PENDAHULUAN
Setelah pemerintahan berjalan normal dan keamanan pulih, tahun 1955 Sri Sultan
Hamengku Buwono IX memprakarsai untuk membangun pabrik gula dengan
tujuan :
PG. Madubaru PT yang terdiri dari 2 pabrik yaitu pabrik Gula dan pabrik
Spiritus Madukismo, mulai dibangun pada tanggal 14 juni 1955, dan tanggal 31
maret 1958 merupakan peletakkan batu terakhir yang dilakukan oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono IX, kemudian diresmikan tanggal 29 mei 1958 oleh Presiden
Soekarno. Bentuk perseroan Terbatas dan bernama P2G. Madubaru PT.Saham-
saham dari badan usaha ini 25% dimiliki oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX
dan 75% dimiliki oleh pemerintahan RI.
1
pabrik-pabrik gula, pemerintah membentuk suatu badan yang diberi nama Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara (BPUPPN).
2
4. Brown Sugar
Ini adalah jenis gula yang dalam proses pembuatannya dibubuhi molase.
Warnanya kecokelatan seperti gula palem, memiliki wangi caramel, dan rasanya
legit. Rasa brown sugar tidak semanis gula pasir. Biasanya digunakan dalam
pembuatan cookies sehingga membuat cookies lebih moist daripada bila
menggunakan gula pasir sebagai pemanisnya.
5. Gula Palem (Palm Sugar)
Biasa disebut juga gula semut, gula ini berasal dari nira atau sari batang
tumbuhan keluarga palem-paleman. Bentuk seperti gula pasir, berwarna cokelat,
dan memiliki aroma yang khas. Biasanya gula palem digunakan untuk membuat
ontbijkoek, fruti cake, atau campuran cookies seperti pada pitmopen.
6. Gula Merah (Gula Jawa)
Gula merah juga berasal dari nira atau sari batang pohon jenis palem.
Bentuknya biasanya silinder atau menyerupai batok kelapa.
7. Gula Aren
Bahan bakunya sama seperti gula merah. Namun, gula aren memiliki
harum yang lebih khas dan warna yang lebih cokelat daripada gula merah.
8. Gula Batu
Rasanya tidak semanis gula pasir, namun lebih legit. Gula yang bentuknya
memang seperti bongkahan batu ini biasanya digunakan untuk minuman. Supaya
mudah digunakan gula batu harus dihancurkan lebih dahulu.
9. Gula Kastor (Caster Sugar)
Warnanya putih bersih dan bentuknya lebih halus daripada gula pasir.
Karena sifatnya yang mudah bercampur, maka gula kastor sering digunakan
sebagai bahan campuran untuk pemanis dalam adonan kue, cookies, pastry, dll.
10. Gula Bubuk (Icing Sugar, Confection Sugar)
Gula icing disebut juga dengan tepung gula, adalah gula yang telah
mengalami penghalusan sehingga berbentuk bubuk gula. Karena sifatnya yang
halus, gula icing baik digunakan untuk membuat krim untuk cake, taburan untuk
cake, atau taburan untuk kue kering. Ada beberapa jenis gula bubuk yang
mengandung pati jagung sehingga tidak menggumpal.
3
11. Gula Donat
Seperti namanya, gula ini biasa digunakan untuk bahan taburan donat.
Teksturnya halus seperti gula bubuk, dan juga berwarna putih. Yang
membedakannya dari gula bubuk adalah: gula donat memiliki rasa dingin jika
telah masuk ke dalam mulut. Lainnya, gula donat tidak basah kalau kena minyak.
12. Gula Maltose
Gula ini merupakan hasil fermentasi malt atau padi-padian, yang telah
mengalami perendaman, pengeringan, pemanggangan, dan penggilingan.
Bentuknya menyerupai madu, namun rasanya lebih manis dari madu.
13. Karamel
Karamel adalah berbagai produk yang diperoleh dengan pemanasan gula.
Karamel memiliki warna kecokelatan atau bahkan kehitaman, serta memiliki
aromayang khas. Digunakan sebagai pewarna pada makanan atau sebagai aroma
dan rasa.
14. Gula Jelly
Ini sebenarnya larutan gula yang warnanya kuning dan kental sehingga
menyerupai jelly. Gula jelly biasanya dicampurkan ke dalam adonan buttercream.
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui secara umum tentang Pabrik Gula
2) Untuk mengetahui urain proses Pabrik Gula
3) Untuk mengetahui keterkaitan suatu unit dengan proses secara detail
4
BAB II
Bahan baku utama yang diperlukan adalah tanaman tebu. Tanaman tebu
yang diperolah oleh pabrik gula dari tanaman hasil kerjasama dengan penduduk di
sekitar pulau Jawa dengan sistem “Kemitraan” (tebu binaan), maupun pembelian
dari penduduk lokal non-binaan. Sistem tebu binaan PG Madukismo, tersebar luas
di 9 kabupaten dan 2 provinsi. Sehingga PG Madukismo tidak perlu memiliki
lahan perkebunan tebu sendiri. Bahan baku penunjang adalah bahan baku yang
diperlukan/ditambahkan selama proses pembuatan Gula Kristal Putih (GKP)
Madukismo dengan tujuan agar hasil yang diperolah lebih optimal.
Bagian batang tebu yang diolah dengan cara digiling akan menghasilkan
nira tebu. Nira yang keluar dari batang tebu merupakan sari tebu yang
mengandung zat sukrosa dan dapat diolah menjadi gula. Pemerahan nira di PG
Madukismo memiliki asas penting, yaitu: minimnya. Kadar nira dalam tebu
5
dipengaruhi beberapa faktor, seperti varietas tanaman, keadaan tanaman, iklim,
pemupukan, pestisida,penebangan, dan pengairan.
Sukrosa 11-19%
6
Senyawa organic 0,5-0,15%
Sabut 16-19%
Air 65-75%
Bahan baku batang tebu yang digunakan oleh PG Madukismo adalah batang tebu
yang disediakan oleh para petani TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) yang sesuai
dengan INPRES No.9 Tahun 1975. Tebu Rakyat Intensifikasi dibedakan menjadi :
TRIS I dan TRIS II (Tebu Rakyat Intensifikasi pada Sawah) yaitu jenis
tebu rakyat intensifikasi yang ditanam disawah sebagai tanaman pertama
dan kedua.
TRIT I dan TRIT II (Tebu Rakyat Intensifikasi pda Tegalan) yaitu jenis
tebu rakyat intensifikasi yang ditanam di tegalan (lahan kering) sebagai
tanaman pertama dan kedua.
TRIK (Tebu Rakyat Intensifikasi kredit) yaitu tebu rakyat ditanam secara
individu Tanam bantuan kredit dari pemerintah
7
a. Analisa Faktor Kemasakan (FK):
Pada analisa ini dilakukan uji untuk mengetahui umur batang tebu yang
dikirim ke pabrik. Dari analisa ini juga dapat diketahui tua, mudanya
batang tebu tersebut.
b. Analisis Koefisien Peningkatan (KP):
Pada analisa ini dappat diketahui kadar gula dalam tebu (rendemen tebu),
apakah masih ada peningkatan ataupun penurunan dari kadar rendemen
btang trbu yang dikirim ke PG Madukismo tersebut.
c. Analisis Koefisien Daya Tahan (KDT):
Pada analisa ini dapat diketahui daya tahan tebu dimulai dari batang tebu
ditebang di perkebunan, selama perjalanan dari perkebunan ke pabrik,
dan sampai dengan batang tanaman tebu masuk proses penggilingan.
Dalam proses pemurnian nira mentah, ada beberapa zat kimia yang digunakan
untuk mepermudah proses pemurnian itu sendiri. Adapun zat-zat kimia yang
dipakai dalam proses pemurnian nira pada PG Madukismo adalah; asam phosphat,
flokulan, susu kapur, air imbibisi dan gas SO2.
Asam phosphat
8
Membentuk gumpulan trikalsium phosphate dalam butiran keil
yang disebut mikrofolok.
Dapat meningkatkan Harga Kemurnian (HK) terutama pada
penambahan phospat sampai 200mg/L.
Dapat menyebabakan turbuditi nya terutama pada phosphat sampai
200mg/L.
Dapat menurunkan warna pada konsentrasi sampai 200mg/L dan
berbeda nyata.
Flokulan
9
Susu Kapur
Pada proses penggilingan tebu yang biasanya masih dalam terampur oleh daun
kering dan blendok, diperlukan penambahan kapur bening yang dapat merubah
sifat fisik dari endapan-endapan yang tidak mudah terhidrolisis menjadi struktur
flok yang mudah disaring.
