Anda di halaman 1dari 2

LANGKAH DIAGNOSIS

1. Anamnesis

 Onset : kapan biasanya gejala muncul?


Pada supraventricular tacicardi biasanya tiba tiba, penting untuk mencatat kapan
biasanya jantung berdebar tiba-tiba muncul, dan apa yang sedang atau baru saja
dilakukan, yang berguna untuk mengetahui pola dan pemicunya. Pada scenario
pasien merasakan palpitasi tiba tiba setelah konsumsi obat
 Durasi : sudah berapa lama pasien merasakan berdebar?
Pasien merasakan berdebar sejak 30 menit yang lalu. Rasa berdebar pada
pasien supraventricular tachycardia  biasanya terjadi tiba-tiba
 Apakah pasien mengalami pingsan?
Sinkope dapat terjadi apabila denyut jantung terlalu cepat sehingga menurunkan
curah jantung. Jika pasien sudah mulai mengalami sinkop maka palpitasi yang di
alami berpotensi lebih serius.
 Obat obatan dan makanan yang dikonsumsi?
Obat dapat meningkatkan konduksi AV Node yang responsive terhadap stimulasi
adregenik ( stimulasi simpatis) juga menyebabkan melepasnya epinefrin dan
beberapa norepinefrin dari medulla adrenal.Respon jantung terhadap stimulasi
simpatis diperantai oleh pengikatan norepinefrin dan epinefrin ke reseptor
adregenic tertentu nah reseptor β yang terletak pada nodus AV, nodus SA, dan
miokardium, menyebabkan peningkatan denyut jantung. Contohnya golongan
obat Dobutamin yang memiliki efek terhadap reseptor β1 yang dapat
meningkatkan denyut jantungKafein dapat membuat sistem saraf simpatik
menjadi lebih aktif, dan meningkatkan produksi hormon stres, seperti adrenalin
dan kortisol. Tidak hanya itu, kafein juga meningkatkan tekanan darah serta detak
jantung.
 Riwayat PPOK, hipertiroid, gagal jantung kronik?
Pada pasien PPOK terjadi peningkatan tekanan torakal, meningkatnya usaha
pernapasan, hipoksemia, dan hiperkapnia yang dapat meningkatkan aktifitas
simpatis yang diikuti dengan peningkatan denyut jantung . Saat kelebihan hormon
tiroid di dalam tubuh, jantung akan berdetak lebih cepat dan menyebabkan
palpitasi.
2. Pemeriksaan fisik

Biasanya didapatkan laju nadi teraba cepat dan regular dan juga ada tanda-tanda
hipoperfusi (akral dingin, pucat) yang mana hal ini tidak selalu. Pemeriksaan fisik pada
scenario

 Tekanan darah 140/90 mmHg


 Denyut nadi 160 x/menit (meningkat & regular)
 Frekuensi napas 28 x/menit (meningkat)
 Suhu badan 38° C (meningkat)

3. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan EKG 12 sadapan merupakan Gold standar untuk pasien dengan
palpitasi,lakukan segera pemeriksaan EKG saat pasien mengalami gejala.
Untuk itu pasien harus diberitahu agar secepat mungkin periksa jika ada keluhan
palpitasi. Dengan melihat gambaran EKG, maka kita dapat menganalisis
gelombang P dan QRS serta hubungan keduanya, menilai frekuensi dan
regularitas denyut jantung, sehingga akhirnya dapat mendiagnosis secara akurat
adanya hubungan antara palpitasi dan ada atau tidaknya aritmia.
 Holter monitoring
Jika dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan EKG tidak mengerucut pada suatu
diagnosis, maka bisa dikakukan pemeriksaan tambahan, yaitu Holter monitoring,
suatu monitoring EKG kontinyu selama 24-48 jam. Pasien melakukan alktifitas
sehari-hari seperti biasa dan diminta untuk mencatat adanya keluhan dan
aktifitas yang sedang dilakukan, sehingga dapat diperoleh korelasi antara
keluhan dan aritmia berdasarkan rekaman strip ECG

Referensi :
Patria W. Yuswar (2020). Kapita Selekta Kedokteran Edisi V. Jakarta : Media
Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai