Anda di halaman 1dari 17

SMK Negeri 1 Cerme Gresik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tentang Gula

Gula adalah satu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi


komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk
kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dalam
makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari
sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam) menyimpan energi yang akan
digunakan oleh sel. Gula sebagai komoditi gula sebagai sukrosa diperoleh dari
nira tebu, bit gula atau aren. Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula
minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi, dahlia,
anggur atau bulir jagung, juga menghasilkan semacam pemanis namun bukan
tersusun dari sukrosa sebagai komponen utama.

Negara-negara penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan iklim


hangat seperti Australia, Brazil, dan Thailand. Hindia Belanda (sekarang
Indonesia) pernah menjadi produsen gula utama didunia pada tahun 1930-an,
namun tersaingi oleh industri gula baru yang lebih efisien. Pada tahun 2001 / 2002
gula yang diproduksi di negara berkembang dua kali lipat lebih banyak
dibandingkan dengan gula yang diproduksi negara maju. Penghasil gula terbesar
adalah Amerika Latin, negara-negara Karibia, dan negara-negara Asia Timur.

Lain halnya dengan gula bit yang diproduksi di tempat dengan iklim yang
lebih sejuk seperti Eropa Barat Laut dan Timur, Jepang Utara dan beberapa daerah
di Amerika Serikat, musim penumbuhan bit berakhir pada pemanennya di bulan
September. Pemanenan dan pemrosesan berlanjut sampai maret di beberapa

5
SMK Negeri 1 Cerme Gresik

kasus. Lamanya pemanenan dan pemrosesan dipengaruhi dari ketersediaan


tumbuhan dan cuaca.

Bit yang telah dipanen dapat disimpan untuk diproses lebih lanjut, namun
bit yang membeku tidak lagi bisa diproses. Pengimpor gula terbesar adalah Uni
Eropa (UE). Peraturan pertanian di UE menetapkan kuota maksimum produksi
dari setiap anggota sesuai dengan permintaan, penawaran, dan harga. Sebagian
dari gula ini adalah gula “kuota” dari industry levies, sisanya adalah gula “kuota
c” yang dijual dengan harga pasar tanpa subsidi.

Subsidi-subsidi tersebut dan pajak impor yang tinggi membuat negara lain
susah untuk mengekspor ke negara-negara UE atau bersaing dengannya di pasar
dunia. Amerika Serikat menetapkan harga gula tinggi untuk mendukung
pembuatnya, hal ini mempunyai efek samping namun, banyak para konsumen
beralih kesirup jagung (pembuat minuman) atau pindah dari negara itu (pembuat
permen) pasar gula juga diserang oleh harga sirup glukosa yang murah. Sirup
tersebut diproduksi dari jagung (maizena), dengan mengkombinasikannya dengan
pemanis buatan pembuat minuman dapat memproduksi barang dengan harga yang
sangat murah.

Gula merah, adalah jenis gula yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang
dikeluarkan dari bunga pohon keluarga palma, seperti kelapa, aren dan siwalan.
Gula merah yang dipasarkan dalam bentuk cetakan batangan silinder, cetakan
setengah bola dan bubuk curah disebut sebagai gula semut.

Gula tebu, kebanyakan dipasarkan dalam bentuk gula kristal curah.


Pertama-tama bahan mentah dihancurkan dan diperas, sarinya dikumpulkan dan
disaring, cairan yang terbentuk kemudian ditambahkan bahan tambahan (biasanya
menggunakan kalsium oksida) dengan belerang dioksida. Campuran yang
terbentuk kemudian dididihkan, endapan dan sampah yang mengambang
kemudian dapat dipisahkan setelah cukup murni, cairan didinginkan dan
dikristalkan (biasanya sambil diaduk) untuk memproduksi gula yang dapat

6
SMK Negeri 1 Cerme Gresik

dituang ke cetakan. Sebuah mesin sentrifugal juga dapat digunakan pada proses
kristalisasi.

Gula batu adalah gula tebu yang tidak melalui tahap kristalisasi. Gula
kotak / balok adalah gula kristal lembut yang diproses dalam bentuk dadu. Gula
mentah (raw sugar) adalah gula kristal yang dibuat tanpa melalui proses
pemutihan dengan belerang. Warnanya agak kecoklatan karena masih
mengandung molase, namun gula batu sudah bersih dalam pembuatannya
sehingga gula batu yang berwarna coklat sudah tidak ada lagi.

