Anda di halaman 1dari 28

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Teori Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture


a. Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Agus Suprijono (2013:45-46)
merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi
pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap
implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di
kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang
digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi
petunjuk kepada guru dikelas. Model pembelajaran ialah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
maupun tutorial.
Model pembelajaran menurut Joyce adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya
buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain (Trianto, 2007:5).
Menurut Arends menyatakan “Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
commit
tujuan belajar (Agus Suprijono, to user
2013:46).

10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

Menurut Kardi dan Nur menyatakan model pembelajaran


memiliki makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur.
Model pembelajaran memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi,
metode, atau prosedur (Triyanto, 2007:6). Ciri tersebut ialah 1) Rasional
teoritik logis yang disusun oleh para pencipta dan pengembangannya; 2)
Landasan pemikiran tentang tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai); 3) Tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan 4)
Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.dalah kerangka konseptual. Model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam mencanangkan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran (Sugiyanto, 2009).
Model pembelajaran merupakan deskripsi verbal tentang langkah-
langkah secara urut yang dilakukan dalam menyusun desain pembelajaran.
(Abdul Gafur, 2012:24). Menurut Bruce Joyce (2011:7) Model-model
pengajaran sebenarnya juga bisa dianggap sebagai model-model
pembelajaran. Saat kita membantu siswa memperoleh informasi, gagasan,
skill, nilai, cara berpikir, dan tujuan mengekspresikan diri mereka sendiri,
kita sebenarnya tengah mengajari mereka untuk belajar.
Menurut Joyce melalui model pembelajaran guru dapat membantu
peserta didik mendapatkan informasi, ide, ketrampilan, cara berpikir, dan
mengekspresikan diri. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar (Agus Suprijono, 2013:46).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

b. Model Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran kooperatif


(cooperaitive learning) yaitu pembelajaran berbasis sosial dan
pembelajaran kolaboratif (Agus Suprijono , 2013:54).
Menurut Bruce Joyce (2011:295) Model pengajaran sosial
menitikberatkan pada tabiat sosial, bagaimana interaksi sosial tersebut
dapat mempertinggi hasil capaian pembelajaran akademik. Selain itu usaha
yang dilakukan bersama-sama tidak hanya mendorong peningkatan aspek
sosial namun juga mendongkrak aspek intelektual.
Anita Lie mengemukakan “Pembelajaran kooperatif adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan” (Nunuk Suryani & Leo Agung, 2012:80). Model
pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan aspek ketrampilan
sosial sekaligus aspek kognitif siswa dan aspek sikap siswa.
Menurut Panitz pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih
luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Suprijono, 2013:54).
Roger dkk menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas
pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa
pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di
antara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap
pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong
untuk untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain (Huda,
2014:29).
Rusman (2012:202) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
(cooperatif learning ) merupakan bentuk pembelajaran dengan dengan cara
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen. Parker mendefinisikan
kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran di mana para
siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk
mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama (Huda,
2014:29).
Artz dan Newman mendefinisikan pembelajaran kooperatif
sebagai kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerjasama dalam satu tim
untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau
mencapai satu tujuan bersama (Huda, 2014:32). Kauchak dan Engen
(1995:50) juga memberikan definisi bahwa pembelajaran kooperatif adalah
kumpulan strategi mengajar yang digunakan untuk membantu siswa satu
dengan yang lain dalam suatu kelompok untuk mempelajari sesuatu.
Menurut Agus Suprijono (2013:61) model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi
akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan ketrampilan
sosial.
Dari beberapa definisi di atas pada umumnya menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif lebih banyak menekankan siswa belajar dengan
kelompok atau timnya, dari pada dengan guru. Hal ini mendorong siswa
untuk lebih aktif dalam mencari informasi, mengolah informasi dan
mengkomunikasikannya sehingga akan sangat membantu siswa yang hasil
belajarnya rendah.
Hasil penelitian para Johnson dkk mengindikasikan bahwa
susunan kooperatif jauh lebih efektif dalam meningkatkan personal, sosial,
dan akademik siswa. Maka dari itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
strategi pembelajaran kooperatif berpotensi meningkatkan seluruh dimensi
pembelajaran siswa (Joyce, 2011:77).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