10
Air Imbibisi
Pemberian air maupun ampuran nira pada ampas yang akan masuk
gilingan II, III, IV, dan V disebut sebagai air imbibisi. Tujuan pemberian imbibisi
adalah untuk melarutkan kandungan gula (sukrosa) yang masih tertinggal dalam
ampas secara maksimal tanpa memberatkan pada proses selanjutnya. Ampas akhir
diharapkan mengandung kara dula serendah mungkin karena apabila hal itu
terapai, berarti proses pemerahan nira berjalan secara optimum. Pemberian air
imbibisi terbagi menjadi dua sistem, yaitu :
Imbibisi Tunggal
Pemberian air imbibisi dilakukan hanya pada ampas yang akan masuk
pada unit gilingan terakhir.
Imbibisi Ganda
Pemberian air imbibisi ditunjukan pada lebih dari satu unit gilingan.
Imbibisi ganda ini ada yang berua double compound, triple compound,
maupun quadruple compound imbibisi.
Dalam penggunaan air imbibisi ada dua maam air imbibisi, yaitu imbibisi
panas dan imbibisi dingin. Pada PG Madukismo, digunakan air imbibisi panas
dengan suhu sekitar 60-70ºC yang ditambahkan pada proses penggilingan IV dan
V. Suhu air imbibisi tidak boleh melebihi suhu 70ºC karena pada suhu tinggi, air
imbibisi dapat melarutkan senyawa pengotor seperti peptin dan lilin. Jumlah air
imbibisi yang ditambahkan dalam gilingan juga perlu diperhatikan, sekitar 25-
30%. Jumlah air imibibisi yang terlalu banyak dapat merusak gula (sukrosa) pada
nira karan sukrosa dapat terhidrolisis dengan mudah di dalam air. Selain itu,
penambahan air imbibisi yang banyak dapt memberatkan kerja evaporator dan
menurunkan harga kemurnian (HK)
11
Gas SO2
S + O2 SO2
Gas SO2 yang terjadi kemudian segera dialirkan melalui pipa yang bagian
luarnya diberi air sebagai pendingin. Belerang yang digunakan adalah sebanyak
±400kg per 8 jam.
12
2.2 Prosedur Kerja
Proses produksi atau pembuatan gula secara garis besar dapat dilihat pada
diagram alir dibawah ini :
Tebu Persiapan
Tebutertimbang (100)
Air imbibisi (25) StasiunPenggilingan Ampas (35)
Niramentah (90)
Susukapur (2,3) Air hilang/ menguap
(3) Air cucianvacuum
StasiunPemurnian
filter Blotong (4)
Belerang (0,1) Nirajernih
(SHS I; 8,1)
13
1. Unit Bagian Persiapan
Unit bagian persiapan adalah persiapan awal untuk menyiapkan tebu yang
akan digiling. Tebu yang siap giling sebelumnya sudah didata dan dicek ke
layakan nya. Kemudian, tebu ditimbang dan di tempatkan di lori yang telah
ditandai.
3. Stasiun Pemurnian
14
4. Stasiun Penguapan
Hasil dari stasiun penguapan adalah nira kental, tetapi harus diuapkan
lagi dalam pan kristalisasi sampai lewat jenuh dan timbul Kristal gula. Sistem
masakan yang dipakai yaitu A-C-D, gula A sebagai gula produk (SHS), gula C
dan D dipakai sebagai bibit (seed), dan sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi.
Suhu didihnya ± 65ºC sehingga sukrosa tidak rusak karena suhu tinggi . Hasil
masakan berupa campuran Kristal gula dan larutan (stroop). Sebelum dipisahkan
di stasiun pemutaran, gula terlebih dahulu didinginkan di dalam palung pendingin
(kultrog).
15
1) Unit Bagian Penyelesaian
Didalam unit Dengan alat penyaring gula, gula SHS (produk) dari
puteran SHS dipisahkan antara gula halus dengan gula kasar. Sedangkan,
gula standar produk dikirim kegudang gula dan dikemas dalam karung
plastik (polipropoline). Gula yang sudah dikemas disimpan di dalam gudang
penyimpanan.
Sebagai penghasil tenaga uap digunakan ketel pipa air sebanyak 5 unit
ketel lama dan 1 unit ketel baru. Uap yang dihasilkan dipakai untuk
menggerak kan alat-alat berat, memanaskan, dan menguapkan nira dalam
pan penguapan, serta untuk pembangkit tenaga listrik. Sebagai bahan bakar
digunakan ampas tebu dan ditambah dengan kayu bakar.
1. Stasiun persiapan,
2. Stasiun gilingan,
3. Stasiun pemurnian,
16
4. Stasiun penguapan,
5. Stasiun masakan,
6. Stasiun putaran, dan
7. Stasiun penyelesaian.
17
batang tanaman tebu tersebut dan diambil bagian tengah batangnya untuk diuji
brix. Pada pengujian brix dapat diketahui mutu tanaman tebu yang masuk
kedalam pabrik. Cairan yang diambil dari batang tebu dianalisa kadar brix-nya
dengan alat hand refratometer. Kadar brix yang diinginkan seminim-minimnya
15º brix.
