Anda di halaman 1dari 5

Bandar Udara Internasional Ngurah Rai

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bandar Udara Internasional Ngurah Rai


Ngurah Rai International Airport (NRIA)

IATA: DPS · ICAO: WADD sebelumnya WRRR

DPS

Lokasi bandar udara di Bali

Informasi

Jenis bandara Publik / Internasional / Kargo / Militer

Pemilik Pemerintah Indonesia

Pengelola PT Angkasa Pura I


Melayani Denpasar

Lokasi Denpasar, Bali, Indonesia

Penghubung  Garuda Indonesia

untuk  Indonesia AirAsia

 Merpati Nusantara Airlines

Ketinggian MDPL 14 kaki (4 m)

Koordinat 8°44′53″LU115°10′3″BTKoordinat:

8°44′53″LU 115°10′3″BT

Situs web www.ngurahrai-airport.co.id

Landas pacu

Arah Panjang Permukaan


ft m
09/27 9.842 3.000 Aspal

Statistik (2011)

Penumpang 12,780,563

Pergerakan pesawat 103,846

Pergerakan kargo 62,149,896

Sumber: Daftar bandar udara tersibuk di Indonesia

Pesawat DC-3 Dakota Belanda di lapangan terbang Kuta tahun 1949

Bandar Udara Internasional Ngurah Rai adalah bandar udara internasional yang terletak di
sebelah selatan Bali, Indonesia, tepatnya di daerah Tuban, Kuta, sekitar 13 km dari Denpasar.
Kode IATA-nya adalah DPS, sedangkan Kode ICAO-nya WADD (dahulu WRRR). Bandara Ngurah
Rai merupakan bandara tersibuk ketiga di Indonesia, setelah Bandara Internasional Soekarno-
Hatta dan Bandara Internasional Juanda.
Bandara Ngurah Rai.

Nama bandara ini diambil dari nama I Gusti Ngurah Rai, seorang pahlawan Indonesia dari Bali.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1Sejarah
o 1.1Pengembangan fasilitas Bandara dan Keselamatan Penerbangan (FBUKP) Tahap I
o 1.2Pengembangan fasilitas Bandara dan Keselamatan Penerbangan (FBUKP) Tahap II
o 1.3Pengembangan fasilitas Bandara dan Keselamatan Penerbangan (FBUKP) Tahap III
 2Terminal
o 2.1Terminal Domestik
o 2.2Terminal Internasional
 3Maskapai penerbangan dan destinasi
 4Transportasi darat
o 4.1Angkutan kota
o 4.2Taksi
o 4.3Sewa mobil
 5Lihat pula
 6Referensi
 7Pranala luar