Gula bit, setelah dicuci, bit kemudian dipotong potong dan gulanya
kemudian diekstraksi dengan air panas pada sebuah diffuse. Pemurnian kemudian
ditangani dengan menambahkan larutan kalsium oksida dan karbon dioksida.
Setelah penyaringan campuran yang terbentuk lalu dididihkan hingga kandungan
air yang tersisa hanya tinggal 30% saja. Gula kemudian diekstraksi dengan
kristalisasi kontrol. Kristal gula pertama tama dipisahkan denga mesin sentrifugal.
Sentrifugasi dilakukan untuk memisahkn kristalgula dengan molasses.

Upaya agar sentrifugasi berlangsung secara optimal adalah dengan


pengaturan kecepatan putaran. Kecepatan putaran sangat mempengaruhi kekuatan
mesin tersebut dalam melepaskan lapisan molasses dari kristal gula. Kecepatan
putaran sentrifugasi dan cairan yang tersisa digunakan untuk tambahan pada
proses kristalisasi selanjutnya. Ampas yang tersisa (dimana sudah tidak bisa lagi
diambil gula darinya) digunakan untuk makan ternak dan dengan itu terbentuklah
gula putih yang kemudian disaring kedalam tingkat kualitas tertentu untuk
kemudian dijual.

7
SMK Negeri 1 Cerme Gresik

2.2 Sifat – Sifat Gula

Sifat-sifat gula adalah sebagai berikut:

1) Hidrolisis

Gula majemuk seperti sukrosa dipecah menjadi bagian-bagian gula


oleh enzim yang khas atau asam. Maltose dan sukrose dicairkan berturut
turut oleh enzim maltose dan invertase. Kedua enzim ini terdapat dalam ragi
roti. Enzim-enzim ini bekerja di dalam adonan sebelum gula dapat meragi.
Sukrosa diubah menjadi dua macam gula sederhana, yaitu fruktose dan
dextrose.

Perubahan ini begitu cepat sehingga dapat terjadi dalam beberapa


menit setelah mixing pencairan seluruhnya dan demikian sempurna
sehingga prakis tidak ada sukrosa yang terlihat dalam roti. Hal yang
sebaliknya terjadi pada laktose. Hampir seluruh laktose tetap tinggal dalam
roti sebab ragi tidak memiliki enzim yang dapat mencairkan laktose.

2) Ragi fermentation

Glukosa, fruktosa, sukrosa dan maltosa dapat diragikan oleh ragi roti
sehingga menghasilkan karbon dioksida dan alkohol yang merupakan hasil
akhir yang utama. Laktosa tidak dapat meragi sebab ragi roti tidak
mengandung enzim yang sanggup memecahkan kelompok gula ini.

3) Rate of fermentation

Dengan menambahkan sedikit gula pada ragi maka akan dapat


mempercepat peragian adonan. Namun demikian setelah melewati batas
tertentu, pertambahan gula justru dapat memperlambat peragian. Gula
berfungsi sebagai pupuk pada tanaman. Ragi dapat berfermentasi dengan
adanya gula namun apabila gula kelebihan ragi justru akan mati. Pada

8
SMK Negeri 1 Cerme Gresik

tanaman pun apabila pemberian pupuk berlebihan, hasilnya justru


sebaliknya.

Tumbuhan itu pasti akan mati. Saat mana gula justru menghambat
pertumbuhan ragi tergantung pada tepung yang digunakan dan prosedur
pengolahannya, baik pada pembuatan secara langsung (straight dough) atau
secara sponge (sponge dough).

4) Residual sugar

Kurang lebih 2% gula yang dibubuhkan dalam adonan akan


dihabiskan selama proses peragian. Sisanya yang 98% akan disebut sebagai
residual sugar. Jadi semakin tinggi presentase gula yang dipergunakan,
semakin tinggi pula sisa gulanya.

5) Sweetness dan flovour

Karena tidak ada tes alam atau kimiawi untuk menentukan rasa
manis, maka hal itu hanya diukur dengan indra pengecap, yaitu lidah. Untuk
membandingkan rasa manis yang bermacam macam, sukrosalah yang
digunakan sebagai standar.

6) Hidroscopicity

Hidroscopicity adalah kemampuan untuk menyerap zat cair dan


menahan cairan. Ada jenis gula yang memiliki kemampuan higroskopis
yang melebihi jenis gula yang lain.