Tebu yang sudah ditimbang dan disimpan pada cane – yard kemudian
diangkat menggunakan kereta tebu untuk dibawa ke stsiun gilingan. Pada stasiun
gilingan, batang-batang tebu yang sudah ditimbang melewati proses pemerahan
nira yang terkandung dalam batang tebu.
18
gilingan PG Madukismo, terdapat 5 alt gilingan yang dirangkai seri dan berfungsi
untuk memerah kandungan. Gilingan terdiri dari rol atas, rol muka dan rol
belakang, dimana rol atas bergerak berlawanan dengan rol yang berada
dibawahnya. Gerakan ini menyebabkan batang tebu tertarik dan bergerak melalui
rol-rol pada mesin penggiling. Cacahan batang tebu keluaran unit unigrator ini
masuk ke mesin gilingan I dimana pada gilingan I dihasilkan ampas gilingan I dan
nira I. Ampas I akan dicampur dengan nira gilingan III dan gilingan pada gilingan
II, sedangkan nira I akan ditampung dalam tangki penampungan nira. Gilingan II
akan menghasilkan ampas gilingan II dan nira II. Ampas gilingan II akan
dicampurkan dengan nira gilingan IV dan digiling pada gilingan III, sedangkan
nira II akan ditampung bersama nira I dalam tangki penampungan nira. Gilingan
III akan menghasilkan ampas gilingan III dan nira III. Ampas gilingan III akan
dicampur dengan air imbibisi dan nira gilingan V kemudian digiling pada gilingan
IV, sedangkan nira III akan dialirkan ke keluaran gilingan I dan bercampur
dengan ampas gilingan I. Gilingan IV akan menghasilkan ampas gilingan IV dan
nira IV. Ampas gilingan IV dicampur dengan air imbibisi kemudian digiling pada
gilingan V, sedangkan nira IV akan dialirkan ke keluaran gilingan II dan
bercampur dengan ampas gilingan II. Gilingan V menghasilkaan ampas gilingan
V dan nira V. Ampas gilingan V akan digunakan sebagai bahan bakar pada boiler,
sedangkan nira V dialirkan ke keluaran gilingan IV dan bercampur dengan ampas
gilingan III. Nira keluaran dari tiap gilingan akan selalu melewati talang goyong
agar ampas yang masih terikut dapat dipisahkan sehingga dapat digiling lebih
lanjut. Nira hasil gilingan I dan gilingan II kemudian dialirkan menuju ke bak
penampungan , yang kemudian dipompa ke door clone. Door clone sendiri
digunakan untuk mendapatkan nira mentah yang lebih murni. Kemudian nira
mentah dipompa lagi menuju DSM Screen yang terletak dekat gilingan III bagian
atas dengan tujuan untuk memisahkan nira bersih dan kotoran halus. Nira bersih
ini kemudian ditampung dalam bak penampungan.
19
pada batang tebu sehingga dapat memaksimalkan proses ekstraksi nira. Air
imbibisi juga bertujuan untuk mengurangi kehilangan nira dalam batang tebu
akibat ketidakmaksaksimalkan proses pemerahan batang tebu dari unit gilingan.
Proses penambahan air imbibisi pada PG Madukismo menggunakan sistem
imbibisi majemuk, dimana air dan nira yang konsentransinya lebih rendah
ditambahkan ke ampas yang kandungan gulanya lebih tinggi. Air imbibisi yang
digunakan mempunyai suhu dengan rentang 60-70ºC yang merupakan suhu
optimum untuk mengekstrak nira dari ampas. Suhu yang digunakan tidak boleh
terlalu tinggi karena suhu yang terlalu tinggi akan melarutkan komponen-
komponen seperti pepsin dan lilin dari bagian tebu. Apabila peptin dan lilin ini
terlarut dalam nira, maka akan sulit untuk dipisahkan dari nira pada proses
pemurnian. Air imbibisi yang ditimbahkan tidak boleh terlalu banyak karena
pemberian air imbibisi yang berlebihan akan mengakibatkan sukrosa terhidrolisis.
Selain itu, penambahan air imbibisi yang terlalu banyak juga akan mengakibatkan
kerja stasiun penguapan semakin berat dan menjadi tidak efisien.
20
diinginkan seperti air, asam organik, protein, lilin, peptin, bahan anorganik dan
pasir dari batang tebu. Kandungan gula reduksi monosakarida perlu dipisahkan
agar diperoleh nira mentah dengan senyawa sukrosa yang tinggi kemurniannya.
Pada PG Madukismo, digunakan proses pemurnian dengan sistem sulfitasi alkalis
kontinu dengan beberapa tahapan pemurnian, yaitu:
21
asam fosfat (H2PO4) dengan konsentrasi 85% secara kontinu, dengan laju alir
massa kira-kira sebesar 37.5 kg / 4 jam. Tujuan penambahan asam fosfat
adalah untuk memperepat proses pengendapan senyawa pengotor pada nira
dengan cara membentuk endapan penambahan asam fosfat juga menyebabkan
perubahan nilai pH menjadi 6-6.5. Reaksi kimia yang terjadi pada
penambahan asam fosfat adalah.
H2PO4 H+ + H2PO4-
H2PO4 H+ + HPO42-
HPO42- H+ + PO43-
Ion PO43- ini kemudian akan berikatan dengan ion Ca2+ dan membentuk
Ca3(PO4)2 pada proses defekasi.
Nira mentah yang sudah ditambahkan asam fosfat pada bak RWS II
kemudian dipompa dan dialirkan menuju Voorwater I yang juga dikenal
sebagai juice heater. Prinsip pemanasan pada juice heater ini berjalan seperti
alat heat exchanger dimana terdapat pipa-pipa didalam juice heater. Dalam
juice heater ini, nira akan bersirkulasi naik turun dalam pipa berulang kali.
Pada Voorwater I, nira mentah dipanaskan hingga mencapai 65º - 75ºC.
Tujuan dari pemanasan dengan rentang suhu 65º – 75ºC ini adalah:
22
d. Defekasi
Proses defekasi adalah proses reaksi antara susu kapur Ca(OH)2 yang
diberikan dengan komponen nira terutama fosfat dalam pembentukan garam
Ca3(PO4)2. Proses defekasi ini berlangsung di dalam sebuah reaktor yang
disebut defekator. Pada pabrik ini, nira mentah yang sudah dipanaskan pada
Voorwater I dialirkan menuju kalkdoozer apparat, yang terdapat dua sekat
yang memisahkan antara nira mentah dan susu kapur. Alat ini berfungsi untuk
mengatur aliran susu kapur seara otomatis ke defecator I dan defecator II
sesuai dengan aliran nira mentah yang masuk. Tujuan penambahan susu kapur
adalah untuk mengantur kadar pH pada nira mentah dan membentuk endapan
garam Ca3(PO4)2. Endapan ini memiliki kemampuan untuk mengabsorsi
senyawa pengotor lain sehingga membentuk endapan yang ukurannya lebih
besar. Pada PG Madukismo, susu kapur yang digunakan dibuat dari batuan
kapur yang dicampur dengan air pada sub-unit stasiun pemurnian. Reaksi yang
terjadi adalah CaO + H2O Ca(OH)2.
Nira mentah kemudian dipompa dan dialirkan dari kalkdoozer apparat menuju
alat defecator I. Pada defecator I, terjadi reaksi seperti berikut:
23
warna biru kehijauan yang menunjukkan pH berkisar di angka 7. Alat
defecator I juga dilengkapi dengan pengaduk yang bertujuan agar campuran
antara nira mentah dan susu kapur lebih cepat menjadi homogen. Selain itu,
pengaduk pada defecator I juga dapat mempercepat reaksi pembentukan
endapan garam fosfat.
24
pada nira mentah dan membentuk endapan garam CaSO3 yang dapat
membentuk inti endapan dan memperbanyak terbentuknya endapan sehingga
endapan yang diperoleh akan semakin besar. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
25
Nira mentah keluaran Voorwarmer II yang bersuhu 95- 100ºC
dimasukkan ke dalam expandeur. Gerakan nira yang berputar dengan gaya
sentrifugal akan memungkinkan gas-gas terdorong keluar dari nira sehingga
gangguan proses pengendapan karena gas-gas dalam nira dapat dihindarkan.
26
Nira mentah menghabiskan waktu kira-kira sekitar 2.5 hingga 3 jam di
dalam Door Clarifier. Nira keluaran Door Clarifier merupakan nira jernih
yang kemudian disaring menggunakan DSM Screen II . Pada DSM Screen II,
Nira jernih dipisahkan dengan kotoran sisa yang masih terdapat dalam nira.
Setelah itu, nira jernih dipompa ke dalam bak dunsap. Nira jernih yang telah
dimurnikan ini memiliki pH 6.8 – 7 dan suhu sekitar 95 - 98ºC. Harga pH ini
dilihat menggunakan sampel dari bak dunsap yang diuji menggunakan
indicator BTB dimana sampel berubah menjadi hijau tua. Nira jernih
kemudian di pompa menuju juice heater III, dimana nira jernih dipanaskan
hingga mencapai suhu 110ºC. Pada juice heater III, nira jernih berampur
dengan nira hasil keluaran rotary vacum filter. Tujuan pemanasan dalam juice
heater III ini adalah sebagai tahap persiapan memasuki stasiun penguapan
agar suhu nira jernih mendekati suhu steam. Hal ini bertjuan untuk
meringankan dan mempercepat proses penguapan pada unit evaporasi.
Nira kotor yang dihasilkan dari masing-masing tray pada Door Clarifier
dipompa keluar menuju alat rotary vacum filter, dimana nira kotor dipisahkan
dari kotoran-kotoran yang tersisa seperti ampas tebu. Rotary vacum filter
merupakan sebuah alat yang berputar pada sumbu horizontal yang digunakan
untuk menyaring nira kotor dengan memanfaatkan perbedaan tekanan. Nira
kotor mula-mula masuk ke bagian dalam rotary vacum filter yang bertekanan
rendah dimana nira kotor melewati pori-pori yang memisahkan nira dengan
kotoran padat dan ampas tebu. Pori-pori ini terhubungkan dengan lapisan
terluar rotary vacum filter. Pada penapisan pertama, terbentuk nira dengan
hasil filtrasi yang buruk yang disebut sebagai cloudy filtrate. Cloudy filtrate
ini kemudian dipompa keluar menuju bak penampungan untuk dipompa
kembali ke dalam rotary vacum filter.
Pada pori-pori ini akan terbentuk lapisan blotong atau ampas tebu
kemudian terhubungkan dengan bagian yang bertekanan tinggi. Lapisan
blotong yang terbentuk pada pori-pori ini juga berperanan sebagai
saranapenyaring untuk menyaring nira kotor selanjutnya. Nira tapis akan
27
semakin terhisap sehingga kamdungan air dalam blotong akan berkurang dan
blotong yang terbentuk akan menjadi lebih padat. Pada daerah bertekanan
tinggi, ditambahkan air panas bertekanan agar proses penyerapan nira yang
terjadi berlangsung lebih baik. Nira tapis yang masuk ke dalam silinder rotary
vacum filter selanjutnya dipompa dan dicampurkan dengan nira jernih yang
akan dipanaskan dalam juice heater III.
28
cadangan apabila salah satu dari 4 evaporator perlu dibersihkan atau
diperbaiki. Rangkaian evaporator yang disusun secara seri ini memanfaatkan
perbedaan tekanan operasi yang diturunkan secara bertahap setiap evaporator
nya. Tujuan penurunan tekanan tiap evaporator adalah untuk menurunkan titik
didih dari nira karena tiap nira yang keluar dari evaporator memiliki
konsentrasi yang lebih tinggi sehingga titik didih menigkat. Maka setiap
masuk evaporator berikutknya titik didih nira perlu diturunkan agar konsumsi
steam pemanas tidak mengalami pemborosan. Selain itu, penggunaan suhu
tinggi dapat merusak sukrosa pada nira mentah.
29
Pada stasiun ini dibuatlah Kristal-kristal gula putih yang dimasak di
beberapa rangkaian pan masakkan. Terdapat tiga macam pan masakkan di stasiun
ini, yaitu pan masakkan A, pan masakkan C, dan masakkan D. Mula-mulanya,
nira kental yang berasal dari stasiun penguapan dialurkan menuju stasiun
masakkan ini. Nira-nira kental tersebut masih belum sepenuhnya kering, karena
masih mengandung kira-kira 40% air. Sehingga pada awal tahap stasiun
pemasakkann nira-nira kental tersebut diuapkan kembali.
Tujuan stasiun ini adalah memasak nira kental menajadi gula Kristal
putih yang memenuhi standar pabrik dengan kehilangan gula yang serendah-
rendahnya. Tentu saja dengan juga diperhitungkan faktor ekonomis dan dengan
waktu produksi yang sesingkat-singkatnya. Di pabrik gula madukismo, proses
tahapan pemasakkan dilangsungkan dalam kondisi vakum dan secara bertahap.
Proses dilangsungkan secara vakum agar pada saat penumbuhan Kristal gula dari
nira kental, Kristal-kristal sukrosa yang terkandung didalamnya dapat bertumbuh
dengan baik dan merata. Stasiun masakkan A menghasilkan produk gula dengan
kualitas yang cukup baik (Hi-grade), sedangkan stasiun masakkan C dan D
merupakan penghasil gula yang lebih rendah kualitasnya (down-grade). Di dalam
pan-pan masakkan, gula yang masih bercampur dengan sirup (massecuite)
dimasak dalam 12 tahapan masakkan.
Pan 1 dan 2, merupakan pan masakkan yang lebih kecil yang digunakan
untuk menumbuhkan bibit Kristal pertama kali. Pan 1 dan pan 2 ini merupakan
pan masakkan A. Pan masakkan 3 – 7 merupakan pan yang lebh besar untuk
mengembangkan bibit Kristal yang sudah terbentuk di pan masakkan A. pan 3-7
ini merupakan pan masakkan. Sedangkan untuk proses pemasakkan selanjutnya
dilakukan di pan 8-12 untuk pan masakkan D.
1. Masakkan A
30
Gula C dan larutan gula D2 merupakan bibit Kristal yang ditambahkan di awal
agar memperepat pembentukan dan pembesaran ini Kristal (tempat melekatnya
sukrosa yang ada di dalam nira kental). Gula C dan larutan gula D2 didapat dari
hasil produksi sebelumnya. Proses pemasakkan di pan masakkan A berlangsung
secara bertahap dan vakum. Cara menguji hasil Kristal pan masakkan A adalah
dengan mengoleskan hasil masakkan A pada sebuah kepingan kaca dan diamati
jarak antar Kristal dan ukuran Kristal diinginkan seragam. Apabila hasil masakkan
pan A sudah memenuhi standar Kristal yang diinginkan, maka dimasukkan ke
dalam palung penampungan untuk selanjutnya memasuki tahap pemutaran.
Apabila hasil Kristal masakkan A tidak sesuai dengan standar yang ada,
maka ditambahkan zat paranoid yang dapat menurunkan tegangan permukaan
dan dapat membuat masakkan menjadi encer kembali. Laritan encer ini kemudian
dapat dimasak kembali sampai menghasilkan standar Kristal yang diinginkan.
Hasil keluaran pan A ini diputar dan menghasilkan stroop A yang kemudian
dimasukkan sebagai umpan masakkan C. Gula A yang terbentuk diputar sekali
lagi diputaran SHS sehingga menghasilkan gula SHS (produk GKP Madukismo).
Gula SHS ini lah yang selanjutnya menuju stasiun penyelesaian untuk di
screening, ditimbang, dan dikemas.
2. Masakkan C
31
digunakan untuk pan masukkan D dan gula C yang digunakan untuk masakkan
pan A.
3. Masakkan D
Pada stasiun ini, gula hasil keluaran stasiun masakkan dan putaran
diproses kembali. Gula tersebut sudah terbentuk Kristal-kristal gula namun masih
basah. Sehingga perlu dikeringkan lagi dan di cek ukurannya melalui beberapa
tahap penyaringan dan pemisahan. Setelah melewati tahap pengeringan dan
penyeleksian tersebut, gula yang sudah sesuai dikemas dan disimpan didalam
gudang penyimpanan. Gula yang tidak sesuai alan di lebur dan kembali hingga
hasil Kristal gula memenuhi standar uuran yang diinginkan.
32
2.2.7 Penyaringan dan pemisahan
Gula hasil keluaran putaran SHS (di pan masakkan A) merupakan gula
SHS dengan standar hi-grade produksi PG Madukismo. Gula SHS ini harus
dikeringkan kembali Karena kondisi gula masih lembab. Gula yang lembab akan
sulit disimpan karena mudah rusak. Gula yang disimpan di gudang merupakan
gula yang sudah kering.
Pada tahap ini, gula SHS yang telah kering dan melewati serangkaian
proses ditimbang secara otomatis di dalam silo. Timbangan didalam silo
menimbang untuk khusus 50kg. gula yang telah ditimbang hasil keluaran silo
dikemas dengan karumg dan di cek ulang oleh pekerja. Apabila gula tidak tepat
50kg, kurang atau lebih nya dari 50kg di atur ulang oleh para pekerja tersebut
hingga pas 1 karung berisi 50kg. Karung-karung gula yang sudah dijamin isinya
pas 50kg di seal dengan cara dijahit dan kemudian disimpan di dalam gudang
dengan cara di tumpuk. Ada pula ukuran lain yang disediakan di pabrik gula
madukismo, antara lain ukuran 1 kg dan 0.5 kg. Pada pengemasan ukuran 1 dan
0.5 kg, digunakan alat bantu mesin Filvo Vertical Fill and Seal Machine with
Double Head Weighing System dan kemasan plastic jenis OPP.
33
b. Adanya jarak antar tumpukan gula dengan dinding
Tumpukkan karung gula dengan dinding tidak boleh terlalu dekat apalagi
menempel, karena dinding dapat mempengaruhi suhu karung-karung gula
yang disimpan didalam karung. Sehingga dibuatlah aturan tumpukan kemasan
karung gula diberi jarak sejauh 1.5 m dari dinding gudang.
c. Tinggi maksimum tumpukan karung
Karung-karung gula di gudang PG Madukismo hanya boleh ditumpuk
setinggi 50 karung saja dan diusahakan juga tumpukkannya serapat mungkin.
Terdapat sebuah alat bantu untuk menumpukkan karung-karung gula tersebut
yang disebut crane dengan kapasitas angkut 1 ton.
d. Dasar tumpukan gula tidak langsung menyentuh lantai
Lantai pada gudang penyimpanan diberi alas berlapis-lapis agar suhu karung
gula tidak terpengaruh oleh suhu lantai. Gudang PG Madukismo memiliki 5
jenis lapisan, yaitu:
Lapisan terbawah dicor beton
Lapisan kedua diaspal agar air tidak terserap
Lapisan ketiga merupakan pasir yang telah disangrai (digoreng
tanpa minyak) dengan ketinggian 20 cm dan berfungsi untuk
mengurangi kelembapan
Lapisan keempat adalah selembar anyaman bambu untuk menahan
karung diatasnya
Lapisan teratas, atau lapisan terakhir sebelum karung gula disusun
adalah lapisan karung goni.
34
BAB III
TUGAS KHUSUS
Hasil dari evaporator berupa padatan atau larutan yang berkonsentrasi dan larutan
yang telah dievaporasi biasanya terdiri dari beberapa komponen volatil (mudah
menguap).
35
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, evaporator merupakan alat
untuk menegevaporasi larutan sehingga prinsip kerjanya merupakan cara kerja
dari evaporasi itu sendiri. Cara kerjanya ialah dengan menambahkan kalor atau
panas yang bertujuan untuk memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat pelarut
yang memiliki titik didih yang rendah dengan pelarut yang memiliki titik didih
yang tinggi sehingga pelarut yang memiliki titik didih yang rendah akan menguap
dan hanya menyisahkan larutan yang lebih pekat dan memiliki konsentrasi yang
tinggi. Proses evaporasi memiliki ketentuan, yaitu:
Beda titik didih larutan dengan titik didih cairan murni disebut kenaikan titik didih
(boiling range)
Dalam dunia industri baik industri yang berskala besar maupun kecil,
penggunaan evaporator tentunya sangat dibutuhkan agar dapat menghasilkan
produk sesuai dengan yang diinginkan, seperti industri kimia dan industri
makanan, contohnya proses pembuatan garam, bahan baku garam dihasilkan dari
air laut yang tentunya memiliki kandungan air, sehingga garam akan dimasukkan
ke dalam evapotor dan dievaporasikan agar mengubah air menjadi uap dan
dikeluarkan sehingga yang tersisa hanya larutan mineral-mineral yang terdapat
dalam evaporator. Khusus untuk industri migas, evaporator digunakan untuk
memekatkan larutan crude oil dengan menghilangkan kadar airnya sehingga
meringankan kinerja kolom Destilasi. Dalam skala komersial, proses evaporasi
membutuhkan peralatan pendukung seperti kondensor, perangkap uap, injeksi uap
dan evaporator itu sendiri.
36
b) Submerged Combution Evaporator, yaitu evaporator yang dipanaskan oleh
api yang menyala dibawah permukaan cairan, dimana gas yang panas
bergelembung melewati cairan.
c) Steam Heated Evaporator, adalah evaporator yang menggunakan pemanas
steam atau uap lain yang dapat dikondensasi, sumber panas dimana uap
terkondensasai pada suatu sisi di permukaan pemanas dan kemudian panas
ditransmisi lewat dinding ke cairan yang mendidih.
37
BAB IV
A. Kesimpulan
A. Saran
Semoga yang membaca materi kami bisa menerima dan memahami dengan
baik apa maksud dan tujuan dari penulisan materi ini terima kasih.
38
DAFTAR PUSTAKA
39