Asumsi yang mendasari pengembangan pembelajaran kooperatif


(cooperative learning) menurut Bruce Joyce (2011: 302) adalah sebagai
berikut:
1) Sinergi yang ditingkatkan dalam bentuk kerja sama akan
meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar dari pada dalam bentuk
lingkungan kompetitif individual.
2) Anggota-anggota kelompok kooperatif dapat saling belajar satu sama
lain.
3) Interaksi antar amggota, akan menghasilkan aspek kognitif semisal
kompleksitas sosial, menciptakan sebuah aktivitas intelektual yang
dapat mengembangkan pembelajaran ketika dibenturkan pada
pembelajaran tunggal.
4) Kerja sama meningkatkan perasaan positif terhadap satu sama lain,
menghilangkan pengasingan dan penyendirian, membangun sebuah
hubungan, dan memberikan sebuah pandangan positif mengenai orang
lain.
5) Kerja sama meningkatkan penghargaan diri, tidak hanya melalui
pembelajaran yang terus berkembang, namun juga melalui perasaan
dihormati dan dihargai oleh orang lain dalam sebuah lingkungan.
6) Siswa yang mengalami dan menjalani tugas serta merasa harus bekerja
sama dapat meningkatkan kapasitasnya untuk bekerja sama secara
produktif.
7) Siswa termasuk juga anak-anak, bisa belajar dari beberapa latihan
untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerja sama.
Menurut Sadker dan Sadker pembelajaran kooperatif memberikan
manfaat–manfaat yang besar antara lain:
(a) Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-stuktur
kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi,
(b) Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan
commit to user
memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

lebih besar untuk belajar, (c) Dengan pembelajaran kooperatif


siswa menjadi lebih peduli pada teman-temannya, dan diantara
mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif
(interpedensi positif) untuk proses belajar mereka nanti, (d)
Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa
terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan
etnik yang berbeda-beda (Huda, 2014:66).

c. Model Pembelajaran Tipe Picture and Picture


Model pembelajaran Picture and Picture merupakan model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran Picture and Picture ini
menggunakan media pembelajaran gambar. Menurut Rosalin (2008:125)
mengatakan model pembelajaran Picture and Picture adalah sajian
informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar yang berkaitan
dengan materi, siswa mengurutkan gambar secara sistematik, guru
mengkonfirmasi urutan gambar, guru menanamkan konsep sesuai materi
bahan ajar, penyimpulan evaluasi dan refleksi.
Menurut Suprijono (2010:110), model Picture and Picture adalah
metode pembelajaran yang menggunakan gambar dipasangkan atau
diurutkan menjadi urutan logis. Dalam hal ini guru menyampaikan
kompetensi yang ingin dicapai, menyampaikan materi sebagai pengantar.
Setelah itu guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar yang
berkaitan dengan materi. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat
catatan, guru memanggil siswa secara bergantian memasang atau
mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Ditanyakan juga
alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut. Dari alasan atau urutan
gambar, guru memulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
Menurut Suprijono Picture and Picture merupakan strategi
pembelajaran yang menggunakan media gambar sebagai media
pembelajaran. Strategi ini mirip dengan Example Non Example, dimana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

gambar yang diberikan pada siswa harus dipasangkan atau diurutkan secara
logis. Gambar-gambar ini menjadi perangkat utama dalam proses
pembelajaran. Untuk itulah, sebelum proses pembelajaran berlangsung
guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk
kartu atau carta berukuran besar (Huda, 2013:236).
Model pembelajaran Picture and Picture merupakan metode
pembelajaran aktif. Menurut Agus Suprijono (2013:111) hakekat metode
pembelajaran aktif untuk mengarahkan atensi peserta didik terhadap materi
yang dipelajarinya.
Menurut Miftahul Huda (2013:215) model pembelajaran Picture
and Picture merupakan pembelajaran yang berbasis komunikasi
(pendekatan komunikatif) yang memungkinkan anak untuk: 1) Membaca
dan menulis dengan baik, 2) Belajar dengan orang lain, 3) Menggunakan
media, 4) Menerima informasi, 5) Menyampaikan informasi.
Pembelajaran dengan menggunakan model ini menitikberatkan
pada gambar sebagai media penanaman suatu konsep tertentu. Gambar-
gambar yang disajikan atau diberikan menjadi faktor utama dalam proses
pembelajaran karena siswa akan belajar memahami suatu konsep atau fakta
dengan cara mendeskripsikan dan menceritakan gambar yang diberikan
berdasarkan ide atau gagasannya. Dalam proses pembelajarannya,
penggunaan media gambar dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk aktif, kreatif dan menemukan sendiri konsep tentang materi yang
dipelajari.
Menurut Miftahul Huda (2013:239) kelebihan strategi
pembelajaran Picture and Picture antara lain:
(1) Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa, (2)
Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis, (3) Siswa dibantu
belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan,
(4) Dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
(5) Motivasi siswa commit
untuk to user semakin dikembangkan, (6)
belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.


Sementara itu, kekurangan strategi ini bisa mencakup hal-hal
berikut: (1) Memakan banyak waktu, (2) Membuat sebagian siswa
pasif, (3) Munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan di
kelas, (4) Adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak
senang jika disuruh bekerjasama dengan yang lain, (5) Kebutuhan
akan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai.