7) Heatsusceptibility

Bila gula dipanaskan maka molekul-molekul gula akan bersatu


membentuk bahan berwarna yang disebut karamel (caramel) atau gulali.
Gula memiliki kepekaan yang berbeda-beda terhadap panas, sehingga

9
SMK Negeri 1 Cerme Gresik

berbeda pula suhu dimana larutan gula akan membentuk karamel. Fruktose,
maltose, dekstrose, lebih sensitif, sedangkan laktose dan sukrosa kurang
peka terhadap panas. Dengan menurunkan pH larutan gula, fruktose dan
dekstrose akan berkurang kepekaannya terhadap panas.

8) Browning reaction

Gula yang dilumeri bila dipanaskan bersama protein akan bereaksi


membantu gumpalan-gumpalan yang berwarna gelap yang disebut
melanoidin. Pada tahap permulaan, melanoidin menyerupai karamel dalam
hal warna, bau dan rasa. Bila terus dipanaskan maka gumpalan-gumpalan
itu akan berubah menjadi hitam dan tidak dapat larut.

Sukrosa tidak akan bereaksi dengan protein. Pada umumnya fruktose


dan dekstrose paling aktif dalam reaksi browning. Pada semua jenis gula,
kecuali sukrosa, reaksi browning dapat dipercepat dengan meningkatkan
pH. Pengulalian dan browning memiliki peranan penting dalam penentuan
warna hasil produksi, terutama pada kulitnya (crust).

9) Softening

Pemberian gula akan mengempukkan hasil produksi karena gula


akan mengubah susunan, volume, dan simetri pada produk yang dihasilkan.

10
SMK Negeri 1 Cerme Gresik

2.3 Karakteristik Gula

Gula memiliki karakteristik yang telah ditentukan oleh pabrik, yakni


berdasarkan syarat SNI 3140.3: 2010 sebagai berikut:

Persyaratan

No Parameter Uji Satuan GKP 1 GKP 2


.

1. WARNA

1.1 Warna Kristal CT 4,0 – 7,5 7,6 – 10,0

1.2 Warna Larutan (ICUMSA) IU 8,1 - 200 201 - 300

2. Berat Jenis Butir mm 0,8 – 1,2 0,8 – 1,2

3. Susut Pengeringan (b/b) % maks. 0,1 maks. 0,1

4. Polarisasi (°Z, 20 °C) “Z” min. 99,6 min. 99,5

5. Abu Konduktiviti (b/b) % maks. 0,10 maks. 0,15

6. Bahan Tambahan Pangan

6.1 Belerang dioksida (SO2) mg/kg maks. 30 maks. 30

7. CEMARAN Logam

7.1 Timbal (Pb) mg / kg maks. 2 maks. 2

7.2 Tembaga (Cu) mg / kg maks. 2 maks. 2

7.3 Arsen (As) mg / kg maks. 1 maks. 1

11
SMK Negeri 1 Cerme Gresik

2.4 Bahan Dasar Pembuatan Gula

Bahan dasar pembuatan gula di Indonesia adalah tebu, karena tebu tumbuh
dengan baik di Indonesia yang beriklim tropis. Tebu juga dapat tumbuh dengan
baik di daerah yang beriklim subtropis. Tanaman tebu merupakan tanaman
perkebunan semusim, yang mempunyai sifat tersendiri, sebab didalam batangnya
terdapat zat gula. Tebu termasuk jenis rumput-rumputan seperti halnya padi,
jagung, bambu, dan lain-lain.
Batang tanaman tebu beruas-ruas, dari bagian pangkal sampai
pertengahan, ruasnya panjang-panjang sedangkan dibagian pucuk ruasnya pendek.
Tinggi batang antara 2-5 meter, tergantung baik buruknya pertumbuhan, jenis tebu
maupun keadaan iklim. Pada pucuk batang tebu terdapat titik tumbuh yang
mempunyai peranan penting untuk pertumbuhan meninggi.
Di dalam batang tebu terkandung sacharosa yang merupakan bahan untuk
membuat kristal-kristal gula. Selain sacharosa juga terdapat zat lain, baik organik
maupun anorganik yang berasal dari tanah maupun yang berasal dari selama
pertumbuhan tanaman tebu. Komposisi sebatang tebu, terdiri dari 20% zat kering
dan 80% air. Zat kering dibedakan lagi menjadi dua, yaitu zat kering sejati yang
terdiri dari ampas dan sabut, dan zat kering semu yang mempunyai kandungan
gula.

