi dalam menulis dan praktek
pembuatan sabun. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru
membuat tes hasil belajar.
2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 9 September 2021 dari
pukul 13.00 s.d 14.20 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap
yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan
untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan
inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitumenyapa dan mengecek
kehadiran siswa, (2) menjelaskan tujuan dan manfaat KD, (3) menggali pengetahuan
siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya.
Pada kegiatan inti mengtaur siswa agar dapat mengalami proses menemukan, menamai
dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan metode demonstrasi,
pertama-tama guru membagi siswa dalam 5 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 7
orang siswa. Kemudian siswa diberi LKPD yang berupa templet. Lalu siswa Bersama
kelompoknya ditugaskan untuk mengisi kata yang bercetak miring untuk diganti dengan
padanan katanya/sinonimnya. Setelah selesai siswa Bersama kelompoknya
mempersentasikan hasil pekerjaanya di depan kelas dan siswa lain mengomentari. Jika
terdapat kesalahan/kekurangan, guru terlebih dahulu meminta siswa untuk memperbaiki.
Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus
mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal
dimotivasi dan diberi penguatan.
Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian
siswa setelah dilaksanakan pembelajaranmenggunakan metode demonstrasi, (2) siswa
melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru
merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

3. Observasi
1) Hasil Belajar Siswa
Peran siswa Kelas VII A MTs KHAS Kempek ada Upaya Meningkatkan dalam Kegiatan
Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan penerapan metode demonstrasi. Hal ini
dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran
meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses kegiatan
pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami
bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampudiperbaiki pada siklus II
dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.
Peran siswa Kelas VII A MTs KHAS Kempek dalam kegiatan belajar mengajar
Matematika. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada
siklus I dengan penerapan model pembelajaran menggunakan metode demonstrasi
dengan jumlah siswa 35 orang, terdapat 26 siswa atau 74,29% yang tuntas dan yang tidak
tuntas ada 9 Siswa atau 25,71% yang tidak tuntas, dengan rata-rata nilai sebesar 73,94.
Data dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.
Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 Abay Bayu Sunardi 81 tuntas
2 Ahmad Najmudin 76 tuntas
3 Akhmad Wafi Rosadi 70 tidak tuntas
4 Angga Aditya Kusuma 81 tuntas
5 Azka Ahmad Zamzami 76 tuntas
6 Azka Tsamratul Qalbi 81 tuntas
7 Badar Maulana Ilham 81 tuntas
8 Bahar Dani Baskara 63 tidak tuntas

21
9 Daffa Fadillah Hibbatullah Al Baihaqi 81 tuntas
10 Erland Hardian Lesmana 78 tuntas
11 Faa'iz Hari Prasetyo 81 tuntas
12 Fadil Ussurur 76 tuntas
13 Fathin Billy Al Hakim 58 tidak tuntas
14 Fawwaz Naufal Dewangga 76 tuntas
15 Giovani Andika Saputra 81 tuntas
16 Habiburrahman Al Baqi 48 tidak tuntas
17 Ibnu Aqil 79 tuntas
18 Ibnu Jabir Al Hayyan 78 tuntas
19 Ispa Lana 81 tuntas
20 Khoirul Adam 48 tidak tuntas
21 Khrisna Zulfi Prakoso Wiaji 81 tuntas
22 Labibuddin 78 tuntas
23 Luthfi Tri Yogantoro 58 tidak tuntas
24 M Nazril Hamam 81 tuntas
25 M. Asror Ramdhani 81 tuntas
26 Muhamad Awwab 43 tidak tuntas
27 Muhammad Aqmal Maulana 79 tuntas
28 Muhammad Fathan Kamil 81 tuntas
29 Muhammad Joseph Iskandar 83 tuntas
30 Muhammad Najiulloh Fachruroji 78 tuntas
31 Muhammad Najwan 'Athif 58 tidak tuntas
32 Muhammad Yusuf Kamil 81 tuntas
33 Nashif Khoirul Munir 68 tidak tuntas
34 Rahman Maulana 85 tuntas
35 Roben Bunardi Wijaya 79 tuntas
Jumlah 2588
Rata-rata 73,9
Ketuntasan Klasikal 74,3% tidak tuntas
2) Aktifitas Siswa
Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang
menerapkan model metode demonstrasi pada klasifikasi materi pada siklus 1 adalah rata–
rata 73,9 berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani
dengan menggunakan metode demonstrasi digunakan angket yang diberikan kepada
siswa setelah proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap
pembelajaran metode demonstrasi, Siswa secara umum memberikan tanggapan yang
positif. Merasa senang, menarik, LKPD jelas, metode yg digunakan sangat membantu,
dan mereka merasa sangat mudah membuat sabun dengan menggunkan metode
demonstrasi.