Sintak langkah-langkah penerapan strategi Picture and Picture


menurut Miftahul Huda (2013:236) sebagai berikut:
Tahap 1: Penyampaian Kompetensi
Pada tahap ini, guru diharapkan menyampaikan kompetensi dasar
mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian, siswa dapat
mengukur sampai sejauh mana kompetensi yang harus dikuasai.
Disamping itu, guru juga harus menyampaikan indikator-indikator
ketercapaian kompetensi tersebut untuk mengukur tingkat
keberhasilan siswa dalam mencapainya.
Tahap 2: Presentasi Materi
Pada tahap penyajian materi, guru telah menciptakan momentum
awal pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran dapat
dimulai dari sini. Pada tahap inilah, guru harus berhasil memberi
motivasi pada beberapa siswa yang kemungkinan masih belum
siap.
Tahap 3: Penyajian Gambar
Pada tahap ini, guru menyajikan gambar dan mengajak siswa
untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati
setiap gambar yang ditunjukkan. Dengan gambar, pengajaran akan
hemat energi, dan siswa juga akan lebih mudah memahami materi
yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya, guru dapat
memodifikasi gambar atau menggantinya dengan video atau
demonstrasi kegiatan tertentu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

Tahap 4: Pemasangan Gambar


Pada tahap ini, guru menunjuk/memanggil siswa secara
bergantian untuk memasang gambar-gambar secara berurutan dan
logis. Guru juga bisa melakukan inovasi, karena penunjukan
secara langsung kadang kurang efektif sebab siswa cenderung
merasa tertekan. Salah satu caranya adalah dengan undian,
sehingga siswa merasa memang harus benar-benar siap untuk
menjalankan tugas yang diberikan.
Tahap 5: Penjajakan
Tahap ini mengharuskan guru untuk menanyakan kepada siswa
tentang alasan/dasar pemikiran dibalik urutan gambar yang
disusunnya. Setelah itu, siswa bisa diajak untuk menemukan
rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan kompetensi dasar
berdasarkan indikator-indikator yang ingin dicapai. Guru juga bisa
mengajak sebanyak mungkin siswa untuk membantu sehingga
proses diskusi menjadi semakin menarik.
Tahap 6: Penyajian kompetensi
Berdasarkan komentar atau penjelasan atas urutan gambar-
gambar, guru bisa mulai menjelaskan lebih lanjut sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai. Selama proses ini, guru harus
memberi penekanan pada ketercapaian kompetensi tersebut. Disini
guru bisa mengulangi, menuliskan, atau menjelaskan gambar-
gambar tersebut agar siswa mengetahui bahwa sarana tersebut
penting dalam pencapaian kompetensi dasar dan indikator-
indikator yang telah ditetapkan.
Tahap 7: Penutup
Diakhir pembelajaran, guru dan siswa saling berefleksi mengenai
apa yang telah dicapai dan dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

memperkuat untuk memperkuat materi dan kompetensi dalam


ingatan siswa.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture and Picture
menurut Agus Suprijono (2013:125-126) adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
Pada langkah ini guru menyampaikan kompetensi dasar mata
pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat
mengukur sampai sejauh mana materi yang harus dikuasainya. Di
samping itu guru juga harus menyampaikan indikator-indikator
ketercapaian KD, sehingga sampai di mana KKM yang telah ditetapkan
dapat dicapai oleh peserta didik.
2) Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat
penting, pada tahap ini guru memberikan momentum permulaan
pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai
dari tahap ini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik
perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik
yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk
belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan materi.
Proses penyajian materi, guru mengajak siswa untuk terlibat
aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang
ditunjukkan oleh guru atau temannya. Dengan picture atau gambar guru
dan siswa dapat menghemat energi serta siswa dapat lebih mudah
memahami materi yang diajarkan.
4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

Pada tahap ini guru harus melakukan inovasi, karena


penunjukkan secara langsung terkadang kurang efektif dan siswa merasa
terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa
memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-
gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat dan
dimodifikasi.
5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Guru mengajak siswa menemukan jalan cerita, atau tuntutan
Kompetensi Dasar dengan indikator yang akan dicapai.
6) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7) Kesimpulan/rangkuman
Dalam proses pembacaan gambar guru harus memberikan
penekanan-penekanan pada siswa untuk mengulangi, menuliskan tujuan
siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan
indikator yang telah ditetapkan.
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif tipe Picture and Picture.

Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa


Fase-1 Guru menyampaikan Siswa memahami
Penyampaian kompetensi yang ingin Kompetensi Dasar
Kompetensi dicapai. Guru diharapkan yang akan dicapai
menyampaikan Kompetensi sebagai tujuan
Dasar mata pelajaran yang pembelajaran.
bersangkutan.
Fase-2 Guru memberikan Siswa
Presentasi momentum pemula memperhatikan
Materi pembelajaran yaitu materi
commit to user materi
menyampaikan pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

pembelajaran. disampaikan oleh


guru.
Fase-3 Guru membagikan amplop Siswa memahami
Penyajian yang berisi gambar-gambar dan memperhatikan
Gambar dan yang berkaitan dengan materi gambar-gambar
pertanyaan yang akan disampaikan. yang dibagikan
oleh guru.
Fase-4 Guru memberikan Siswa berperan
Pelaksanaan kesempatan pada siswa untuk aktif dalam proses
model memasang/mengurutkan pembelajaran
Picture and gambar-gambar menjadi dengan
Picture urutan yang logis. mengurutkan
gambar-gambar
menjadi urutan
yang logis di depan
kelas.
Fase-5 Guru menanyakan Siswa dapat
Penjajakan alasan/dasar pemikiran dari menjawab serta
urutan gambar tersebut. memberikan alasan
dari gambar-
gambar yang telah
diurutkan secara
logis.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

