Anda di halaman 1dari 177

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/330997620

Event dan MICE, Red Hot Industry: USAHA JASA PERTEMUAN, INSENTIF,
KONFERENSI, PAMERAN dan PERHELATAN. PENERBIT RAJAWALI PERS -
RAJA GRAFINDO PERSADA JAKARTA 2018. ISBN. 97860242548...

Book · November 2018

CITATIONS READS

0 354

1 author:

Dr. Ni Made Eka Mahadewi., M.Par., CHE


Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali
28 PUBLICATIONS   17 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Tourism Field Study 2016 View project

Image Bali as An Ergonomic Island Destination View project

All content following this page was uploaded by Dr. Ni Made Eka Mahadewi., M.Par., CHE on 10 February 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


RAJAWALI PERS
Divisi Buku Perguruan Tinggi
PT RajaGrafindo Persada
DEPOK
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Ni Made Eka Mahadewi
Event dan Mice Red Hot Industry/Ni Made Eka Mahadewi.
— Ed. 1—Cet. 1.—Depok: Rajawali Pers, 2018.
xiv, 162 hlm. 23 cm
Bibliografi: hlm. 157
ISBN 978-602-425-481-0


1. Industri pariwisata -- Penelitian. I. Judul
338. 479 107 2

Hak cipta 2018, pada Penulis


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun,
termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit

2018.1983 RAJ
Dr. NI MADE EKA MAHADEWI, M.Par., CHE.
EVENT DAN MICE RED HOT INDUSTRY

Cetakan ke-1, Mei 2018


Hak penerbitan pada PT RajaGrafindo Persada, Depok
Desain cover octiviena@gmail.com
Dicetak di Rajawali Printing

PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Anggota IKAPI
Kantor Pusat:
Jl. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956
Tel/Fax : (021) 84311162 – (021) 84311163
E-mail : rajapers@rajagrafindo.co.id http: // www.rajagrafindo.co.id

Perwakilan:
Jakarta-16956 Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Depok, Telp. (021)
84311162. Bandung-40243, Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi, Telp. 022-5206202. Yogyakarta-
Perum. Pondok Soragan Indah Blok A1, Jl. Soragan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Telp. 0274-625093.
Surabaya-601 18, Jl. Rungkut Harapan Blok A No. 09, Telp. 031-8700819. Palembang-30137, Jl. Macan
Kumbang III No. 10/4459 RT 78 Kel. Demang Lebar Daun, Telp. 0711-445062. Pekanbaru-28294, Perum
De' Diandra Land Blok C 1 No. 1, Jl. Kartama Marpoyan Damai, Telp. 0761-65807. Medan-20144, Jl. Eka
Rasmi Gg. Eka Rossa No. 3A Blok A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. 061-7871546.
Makassar-90221, Jl. Sultan Alauddin Komp. Bumi Permata Hijau Bumi 14 Blok A14 No. 3, Telp. 0411-
861618. Banjarmasin-701 14, Jl. Bali No. 31 Rt 05, Telp. 0511-3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol Gg 100/V
No. 2, Denpasar Telp. (0361) 8607995. Bandar Lampung-35115, Jl. P. Kemerdekaan No. 94 LK I RT 005
Kel. Tanjung Raya Kec. Tanjung Karang Timur, Hp. 082181950029.
Om, pra no devi Sarasvati
Vajebhir vajinivati
Dhinam avin yavantu
(Rgveda VI.61.4)

Ya, Tuhan, Dewi Saraswati, yang Maha Agung dan Kuasa,


semoga Engkau yang merupakan sumber ilmu pengetahuan
memelihara kecerdasan kami
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,


Ida Sang Hyang Widhi Wasa, penyusun telah berhasil membuat satu
buku yang diberi judul “EVENT dan MICE, RED HOT INDUSTRY”,
sebuah buku panduan untuk mahasiswa dan umum di bidang Event
dan Usaha Jasa Konvensi (MICE).
Terbatasnya buku mengenai Event dan MICE dalam edisi bahasa
Indonesia, menjadikan alasan tersusunnya buku ini. Buku terkait
dengan Usaha Jasa Pertemuan, Insentif, Konferensi, Pameran dan
Perhelatan ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan bahan bacaan
bagi mahasiswa Manajemen Kepariwisataan, Administrasi Perhotelan
dan Manajemen Usaha Perjalanan Wisata, dan tidak tertutup
kemungkinan untuk dapat dipelajari oleh mahasiswa program Magister
dan Doktoral serta masyarakat umum sebagai referensi.
Tentunya buku ini tidak akan mampu memuaskan semua pihak.
Buku ini adalah rangkuman dari berbagai kegiatan, pengalaman yang
diambil dari berbagai sumber. Dengan menyadari berbagai kekurangan
yang ada, maka segala kritik dan saran dari para pembaca, diterima

vii
dengan terbuka. Dibalik kekurangan yang ada, penyusun berharap
semoga buku ini dapat berkontribusi dalam pengayaan ilmu event
dan MICE.

Denpasar, Januari 2018

Penyusun

viii Event dan Mice Red Hot Industry


DAFTAR ISI

HALAMAN PERSEMBAHAN v
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xiii

BAB 1 PERTUMBUHAN MICE DAN EVENT 1


BAB 2 PELUANG BISNIS MICE 17
BAB 3 PARIWISATA EVENT 39
BAB 4 LINGKUP USAHA JASA KONVENSI (MICE) 45
BAB 5 PENGGERAK EVENT DAN USAHA
JASA KONVENSI 55
BAB 6 PENGELOLAAN BIAYA DAN DANA EVENT 75
BAB 7 PERSIAPAN BIDDING EVENT KONVENSI 87
BAB 8 PROSEDUR EVENT DAN KONVENSI 93
BAB 9 DESTINASI MICE 103

ix
BAB 10 EVENT OLAHRAGA DALAM PERSPEKTIF
KEPARIWISATAAN 109
BAB 11 MEGA EVENTS DAN DAMPAK YANG
DIAKIBATKAN 121
BAB 12 NOMADIC TOURISM, WISATAPENDIDIKAN,
DIGITALISASI DAN WISATA EVENT
DALAM PENGEMBANGAN USAHA
JASA AKOMODASI HOMESTAY
DI DESTINASI WISATA 139

DAFTAR PUSTAKA 157


BIODATA PENULIS 161

x Event dan Mice Red Hot Industry


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kedatangan Wisatawan ke Bali Tahun 2008-2013


Dengan Tujuan Kegiatan MICE 4
Tabel 1.2 Jumlah Kegiatan MICE di Bali Periode 1999-2012 4
Tabel 1.3 Perkembangan Kegiatan Konvensi di Bali 15
Tabel 12.1 Event Wisata di Kabupaten Badung 2018 151

xi
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Tipologi Pariwisata Event (Getz, 1991:45) 39


Gambar 3.2 Hubungan Pariwisata Alternatif dengan
Kegiatan Festival dan Event Special
(Getz, 1991:6) 43
Gambar 9.1 Perspektif Pengunjung terhadap Produk
Festival dan Event (Getz, Donald, Festivals,
Special Events and Tourism, 1991:199) 106
Gambar 10.1 Aktivitas Pariwisata (Trigg, 1996:3) 111
Gambar 12.1 Wisata Pendidikan Sebagai bentuk Pembelajaran
Sepanjang Hidup bagi Setiap Kelompok, Bangsa Dan
Profesi (Alena, 2011) 147
Gambar 12.2 Taksonomi Wisata Pembangunan - Poverty
Tourism (Ausland, 2017) 148
Gambar 12.2 Model Sinergitas Pengembangan Usaha
Pariwisata, Nomadic Tourism, Wisata
Pendidikan, Wisata Event, Digitalisasi Menuju
Pariwisata Alternatif dan Berkelanjutan
(Adopsi Martin and Masser, 1987; Getz, 1991;
Wearing, 2001; Ricthie, 2003: Alena, 2011;
UNWTO, 2016, Ausland, 2017;
WEF, 2017; Kemenpar, 2018) 155

xiii
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB 1
PERTUMBUHAN
MICE DAN EVENT

Selama ini perkembangan istilah dalam industri pariwisata lebih


banyak dipengaruhi oleh istilah-istilah asing, yang kemudian di-
Indonesiakan sesuai dengan kondisi kepariwisataan di tanah air. MICE
adalah kegiatan konvensi, perjalanan insentif dan pameran dalam
industri pariwisata. Seperti yang disampaikan oleh Pendit (1999:25),
dalam peristilahan Indonesia MICE diartikan sebagai Wisata Konvensi,
dengan batasan: usaha jasa konvensi, perjalanan insentif dan pameran
merupakan usaha dengan kegiatan memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan
sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendekiawan, dan sebagainya) untuk
membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Pada
umumnya kegiatan konvensi berkaitan dengan kegiatan usaha pariwisata lain,
seperti transportasi, akomodasi, hiburan (entertainment), perjalanan pra dan
pasca konferensi (pre and post conference tours).
Untuk pariwisata event, dalam peristilahan Indonesia masih
menggunakan kata “event”.
Events can be packaged and sanitized or fresh and authentic. They can be
tourist traps or community celebrations. Not all events can be special, nor
can they all play a significant role in tourism schemes. But their collective
potential is seemingly unlimited-from the scale of world’s fairs or the
Olympics to the most of community festivals. (Getz, 1991:1).

1
Event adalah kegiatan yang dapat menarik wisatawan. Menurut Getz
(1991:1), ada dua pengertian dari event, pertama Event adalah kegiatan
rutin yang dipertunjukkan, tidak dibuat-buat dan menjadi menarik
bagi wisatawan, sedangkan pengertian kedua pariwisata event adalah
kegiatan yang memang sengaja dibuat dan dipertunjukkan untuk
menarik wisatawan. Gambaran tentang MICE dan event selama ini
sering dianggap sama. Dalam buku ini, MICE dikelompokkan ke dalam
kegiatan yang direncanakan dan menarik wisatawan. MICE adalah
event, tetapi tidak semua event masuk kategori MICE.

1.1 Usaha Jasa Konvensi (MICE)


Perkembangan bisnis MICE (Meeting, Incentive, Conference and
Exhibition) merupakan bagian dari industri pariwisata yang memberikan
warna beragam terhadap jenis kegiatan pariwisata dalam hal pemberian
pelayanan (Kemenparekraf, 2011). Direktur Pengembangan Wisata Minat
Khusus, Konvensi, Insentif, Pameran dan Event, mengutip pendapat
beberapa ahli tentang MICE; MICE perlu untuk selalu dikembangkan,
karena (1) Pasar bisnis MICE adalah pasar yang tidak mudah terpengaruh
oleh fluktuasi dibanding wisata leisure (Go & Zhang, 2003); (2) Wisatawan
MICE umumnya diklasifikasikan ‘quality tourist’ yang cenderung tinggal
lebih lama dan menghabiskan uang lebih banyak dari wisatawan biasa
(Bailey, 1991); (3) Pengeluaran wisatawan MICE adalah 7 kali lipat lebih
banyak dari wisatawan biasa (ICCA, 2012); (4) Terkait efek globalisasi,
persaingan bisnis MICE telah bergeser dari persaingan antar perusahaan
menjadi persaingan antar destinasi (Go & Govers, 2000).
Menurut Chiappa, (2012) mengutip Braley, (2004); Weber &
Ladkin, (2003); Xiang & Formica, (2007); usaha pariwisata MICE saat
ini telah berkembang menjadi istilah Meeting Industry. Berbeda dengan
sebutan sebelumnya yang mengacu pada Undang-Undang Nomor
9 Tahun 1990 tentang Pariwisata, MICE disebut sebagai Usaha Jasa
Konvensi. Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009; pada Bab VI
Pasal 14 (1).h, disebutkan adanya usaha pariwisata yang mempunyai
tugas untuk penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi
dan pameran. Peristilahan dalam bahasa Inggris dari ‘penyelenggaraan

2 Event dan Mice Red Hot Industry


pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran’ adalah MICE
(Meeting, Incentive, Convention/Conference, Exhibition).
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2014) mencatat,
sedikitnya 282.000 orang mengikuti acara MICE yang digelar di
Indonesia selama 2013. Kegiatan itu menghasilkan sekitar Rp 19,9
triliun dan turut berkontribusi terhadap terciptanya 262.000 pekerjaan.
Di sisi lain, selama beberapa tahun terakhir telah terjadi kecenderungan
meningkatnya jumlah kegiatan MICE internasional yang diadakan
di Asia. ICCA melaporkan kawasan Asia - Pacific telah mengadakan
1.879 konvensi pada tahun 2011. Singapura sebagai negara peringkat
teratas untuk menampung kegiatan MICE. Singapura dikenal memiliki
fasilitas konvensi yang lengkap, seperti Marina Bay Sands hotel; Biro
Singapore Exhibition & Convention bekerja sama dengan infrastruktur
untuk menarik lebih banyak konvensi dan wisata insentif. Seoul,
tercatat sebagai salah satu dari lima konvensi kota terbaik di dunia.
Data ICCA menunjukkan dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2010
terjadi peningkatan jumlah kegiatan yang dapat menjadi peluang
bagi pengelola kegiatan MICE untuk mendapatkan bisnis event.
Perkembangan jumlah kegiatan meeting di Asian Pacific dan Timur
Tengah yang terus meningkat dengan jumlah event 1.491 pada tahun
2009, meningkat menjadi 2.008 event pada tahun 2010. Peningkatan
terjadi sebesar 19,0% pada tahun tersebut (ICCA, 2011).
Sehubungan dengan Bali sebagai destinasi MICE; dalam kurun
waktu 6 tahun dari tahun 2008-2013, tercatat rata-rata jumlah
wisatawan mancanegara yang mengikuti MICE hanya 3,07% dalam
kurun waktu lima tahun di tahun 2008-2013 dari total wisatawan
yang datang ke Bali (Disparda Bali, 2013). Secara berturut-turut total
jumlah kunjungan wisatawan mancanagara dan domestik sesuai Tabel
1.1 adalah 4.867.686; 5.751.080; 7.139.401; 8.431.700; 8.955.577;
10.255.133; dengan persentase perbandingan wisatawan MICE sebesar
3,85%; 2,20%; 3,34%; 1,73%; 4,20% dan 3,12%. Jumlah persentase
yang sangat minim ini menunjukkan bahwa Bali belum mampu secara
maksimal mendatangkan wisatawan MICE. Berbagai faktor yang
mempengaruhi, ditimbulkan oleh adanya kebijakan berbagai sektor
terkait MICE dalam menunjang perkembangan usaha pariwisata MICE.

Bab 1 | Pertumbuhan Mice dan Event 3


Tabel 1.1 Kedatangan Wisatawan ke Bali Tahun 2008-2013 Dengan Tujuan
Kegiatan MICE
Tahun Jumlah Kunjungan ke Bali Wisatawan dengan Total +/-
Tujuan MICE MICE %
Wisman Wisnus Wisman Wisnus
2008 1.968.892 2.898.794 71.471 115.952 187.423 -
2009 2.229.945 3.521.135 80.947 45.775 126.722 (32,39)
2010 2.493.058 4.646.343 47.617 190.500 238.117 87,91
2011 2.756.579 5.675.121 89.589 56.751 146.340 (38,54)
2012 2.892.019 6.063.558 60.732 315.305 376.037 156,96
2013 3.278.598 6.976.535 68.851 251.263 320.114 (14,87)
Sumber: Disparda Bali (2014); Kemenparekraf (2014)

Bali memiliki keunikan sebagai destinasi MICE. Sebuah destinasi


MICE memiliki kriteria untuk dapat dikunjungi dan dipilih sebagai
tempat penyelenggaraan event MICE. Selain fasilitas pendukung
MICE, juga diperlukan akomodasi, hiburan, infrastruktur, sumber
daya profesional bidang MICE, keamanan, fasilitas penunjang dan
stakeholder pendukung event yang akan diselenggarakan. Berbagai
atribut destinasi MICE tersebut, memberikan image bagi wisatawan,
kepuasan serta sebagai sarana promosi bagi destinasi. Segala hal yang
terkait di dalam destinasi yang dinikmati wisatawan, dapat memberikan
dampak bagi rencana kunjungan kembali ke destinasi.

Tabel 1.2 Jumlah Kegiatan MICE di Bali Periode 1999-2012


Fasilitas
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Konvensi
Jenis Konvensi 132 85 59 120 114 208 166 224 202 168 198
A. Nasional 26 49 29 48 41 60 42 48 52 21 72
B. International 106 36 30 72 73 148 124 176 150 147 150
Jumlah Peserta 9805 10063 2970 9752 15755 36046 26142 21500 19900 25500 21900
Uraian Kegiatan 132 85 59 120 114 208 166 224 202 168 198
a. Meeting 101 68 28 59 60 104 69 125 106 116 100
b. Incentive 0 12 14 42 30 63 56 47 38 0 39
c. Convention 21 0 4 15 20 31 35 31 44 46 50
d. Exhibition 10 5 13 4 4 10 6 21 14 6 9
Sumber: Polda Bali (2013), Disparda (2014)

4 Event dan Mice Red Hot Industry


Kegiatan MICE di Bali, dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir
mengalami peningkatan dalam jumlah peserta. Tabel 1.2 menunjukkan
kegiatan konvensi yang diselenggarakan di Bali tahun 2002-2012. Jumlah
kegiatan MICE paling tinggi dan jumlah peserta terbanyak dicapai di tahun
2007. Kegiatan MICE didominasi oleh kegiatan Meeting dan Conference.
Untuk kegiatan Incentive dan Exhibition belum mengalami peningkatan
kegiatan dan bahkan cenderung tidak ada kegiatan yang terdata.
Berbagai kegiatan MICE di Bali, telah memberikan dampak langsung
dan tidak langsung bagi Bali. Kunjungan wisatawan yang datang ke Bali
dengan tujuan MICE telah memberikan kontribusi jumlah kunjungan
wisatawan bagi Bali. Kontribusi wisatawan MICE bagi Bali masih sangat
kecil, dan dari paparan peringkat destinasi MICE dunia dan Asia Pacific;
Bali masih jauh ketinggalan. Namun disatu sisi, Bali masih terus diminati
untuk dikunjungi, dengan berbagai penghargaan yang diberikan dunia.
Guna tujuan lebih meningkatkan kunjungan wisatawan di tahun-tahun
mendatang, terutama untuk mendapatkan revisit wisatawan MICE yang
datang ke Bali sebagai business traveler, perlu diketahui berbagai faktor
yang mempengaruhi keinginannya berkunjung kembali (revisit) ke Bali.

1.2 Perkembangan Event dan Wisata Konvensi (MICE)


Dalam pointers Upaya Meningkatkan Bisnis MICE di Indonesia
tanggal 11 Mei 2007, Direktur MICE Indonesia memperkirakan
pengeluaran per kunjungan per orang untuk MICE Related Business Visit
membelanjakan 3x lebih banyak dari wisman biasa (Budpar, 2007).
Secara nasional perkembangan kepariwisataan selama tahun 1990-1997
menunjukkan rata-rata tiap tahun jumlah kunjungan wisatawan adalah
sebesar 17,26% dengan perolehan devisa tahunan sebesar 19,09% (Budpar,
2000:1). Pertumbuhan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia
periode tahun 1998-2003, hampir tidak mengalami pertumbuhan yang
berarti. Tahun 1998 menunjukkan jumlah 4.606.416 orang dan tahun
2003 sejumlah 4.467.021 orang (Budpar dalam Tourcom, 2005).
Dalam perkembangannya, Hoyle (1989:4) menyebutkan per­
tumbuhan bisnis konvensi dan pertemuan (Meeting and Convention) sampai

Bab 1 | Pertumbuhan Mice dan Event 5


tahun 1960-an masih identik dengan hotel. Untuk perkembangan MICE
Internasional, ICCA (International Congress and Convention Association)
2000 mencatat pertumbuhan pasar meeting dunia 2000-2001 meningkat
4% dari 3% menjadi 7%. Jumlah pertemuan internasional yang tercatat
dari 127 pada tahun 1990-1991 menjadi 233 pada tahun 2000-2001. Dari
jumlah itu Amerika Serikat memimpin dengan 200 meeting internasional
tahun 1999, diikuti Spanyol dan Inggris. Data Budpar menyebutkan,
perkembangan Australia tahun 2001 diprediksi sebagai daerah tujuan
meeting teratas melampaui Amerika Serikat, Spanyol dan Inggris. Hoyle
(1989:5) menyatakan pertumbuhan usaha jasa konvensi sudah mulai
dirasakan sejak tahun 1970. Sampai tahun 1980 sudah 145 kota yang ada di
Amerika mampu menampung sekitar 20.000 orang lebih untuk melakukan
kegiatan konvensi. Pertumbuhan usaha jasa konvensi di Amerika saat itu
sudah dianggap besar. Pertumbuhan asosiasi untuk usaha jasa konvensinya
telah meningkat pesat dari 12.000 asosiasi di tahun 1975 menjadi 21.000
di tahun 1989.
Hasil survei yang diterbitkan oleh Murdoch Magazines Research
Department untuk majalah Meetings & Convention, terdapat 903.704
meetings di Amerika tahun 1985. Dalam hal total pengeluaran, data
IACVB (International Association of Convention and Visitors Bureaus)
menyebutkan jumlah total pengeluaran wisatawan konvensi sebesar
US$788 per orang di tahun 1986, bertambah US$70 dibandingkan
tahun 1985. Hasil Meetings and Convention Survey 1985 di Amerika,
menyebutkan lebih dari 13,5 juta orang hadir untuk tujuan konvensi.
Total pengeluaran wisatawan konvensi US$890 sudah termasuk
transportasi, makanan, hiburan, belanja dan hotel. Total keseluruhan
selama setahun mencapai US$12,15 miliar. Penghasilan ini belum
termasuk pengeluaran yang dilakukan oleh para pendamping (spouse)
dan keluarga peserta konvensi. Diperkirakan jumlah pendamping yang
ikut serta mencapai 5,5 juta orang per tahun.
Khusus untuk pameran (exhibition), AES (Australian Exhibition
Service) tahun 2000 sesuai data Budpar, mencatat 63% dari peserta
sebuah pameran adalah para manajer, 40% para CEO (Chief Executive
Officer), pemilik atau direktur eksekutif sebuah perusahaan. Dilihat

6 Event dan Mice Red Hot Industry


dari lamanya waktu berkunjung, selama 5 jam menghabiskan waktunya
dalam sebuah pameran. Untuk kawasan Asia, Singapura tercatat
sebagai negara keenam terbesar di dunia sebagai negara dengan
industri meeting (Asia’s Top Convention City for 15th Consecutive Year);
piagam diberikan oleh UAI (Union des Associations Internationales)
tahun 1997. Infrastruktur konvensi Singapura banyak ditunjang oleh
Singapore International Convention and Exhibition Center, The World
Trade Center dan The Change Exhibition Center.
Untuk wilayah Asia lainnya, Jepang telah menetapkan 45 kota
sebagai “Kota Konvensi Internasional”. Bersaing dengan Hongkong
yang telah dikenal sebagai kota internasional Asia yang populer, dalam
hal mendatangkan kunjungan wisatawan konvensi, Hongkong mampu
mendatangkan 280.000 orang setiap tahun.
Indonesia dalam industri meeting & convention, yang selanjutnya
menjadi usaha jasa konvensi, termasuk negara pendatang baru.
Dalam sejarah perkembangan usaha jasa konvensi, Indonesia sudah
sejak lama tercatat sebagai penyelenggara kongres dan konvensi yang
tercatat dalam sejarah dunia, seperti Kongres Asia Afrika di Bandung
tahun 1955, Konferensi PATA 1974,1991 dan 2003, Konferensi Non
Blok X tahun 1992 di Jakarta, Konferensi APEC tahun 1994, ASEAN
Forum di Surabaya tahun 1996, dan lain sebagainya. Pedoman Usaha
Jasa Konvensi (MICE) yang dikeluarkan oleh Kantor Menteri Negara
Pariwisata dan Kesenian, Deputi Menteri Bidang Pengembangan Produk
Wisata 2000 (sekarang Departemen Kebudayaan dan Pariwisata),
menyebutkan para profesional yang menggerakkan usaha jasa konvensi
disebut dengan Profesional Congress Organizer (PCO) dan Professional
Exhibition Organizer (PEO). Disebutkan PCO dan PEO tidak diketahui
persis kapan lahirnya. Tahun 1815 dinyatakan lahir di Austria, dan
orang-orang Florensia menyatakan PCO dan PEO lahir tahun 1711.
Usaha ini baru mulai berkembang setelah dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan dan
sejak dikeluarkannya Keputusan Menteri Parpostel No. KM.108/
HM.703/MPPT-91 tentang Usaha Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif
dan Pameran, yang kemudian diatur secara khusus dalam Keputusan

Bab 1 | Pertumbuhan Mice dan Event 7


Dirjen Pariwisata No.Kep.06/U/IV/1992. Dalam keputusan tersebut
dinyatakan bahwa penanganan wisata konvensi hanya dapat dilakukan
oleh perusahaan yang diberi izin khusus dalam menangani usaha jasa
konvensi, perjalanan insentif dan pameran.
Memasuki abad ke-21, kepariwisataan Indonesia dituntut mampu
mengadaptasikan diri terhadap perkembangan yang akan terjadi pada
skala nasional, regional dan internasional baik yang menyangkut
aspek-aspek sosial budaya, hamkam maupun IPTEK. Keberhasilan
pembangunan kepariwisataan Indonesia ditentukan oleh paling
tidak tiga pilar utama yaitu: Keberhasilan dalam pengembangan produk,
keberhasilan dalam pemasaran dan keberhasilan menciptakan Sumber Daya
Manusia (SDM) termasuk masyarakat pariwisata.
Secara nasional perkembangan di sektor pariwisata menunjuk­kan
perkembangan yang pesat selama satu dekade terakhir (1990-1997),
yang antara lain terlihat dari pesatnya perkembangan berbagai sarana
dan fasilitas kepariwisataan Indonesia, termasuk penetapan 23 bandara
se Indonesia sebagai pintu masuk wisatawan mancanegara. Peningkatan
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara rata-rata tahunan 17,26%
dengan perolehan devisa rata-rata tahunan sebesar 19,09% di atas rata-
rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7% pada periode tersebut.
Sebagai kegiatan ekonomi, pada hakikatnya pariwisata dapat
dipahami dan dimengerti dalam kerangka konsep supply (produk dan
destinasi) dan demand oleh market atau wisatawan. Berdasarkan hasil
survei yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) dari kunjungan
wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia tahun 1999 sebanyak
4.727.520 wisatawan, maka devisa yang diperoleh mencapai US $ 4,71
miliar (diluar transportasi internasional) naik sekitar 2,63% dibanding
tahun 1998. Jumlah perolehan devisa tersebut berada pada urutan
kedua penghasilan devisa non-migas setelah tekstil yang mencapai
US $ 7,24 miliar. Angka tersebut diperoleh dari perhitungan rata-rata
pengeluaran wisman sebesar US $ 996,34 per kunjungan.
Proses globalisasi yang ditandai tingginya tingkat persaingan,
semakin kaburnya batas-batas antara negara membuat kita tidak lagi
dapat mengatakan adanya produk nasional, teknologi nasional, korporasi

8 Event dan Mice Red Hot Industry


nasional dan industri nasional. Fakta globalisasi tidak mungkin dihindari
lagi karena kita telah merupakan bagian dari globalisasi itu. Pemerintah
Indonesia telah mengikatkan diri dengan perjanjian-perjanjian multilateral
dan regional, seperti WTO, APEC dan AFTA. Konsekuensinya adalah kita
“harus siap” jika tidak ingin “terlibas” lalu tenggelam oleh globalisasi
itu. Di dalam menghadapi globalisasi itu, aset utama yang harus dimiliki
adalah keahlian dan wawasan, yaitu ketangguhan SDM (Reich, 1991/3).
Seiring dengan proses globalisasi tersebut, citra negatif Indonesia
di luar negeri sulit dihindari sebagai akibat dari berbagai akumulasi
krisis dan hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah
kunjungan wisman ke Indonesia.
Kondisi perekonomian yang sedang mengalami penurunan telah
memperlemah semangat partisipatif masyarakat dalam pembangunan
kepariwisataan. Di samping itu peran ekonomis yang diharapkan
pemerintah dari sektor pariwisata dalam jangka pendek “sebagai
lokomotif dan magnet” dalam percepatan pembangunan dan pemerataan
pembangunan serta untuk jangka panjang sebagai tulang punggung
(backbone) perekonomian Indonesia, menjadikan SDM sebagai
tumpuannya.
Sektor pariwisata dimaksud di atas termasuk di dalamnya unsur-
unsur wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention/Congress,
Exhibition). Usaha jalan di bidang MICE yang di Indonesia diartikan
secara umum sebagai Usaha Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif dan
Pameran adalah merupakan usaha dengan kegiatan pokok memberikan
jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (negarawan,
usahawan, cendekiawan, dan sebagainya) untuk membahas masalah-
masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama dan dapat diikuti
dengan kegiatan pameran, sedangkan Perjalanan Insentif dapat dikemas
tersendiri atau sebagai paket perjalanan yang terkait dengan konvensi
dan pameran. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan proses yang
terintegrasi dengan kegiatan pariwisata secara keseluruhan.
Berdasarkan analisis pasar, analisis produk, keterkaitan produk
dengan pasar serta kebijaksanaan pemasaran pariwisata Indonesia,
wisata MICE di Indonesia memiliki prospek yang cerah. Untuk

Bab 1 | Pertumbuhan Mice dan Event 9


dapat memanfaatkan prospek dimaksud diperlukan SDM pembina
dan pelaksana yang trampil dan memiliki kemampuan memberikan
pelyanan prima pada setiap penyelenggaraan MICE di Indonesia.
Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan kegiatan
MICE di suatu daerah adalah terdapatnya perusahaan (organisasi)
yang memiliki kemampuan secara profesional untuk merencanakan
dan mengelola berbagai permintaan kegiatan MICE di daerahnya atau
tersedianya tenaga profesional penyelenggara konvensi.
Pengertian tenaga profesional dalam kegiatan MICE, dalam hal ini
bisa perorangan atau suatu lembaga yang dikenal dengan sebutan PCO
(Professional Conference Organizer), PEO (Professional Exhibition
Organizer) dan Incentive Tour Company. Kemampuan tenaga profesional
di bidang MICE diukur dari ketrampilannya menangani suatu event secara
terencana dan terarah sesuai persyaratan yang ditetapkan oleh pihak clients
atau assosiasi yang terkait dengan kegiatan MICE yang bersangkutan.
Secara garis besar penyelenggara kegiatan konvensi meliputi 3
tahap, yaitu
a. tahap persiapan penyelenggaraan (pre-event);
b. tahap berlangsungnya suatu event (during-event);
c. tahap setelah satu event berakhir (post event).

Setiap tahapan kegiatan memiliki fokus yang berbeda, di mana


pada tahap pre-event fokusnya terletak pada pembentukan kepanitiaan
(Steering Committee), Organizing Committee, Liaison Officer,
dan sebagainya. Kemudian dilanjutkan dengan perumusan strategi,
prosedur kerja, penetapan rencana program, penyusunan anggaran,
penyiapan tempat (venue), melakukan promosi dan perencanaan
kebutuhan logistik. Pada tahap berlangsungnya event, fokus kegiatan
bertumpu pada pengaturan terhadap berbagai komponen yang terkait
dengan upaya kelancaran berlangsungnya acara demi acara, sehingga
pada tahapan ini diperlukan upaya koordinasi semua pihak yang terkait
dengan penyelenggaraan event (OC, LC, PCO, Venue, dan Supplier).
Pada tahapan ini juga diperlukan kesamaan persepsi dan kekompakan
tim/petugas yang terlibat (in-charge) selama event berlangsung.

10 Event dan Mice Red Hot Industry


Kemudian pada tahap setelah event berakhir, fokus kegiatan terletak
pada upaya untuk mengevaluasi seluruh rangkaian acara, apakah sudah
sesuai dengan yang telah ditetapkan dan sekaligus mencari umpan balik
(feed back) terhadap keseluruhan penyelenggaraan event. Dalam tahapan
ini juga dilakukan penyelesaian seluruh transaksi dengan berbagai pihak
yang terlibat dengan event yang bersangkutan. Untuk lebih jelasnya
ketiga tahapan dimaksud dapat dilihat pada figur berikut.
Convention Planner Function/Activities
Pre-Event During Event Post Event
Meeting/Conference Meeting/Conference Meeting/Conference
Management focus: Focus: Management focus:
• Planning Executing the plan Control
• Organizing Managing and coordi- Evaluate
nating Feed Back
• Staffing
• Future Planning
• Specific activity example
Specific activity Specific activity
• Determines meeting example: example:
objectives • Move in/move out • Registration
• Site review, selection • Shipping • Communication
and evaluation • Evaluation Survey • Room Scheduling
• Negotiation/contracts • Thank you letters • Set-Up
- Hotel • Invoices approval • Food & Beverage
- Food & Beverage • Report generating • Schedule
Services • Audio Visual and
- Transportation • Service Usage
Key staff interaction
• Program Planning
• Emergency
• Budgeting/finance
• Procedures & Conti­
• Insurances ngencies
• Audio Visual & other
service
• Attendance Promotion
• Registration & Proce-
dure

Untuk dapat menjamin kesuksesan penyelenggaraan suatu event di


suatu daerah diperlukan tenaga profesional yang mampu menjabarkan
tahapan rangkaian penyelenggaraan event di atas secara efisien dan
efektif sesuai dengan karakteristik event yang akan dilaksanakan.
Oleh karena kurangnya tenaga pembina dan pelaksana profesional
di bidang penyelenggaraan MICE di daerah-daerah, menyebabkan
berbagai potensi wisata MICE yang dimiliki oleh setiap daerah belum
termanfaatkan secara optimal, sehingga terlihat perkembangan kegiatan
MICE di beberapa daerah berkembang.

Bab 1 | Pertumbuhan Mice dan Event 11


1.3 Perkembangan Usaha Jasa Konvensi di Bali
Bali secara internasional diakui sebagai destinasi yang menarik
untuk dikunjungi (the most wanted destination) versi majalah TIMES
tahun 2003. Bali sebagai salah satu destinasi MICE di kawasan Asia
Pacific memiliki peluang yang besar untuk meraih pangsa pasar
wisatawan konvensi. Dengan lokasi yang terletak di antara Australia
dan daerah Asia Tenggara, bukan hal yang tidak mungkin Bali bersaing
untuk hal tersebut. Potensi geografis ini dapat menjadi kekuatan bagi
Bali, ditambah dengan budayanya yang kental dengan nuansa Hindu,
merupakan keunikan yang tidak dapat dinikmati di daerah manapun.
Dari survei yang dilakukan melalui internet oleh Bali Hotel
Association, sebanyak 250 responden yang mengakses internet sampai
pertengahan April 2004, Bali direkomendasikan sebagai Destinasi
MICE dengan nilai 79%. Penilaian tertinggi menyatakan bahwa Bali
sebagai sebuah destinasi yang atraktif adalah sebanyak 99%, serta 86%
menyatakan Bali sebagai destinasi wisata telah dikembangkan 2 tahun
terakhir. Dalam Seminar Pengembangan Bali sebagai Destinasi MICE di
Nusa Dua 24 Maret 2004, Usaha Jasa Konvensi atau yang oleh Diparda
Provinsi Bali disebut sebagai Usaha Jasa MICE, merupakan salah satu
dari Usaha Jasa Pariwisata. Penyelenggaraan Usaha Jasa MICE di Bali
berdasar pada ketentuan peraturan sebagai berikut.
a. Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
b. Perda No. 2 Tahun 2012 Tentang Pariwisata Budaya.

Asosiasi Usaha Jasa MICE di Bali dinamakan Dewan Pimpinan Daerah


Society of Indonesia Professional Convention Organizer ( DPD.SIPCO) Bali.
Hal ini dalam dunia industri disebut DPD. Himpunan Pengelola
Adilaksana Konvensi Indonesia (HIPAKINDO) Bali, yang beralamat
di Jalan Raya Puputan Renon Denpasar, Gedung Bali Tourism Board.
Dalam upaya peningkatan pelayanan bidang usaha jasa konvensi,
kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan dalam upaya peningkatan
kunjungan wisatawan konvensi ke Bali misalnya seperti kegiatan
pembangunan MICE berikut.

12 Event dan Mice Red Hot Industry


1. Pembangunan sarana dan prasarana usaha jasa MICE untuk
menampung kegiatan-kegiatan konvensi yang berskala nasional
dan internasional.
2. Melakukan upaya-upaya promosi melalui:
a. Penyebarluasan informasi melalui media internet.
b. Penyebarluasan brosur, booklet, leaflet dan lain sebagainya.
3. Bersama-sama dengan asosiasi pariwisata ikut berpartisipasi pada
konvensi dan bursa/pameran pariwisata internasional seperti: PATA,
WTM, BTL, ITB Berlin, JATA, CITM, ATF, TATA dan sebagainya.
4. Menyelenggarakan event-event pariwisata internasional di Bali
antara lain:
a. PATA Annual Conference, Nusa Dua,13-17 April 2003
b. WTO Think Tank Conference, Nusa Dua, 2003
c. ASEAN Europe Monetary Ministerial Meeting, Nusa Dua, 2003
d. Konferensi PBB tentang Money Laundry & Terorism, Nusa Dua 2003
e. KTT ASEAN, Nusa Dua 2003
f. PrepCon for The Commision for The Conservation & Management
of Highly Migratory Fish Stocks in The Western & Central Pacific,
Kartika Plaza Kuta, 19-23 April 2004
g. The Fourth Congress of Asian Pacific Society of Atherosclerosis and
Vascular Diseases, Nusa Dua, 6-9 May 2004
h. United Nation Climate Change, 3-15 Desember 2007 di Nusa
Dua dihadiri 180 negara
i. Konferensi Internasional UNWTO ke-5, 30 Maret–2 April 2009 
j. Miss World, ajang pemilihan ratu dunia di Nusa Dua Bali, 28
September 2013
5. Melakukan pembinaan terhadap usaha jasa MICE yaitu dengan
mengadakan Kursus dan Diklat Dasar serta Lanjutan dalam
pengelolaan usaha jasa MICE, yang pesertanya terdiri dari
manajemen/karyawan yang bergerak di bidang usaha jasa MICE
(September 2000 dan 2001, Juni 2004).

Bab 1 | Pertumbuhan Mice dan Event 13


6. Melakukan pengawasan dan penertiban terhadap usaha jasa MICE
yang melanggar ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Bali sebagai daerah tujuan wisata MICE, memiliki fasilitas kamar


hotel yang tersedia 45.000 kamar dari 830 hotel dengan 106 hotel
berbintang, belum ditambah sejumlah kamar villa yang mencapai
15.000 kamar. Jadi total kamar yang ditawarkan mencapai 60.000
kamar hotel pada tahun 2004; dan pada tahun 2017 menunjukkan
jumlah 13.000 kamar menurut data PHRI Bali. Penelitian terakhir
dilakukan oleh mahasiswa Manajemen Kepariwisataan STP Bali (2006),
tentang “Eksistensi Villa dan Esensi Villa dalam Pengembangan
Pariwisata di Kabupaten Badung Bali”. Dari sejumlah hotel tersebut,
sebanyak lebih dari 5.000 kamar berlokasi di kawasan BTDC. Untuk
kegiatan MICE, dituntut hotel berkualitas yang sangat tinggi (Daniels,
2003). Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah) Badung, jumlah kamar di
wilayah Kabupaten Badung berjumlah 98.000 kamar. Jumlah kamar
ini dikumpulkan dari informasi Telkom, agoda.com; booking.com;
traveloka.com dan sumber data Dinas Pariwisata Daerah Badung serta
Dinas Pendapatan Daerah Badung.
Usaha jasa konvensi memerlukan kesiapan dihampir semua
sektor industri Pariwisata. Pada Bali sebagai destinasi MICE, Tabel 1.3
menunjukkan pertumbuhan penyelenggaraan usaha jasa konvensi di
Bali pada tahun 1999-2004. Jumlah penyelenggaraan konvensi pada
tahun 2002 terbanyak di antara tahun lainnya, yaitu sebanyak 132 kali
dengan jumlah peserta konvensi 9.805 orang. Jika dibandingkan dengan
Hongkong sesuai penjabaran di atas yang mampu menghasilkan 280.000
orang per tahun untuk mengikuti kegiatan meetings and convention saja,
tentunya Bali lebih kecil 28 kali lipat dalam mendatangkan wisatawan.
Jika dibandingkan antara Hongkong dan Indonesia, posisi Indonesia
lebih kecil 2 kali lipat dalam hal total jumlah peserta konvensi rata-
rata per tahunnya.

14 Event dan Mice Red Hot Industry


Tabel 1.3 Perkembangan Kegiatan Konvensi di Bali
Tahun
Fasilitas Konvensi
1999 2000 2001 2002 2003 2004
Jenis Konvensi (kali) 54 131 106 132 85 77
a. Nasional 28 65 15 26 49 30
b. Internasional 26 66 91 106 36 47
Jumlah Peserta 2.283 9.281 6.038 9.805 10.063 9.248

Kegiatan MICE (kali) 54 131 106 132 85 77


a. Meeting 1 97 88 101 68 59
b. Incentive 1 0 0 0 12 0
c. Convention 41 24 13 21 0 11
d. Exhibition 11 10 5 10 5 7
Sumber: Polda Bali (2005)

Kebanyakan dari perusahaan yang menangani usaha jasa konvensi


di Bali menggandeng izin usaha Biro Perjalanan Wisata, tidak izin usaha
jasa konvensi. Mengacu ungkapan dari Shure usaha jasa konvensi adalah
industri yang “merah dan panas” (red hot industry), usaha yang mampu
memberikan gairah pertumbuhan bagi wisata yang lain. Keuntungan
jangka panjang usaha jasa konvensi, adalah target pasar yang besar
dibandingkan usaha jasa lainnya (Iqbal, 2000). Ini dikarenakan usaha
jasa konvensi memiliki karakter peserta yang berpendidikan, kalangan
menengah ke atas, para profesional, dan rata-rata pengeluaran sangat
besar. Keterkaitan mata rantai usaha jasa konvensi memberikan efek
ganda (multiplier effect) yang lebih luas dan lebih besar terhadap sektor-
sektor pelayanan pendukung Pariwisata seperti usaha transportasi,
pengusaha kerajinan, hotel/penginapan, dan sebagainya.
The meeting and convention industry is perceived as a “red-hot” industry
(Shure on Abbott, 2002:56) and one of the healthiest and most growth-
oriented sectors within the tourism industry (Abbey,1987).While the term
“meetings” covers all forms of meetings, conventions, conferences, symposia,
workshops, seminar, congresses, trade shows, exposition, exhibitions
and special events (Crouch & Ritchie, 1998 on Abbott, 2002:56), the

Bab 1 | Pertumbuhan Mice dan Event 15


term “conventions” is described as the entire membership meetings of the
sponsoring organization or association (Rockett & Smillie, 1994) and a
form of annual meetings (Astroff & Abbey, 1998).

16 Event dan Mice Red Hot Industry


BAB 2
PELUANG BISNIS MICE

MICE adalah bisnis besar, sehingga hampir tidak ada satu negara
pun yang tidak ikut dalam kompetisi untuk memacu pertumbuhan
MICE di dalam negeri mereka masing-masing. Amerika Serikat, Jerman,
Spanyol, Inggris, Perancis, Belanda, Italia, Australia, Austria, dan
Swiss, bahkan China, atau untuk kota-kota seperti Vienna, Singapura,
Barcelona, Berlin, Hongkong, Paris, Amsterdam, Seoul, Budapest, dan
Stocholm berlomba dalam memasarkan industri MICE.
Di Amerika Serikat,1 MICE menghasilkan US$ 122,3 miliar
pengeluaran langsung pada tahun 2004, menyediakan 1,7 juta pekerjaan
dan dampak pajak langsung sebesar US$ 21,4 miliar, serta merupakan
pemasukan 36% operasi hotel, 17% pemasukan bagi usaha transportasi,
menjadikan MICE sebagai sektor penyumbang ke-29 terbesar bagi Gross
National Product (GNP) AS. Posisi ini berada di atas industri manufaktur
farmasi dan kesehatan.
Angka tersebut disumbang oleh kegiatan yang disponsori oleh
Association 81,94 miliar dolar AS (atau dua pertiga), sedangkan Corporate
menyumbang 21,4 miliar dolar AS (sepertiga). Sedangkan share dana,
berdasarkan hasil studi, terbesar atau 35 persen dihabiskan untuk hotel

1
The Convention Industry Council (CIC), AS (2005).

17
dan tempat (venues) pertemuan lainnya. Kedua, atau 24 persen untuk
angkutan udara, diikuti restoran dan catering luar (14 persen) dan jasa
bisnis lainnya (12 persen).
Di Thailand,2 MICE mendatangkan 10,4 juta kunjungan dan
memberikan penghasilan 13 miliar bath, termasuk 6,5 miliar bath dari
penyewaan booth pameran dan 5,5 miliar dari layanan yang terkait.
Di China, pengeluaran dari kegiatan MICE senilai US$ 10 miliar.
Tahun 2006 ini industri pariwisata China diharapkan memberikan
kontribusi US$ 63,46 miliar (2% bagi GDP China), dan tahun 2016
diprediksi meningkat menjadi US$ 232,8 miliar (3,2 %).3
Dari Kanada juga kita mendengar, ketika merayakan “National
Meetings Industry Day” pada 21 April 2005, diumumkan bahwa
industri MICE telah memberikan kontribusi sekitar 20 miliar dolar
AS Kanada setiap tahun, dan menjadi pendorong ekonomi penting
bagi Kanada. Karena tidak kecilnya sumbangan MICE kepada negara
maupun industri dan masyarakat, tidak berlebihan pernyataan Kepala
Eksekutif CIC Mary Power yang mengatakan bahwa industri MICE
merupakan motor penggerak ekonomi yang vital bagi sebuah negara.
MICE memainkan peranan-peranan penting. Hampir tidak ada satu
negara pun di dunia yang tidak ketinggalan untuk menggarapnya dengan
serius, bahkan di tengah berbagai ancaman krisis yang dihadapi berbagai
negara terutama akibat dampak ekonomi kenaikan harga minyak mentah
dunia, ancaman keamanan, hingga berbagai kasus bencana lainnya.
Berdasarkan kondisi situasional tertentu, ada dua alasan mengapa
perjalanan wisata MICE tetap berkibar walau di tengah krisis.
1. Wisatawan jenis ini perjalanannya dibiayai oleh organisasi/lembaga
pemerintahan maupun non-pemerintahan, bukan pribadi, sehingga
relatif tidak terlalu terpengaruh pada keputusan untuk bepergian.
2. Kepergian wisatawan jenis ini selain sudah terprogram jauh hari
sebelumnya (bahkan dua tahun atau lebih sebelumnya) juga

2
Bangkok Post, “Thailand Aims to Become Leader in Asian MICE Industry”,
22 September 2006.
3
World Travel and Tourism Council (WTTC).

18 Event dan Mice Red Hot Industry


memiliki misi khusus yang tak mungkin mereka tangguhkan
karena persoalan non-teknis tadi. Hal yang memperkuat adalah
kunjungan di tengah krisis juga menjadi bagian dari diplomasi
dengan tema solidaritas sesama anggota di dalamnya.

Kondisi inilah yang mengakibatkan MICE mengambil peran


dinamisator perekonomian karena pada kondisi krisis dia mampu
membuka jalan bagi rintisan recovery dalam hal investasi, perdagangan,
pariwisata bahkan dalam membangun kembali citra suatu negara. Saya
menyebut ini sebagai kekuatan active tool, yang siap bergerak pada
segala musim.
Sebagai contoh adalah bagaimana peran penting industri ini dalam
menghadapi peristiwa bencana tsunami. Pada saat jenis wisata lain
terpaksa dihadapkan pada dinding tebal stagnasi kunjungan, justru
industri ini membuka arus kunjungan wisatawan dengan puluhan
bahkan ratusan kegiatan konvensi dengan beragam tema-tema konvensi
yang terkait dengan penanggulangan bencana alam.
Itulah sebabnya, dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan,
terutama terhadap kondisi-kondisi sulit yang disebabkan oleh kenaikan
harga BBM global dan di dalam negeri, persoalan yang terkait dengan
keamanan dan penyakit, bencana, nilai tukar mata uang, ancaman
resesi termasuk peningkatan pembiayaan asuransi dan lainnya, kita
membutuhkan visi yang jelas dalam pengembangan industri ini.
Secara garis besar, keunggulan wisatawan MICE dibandingkan jenis
wisata lainnya bagi sebuah negara adalah sebagai berikut.
1. Wisatawan kongres dan konvensi merupakan kelas high level economy
dengan posisi penting dalam organisasi/asosiasi, perusahaan atau
pemerintahan. Mereka umumnya adalah kelompok yang royal
dalam membelanjakan uang untuk suatu barang atau jasa yang
dianggapnya baik untuk digunakan selama konvensi maupun untuk
dibawa pulang.
2. Wisata jenis ini memiliki lama tinggal (length of stay) yang relatif
lebih lama daripada jenis wisatawan lainnya, yaitu rata-rata
lebih dari 4 hari, sesuai lama waktu penyelenggaraan kongres

Bab 2 | Peluang Bisnis MICE 19


dan konvensi. Secara ekonomis, semakin lama tinggal, yang
juga didorong kreativitas penyusunan paket wisata kongres dan
konvensi, akan makin banyak uang yang dibelanjakan.
3. Dapat menarik sejumlah besar wisatawan hanya dalam sekali
penyelenggaraan.
4. Dilihat dari dampak publisitas, penyelenggaraan kongres dan
konvensi internasional di sebuah negara mendapat liputan media
yang sangat luas baik oleh media internasional maupun nasional.
Bandingkan dengan kegiatan jenis wisata biasa.
5. Wisata jenis ini relatif dapat diselenggarakan di berbagai tempat sebab
dalam penyelenggaraan kongres dan konvensi hanya membutuhkan
tempat (venues) pertemuan yang berkapasitas 100-200 orang, yang
umumnya dimiliki oleh hotel-hotel di seluruh Indonesia.
6. Wisata ini mendorong tumbuhnya pembangunan infrastruktur baru
dan berkualitas seperti convention center, jaringan transportasi dan
lainnya.
7. Keunggulan lainnya adalah terjadinya multiplier effect terhadap
usaha lain khususnya usaha kecil dan menengah dan pemasaran
maupun penjualan wisata nasional secara menyeluruh.
8. Kegiatan kongres dan konvensi juga memiliki dampak promosi
secara individual terhadap seorang wisatawan asing khususnya
untuk keluarga Amerika Serikat dan Eropa. Mereka pada dasarnya
memiliki tempat-tempat wisata fanatik sehingga untuk menarik
mereka berkunjung ke Indonesia sangat susah. Tapi ketika
wisatawan dari Amerika atau dari Eropa itu mengikuti event konvensi
di Indonesia maka dia akan menjadi ujung tombak promosi wisata
kita, bagi keluarganya maupun bagi lingkungan kantornya.

Secara khusus saya ingin menekankan pentingnya promosi negara


atau citra negara yang dibangun melalui peristiwa konvensi ataupun
pameran, misalnya, terhadap upaya mendorong pertumbuhan sektor-
sektor lainnya. Jika ada 1.000 wisatawan asing untuk tujuan wisata
yang berkunjung ke suatu negara tidak membawa dampak promosi
bagi negara yang bersangkutan, berbeda dengan jika ada dua atau tiga

20 Event dan Mice Red Hot Industry


pejabat presiden atau setingkat menteri bertemu, hal itu akan menjadi
berita pers yang dibaca di seluruh dunia.

2.1 Dunia yang Semakin Membutuhkan MICE dan PCO


Berikut saya ingin memberikan perspektif lain untuk
menggambarkan betapa bisnis MICE ini merupakan tambang emas saat
ini dan di masa mendatang. Pertama, jika kita melihat perkembangan
global, terutama persoalan kompleksitas yang dihadapi negara-negara,
dunia usaha dan masyarakat, kita dapat menemukan bahwa kebutuhan
akan MICE memang akan terus meningkat. Sebuah gambaran bahwa
bisnis ini memang tidak akan mungkin mati.

Sumber: UIA

Pertumbuhan ekonomi maupun politik dan keamanan dunia


akan berdampak pada peningkatan jumlah dan ukuran conference dan
international trade show. Pertumbuhan penduduk dunia, peningkatan
transportasi, dua semakin membutuhkan resolusi atas konflik dan atas
kompleksnya permasalahan atas kebutuhan negara-negara: mereka
membutuhkan sebanyak-banyak kerja sama dan diskusi.
Jika pada tahun 1960 terdapat 3 miliar jiwa penduduk dunia, maka
pada tahun 1970 (3,7 miliar), meningkat menjadi 4,5 miliar (1980),
5,3 miliar (1990), menjadi 6,1 miliar (2000), 6,45 miliar (2005) dan
akan menjadi 7,6 miliar (2020) mendatang, serta 9,2 miliar (2050). UIA

Bab 2 | Peluang Bisnis MICE 21


(1999) mencatat ada sebanyak 50.373 buah organisasi internasional
yang berdiri, dengan 43.958 buah adalah NGO dan 6.415 buah adalah
IGO. Perkembangan ini sangat cepat dibandingkan jumlah sebelumnya
tahun 1909 yakni hanya sebanyak 213 buah organisasi, 174 buah di
antaranya adalah NGO sedangkan 37 buah adalah IGO. Angka ini belum
lagi dengan perkembangan pertumbuhan perusahaan-perusahaan
multinasional maupun nasional di berbagai negara.
Saat ini terdapat 900 airlines di seluruh dunia dengan 20.000
pesawat. Mereka dilayani sekitar 1.670 bandara dan 160 pengembang
pelayanan navigasi udara. Data IATA menunjukkan bahwa 40 persen
wisatawan internasional menggunakan transportasi udara. Murahnya
transportasi mendorong mobilitas penduduk semakin tinggi, termasuk
mendorong dinamisasi penyelenggaraan MICE di seluruh dunia.
Banyaknya organisasi itu menunjukkan jumlah kegiatan pertemuan
yang kesemuanya memiliki jadwal reguler pertemuan para anggotanya,
dan biasanya juga berotasi di antara negara-negara anggota.
Kedua, munculnya China sebagai kekuatan ekonomi baru seperti
bangkitnya ekonomi Jepang dan Korea masa lalu. Juga mulai bangkitnya
kekuatan di Asia Tenggara: Singapura, Indonesia, Vietnam, Thailand,
Malaysia, termasuk dengan munculnya strong entrepreneurial spirit pasca
krisis yang melanda negara-negara Asia akhir tahun 2000-an.
Faktor China ini menjadi sangat penting untuk dicermati. Dalam
lima tahun terakhir, China menjadi ketiga terbesar dunia paling tinggi
pertumbuhan bisnis wisata dan MICE.4 Dari segi MICE, Amerika dan
Eropa tetap teratas penyelenggara MICE, tapi ada trend pengurangan
presentase tahun ke tahun, khususnya di Eropa.5 Dengan pertumbuhan
ekonomi China dan Asia ini, muncul harapan Asia bisa mengambil
posisi teratas menggantikan pasar tua Eropa dan Amerika, dan
Indonesia tentu saja harus mampu mengambil posisi diuntungkan
dengan semua perkembangan itu.

World Travel and Tourism Council (WTTC): China’s T&E expenses are valued
4

at US$10 billion, of which US$5 billion are business travel expenses


5
Jika tahun 1954 ada 74 persen konferensi dan event dunia diadakan di Eropa,
maka pada tahun 2004 misalnya berkurang hingga menjadi 56 persen

22 Event dan Mice Red Hot Industry


Tapi, siapakah yang mengorganisir pertemuan-pertemuan itu?
Data dari UIA (2002) menunjukkan bahwa pihak yang mengorganisir
penyelenggaraan MICE masih didominasi oleh organisasi nasional
(secara in-house) yaitu sebesar 37%, organisasi internasional 34%,
gabungan (mixed) adalah 24%, sedangkan yang diselenggarakan oleh
PCO adalah hanya 5%.
Apa arti angka ini? Sangat jelas bahwa porsi penyelenggaraan event
MICE yang mampu diselenggarakan oleh organizer/planner profesional
atau PCO/PEO sangat kecil, dan secara positif kita melihat masih begitu
besarnya peluang yang bisa dimasuki oleh perusahaan penyelenggara MICE.

Sumber: UIA Survey, 2002

Fakta: 20% Wisatawan Dunia adalah Wisatawan MICE


Data World Tourism Organization (WTO) menunjukkan bahwa 40
persen wisatawan MICE kembali ke destinasi dengan keluarga, sahabat
maupun kolega. Lebih dari itu, wisatawan MICE memiliki posisi
sangat penting karena jumlahnya mendekati 20 persen dari seluruh
kunjungan wisatawan internasional, dan diharapkan akan mengalami
pertumbuhan 10 persen hingga dekade ke depan.

Bab 2 | Peluang Bisnis MICE 23


Selain dampak ekonomi, MICE berperan untuk membuka
kunjungan semakin besar di masa depan. MICE adalah tambang emas
ekonomi dan pariwisata masa kini dan masa depan.
Segmen pasar konferensi dan event
Pasar Konferensi dan Event

Perusahaan (Corporate) Asosiasi (Association) Pemerintahan


Internasional

Internasional Regional
Non-Pemerintahan
Nasional
Multinasional Kelompok Sosial Daerah

Nasional

Nasional

2.2 Berbagai Karakteristik Bisnis MICE


Karakteristik 1: Memiliki Dampak Multi
Jika kita melihat secara keseluruhan bisnis ini, maka kita dapat
menemukan bahwa MICE merupakan sumber kekuatan ekonomi
(antara lain melibatkan banyak usaha kecil dan menengah sebagai
supplier), sekaligus berdampak pada politik, sosial, seni budaya dan
mampu meningkatkan kebanggaan publik terhadap bangsanya. Di
samping itu, dampak sosial yang jelas terlihat adalah munculnya budaya
bertemu dan berdialog daripada menghabiskan suara ke dalam sebuah
debat kusir di jalanan.

Karekteristik 2: Mengutamakan Jaringan


Dalam bisnis MICE, Anda tidak akan bisa berbuat banyak jika
tanpa memiliki jaringan. Jaringan itu meliputi jaringan atau akses ke
pasar, yakni asosiasi, lembaga pemerintahan atau perusahaan di tingkat
internasional, regional maupun nasional. Itu sebabnya membangun
jaringan menjadi agenda terpenting yang dilakukan para pebisnis MICE.

24 Event dan Mice Red Hot Industry


Karakteristik 3: Kepemimpinan
Bisnis MICE juga merupakan sumber dari filsafat kepemimpinan
yang menurut saya sangat akan sangat besar sumbangsihnya dalam
melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan. Filsafat itu antara lain
budaya berpikir integratif, selalu berupaya untuk memperhatikan detail,
menguasai administrasi, memiliki gabungan kekuatan sebagai kreator,
konsultan dan eksekutor, berpikir global dan bertindak lokal, serta sangat
membutuhkan skill, namun bertindak tim sebagai ukuran sukses.
Menurut saya, karakter kepemimpinan seperti ini merupakan
karakteristik kepemimpinan masa datang dan sangat cocok ditempatkan
sebagai Chief Executive Officer (CEO) di manapun dia ditempatkan,
apakah di pemerintahan. Jika Anda saat ini adalah seorang PCO, maka
ke depan Anda adalah CEO yang handal.

Karakteristik 4: SDM Mengutamakan Skill dan Kreativitas


Kontribusi MICE bagi pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM) adalah penyerapan tenaga kerja yang memiliki kemampuan lebih
dan ahli di dalam industri ini. Kemampuan itu bukan hanya dari segi
kemampuan berbahasa asing, tapi juga kehandalan dalam penguasaan
bidang ilmu dan teknologi yang berkait, dimulai dari pengembangan
perencanaan, akuntansi, administrasi perkantoran, manajemen data,
pemasaran, public/media relation, lobbying, manajemen perhotelan,
travel, penataan ruangan, pemahaman equipment, dan lainnya, di
samping kemampuan bekerja dalam kejaran waktu yang ketat.
Semua bagian itu menjadi spesialisasi tenaga kerja MICE,
dengan kemampuan dan pengetahuan dasar apa dan bagaimana cara
kerja industri MICE. MICE merupakan industri yang ditopang oleh
kemampuan individu dalam sebuah team work yang kuat.