3) Aktifitas Guru
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelolakegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode demonstrasi ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan
pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi dalam materipelajaran perkalian
pecahan biasa pada siklus I sebesar 2,75 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Data Hasil Pembelajaran menggunakan Metode demonstrasi
Skor pengamatan
Aspek yang diamati Siklus I Keterangan
No.
1. Pesiapan 3,0 Baik
2. Pendahuluan 2,5 Baik
3. Kegiatan Pokok 2,5 Baik
4. Penutup 3,0 Baik
Rata – Rata 2,75 Baik

Keterangan :
0 - 1,49 = kurang baik

23
1,5 - 2,49 = Cukup

2,5 - 3,49 = Baik

3,5 - 4,0 = Sangat Baik

4. Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar
dengan menerapkan metode demonstrasi.
Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan menulis
pembuatan sabun. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini
terjadi. Pertama, siswa kurang memperhatikan penjelaskaan guru mengenai cara
mengerjakan LKPD. Kedua, siswa tidak fokus pada pengisian LKPD. Ketiga, siswa
banyak sibuk sendiri. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab
dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi
penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan
pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti lebih berusaha mengendalikan
situasi kelas agar tetap kondusif, masalah kedua pengamat mencoba memberi perhatian
khusus pada kelompok yang kurang paham tentang pengisian LKPD, untuk masalah yang
ketiga pengamat mencoba memberi masukan kepada siswa yang sibuk sendiri agar tidak
mengganggu konsentrasi siswa lain, untuk yang keempat pengamat mencoba untuk
memperjelas pertanyaan yang diajukan serta menjelaskan materi dengan jelas.

Deskripsi data siklus II


1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan metode demonstrasi dengan memperbaiki
kekurangan pada siklus I pada materi perkalian peacahan biasa. Disamping itu guru juga
membuat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan menyusun lembar observasi aktifitas
guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar.Sebelum pelaksanaan
tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 16 September 2021 dari
pukul 13.00 s.d. 14.20 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga
tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang
dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu
untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu
menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) menjelaskan tujuna dan manfaat KD, (3)
menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan
diajarkan selanjutnya.
Pada kegiatan inti mengtaur siswa agar dapat mengalami proses menemukan, menamai
dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan demonstrasi,
pertama-tama guru membagi siswa dalam 5 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 7
orang siswa. Kemudian siswa diberi LKPD yang berupa templet. Selanjutnya guru
menjelaskan langkah-langkah mengalikan pecahan biasa dengan menggunakan metode
demonstrasi. Lalu siswa bersama kelompoknya ditugaskan untuk mengisi. Setelah selesai
siswa Bersama kelompoknya mempersentasikan hasil pekerjaanya di depan kelas dan
siswa lain mengomentari. Jika terdapat kesalahan/kekurangan, guru terlebih dahulu
meminta siswa untuk memperbaiki. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan
mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang
belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.
Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian
siswa setelah dilaksanakan pembelajaranmenggunakan metode demonstrasi, (2) siswa
melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru
merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

3. Observasi
1) Hasil Belajar Siswa
Peran siswa Kelas VII A MTs KHAS Kempek ada Upaya Meningkatkan dalam kegiatan
pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan penerapan metode demonstrasi. Hal ini
dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran
meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses kegiatan
pembelajaran berlangsung.
Peran siswa Kelas VII A MTs KHAS Kempek dalam kegiatan belajar mengajar
Matematika. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa
pada siklus II dengan penerapan model metode demonstrasi dengan jumlah 35 siswa,
terdapat 33 siswa atau 94,29% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 2 Siswa atau 5,71%
yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 82,23. Data dapat dilihat pada tabel 4 dibawah
ini.
Tabel.4 Hasil ulangan harian pada siklus II