Fase-6 Guru menanamkan konsep Siswa dapat


Penyajian atau materi sesuai dengan mengambil
Kompetensi kompetensi yang ingin pelajaran dari
dicapai. konsep yang telah
ditanamkan oleh
guru mengenai
materi yang telah
disampaikan.
Fase-7 Guru mengajak siswa untuk Siswa dapat
Penutup menyimpulkan mengenai menarik
materi yang telah dijelaskan. kesimpulan dari
materi yang telah
disampaikan oleh
guru.

Model pembelajaran Picture and Picture merupakan suatu model


pembelajaran yang menggunakan gambar dan tulisan yang dipasangkan
dan diurutkan secara logis oleh siswa dan akan memberikan pengalaman
dalam proses belajar, dengan memfasilitasi siswa berinteraksi dengan
objek, ide dan kejadian yang dapat dimanipulasi.
Yatim Riyanto (2010:278) mengatakan model pembelajaran
Picture and Picture adalah strategi pembelajaran yang dibuat dengan
menyajikan gambar yang disusun acak kemudian menyuruh siswa untuk
mengurutkan gambar tersebut menjadi susunan yang logis dan sistematis.
Model Picture and Picture mengandalkan gambar sebagai media dalam
proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam
proses pembelajaran sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah
menyiapkan gambar yang akan ditampilkan. Gambar dibuat seunik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

mungkin agar keaktifan siswa muncul dalam mengikuti proses


pembelajaran.
Penggunaan model pembelajaran Picture and Picture merupakan
suatu model pembelajaran yang menggunakan gambar dan tulisan yang
dipasangkan dan diurutkan secara logis oleh siswa dan akan memberikan
pengalaman dalam proses belajar, dengan memfasilitasi siswa berinteraksi
dengan objek, ide dan kejadian yang dapat dimanipulasi. Keterlibatan
siswa merupakan aktivitas belajar yang tidak hanya mendengar, tetapi
melibatkan potensi yang ada pada diri siswa, seperti berfikir kreatif, dan
dalam pemecahan masalah dapat berkembang lebih efektif.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Picture and Picture adalah model pembelajaran yang
menyajikan gambar, dan gambar tersebut disusun secara acak kemudian
siswa disuruh untuk dapat mengurutkan gambar-gambar tersebut menjadi
susunan yang logis dan sistematis. Kemudian siswa menceritakan gambar
tersebut dengan kata-kata mereka sendiri.
2. Minat Belajar
a. Minat Belajar Sejarah
1) Pengertian Minat
Minat adalah salah satu faktor psikis yang membantu dan
mendorong individu untuk serta memberi stimulus suatu kegiatan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Minat ini juga
selalu mempengaruhi tujuan berfikir individu. Minat juga akan dapat
bertambah lemah dengan kuat sesuai dengan pengalamannya. Minat perlu
selalu dibangkitkan karena minat berhubungan dengan dorongan, motif-
motif dan respon-respon emosional.
Muhibbin Syah (1995:136) berpendapat bahwa minat adalah
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
commit to user
terhadap sesuatu. Dari dua pendapat di atas tampak bahwa keruntutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

proses timbulnya minat seseorang mempelajari dan mendalami suatu bidang


studi tertentu atau melakukan suatu kegiatan tertentu diawali oleh adanya
daya pikat dari suatu obyek atau kegiatan tersebut, kemudian mempengaruhi
jiwa seseorang sehingga menimbulkan kecenderungan dan kemauan untuk
mempelajari dan mendalaminya secara lebih serius.
Secara psikologis oleh Pasaribu (1983:20) minat dapat dibedakan
atas: (a) Minat aktual yaitu minat yang berlaku pada objek yang ada pada
suatu saat dan ruangan yang konkrit. Minat jenis ini sering disebut dengan
perhatian yang merupakan dasar pembawaan dan menjadi ciri sikap hidup
seseorang. Jadi minat bukan sesuatu hal yang sejak lahir telah tertutup dan
bukan suatu keseluruhan yang tak dapat berubah.
Minat pada dasarnya memegang peranan penting dalam kehidupan
individu dan minat itu selalu dipengaruhi oleh kondisi fisik, mental, emosi
dan lingkungan sosialnya. Dengan demikian perkembangan fisik dan mental
memengaruhi perkembangan minat, ini berarti minat tidak akan timbul bila
siswa belum siap melakukannya. Pada akhirnya, semakin bertambah dewasa
maka minat anak akan dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalamannya.
Munculnya minat juga dipengaruhi oleh lingkungan budayanya.
Dari orang tua, guru dan orang dewasa sekitarnya anak mendapat
kesempatan belajardan mengembangkan minatnya. Bobot emosi dapat
mempengaruhi perkembangan minat, di mana emosi yang menyenangkan
akan mempengaruhi dan memperkuat minat anak.
Slameto (1995:180) berpendapat bahwa minat adalah suatu rasa
lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang
menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut, maka semakin besar juga minatnya.
Pasaribu (1983:18) mengemukakan bahwa minat adalah
commit to user
kecenderungan yang menetap untuk merasa tertarik pada suatu bidang studi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