Bab 2 | Peluang Bisnis MICE 25


Itu sebabnya, pengembangan kependidikan MICE menjadi
perhatian INCCA beberapa tahun terakhir ini, termasuk dengan
menjalin kerja sama dengan institusi internasional (IAPCO dan ICCA)
dalam penyelenggaraan pendidikan nonformal, maupun kerja sama
dengan beberapa perguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan
formal MICE.
Khusus untuk pengakuan keahlian, INCCA bersama INCCA
Institute dan Politeknik Negeri Jakarta sudah membentuk Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP-MICE), yang akan mengeluarkan empat jenis
sertifikat keahlian yakni:
1. Certified Meeting Planner (CMP)
2. Certified Conference Manager (CCM)
3. Certified Conference Professional (CCP)
4. Certified Master Management of Conference (CMMC)

2.3 MICE di Indonesia


Harus diakui bahwa perkembangan MICE di Indonesia mengalami
pertumbuhan yang cukup dinamis sejak 1991 setelah lahirnya UU
No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan dan Keputusan Menteri
Parpostel No. KM.108/HM 703/MPPT-91 tentang Usaha Jasa Konvensi.
Perjalanan Insentif dan Pameran diatur secara khusus dalam Keputusan

26 Event dan Mice Red Hot Industry


Dirjen Pariwisata No: Kep-06/U/IV/1992. Dalam keputusan tersebut
dinyatakan bahwa penanganan wisata konvensi hanya dapat dilakukan
oleh perusahaan yang diberi izin khusus dalam menangani usaha jasa
konvensi, perjalanan insentif dan pameran. Peraturan terbaru tentang
usaha jasa pertemuan, insentif, konferensi dan pameran dibahas dalam
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Pertumbuhan kongres dan konvensi di Indonesia mengalami
kemajuan yang pesat pada periode 1993-1994, dengan tingkat
pertumbuhan 14,4 persen, dan sejak 1997 hingga kini mengalami
pasang-surut dengan pertumbuhan sekitar 5-10 persen per tahun.
Dilihat dari jumlah keseluruhan wisatawan yang berkunjung ke Tanah
Air, jenis wisata kongres dan konvensi masih menduduki peringkat
ketiga setelah wisata dengan tujuan berlibur dan bisnis.
Berdasarkan statistik ICCA (2004), dapat diketahui bahwa
perkembangan wisata konvensi Indonesia masih tertinggal dibandingkan
dengan negara-negara lain. Dari 51 negara yang dicatat oleh ICCA
pada tahun 2003, Indonesia hanya menempati ranking 47 dengan
penyelenggaraan delapan meeting international. Jika didasarkan kepada
kota penyelenggara konvensi, dari 110 negara yang disajikan dalam
statistik ICCA, tidak terdapat kota di Indonesia. Tapi jika dilihat dari
estimasi jumlah partisipan pada meeting internasional, Indonesia
menempati ranking 45 dengan 8.133 partisipan.
Ranking ini menunjukkan besarnya tantangan bagi penggarapan
industri konvensi di Indonesia, sebab “prestasi” kita masih berada di
bawah negara-negara ASEAN lainnya, seperti Singapura, Malaysia dan
Thailand. Padahal dari segi potensi dan keunggulan komparatif kita
jauh lebih baik daripada negara-negara ini.
Namun begitu, saya perlu memberikan catatan khusus mengenai
angka-angka dalam statistik yang disampaikan ICCA maupun lembaga-
lembaga internasional maupun regional yang sebenarnya tidak serta-
merta dapat menggambarkan kondisi riil MICE di Indonesia.
Pertama, adalah mengenai batasan apa yang dimaksud dengan
“meeting international” yang dikeluarkan oleh ICCA (International
Congress and Convention Association) dan UIA (Union of International

Bab 2 | Peluang Bisnis MICE 27


Association) yang masing-masing berbeda dalam membuat kriteria.
ICCA membuat batasan meeting international itu dihadiri partisipan
sedikitnya 50 orang, diorganisir secara reguler (tidak termasuk
pertemuan yang diadakan hanya sekali waktu, sedikitnya diikuti
tiga negara berbeda. Sedangkan UIA menetapkan jumlah minimum
partisipan 300 orang, jumlah minimum partisipan asing 40 persen
dan jumlah minimum negara/kebangsaan 5 negara, serta durasi 3 hari.
Jika mengacu pada “batasan” itu, memang terkesan jumlah meeting
international di Indonesia itu kecil, namun bukan berarti kegiatan
meeting international “sekecil” angka yang dicantumkan. Kenyataannya
cukup banyak kegiatan meeting international berlangsung di Indonesia
dalam periode waktu tertentu, tapi umumnya tidak selalu berotasi,
tapi hanya sekali waktu saja.
Kedua, kita tidak dapat pula membaca bahwa keunggulan Singapura
misalnya, sebagai keunggulan mutlak, sebab pada kenyataannya
kegiatan meeting international di Singapura memiliki karakteristik yang
khas yaitu pesertanya jauh lebih kecil (tidak massal), dan dengan durasi
yang jauh lebih pendek, khas corporate meetings.
Sebuah solusi yang saya tawarkan untuk permasalahan ini
adalah: selain perbaikan untuk menyiapkan statistik dan riset MICE
kita lebih jauh, memang sebaiknya pihak industri dan pemerintah
mengatur mekanisme pelaporan kegiatan MICE secara terpadu dan
berkelanjutan kepada lembaga-lembaga internasional yang terkait
dengan statistik ini, baik itu ICCA, UIA, IAPCO, maupun asosiasi
internasional lainnya.
Selain itu, perlu bagi kita untuk memberikan definisi apa itu wisatawan
MICE secara lebih transparan dan sekaligus memberikan dukungan bagi
perkembangan MICE. Pertama, Business Travel (perjalanan bisnis) itu adalah
wisatawan MICE. Tidak ada wisatawan bisnis yang bepergian ke suatu
negara tanpa bermaksud untuk mengadakan pertemuan.
Kedua, definisi “meeting”.”Meeting” didefinisikan sebagai ”Sebuah
pertemuan oleh minimal dua orang untuk waktu minimal 15 menit, di suatu tempat
khusus atau dengan pembayaran tempat minimal untuk setengah hari pertemuan”.

28 Event dan Mice Red Hot Industry


Ketiga, bagaimana kita memahami Exhibition (Pameran) dan
Incentive (Perjalanan Insentif) ke dalam terminologi konvensi? Secara
sederhana pameran adalah sebuah kegiatan pertemuan di mana
ditampilkan produk dan jasa, dengan mengundang para pembeli dan
atau dalam rangka peningkatan citra produk atau jasa yang ditampilkan.
Dalam perspektif penyelenggara konferensi atau konvensi
digelarnya pameran merupakan salah satu pendukung kesuksesan
sebuah konferensi dan konvensi tersebut. Namun, tidak semua
konferensi atau konvensi disertai pameran. Sebaliknya, dalam sebuah
pameran juga digelar kegiatan konferensi, namun tidak semua pameran
menggelar konferensi.
Bagaimana dengan perjalanan insentif? Insentif merupakan
pemberian penghargaan berupa perjalananan wisata ke suatu destinasi
sebagai bagian dari upaya peningkatan kapasitas maupun kapabilitas
SDM perusahaan.
Dalam konteks MICE, penggunaan istilah incentive muncul karena
kecenderungan yang terjadi bahwa seseorang yang menghadiri sebuah
event pertemuan baik itu dalam konteks internasional, regional, nasional
maupun dalam jenis association meetings maupun corporate meetings, adalah
orang-orang yang mendapat penghargaan khusus atau merupakan salah
satu bentuk pemberian insentif dari association maupun corporate.

D. Pertumbuhan Convention Center dan Organizer/Planner


Perkembangan yang menarik di Indonesia adalah makin banyak
perusahaan yang bergerak di bidang kongres dan konvensi, termasuk
supplier-nya. Perusahaan ini bukan hanya ada di ibukota tapi juga di
berbagai daerah ditetapkannya 10 daerah tujuan wisata konvensi
Indonesia, serta dibangunnya berbagai pusat-pusat konvensi.
Secara logika, adalah tidak mungkin jika seorang investor berani
menanamkan modalnya untuk membangun sebuah Convention Center
jika tidak menghitung secara cermat nilai keuntungan ekonomis yang
didapat dari pembangunan itu. Apa yang terjadi di Bali, Makassar,
Manado, Padang dan Medan, merupakan cermin betapa pembangunan

Bab 2 | Peluang Bisnis MICE 29


Convention Center merupakan bisnis menguntungkan, yang kemudian
akan berdampak pada semakin besarnya jumlah penyelenggaraan
MICE di berbagai daerah di Indonesia. Di samping perannya yang
sangat penting dalam penyerapan tenaga kerja, dan menghidupkan
roda ekonomi masyarakat di sekitar.
Di samping itu, 10 daerah yang sudah ditetapkan oleh INCCA
sebagai daerah tujuan konvensi di Indonesia sangat potensial untuk
menyelenggarakan konvensi tematik seperti subjek ilmu medis, sains,
industri, teknologi pendidikan, agrikultur, konservasi alam dan lainnya.
Dengan begitu, penetapan daerah tujuan konvensi ini merupakan
langkah tepat, mengingat berbagai potensi kekayaan alam, sosial
budaya maupun sumber daya manusia Indonesia yang sangat besar,
yang merupakan magnit penarik bagi penyelenggaraan kegiatan kongres
dan konvensi di Indonesia.
Jika ingin disimpulkan, secara garis besar berikut adalah kekuatan-
kekuatan wisata MICE Indonesia dewasa ini.
1. Letak geografis Indonesia pada posisi silang dua benua dan dua
samudera, dengan kekayaan alam, sosial, seni budaya yang sangat
beragam.
2. Indonesia memiliki perusahaan-perusahaan penyelenggara kongres
dan konvensi yang didukung oleh para profesional tangguh yang
berkelas internasional.
3. Indonesia memiliki venues berupa pusat-pusat konvensi
maupun hotel-hotel berkelas dari berbagai jenis sebagai tempat
penyelenggaraan kongres dan konvensi, termasuk di berbagai
daerah.
4. Indonesia memiliki 10 Daerah Tujuan Wisata Konvensi yang
memiliki karakteristiknya tersendiri.
5. Indonesia memiliki keanggotaan dalam berbagai organisasi regional
maupun internasional, baik di tingkat pemerintahan, organisasi/
asosiasi, dan memiliki berbagai perusahaan multinasional yang
menjadi pasar wisata kongres dan konvensi.

30 Event dan Mice Red Hot Industry


6. Lahirnya pusat-pusat pendidikan formal maupun informal khusus
MICE, seperti kerja sama yang dilakukan DPP INCCA dengan
Politeknik Negeri Jakarta yang membuka Program D4 MICE, dan
adanya dukungan pendidikan nonformal melalui kursus-kursus
atau pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh INCCA Institute.
7. Berdirinya perusahaan-perusahaan multinasional yang
menyelenggara­kan event MICE dan memasukkan MICE sebagai
salah satu bagian struktur organisasi perusahaan.
8. Adanya dukungan masyarakat dan pers yang demikian besar dalam
memajukan wisata jenis ini.

Data Indonesia Congress and Convention Association (INCCA)


menunjukkan bahwa saat ini ada sekitar 330 anggota INCCA yang
merupakan Profesional Congress Organization (PCO), belum lagi
ratusan lainnya sebagai Professional Exhibition Organization (PEO).
Jumlah ini menangani tidak lebih dari 20 persen pasar organizer/
planner kongres dan konvensi internasional di Indonesia, sedangkan
80 persen lainnya ditangani oleh panitia secara in-house.

E. Permasalahan dan Solusi Pengembangan MICE di


Indonesia
Berikut ini akan dijelaskan satu per satu permasalahan yang
dihadapi dalam pengembangan MICE di Indonesia. Namun, di
antara beberapa permasalahan itu, ada satu titik persoalan pokok
yakni kurangnya perhatian pemerintah dalam mengimplementasikan
dukungan politik yang diberikan, ke dalam tindakan aksi yang konkrit.
Surat dukungan dan tim bidding yang harusnya difasilitasi dan
dibantu oleh pemerintah harus mendapat prioritas perhatian saat ini.
Prioritas lain adalah menyangkut anggaran pemasaran, penciptaan
event-event MICE di berbagai daerah dan dikaitkan dengan upaya
penciptaan thema kampanye MICE tahunan.
Permasalahan 1 : Belum Optimalnya Anggaran dan Strategi
Pemasaran dan Promosi MICE

Bab 2 | Peluang Bisnis MICE 31


Permasalahan 2 : Kurangnya Daya Cipta Event
Permasalahan 3 : Minimnya Sosialisasi (Belum melek MICE)
Permasalahan 4 : Belum Ada Rencana Strategis Pengembangan
MICE Pemerintah yang bisa menunjukkan ke
arah mana MICE akan dibawa
Permasalahan 5 : Tidak Adanya Kantor Pemasaran MICE di Luar
Negeri
Permasalahan 6 : Pendidikan Sumber Daya Manusia (SDM)
Permasalahan 7 : Kebijakan Transportasi
Permasalahan 8 : Kebijakan Permodalan
Permasalahan 9 : Kebijakan Keimigrasian
Permasalahan 10 : Kebijakan Perpajakan
Permasalahan 11 : Kebijakan Luar Negeri (Perluasan keanggotaan
Indonesia di berbagai organisasi internasional
dan upaya lobi untuk memimpin organisasi
internasional tersebut)
Permasalahan 12 : Kurangnya Perhatian Pada Riset

Belum optimalnya dukungan yang diberikan pemerintah antara


lain tampak dari minimnya anggaran yang disediakan bagi pemasaran
maupun promosi MICE, hal yang juga terjadi bagi pemasaran dan
promosi pariwisata secara keseluruhan. Di samping itu, belum terlihat
adanya strategi pemasaran dan promosi yang terpadu kecuali hanya
menyandarkan kepada kemampuan serba minimal yang dimiliki oleh
pihak industri. Dikatakan serba minimal, karena industri memiliki
kemampuan yang sangat terbatas dalam menyelenggarakan pemasaran
dan promosi, sehingga sangat perlu bantuan dari pemerintah.
Strategi pemasaran dan promosi yang berjalan sendiri-sendiri
serta tidak integral dengan kegiatan event yang ada dan akan ada,
membuat pemasaran dan promosi yang ada menjadi tidak efektif
dan efisien. Ke depan, untuk mendorong penciptaan event-event
MICE ini, konsep INCCA dalam pengembangan 10 destinasi MICE di
Indonesia, serta pengembangan dan realisasi gagasan “Satu instansi

32 Event dan Mice Red Hot Industry


pemerintahan satu event MICE unggulan per tahun”, “Satu Provinsi/
Kabupaten/Kota satu event MICE unggulan per tahun”, “satu BUMN/
BUMD satu event MICE unggulan per tahun”. Langkah ini, tentu saja
dilakukan bersamaan dengan langkah industri yang juga secara kreatif
mendorong terciptanya event-event MICE berskala besar dengan
dukungan pemerintah maupun organisasi atau asosiasi perusahaan
maupun masyarakat.
Demikian pula budaya pemasaran dan promosi berlandaskan
project oriented (bukan berdasarkan kegiatan atau event MICE) membuat
upaya pemasaran dan promosi dengan anggaran yang sangat minim
pun semakin tidak jelas manfaatnya.
Ke depan, dalam urusan pemasaran dan promosi ini, perlu
dilakukan perencanaan yang terpadu dan melibatkan para stakeholders
MICE secara menyeluruh, mulai dari pembuatan tema-tema kampanye
tahunan, penciptaan event-event baru tahunan by sector atau by local
government and NGO’s, penajaman pemilihan saluran (media) pemasaran
dan promosi, negara tujuan pemasaran dan promosi, termasuk
upaya membuka ”agent” yakni dengan membuka kantor perwakilan
pemasaran MICE di negara-negara terpilih.
Permasalahan lain yang saling berkait adalah mengenai masih
rendahnya pemahaman mengenai MICE justru di kalangan pemerintah
sendiri, yang disebabkan oleh upaya sosialisasi yang kurang begitu
gencar dilakukan. Hal ini juga berakibat masih rendahnya dukungan
yang diberikan pemerintah, misalnya dalam upaya keikutsertaan bidding
di luar negeri. Pemberian anggaran khusus dan bantuan bahan promosi
di samping surat dukungan dari pejabat tertinggi dalam bidang terkait
sangat penting dilakukan, sebagaimana yang dilakukan oleh pemerintah
di negara-negara lain dalam kasus keikutsertaan bidding internasional.
Itu sebabnya perlu dipikirkan suatu forum atau desk bidding yang bisa
menjembatani ini, dan cakupannya adalah lintas sektor.
Hal ini bisa digarap oleh Direktorat MICE, Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata, yang baru dibentuk. Dan, yang lebih penting lagi,
selain upaya ini, pemerintah diminta agar tetap konsisten dan bahkan
berupaya seoptimal mungkin untuk menambah keanggotaan Indonesia

Bab 2 | Peluang Bisnis MICE 33


di berbagai organisasi internasional, dan terus menyokong upaya untuk
memenangkan pemilihan menjadi pimpinan organisasi tersebut secara
internasional.
Permasalahan-permasalahan lain seperti kebijakan transportasi,
permodalan, keimigrasian, perpajakan, dan perlunya perhatian pada
riset MICE, juga menjadi perlu untuk diperhatikan oleh pemerintah.
Karena bagian-bagian ini akan menjadi dinamisator bagi kemajuan
industri MICE di Indonesia.

F. Tantangan Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Event


MICE
Bisnis MICE menghadapi berbagai perubahan-perusahaan situasi
dunia, yang kemudian berdampak pada perubahan akan kebutuhan
penyelenggaraan MICE. Dengan demikian para penyelenggara MICE
dituntut semakin menunjukkan kualitas dalam penyelenggaraan, sekaligus
oleh tantangan operasional usaha, dituntut pula semakin kreatif dalam
menciptakan event-event MICE baru yang potensial dalam menghasilkan
peserta, sponsor, mendorong bangkitnya usaha kecil dan menengah
penyokong industri MICE, pembangunan citra bangsa dan lainnya.
Dalam kerangka peningkatan kualitas ini, dunia usaha MICE
dituntut penanganan MICE yang semakin memperhatikan detail,
lebih integratif, lebih berdedikasi, lebih transparan, dan lebih smooth,
dengan mengikuti trend kebutuhan terkini seperti sentuhan teknologi
komunikasi pendukung event MICE (e-registration, e-payment, tata
panggung, teknologi presentasi, dan lain-lain).
Kalangan dunia usaha didorong untuk mempertahankan hosptality,
dengan personal touch dan back to nature, karena adanya trend global yang
membutuhkan dukungan seperti itu. Bahkan, dapat disebut itulah
karakteristik pelayanan MICE yang menjadi ciri khas Indonesia. Selain
itu, ada pula tuntutan harga kompetitif (Cost Efficiency), kebutuhan
akan kerja sama antarnegara atau benua.
Jadi hal-hal tersebut harus menjadi pegangan kita bersama dalam
mengembangkan MICE Indonesia sebagai sebuah destinasi MICE

34 Event dan Mice Red Hot Industry


yang unggul. Tetap memperhatikan kualitas, tetap mempertahankan
hospitality, tetap menjaga harga kompetitif untuk setiap event,
melakukan kerja sama di antara negara-negara Asia dan tetap membuka
pikiran dan hati terhadap berbagai perubahan.
Yang kita inginkan adalah menciptakan MICE Indonesia sebagai
sebuah destinasi yang memiliki karakter, sesuai dengan kondisi regional
yang ada. Tanpa sebuah karakter, maka akan sulit bagi Indonesia untuk
melampaui prestasi yang sudah dicapai oleh negara pesaing.
Dan, yang terpenting, momentum kebangkitan ekonomi yang sudah
ditunjukkan oleh China, India dan berbagai negara Asia lain seperti
Jepang, Korea, Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam,
menjadi momentum MICE Indonesia untuk mengambil posisi terdepan.
Banyak yang percaya, abad ke-21 adalah abad Asia, dan segera
kita melihat perubahan baru tengah dan akan muncul dari Asia.
Bangkitnya ekonomi China, termasuk India, dua negara berpenduduk
terbesar di dunia, serta negara-negara Asia lainnya seperti Jepang,
Korea, Singapura, Filipina, Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam dan
lainnya, segera akan menjadi fenomena baru, yang sedikit banyak akan
memberikan arus atau gelombang terbaru bagi industri MICE dunia.
Para ekonom dunia bahkan meramalkan China dan India sebagai
kekuatan pemimpin ekonomi dunia tahun 2050, meninggalkan Amerika
Serikat. Sinyal mengenai hal ini sudah mulai terlihat melalui penguasaan
ilmu dan teknologi yang semakin kuat di Asia. Dan dari sisi MICE,
tampak trend baru bahwa meskipun Eropa dan Amerika saat ini masih
tetap teratas dalam penyelenggaraan event MICE, namun pasar tua Eropa
dan Amerika tampak mulai ”melemah” dari tahun ke tahun, berbeda
dengan Asia yang terus menaik dan sangat meyakinkan, sehingga tidak
lama lagi kita akan menyaksikan Asia bisa mengambil posisi mereka.
Perubahan geografis ”pusat” ekonomi dan politik global ini,
merupakan kabar baik bagi negara-negara Asia, dan diharapkan
akan mendorong ekonomi dan politik regional Asia secara positif.
Bagaimana industri MICE Asia mampu mempersiapkan sebuah konsep
pertumbuhan MICE regional Asia, yang bisa membawa dampak positif
bagi perkembangan MICE ini ke seluruh negara Asia?

Bab 2 | Peluang Bisnis MICE 35


Beberapa pertimbangan kebutuhan yang tercipta dari perubahan
kondisi global ini? Pertama, membuat koneksi Asia (Asian connection),
yang satu sisi terus memperkuat China dan India dan begitu pula
sebaliknya. Kedua, menjadikan China sebagai “distribution power”
termasuk India, selain terus menyokong Singapura yang telah menjadi
pusat distribusi selama ini.
Ketiga, menggantikan terminologi persaingan tidak sehat menjadi
kerja sama saling membangun. Bukan saling membunuh. Konsep
ini bisa dijabarkan lebih lanjut dalam kerja sama cross selling, kerja
sama penciptaan kegiatan-kegiatan atau event MICE yang produktif
di masing-masing negara anggota, dan kerja sama promosi maupun
penjualan, dan tukar-menukar informasi.
Keempat, mempertahankan keunikan keramahtamahan (hospitality)
basis karakteristik negara masing-masing. Kelima, membuat standar
pelayanan umum MICE Asia yang mudah diadaptasi semua negara
anggota. Keenam, pelihara komunikasi dan sharing informasi, terutama
berkait dengan bidding.
Trend lain yang bisa kita lihat adalah bahwa masyarakat industri
maju yang semakin individualistik, terutama apa yang terjadi di
Eropa dan Amerika, membutuhkan sesuatu yang lebih ”Nature” yang
membawa dia mengalami suatu pengalaman sosial dan budaya yang
tidak diperolehnya di negara asalnya.
More Nature bukan hanya terkait dengan dimasukkannya isu
lingkungan ke dalam perencanaan dan pelaksanaan event MICE, seperti
penggunaan bahan-bahan yang merupakan hasil daur ulang, atau
semakin memperhatikan kelestarian lingkungan dan isu-isu lingkungan
lainnya ke dalam penyelenggaraan MICE, namun akan lebih menekankan
pentingnya pelayanan sosial budaya lokal ke dalam sebuah event MICE.
Davos menawarkan Nature dan menjadi populer dengan
menghindari pembangunan convention center, agar lebih menjual
dan mempertahankan nature-nya yaitu musim dingin yang penuh
romantikanya. Hal ini bukan berarti bahwa sebuah covention center tidak
perlu, namun penting sekali untuk memberikan sajian yang lebih nature
mengenai sebuah destinasi MICE.

36 Event dan Mice Red Hot Industry


Apa yang harus kita lakukan? Asia memiliki keunggulan komparatif
dalam memberikan wajah nature mereka, dalam bentuk alam, sosial
dan budaya yang unik, dan hal itu harus menjadi bagian penting dalam
pelayanan event MICE.
Pasar Eropa dan Amerika, yang memiliki budaya individualistik
menyenangi pengalaman pribadi yang bersentuhan dengan budaya
lokal. MICE Asia harus membuat konsepsi ini ke dalam setiap event
MICE sebagai bagian dari hospitality, yang umumnya sudah hilang di
regional lain.
Dalam menghadapi isu lingkungan hidup, seperti penggunaan
bahan-bahan yang menggambarkan kepedulian lingkungan (eco-
awareness), menurut saya penting untuk menjadi pertimbangan meskipun
hal ini sebenarnya tidak terlalu menyulitkan bagi organizer/planner,
karena bagaimanapun industri ini dibangun bersama sektor lain secara
bersama-sama. Meski begitu, penting bagi kita untuk menunjukkan
suatu keberpihakan kepada isu ini dalam setiap promosi MICE.

Bab 2 | Peluang Bisnis MICE 37


[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB 3
PARIWISATA EVENT

Peristilahan yang menyangkut Event dalam tulisan ini


mengungkapkan lingkup (a) Festivals, Special Event, Mega Event
(Getz, 1991), (b) Major Event (Torkildson,1986:456). Pengertian event
dalam kamus secara umum dapat berarti sesuatu yang terjadi, kejadian,
sebagai suatu hasil atau bagian dari kegiatan olahraga (Getz, 1991:43).
Tipologi dari Pariwisata event ditunjukkan seperti Gambar 3.1 berikut.

Rekreasi dan
Infrastruktur Akomodasi Transportasi Atraksi Katering Retail
Hiburan

Elemen dari event

Atraksi Mutlak Atraksi Permanen Event


- Iklim - Taman Hiburan Program dan Event pada atraksi permanen:
- Pemandangan - Taman Kota - Program Perjalanan
- Budaya - Pameran - Kegiatan bisnis
- Keramah- - Fasilitas budaya - Event Olahraga
tamahan - Layanan Masyarakat - Event Pendidikan
- Pusat Konvensi - Event Keagamaan
- Fasilitas olahraga dan - Event Politik
rekreasi - Festival Masyarakat
- Fasilitas Belajar - Mega Event
- Regional event

Atraksi
- Atraksi lokal/aktivitas wisata
- Atraksi selama perjalanan

Kesan dan Citra Pariwisata

Gambar 3.1 Tipologi Pariwisata Event (Getz, 1991:45)

39
A special event is a onetime or infrequently occurring event outside the
normal program or activities of the sponsoring or organizing body. To the
customer, a special event is an opportunity for a leisure, social, or cultural
experience outside the normal range of choices or beyond everyday experience.

Menurut Getz (1991:45), dalam bukunya “Festivals, Special Event


and Tourism”, memberikan gambaran pariwisata event dilihat dari sisi
penawaran. Dalam Gambar 3.1 diperlihatkan ada 7 (tujuh) elemen yang ada
dalam sebuah daerah tujuan wisata MICE. Adapun ketujuh elemen tersebut:
1. infrastruktur (infrastructure),
2. akomodasi (accomodation),
3. transportasi (transportation),
4. atraksi (attraction),
5. katering (catering),
6. pedagang pengecer (retail),
7. sarana rekreasi atau hiburan (recreation or entertainment).

Dari ketujuh elemen tersebut, wisatawan yang datang ke destinasi


dapat menikmati tiga bagian elemen atraksi, yang disebut Atraksi
Mutlak, Atraksi Permanen, dan event (Ambient Attraction, Permanent
Attraction, dan event). Gambar tersebut merupakan tujuan dasar
dari pariwisata event. Karakteristik dari Pariwisata event yang juga
menyangkut festival adalah sebagai berikut.
1. Terbuka untuk umum.
2. Tujuan utamanya untuk memperingati atau memamerkan tema
tertentu.
3. Diselenggarakan dalam jangka waktu setahun atau kurang.
4. Ada acara pembukaan dan penutupan.
5. Struktur organisasi yang dibentuk tidak permanen.
6. Program acara terdiri dari beberapa aktivitas.
7. Seluruh aktivitas diselenggarakan pada tempat dan lokasi yang
sama dalam satu wilayah.

40 Event dan Mice Red Hot Industry


Pariwisata Event secara khusus belum tertuang dalam aturan
tertulis yang dikeluarkan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,
yang ada hanyalah lingkup Usaha Jasa Konvensi. Kegiatan pariwisata
event dalam pelaksanaan kegiatannya melibatkan lintas departemen.
Pameran Dagang sebagai event dalam pengurusannya ditangani oleh
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Pementasan artis bertaraf
internasional dalam pengurusannya semestinya ditangani oleh usaha
jasa impresariat, berkoordinasi dengan departemen yang terkait sesuai
tema event. Contoh pada Bali misalnya, Nusa Dua Festival yang dalam
pelaksanaannya adalah kegiatan Bali Tourism Development Corporation
(BTDC); Bali Art Festival (Pesta Kesenian Bali/PKB) yang diadakan
setiap tahun oleh Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kebudayaan.
Jika dibandingkan dengan usaha jasa konvensi (MICE), pariwisata event
menekankan hiburan dan menarik. Berbeda dengan MICE yang lebih
menekankan tujuan tertentu untuk kegiatan MICE itu sendiri, dan
belum tentu menarik bagi mereka yang mengikuti kegiatan dimaksud.
Event dalam kaitannya dengan perencanaan destinasi wisata,
Getz (1991:5) menyebutkan event mempunyai peranan penting dalam
pembangunan pariwisata.
Terdapat 4 (empat) hal penting perlunya pariwisata event antara
lain sebagai berikut.
1. Event sebagai atraksi (attraction), sangat jelas dapat diungkapkan
di mana kegiatan pariwisata event merupakan atraksi/daya tarik
tersendiri bagi sebuah destinasi. Atraksi adalah sesuatu yang
menarik untuk dilihat/dinikmati. Atraksi menunjukkan hal utama
pilihan wisatawan konvensi menilai Bali (Mahadewi, 2004).
2. Event sebagai pemberi citra destinasi (image maker); melalui kegiatan
event sebuah destinasi dapat memasarkan dirinya untuk memberikan
kesan dan pandangan terhadap destinasi yang ditawarkan. Misalnya
contoh kasus Indianapolis yang identik dengan wisata olahraga
(sport tourism). Bali dilihat dari sisi event, setiap aktivitas orang Bali
(Hindu) adalah event. Citra Bali adalah Pariwisata budaya, yang
dalam kegiatan event dapat diberikan contoh: Pementasan Tari
Barong dan Kecak, Acara Buffet Dinner di puri-puri (rumah raja-raja

Bab 3 | Pariwisata Event 41


Bali tempo dulu), Ngaben (upacara pembakaran mayat), upacara
potong gigi, dan semua aktivitas dalam menyambut hari raya umat
Hindu (Galungan, Kuningan, Nyepi, dan sebagainya).
3. Event sebagai pendorong tumbuhnya atraksi wisata (animators of
static attractions). Melalui kegiatan event, dapat ditunjukkan segala
bentuk atraksi yang merupakan ajang aktivitas dan kreativitas
pelaku event. Contoh pada Bali adalah adanya penampilan tari
Okokan di pentas Pesta Kesenian Bali, di mana sebelumnya tarian
ini terbatas hanya memainkan alat musik Okokan, berkembang
diiringi tarian-tarian pelengkap yang mengikuti irama musik
melibatkan masyarakat lokal.
4. Event sebagai penggerak tumbuhnya pembangunan sektor lain
(catalyst for other development). Melalui event, pertumbuhan sektor
lain secara tidak langsung tumbuh untuk melengkapi kegiatan
event yang dilaksanakan. Contoh dalam hal ini adalah dengan
adanya Pesta Kesenian Bali, masyarakat di sekitar areal Art Center
tempat penyelenggaraan event, mampu memperoleh pendapatan
bagi warga masyarakat sekitarnya (banjar). Pendapatan diperoleh
melalui penyewaan areal parkir bagi pengunjung Pesta Kesenian
Bali, penyewaan lahan bagi para pedagang kaki lima, dan
penggunaan tenaga keamanan (pecalang) yang semuanya adalah
masyarakat umum.

Hal yang paling mendasar dan aspek penting dari pariwisata event
adalah untuk upaya mendatangkan wisatawan baik domestik maupun
mancanegara (Getz, 1991:5). Getz juga menyampaikan, tidak semua
event yang ditawarkan mampu menarik bagi wisatawan. Adakalanya
wisatawan datang bersamaan dengan kegiatan event, hanya untuk
melihat peluang apa yang bisa dilakukannya selama event. Dalam
hal ini wisatawan yang datang adalah untuk bisnis. Sehingga batasan
pariwisata yang menyebutkan pariwisata adalah kegiatan bersenang-
senang dan mengeluarkan uang, dalam hal event dapat terjadi menjadi
kegiatan untuk bisnis dan mendapatkan uang. Sehingga wisatawan yang
mengikuti kegiatan event, memenuhi syarat dari sisi batasan pariwisata
itu sendiri, dan syarat sebagai orang ikut dalam kegiatan event.

42 Event dan Mice Red Hot Industry


Gunn (1988, ed.Getz, 1991:6), menyebutkan atraksi pada sebuah
destinasi merupakan promosi paling efektif dalam mengemas kegiatan
event. Atraksi yang atraktif dapat digunakan sebagai alat ukur untuk
menentukan sebuah event menjadi menarik atau tidak (Getz,1991:6).
Gambar 2 berikut menunjukkan hubungan kegiatan event dan Pariwisata.

Atraksi
− Penggerak wisatawan berkunjung ke destinasi
− Penambah makna event
Animator
Image maker
− Atraksi local (static attraction)
− Penanda event (Hallmark event)
− Fasilitas umum
− Tema destinasi dan citra positif
− Tempat belanja
Katalis
Alternative Tourism
− Memberi pembaharuan
and
− Infrastruktur
Sustainable Development
− Pengembangan bisnis dan ekonomi

Gambar 3.2 Hubungan Pariwisata Alternatif dengan Kegiatan Festival dan


Event Special (Getz, 1991:6)

Getz mengemukakan pendapatnya bahwa kegiatan event dapat


menjadi katalis, image maker, atraksi, animator dan sebagai bentuk
pariwisata alternatif serta pengembangan yang berkesinambungan.
Event are an important part of any comprehensive community recreation
programme. They capture the imagination. Events can involve the
community; they can increase awareness; they can help put an organization or
an activity on the map. Event can bring top class performers, entertainment,
novelty, adventure, surprise and fun to add height, width, depth and glamour
to a programme (Torkildson, 1986:456).

Event adalah bagian penting dari keseluruhan kegiatan rekreasi


yang ditawarkan. Kegiatan event banyak melibatkan masyarakat
dan dapat memberikan kesejahteraan, melibatkan organisasi secara
langsung dalam kegiatan yang diselenggarakan. Penanganan yang
profesional dalam kegiatan event, dapat memberi nilai tambah bagi

Bab 3 | Pariwisata Event 43


program wisata yang ditawarkan. Penanganan yang buruk dalam
menyelenggarakan kegiatan event dapat berakibat berkurangnya nilai
event yang ditawarkan (Torkildson, 1986:456). Hal ini dapat berakibat
buruk bagi nama baik pihak penyelenggara yang menawarkannya. Yang
perlu mendapat perhatian adalah para Recreation Manager hendaknya
dapat mengontrol pelaksanaan kegiatan event dari awal perencanaan
sampai event berlangsung. Bagamanapun juga kegiatan event adalah
kegiatan berwisata yang tujuan utamanya adalah untuk bersenang-
senang, to switch off and relax (Krippendorf dalam France, 1997:39).
Pariwisata Event sebagai bagian dari studi kepariwisataan, didefinisikan
sebagai perencanaan yang sistematis, pengembang pemasar atraksi
festival dan event spesial, sebagai katalis dan pembentuk citra destinasi
(Getz and Wick, 1993:2, ed. Murphy,1997).

44 Event dan Mice Red Hot Industry


BAB 4
LINGKUP KEGIATAN
USAHA JASA MICE

4.1 Lingkup Kerja Usaha Jasa MICE


Seperti telah dikemukakan terdahulu, kegiatan MICE pada
hakikatnya adalah kegiatan pertemuan yang melibatkan lebih dari dua
orang, untuk membicarakan, menggagas dan memperkenalkan suatu
ide, barang atau jasa atau lainnya untuk kepentingan orang-orang yang
mengadakan pertemuan ataupun untuk orang lain.
Karena kaitannya dengan pertemuan, maka seringkali hanya
menyebut MICE itu sebagai industri konvensi atau meeting industri.
Adapun insentif dan pameran adalah bagian dari pelaksanaan konvensi.
Walau begitu, sangat sering pameran dan indentif itu sendiri, dengan
kesadaran adanya kompleksitas atau lingkup kerja penanganannya
yang tersendiri pula.
Maka dapatlah dimaklumi kenapa kemudian muncul berbagai
asosiasi yang terpisah, seperti asosiasi konvensi dan asosiasi
penyelenggara pameran. Dalam Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi No. KM. 108/HM. 703/MPPT-91 Kongres, Konferensi
atau Konvensi diberikan pengertian sebagai berikut, yaitu “suatu
kegiatan berupa pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan,

45
cendekiawan dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan kepentingan bersama”.
Perjalanan Insentif (Incentive) adalah suatu kegiatan perjalanan
yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan
mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka dalam
kaitan penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya dengan
pariwisata.
Sedangkan Produk Incentive Meeting, di antaranya menyalurkan
incentive meeting dengan memperkuat sales team untuk mengejar:
Incentive Project dan Show Biz. Incentive meeting biasanya dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan Farmasi atau Costumer Goods untuk
memperkenalkan produk-produk barunya. Sementara Show Biz
merupakan pengembangan entertainment business dengan pasar
perusahaan-perusahaa besar, seperti ulang tahun perusahaan,
penandatanganan MOU, products launching, dan lain-lain.
Dalam peraturan itu pula, pameran (exhibition) dijelaskan sebagai
suatu kegiatan untuk menyebarluaskan informasi dan promosi yang
ada hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada
kaitannya dengan pariwisata. Pameran adalah salah satu bagian dari
industri MICE yang sangat menunjang suksesnya berbagai usaha
jasa konvensi. Untuk pengembangannya dapat bekerja sama dengan
anggota-anggota ASPERAPI dalam melaksanakan pameran.
Lingkup kerja uaha MICE meliputi perencanaan, konsultasi dan
pengorganisasian yang dapat dilakukan bersama-sama dengan pihak
pemberi tugas.
Lingkup kerja itu secara rinci adalah sebagai berikut.
• Merencanakan dan dapat melaksanakan bidding atau penawaran.
• Menyusun perencanaan anggaran dan pengelolaan anggaran untuk
penyelenggaraan kegiatan.
• Merencanakan dan dapat menyelenggarakan kegiatan.
• Mengkoordinasikan penyelenggaraan transportasi.
• Menyiapkan tempat penyelenggaraan.

46 Event dan Mice Red Hot Industry


• Mengkoordinasikan keperluan akomodasi.
• Mengkoordinasikan kegiatan promosi dan public relation.
• Mempersiapkan penyelenggaraan perjalanan pra, selama dan pasca
konvensi.
• Mengurus perizinan penyelenggaraan kegiatan.
• Mengurus/mengkoordinasikan kemudahan prosedur Bea dan
Cukai serta keimigrasian bagi Convention Equipment yang akan
di re-export atau dikirim kembali ke luar negeri setelah selesai
kegiatan, selambat-lambatnya dalam waktu lima tahun.

Perusahaan Jasa MICE diselenggarakan oleh badan usaha yang


berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi yang maksud dan tujuan
usahanya dinyatakan dalam akte pendirian. Usaha jasa MICE merupakan
bidang usaha yang terbuka bagi Penanaman Modal Asing (PMA)
dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang dilaksanakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penyelenggaraan usaha MICE oleh penyelenggara luar negeri
yang akan dilakukan di Indonesia harus menunjuk perusahaan jasa
konvensi, perjalanan insentif dan pameran dalam negeri sebagai mitra
usaha. Sebelum penandatanganan perjanjian kerja sama, mitra usaha
dalam negeri wajib melapor kepada Instansi Pembina di daerah untuk
memperoleh persetujuan.
Dalam kaitannya dengan pengusahaan ini, penyelenggara usaha
jasa MICE diwajibkan memberikan perlindungan, menjaga keselamatan
dan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada peserta,
beranggung jawab untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak
pemberi tugas berdasarkan perjanjian yang disepakati.

4.2 Pengelolaan Usaha Jasa MICE


Dilihat dari segi bisnis, usaha jasa MICE merupakan bidang usaha
yang menjanjikan, sehingga seringkali membuat keterkaitan banyak
pihak untuk memasuki usaha di bidang ini. Di Indonesia sendiri,
‘booming’ untuk masuk ke bidang ini pernah terjadi pada awal-awal

Bab 4 | Lingkup Kegiatan Usaha Jasa MICE 47


tahun 90-an, bahkan berbagai kalangan telah beramai-ramai membuka
kursus atau pendidikan dan latihan MICE.
Sebagai akibatnya, banyak muncul penyelenggara MICE yaitu PCO
(Professional Congress Organizer) yang terorganisir maupun tidak,
yang profesional maupun yang amatiran secara in-house. Sebenarnya,
besarnya reaksi masyarakat terhadap usaha MICE ini sangatlah positif,
sebagai bagian dari upaya sosialisasi usaha jasa MICE. Tetap di sisi lain,
banyak pihak hanya menyadarkan diri kepada hitung-hitungan untung
tanpa menyadari esensi dari penyelenggaraan sebuah event MICE maka
suatu ketika bisa saja menjadi bumerang bagi industri MICE sendiri,
di mana akan lahir ketidakpercayaan masyarakat kepada PCO sebagai
sebab akibat dari tidak profesionalnya para PCO.
Alangkah baiknya apabila PCO memperhatikan dengan sungguh-
sungguh standar mutu pelayanan dan prasyarat yang diatur dalam
perundang-undangan. Sebab bagaimanapun, pelaksanaan suatu event
itu sangat berdampak bagi si tuan rumah atau penyelenggara, bahkan
terhadap industri MICE itu sendiri. Jika masing-masing PCO (baik
itu yang terorganisir maupun tidak) tidak memperhatikan dengan
sungguh-sungguh karakteristik sebagai kelompok “profesional”, maka
dapat mengurangi citra PCO secara keseluruhan.
Dalam kaitan ini, untuk ke depan perlu dilakukan pola pembinaan
yang lebih intens terhadap pertumbuhan PCO. Namun begitu, untuk
memudahkan pengorganisasian maupun upaya pembinaan dan dalam
rangka menumbuhkan semangat korps dalam usaha MICE, para PCO
hendaknya masuk dalam keanggotaan asosiasi terkait seperti INCCA/
AKKINDO atau SPICO untuk menyelenggarakan kongres dan konvensi,
maupun ASPERAPI untuk penyelenggaraan pameran.
Seperti dikatakan terdahulu, besarnya pertumbuhan PCO di
Indonesia merupakan sinyal positif dalam rangka terciptanya persaingan
yang sehat dalam upaya memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat pengguna jasa PCO. Dalam kaitan itu, makin tinggi pula
tuntutan atas komitmen PCO yang berkualitas dan yang mampu terlibat
penuh dalam keseluruhan proses pemberian pelayanan termasuk
konsultasi maupun dalam pelaksanaannya.

48 Event dan Mice Red Hot Industry


Perlu diingat, bahwa karakteristik layanan PCO itu sangat
menyeluruh, dan menyangkut aspek yang luas dan kompleks. Dalam
kaitan itu, sebuah PCO bukan hanya dituntut untuk mampu memahami
bidang-bidang yang digarap pelaksanaan konvensinya, tetapi mampu
memberikan masukan-masukan yang berarti upaya kesukseskan
kegiatan penyelenggara.

4.3 Organisasi MICE


Pasar pertemuan internasional memiliki segmen yang luas,
tergantung kepada ukuran pertemuan, ragam orang yang mengikuti
pertemuan, berdasarkan maksud dan banyak kriteria lainnya.

International Meeting

Corporate Initiators Non-corporate Initiators

- Internal meetings - Internasional Gov. Org.


- External meetings - Internasional Non-Gov. Org
- In/External meetings (NGO’s)

Dari beberapa pengalaman dalam penyelenggaraan konvensi,


segmen pasar yang paling besar dikerjakan atau dipasarkan dibagi
dalam tiga kategori, yaitu
a. Kategori Internasional, terdiri dari:
1) International Governmental Organizer (IGOs)
2) International Non-Governmental Organizer (INGOs)
3) Multinational Bussiness Concerns
b. Kategori Nasional, terdiri dari:
1) National, Provincial and Local Associations/Institutions
2) National and Local Business Conserns

Bab 4 | Lingkup Kegiatan Usaha Jasa MICE 49


c. Kategori Tambahan, terdiri dari:
1) Incentive Meeting
2) Exhibition
3) Non-MiCE Product

Pasar asosiasi dapat dibagi lagi dalam tiga kategori, yaitu:


a. Pertemuan Sains (Scientific Meetings), sebagai contoh adalah The
International Symposium on Photo Chemistry dan lain-lain.
b. Pertemuan Dagang (Trade Meetings), contoh The Congress of the
International Federation of Newspaper Publishers.
c. Pertemuan Keluarga (Family Meetings), contohnya The Convention
of International Council of Jewish Women.

Berbagai kategori pertemuan memiliki karakteristik tersendiri,


namun ada beberapa kesamaannya, yaitu kebanyakan di antaranya
diselenggarakan berkala dalam jangka waktu tertentu, dengan lokasi yang
berotasi, jumlah peserta relatif sama dari satu pertemuan ke pertemuan
lain, dan inisiatif menjadi tuan rumah biasanya konterpart lokal.
Pertemuan asosiasi biasanya memiliki durasi 4 hingga 5 hari,
kadang-kadang 2 atau 3, tetapi jarang hingga 6 hari atau lebih.
Pengorganisasiannya satu atap (everything under-one-roof). Pertemuan
asosiasi memerlukan ruang yang lebih banyak dibandingkan dengan
pertemuan perusahaan (cooporate).
Data ICCA menunjukkan bahwa pertemuan asosiasi menggunakan
ruang pameran. Pameran komersial bahkan telah menjadi aspek
yang penting dalam pertemuan ini. Perkembangan lainnya adalah
pengorganisasian event, di mana ditemukan tendensi menuju kepada
sekretariat permanen atau PCO. Dalam jangka panjang, hal ini akan
menghasilkan sentralisasi pembuatan kebijakan.
Dalam kaitannya dengan penentuan kebijakan, tidak semua aspek
organisasi kongres dibuat oleh satu orang. Daerah tujuan dipilih oleh
organisasi internasional seperti badan, sekretariat jenderal atau komite
khusus. Daerah tujuan diambil oleh konterpart lokal, yang biasanya

50 Event dan Mice Red Hot Industry


anggota organisasi. Tempat penyelenggaraan (venue) dan semua
penyokong (suppliers) dipilih oleh konterpart lokal yang memenangkan
‘bid’. Acara dalam event dibuat oleh panitia program khusus yang
menjadi bagian dari panitia lokal atau badan internasional yang terpisah.
Konterpart lokal adalah pihak yang meraih dan memenangkan ‘bid’
sebagai tuan rumah dari pertemuan internasional itu. Mereka harus
melakukan pendekatan penuntun dan dalam berbagai kasus membantu
memenangkan ‘bid’.
Pertemuan perusahaan (Corporate Meetings) dapat dibagi ke
dalam tiga kategori, yaitu: Internal Meetings, External Meetings dan
Antara Internal dan Eksternal. Internal Meetings biasanya menyangkut
karyawan dari perusahaan. Ada banyak macam pertemuan ini, namun
yang lebih penting adalah: Sales, Technical, Training, Executive and
Icentive Meetings.
External Meeting biasanya berhubungan dengan operasi pemasaran
perusahaan atau produk perusahaan. Pesertanya adalah relasi luar dari
perusahaan. Pertemuan-pertemuan ini contohnya adalah Pertemuan
Dealers/Distributor, simposium/seminar, presentasi produk, pameran,
insentif, para pemegang sahan dan jumpa pers.
In/Ext Meeting biasanya melibatkan karyawan dan pemasaran
perusahaan. Ada dua kategori utama dari pertemuan ini yaitu:
Workshop dan Training.

4.4 Sektor-sektor Terkait dalam Kegiatan MICE


Dalam pengoperasian usaha jasa konvensi, perjalanan insentif
dan pameran akan melibatkan banyak sektor sebagai mitra kerja yang
saling berhubungan erat dan saling menguntungkan satu sama lainnya.
Sektor-sektor tersebut antara lain:
a. Akomodasi (hotel, wisman, losmen, dan lain-lain)
b. Transportasi (bus, taksi, kereta api, penerbangan, dan lain-lain)
c. Komunikasi dan profesi (perusahaan PR, perusahaan komunikasi,
kontraktor pameran, dan lain-lain)

Bab 4 | Lingkup Kegiatan Usaha Jasa MICE 51


d. Konsumsi (restoran, perusahaan jasa boga (catering), dan lain-lain)
e. Souvenir (pusat perbelanjaan, toko-toko hadiah, perusahaan
karajinal, dan lain-lain)
f. Bank (kartu kredit, penukaran uang, giro, dan lain-lain)
g. Hiburan (band, orkestra, sendratari, lawak, dan lain-lain)
h. Lokasi/venue (pusat konvensi, hotel, dan lain-lain)
i. Tour (travel agent, tour operator, guide, objek wisata, dan lain-lain)
Hubungan antar sektor yang mendukung usaha jasa konvensi tersebut
dapat digambarkan sebagai interaksi antara PCO dengan Organizing
Commitee dan sektor-sektor penunjang lainnya adalah sebagai berikut.
Diagram (1)
ORGANIZING
COMMITEE

ENTERTAINMENT SUPPLY AGENT

P.R. TRANSPORTATION

RESTAURANTS PCO TRAVEL AGENT

AIRLINES HOTELS

VENUES BANK

GENERAL
SERVICE

4.5 Dampak Ekonomi


Ciri khas seorang wisatawan konvensi antara lain: mereka adalah
orang-orang yang memiliki kelas ekonomi yang telatif tinggi dan
punya posisi penting di dalam sebuah perusahaan atau instansi baik
pemerintah, swasta maupun asosiasi. Karena itu umumnya mereka

52 Event dan Mice Red Hot Industry


adalah orang yang royal dalam membelanjakan uang untuk sesuatu
barang atau jasa atau tempat yang dianggapnya baik untuk digunakan
selama konvensi maupun untuk dibawa pulang.
Hal ini didukung dengan sangat baik dengan waktu tinggal (length
of stay) yang relatif lebih lama dibandingkan dengan wisman lain, yaitu
rata-rata 4 hari. Secara ekonomis jelas, semakin lama tinggal, maka
semakin banyak uang yang akan dibelanjakannya.
Selain itu, keunggulan lainnya adalah terjadinya multiplier
effect terhadap usaha lain khususnya usaha kecil dan menengah
dan pemasaran maupun penjualan produk wisata nasional secara
menyeluruh. Seperti diketahui, pengoperasian usaha jasa MICE
melibatkan banyak sektor sebagai mitra kerja yang saling berhubungan
erat dan saling menguntungkan satu sama lainnya.
Sektor-sektor tersebut antara lain usaha akomodasi (seperti hotel,
wisma, losmen, dan lain-lain), usaha transportasi (bus, taksi, kereta api,
penerbangan, dan lain-lain), usaha komunikasi dan profesi (perusahaan
PR, perusahaan komunikasi), usaha kontraktor pameran, usaha konsumsi
(seperti restoran), perusahaan jasa boga (catering), dan lain-lain) usaha
souvenir (pusat perbelanjaan, toko-toko hadiah, perusahaan kerajinan,
dan lain-lain), usaha perbankan (kartu kredit, penukaran uang, giro, dan
lain-lain), usaha hiburan (band, orkestra, sendratari, sanggar kesenian
dan kebudayaan, lawak, dan lain-lain), usaha pengadaan lokasi/venue
(pusat konvensi, hotel, dan lain-lain, usaha perjalanan/tour (travel agent,
tour operatir, guide, objek wisata dan lain-lain).
Perlu diperhatikan, pengeluaran ini terjadi secara penyeluruh
dalam masa waktu sebuah pelaksanaan event konvensi, pameran
ataupun perjalanan insentif. Data Depparpostek menunjukkan, 26
persen dari seluruh pengeluaran wisman dibelanjakan untuk kebutuhan
cinderamata, 29 persen untuk akomodasi, 19 persen untuk makanan
dan minuman, 6 persen untuk bis dan kereta api, 5 persen untuk
hiburan. Belum lagi untuk yang lainnya, seperti kebutuhan untuk paket
tour yang dirancang oleh para penyelenggara konvensi.
Dapat dibayangkan tanpa banyak industri kecil dan menengah
yang terlibat di dalam penyelenggaraan konvensi itu. Katakanlah

Bab 4 | Lingkup Kegiatan Usaha Jasa MICE 53


usaha cinderamata, jasa catering, jasa perjalanan, guide, makanan dan
minuman dan lainnya.
Bagaimana menjelaskan hal ini efek terhadap pemasaran dan
promosi itu? Seorang wisatawan asing khususnya untuk keluarga
Amerika Serikat dan Eropa pada dasarnya memiliki tempat-tempat
wisata fanatik, yang sangat susah untuk diubah dalam masa singkat.
Untuk menarik mereka berkunjung ke Indonesia sangat sulit. Tetapi
ketika dia mengikuti event konvensi di Indonesia yang mau tidak mau
harus diikutinya, maka secara pasti orang itu akan menjadi ujung tombak
promosi wisata bagi keluarganya maupun bagi lingkungan kantornya.
Tentu saja hal ini akan positif apabila dalam perjalanannya di Indonesia
kita menawarkan pelayanan yang memuaskan bagi dia, berikut segenap
keunggulan komparatif yang dimiliki objek-objek wisata di Tanah Air.
Berdasarkan hasil Studi PAU Sosial UGM (1996) usaha MICE memiliki
dampak langsung dan tidak langsung serta sampingan, baik terhadap
penghasilan, pekerjaan, pendapatan pemerintah maupun efek impor. Efek
langsung ini berhubungan dengan dampak terhadap perusahaan yang
secara langsung menerima pengeluaran MICE. Dampak tidak langsung
terjadi saat perusahaan garis depan yang menerima pengeluaran MICE,
membeli kebutuhan mereka dari pemasok dan kemudian pemasok tersebut
membeli barang dan pelayanan dari pemasok mereka sendiri dan seterunya.
Maka pengaruh langung tidak terbatas pada MICE maupun
sektor hotel dan restoran, tetapi seluruh ekonomi Indonesia. Dampak
sampingan disebabkan oleh pengeluaran ulang penghasilan yang
didapatkan pada tingkat dampak langsung dan tidak langsung. Saat
penghasilan yang disebabkan oleh kegiatan MICE dikeluarkan kembali
ini akan menghasilkan stimulus tambahan ke ekonomi Indonesia dan
dengan demikian, menghasilkan tingkat penghasilan lebih tinggi, lebih
banyak lowongan kerja, revenue pemerintah dan lainnya.
Jumlah total penghasilan langsung yang dihasilkan oleh sebuah
kegiatan MICE adalah sekitar Rp 233.736 juta, jika dampak tidak
langsung diperhitungkan maka penghasilan meningkat menjadi
Rp 258,357 juta, sementara jika ditambah lagi dengan pengaruh
sampaingan maka total efek penghasilan menjadi Rp 531.752 juta.

54 Event dan Mice Red Hot Industry


BAB 5
PENGGERAK EVENT DAN
USAHA JASA KONVENSI

Peningkatan kinerja event dan MICE di Indonesia sangat ditentukan


oleh lahirnya berbagai perusahaan penggerak event, MICE atau Event
Organizer (EO) serta Profesional Congress Organizer (PCO) berlisensi.
Pengerak ini yang selain memiliki berbagai sumber daya manusia yang
profesional dan kecakapan hubungan internasional yang kuat, juga
memiliki visi yang tegas di dalam mengelola bisnis event dan MICE. Secara
substansial, organisasi event memang seolah tidak mempunyai wadah.
Hal ini tentunya menjadi permakluman semua pihak, pariwisata event
adalah sesuatu hal yang baru bagi Indonesia. Dan Direktorat MICE yang
baru dibentuk tahun 2007 pun masih berorientasi pada bagian MICE.
Untuk itulah, sebagian besar gambaran penggerak event dan usaha jasa
konvensi ini lebih mengarah pada PCO. Salah satu organisasi yang bergerak
menangani perkembangan usaha event dan konvensi yang ada di Bali
adalah SIPCO Bali (Society Indonesia Profesional Congress Organizer).

5.1 Organisasi dan Uraian Tugas PCO


PCO (Professional Congress Organizer) adalah perusahaan khusus
untuk melaksanakan pertemuan (meeting) atau kegiatan dengan basis
profesional.

55
PCO adalah konsultan, administrator, kreator yang memberikan
perhatian penuh bagi mendukung suksesnya kegiatan pertemuan yang
diselenggarakan baik pemerintah, swasta, organisasi maupun asosiasi
nasional, regional maupun internasional.
Dalam pelaksanaannya nanti, sebuah Perusahaan PCO selaku
konsultan maupun kontraktor akan bertanggung jawab langsung
kepada Panitia Penyelenggara di dalam menentukan segala kebutuhan
yang diinginkan. Dalam arti Panitia Penyelenggaralah yang menentukan
kebijakan, Perusahaan PCO membantu berdasarkan keprofesionalan
yang dimilikinya.
a. Tanggung jawab PCO kepada Pihak Panitia
Untuk mengatur suatu konferensi secara profesional, berdasarkan
pengetahuan dari kebutuhan konferensi saat ini, PCO bertanggung
jawab kepada panitia dalam hal-hal berikut.
- PERENCANA/PLANNING
• PCO membantu dalam pengaturan struktur organisasi
panitia penyelenggaraan.
• PCO membuatkan keterangan mengenai tugas dan
kewajiban setiap panitia secara detail.
• PCO mempersiapkan jadwal administrasi secara detail
mengenai tanggung jawab dan batas dalam tugas tersebut.
- RINCIAN JADWAL/SCHEDULE
PCO membuatkan rincian secara jelas dan tertulis tugas dan
tanggung jawab untuk keperluan konferensi agar dapat terjalin
kerja sama yang baik, yaitu
• Jadwal administrasi;
• Pembuatan breakdown timetable;
• Perencanaan lokasi/tempat;
• Peralatan audio visual chart;
• Pengaturan kebutuhan makanan dan minuman;
• Pembuatan tanda untuk pembicara;

56 Event dan Mice Red Hot Industry


• Penempatan staf, yaitu: di meja registrasi dan keperluan
lainnya di tempat/meja untuk pembicara (speaker), di
Sekretariat;
• Management Conference Hall;
• Kebutuhan kebersihan (housekeeping), keamanan dan
keperluan emergency;
• Di dalam pemberian isyarat/tanda kepada moderator dan
pembicara pada saat acara;
• Mengatur dasar-dasar yang diperlukan untuk keperluan
konferensi.
- KEUANGAN/FINANCE
• PCO menyiapkan keterangan pengeluaran/biaya secara
detail dan rencana pembiayaan untuk disesuaikan dan
selanjutnya disetujui oleh pihak panitia.
• PCO menyiapkan laporan keuangan secara lengkap
sesudah terlaksananya konferensi.
• PCO akan memberikan segala kebutuhan yang penting
mengenai informasi dan kerja sama untuk semua
kebutuhan panitia.
• PCO akan mengatur tempat, tempat peralatan dan
ruangan untuk personel.
- KORESPONDEN/CORESPONDENCE
PCO dapat membantu panitia di dalam semua kebutuhan
korespondensi yang berhubungan dengan kepentingan
konferensi suatu organisasi. Kecuali materi teknis/program
yang seharusnya dipenuhi oleh pihak panitia.
- MENCARI TEMPAT PENYELENGGARAAN/VENUE
SEARCH
PCO akan membantu pihak panitia di dalam pencarian tempat
penyelenggaraan. Sesudah itu, PCO menindaklanjuti tempat
penyelenggaraan setelah surat penunjukan diberikan.

Bab 5 | Penggerak Event dan Usaha Jasa Konvensi 57


- KEGIATAN YANG DIL AKSANAKAN DI TEMPAT
PENYELENGGARAAN/VENUE LIAISON
Pengaturan lebih lanjut akan ditindaklanjuti oleh PCO untuk
tempat penyelenggaraan. Pengaturan akan dibuatkan berdasarkan
kebutuhan dari panitia, dengan perincian sebagai berikut.
• Negosiasi dan pengaturan kontrak untuk tempat
penyelenggaraan.
• Membuat dan merinci mengenai fasilitas-fasilitas dan
pengaturan ruangan.
• Mengatur lokasi atas fasilitas yang tersedia untuk kegiatan
rapat panitia penerimaan tamu, pendaftaran, sekretariat,
gudang dan kebutuhan ruangan lainnya.
• Alat bantu audio visual: kami akan mengkoordinasi semua
kebutuhan dan peralatan yang dibutuhkan.
• Peralatan panggung, teknis dan elektronik.
• Tenaga pengangkut barang, tenaga kebersihan, tempat
pembuangan sampah, dan sebagainya.
• Makanan dan minuman untuk para delegasi.
• Kebutuhan sekretaris, peralatan kantor, ketik-mengetik,
fotocopy, dan sebagainya.
- PROMOSI/MARKETING
• PCO akan mengkoordinasikan semua kebutuhan surat
menyurat di dalam proses marketing atau promosi suatu
acara.
• Mengkoordinasi kegiatan akan kebutuhan promosi
sebelum konferensi dimulai.
- PENGHUBUNG DELEGASI/DELEGATE LIAISON
Membantu panitia dalam semua kebutuhan komunikasi
dengan peserta, termasuk:
• Mendistribusikan pengumuman konferensi kepada
peserta di Indonesia.