No Nama Siswa Nilai Keterangan


1 Abay Bayu Sunardi 84 tuntas
2 Ahmad Najmudin 81 tuntas
3 Akhmad Wafi Rosadi 82 tuntas
4 Angga Aditya Kusuma 88 tuntas
5 Azka Ahmad Zamzami 81 tuntas
6 Azka Tsamratul Qalbi 84 tuntas
7 Badar Maulana Ilham 85 tuntas
8 Bahar Dani Baskara 68 tidak tuntas
9 Daffa Fadillah Hibbatullah Al Baihaqi 87 tuntas
10 Erland Hardian Lesmana 83 tuntas
11 Faa'iz Hari Prasetyo 86 tuntas
12 Fadil Ussurur 84 tuntas
13 Fathin Billy Al Hakim 76 tuntas
14 Fawwaz Naufal Dewangga 81 tuntas
15 Giovani Andika Saputra 86 tuntas
16 Habiburrahman Al Baqi 82 tuntas
17 Ibnu Aqil 84 tuntas
18 Ibnu Jabir Al Hayyan 83 tuntas
19 Ispa Lana 88 tuntas
20 Khoirul Adam 76 tuntas
21 Khrisna Zulfi Prakoso Wiaji 86 tuntas
22 Labibuddin 83 tuntas
23 Luthfi Tri Yogantoro 76 tuntas
24 M Nazril Hamam 86 tuntas
25 M. Asror Ramdhani 84 tuntas
26 Muhamad Awwab 76 tuntas
27 Muhammad Aqmal Maulana 84 tuntas
28 Muhammad Fathan Kamil 88 tuntas
29 Muhammad Joseph Iskandar 86 tuntas
30 Muhammad Najiulloh Fachruroji 83 tuntas
31 Muhammad Najwan 'Athif 63 tidak tuntas
32 Muhammad Yusuf Kamil 84 tuntas
33 Nashif Khoirul Munir 76 tuntas
34 Rahman Maulana 90 tuntas
35 Roben Bunardi Wijaya 84 tuntas
Jumlah 2852
Rata-rata 82,23
Ketuntasan Klasikal 94,29% tuntas

Keterangan :
F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipeMetode demonstrasi
N = Jumlah: 35 orang

27
2) Aktifitas Guru
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran
kooperatif tipe metode demonstrasi ditunjukan pada tabel 5, bahwa pengelolaan
pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi dalam materi pelajaran Matematika
pada siklus II sebesar 3,00 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 5. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran
menggunakan Metode Demonstrasi
Skor pengamatan
No. Aspek yang diamati Siklus II Keterangan
1. Pesiapan 3,0 Baik
2. Pendahuluan 3,0 Baik
3. Kegiatan Pokok 3,0 Baik
4. Penutup 3,0 Baik
Rata – Rata 3,00 Baik

Keterangan :
0 - 1,49 = kurang baik
1,5 - 2,49 = Cukup

2,5 - 3,49 = Baik

3,5 - 4,0 = Sangat Baik

3) Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar
pada menulis dan mempraktekkan pembuatan sabun pada materi klasifikasi materi dengan
menerapkan metode demonstrasi.
Pada siklus II sesemua kekurangan sudah sangat sedikit. Menurut pengamat, ada
beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa kurang memperhatikan
penjelaskaan guru mengenai cara mengerjakan LKPD. Kedua, siswa tidak fokus pada
pengisian LKPD. Ketiga, siswa banyak sibuk sendiri. Keempat, diantara satu atau dua
kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat
evaluasi di akhir pelajaran. Secera keseluruhan kekurangan-kekurangan yang muncul

28
sudah teratasi dengan baik. Hal itu dibuktikan dengan hasil dari siklus yang kedua yang
sangat baik.