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Bandar Udara Ngurah Rai dibangun tahun 1930 oleh Departement Voor Verkeer en Waterstaats
(semacam Departemen Pekerjaan Umum). Landas pacu berupa airstrip sepanjang 700 M dari
rumput di tengah ladang dan pekuburan di desa Tuban. Karena lokasinya berada di Desa Tuban,
masyarakat sekitar menamakan airstrip ini sebagai Pelabuhan udara Tuban.[1] Tahun 1935 sudah
dilengkapi dengan peralatan telegraph dan KNILM (Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaar
Maatschappij) atau Royal Netherlands Indies Airways mendarat secara rutin di South Bali, yang
merupakan nama lain dari Pelabuhan Udara Tuban.
Tahun 1942 Airstip South Bali dibom oleh Tentara Jepang, yang kemudian dikuasai untuk tempat
mendaratkan pesawat tempur dan pesawat angkut mereka. Airstrip yang rusak akibat pengeboman
diperbaiki oleh Tentara Jepang dengan menggunakan Pear Still Plate (sistem plat baja).
Lima tahun berikutnya 1942-1947, airstrip mengalami perubahan. Panjang landas pacu menjadi
1200 meter dari semula 700 meter. Tahun 1949 dibangun gedung terminal dan menara pengawas
penerbangan sederhana yang terbuat dari kayu. Komunikasi penerbangan
menggunakan transceiver kode morse.[1]
Untuk meningkatkan kepariwisataan Bali, Pemerintah Indonesia kembali membangun gedung
terminal internasional dan perpanjangan landas pacu kea rah barat yang semula 1200 meter
menjadi 2700 meter dengan overrun 2 x 100 meter. Proyek yang berlangsung dari tahun 1963-1969
diberi nama Proyek Airport Tuban dan sekaligus sebagai persiapan internasionalisasi Pelabuhan
Udara Tuban.
Proses reklamasi pantai sejauh 1500 meter dilakukan dengan mengambil material batu kapur yang
berasal dari Ungasan dan batu kali serta pasir dari Sungai Antosari – Tabanan.
Seiring selesainya temporary terminal dan runway pada Proyek Airport Tuban, pemerintah
meresmikan pelayanan penerbangan internasional di Pelabuhan Udara Tuban, tanggal 10 Agustus
1966.[1]
Penyelesaian Pengembangan Pelabuhan Udara Tuban ditandai dengan peresmian oleh Presiden
Soeharto pada tanggal 1 Agustus 1969, yang sekaligus menjadi momen perubahan nama dari
Pelabuhan Udara Tuban menjadi Pelabuhan Udara Internasional Ngurah Rai (Bali International
Airport Ngurah Rai).
Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang dan kargo, maka pada tahun 1975 sampai dengan 1978
Pemerintah Indonesia kembali membangun fasilitas-fasilitas penerbangan, antara lain dengan
membangun terminal internasional baru. Gedung terminal lama selanjutnya dialihfungsikan menjadi
terminal domestik, sedangkan terminal domestik yang lama digunakan sebagai gedung kargo,
usaha jasa katering, dan gedung serba guna.[1]
Pengembangan fasilitas Bandara dan Keselamatan Penerbangan (FBUKP)
Tahap I[sunting | sunting sumber]
Proyek FBUKP tahap I (1990 – 1992) meliputi Perluasan Terminal yang dilengkapi dengan
garbarata (aviobridge), perpanjangan landas pacu menjadi 3000 meter, relokasi taxiway, perluasan
apron, renovasi dan perluasan gedung terminal, perluasan pelataran parkir kendaraan,
pengembangan gedung kargo, gedung operasi serta pengembangan fasilitas navigasi udara dan
fasilitas catu bahan bakar pesawat udara.[1]
Pengembangan fasilitas Bandara dan Keselamatan Penerbangan (FBUKP)
Tahap II[sunting | sunting sumber]
Proyek FBUKP tahap II (1998-2000), pengembangan bandara dikerjakan oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara, antara lain dengan memanfaatkan hutan bakau seluas 12 Ha untuk digunakan
sebagai fasilitas keselamatan penerbangan.[1]
Pengembangan fasilitas Bandara dan Keselamatan Penerbangan (FBUKP)
Tahap III[sunting | sunting sumber]
Rencana Proyek FBUKP tahap III meliputi Pengembangan Gedung Terminal, Gedung Parkir, dan
Apron. Luas terminal domestik saat ini hanya akan dikembangkan hingga total luasnya mencapai
12.000 m yang nantinya akan digunakan sebagai terminal internasional. Adapun eksisting terminal
internasional akan dialihfungsikan menjadi terminal domestik. Dengan kondisi tersebut, Bandara
Ngurah Rai akan mampu menampung hingga 25 juta penumpang.[1]

Terminal[sunting | sunting sumber]


Bandara ini memiliki satu terminal domestik dan satu terminal internasional.
Terminal Domestik[sunting | sunting sumber]
Saat ini, terminal domestik menempati area terminal internasional lama. Terminal domestik
keberangkatan memiliki 8 gerbang, gerbang 1A, 1B, 1C, 2, 3, 4, 5, dan 6. Terminal domestik
kedatangan memiliki 4 pengambilan bagasi
Terminal Internasional[sunting | sunting sumber]
Terminal internasional sudah selesai direnovasi. Untuk keberangkatan berada di lantai 3 dan
kedatangan ada di lantai 1. Terminal internasional keberangkatan memiliki 14 gerbang. Gerbang 1A,
1B, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9A, dan 9B berada di lantai 3 dan gerbang 10, 11, dan 12 ada di lantai 1.
Untuk gerbang keberangkatan internasional difasilitasi garbarata (aviobridge). Terminal internasional
kedatangan memiliki 7 pengambilan bagasi.[2] Terdapat pula fasilitas Visa on
Arrival (VOA) dan imigrasi serta bea cukai (custom) di area kedatangan internasional.

Anda mungkin juga menyukai