12
SMK Negeri 1 Cerme Gresik

2.5 Morfologi Tebu

Sebelum kita membahas mengenai penggunaan mesin-mesin pembuat


gula, ada baiknya bila kita mengulas sedikit mengenai bahan dasar pembuatan
gula yaitu tebu. Nama tebu hanya terkenal di Indonesia. Dilingkungan
internasional tanaman ini lebih dikenal dengan nama ilmiahnya Saccharum
officinarum L. Jenis ini termasuk dalam famili Gramineae atau kelompok rumput-
rumputan. Secara morfologi tanaman tebu dapat dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu batang, daun, akar, dan bunga. Masing-masing bagian memiliki ciri-ciri
tertentu :

Ciri-ciri Batang
1) Tumbuh tegak, sosoknnya tinggi kurus dan tidak bercabang.
2) Tinggi mencapai 3,5 meter.
3) Memiliki ruas dengan panjang ruas 10,30 cm.
4) Kulit batang keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua atau
kombinasinya.
Ciri-ciri Daun.
1) Merupakan daun tidak lengkap.
2) Daun berpangkal pada buku batang dengan kedudukan yang berseling.
3) Pelepah memeluk batang, semakin keatas semakin menyempit, terdapat
bulu-bulu daun dan telinga daun.
4) Pertulangan daun sejajar.
5) Helaian daun berbentuk garis dengan ujung meruncing, bagian tepi
bergerigi dan permukaan daun kasar.
Ciri-ciri Akar.
1) Akar serabut.
2) Panjang mencapai 1 Meter.

13
SMK Negeri 1 Cerme Gresik

Ciri-ciri Bunga.
1) Merupakan bunga majemuk.
2) Panjang bunga majemuk 70-90 cm.
3) Setiap bunga mempunyai 3 daun kelopak, 1 daun mahkota, 3 banang sari.

Varietas Tebu yang Baik untuk Bahan Baku Gula.


Varietas tebu sangat banyak jumlahnya, tetapi tidak semua unggul. Yang
dimaksud variatas unggul adalah varietas yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Tingkat produktivitas gula yang tinggi.


2) Produktivitas dapat diukur dari bobot atau rendaman yang tinggi.
3) Tingkat produktivitas (daya produk) yang stabil.
4) Kemampuan yang tinggi untuk di kepras.
5) Teloransi yang tinggi terhadap hama dan penyakit.
Varietas tebu yang baik untuk bahan baku gula adalah Varietas tebu yang
termasuk kedalam kriteria Varietas yang sudah mencapai masa tebu layak giling.

Yang dimaskud tebu layak giling adalah :

1) Tebu yang ditebang pada tingkat pemasakan optimal.


2) Kadar kotoran (tebu mati, pucuk, pelepah tanah, dll) maksimal 2%.
3) Jangka waktu sejak tebang sampai giling tidak lebih dari 36 jam.

14
SMK Negeri 1 Cerme Gresik

2.6 Sumber Gula

Bahan baku gula pasir didapatkan dari tanaman tebu yang usianya
digolongkan menjadi tiga jenis, yang pertama disebut masak awal (10 bulan),
masak tengah (11-12 bulan), dan masak lambat (12 bulan keatas).
Tanaman tebu dapat tumbuh hingga tinggi tiga meter dikawasan yang
mendukung dan ketika dewasa hampir seluruh daun-daunnya mengering, namun
masih memiliki beberapa daun yang berwarna hijau. Pertumbuhan tebu sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor, sebagai berikut :
 Areal Tanaman
Tanaman tebu hanya hidup baik di dataran rendah tropis atau sub
tropis antara 39⁰LU sampai 35⁰LS dengan garis isotherm 20⁰C, karena
tanaman tebu membutuhkan sinar matahari dan curah hujan yang cukup.
 Iklim
Agar kualitas tanaman tebu baik (rendemennya tinggi) maka daerah
pemanasan harus mempunyai perbedaan iklim yang mencolok, karena
tanaman tebu memulai pertumbuhan pada musim hujan dan mengalami
masak pada musin kering.
 Varietas tanaman
Jenis varietas tanaman tebu yang baik mempunyai rendemen rata-
rata 11% dengan produksi rata-rata 100 ton/tahun.
 Jenis tanah
Tanah yang baik untuk tanaman tebu adalah tanah lempung berpasir
dengan pH 6.4 – 7.9, keadaannya tidak kering dan tidak terlalu basah.
Diperlukan drainase dan irigasi yang baik. Pemberantasan hama dan
pengolahan tanaman yang baik.
 Waktu penebangan.
Waktu penebangan yang baik adalah pada musim kemarau, karena
saat itu tanaman tebu memiliki rendemen yang tinggi. Setelah ditebang tebu