atau hal-hal tertentu dan merasa senang mempelajarimateri tersebut. Jadi


antara minat dan perasaan senang ada hubungan timbal balik, sehingga tidak
mengherankan bila siswa ada yang berperasaan tidak senang atau kurang
berminat pada pelajaran sejarah. Untuk itu tentunya diperlukan suatu upaya
agar dalam proses belajar mengajar sejarah itu menjadi lebih menarik,
karena hubungan adanya ketertarikan siswa terhadap pelajaran sejarah
dengan keinginan siswa untuk belajar sejarah tentunya akan berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa itu sendiri.
Berbeda dengan Bimo Walgito (1998:38) yang menyatakan minat
adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai suatu perhatian terhadap
suatu objek disertai dengan keinginan untuk mengetahui, mempelajari
maupun membuktikan lebih lanjut tentang objek tertentu. Dengan pengertian
adanya kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif terhadap objek
tersebut.
Tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar
berorientasi pada hasil yaitu kompetensi, kompetensi berimplikasi pada
pengalaman belajar. Memberikan informasi dan peran kepada siswa supaya
aktif dalam proses pembelajaran. Instrumen pengukuran minat belajar siswa
biasanya ditandai dengan menguatnya intensitas siswa dalam proses
pembelajaran.
Penilaian terhadap setiap kompetensi belajar didasarkan pada
taksomoni bloom salah satunya adalah aspek afektif. Minat merupakan salah
satu cakupan dari komponen afektif. Aspek afektif mencakup penilaian
tingkah laku, minat, kesukaan, emosi, motivasi, kerjasama, koordinasi dari
setiap siswa. Aspek afektif ini dalam penilaiannya dilakukan dengan
pengamatan dan interaksi langsung secara terus menerus.
Tujuan pada ranah afektif menurut krathwohi meliputi aspek-aspek
sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

a) Penerimaan, yaitu kemampuan yang berhubungan dengan


kemampuan untuk mengikuti fenomena khusus atau stimulus.
b) Memberikan respon, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan
partisipasi aktif dari peserta didik.
c) Penilaian, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan penilaian peserta
didik terhadap suatu objek, gejala atau tingkah laku.
d) Organisasi, yaitu kemampuan yang berhubungan dengan
mempersatukan nilai-nilai tersebut, dan mulai membangun satu nilai-
nilai yang konsisten.
e) Pemeranan atau pelukisan watak, yaitu tingkah laku untuk jangka
waktu yang cukup lama untuk mengembangkan suatu ciri kehidupan
(Harjanto, 2005:92).
Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud minat adalah
gejala psikis yang menunjukkan kekuatan sebagai pendorong siswa
untuk memusatkan perhatian, mempelajari, mengetahui, dan memahami
materi pelajaran sejarah, sedangkan minat belajar sejarah adalah suatu
kecenderungan dari suatu pengalaman yang mempelajari suatu proses
pembentukan pribadi untuk memahami sejarah sebagai ilmu
pengetahuan yang berlangsung terus menerus dalam hubungannya
dengan kecenderungan tingkah laku untuk tertarik pada sejarah sehingga
dapat membangkitkan dan meningkatkan minat belajar siswa khususnya
dalam belajar sejarah. Melihat kondisi sekarang ini dengan menurunnya
minat siswa terhadap pelajaran sejarah tentunya juga akan menghambat
pencapaian maksimal prestasi belajar siswa di sekolah.
Minat belajar sejarah harus dibentuk sendiri oleh siswa seiring
dengan kedewasaan. Siswa yang sudah mulai menyadari bahwa prestasi
merupakan suatu tujuan, maka siswa tersebut akan dengan sendirinya
berusaha untuk menimbulkan suatu dorongan atau motivasi dalam diri
commit to user
untuk belajar. Dorongan atau motivasi ini yang nantinya akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