a. Pembahasan
1. Hasil Belajar
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas VII
A MTs KHAS Kempek untuk melakukan perkalian pecahan biasa dengan metode
demonstrasi diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 70,6 dengan nilai tertinggi
adalah 82 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 40 terdapat 1 orang dengan
ketentusan belajar 48,6% dan yang tidak tuntas 51,43%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas VII A MTs KHAS Kempek
pada siklus 1 untuk ,elakukan perkalian pecahan biasa metode demonstrasi diperoleh nilai
rata–rata siklus 1 sebesar 73,94 dengan nilai tertinggi adalah 85 terdapat 1 orang dan nilai
terendah adalah 43 terdapat 6 orang dengan ketentusan belajar 74,29% dan yang tidak
tuntas 25,71%.
Sedangkan pada siklus II untuk materi perkalian pecahan biasa diperoleh nilai rata–rata
siklus II sebesar 82,23 dengan nilai tertinggi adalah 90 terdapat 1 orang dan nilai terendah
adalah 63 terdapat 1 orang dengan ketuntasan belajar 94,29% dan yang tidak tuntas
5,71%. Siswa yang tidak tuntas baik pada siklus I maupun pada siklus II adalah siswa
yang sama, ini disebabkan siswa tersebut pada dasarnya tidak ada niat untuk belajar dan
sering tidak masuk sekolah.
Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya upaya
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A MTs KHAS Kempek tahun pelajaran
2021/2022 menunjukan upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi yang sama.
Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II menunjukan Upaya Meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi yang sama. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II sudah
menggunakan metode demonstrasi.

Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan metode
demonstrasi pada perkalian pecahan biasa menurut penilaian pengamat termasuk kategori
baik. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek aktivitas siswa:
mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama dalam kelommpok, keaktifan
siswa dalam diskusi, memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan
kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari guru.
Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling dominan
dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKPD dan berdiskusi. Hal ini menunjukan
bahwa siswa kolaborasi dan bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik.

2. Pengelolaan Metode Demonstrasi


Kemampuan guru dalam pengelolaan metode demonstrasi menurut hasil penilaian
pengamat termasuk kategori baik untuk semua aspek. Guru sangat berperan dalam
mengelola kelas, sehingga siswa kondusif, aktif, dan menyenangkan. Berdasarkan hal itu
berarti guru sangat kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di
kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan.

3. Respons siswa Terhadap Metode Demonstrasi


Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap metode demonstrasi yang diterapkan
oleh peneliti menunjukan bahwa siswa merasa senang dan tertarik. Menurut siswa,
dengan model metode demonstrasi mereka lebih mudah dalam mengerjakan tugas
perkalian pecahan biasa. Karena masalah awal tentang sulit menemukan ide untuk
menulis jadi teratasi. Siswa hanya mencari sinonim dari kata-kata tersebut. Semua siswa
merasa senang dengan metode demonstrasi. Selain karena baru mengenal metode baru
untuk melakukan pembelajaran perkalian pecahan biasa. Metode demonstrasi bermanfaat
bagi mereka, karena mereka dapat pikiran dan materi pelajaraan yang didapat mudah
diingat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan metode demonstrasi dalam materi
perkalian pecahan biasa, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Penggunaan Metode Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar khususnya
perkalian pecahan biasa pada Siswa Kelas VII MTs KHAS Kempek Tahun Ajaran
2021-2022
.

5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut.
1) Guru Matematika dapat menggunakan metode demonstrasi dalam
pembelajaran khususnya pada materi perkalian pecahan biasa, karena
berdasarkan hasil penelitian di atas, metode demonstrasi dapat meningkatkan
kemampuan matematika pada siswa.
2) Untuk penelitian menggunakan metode demonstrasi selanjutnya, penulis
menyarankan untuk lebih banyak memberikan latihan sebelum mulai
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode demonstrasi agar
siswa dapat memahami teknik menghitung secara mendalam.

31
1

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2006. Matematika. Bandung : Sarana Panca Karya.


Karso, M.Pd., dkk. 1999. Pendidikan Matematika 1.Bandung : Universitas Terbuka
Suparno.1997. Pendekatan dalam Pembelajaran, Bandung : Sarana Panca Karya
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika. 2001. Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Zulkifli Mulya dkk. Matematika untuk SD.2004. Bandung : Sarana Panca Karya
http://pendidikanku.wordpress.com/2009/12/29/active-learning-pembelajaran-
aktif/
http://sditalqalam.wordpress.com/2008/01/09/strategi-pembelajaran-active-
learning/
http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen/

Anda mungkin juga menyukai