15
SMK Negeri 1 Cerme Gresik

harus segera dikirim ke pabrik, hal ini untuk mengurangi kemungkinan


terjadinya inverse pada gula.
 Komposisi tebu
Komposisi tebu sangat bervariasi, tergantung dari jenis tanaman
tebu, umur tebu, jenis tanah tempat tebu tumbuh serta cara pemeliharaan
dari tebu. Secara umum komponen-komponen yang ada pada tanaman tebu
sebagai berikut :
Air Merupakan komponen terbanyak pada tebu sehingga untuk
mendapatkan gula maka komponen air harus dihilangkan semaksimal
mungkin. Gula reduksi Yaitu glukosa dan fruktosa dalam perbandingan
yang berlebihan satu dengan lainnya. Gula reduksi dihasilkan karena
pecahnya sakarosa menjadi glukosa dan fruktosa. Senyawa organik Terdiri
atas asam oksalat, asam suksinat, asam glukonat dan asam laktat. Asam-
asam tersebut terikat sebagai garam-garam dalam keadaan bebas, sehingga
nira tebu mempunyai pH antara 5.5 – 5.6. Senyawa anorganik Terdiri atas
K2O, CaO, Al2O3 dan SO3, Zat warna. Zat lilin Terdapat pada kulit bagian
luar terutama bagian luar pada batang.
Sabut Yaitu kumpulan dari zat-zat padat yang terdapat dalam tebu,
dapat berupa selulosa, lignin dan tebu. Komposisi bahan pada tebu
umumnya sebagai berikut :
 Kandungan air : 69 – 75%
 Sakarosa : 6 – 20%
 Gula reduksi : 0.5 – 2%
 Abu : 3 – 8%
 Senyawa bukan gula : 5 – 11%
 Komposisi nira: Gula : 75 -79%
 Sakarosa : 0 – 6%
 Glukosa : 2 – 4%
 Fruktosa : 2 – 4%

16
SMK Negeri 1 Cerme Gresik

 Garam organik dan anorganik : 3 – 7.5%


 Garam organik bebas : 0.5 – 7.5%
 Bahan-bahan organik antara lain: Protein : 0.5 – 0.6%
 Starch : 0.001 – 0,05%
 Gum : 0.3 – 0.6%
 Lemak dan lilin : 0.05 – 0.15%
Kompolodid 1 kg nira mentah yang akan dimurnikan pada pabrik-
pabrik gula di Jawa (menurut SGI tahun 1950) mengandung: 140 gr
sukrosa, 840 gr air, 5 – 10 gr, gula reduksi, 2 – 5 gr zat organik, 3 – 10 gr
zat anorganik.
Pemanenan dapat dilakukan dengan cara manual (dengan tangan) ataupun
dengan mesin, tebu dipotong dibagian atas permukaan tanah, dedaunan hijau
dibagian atas dihilangkan dan batang-batang diikat menjadi satu. Potongan-
potangan batang tebu yang diikat kemudian dibawa dari areal perkebunan dengan
menggunakan truk. Kemudian dibawa menuju emplacement luar sebelum dibawa
ke lokasi untuk diproses lebih lanjut. Tebu yang berasal dari kebun sebelum
masuk kedalam pabrik harus masuk kedalam emplacement untuk dilakukan
pendataan, pengantrian dan penimbangan sebelum tebu digiling didalam pabrik.
Tebu sebelum diproses ke penggilingan harus urut sesuai dengan antrian hari tebu
itu datang.

17
SMK Negeri 1 Cerme Gresik

2.7 Bahan Pembantu Pembuatan Gula

PG. Kremboong adalah salah satu pabrik gula yang menggunakan


pengolahan gula secara defikasi dan sulfitasi. Bahan baku di industri pembuatan
gula adalah tebu, karena tebu merupakan tanaman yang mempunyai kadar gula
cukup tinggi. Tanaman tebu tersusun atas banyak sel, yang tiap selnya terdiri dari
protoplasma yang mengandung gula atau sukrosa dengan rumus kimia C12H22O11.