membentuk prilaku belajar mandiri dalam diri siswa. Prilaku belajar


mandiri ini akan membuat siswa merasa tertarik untuk mempelajari hal-
hal yang mungkin tidak begitu mereka sukai, dengan kata lain minat
belajar sejarah dapat dibentuk dengan menerapkan pola belajar mandiri.
2) Fungsi Minat Belajar
Minat belajar siswa mempunyai arti yang sangt penting dalam
proses pembelajaran. Minat siswa yang tinggi dapat mempengaruhi
prestasi siswa. The Liang Gie (1995: 28-29) menyebutkan fungsi minat
antara lain yaitu sebagai berikut:
a) Melahirkan perhatian yang serta merta
b) Memudahkan terciptanya konsentrasi
c) Mencegah gangguan perhatian dari luar
d) Memperkuat lekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
e) Memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri
3) Faktor yang Memengaruhi Minat Belajar
Menurut Muhibin Syah (1995: 132-138), faktor-faktor yang
memengaruhi minat belajar siswa yaitu:
a) Faktor Internal (dari dalam)
Faktor ini dibagi menjadi 2 aspek, yaitu aspek fisiologis
yang terdiri dari kondisi jasmani, dan aspek psikologis yang terdiri
dari intelegensi, sikap, bakat, dan motifasi. Faktor internal
dipengaruhi oleh adanya sifat pembawaan yang merupakan
keiinginan dari dari dalam individu yang terdiri dari perasaan tertarik
atau senang pada kegiatan, rasa perhatian, dan adanya aktifitas akibat
dari rasa senang tersebut.
b) Faktor Eksternal (dari luar)
Faktor ini dibagi menjadi 2 aspek, yaitu aspek lingkungan
sosial dan non sosial. Aspek lingkungan sosial terdiri dari kelompok,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

teman, dan masyarakat. Aspek non sosial terdiri dari rumah,


peralatan, dan alam sekitar.
c) Faktor Pendekatan Belajar
Faktor merupakan jenis upaya siswa yang meliputi strategi
dan metode yang diunakan siswa untuk mempelajari materi-materi
pelajaran. Faktor ini disebut juga sebagai faktor emosional siswa
yaitu merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh
perhatiannya terhadap objek tertentu
Dari faktor-faktor di atas peneliti dominan condong pada
faktor pendekatan belajar untuk diteliti lebih dalam pada penelitian
tindakan kelas ini.
4) Upaya Meningkatkan Minat Belajar
Seorang pendidik harus berupaya membangkitkan minat
belajar siswa. Menurut Slameto (1995: 180-181) cara yang efektif
untuk membangkitkan minat pada suatu objek yang baru adalah
menggunakan minat-minat yang telah ada, hal ini dapat dicapai
dengan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara
suatu bahan pengajaran yang lalu, dan menguraikan penggunaannya
bagi masa depan siswa.
Usaha membangkitkan minat menurut Baharudin (2007:24)
antara lain:
a) Membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan
tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain
pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa
yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa,
sehingga siswa menjadi aktif, maupn performasi guru yang
menarik saat mengajar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

b) Pemilihan jurusan atau bidang studi. Alangkah baiknya jika


jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan
minatnya.
Uraian di atas dapat disimpulkan seorang guru harus berusaha
supaya siswa dapat lebih berminat dalam belajar.
5) Ciri-ciri Minat Belajar
Untuk melakukan penelitian minat belajar terhadap siswa,
diperlukan informasi mengenai ciri-ciri minat. Menurut Taufik Tea
(2009:202) ciri-ciri siswa berminat dalam suatu mata pelajaran
adalah sebagai berikut:
a) Mengajukan pertanyaan.
b) Melakukan sanggahan atau bantahan.
c) Mengumpulkan tugas tepat waktu bahkan selesai lebih awal dari
waktu yang telah ditentukan.
d) Berani maju ke depan sebagai demonstrator.
e) Berpartisipasi pada proses kegiatan belajar mengajar baik
langsung atau partisipasi tidak langsung.
Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ini:
a) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari secar terus menerus.
b) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
c) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada suatu yang
diminati
d) Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang
diminati.
e) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang
lainnya.
commit to user
f) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

6) Mengukur Minat Belajar


Dalam upaya meningkatkan minat belajar sejarah, peneliti
memerlukan tolak ukur atau alat pengukuran terhadap minat belajar.
Minat dapat diukur dengan cara guru memperhatikan siswa-siswa
selama pelajaran berlangsung (Djiwandon 2012:366).
Peneliti akan memperhatikan seberapa banyak intensitas
minat belajar siswa selama proses pembelajaran misalnya, siswa
memperhatikan penjelasan guru, serta ikut berpartisipasi saat
pembelajaran berlangsung.
Indikator minat adalah memperhatikan guru saat pelajaran
berlangsung, aktif dalam kegiatan pembelajaran, berpartisipasi pada
proses kegiatan belajar mengajar baik langsung atau partisipasi tidak
langsung, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk belajar dan
berprestasi, berusaha berprestasi sebaik mungkin, senang dengan
pelajaran sejarah dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
3. Prestasi Belajar Sejarah
b. Prestasi Belajar
1) Pengertian Prestasi Belajar
Pengertian prestasi menurut WJS Poerwadarminto (2002:768)
dalam kamus bahasa Indonesia menyebutkan bahwa prestasi adalah
hasil yang dicapai, dilakukan, dikerjakan dan dihasilkan. Seseorang
yang telah melakukan suatu tindakan maka akan mendapatkan hasil atas
usaha yang dilakukan.
Menurut Sutratinah Tirtonegroho (1994:43) pengertian prestasi
belajar sebagai berikut “prestasi belajar adalah penilaian, hasil usaha
kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka maupun
huruf yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai anak dalam periode
tertentu”, sedangkan menurut Zainal Arifin prestasi berasal dari bahasa
commit to user
Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

“prestasi” yang berarti hasil belajar. Prestasi belajar diartikan hasil yang
dicapai atau ditunjukkan oleh murid-murid sebagai hasil belajarnya baik
yang berupa angka maupun huruf serta tindakan yang mencerminkan
hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu di
dalam belajarnya (Wulandari, 2005:17).
Saifudin Azwar (2009:13) mengemukakan prestasi belajar
adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar. Sedangkan
Reigeluth (1983:20) mengemukakan achievement learn is: “as result of
effort or someone action after performing a effort learn” (prestasi
belajar adalah: “sebagai hasil usaha atau tindakan seseorang setelah
mengadakan usaha belajar).
Dari teori di atas dapat ditarik kesimpulan prestasi belajar
adalah hasil yang telah dicapai individu dengan adanya usaha belajar.
Untuk memperoleh prestasi belajara yang baik setiap individu harus
belajar dengan sebaik baiknya.
Permendiknas No. 20 (2007: 4) menyatakan keberhasilan
seseorang dengan mencapai kriteria ketuntasan minimal. Berikut adalah
alat evaluasi yang tepat untuk mengukur keberhasilan suatu
pembelajaran, indikator hasil belajar dan batas minimal belajar.
a) Alat Evaluasi Prestasi Belajar
Langkah pertama yang perlu ditempuh oleh guru atau calon
pendidik dalam menilai prestasi belajar adalah menyusun alat
evaluasi. Alat evaluasi belajar ada dua macam, yaitu bentuk objektif
dan bentuk subjektif (Haryanto, 2008:4). Bentuk objektif dapat
berupa tes benar-salah, bentuk pilihan ganda, bentuk tes
mencocokan, dan tes isian. Sedangkan bentuk subjektif dapat berupa
tes esai.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

b) Indiktor keberhasilan Belajar


Indikator keberhasilan belajar adalah sebuah acuan
pencapaian keberhasilan suatu pembelajaran. Indikator pencapaian
haruslah mencakup aspek kognitif.
c) Batas minimum hasil belajar, setelah mengetahui indikator yang
hendak dicapai, maka guru perlu menentukan batas minimum
keberhasilan dari indikator tersebut. Batas minimum itu digunakan
untuk mempertimbangkan batas terendah hasil belajar siswa.
2) Pedoman Cara Belajar
Untuk memperoleh prestasi belajar yang baik harus dilakukan
dengan baik dan pedoman belajar yang tepat. Setiap orang mempunyai
cara atau pedoman masing-masing dalam belajar.
Pedoman yang cocok digunakan oleh seorang siswa belum
tentu sesuai untuk siswa yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan
mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan, dan
kepekaan dalam menerima materi pelajaran.
Paparan di atas menunjukkan tidak ada suatu petunjuk yang
pasti yang harus dikerjakan oleh siswa dalam melakukan kegiatan
belajar. Namun faktor yang paling menentukan kberhasilan belajar
adalah para siswa itu sendiri. Agar mampu mencapai hasil belajar yang
sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar yang baik.
3) Faktor yang mempengaruhi Prestasi belajar
Belajar merupakan kegiatan yang dinamis, sehingga guru harus
terus-menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada
siswa di kelas. Guru haruslah memiliki pemahaman mengenai masalah
belajar untuk mengantisipasi permasalah yang muncul dalam belajar.
Aunurrahman (2009:178-195) mengemukakan faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

a) Faktor yang ada dalam diri siswa atau faktor individu. Yang
termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan atau
pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
b) Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor
sosial. Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga,
keadaan rumah tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya,
lingkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi
sosial.
Berdasarkan paparan di atas menunjukkan bahwa belajar
merupakan proses yang kompleks. Pelaksanaan belajar dan hasil belajar
sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas.

B. Penelitian Yang Relevan


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa penelitian
yang relevan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian yang akan
dilakukan. Penelitian yang peneliti gunakan antara lain:
1. Fauzi, dkk., 2011. Application of Picture and Picture method to
improve students’ learning motivation inbiology teaching in Class
VIII-D SMP N 14 Surakarta academic year 2011/2012. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VIII-D SMP 14 Surakarta tahun
ajaran 2011/2012. Data hasil penelitian pada siklus I rata-rata capaian
indicator motivasi belajar 74,09% dan pada siklus II 79,96%. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar
sebanyak 5,87%. Vol. 1, No 3 : 78-82
2. Parwati, dkk. 2013 Penerapan Pembelajaran Picture And Picture
Berbantuan Media Kartu Angka Bergambar Dapat Meningkatkan
Perkembangan Kognitif. Subjek Penelitian Adalah 20 Orang Anak Tk
Ada Kelompok B Semester Ii Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil
commit to user
penelitian menujukkan rata-rata persentase perkembangan kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

anak kelompok B semester II di TK Widya Brata Mengwi pada


siklus I sebesar 53,00% berada pada kategori sangat rendah dan rata-
rata persentase perkembangan kognitif anak kelompok B semester II
di TK Widya Brata Mengwi pada siklus II sebesar 93,00% berada
pada kategori sangat tinggi ini menujukkan adanya peningkatan rata-
rata persentase perkembangan kognitif anak dari siklus I ke siklus II
sebesar 40% dan berada pada kategori aktif. Vol. 2, No 5 : 113-128
3. Lilik Rohmawati. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Picture and Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan
Kesadaran Sejarah Siswa Kelas IV SDN Randusongo 2 Kecamatan
Gerih Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015. Pada
penelitian ini penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Picture
and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN
Radusono 2. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan rata-rata
siswa pada kondisi awal mencapai 59,5 dengan prosentase ketuntasan
klasikal 50%. Pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 63,25
dengan prosentase ketuntasan klasikal mencapai 60%, siklus II nilai
rata-rata siswa mencapai 68,8 dengan prosentase ketuntasan klasikal
75%, dan siklus II meningkat dengan nilai rata-rata siswa 72,7
dengan prosentase klasikal mencapai 85%. Vol. 3, No 1 : 123-133
4. Nia Priska Widyawati. 2015. Efektifitas Penggunaan Model
Pembelajaran Picture And Picture Terhadap Peningkatan
Kemampuan Pemahaman Membaca Cerita Pendek Pada Siswa
Tunarungu Kelas 5 Di SLB Negeri SURAKARTA Tahun Ajaran
2014/2015. Pada penelitian ini model pembelajaran Picture and
Picture dapat meningkatkan kemampuan pemahaman membaca anak
tunarungu. Kemampuan pemahaman membaca yang semakin baik
pada anak tunarungu akan lebih mudah dalam menyerap berbagai
commit to user
informasi dan mengetahui konsep yang diterima melalui kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

membaca. Karena secara otomatis anak akan lebih mudah dalam


memahami makna pelajaran yang didapatnya secara keseluruhan.
Hasil belajar anak akan menajdi lebih baik, tujuan pembelajaran akan
tercapai dan mutu pendidikan dapat semakin meningkat. Vol. 2, No 5
: 141-149
5. Puspa Putriyana. 2015. Efektifitas Metode Pembelajaran Picture And
Picture Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa
Tunarungu Kelas V-B SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran
2014/2015. Dalam penelitian ini membuktikan mengenai efektifitas
penggunaan metode Picture and Picture bagi siswa tunarungu untuk
meningkatkan prestasi belajar IPA. Vol. 1, No 2 : 51-67

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang masalah dan observasi yang telah


dilakukan dapat disimpulkan pembelajaran di SMAN 1 Ngemplak
Boyolali masih menggunakan model dan metode pembelajaran yang
konvensional dalam pembelajaran sejarah. Model dan Metode adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi minat dan prestasi belajar.
Penerapan metode konvensional menimbulkan kejenuhan pada siswa
dan membuat partisipasi serata minat belajar siswa kurang optimal.
Melihat permasalahan tersebut peneliti tertarik melakukan
upaya untuk meningkatkan minat belajar siswa yang secara langsung
akan meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran sejarah
dengan menerapkan suatu model pembelajaran kooperatif tipe Picture
and Picture.
Model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture
merupakan model pembelajaran yang menggunakan media berupa
gambar-gambar, di mana commit
gambarto user
yang diberikan pada siswa harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

dipasangkan atau diurutkan secara logis. Gambar-gambar yang telah


diberikan oleh guru menjadi media utama di dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu maka sebelum proses pembelajaran berlangsung guru
diharuskan telah menyiapkan gambar-gambar yang nantinya akan
diberikan kepada siswa dengan cara yang berfariasi.
Dengan penerapan model pembelajaran tersebut di harapkan
dapat menumbuhkan minat belajar siswa dalam pelajaran sejarah serta
dapat berpengaruh untuk meningkatkan prestasi belajar siswa tentunya
pada pelajaran sejarah. Untuk mengetahui jalannya penelitian perlu
digambarkan alur kerangka berpikir dalam melakukan penelitian yang
ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan hasil kajian pustaka dan kerangka berpikir dapat


dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:
1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture
dapat meningkatkan minat belajar sejarah siswa kelas XI IPS 5
SMAN 1 Ngemplak Boyolali.
2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture
dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 5
SMAN 1 Ngemplak Boyolali.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai