Anda di halaman 1dari 5

BAB II

2.1 Letak astronomis dan administratif


Bandar Udara Haluoleo (sebelumnya Bandar Udara Wolter Monginsidi)
adalah bandar udara di Kendari, Sulawesi Tenggara, Indonesia (IATA:
KDI, ICAO: WAWW). Sebelumnya nama bandar udara ini diambil dari nama
Robert Wolter Monginsidi, pahlawan nasional Indonesia yang dieksekusi oleh
Belanda selama Revolusi Nasional Indonesia. Sejak 13 Februari 2010, nama
bandar udara ini diubah untuk menghormati raja Konawe, yakni Raja Halu
Oleo.
Bandara Haluoleo telah mengalami beberapa peningkatan pelayanan,
khususnya dengan adanya fasilitas Aerobridge atau Garbarata yang
memudahkan penumpang memasuki kawasan terminal keberangkatan dan
kedatangan pesawat di bandara. Apron bandara dapat menampung tidak kurang
dari 8 pesawat berbadan lebar Narrow-Body sekelas Boeing 737-900ER
maupun Airbus A320.
Dengan anggaran yang telah di setujui oleh Menteri Keuangan senilai
Rp. 70 Miliar, Bandara Haluoleo diperpanjang runway/landasan pacunya dari
2.500 meter, menjadi 2.800 meter pada tahun 2013-2014. Hal ini berkaitan
dengan frekuensi penerbangan yang meningkat dan adanya penggunaan
pesawat generasi terbaru seri tipe Narrow-Body yang digunakan beberapa
maskapai seperti; Lion Air, Garuda Indonesia, dan Sriwijaya Air.

2.2 Bentang Lahan Geografis dan Geologis


Lapangan udara ini terletak di sebelah Tenggara kota Kendari, tepatnya di
Ambaipua. Lapangan udara ini merupakan lapangan udara yang sangat
bagus dan telah dikembangkan untuk perbaikan dan pemeriksaan
berbagai jenis pesawat. Lapangan udara ini juga merupakan satu-satunya
bandara yang representatif untuk pergerakan pesawat dalam menunjang
peperangan. Secara prinsipiil, Lapangan Udara Kendari II digunakan oleh
Pemerintah Hindia Belanda sebagai titik strategis dalam mendukung
pergerakan penting mereka. Beberapa keperluan penting yang dimaksud
adalah:
(1) mempercepat pergerakan militer belanda dari daerah ke Batavia dan
sebaliknya;
(2) memperpendek jalur distribusi berbagai produk sumber daya alam
yang telah dikuasai oleh Belanda di wilayah Sulawesi Tenggara;
(3)mengamankan titik-titik strategis berbagai infrastruktur milik
Pemerintah Hindia Belanda, terutama lokasi eksploitasi sumber daya Nikel
di Pomalaa.
Lapangan Udara Kendari juga menjadi lokasi yang sangat potensial
sebagai upaya untuk pengamanan berbagai infrastruktur yang dimiliki
oleh Pemerintah Hindia Belanda. Sebelah Utara cenderung ditutupi oleh
gugusan pegunungan yang cukup tinggi. Dari arah tenggara, posisi Pulau
Buton yang memiliki ketinggian 3.904 kaki dan Pulau Kabaena yang
memiliki ketinggian 5.150 kaki, menjadikan lokasi ini sangat strategis dan
menjadikan pulau-pulai sekitarnya sebagai kamuflase yang sangat efektif
(Allied Geographical Section, 1945). Lebih lanjut, selain ditutupi oleh
pulaupulau yang lebih tinggi di sekitarnya, lokasi ini juga pada dasarnya
tidak memiliki jalur transportasi darat yang cukup signifikan. Jalur
transportasi darat hanya dapat ditempuh dengan melakukan pendakian
gunung yang cukup intensif yang mengelilingi lokasi bandara ini. Begitu
juga dengan jalur laut, jalur laut hanya tersedia melalui Teluk Kendari
yang berikutnya disambung dengan menggunakan jalur darat yang
tentunya juga harus melintasi pegunungan intensif dan cukup
menyulitkan (Allied Geographical Section, 1945). Oleh karena itu, lokasi
Lapangan Udara Kendari sangat strategis sebagai sebuah lapangan udara
untuk infrastruktur pengamanan dari serangan musuh.
2.3 Iklim
Bandara Haluoleh terletak di kabupaten Konawe Selatan kaeadaan
iklimnya sana seperti daerah-daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Konawe
Selatan dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Keadaan musim banyak dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup diatas
wilayahnya.
Pada bulan Nopember sampai dengan Maret, angin banyak mengandung
uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik,setelah sebelumnya
melewati beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut terjadi musim Penghujan.
Sekitar bulan April, arus angin selalu tidak menentu dengan curah hujan
kadang- kadang kurang dan kadang-kadang  lebih.    Musim ini oleh para
pelaut setempat dikenal sebagai Musim Pancaroba.
Sedangkan pada bulan Mei sampai dengan Agustus, angin bertiup dari
arah Timur yang berasal dari Benua Australia kurang mengandung uap air. Hal
ini mengakibatkan minimnya curah hujan di daerah ini.
Pada bulan Agustus sampai dengan Oktober terjadi musim Kemarau. Hal
ini sebagai akibat dari perubahan kondisi alam  yang sering tidak menentu,
keadaan musim juga sering menyimpang dari kebiasaan.
Curah hujan di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2009 mencapai 1.783
mm dalam 183 Hari Hujan (HH). Dibanding tahun 2008 curah hujan dan Hari
Hujan (HH) mengalami penurunan.
Suhu Udara dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perbedaan ketinggian dari
permukaan laut mengakibatkan perbedaan suhu untuk masing-masing tempat
dalam suatu wilayah.
Secara keseluruhan, Kabupaten Konawe Selatan merupakan daerah yang
bersuhu tropis. Berdasarkan data yang ada, diperoleh dari Pangkalan Udara
Wolter Monginsidi, selama  tahun 2009 suhu udara maksimum 34 OC dan
minimum 19 OC. Tekanan udara rata-rata 1.009,2 milibar dengan kelembaban 
udara rata-rata 76 persen. Kecepatan angin pada umumnya   berjalan normal
yaitu disekitar 4 m/sec.
Foto keadaan iklim Konawe selatan
Sumber foto.NOAA

2.4 Vegetasi
Permukaan tanah pada umumnya bergunung dan berbukit yang diapit
oleh dataran rendah yang sangat potensial untuk pengembangan di sektor
pertanian. Berdasarkan garis ketinggian menurut hasil penelitian wilayah   
Kabupaten Konawe Selatan dapat dibedakan atas 5 kelas selain menurut
ketinggian, dilakukan juga pemetaan terhadap klasifikasi kemiringan dan jenis
tanah.
Jenis tanah di Kabupaten Konawe Selatan meliputi Latosol dengan  luas
105.451,71 Ha atau 23,36 persen, Podzolik seluas 127.074,73 Ha atau 28,15
persen, Organosol seluas 21.261,88 Ha atau 4,71    persen, Mediteran seluas
15.303,14 Ha atau 3,39 persen, Aluvial  seluas 21.668,16 Ha atau 4,80 persen
serta tanah Campuran seluas 160.660,38 Ha atau 35,59 persen.

Anda mungkin juga menyukai