Sedangkan bahan-bahan pembantu dalam pembuatan gula, yaitu :

1) Asam Phospat (H3PO4)


Tujuannya : Untuk membentuk inti endapan bersama CaO sehingga
proses pemisahan antara gula dan bukan gula pada St. Pemurnian
berlangsung lebih cepat

2) Kapur (CaO)
Ditambahkan pada nira dalam bentuk susu kapur Ca(OH) 2.
Tujuannya Untuk menaikkan pH nira dan bereaksi dengan phospat (P 2O5)
membentuk inti endapan kalsium phospat (Ca3(PO4)2) dan kalsium sulfite
CaSO3. Susu kapur ini ditambahkan pada defekator dengan kekentalan
6°Be. Susu kapur tersebut dibuat dengan memasukkan kapur tohor dalam
tromol pemadam kapur lewat elevator. Reaksi pembuatan susu kapur :

CaO + H2O  Ca(OH)2 + panas

3) Belerang (S)
Diberikan dalam bentuk gas SO2. Gas SO2 ditambahkan pada nira
yang berada di peti sulfiter nira mentah. Gas ini didapat dengan cara
membakar belerang pada tabung belerang sebanyak 165 kg per 8 jam.

Reaksi pembakaran :

S + O2 SO2 + panas

18
SMK Negeri 1 Cerme Gresik

4) Flokulan
Diberikan pada clarifier atau bejana pengendapan. Tujuannya Untuk
menjaring endapan yang sudah terbentuk dari proses defikasi dan sulfitasi
yang melayang sehingga berat jenisnya lebih besar dari nira dan cepat
mengendap. Penambahan flokulan sendiri yaitu sebanyak 3 kg per shift.

5) Foundant
Diberikan pada Pan masakan (VP) I dan II masakan D. Foundant
berfungsi sebagai bibit gula yang berukuran 0,05 mm yang kemudian
diubah menjadi 0,2 - 0,3 mm.

19
SMK Negeri 1 Cerme Gresik

2.8 Rendemen tebu

Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang
dinyatakan denga persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10%, artinya ialah bahwa
dari 100 kg tebu yang digilingkan di pabrik gula akan diperoleh gula sebanyak 10
kg. Ada 3 macam rendemen, yaitu rendemen contoh, rendemen sementara, dan
rendeman efektif.

1) Rendemen Contoh

Rendemen ini merupakan contoh yang dipakai untuk mengetahui


apakah suatu kebun tebu sudah mencapai masak optimal atau belum.
Dengan kata lain rendemen contoh adalah untuk mengetahui gambaran
suatu kebun tebu beberapa tingkat rendemen yang sudah ada sehingga dapat
diketahui kapan-kapan saat tebang yang tepat dan kapan tanaman tebu
mencapai tempat rendemen yang memandai. Rumus: Nilai nira x Faktor
rendemen = Rendemen.

2) Rendemen Sementara

Perhitungan ini dilaksanakan untuk menentukan bagi hasil gula,


namun sifatnya masoh sementara. Hal ini untuk memenuhi ketentuan yang
menginstruksikan agar penentuan bagi hasil gula dilakukan secepatnya
setelah tebu petani digiling sehingga petani tidak menunggu terlalu lama
sampai selesai giling namun diberitahu lewat perhitungan rendemen
sementara. Cara mendapatkan rendemen sementara ini adalah dengan
mengambil nira perahan pertama tebu yang digiling untuk dianalisis di
laboratorium untuk mengetahui berapa besar rendemen sementara tersebut.
Rumus: Rendemen sementara = Faktor rendemen x Nilai nira.

20
SMK Negeri 1 Cerme Gresik

3) Rendeman Efektif
Rendemen efektif disebut juga rendemen nyata atau rendemen
terkoreksi. Rendemen efektif adalah rendemen hasil perhitungan setelah
tebu digiling habis dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan rendemen
efektif ini dalam dilaksanakan dalam jangka waktu 15 hari atau disebut satu
periode giling sehingga apabila pabrik gula mempunyai hari giling 170 hari,
maka jumlah periode giling adalah 170/15 = 12 periode.
Hal ini berartiterdapat 12 kali rendemen nyata/efektif yang bisa
diperhitungkan dan diberitahukan kepada petani tebu. Tebu yang digiling di
suatu pabrik gula jelas hanya sebagian kecil saja yang akan menjadi gula.
Kalau 1 kuintal tebu memiliki rendemen 10% maka hanya 10 kg gula yang
didapat dari 1 kuintal tebu tersebut.
 Tebu 100%
 Sabut + 12,5%
 Nira +87,5%
 Air 75-80%
 Bahan kering 20-25%
 Larut 18-20%
 Tak larut 2-5%

21

Anda mungkin juga menyukai