58 Event dan Mice Red Hot Industry


• Menerima pendaftaran dan memberikan informasi
mengenai keikutsertaan peserta.
• Melaksanakan korespondensi, pembetulan, pembatalan
dan permintaan-permintaan lain sebelum konferensi
dimulai.
• Menyusun secara alpabetical daftar peserta konferensi.
• Mengkoordinasi keperluan registrasi seperti acara, daftar
peserta, jurnal atau brosur sesuai permintaan.
• Pemberian petunjuk-petunjuk yang diperlukan para
delegasi di tempat.
- ALAT BANTU MENERJEMAHKAN DAN PENERJEMAHAN
ATAU SIMULTANEOUS INTERPRETERS SYSTEMS AND
INTERPRETERS
Membantu panitia dalam mengatur dan mencari alat
penerjemah yang simultan beserta penerjemah apabila
diperlukan.
- PENDAFTARAN DAN PERMINTAAN STAF PENDUKUNG
ATAU REGISTRATION AND ENQUIRY SUPPORTING
PERSONEL
• PCO memakai Computer Software yang terbaik dalam
membantu panitia dalam mendapatkan semua kebutuhan
data mengenai pendaftaran, akomodasi, pengaturan
perjalanan dan acara sosial lainnya. Mengenai sistem
pendaftaran, panitia akan mudah mendapatkan access
untuk mengetahui data demografik para peserta, matrix
dan pencetakan tanda pengenal dan sebagainya.
• Mengatur dan menempatkan tenaga-tenaga ahli yang
ber­pengalaman dalam management conference berdasarkan
kebutuhan dari panitia.
- ON SITE MANAGEMENT
• Mengkoordinasi semua kebutuhan operasional dan
perinciannya.

Bab 5 | Penggerak Event dan Usaha Jasa Konvensi 59


• Mengatur kebutuhan transportasi atas bahan-bahan seminar
dan peralatan sari/dan keluar tempat penyelenggaraan.
• Melakukan site management dan pengawasan selama
konferensi.
- TRANSPORTASI
Mengatur semua kebutuhan transportasi, yaitu:
• Penjemputan dan pengantaran delegasi ke airport.
• Mengadakan shuttle bus untuk delegasi dari hotel ke
tempat penyelenggaraan.
• Kebutuhan transportasi di luar kebutuhan konferensi.
• Mengadakan mobil limosin untuk peserta VIP selama
mereka tinggal.
- PENERBANGAN DAN AKOMODASI HOTEL/AIRLINES
AND HOTEL ACCOMODATION
Membantu panitia dalam mengatur jadwal penerbangan dan
pemesanan hotel untuk para peserta. PCO akan membuat
suatu tempat/desk bagi mereka yang membutuhkan informasi
di atas pada tempat penyelenggaraan konferensi.
Langkah-langkah yang akan ditempuh untuk pengaturan hotel,
yaitu
• Menentukan hotel yang akan dipakai atas persetujuan
panitia dan mengatur pemesanan hotel untuk semua
peserta termasuk VIP.
• Negosiasi dalam block-booking dengan pihak hotel yang
bersangkutan.
• Pengaturan pemesanan hotel dan semua kebutuhan yang
termasuk dalam pemesanan.
• Pembuatan tiga lampiran (satu lampiran untuk peserta, satu
lampiran untuk pihak hotel dan satu lampiran untuk kantor)
kupon hotel yang mengkonfirmasikan tanggal kedatangan.
lamanya batas tinggal di hotel dan keperluan deposit.

60 Event dan Mice Red Hot Industry


• Deposit diberikan kepada pihak hotel sebagai jaminan
selama mereka tinggal di hotel bersangkutan.
- PHOTOGRAPHY
PCO akan mengatur dan mencarikan photographer yang
berpengalaman untuk merekam semua kegiatan konferensi
tersebut.
- DESIGN
Membantu panitia di dalam pembuatan design untuk
dipergunakan sebagai tema konferensi dan akan dipakai untuk
di panggung, tanda pengenal, perlengkapan dan tas konferensi.
- PRINTING
• Mengambil alih tanggung jawab mengenai perkembangan
semua barang cetakan (jika diminta).
• Membuat draft/konsep isi konferensi yang bersifat
non-teknis untuk pengumuman/pemberitahuan yang
pertama, kedua dan yang terakhir.
• Memberikan saran di dalam pembuatan design dan draft
untuk undangan, kartu menu, tanda pengenal, daftar
transportasi, daftar peserta, dan sebagainya.
- STAGE SET AND SIGNPOSTING
• Membahas dengan panitia mengenai pembuatan panggung
dan menyarankan siapa designernya apabila diminta.
• Mengawasi pembuatan panggung dan keperluan-
keperluan lainnya termasuk penempatan asesoris.
• Menyarankan dan melakukan penempatan poster serta
tanda-tanda lainnya yang diperlukan.
- PENANGANAN VIP/VIP TREATMENT
Penanganan khusus akan diberikan kepada para VIP yang
akan datang ke konferensi. Penanganan tersebut dimulai sejak
kedatangan mereka di airport sampai keberangkatan mereka.
PCO akan bekerja sama dengan protokol dari Departemen

Bab 5 | Penggerak Event dan Usaha Jasa Konvensi 61


Luar Negeri, Pejabat Airport, Imigrasi dan Polisi, termasuk
juga pengawalan dan keamanan bagi mereka (jika diminta).
- PENGATURAN-PENGATURAN TERSEBUT ADALAH:
• Membuka ruangan VIP di airport.
• Mengatur dalam penyediaan mobil limosin.
• Mengatur pemasangan bendera di masing-masing mobil
peserta VIP.
• Mengatur polisi pengiring dan keamanan selama mereka
tinggal.
• Mengatur kamar suite hotel untuk masing-masing
Menteri/Pejabat atau orang penting lainnya.
- UPACARA PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN DARI
KONFERENSI
• Pengaturan yang mendetail untuk acara pembukaan dan
penutupan tetap diperlukan diskusi dengan panitia.
• PCO akan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
• Keinginan/kebutuhan panitia dalam upacara
pembukaan dan penutupan.
• Mencocokkan kebutuhan panitia tersebut dengan
tempat penyelenggaraan.
• Menjamin agar semua protokol relevant dengan
kebutuhan konferensi.
• Bilamana acara tersebut dapat dibuka oleh pejabat
pemerintahan.
• Saran dalam kegiatan protokol dan keamanan.
b. Koordinasi dengan Departemen yang Terkait
Jika konferensi dihadiri oleh para pejabat tinggi luar negeri, perlakuan
khusus untuk VIP akan diberlakukan. Di dalam penanganan ini,
PCO akan menghubungi departemen yang terkait, antara lain:
• Administrasi bandara.

62 Event dan Mice Red Hot Industry


• Imigrasi dan Bea Cukai.
• Membantu panitia dalam mengirim surat konfirmasi kepada
kantor imigrasi untuk acara konferensi di dalam keberangkatan
dan kedatangan peserta untuk kegiatan sebagai berikut.
• Mempermudah prosedur untuk delegasi pada waktu datang.
• Menempatkan staf imigrasi di ruangan VIP.
• Menyediakan visa-on-arrival.
• Izin untuk menempatkan petugas pelaksana airport
sebelum mencapai imigration desk.
• Mempermudah dalam pengurusan pemeriksaan barang.
- KEPOLISIAN RI
Berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk kegiatan sebagai
berikut.
• Perizinan untuk konferensi dari pihak kepolisian.
• Keamanan untuk konferensi.
• Keamanan untuk menteri/pejabat atau orang penting
lainnya.
• Polisi pengiring untuk menteri dan untuk kegiatan lainnya
seperti kegiatan para pasangan peserta, makan malam di
luar tempat penyelenggaraan dan sebagainya.
- PERS DAN PUBLIKASI
Berkoordinasi untuk kegiatan sebagai berikut.
• Akreditasi pers untuk pers luar negeri yang akan hadir
pada konferensi tersebut.
• Pengaturan visa untuk pers.
• Berkoordinasi dengan media-media cetak dan elektronik
selama konferensi.
• Mempublikasikan konferensi tersebut.
• Pengaturan press conference.

Bab 5 | Penggerak Event dan Usaha Jasa Konvensi 63


- KEMENTERIAN LUAR NEGERI
Apabila konferensi diharapkan untuk dihadiri oleh delegasi-
delegasi setingkat menteri. PCO akan berkoordinasi dengan
protokol dari departemen luar negeri untuk aktivitas sebagai
berikut.
• Pengaturan pada acara pembukaan bekerja sama dengan
protokol dari istana presiden.
• Pengaturan permintaan visa on arrival dengan kantor
imigrasi.
• Pengaturan kedatangan untuk menteri dan tamu VIP.
• Pengaturan tata letak duduk selama konferensi dan acara
malam hari lainnya.
• Pengaturan bilamana pasangan menteri/VIP ikut serta
dalam acara.
• Pengaturan antara menteri melalui protokol.
- PILIHAN PROGRAM DENGAN BIAYA SENDIRI
Untuk tambahan di atas, PCO dapat memberikan beberapa
program lain atas biaya sendiri, yaitu PROGRAM SPECIAL
UNTUK PARA ISTRI/PASANGAN DARI DELEGASI
• Menyusun kegiatan-kegiatan untuk acara sosial.
• Menyusun acara untuk shopping, acara ke teater, gedung
seni, dan sebagainya.
• Dapat mengatur penyediaan hadiah untuk pasangan peserta.
• Program ini dapat ditawarkan dengan melampirkan ke
form pendaftaran.
- PILIHAN ACARA TOUR/JALAN-JALAN
• Menyusun dan menginformasikan mengenai biaya-biaya
dan jadwal untuk acara setengah hari atau satu hari.
• Mengatur semua kegiatan yang meliputi transport, tour
guide, gude books, pendaftaran untuk acara tersebut serta
kateringnya.

64 Event dan Mice Red Hot Industry


5.2 Pelayanan Terhadap Peserta Konvensi
Untuk memberikan pelayanan kepada peserta (partisipan),
yang paling penting dilakukan adalah memenuhi beberapa aspek
yang dibutuhkan oleh peserta sehingga mereka merasa tidak ditipu
oleh penyelenggara atas biaya pendaftaran yang telah mereka bayar.
Rincian pekerjaan dan pelayanan tersebut meliputi dua program yang
direncanakan yaitu Program Pokok dan Program Penunjang.

1. Program Pokok
Program Pokok, khususnya dalam hal sistem registrasi dan
penentuan topik sidang ilmiah dan pembagiannya.
a. Sistem Registrasi
Registrasi atau pendaftaran merupakan langkah awal yang
sangat penting bagi suksesnya suatu event pertemuan. Melalui cara
pelayanan registrasi ini dapat dilihat keprofesionalan sebuah PCO
yang menangani event tersebut. Dari sinilah kepuasan seorang peserta
mulai dan dipupuk, karena bila peserta sudah dihadapkan pada suatu
kendala pada saat pendaftaran, maka kesan negatif tersebut akan terus
mempengaruhi peserta dalam acara-acara selanjutnya.
Registrasi dibagi menjadi dua tahap:
1) Tahap Pendataan
Dalam tahap pendataan ini, peserta harus sudah mendapatkan
informasi apa yang didapatkannya dalam pertemuan tersebut sesuai
dengan biaya yang telah dibayarkan, baik berupa fasilitas, kegiatan,
maupun berupa meteri atau bahan-bahan yang akan diterima.
Kepada calon peserta yang sudah terdaftar akan dikirim surat
konfirmasi atau “Letter of Acceptance” (LOA), di samping informasi-
informasi lain tentang hal-hal yang harus mereka lakukan sehubungan
dengan keikutsertaan mereka dalam konvensi tersebut. Kelengkapan
data dan informasi tersebut sangat berpengaruh terhadap kelancaran
proses pendaftaran ulang saat event itu berlangsung.

Bab 5 | Penggerak Event dan Usaha Jasa Konvensi 65


2) Tahap Pelaksanaan
Pada saat pelaksanaan konvensi, semua peserta harus melakukan
pendaftaran, baik bagi yang sudah terdaftar sebelumnya maupun
yang belum. Maka pada saat pelaksanaan konvensi ada dua macam
registrasi yang harus disiapkan.
a) Pendaftaran Ulang (Re-registration)
Yaitu pendaftaran yang dilakukan oleh calon peserta yang sudah
terdaftar sebelumnya (pre-registered) dengan cara menunjukkan
LOA kepada petugas registrasi dan kemudian mencocokkannya
dengan data partisipan yang sudah dipersiapkan oleh sekretariat.
Bila semuanya beres, maka yang bersangkutan berhak untuk
mendapatkan kelengkapan konvensi atau konvensi kit dan remi
menjadi peserta konvensi.
b) Pendaftaran di tempat (On-site Registration)
Yaitu apabila calon peserta belum mendaftarkan diri
sebelumnya, berarti calon peserta tersebut harus melaksanakan
pendaftaran baru (on-site registration), setelah penyelesaian
hal-hal tersebut sesuai prosedur, maka peserta tersebut baru
resmi menjadi peserta konvensi.
b. Penentuan Topik Sidang Ilmiah dan Pembagiannya
Penentuan topik sidang ilmiah dan pembagiannya dalam bentuk:
• Plenary Lecture (Sidang Pleno/Paripurna), yaitu acara ilmiah
yang dipresentasikan oleh seorang pembicara tunggal dan dihadiri
seluruh peserta dan tidak ada cara ilmiah lain pada saat bersamaan.
Pembicara dalam acara ini biasanya seorang ilmuwan yang
mempunyai reputasi internasional dalam bidangnya sesuai dengan
topik acara kongres dan diundang oleh panitia. Karena pembicara ini
diundang oleh panitia, maka topik pembicaraannyapun ditentukan
oleh panitia. Kendati demikian, judul makalah (subtopik)nya
mungkin saja berbeda dengan yang diusulkan panitia.
• Symposia (simposium), adalah acara-acara ilmiah yang
dipresentasikan oleh beberapa pembicara berkenaan dengan topik-
topik pokok yang ditentukan oleh panitia. Beberapa simposium

66 Event dan Mice Red Hot Industry


biasanya dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan (paratel),
maka sering juga disebut plenary symposium.
• Oral Free Paper (makalah bebas), merupakan kesempatan yang
diberikan kepada para peserta secara umum untuk menyajikan
hasil riset atau pengalaman yang berkaitan dengan topik-topik
yang ditentukan panitia. Untuk menentukan apakah satu makalah
bebas pantas disajikan dalam sebuah kongres, peserta tersebut
harus mengirimkan “abstrak” makalahnya dalam waktu yang
ditetapkan sebelumnya. Sehingga dengan demikian panitia bisa
menilai dan menentukan diterima atau tidaknya makalah tersebut.
Bahkan kalau memungkinkan, bisa saja makalah bebas tersebut
dipresentasikan dalam acara simposium.
• Poster session. Acara ini sebenarnya merupakan free-paper (makalah
bebas) yang disajikan lewat poster, sedangkan bila dipresentasikan
secara lisan maka disebut oral free-paper. Poster Session kadangkala
disebut “Scientific Exhibition” (Paper Ilmiah).
Kendatipun demikian, bentuk-bentuk acara sidang ilmiah ini bisa
berkurang dan bisa pula bertambah, tergantung kepada besar kecilnya
konferensi tersebut. Acara ilmiah tambahan ini biasanya berbentuk:
Ø Pre/Post Congress Course. Congress Course adalah acara ilmiah
tambahan berupa kursus-kursus dalam suatu bidang keilmuan
tertentu yang masih mempunyai kaitan erat dengan topik/tema
kongres. Kegiatan ini terpisah dari program ilmiah kongres dan
karenanya peserta yang ingin mengikuti acara ini harus mendaftar
terlebih dahulu serta membayar registrasi fee. Kalau diadakan
sebelum kongres Pre Congress Course dan sesudah kongres
disebut Post-Congress Course.
Ø Satellite Symposia. Satellite Symposia disebut juga “sponsored
symposia” karena sepenuhnya disponsori oleh suatu
perusahaan. Oleh sebab itu, topik symposia, judul makalah
dan susunan pembicaranyapun diatur oleh perusahaan
tersebut. Demikian juga dengan audiovisual dan room-
stylenya. Untuk itu perlu ada koordinasi yang baik antara seksi
ilmiah dengan perusahaan yang menyelenggarakan satellite

Bab 5 | Penggerak Event dan Usaha Jasa Konvensi 67


symposia agar semua bahan atau peralatan yang diperlukan
dapat dipenuhi. Hal ini untuk menghindari adanya kekeliruan
yang berkaitan dengan persiapan penyelenggaraan acara
tersebut yang mungkin saja tidak sama dengan acara-acara
ilmiah lainnya.
Ø Pre/Post Workshop. Acara ini hampir sama dengan Congress
Course. Perbedaannya adalah kalau Course bersifat teoritis-
farmatik, tapi workshop bersifat praktis-realistik, dengan
kata lain dalam course hanya pembicara yang aktif, sementara
dalam workshop pesertapun aktif. Acara ini biasanya terpisah
dari acara kongres dan karenanya peserta yang berminat
mengikuti workshop harus terlebih dahulu mendaftar dan
membayar registration fee.
Ø Special lecture, adalah acara ilmiah khusus yang mempunyai
ciri-ciri “lecture”, yang dipresentasikan oleh pembicara
tunggal, walaupun ada acara ilmiah lain yang berlangsung
pada waktu yang bersamaan.

2. Program Penunjang
Dalam program penunjang kita harus jeli untuk memberikan service
yang sesuai dengan rencana konvensi dan janji-janji yang didapatkan oleh
para peserta maupun para pendamping (spouse/accompanying person).
Hal-hal yang termasuk dalam kategori ini antara lain:
- Akomodasi
Dalam kaitannya dengan akomodasi ini, peserta perlu memperhati­
kan hal berikut.
• Jangan sampai terjadi peserta yang sudah membayar
akomodasi tidak mendapatkan kamar yang dipesannya.
Kesalahan seperti ini bisa terjadi apabila nama peserta yang
memesan kamar hotel lewat sekretariat kongres tidak terdapat
dalam pembukuan hotel terkait.
• Harga kamar yang diberlakukan oleh hotel harus sesuai
dengan harga khusus yang dicantumkan dalam pemberitahuan

68 Event dan Mice Red Hot Industry


(nouncement), yang biasanya berbeda dengan harga umum
(published rate).
• Bekerja sama secara aktif dengan pihak hotel untuk kelancaran
proses check-in dan check-out.
- Transportasi
Salah satu fasilitas yang diberikan kepada para peserta kongres
adalah penyediaan sarana transportasi. Untuk itu, perlu disiapkan
armada yang memadai sehingga tidak mengganggu kelancaran
jalannya acara kongres.
Transportasi yang disediakan biasanya meliputi:
• transpor airport-hotel-airport;
• transpor hotel-venue-hotel;
• transpor untuk acara sosial (opening ceremony, welcome party,
cultural evening, ferewell party), apabila diselenggarakan di
luar lokasi kongres (venue).
- Acara Sosial (Social Program)
Acara-acara ini disiapkan oleh panitia kongres untuk semua
peserta dan pendamping. Biasanya acara ini termasuk dalam
paket kongres tanpa dipungut biaya, tapi disatukan dalam biaya
pendaftaran kongres. Namun adakalanya masing-masing acara
sosial ini dikenakan biaya sendiri-sendiri.
Beberapa jenis acara sosial tersebut adalah sebagai berikut.
• Opening Ceremony (Upacara Pembukaan). Acara ini merupakan
upaya peresmian dimulainya sebuah kongres, dilaksanakan
dalam sebuah sidang pleno dan dihadiri oleh seluruh peserta,
pendamping, panitia, para pembicara dan para undangan lain.
Biasanya acara pembukaan ini dilakukan di tempat-tempat
resmi seperti Istana Presiden atau Istana Wakil Presiden,
tergantung siapa yang akan meresmikan pembukaan tersebut.
Namun tidak jarang pula acara pembukaan itu dilaksanakan
di tempat kongres (venue).

Bab 5 | Penggerak Event dan Usaha Jasa Konvensi 69


• Welcome Party/Dinner, jamuan makan malam ini di­selenggarakan
untuk menyambut kedatangan para peserta kongres sebelum
upacara pembukaan dilaksanakan pada keesokan harinya.
Acara ini dihadiri oleh peserta kongres, pendamping, panitia,
pembicara dan para undangan lainnya.
• Cultural Show/Evening. Pertunjukan kesenian yang disuguhkan
oleh panitia atau sponsor untuk memperkenalkan kebudayaan
dari negara yang menjadi tuan rumah kongres tersebut.
• Parewell Party: Pesta perpisahan ini diselenggarakan oleh panitia
untuk menyampaikan ungkapan rasa terima kasih kepada
seluruh peserta atas partisipasi mereka dalam menyukseskan
kongres tersebut. Pada acara itu biasanya panitia menyerahkan
piagam penghargaan atau souvenir kepada pembicara tamu
(invited speakers) sebagai kenang-kenangan.
• Closing Ceremony. Upacara penutupan ini dilaksanakan secara
pleno di akhir sebuah kongres sebagai pertanda bahwa seluruh
kegiatan kongres tersebut secara resmi sudah berakhir.
- Tour
Di samping acara ilmiah dan acara sosial, biasanya panitia kongres
juga menyiapkan acara wisata untuk memberi kesempatan kepada
peserta yang ingin menikmati objek-objek wisata di mana kongres
tersebut akan diadakan. Ada beberapa jenis wisata yang bisa
ditawarkan, di antaranya sebagai berikut.
• City Tour. Wisata kota ini memberikan kesempatan kepada para
peserta kongres untuk menikmati onjek-objek wisata yang ada
di kota tempat kongres tersebut dilaksanakan.
• Ladies/Accompanying Person Program. Untuk mengisi waktu
luang bagi para pendamping, panitia menyiapkan acara wisata
khusus, sementara para peserta kongresnya sendiri mengikuti
acara sidang yang sedang digelar.
• Pre/Post Congres Tour. Paket wisata ini dikemas oleh
panitia bekerja sama dengan Tour and Travel Agent untuk
memperkenalkan potensi wisata di daerah-daerah lain di luar

70 Event dan Mice Red Hot Industry


kota tempat kongres tersebut diselenggarakan. Kesempatan
tersebut diberikan baik sebelum acara kongres berlangsung
(pre) maupun setelahnya (post).
- Cinderamata (Souvenir)
Untuk menimbulkan kesan yang lebih dalam, biasanya panitia
menye­­diakan cinderamata sebagai kenang-kenangan yang
diberikan kepada peserta.

5.3 Pengembangan Sponsorship


Keterlibatan sponsor dalam suatu kongres atau pameran
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan
pertemuan. Dalam kaitan itu, PCO akan bekerja sama penuh dengan
pihak penyelenggara sehingga tujuan sponsorship dapat terpenuhi
secara maksimal. Di dalam hal ini, PCO mempunyai keunggulan dalam
meningkatkan kapasitas sponsorship.
PCO seharusnya mempunyai jaringan network yang luas dengan
pihak pemerintah, perusahaan multinational, perusahaan luar
negeri, serta mempunyai database dan informasi yang lengkap untuk
membantu mendapatkan sponsor. Namun begitu, hal yang tidak dapat
dilupakan dalam mengupayakan sponsor ini adalah menyediakan
sarana promosi seperti brosur, flyer, dan sebagainya yang diperlukan
bagi pihak sponsor, selain tertata rapi juga jelas menuangkan prinsip-
prinsip kerja sama sponsor, biaya sponsor dan timbal baliknya secara
proporsional.
Ada baiknya di dalam sponsorship dikembangkan berbagai
terobosan baru baik dalam teknik maupun dalam strategi, misalnya
terhadap pemberian insentif dalam timbal-balik, dengan tetap menjaga
prinsip profesionalitas, karena sponsor adalah mitra yang akan berjalan
bersama-sama degan PCO di lain waktu pada event yang lain.
Di antara langkah yang ada, banyak PCO yang biasanya
menetapkan sponsor ke dalam beberapa kategori misalnya Sponsor
Tunggal, Sponsor Utama dan Sponsor Pendamping, dengan jumlah
dana sponsor yang berbeda-beda. Ada juga yang tidak memakai kriteria

Bab 5 | Penggerak Event dan Usaha Jasa Konvensi 71


demikian, melainkan hanya menawarkan paket tertentu, misalnya paket
iklan media masa atau paket barang promosi seperti buku panduan,
pena seminar kit dan lainnya, juga ada yang menggabungkan keduanya.
Namun begitu, yang sangat perlu ditekankan dalam sponsorship
ini adalah bagaimana EO dan PCO mampu memberikan pelayanan
yang baik dengan menepati janji yang diberikan kepada sponsor,
termasuk misalnya barang-barang promosi yang dipersiapkan pihak
sponsor untuk dijaga dengan baik dan prinsip kemawasan jangan
sampai sponsor menutup semua kesan penyelenggaraan suatu
pertemuan, sehingga publik lebih melihat kepada sponsornya bukan
pada penyelenggara.

5.4 Tingkat Pendidikan dan Kemampuan PCO


Penyelenggaraan sebuah pertemuan itu kompleks dan luas,
sehingga dalam manajerial memerlukan tenaga-tenaga yang andal baik
dalam segi sales dan marketing, kepemimpinan, pemahaman pada
masalah yang berkembang dan lainnya.
Untuk mengetahui bagaimana peranan penting pendidikan
dan kemampuan dalam PCO, maka perlu dijelaskan lebih dahulu
karakteristik sebuah perusahaan PCO yaitu sebagai konsultan,
administrator dan kreator dari sebuah pertemuan.
• Mereka selalu berhadapan dengan berbagai pihak (orang) yang
memiliki basis pengetahuan dan kebutuhan yang beragam
kedalamannya.
• Mereka selalu berhadapan dengan berbagai sektor usaha yang
puluhan bahkan ratusan jenisnya untuk mendukung kegiatan
pertemuan.
• Mereka selalu berhadapan dengan tantangan partner luar negeri
maupun nasional yang mempertaruhkan nama bangsa dan negara.

Melalui gambaran itu, maka dapat digambarkan sebuah perusahaan


PCO memiliki corak tersendiri yang sangat khas, khususnya
dalam kepemimpinan. Pimpinan sebuah perusahaan PCO haruslah

72 Event dan Mice Red Hot Industry


pribadi yang memiliki gagasan-gagasan baru dan progresif dalam
pengembangan usaha, keahlian manajerial, kemampuan hubungan
atau akses internasional dengan kecakapan marketing, promosi dan
penjualan serta memiliki relationship yang kuat dan luas, ditunjang
dengan kemampuan bahasa internasional.
Kepemimpinan dalam PCO di berbagai belahan dunia sudah
menjadi semacam fenomena yang menarik untuk dipelajari, apalagi
dengan munculnya berbagai kekhawatiran dunia akan langkanya
pemimpin yang handal untuk menjawab tantangan zaman.

Bab 5 | Penggerak Event dan Usaha Jasa Konvensi 73


[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB 6
PENGELOLAAN BIAYA
DAN DANA EVENT

6.1 Anggaran dan Pendanaan


Pendanaan (investasi) memiliki peranan yang sangat penting
dalam penyelenggaraan suatu kegiatan pertemuan. Besar atau kecilnya
atau sukses atau tidaknya penyelenggaraan itu juga tergantung kepada
rencana anggaran yang dibuat.Biasanya sumber pendanaan suatu
even MICE itu tergantung kepada bentuk atau skala pertemuan itu
sendiri. Konvensi yang berskala nasional, biasanya diselenggarakan
oleh organisasi-organisasi nasional, baik swasta maupun pemerintah.
Sedangkan pendanaannya didapat dari biaya pendaftaran peserta
ditambah hasil pameran, sponsor dan kas organisasi (swasta) atau
DIP (pemerintah). Pertemuan korporat (perusahaan diselenggarakan
dan didanai oleh perusahaan terkait. Tinggi rendahnya biaya yang
dianggarkan juga terkait dengan beberapa faktor eksternal seperti:
musim (cuaca hujan atau panas), liburan (high season, low season),
keamanan, lokasi tempat konvensi diselenggarakan, para pembicara
yang diundang, topik/tema pertemuan, dan lain-lain. Pembicara yang
diundang misalnya berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan
untuk honor, transportasi dan akomodasinya, juga menyangkut “nilai
jual” pertemuan tersebut. Demikian juga dengan topik/tema, semakin

75
menarik dan up to date, maka akan membuat ketertarikan peserta untuk
hadir dan dukungan sponsor.
Secara garis besar, rencana anggaran dapat dibagi ke dalam dua
kelompok, yaitu
a. Anggaran Pengeluaran
Dalam menyusun anggaran pembiayaan (budget) suatu
penyelenggaraan pertemuan, kita harus mengetahui rincian
kebutuhan dan biaya (cost) masing-masing. Dari berbagai
kebutuhan yang ada, dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar
yaitu: fixed cost (biaya pasti), variable cost (biaya tak pasti) dan
unexpected cost (biaya tak terduga).
1) Fixed Cost (biaya pasti)
Meliputi kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi seperti:
• Sumber Daya Manusia (SDM), sebelum dan selama
pertemuan
• Kesekretariatan
• Fotocopy & Stationary (alat-alat tulis)
• Barang-barang cetakan, seperti pemberitahuan I & II
• Mailing (Pengiriman)
• Venue (tempat-tempat pertemuan)
• Peralatan audio visual
• Rapat panitia
• Para pembicara
• Dan lain-lain
2) Variable Cost (biaya tak pasti)
Meliputi kebutuhan-kebutuhan sekunder yang perlu diadakan
apabila diperlukan seperti:
• Promosi dan publikasi
• Tiket/akomodasi PCO
• Tiket/akomodasi PCO

76 Event dan Mice Red Hot Industry


• Tor saat pertemuan dan transpor, serta program sponsor
• Additional tour
• Program sosial seperti opening ceremony, welcome party,
cultural evening, closing, evening ceremony, farewell party
• Press release
• Congress kit, seperti tas, ballpoint, blocknote, name
badge, certificate
• Souvenir
• Honorarium panitia
• Site inspection
• Uniform
• Dan lain-lain
3) Unexpected Cost (biaya tak terduga)
Untuk mengantisipasi adanya keperluan-keperluan mendadak
yang belum dianggarkan sebelumnya perlu ditambahkan
komponen-komponen pengeluaran di samping pajak dan
service charge dengan prakiraan seperti berikut:
• Biaya tak terduga : 15%
• Service charge : 11%
• Pajak : 10 %
Sehingga dengan demikian jumlah anggaran pengeluaran
(estimated cost) adalah sebagai berikut:
Total Fixed Cost Rp
...............
Total Variabel Cost Rp ...............
...................... +
Total 1 Rp
..............
Biaya Tak Terduga 15% Rp ..............
..................... +

Bab 6 | Pengelolaan Biaya dan Dana Event 77


Total 2 Rp
..............
Tax & Service 25% Rp ..............
..................... +
Grand Total Rp
..............
b. Anggaran Pendapatan (Estimated Revenue)
Prakiraan pendapatan bisa didapat dari bermacam-macam sumber,
antara lain:
• Biaya pendaftaran peserta konvensi
• Biaya pendaftaran peserta pendamping
• Pameran
• Sponsor
• Komisi
• Donatur
• Dan lain-lain

Perhitungan Untung Rugi


Dari anggaran pendapatan dan pengeluaran di atas dapat diketahui
kondisi keuangan akhir dari penyelenggaraan suatu pertemuan. Pada
umumnya, panitia suatu pertemuan tidak akan sampai mengalami
kerugian apabila masalah keuangannya dikelola dengan baik dan
sistematis.
Perlu diingat bahwa proposal anggaran yang diajukan oleh PCO
kepada panitia penyelenggara bukanlah harga mati dan pasti, tapi hanya
merupakan prakiraan yang bisa berubah sesuai dengan kenyataan di
lapangan. Kecuali PCO fee dan biaya operasional yang dilaksanakan
oleh PCO; bila proposal tersebut disetujui oleh panitia maka berarti
panitia menyetujui untuk membayar PCO fee dan biaya operasional
PCO sebagaimana tercantum dalam anggaran pengeluaran tersebut.
Untuk mengetahui untung rugi suatu konvensi kita lakukan
sebagai berikut.

78 Event dan Mice Red Hot Industry


No. Subjek Uraian Jumlah
1. Pendaftaran Peserta ...... orang x US$ .... US$ ...........
2. Pendaftaran Spouse ...... orang x US$ .... US$ ...........
3. Pameran ...... orang x US$ .... US$ ...........
4. Sponsor ...... orang x US$ .... US$ ...........
5. Komisi ...... orang x US$ .... US$ ...........
6. Donatur ...... orang x US$ .... US$ ...........

Total Pendapatan US$ ..........


Grand Total US$ ..........
Pengeluaran

Keuangan/Kerugian
US$ ..........

Contoh bentuk Rencana Anggaran


No. ITEMS AMOUNT REMARK
I. FIXED COST
1. Sekretariat:
a. Man Power
- Before the event starting US$ ....
- During the event (app.for 7 US$ ....
working days)
b. Photocopy - Stationaries
during the event US$ ....
c. Communication (Phone & Rax) US$ ....
2. Printed Materials
(Announcements, Program, Proceeding, etc) US$ ....
3.
Mailing Cost US$ ....
4.
Venue US$ ....
5.
Audio-visual aids US$ ....
6. Meals (Coffee-break, Lunch) US$ ....

Bab 6 | Pengelolaan Biaya dan Dana Event 79


7. Booth Construction US$ ....
8. Invited Speaker US$ ....
9. PCO Free US$ ....
10.
Obligation Service US$ ....
TOTAL FIXED COST US$ ....
II. VARIABLE COST
1. Promotion & Publication US$ ........
(Advertising, PR, Newspaper, Design Logo
2. Land Transport US$ ........
3. Air-ticket & Accomodation (OC) US$ ........
4. Optional Tours US$ ........
5. Spouse Programme US$ ........
6. Social Functions:
*Wellcome Party US$ ........
*Opening Ceremony US$ ........
*Cultural Opening US$ ........
*Farewell Party US$ ........
7. Press Arrangement US$ ........
8. Delegates Kits US$ ........
9. Souvenir US$ ........
10.
Uniform US$ ........
11.
Security US$ ........

TOTAL VARIABLE COST US$ ........

80 Event dan Mice Red Hot Industry


6.2 Pengembangan Usaha
Untuk mengembangkan usaha jasa konvensi ada beberapa metode
yang bisa digunakan baik secara internal maupun eksternal.

a. Secara Internal
Harus diperhatikan dengan cermat bahwa sebelum melangkah keluar,
yang harus lebih diutamakan adalah pembenahan di dalam perusahaan
itu sendiri. Pengembangan secara internal ini meliputi sebagai berikut.
- Kepemimpinan
Komunikasi sistik mutu seluruh lini perusahaan berdasarkan
laporan dan evaluasi setiap manajer. Interaksi yang dilakukan secara
langsung melalui manajer yang terkait untuk disampaikan kepada
staf bawahannya, sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab masing-
masing. Diperlukan sistem kerja sama (team work). Wajib mengetahui,
memahami dan melaksanakan sistem penjagaan mutu (quality control).
Penataan kerja harus dialokasikan dan didukung oleh sumber daya
yang memadai sesuai dengan keahliannya masing-masing.
- Sumbe Daya Manusia
Kriteria pengalaman dan keahlian khusus di setiap posisi
jabatan di perusahaan. Sistem pelatihan secara bertahap untuk
meningkatkan mutu bagi semua jajaran, selalu mengidentifikasi
masalah untuk dicari jalan pemecahannya, sekaligus langkah
perbaikan yang diperlukan, guna meningkatkan mutu pelayanan,
sistem kepegawaian perusahaa yang sudah mencantumkan elemen-
elemen penting yang dapat dipakai, pengakuan bagi karyawan yang
berprestasi dan pemberian penghargaan.
- Perencanaan Mutu Strategis
Untuk pelaksanaan program, yang paling penting dan harus
diperhatikan adalah kualitas operasional. Perencanaan dan
penjagaan mutu diprogramkan secara periodik dan selalu
dievaluasi. Masukan yang paling penting dan harus diperhatikan
adalah dari pelanggan, yang sangat membantu proses perencanaan

Bab 6 | Pengelolaan Biaya dan Dana Event 81


mutu yang akurat, sehingga para pelanggan dapat selalu menerima
proses perencanaan mutu yang akurat, rencana terpadu dapat
mencapai dan menciptakan efisiensi operasional. Apabila
perusahaan berkembang terlalu cepat maka sifat multi fungsi harus
dilaksanakan dengan jalan penambahan staf untuk mengisi fungsi
rangkat tersebut.
- Informasi dan Analisis
Data dan informasi yang masuk dianalisis untuk dijadikan
bahan pertimbangan yang dapat dipergunakan sebagai motivasi
perencanaan peningkatan mutu. Utamakan hasil analisis produk
pesaing untuk digunakan sebagai perbandingan memperbaiki
produk sendiri, sehingga diperoleh kualitas produk yang akurat
untuk suatu proses pelayanan yang bermutu dan meningkatkan
daya saing yang tinggi. Informasi dari agen-agen maupun data
informasi dari pelanggan harus dimiliki perusahaan, agar secara
konsisten dapat mengetahui target market dan segmentasinya serta
perilaku yang dikehendaki para pelanggan, untuk dipakai sebagai
bahan dalam pembuatan perencanaan.
- Perbaikan Mutu dan Pelayanan
Menurut evaluasi secara periodik setiap triwulan dan analisis
terhadap tindakan koreksi, sehingga dapat diketahui apakah
perencanaan dan perbaikan mutu sudah sesuai yang diharapkan,
menciptakan keterpaduan aplikasi dengan teknologi administrasi
di mana semua data dan hasil analisis dimasukkan di dalam sistem
komputerisasi terpadu, agar lebih akurat dalam perencanaan dan
perbaikan mutu kegiatan selanjutnya.
- Jaminan Suatu Produk
Usahakan kerja sama dalam satu tim yang solid sehingga
penanganan suatu produk akan berjalan lancar. Terima dan
sering segala masukan yang sifatnya dapat membantu dalam
mencapai tujuan dan proses perencanaan perbaikan produk yang
sangat bermutu bagi pelanggan. Pergunakan sistem pengendalian
terpadu secara benar dan teratur untuk memudahkan pekerjaan

82 Event dan Mice Red Hot Industry


di lapangan. Keberadaan pelayanan dalam suatu kawasan produk
harus berjalan sesuai dengan master plan yang dibuat sebelum
pelaksanaannya. Bertindaklah secara profesional yang tinggi
sehingga dapat meyakinkan kepada si pelanggan bahwa produk
yang disajikan betul-betul membuat kepuasan kepada pelanggan.
- Keterpurukan Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan terhadap produk yang baru dilaksanakan
atau dipasarkan sangat penting, karena tujuan utama dari
pelayanan adalah kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan
memegang peranan penting dalam proses dasar yang dipakai
untuk meningkatkan mutu pelayanan di masa mendatang. Jangan
abaikan keluhan pelanggan tentang pelayanan, karena dengan
mengabaikan keluhan-keluhan tersebut tidak akan dapat mengatasi
jaminan kesempurnaan pelayanan terhadap pelanggan. Buat
standardisasi secara beragam sesuai dengan tingkat pelayanan
terhadap pelanggan, tetapi pada dasarnya mempunyai tujuan yang
sama, yaitu kepuasan pelanggan tanpa melihat tingkat pelanggan.
Kerjakan dan sukseskan segala pelayanan yang dianggap secara
bersama dan timbal balik dengan pelanggan.

b. Secara Eksternal
Disamping Pengembangan dan pembenahan ke dalam maka PCO
pun harus berani membuat langkah-langkah pengembangan misi ke
luar, antara lain sebagai berikut.
Ø Membuat planning kebutuhan pasar. Sesuai dengan kebutuhan
pasar dari luar melalui atau mengikuti trend-trend internasional
seperti: AACVB (Asian Association of Convention and Visitor
Bureaus) trade fair: CONFEX (Conference and Exhibition) Trade
Fair yang selalu diselenggarakan di London, ITB (International
Tourism Bureau) Berlin ataupun beberapa Trade Fair lainnya
secara aktif dan berkesinambungan. Menjadi member (anggota)
dari asosiasi nasional maupun internasional misalnya: Indonesia
Congres and Convention Association (INCCA), Association
of South East Asian National Travel Agencies (ASEANTA),

Bab 6 | Pengelolaan Biaya dan Dana Event 83


International Congress and Convention Association (ICCA),
International Association of Convention and Visitor Bureaus
(AACVB) dan lain-lain.
Ø Sales Mission
Untuk lebih memperkenalkan asosiasi PCO Indonesia ke mancanegara
perlu dilakukan Sales Mission. Di samping untuk mempromosikan
PCO secara khusus, juga untuk mengembangkan usaha industri
pariwisata Indonesia secara umum. Sasaran Sales Mission adalah
Meeting Planners, Travel Consultants, Wholesaler, Professional Association,
International Companies, Organizer Offshore Meeting.
Bekerja sama dengan hotel untuk membuat acara-acara dengan
tambahan acara dinner, misalnya: Haring Night Dinner, Royal &
Cultural Dinner, Magical Garden Party, Back to Free Fifties.
Bekerja sama dengan Travel Agent/Tour Operator untuk membuat
tour tambahan yang lebih menarik, misalnya: rafting, wisata agro,
rally, mountain trek, gol tournament.
Ø Produk Incentive Meeting
Menyalurkan incentive meeting dengan memperkuat sales team
untuk mengejar Incentive Project dan Show Biz. Incentive meeting
biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Farmasi atau
Costumer Goods untuk memperkenalkan produk-produk barunya.
Sementara Show Biz merupakan pengembangan entertainment
business dengan pasar perusahaan-perusahaan besar, seperti ulang
tahun perusahaan, penandatanganan MOU, product launching.
Ø Menggalakkan Usaha Pameran (Exhibition)
Pameran adalah salah satu bagian dari industri MICE yang sangat
menunjang suksesnya berbagai usaha jasa konvensi. Untuk
pengembangannya kita dapat bekerja sama dengan anggota
ASPERAPI dalam melaksanakan pameran.
Ø Bidding Congress
Dalam pengembangan usaha MICE, mengikuti Bidding Congress
bagi PCO mutlak diperlukan. Bidding ini biasanya diikuti oleh

84 Event dan Mice Red Hot Industry


beberapa negara untuk memperebutkan agar event/kongres
mendatang dapat diselenggarakan di negara peserta bidding
tersebut.

Bab 6 | Pengelolaan Biaya dan Dana Event 85


[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB 7
PERSIAPAN BIDDING
EVENT KONVENSI

Untuk mendapatkan suatu event perlu persiapan yang harus


dilakukan sesuai dengan cakupan konvensi tersebut apakah berskala
nasional, regional atau internasional. Di antaranya yang terpenting
adalah menyiapkan proposal, yang berisi tentang lingkup pekerjaan
yang dapat dilakukan sehubungan dengan penyelenggaraan event
tersebut, sesuai dengan jenis kegiatannya.
Hal-hal yang harus dilengkapi dalam proposal sesuai dengan skala
konvensi adalah sebagai berikut.
1. Konvensi Internasional dan Regional
Untuk melengkapi proposal bidding konvensi internasional dan
regional, maka beberapa hal berikut harus dimasukkan dan dibuat
serinci mungkin, yaitu sebagai berikut.
• Alasan mengapa Indonesia patut dipilih.
• Panitia lokal.
• Kota/daerah di mana even tersebut akan diselenggarakan
♦ Kondisi layak suatu kota dijadikan lokasi konvensi
♦ Akses menuju kota tersebut

87
♦ Jarak kota tersebut seperti dari Jakarta atau Airport
Internasional
♦ Kondisi musim daerah
♦ Budaya dan ragamnya
• Rencana program.
• Hotel/Venue.
• Hotel satelit untuk akomodasi peserta.
• Tema konvensi dan program ilmiah.
• Para pembicara dan judul makalah masing-masing.
• Program peserta pendamping.
• Program sosial.
• Tour/pasca konvensi.
• Rencana anggara (budget).
• Biaya pendaftaran (registrasi).

Proposal yang berisi data dan informasi seperti tersebut di atas


harus disampaikan kepada Internasional Society dan dbahas dalam
business meeting yang merupakan salah satu agenda pokok dari
sebuah konvensi asosiasi.
Untuk menentukan pemenang “bidding” biasanya ada dua cara,
yaitu: berdasarkan penunjukan langsung oleh “Board of Director”
dari suatu asosiasi internasional yang menyelenggarakan kongres
tersebut dan melalui voting dari negara-negara anggota secara
langsung dalam acara “business meeting suatu kongres”.
2. Konvensi Nasional
Proposal yang perlu dipersiapkan sehubungan dengan penyelenggaraan
suatu event yang berskala nasional adalah sebagai berikut.
• Tanggal, bulan dan tahun penyelenggaraan
• Tempat/daerah
• Hotel/venue

88 Event dan Mice Red Hot Industry


• Transportasi
• Registrasi (biaya pendaftaran)
• Pembicara
• Materi persidangan
• Jadwal sidang
3. Mengenal Asosiasi Profesi Internasional
Sebelum disusun proposal bidding, terlebih dahulu harus
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan asosiasi internasional
yang menyelenggarakan kongres tersebut, meliputi:
• Alamat lengkap yang bisa dihubungi baik melalui pos, telepon
dan faksimili.
• Nama sekretaris jenderal dan alamatnya.
• Riwayat singkat berdirinya asosiasi tersebut.
• Tujuan dan objektivitasnya
• Struktur organiasi
• Selain itu, perlu juga diketahui data dan informasi yang
berkaitan dengan kongres tersebut, misalnya:
• Sudah berapa kali dan di mana kongres serupa diselenggarakan.
• Berapa tahun sekali diadakannya.
• Jumlah peserta dari kongres-kongres yang pernah
diselenggarakan (minimal 3 kongres sebelumnya).
• Tema dan tujuan dari masing-masing kongres yang sudah
diselenggarakan.
• Bahasa yang dipergunakan selama kongres berlangsung.
• Alat bantu yang dipergunakan seperti OHP, Slide,
Simultaneous Interpreting System (SIS), komputer dan
sebagainya.
• Sistem keuangan.
• Tata cara upacara pembukaan dan penutupan kongres.

Bab 7 | Persiapan Bidding Event Konvensi 89


4. Tugas dan Tanggung jawab Asosiasi Internasional dan Panitia
Lokal
Untuk menyukseskan suatu kegiatan konvensi yang berskala
internasional yang diselenggarakan oleh sebuah asosiasi
internasional, maka sekretariat asosiasi internasional dan panitia
lokal masing-masing memiliki tanggung jawab dan wewenang
yang saling berkaitan erat dan saling mendukung.
a. Asosiasi Internasional
Asosiasi internasional memiliki tanggung jawab dan wewenang
sebagai berikut.
• Membuat rencana acara konvensi.
• Profesionalisme.
• Sistem keuangan dan persetujuan budget.
• Pendapatan dari hasil kongres.
• Penggandaan dan penyebaran semua hasil kegiatan
konvensi.
• Komunikasi dan kehumasan konvensi.
b. Panitia Lokal
Tanggung jawab dan wewenang panitia lokal adalah sebagai
berikut.
• Mengelola pemasukan dan pengeluaran keuangan sesuai
dengan budget.
• Membuat dan menyebarkan semua dokumen konvensi
sebelum dan pada saat konvensi berlangsung.
• Menyiapkan ruangan konvensi dan perlengkapan audio-
visual.
• Menandatangani kontrak kerja sama dengan pihak-pihak
terkait.
• Menyiapkan tenaga staf, sebelum dan selama konvensi
berlangsung yang meliputi tenaga supervisi teknisi,
registrasi, tour, kasir, penerjemahan, dan lainnya.

90 Event dan Mice Red Hot Industry


• Menyediakan alat-alat bantu penerjemah (simultaneous
interpreting system).
• Promosi.
• Pendaftaran peserta.
• Sosial program.
• Penyediaan kamar hotel.
• Pre/post congress tour.
• Press release.
Mengenal Berbagai Organisasi Internasional
• American Society of Association Executive (ASAE).
• Asian Association of Convention and Visitor Bureaus
(AACVB).
• Australian Incentive Association (AIA).
• East Asia Travel Association (EATA).
• International Association of Convention and Visitor
Bureaus (IACVB).
• ICCA (International Congress and Conventionn Association).
• IAPCO (International Asociation Professional Congress
Organizer).
• Meeting Planners Association (MPA).
• Meeting Professionals International (MPI).
• Pacific Asia Travel Association (PATA).
• Professional Convention Management Association (PCMA).
• Society of Incentive Travel Executive (SITE).
• UIA (Union of International Association).
• MIAA (Meeting International Association Australia).
• World Tourism Organization (WTO).
• World Travel and Tourism Council (WTTC).

Bab 7 | Persiapan Bidding Event Konvensi 91


[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB 8
PROSEDUR EVENT DAN
KONVENSI

Untuk memperoleh tambahan dana dalam penyelenggaraan suatu


konvensi, biasanya panitia mengadakan kegiatan penunjang, di antaranya
yaitu pameran. Pameran ini diadakan selama konvensi itu berlangsung.
Jenis barang-barang yang dipamerkan tergantung dari jenis kongres/
konvensi yang diselenggarakan. Hal ini akan menambah manfaat
yang ditimbulkan dari penyelenggaraan kongres tersebut, terutama
yang berkaitan dengan masalah teknik dan industri, seperti peralatan-
peralatan yang mutakhir dan canggih di bidang kedokteran dan lainnya.
Untuk mendapatkan jumlah peserta yang memadai perlu
dibuatkan proposal yang ditujukan kepada perusahaan-perusahaan
yang memproduksi barang atau jasa yang erat kaitannya dengan tema
konvensi. Di samping berisi ajakan untuk berpartisipasi, proposal
tersebut juga memuat informasi tentang kriteria dan profil barang-
barang yang dipamerkan serta persyaratan lainnya.
Dan yang paling penting, harus dinyatakan bahwa keikutsertaan
perusahaan tersebut merupakan dukungan yang sangat berarti bagi
suksesnya penyelenggaraan konvensi. Oleh karena itu, tidak dapat
dibenarkan apabila penyelenggaraan suatu pameran hanya dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan belaka.

93
8.1 Perkembangan Pameran di Indonesia
Menurut data Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (ASPERAPI/
IECA) tahun 1999, ada sebanyak 164 perusahaan yang tergabung dalam
asosiasi ini. Dari jumlah itu, 98 perusahaan adalah organizer, 21 perusahaan
adalah Stand Contractor, 8 perusahaan Freigh Forwarder, 27 perusahaan
Venue Owner dan 10 perusahaan Supplier. Perusahaan-perusahaan tersebut
tersebar di DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Khusus DKI Jakarta, tercatat 38 perusahaan Organizer, 10
perusahaan Stand Contractor, 8 perusahaan Freigh Forwarder, 4
perusahaan Venue Owner, 4 perusahaan Supplier. Di antara jumlah
itu, tercatat kurang lebih 60 perusahaan tidak aktif dan perusahaan
pameran yang belum menjadi anggota ASPERAPI.
ASPERAPI sendiri dibentuk 17 Februari 1990 sebagai badan
hukum yang telah didaftarkan ke Departemen Perindustrian dan
Perdagangan, Departemen Kehakiman serta KADIN yang merupakan
pembina perusahaan yang berkiprah dalam bisnis pameran dagang
dan pendukungnya.
Kemampuan perusahaan anggota ASPERAPI dalam menyelenggarakan
pameran dagang di Kota Jakarta 120 kali pagelaran setahun, 50 kali
pagelaran setahun di Jawa Tengah, 50 kali setahun di Jawa Timur dan 80
kali di DI Yogyakarta. Perkembangan jumlah penyelenggaraan pameran
dagang di DKI Jakarta 1994-1999 adalah sebagai berikut.
Tahun Jumlah Pameran
1994 84 kali
1995 75 kali
1996 97 kali
1997 102 kali
1998 31 kali
1999 80 kali
Sumber: ASPERAPI

94 Event dan Mice Red Hot Industry


1. Tujuan dan Manfaat Pameran Dalam Kongres/Konvensi
• Sebagai sarana/wahana untuk memperkenalkan produk-
produk terbaru dari suatu perusahaan, sekaligus sebagai
kontribusi terhadap nilai edukasi kepada masyarakat.
• Sebagai forum/media interaksi dan komunikasi antara penjual
dan pembeli.
• Sebagai sarana pemasaran langsung dan produk-produk jasa
yang dihasilkan oleh peserta pameran kepada para konsumen.
2. Klarifikasi Peserta Pameran
Peserta pameran dapat terdiri dari:
• Wakil suatu negara
• Eksposisi kelompok
• Eksposisi individu
3. Kerja Sama Dengan Pengusaha Jasa Pameran (Professional
Exhibition Organizer)
Apabila pameran yang akan diselenggarakan tersebut dalam kapasitas
yang cukup besar dengan jumlah peserta yang cukup banyak, maka
harus dipertimbangkan penggunaan jasa perusahaan penyelenggaraan
pameran profesional, yang biasa dikenal dengan sebutan Professional
Exhibition Organizer (PEO) atau paling tidak bekerja sama dengan
kontraktor yang akan membangun stand-stand pameran.
Contoh Stand Pameran (Booth)
Spesifikasi booth standard:
Lebar : 3.00 m
Panjang : 3.00 m
Tinggi : 2,50 m
Dinsing : Multiplex warna putih
Papan Nama/No. Booth : Styrofoam (*maksimum 14 huruf)
Fasilitas Listrik : 2 unit lampu TL @ 40 watt
1 unit titik daya, maksimum
2 ampgere

Bab 8 | Prosedur Event dan Konvensi 95


Fasilitas lain : 1 unit meja
2 unit kursi lipat

8.2 Prosedur Perizinan dan Pemberitahuan Konvensi


1. Perizinan Bidang Usaha Jasa Konvensi (menunggu hasil Tim Kecil)
2. Pemberitahuan Penyelenggara Konvensi
Para penyelenggara konvensi baik yang bersifat nasional maupun
internasional, harus mempunyai surat pemberitahuan yang
dikeluarkan oleh Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia.
a. Para penyelenggara konvensi diwajibkan mengajukan Surat
Pemberitahuan Penyelenggaraan Konvensi kepada Kepala
Kepolisian Republik Indonesia dan dialamatkan kepada:
Kepala Kepolisian Republik Indonesia
Up. Direktur Intelpam POLRI
Jl. Trunojoyo 3, Kebayoran Baru Jakarta Selatan
b. Tembusan Surat Pemberitahuan tersebut dikirim kepada:
1) Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Jl. Medan Merdeka Barat 17
Jakarta 10110
(untuk membuat surat dukungan kepada MABES POLRI)
2) Direktur Jenderal HUBSOSBUDPEN Departemen Luar
Negeri
Jl. Pejambon Raya No. 7
Jakarta Pusat
3) Kepala BAKIN
Jl. Rawajati Timur Raya,
Kalibata-Jakarta Selatan

96 Event dan Mice Red Hot Industry


4) Kepala BAIS TNI
Jl. Raya Kalibata
Jakarta Selatan
5) Kepala Kepolisian Daerah, tempat di mana event tersebut
dilaksanakan
6) Departemen yang membawahi event tersebut
c. Surat pemberitahuan yang disebut dalam butir a dilampiri:
1) Fotokopi KTP Penanggung Jawab/Ketua Panitia.
2) 1 (satu) lembar pasfoto Penanggung Jawab/Ketua Panitia
3) Susunan Panitia Penyelenggara
4) Fotokopi AD/ART dan/atau Akte Pendirian Organisasi
Penyelenggara
5) Daftar Nama Pembicara dan Judul Makalahnya
6) Daftar Nama Calon Peserta dan asal daerah/negara
7) Buku pemberitahuan/brosur mengenai event tersebut
d. Dasar hukum perizinan/pemberitahuan penyelenggaraan
konvensi di Indonesia
1) Undang-Undang No. 13/1961
2) Undang-Undang No. 5/PNPS/1963
3) Pasal 510 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
4) Radiogram KAPOLRI No. Pol 1364 rdg/1963 tanggal 27
Juli 1963
3. Perizinan Para Peserta
a. Peserta konvensi berkewarganegaraan asing yang negaranya
disebut dalam Keppres No. 15 Tahun 1983, jo. Keputusan
Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.01.02 Tahun
1993, dibebaskan dari kewajiban memiliki visa.
b. Bagi warga negara asing di luar ketentuan di atas, diperlukan
izin dari Pemerintah Republik Indonesia, melalui:

Bab 8 | Prosedur Event dan Konvensi 97


1) Departemen Pertahanan
• Badan Koordinasi Intelijen Negara
2) Departemen Luar Negeri c.q. Direktorat Pengamanan
Hubungan Luar Negeri
3) Departemen Kehakiman c.q. Migrasi
4. Prosedur Pemasukan Barang Bawaan/Perlengkapan
Barang-barang bawaan atau perlengkapan para peserta konvensi
untuk peragaan selama konvensi berlangsung diperlukan izin dari:
a. Deperindag
• Barang Cetakan, Film dan Bahan Audio Visual lainnya.
b. Departemen Keuangan Republik Indonesia c.q. Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai untuk:
• Alat-alat peraga dan perlengkapan lain yang akan di re-export.
• Bahan-bahan promosi yang akan dibagi-bagikan.
5. Perizinan lainnya:
a. Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia untuk:
• Penyelenggaraan Pameran Internasional.
b. Pemerintah Daerah Setempat untuk
• Pemasangan Poster, Spanduk, Alat Komunikasi Massa
Visal, dan lain-lain.

8.3 Penilaian dan Evaluasi Penyelenggaraan Konvensi


Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu penyelenggaraan
konvensi, perlu diadakan evaluasi hasil kerja kita sebagai PCO secara
menyeluruh, yakni dimulai dari tugas PCO sebagai konsultan, tahap
perencanaan (planning), masa persiapan (pre convention preparation),
pelaksanaan konvensi dan masa setelah konvensi.

98 Event dan Mice Red Hot Industry


1. Pemanfaatan Konsultan
Harus bisa menunjukkan kepada Organizing Committee secara
objektif mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ruang lingkup
kegiatan (scope of activities), sistem penanganan event yang baik,
rencana kerja (working plan), rencana produksi (production plan)
hingga budget projection, sehingga dapat meyakinkan Organizing
Committee tersebut.
2. Perencanaan
Sebagai professional organizer harus jeli dan dapat meyakinkan
Organizing Committee tentang rencana yang mendetail antara
lain mengenai:
• Kapan diadakan konferensi (Hari, Tanggal, Bulan)
• Di mana akan dilakukan konferensi
• Siapa pembicaranya
• Apa latar belakangnya
• Siapa peminatnya
Dengan hal-hal tersebut, maka sebagai Profesional Congress
Organizer (PCO) jelas akan membantu dan melaksanakan
pelayanan yang sebaik-baiknya untuk menunjang objektivitas dan
keberhasilan konferensi tersebut.
3. Persiapan Prakonferensi (Pre Congress Preparation)
Pertama kali dalam membantu Organizing Commitee adalah
dengan administrasi surat menyurat, meeting management,
publikasi, barang-barang, menyusun registrasi dan kesekretariatan
konferensi, dan lain-lain. Dalam prakonferensi sudah harus dapat
membuat rencana kerja yang pasti (contoh terlampir).
4. Pelaksanaan Konferensi
Dalam melaksanakan konferensi harus mengacu pada pekerjaan-
pekerjaan yang telah digariskan dalam perencanaan atau persiapan
prakonferensi. Jangan lupa setiap malam hari diadakan official
meetings untuk seluruh seksi-seksi Panitia Penyelenggara (OC)

Bab 8 | Prosedur Event dan Konvensi 99


beserta PCO untuk memberikan laporan hal-hal yang terjadi
pada hari-hari konferensi, sehingga bisa melakukan evaluasi dan
persiapan yang mantap untuk hari-hari berikutnya.
5. Penyebaran Angket/Questionnaire
Menjelang penyelenggaraan suatu konferensi berakhir, sebaiknya
panitia membagikan kertas angket kepada peserta konferensi dalam
bentuk questionnaire untuk menyimak pendapat/opini dari peserta
tentang sukses tidaknya suatu konferensi. Questionnaire tersebut
biasa dikenal dengan sebutan “Attendee’s Evaluation Form” atau
Meeting Planner’s Evaluation Form’. Melalui angket inilah feedback
yang bisa dijadikan bahan pelajaran untuk mengetahui segala
kebaikan dan kesalahan dari penyelenggaraan suatu konferensi.
Dari semua angket yang masuk bisa dibuat rangkuman yang
menyatakan apakah konferensi itu berhasil atau tidak. Apabila dari
angket tidak mendapatkan complain dari para peserta, atau dengan kata
lain hasil angket tersebut adalah positif, maka berarti penyelenggaraan
konferensi telah sukses melaksanakan event tersebut.
Kendala dan hambatan
Kendala-kendala di bawah ini adalah sebagian dari kesalahan-
kesalahan yang biasa didapat dari hasil evaluasi yang dilakukan
dalam sebuah penyelenggaraan event:
• Terlalu sulitnya melakukan koordinasi antara masing-masing
bidang kegiatan yang ada di dalam kepanitiaan, sehingga
mudah menimbulkan salah pengertian (mis-komunikasi).
• Belum terlaksananya penggunaan mailing list yang benar dan
lengkap, sehingga mengakibatkan kurangnya komunikasi
dan membuat para peserta dan pembicara kurang informasi
mengenai konferensi.
• Penyebaran informasi melalui publikasi poster, media-media
elektronika, fax atau internet sangat lamban.
• Keterlambatan panitia dalam menandatangani surat-surat
yang sudah siap untuk dikirim.

100 Event dan Mice Red Hot Industry


• Tidak adanya pelimpahan wewenang tugas kepada bidang/sub
bidang panitia yang ada atau PCO, sehingga masalah-masalah
tidak bisa diselesaikan dengan cepat.
• Floating Policy dari panitia, yang mengakibatkan selalu
mengambang dan dapat pula mengakibatkan pengambilan
keputusan dilakukan secara asal-asalan.
• Kurang adanya kerja sama antar bidang Panitia Penyelenggara
dalam sistem birokrasi.
• Keterlambatan pembuatan announcement.
• Kurang lancarnya pendanaan dalam prakonferensi.
• Sumber daya manusia dari PCO itu sendiri yang tidak men­
cermin­kan profesionalisme dalam menjalankan tugasnya.
6. Paska Konferensi
Beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan adalah:
a. Membuat perbandingan budget proposal dengan pendapatan
pemasukan serta pengeluaran yang sesungguhnya (actual
budget), sehingga dapat diketahui dengan jelas keuntungan/
kerugian yang terjadi dalam penyelenggaraan event tersebut.
b. Ucapan selama dan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu suksesnya event. Dengan ucapan tersebut
berarti Panitia telah menjalankan suatu misi marketing untuk
konferensi-konferensi selanjutnya.
c. Paling akhir pekerjaan yang harus diselesaikan adalah
pembuatan buku laporan yang isinya mencakup hasil-hasil
dari keseluruhan konferensi.

Bab 8 | Prosedur Event dan Konvensi 101


[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB 9
DESTINASI MICE

9.1 Penggerak MICE


Hoyle et al. (1989:4) menyatakan pertumbuhan usaha konvensi
dan pertemuan (Meeting and Convention) sampai tahun 1960-an masih
identik dengan hotel. Pada Bali kegiatan konvensi mulai tumbuh dan
berkembang semenjak tahun 1990-an, ketika PATA Conference dibuka
di kawasan Nusa Dua, saat itu masih kawasan tersebut masih dalam
tahap pembukaan. Saat ini para perencana pertemuan dan konvensi
(meeting planner) memiliki banyak alternatif untuk memilih tempat
penyelenggaraan yang lebih sesuai dengan kebutuhan konsumennya
(Hoyle et.al., 1989:4-5). Boehme (1999:18) menyebutkan, untuk
melaksanakan kegiatan pertemuan dapat dipilih tempat-tempat sebagai
berikut. (1) Hotel dengan segala kriteria hotel, seperti downtown hotel,
airport hotel. (2) Fasilitas Kawasan Wisata (Resort Facility). (3) Kawasan
Permainan Golf (Golf Resort). (4) Fasilitas Permainan (Gaming Facility).
(5)Kapal Pesiar (Cruise Ship). (6) Universitas atau sekolah-sekolah
(College or University Facility). (7) Pusat Konvensi (Convention Center).
(8) Pusat Konferensi (Conference Centers).
Hoyle et.al. (1989:9) menilai pertumbuhan industri jasa yang
menangani pertemuan dan konvensi dipengaruhi oleh beberapa faktor

103
sebagai berikut. (1) Asosiasi Perencana Pertemuan (Meeting Planner
Association). (2) Industri Penerbangan (the Airline Industry). (3) Akomodasi
(the Lodging Industry). (4) Tempat Konvensi (Convention Center). (5) Biro
Konvensi (Convention Bureau). (6) Tempat Konferensi (Conference Center).
(7) Alat/fasilitas yang berteknologi (meeting technology). (8)Petugas yang
menangani kegiatan pertemuan (ground handles).
Lebih jelasnya disebutkan oleh Hoyle (1989:5), khusus untuk
menangani sebuah konvensi seorang meeting planner harus selalu
memperhatikan faktor-faktor berikut.
1. Kemudahan menuju kota dari tempat penyelenggaraan.
2. Efisiensi dalam setiap pelaksanaan tugas saat konvensi berlangsung.
3. Mengetahui kondisi dan tempat penyelenggaraan dengan baik.
4. Kualitas pelayanan yang memuaskan dari FB facilities dan teknisi
audiovisual.

9.2 Destinasi MICE


Bali dinyatakan daerah yang menarik untuk dikunjungi. Cooper
et.al. (1993:81) dalam Tourism Principles and Practice, menyebutkan
destinasi adalah pusat dari segala fasilitas dan pelayanan yang telah
disiapkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Disebutkannya
sebuah wilayah dapat dikatakan sebagai destinasi, jika pada tempat
atau wilayah tersebut sudah terdapat 4 (empat) ‘A’, yaitu (1) Atraksi
(Attraction) seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang
menawan, seni pertunjukan. (2) Aksesibilitas (Accessibilities) seperti
transportasi lokal, terminal. (3) Amenitas atau fasilitas (Amenities)
seperti tersedianya akomodasi, rumah makan, agen perjalanan. (4)
Ancillary services, yaitu bentuk dari wadah organisasi pariwisata, seperti
DMO (Destination Marketing/Management Organization), CVB (Convention
and Visitor Bureau).
Sedangkan menurut Mill et.al. (1985:201) destinasi dinyatakan
memiliki kombinasi elemen yang interdependen. Destinasi oleh Mill
et al. terdiri dari atraksi, fasilitas, infrastruktur, transportasi, dan

104 Event dan Mice Red Hot Industry


keramahtamahan (attraction, facilities, infrastructure, transportation and
hospitality).
Bali adalah salah satu destinasi MICE di kawasan Asia Pacifik.
Paparan tujuh komponen penting destinasi MICE telah dibahas dalam
Bab 3, pada Gambar 3.1. Dari ketujuh elemen tersebut, dikaitkan
dengan kegiatan pada sebuah destinasi MICE, wisatawan yang datang
dapat menikmati tiga bagian elemen atraksi berikutnya , yaitu Ambient
Attraction, Permanent Attraction, dan Event. Getz menyatakan, puas dan
tidaknya peserta kegiatan event, dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
sebagai berikut. (1) Faktor pelayanan mutlak (essential services), di mana
peserta kegiatan merasa aman dan sehat (safety and health), tersedia
makanan dan minuman yang sesuai dengan selera mereka (food and
beverages), kemudahan komunikasi (communication), merasa nyaman
(comfort), tersedia informasi yang dibutuhkan selama di destinasi
(information), dan ada kemudahan (accessibility). (2) Faktor keuntungan
yang bisa diperoleh dengan melakukan kontak dengan orang lain
(generic benefit), antara lain mereka mendapatkan hal yang nyata, sejati,
tidak berpura-pura (authenticity), ritual, bertukar pendapat dan saling
membutuhkan (belonging and sharing), permainan (games), bersama-
sama dalam pertunjukan seni (spectacle). (3) Faktor keuntungan yang
merupakan target yang memang mestinya harus diperoleh oleh mereka
sebagai pengunjung dalam suatu kegiatan (targeted benefits), yaitu
berupa keunikan destinasi yang dapat dilihat langsung (uniqueness),
barang-barang dagangan (merchandise), hiburan (entertainment), dan
dapat melakukan aktivitas (activities). Gambar 9.1 menunjukkan
pandangan peserta event terhadap keinginan mereka terhadap event
yang dilaksanakan.

Bab 9 | Destinasi MICE 105


Pelayananan Mutlak (Essential Services)

- Keamanan dan kesehatan - Kenyamanan


- Makanan & minuman - Informasi
- Komunikasi - Aksesibilitas

Faktor Keuntungan melalui kontak


dengan orang lain (Generic Benefit)
- Otentik - Permainan
- Ritual - Pertunjukan seni
- Bertukar pikiran

Keuntungan Target
(Targeted Benefits)
- Keunikan
- Dagang/toko bebas bea
- Hiburan
- Aktivitas

Gambar 9.1 Perspektif Pengunjung terhadap Produk Festival dan Event


(Getz, Donald, Festivals, Special Events and Tourism, 1991:199)

Pada sisi lain, acuan yang dikemukakan oleh Cooper et.al.,Mill et.al.
dan Getz, faktor atraksi merupakan daya tarik besar bagi wisatawan
konvensi untuk menikmati Bali (Mahadewi, 2004). Sedangkan dari
sisi kepuasan, wisatawan konvensi menyatakan faktor kenyamanan
adalah faktor yang mutlak dengan penilaian yang tinggi. Sebagai sebuah
destinasi, Bali dinilai cukup tinggi memberikan kepuasan bagi wisatawan
konvensi. Pengaruh kepuasan wisatawan konvensi ini sejumlah 89%
terhadap destinasi. Penelitian yang dilakukan oleh Boehme, menyatakan
hotel adalah hal utama dipentingkan dalam mendatangkan wisatawan
konvensi. Pada Bali sebagai destinasi MICE, wisatawan konvensi
menilai bahwa hotel dengan segala fasilitasnya mendapat penilaian yang
signifikan mempengaruhi kepuasan (Mahadewi, 2004).

106 Event dan Mice Red Hot Industry


Penelitian yang dilakukan oleh Morison et.al. (1997), yang berjudul
Convention and Visitor Bureaus in the USA, A Profile of Bureaus, Bureau
Executive, and Budgets, mengemukakan dalam sebuah destinasi MICE,
sebuah Convention Visitor Bureau (CVB) diperlukan untuk memudahkan
pelayanan informasi. CVB dikatakan dapat sebagai “pembangun
destinasi” (destination developers) dengan fungsi sebagai katalis dan
fasilitator bagi pengembangan kegiatan industri. Disampaikan bahwa
CVB merupakan sarana bagi wisatawan yang membutuhkan pelayanan
informasi tentang destinasi yang dituju. Informasi yang diinginkan
dapat berupa informasi hotel, prosedur penanganan reservasi. CVB juga
dapat bertindak sebagai wadah khusus yang menangani kegiatan MICE,
memberikan program pelatihan bagi tenaga bidang MICE, dan bekerja
sama dengan asosiasi lain yang menjadi anggotanya. Secara umum, CVB
dapat dikatakan mempunyai lima fungsi dasar yaitu sebagai berikut.
1. Sebagai “Penggerak Ekonomi (economic driver)”, yang melalui CVB,
kegiatan MICE dapat memberikan kontribusi perubahan ekonomi,
baik dari segi pendapatan maupun tenaga kerja bidang usaha jasa
konvensi.
2. Sebagai “Pemasar Produk Destinasi (community marketer)”, bahwa
CVB dapat sebagai tenaga penghubung yang menghubungkan
destinasi dengan atraksi yang dimiliki, serta fasilitas di destinasi
MICE kepada pasar wisata MICE.
3. Sebagai “Koordinator Industri (industry coordinator)”, yaitu CVB
mempunyai kewajiban untuk memperkenalkan destinasinya untuk
kepentingan kepariwisataan dan industri-industrinya.
4. Sebagai “Perwakilan Antar Organisasi Pariwisata (quasi-public
representative)”, di mana CVB bertindak sebagai wadah yang
membawahi kegiatan MICE, menghindari terjadinya kegiatan yang
tanpa melalui asosiasi ini.
5. Sebagai “Pembangun Destinasi (builder of community pride)”, bahwa
CVB bertindak sebagai simbol pembangun destinasi, melalui
kegiatan MICE.

Bab 9 | Destinasi MICE 107


Pernyataan hasil penelitian yang dilakukan oleh Morison et.al.,
pada Bali adalah tidak didukung. Bali sebagai destinasi MICE belum
mempunyai sebuah convention bureau. Selama ini, kegiatan pelaksanaan
konvensi dilakukan oleh perusahaan atau usaha jasa konvensi secara
pribadi. Promosi dilakukan oleh pihak pemerintah, Bali Tourism Board,
dan perusahaan konvensi sendiri. Tidak melalui asosiasi convention
bureau. Informasi yang diperoleh dari pihak meeting planner, mereka
pihak travel agent, hotel, meeting planner, PCO, PEO maupun EO (Event
Organizer), termasuk pemerintah (Diparda), untuk memenangkan
bisnis dapat dilakukan dengan orientasi G2G (Government to Government)
atau B2B (Business to Business). Bagi Bali, justru kerja sama G2B lebih
banyak terjadi pada Bali, karena event-event international penanganan
berhadapan dengan pihak penyelenggara dari pemerintah, seperti PATA,
APEC, WTO Think Tank, KTT ASEAN, dan sebagainya. Pelaksanaan
model B2B biasanya lebih berorientasi pada kegiatan event/exhibition
atau trade show, seperti Bali Fashion Week, Pameran Dagang atau Travel
Mart. Tahun 2018 adalah momen penting bagi Bali, karena akan segera
menggelar perhelatan IMF (International Monetary Fund) dan World Bank
Meeting October 2018.

108 Event dan Mice Red Hot Industry


BAB 10
EVENT OLAHRAGA
DALAM PERSPEKTIF
KEPARIWISATAAN

Kegiatan olahraga sebagai kegiatan pariwisata dapat dijabarkan


sebagai kegiatan bersenang-senang, dilakukan pada waktu luang (bagi
pemain olahraga) dan mengeluarkan uang (bagi penonton). Dalam hal
ini ada dua hal yang dilibatkan, karena kegiatan olahraga menyangkut
antara pihak yang ditonton dan pihak yang menonton. Apabila definisi
kepariwisataan diterapkan terhadap sisi pemain (pihak yang ditonton),
maka penjabarannya adalah kegiatan bersenang-senang, dilakukan pada
waktu luang, dan mengeluarkan uang (jika pemain berada di luar dari
daerahnya, yang secara tidak langsung pemain olahraga sama dengan
definisi wisatawan). Penjabaran yang kedua dapat dilihat dari sisi pemain
olahraga dan sisi event organizer atau tim pembina olahraga yang menangani.
Kegiatan olahraga dalam kepariwisataan, dilihat dari sisi usaha jasa
impresariat dan usaha jasa konvensi, merupakan peluang yang besar
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kunjungan ke destinasi,
baik untuk mendatangkan wisatawan domestik maupun wisatawan
mancanegara. Usaha jasa impresariat adalah usaha untuk mendatangkan
olahragawan, artis ke destinasi; dan usaha jasa konvensi terutama dalam
usaha perjalanan insentif adalah usaha perjalanan yang diselenggarakan
oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai
imbalan penghargaan atas prestasi mereka dalam kaitan penyelenggaraan

109
konvensi yang membahas perkembangan kegiatan perusahaan yang
bersangkutan (Kepmen Parpostel KM.108/HM.703/MPPT-91).
Kegiatan olahraga dan usaha perjalanan insentif sebagai kegiatan
Pariwisata di daerah Bali sudah bukan hal yang baru, hanya saja perlu
dilirik hal-hal lain yang dapat dilihat dari sisi usaha jasa impresariat
dan usaha jasa konvensi.

10.1 Olahraga dan Pariwisata


Kegiatan olahraga melibatkan banyak pemain, penonton dan
sponsor, dan tidak tertutup kemungkinan melibatkan para artis penari
di dalamnya. Dalam penanganan mendatangkan para olahragawan
olahragawati, telah diatur dalam peraturan kepariwisataan. Berdasarkan
Kepmen Parpostel Nomor KM.103/UM.201/MPPT-91 tentang Usaha
Jasa Impresariat, yang dimaksudkan dengan usaha Jasa Impresariat
adalah kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan baik yang
berupa mendatangkan, mengirim maupun mengembalikannya serta
menentukan tempat, waktu dan jenis hiburan.
Hiburan adalah segala bentuk penyajian/pertunjukan dalam bidang
seni dan olahraga yang semata-mata bertujuan untuk memberikan
rasa senang kepada pengunjung dengan mendapatkan imbalan jasa.
Selanjutnya yang dimaksudkan dengan Pengurusan Penyelenggaraan
Hiburan adalah usaha, kegiatan dan pelaksanaan atas suatu pertunjukan
mulai dari pengurusan surat-surat dan dokumen mendatangkan
artis/seniman/olahragawan sampai kepada terselenggaranya suatu
pertunjukan hiburan (Lastara, 1997:33).
Dalam penanganan perjalanan yang dibiayai oleh suatu perusahaan
atau sponsor diatur dalam peraturan usaha jasa konvensi. Dengan
berpedoman pada Kepmen Parpostel Nomor KM.108/HM.703/MPPT-91
tentang Ketentuan Usaha Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif dan Pameran,
maka yang dimaksudkan dengan Perjalanan Insentif adalah merupakan
suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan
untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas
prestasi mereka dalam kaitan penyelenggaraan konvensi yang membahas

110 Event dan Mice Red Hot Industry


perkembangan kegiatan untuk menyebarluaskan informasi dan promosi
yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada
kaitannya dengan pariwisata.
Kegiatan kepariwisataan sesuai dengan UU No.9/1990, adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata;
dan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha
yang terkait di bidang tersebut. Pada Gambar 10.1 berikut, digambarkan
aktivitas Pariwisata dengan posisi kegiatan olahraga sebagai kegiatan
untuk bersenang-senang, posisi incentive travel dan business meetings
sebagai sebuah kegiatan mendatangkan keuntungan (bisnis).
Leisure
- Holidays Overseas
- Visitors, friends
and relatives (VFR)
- Sports
- Culture

Tourists

Business
- Business Meetings
- Exhibition & Trade
- Conference & Domestic
Convention
- Incentive Travel

Gambar 10.1 Aktivitas Pariwisata (Trigg, 1996:3)

Berdasarkan Gambar 10.1, aktivitas atau kegiatan pariwisata dapat


dilihat dari sisi yang berbeda, yaitu sisi kegiatan bersenang-senang dan sisi
bisnis. Kegiatan olahraga dapat sebagai kegiatan bersenang-senang, dan
kegiatan olahraga dapat merupakan pertemuan bisnis yang penanganannya
melalui usaha jasa insentif. Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk
mendatangkan wisatawan baik mancanegara maupun domestik.

10.2 Kegiatan Olahraga


Olahraga adalah permainan, pertandingan atau kegiatan yang
meliputi latihan jasmani dan biasanya memerlukan keterampilan

Bab 10 | Event Olahraga dalam Perspektif Kepariwisataan 111


tertentu (Disney Encyclopedia). Kegiatan olahraga yang besar dilakukan
dan ditunjukkan pada acara-acara Olimpiade. Olimpiade adalah
pertandingan-pertandingan olahraga internasional yang diadakan
empat tahun sekali di negara-negara berbeda. Para atlet yang bertanding
adalah olahragawan-olahragawan andal. Dalam sejarahnya, olimpiade
mula-mula diadakan di Yunani kuno tahun 776 SM. Olimpiade modern
dimulai tahun 1896. Pertandingan saat itu meliputi 200 cabang olahraga-
antara lain atletik, renang, yudo, senam dan olahraga kano. Olimpiade
Musim Dingin diselenggarakan terpisah mulai tahun 1924, dan cabang
yang diperlombakan berupa ski, main skat serta kereta luncur (Disney,
Encyclopedia). Yang menarik untuk dilihat dari sisi kepariwisataan
adalah, dalam kegiatan Olimpiade Kuno diselenggarakan di dataran
Olimpiade dekat Kuil Zeus, yaitu kuil dewa yang paling berkuasa. Dalam
perlombaan dinyatakan orang yang bertanding berusaha menandingi
keahlian para dewa. Pada pembukaan olimpiade para atlet pria dan
wanita terlebih dahulu berpawai di hadapan penonton.

10.3 Wisata Olahraga (Sports Tourism)


Setiap kegiatan olahraga banyak mendatangkan, melibatkan
organisasi/asosiasi olahraga di kota/wilayah tempat terselenggaranya
kegiatan olahraga, dan hal ini mempengaruhi strategi pengembangan
ekonomi (Johnson, 1991; Euchner,1993 dalam Murphy, 1997:32). Kota-
kota yang siap menjadi tuan rumah penyelenggaraan kejuaraan olahraga,
berkeyakinan bahwa melalui kegiatan olahraga dapat memberi keuntungan
ekonomi (Murphy,1997:32). Dengan siapnya kota-kota sebagai tempat
penyelenggaraan olahraga, dapat memberi pengaruh langsung atas
perbaikan infrastruktur kota, serta meningkatkan kegiatan kepariwisataan
dan citra yang baik bagi kota tempat penyelenggaraan olahraga dilakukan
(Marshall Macklin Monagan Limited in association with Christopher Lang
and Associates Ltd, 1993). Hasil penelitian yang dilakukan di Toronto,
melalui kejuaraan NBA Tim Bolabasket mampu mendatangkan US$
347 juta per tahun belum termasuk pendapatan dari penggemar/fans
bolabasket yang menonton (Chianello, 1992 dalam Murphy, 1997:32);
dan selama 16 hari Pan-Am Games yang diselenggarakan di Winnipeg di

112 Event dan Mice Red Hot Industry


tahun 1999, mampu mendatangkan US$ 179 juta bagi pengembangan
ekonomi dikota tersebut (Taylor, 1994 dalam Murphy, 1997:32).
Keuntungan yang diperoleh dari penyelenggaraan kegiatan olahraga,
bergantung pada besar kecilnya event, lamanya penyelenggaraan dan
jumlah penonton yang datang dari luar daerah tempat penyelenggaraan
(Murphy,1997). Di tahun 1990 perlombaan balap Molson CART Indy
Race di Vancouver mampu menarik 169.000 penonton, dengan 35.000
penonton yang berasal dari luar kota Vancouver; penghasilan yang
diperoleh dari kegiatan ini sejumlah US$ 12,4 juta selama 3 hari dari
event yang dilaksanakan (Tourism Vancouver, 1990). Penelitian yang
dilakukan di tahun 1994 terhadap Victoria Commonwealth Games,
pengunjung mengeluarkan uang sejumlah US$ 32 juta selama 10 hari
dan pihak pemerintah kota mendapatkan keuntungan melalui siaran
televisi bagi 300 juta orang dengan 130 jam siaran langsung (Cooper
& Lybrand Smith, 1990). Hal ini merupakan metode yang efektif bagi
sebuah kota untuk meningkatkan pendapatan wilayahnya, serta mampu
untuk menciptakan image yang positif (Ritchie and Smith, 1991).

10.4 Pangsa Pasar Olahraga (The Sports Market)


Kegiatan olahraga oleh Hoyle et.al., disebutkan dapat menjadi
pangsa pasar yang potensial bagi industri kepariwisataan daerah. Tim
olahraga hanya sebagian kecil dari pangsa pasar olahraga dalam kegiatan
mendatangkan bisnis pariwisata. Yang perlu diperhatikan adalah para
peminat (fans) dari kegiatan olahraga, termasuk para media cetak
dan elektronik yang meliput kegiatan acara, sehingga perlu untuk
disiapkan sarana dan fasilitas akomodasi, tempat pertemuan bagi tim
olahraga, makanan sebelum pertandingan (pre-game meals), hidangan
dari sponsor (awards banquets), pertemuan antar tim (booster meetings),
dan perlombaan (rallies).
Club, rekreasi dan olahraga turnamen di Amerika berkembang pesat
(Hoyle, 1989:59). Kegiatan olahraga seperti soccer, volleyball, bowling,
softball, dan renang merupakan jenis kegiatan olahraga yang diminati,
sehingga secara langsung mempengaruhi kebutuhan akan sarana

Bab 10 | Event Olahraga dalam Perspektif Kepariwisataan 113


akomodasi. Sumber informasi kegiatan olahraga dapat diperoleh melalui
lokal CVB (Convention Visitor Beurau), perguruan tinggi, sekolah-sekolah
menengah dan organisasi-organisasi olahraga (Hoyle, 1989:60).
Hoyle (1989:61)menyebutkan ada 10 (sepuluh) hal yang perlu
diperhatikan oleh para eksekutif yang memiliki fasilitas akomodasi/
hotel dan pertemuan dalam kaitannya dengan wisata olahraga, antara
lain sebagai berikut.
1. Tim olahraga memperhatikan tempat penyelenggaraan kegiatannya
dekat dengan bandar udara dan mempunyai fasilitas latihan yang
memadai.
2. Para atlet top yang sudah layaknya seorang artis/public figur,
memerlukan pengamanan dan kenyamanan selama di tempat
penyelenggaraan kegiatan.
3. Dibandingkan dengan kelompok senior, kesesuaian harga adalah
hal yang penting diperhitungkan bagi kelompok yunior, kalangan
perguruan tinggi atau sekolah menengah umum yang mengikuti
pertandingan/perlombaan.
4. Apabila pelayanan makanan diperuntukkan bagi anggota tim, pihak
penyedia akomodasi sebaiknya menetapkan menu khusus dengan
nutrisi yang baik bagi para atlet yang menginap.
5. Ukuran tempat tidur harus menyesuaikan dengan ukuran para
atlet. Ukuran kamar bukan ukuran bagi pemain bolabasket atau
pemain sepakbola, tapi yang dijadikan ukuran adalah ukuran
tempat tidur yang disediakan. Dua tempat tidur ukuran besar per
kamar adalah ukuran ideal, meskipun hal ini perlu disiapkan lebih
awal oleh pihak hotel. Pemain bolabasket profesional biasanya
memerlukan tempat tidur sendiri per kamar, berbeda dengan
pemain sepakbola yang bisa menempati satu kamar berdua.
6. Banyak tenaga hotelier bernegosiasi dengan perguruan tinggi atau
usaha perjalanan wisata yang menangani kegiatan olahraga, dan
mereka menawarkan akomodasi dengan acara fun games di hotel.
Selain menawarkan kamar, pihak hotel dapat menawarkan acara
welcome party, pep rally, post games party untuk acara tambahan bagi atlet.

114 Event dan Mice Red Hot Industry


7. Kebanyakan tim olahraga memesan harga kamar secara paket,
termasuk harga yang sudah membebaskan tenaga pelatih mereka,
akomodasi, makanan tim/atlet, dan penggunaan ruang pertemuan.
Kamar komplimen (complimentary suite) yang mempunyai ruang
pertemuan khusus di dalamnya (parlor) bagi pelatih/pembina
adalah penawaran yang efektif bagi tim sehubungan dengan
pemesanan dengan harga paket.
8. Untuk keamanan dan kenyamanan para atlet, pihak hotel sebaiknya
tidak mencantumkan jadwal kegiatan tim yang menginap pada
jadwal/schedule event hotel.
9. Pelayanan khusus telepon hotel antar tim mesti harus diperhatikan,
guna memberikan pelayanan yang maksimal kepada tim/atlet
beserta pelatih/pembina yang menginap di hotel.
10. Hotel sudah selayaknya untuk selalu berinovasi dalam meningkat­
kan pelayanan bagi wisatawan dengan tujuan olahraga. Dalam hal
ini pelayanan tidak saja dapat ditujukan bagi tim/pemain akan
tetapi dapat bagi penonton dan supporter masing-masing tim.
Dan ini merupakan peluang usaha baru dalam usaha perhotelan.

10.5 Contoh Kasus The Indianapolis


Indianapolis, Indiana, adalah daerah yang menetapkan pasar
olahraga sebagai sumber penghasilan yang terbesar bagi industri
kepariwisataan mereka. Kerja sama dilakukan antara city’s convention
bureau, convention center/stadium complex, dengan pemerintah kota.
Langkah awal yang ditempuh adalah melakukan kerja sama
dengan asosiasi pertemuan (association meetings). Pemerintah kota
menjadi tuan rumah bagi kelompok-kelompok yang terlibat, baik dari
asosiasi kesehatan, olahraga, sekolah pariwisata, sekolah olahraga serta
kelompok pelatih, seperti American College of Sport Marine, the US
Olympic Council House Delegates, the Golf Course Superintendents
Association, the Professional Golfers Association, the National
Conference of High School Directors of Athletics, and the National
High School Athletic Coaches Association. Di kelompok lain, Pan

Bab 10 | Event Olahraga dalam Perspektif Kepariwisataan 115


American Economic Leadership Conference mempunyai kekuatan
mempengaruhi pemerintah kota dalam penyelenggaraan Pan American
Games di tahun 1987.
Bagi Indianapolis, Pan American Games mampu memberikan
tingkat hunian kamar sebanyak 6.000 kamar selama 21 malam.
Pendapatan yang diperoleh sebanyak 126.000 room nights. Pendapatan
tersebut belum termasuk pendapatan langsung dan tidak langsung
dari para perencana kegiatan, biaya belanja dari para pendukung/fans
dan atlet itu sendiri (Hoyle, 1989:61).

10.6 Pariwisata Event (Event Tourism)


Menurut Getz (1991), ada dua pengertian dari event, pertama yaitu
kegiatan rutin yang dipertunjukkan, tidak dibuat-buat dan menjadi
menarik bagi wisatawan, sedangkan pengertian kedua pariwisata event
adalah kegiatan yang memang sengaja dibuat dan dipertunjukkan untuk
menarik wisatawan. Contoh pertama yang dikaitkan dengan kegiatan
olahraga adalah kegiatan Olimpiade, Sea Games, ASEAN Games, Pekan
Olahraga Nasional, Porda, Popsi; dan contoh kedua adalah Bali 10K
dan Golf Tournament.
Mill, et.al (1985:196) menyebutkan istilah Sporting Event dengan
contoh kejuaraan tenis Wimbledon yang mampu mendatangkan
wisatawan dengan pengeluarannya dalam mengikuti pertunjukan.
Contoh lain yang diberikan Mill et.al. adalah Winter Olympics di
Sapporo, bagian utara Jepang, dalam kegiatan olahraga ini telah mampu
mendatangkan jumlah kunjungan wisatawan Eropa yang sangat besar.
Dalam penyelenggaraan wisata olahraga perlu diperhatikan kondisi
cuaca, iklim dari daerah tempat diselenggarakannya kegiatan. Daerah
Eropa dan Amerika mengalami tingkat kunjungan yang tinggi untuk
wisata olahraga pada bulan Juni, Juli dan Agustus (Mill, 1985:187).
Pada periode tersebut bersamaan dengan musim semi, dan liburan
anak sekolah. Di beberapa negara seperti Perancis, Skandinavia dan
New Zealand hampir secara bersamaan menentukan kegiatan rekreasi
selama satu bulan dalam musim semi mereka (Mill,1985:187).

116 Event dan Mice Red Hot Industry


Menurut Mill et.al., yang perlu mendapat perhatian adalah fasilitas
wisata yang disediakan bagi para olahraga pada musim dingin (winter)
lebih mendapat perhatian khusus dibandingkan pada musim semi.
Hal ini dikarenakan, pada musim dingin banyak anak-anak muda dan
olahragawan/ti melakukan aktivitas wisata.
Dalam Bab Event Management in Leisure and Tourism, Trigg (1996:353)
menyebutkan:
An Event is something which includes a range of different activities which
have significant requirements for planning resources and evaluation.

Event adalah kegiatan khusus yang dilakukan di luar kegiatan


rutin dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan event memberi peranan
penting bagi kehidupan. Event dibuat untuk tujuan antisipasi dan
dalam banyak hal dapat memberi pengalaman yang bermanfaat.
Dalam banyak event, seperti Grand National, mampu menarik banyak
pengunjung yang bermanfaat bagi event yang dilaksanakan dan bagi
daerah penyelenggara event.
Menurut Trigg (1996:354), ada beberapa karakteristik dari event,
yaitu sebagai berikut.
1. Menawarkan sesuatu hal yang spesial.
2. Biasanya merupakan satu hal yang berbeda dari kegiatan rutin atau
program.
3. Memberi kesempatan kepada pihak penyelenggara (organizer)
untuk mencapai tujuan mereka.
4. Mempunyai jangka waktu tertentu (deadline schedule).
5. Memerlukan kerja sama dan koordinasi, tidak bisa bekerja sendiri.
6. Mempunyai Tema Event atau tanda yang mudah diingat (mark)
penyelenggaraan.
7. Biasanya melibatkan tim kerja kelompok.
8. Melibatkan banyak organisasi.
9. Memerlukan tenaga bantu yang sesuai dengan penyelenggaraan
event (tenaga liaison officer yang sesuai dengan event).

Bab 10 | Event Olahraga dalam Perspektif Kepariwisataan 117


10. Memberikan kesempatan dan hiburan bagi masyarakat/public.
11. Memberikan kesempatan kepada masyarakat/public untuk mengisi
waktu liburan.

Kegiatan pariwisata yang bertemakan olahraga, dalam setiap


kegiatannya mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Sebagai contoh
misalnya Women in Sport Event, kegiatan ini dilaksanakan untuk menarik
para olahragawati untuk melakukan kegiatan olahraga. Contoh lain
yang lebih specifik adalah event Blackpool Illuminations, yang bertujuan
untuk mendatangkan wisatawan ke Blackpool, dan kegiatan ini berhasil
dilakukan sepanjang tahun (Trigg,1996:355).
Trigg (1996:357) dan Mill et.al. (1985:211) menyebutkan beberapa
tujuan diselenggarakannya event olahraga adalah:
1. Promosi kegiatan yang diharapkan melalui mulut ke mulut.
2. Meningkatkan pendapatan.
3. Memberikan nilai lebih bagi produk/pelayanan organisasi.
4. Meningkatkan kerja sama staf.
5. Membangun moral atlet.
6. Promosi sebuah organisasi.
7. Promosi citra antar organisasi.
8. Hiburan bagi penggemar olahraga.
9. Memberikan keuntungan bagi masyarakat.
10. Membina staf dalam organisasi.
11. Merayakan hari liburan.
12. Memberi pengetahuan dan pengalaman.

Penyelenggaraan kegiatan olahraga dikaitkan dengan usaha jasa


konvensi, mempunyai berbagai jenis pertemuan antara lain disebut
dengan istilah: working party meeting, sub committee meetings, buzz groups,
brainstorming session meetings, informal meetings dan full committee meetings.
Dan dalam setiap kegiatan event olahraga melibatkan hampir 8-16 jenis
kegiatan yang berbeda disertai dengan parade, queen and beauty contest,

118 Event dan Mice Red Hot Industry


carnivals dengan hiburannya, acara makan siang dan malam, hiburan
musik, tarian dan aktivitas bagi anak-anak (Mill et.al., 1985:211).

10.7 Penanganan Wisata Olahraga di Bali


Bali sebagai daerah tujuan wisata yang mementingkan nilai budaya,
kegiatan olahraga masih dapat dikatakan belum banyak dilakukan sebagai
wisata olahraga yang mengedepankan nilai event-nya. Melalui data
Kementerian Budpar dalam Penelitian Wisatawan Mancanegara yang
meninggalkan Indonesia di tahun 2002, ditunjukkan distribusi wisman
menurut maksud kunjungan dengan tujuan olahraga hanya 0,84%. Dan
hasil pengamatan kegiatan olahraga di Bali diimbangi dengan wisata
petualangan (adventure tourism) banyak ditangani oleh Biro Perjalanan
Wisata, bukan oleh usaha jasa impresariat ataupun usaha jasa konvensi,
misalnya trekking, hiking, mountain climbing, cycling. Penanganan wisata ini
masih dalam jumlah yang tidak besar. Meskipun jasa insentif ditangani
oleh banyak usaha perjalanan, data yang menunjukkan kegiatan usaha
jasa insentif dan impresariat yang menangani/mendatangkan para
atlet secara pasti belum ditemukan. Banyak hal yang dapat dijadikan
jawaban, usaha jasa konvensi di Bali baik dari usaha perjalanan maupun
hotel, cenderung lebih memanfaatkan kegiatan conference dan meeting
daripada perjalanan insentif. Untuk meraih wisatawan dengan tujuan
insentif memerlukan keahlian tertentu, baik dari cara meraih pasarnya
maupun lobbying yang diperlukan. Biasanya usaha perjalanan insentif
melibatkan organisasi yang besar dan mempunyai keuntungan cukup
sehingga dia akan mampu membiayai perjalanan karyawannya. Dalam
wisata olahraga, sponsor yang mampu mendanai kegiatannya sebagian
besar berasal dari asosiasi atau perusahaan yang berkaitan dengan
olahraga dan event itu sendiri, misalnya Nike, Speec, Reebock, Nikon,
Kodak dan sebagainya. Penanganan wisata insentif untuk Bali banyak
ditangani oleh perusahaan usaha perjalanan yang berkonsentrasi sebagai
Destination Management Company (DMC).
Meskipun di luar dari ketentuan yang berkaitan dengan olahraga
yang identik dengan kesehatan dan membentuk moral atlet, kegiatan
yang diselenggarakan di Bali masih mampu untuk mendatangkan

Bab 10 | Event Olahraga dalam Perspektif Kepariwisataan 119


para atlet public figur luar negeri, seperti misalnya Wismilak Bali Open
Tournament untuk kejuaraan Tenis yang sudah beberapa kali diadakan
di Nusa Dua; A Mild Billiard International Open 2005 di sebuah hotel di
kawasan Kuta yang melibatkan juara Asian Ladies dari Singapura; Bali TV
National Golf Tournament yang diselenggarakan di Bali Handara Bedugul
dan Tanah Lot, Tournament World Volley Beach 2003 di Pantai Petitenget
Kuta, serta kejuaraan A Mild Indonesian Basketball League (IBL) yang mampu
melibatkan siswa sekolah dan masyarakat lokal. Dari sekian banyak yang
disebutkan di atas sponsor kegiatan masih identik dengan rokok yang
mampu memberikan kontribusi dan pelayanan lebih. Hanya kegiatan
World Volley Beach dan Bali TV yang mampu memberikan nilai lebih
yang tidak menyebutkan sponsor utama dari rokok.
Ada yang unik yang perlu menjadi catatan bagi Bali dalam
pengadaaan event yang berkaitan dengan olahraga, adalah Festival
Mixed Martial Arts (campuran seni beladiri) Bali yang berlangsung di
Pantai Kuta. Para peserta lomba olahraga beladiri ini tidak bertarung,
tetapi hanya melakukan atraksi sesuai keahlian masing-masing dengan
menggunakan (kain tradisional yang digunakan di kepala). Dalam
kegiatan ini mampu melibatkan 345 atlet dan bertujuan untuk menjalin
persahabatan, menumbuhkan sikap mental yang positif pemain dan
melestarikan budaya Bali (Bali Post, 2004/052).
Kegiatan olahraga sebagai wisata olahraga dapat dirangkai sebagai
usaha jasa pariwisata yang ditangani melalui usaha jasa impresariat
dan usaha jasa konvensi terutama usaha perjalanan insentif. Kerja
sama antar asosiasi dan perusahaan sangat dibutuhkan dalam
penyelenggaraan event ini.
Bali sebagai daerah tujuan wisata perlu untuk mengkaji lebih
lanjut wisata olahraga yang dikaitkan dengan pariwisata event, yang
tidak meninggalkan nilai-nilai budaya masyarakat lokal.

120 Event dan Mice Red Hot Industry


BAB 11
MEGA EVENTS DAN
DAMPAK YANG
DIAKIBATKAN

11.1 Pendahuluan
Acara–acara di dalam dunia pariwisata yang berskala besar,
atau dikenal sebagai suatu kejadian khusus, seperti bazar utama,
festival-festival, pertunjukan–pertunjukan budaya dan acara olahraga
yang diselenggarakan di manapun yang bersifat reguler atau yang
dilakukan hanya sekali saja. (Hall/aula, 1992). Kejadian mahabesar
sudah mengasumsikan suatu peran kunci di dalam strategi pemasaran
pariwisata kota dan regional, fungsi mereka yang utama untuk
menyediakan masyarakat tuan rumah dengan peluang mengamankan
keunggulan di dalam pasar turisme. Negara-negara, daerah-daerah,
kota-kota, dan korporasi-korporasi sudah menggunakan acara ini
untuk mempromosikan suatu gambaran yang baik guna mendukung
tempat pasar usaha pariwisata internasional (Ashiworth dan Goodall,
1988). Mega events adalah juga sangat penting tidak hanya oleh
karena komponen pengunjung mereka, tetapi karena mereka boleh
meninggalkan warisan-warisan, yang akan mempunyai satu dampak
lebih besar di masyarakat tuan rumah jauh daripada periode di mana
event terjadi. Ketika yang diminta menyangkut akibat yang ditimbulkan
hampir bisa dipastikan dari Victoria Commonwealth Games, pemberian

121
suara pembaca di dalam majalah terbitan setiap Senin dengan artikel
kedudukkan hutang, kumpulan artikel ekonomi, pajak yang lebih tinggi,
peningkatan pariwisata, dan harga real estate lebih tinggi sebagai hal
yang diakibatkan oleh permainan pasar menurut aturan (McCaw, 1994).
Penilaian seperti itu sungguh sungguh cerdik. Acara besar seperti
pertandingan Olimpiade atau Bazar World telah dihubungkan dengan
pembelanjaan publik yang besar-besaran, konstruksi dari fasilitas-
fasilitas dan infrastruktur, dan pengembangan kembali dan revitalisasi
wilayah perkotaan yang boleh, mempunyai dampak-dampak substansiil
di masyarakat-masyarakat lokal. Menurut Hukum (1993: 107), acara
besar, “bertindak sebagai suatu katalisator untuk perubahan dengan
membujuk orang-orang untuk bekerja sama di sekitar suatu sasaran
sama dan sebagai jalur cepat untuk memperoleh keuangan tambahan
dan menjadi proyek-proyek mulai dilaksanakan. Bukanlah tanpa
permasalahan, karena sebagian orang akan membantah bahwa itu hanya
memberi prioritas kepada kepentingan-kepentingan pengembangan di
atas kesejahteraan mereka. Aspek secara fisik dari strategi ini adalah
bahwa itu sudah dihubungkan dengan regenerasi bagian tertua suatu
kota dan khususnya dengan apa yang ada pada pusat kota tersebut.”
Bab ini menguji akibat dari acara–acara akbar dan alasan untuk
mereka menjadi tuan rumah dan pengembangannya. Perhatian spesifik
diberikan kepada peran dari kejadian mahabesar pada proyek-proyek
revitalisasi berkenaan dengan kota dan strategi pembuatan citra kota.
Bagaimanapun, acara besar boleh juga berperan dalam promosi tempat
dan perbaikan kembali kepada kerusakan dari kelompok-kelompok
yang tertentu di dalam masyarakat.

11.2 Sifat Alami dari Mega‑Events


Tourism event sedang mengembangkan suatu bidang substansiil
dari riset di dalam pembelajaran atau studi pariwisata. Tourism event
sudah digambarkan “perencanaan yang sistematis, pengembangan
dan pemasaran festival-festival dan kejadian khusus sebagai atraksi
wisatawan, katalisator-katalisator, dan perubahan citra” (Getz and
Wicks, 1993: 2). Fungsi yang utama mega event untuk menyediakan

122 Event dan Mice Red Hot Industry


lokasi bagi penyelenggara atau daerah dengan satu peluang untuk
mengamankan suatu posisi keunggulan di dalam pasar turisme untuk
jangka pendek yang tergambar dengan baik dalam periode waktu.
Definisi patokan Hallmark event disediakan oleh Ritchie (1984: 2)
yang menggambarkan kejadian seperti, “Event yang dilaksanakan hanya
sekali atau berulang yang dibatasi jangka waktu, yang dikembangkan
terutama untuk meningkatkan kesadaran, pesona dan profitabilitas
suatu tujuan pariwisata di dalam jangka pendek dan panjang. Kejadian
seperti itu percayakan membawa hal yang sukses kepada mereka di
dalam keistimewaan, status, atau makna waktu yang tepat untuk
menciptakan minat dan menarik perhatian”.
Acara bagi wisatawan dalam skala besar adalah, bukan suatu peristiwa
musiman atau yang berkelanjutan. Sungguh, dalam banyak kesempatan
kejadian itu adalah suatu tanggapan yang strategis kepada permasalahan
dari keragaman musiman dari cermin industri wisatawan (Ritchie dan
Beliveau, 1974). Sebagai tambahan, kejadian boleh mengasumsikan suatu
fungsi yang utama penyorotan daya pikat dari suatu tujuan kepada satu
luas dari atraksi-atraksi wisatawan lebih permanen tidak akan mampu
dicapai. Ritchie (1984:2) memahami Hallmark event yang bersifat
utama mempunyai “kemampuan untuk tujuan nasional dan perhatian
internasional. “Dengan cara yang sama, Burns dan Mules mencatat
pentingnya skala di dalam “kejadian khusus”, “...kadang-kadang disebut
Hallmark event...” adalah kejadian yang diharapkan untuk menghasilkan
manfaat besar secara eksternal, atau manfaat-manfaat yang eksternal
secara luas untuk dapat dibagi-bagikan dan biaya-biaya acara sangat
substansiil sehingga mereka dibiayai, secara parsial atau keseluruhan
dengan dana yang berasal dari masyarakat” (1986: 6,7). Bunrs dan Mules
(1986) mengenali empat karakteristik kunci dari acara khusus:
1. Permintaan utama yang dihasilkan oleh Special Event itu adalah
sebagian besar, bukan permintaan dari event tetapi permintaan
oleh bidang jasa yang terkait, umumnya akomodasi, makanan,
pengangkutan dan pertunjukan.
2. Permintaan ini dipadatkan ke dalam hal secara relatif jangka pendek
dari waktu, dari hari ke beberapa minggu dan seperti jasa tidak

Bab 11 | Mega Events dan Dampak yang Diakibatkan 123


bisa dihasilkan sebelum waktu yang ditetapkan dan disimpan, hal
ini membawa ke arah permasalahan yang khas. Masalah dialami
secara keseluruhan industri jasa yang disebutkan.
3. Pencapaian puncak mempengaruhi kedua-duanya serta distribusi
bermanfaat yang diterima.
4. Dampak yang sesungguhnya tentang pengalihan dana lokal ke arah
Special Events adalah relatif kecil; manfaat-manfaat yang utama
terbentuk dari dana yang baru dari luar daerah melalui ekspor dari
barang-barang dan jasa, terutama pelayanan.

Mega events bisa digambarkan secara terpisah dari Hallmark


event. Ritchie dan Hus (1987) penggolongan mega events berdasarkan
dengan definisi sebelumnya, pada 1987 dalam kongresi Association
Internationale d’Experts Scientifiques du Tourisme memecahkan
bahwa mega events digambarkan dalam tiga jalan cara yang berbeda.
oleh volume (1 juta pengunjung), oleh suatu ukuran uang (Can.
$500 juta, DM 750 juta, FFR 2,500 juta), dan di dalam terminologi
psikologis (oleh reputasi: “Harus lihat”, “Muss miterlebt werden”,
“Il faut absolutment voir”) (Marris, 1987: 3). Meskipun demikian,
selagi perselisihan paham substansiil atas definisi mega event adalah
nyata bahwa beberapa kunci dan berhubungan faktor-faktor terjadi di
dalam studi dari kejadian yang besar-besaran: pengembangan kembali,
imaging dan promosi tempat, dan dampak-dampak mereka.

11.3 Hallmark Events Sebagai Sebuah Strategi Pembangunan


Menjadi tuan rumah Hallmark events sering dengan sengaja
dimanfaatkan dalam percobaan untuk “meremajakan” atau mengembangkan
wilayah perkotaan melalui konstruksi dan pengembangan dari infrastruktur
yang baru, termasuk jaringan jalan dan rel, pelabuhan udara, limbah, dan
perumahan. Ini digunakan untuk menghidupkan kembali lokasi-lokasi
bagian tertua suatu kota yang dihormati oleh pemerintah, kotamadya,
dan peminat bisnis yang memerlukan pembaruan.
Bazar Dunia dan Pertandingan Olimpiade khususnya telah
digunakan untuk menyediakan suatu penggalakan proyek-proyek tata

124 Event dan Mice Red Hot Industry


kota. Sebagai contoh, mayoritas penawaran-penawaran untuk 1996 dan
2000 Sumer Olympics melibatkan investasi substansiil di dalam modal
dan infrastruktur yang baru, seperti fasilitas-fasilitas pengangkutan,
sungguh-sungguh terpisah dari sarana olahraga. Hughes (Hughes, 1993:
157,159) mengamati bahwa “Olympics itu bisa dari makna yang tertentu
berhubungan kepada masalah yang dialami oleh kota terutama bagian
dalamnya banyak terjadi di wilayah perkotaan dari Eropa dan Amerika
Utara” catat bahwa Manchester menawarkan 2000 Summer Olympics
dengan “dilihat sebagai suatu sumbangan yang hanya memecahkan
sebagian permasalahan dari sisi bagian tertua suatu kota.
Perspektif biasanya datang dari banyak penguasa pemerintah dari
kegunaan sosial tentang membuat event sebagai suatu komponen dari
pembaruan kota, program ini diperkenalkan oleh Hillman (1986:4):
“Ketika revitalisasi kota pusat masih berlanjut yang dipandang sebagai
suatu campuran yang utama dalam pembangunan ekonomi, pertanyaan-
pertanyaan tentang ruang bagi keramaian publik dan pengembangan
pemakaian dari pusat kota setelah jam 5 sudah menjadi isu-isu kritis.
Kejadian adalah suatu animator yang terbukti mampu memutar ruang
yang mati menjadi tempat keramaian.
Bazar Dunia sudah lama digunakan untuk tata kota. Sungguh, karena
setelah World Fair 1962, Seattle berubah sebagai “kota yang diperbaharui
(Peters, 1982). Bazar dan pertunjukan-pertunjukan internasional meski
telah selalu disambungkan ke minat dari pebisnis lokal, bukan sampai
1962 mereka konsisten mengembangkan bidang-bidang kota yang
tersedia dan menarik minat investasi secara pribadi dan publik. Di dalam
kasus Seattle, Pameran digunakan dalih untuk mengembangkan 50 akre
lahan hak milik masyarakat yang dibebaskan “1968 San Antonio World
Fair dengan tegas disambungkan ke suatu usaha pemerintah pusat dan
lokal membiayai bagian tertua suatu kota yang memperoleh 147 akre
dari perumahan yang di bawah standar” untuk lokasi Fair (Peters, 1982).
Menurut Montgomery (1986:85): “kedua hal cocok dengan indahnya:
peremajaan perkotaan proses disediakan sarana angkutan telah membuat
perakitan lahan dan pemeriksaan guna membangun tempat Fair tersebut
tepat waktu; pada waktu yang sama Fair menyediakan daya dorong untuk

Bab 11 | Mega Events dan Dampak yang Diakibatkan 125


mengambil langkah dari tindakan pengembangan publik.” Harapan
yang sama dinyatakan dalam 1974 Spokane Expo yang digunakan
sebagai “untuk mempercepat suatu program revitalisasi bahwa biasanya
mengambil waktu selama 20 tahun menjadi 5 tahun (Yake, 1974: 55).
Alasan menggunakan Expo untuk pengembangan kembali dijelaskan
oleh King Cole, Presiden dari Spokane Expo: “Jika itu kelihatannya suatu
jalan yang diperumit kepada peremajaan perkotaan, itu perlu. Kota ini
mempunyai sentimen tentang pusat keramaian kota.... Tiga kali di masa
lalu, penduduk kota tersebut sudah berkumpul di balai kota dan menolak
program pembaruan pusat kota. Tetapi ketika kita memulai mendorong
gagasan untuk World Fair, yang kebetulan akan menyempurnakan
pembaruan pusat kota, para warga negara membeli gagasan tersebut “ (in
Olds, 1988: 40). Bazar Dunia di Vancouver, Canada (1986), dan Brisbane,
Australia (1988), telah pula digunakan untuk mengembangkan daerah
pantai untuk perumahan dan ruang kesenangan berkenaan dengan kota,
dan tempat atraksi bagi para wisatawan.
Festival-festival bahari, seperti Adelaide Port Dragon Boat Festival
di Adelaide, South Austraha, telah digunakan untuk membantu di
dalam strategi peremajaan perkotaan. Prosser (1993: 125) mencatat
bahwa acara ini sudah dipegang dengan antusias di Adelaide sebagai
suatu tanggapan untuk ‘deindustrialisasi’ yang sudah melongsorkan
ekonomi tradisional dasar. Pada kasus Port Adelaide, persepsi-persepsi
orang-orang pada bidang itu sudah harus diubah untuk menemukan
sasaran hasil pengembangan kembali. “Untuk meningkatkan daya
pikat bidang itu kepada investor-investor potensial, residents dan
pengunjung-pengunjung, citra dari suatu pelabuhan yang sibuk dengan
suara gaduh, kotor dan bau harus diubah, kebersihan, lingkungan sosial
dengan sejarah bahari yang kuat” (Mules, 1993: 65). Menurut Mules, di
dalam kasus dari Dragon Boat Festival, “Tujuan yang hendak diberikan
kepada orang-orang dan melihat suatu cara yang bersifat pesta, berbasis
kesenangan, ini menjadi bagian dari proses tentang mengubah pikiran
publik dengan pelabuhan sibuk. Tetapi, sebagai tambahan terhadap
sasaran jangka panjang ini, event ini juga mempunyai karakteristik untuk
membawa pengunjung-pengunjung dan kemampuan belanja mereka.
Jadi dengan demikian event membawa pengunjung untuk menghabiskan

126 Event dan Mice Red Hot Industry


uang mereka baik secara cepat maupun berkala yang merupakan satu
ramuan yang penting di dalam strategi pembangunan” (1993: 65).
Pertandingan Olimpiade, meski suatu peristiwa olahraga yang
utama, telah pula digunakan untuk mengembangkan bidang-bidang
obligasi yang tersedia dan untuk menyediakan suatu pertimbangan
untuk pengembangan infrastruktur yang baru, seperti sistem urban
transit, konstruksi jalan raya, pengembangan kembali pelabuhan udara,
dan perumahan (Hall, 1992). Sebagai contoh, Melbourne dan Toronto
menawarkan untuk Pertandingan Olimpiade 1996, yang menjadi tuan
rumah adalah Atlanta, kedua-duanya merencanakan pengembangan
kembali tepi laut dengan citra kota besar yang ditonjolkan sebagai
bagian dari penawaran yang mereka rencanakan, Sedangkan Sydney
menetapkan komponen yang mempertimbangan suatu pengembangan
yang utama dari tepi lautnya sebagai penyelenggara Pertandingan
Olimpiade 2000.

11.4 Hallmark Events dan Strategi Pencitraan


Revitalisasi bidang-bidang pusat kota melalui penciptaan bentuk
pariwisata dan ruang untuk kesenangan yang baru dihormati oleh
beberapa komentator sebagai hal yang bersifat menandakan suatu
krisis dari negara di mana pentingnya fungsi kesejahteraan yang telah
dikurangi (eq. Henry dan Bramham, 1986). Bagaimanapun, di suatu
konteks yang lebih luas, penggunaan kata dari pariwisata sebagai
gambaran kota tersebut juga dilihat sebagai suatu tanggapan oleh
kesatuan-kesatuan pertumbuhan dengan kota itu dan pilihan-pilihan
kepada globalisasi modal dan perubahan alami peran dari negara di
dalam masyarakat (Hall, 1994). Seperti Harvey (1989) mencatat, citra
suatu kota melalui organisasi masyarakat kota yang lebih maju, sebagai
contoh, menjadi tuan rumah Hallmark event, adalah suatu mekanisme
untuk menarik modal dan orang-orang (jenis yang sama) di dalam masa
kompetisi antar masyarakat kota yang kuat dan entrepreneurialism.
Sungguh, satu gambaran yang telah diperbaiki sepertinya salah satu
akibat paling penting dari Calgary 1988 Winter Olympic Games: “Pada
akhirnya, yang diucapkan Art Smith Ketua dari Calgary Economic

Bab 11 | Mega Events dan Dampak yang Diakibatkan 127


Development Authority, dampak dari Olimpiade yang utama bisa
membuat Calgary mencapai sebuah reputasi yang tinggi dari sejak
permulaan zaman.” Orang-orang akan mengetahui kita tidak hanya
suatu kota perbatasan yang berada di barat, tetapi sebagai suatu kota
yang metropolitan, canggih (Martin. 1988: 31, yang dikutip di Mount
dan Le roux, 1994: 15).
Strategi pencitraan daerah perkotaan bertujuan pokok untuk
menarik pembelanjaan turisme, untuk menghasilkan ketenaga-kerjaan
di dalam industri wisatawan, untuk membantu perkembangan positif
untuk investor-investor potensial di dalam daerah, sering kali oleh
pencitraan ulang persepsi-persepsi negatif sebelumnya (eg. perubahan
bentuk dari Sheffield dari industri ke modern’ melalui menjadi
tuan rumah Game Dunia bagi Siswa), dan untuk menyediakan satu
lingkungan perkotaan yang akan menarik dan mempertahankan
minat para profesional dan para pekerja executive (Roche, 1992,1994;
Hall, 1994). Proses-proses imaging kota ditandai oleh sebagian atau
semua seperti: pengembangan dari suatu tempat atraksi-atraksi bagi
pengunjung dan fasilitas-fasilitasnya, termasuk gedung baru atau
pusat prestige; Hallmark event; pengembangan dari strategi turisme
kota dan kebijakan-kebijakan yang sering kali dihubungkan dengan
organisasi dan pengembangan yang diperbaharui atau yang baru dari
pemasaran kota; dan pengembangan dari tempat hiburan dan proyek-
proyek budaya dan pasti untuk mendukung usaha pemasaran dan
turisme (Hall, 1994).
Pada kasus kota-kota Olimpiade dan perkembangan Olympiade,
lingkungan sekarang menjadi suatu bagian penting dari proses pencitraan.
Sydney, mencontoh Lillehammer, yang difokuskan di lingkungan sebagai
suatu unsur penting dalam strategi penawarannya. Dalam Agustus
1993, pada siaran berita “mengapa Sydney akan menciptakan suatu
Olympiade Games yang megah di tahun 2000, Sydney Olympics 2000
Bid Limited (SOB) berkomentar bahwa Sydney sedang “Memelopori
pembangunan lingkungan untuk Acara Olympiade. Sepanjang rencana
Olimpiade Sydney, dari tempat peristiwa dan konstruksi kediaman
kepada manajemen acara, prinsip-prinsip lingkungan diterapkan dengan

128 Event dan Mice Red Hot Industry


kualitas tertinggi. Olimpiade Sydney Village desain, yang disiapkan
bekerja sama dengan Greenpeace, membayangkan kota abad ke-21
(Sydney Olympics 2000 Bid Limited, 1993a: 2).
Menurut SOB, petunjuk pengembangan untuk penawaran,
menyebutkan lima keprihatinan lingkungan global yang utama (hangat
global, ozon, keanekaragaman hayati, polusi, dan pengurasan sumber
daya), “akan membuat Perencanaan Olimpiade Sydney sebuah contoh
utama menurut ekologi perkembangan berkelanjutan di dalam abad
ke-21”, dan integrasi teknologi yang terakhir dengan ukuran-ukuran
yang diuji dan dicoba ke dalam suatu rencana perlindungan lingkungan
yang dikoordinir untuk Olimpiade musim panas Olimpiade “ (1993b:
2). Contoh spesifik petunjuk lingkungan ini, yang didukung oleh
Greenpeace yang dilibatkan di dalam pengembangan (Greenpeace
Australia, 1993; Sydney Olympics 20()o Bid Un tited, 1993b), termasuk:
• Di dalam Desain kampung atlit, Sydney akan menggunakan
tenaga matahari, pendaur-ulangan air, dan pengangkutan publik.
Itu akan juga mendisain bangunan yang memerlukan tanpa
proses pengaturan suhu dan kulkas yang tidak berisi gas-gas
penghancuran ozon.
• Di dalam fasilitas-fasilitas olahraga yang baru, Sydney akan
menggunakan bahan-bahan yang bisa didaur ulang, sistem energi
efisien, dan pendaur-ulangan air.
• Di dalam manajemen pelaksanaan, Sydney akan menggunakan
surat elektronik untuk mengurangi kebutuhan akan kertas,
menggunakan karcis-karcis yang bisa dipakai berulangkali (untuk
acara, pengangkutan, makanan), dan akan memperkecil jumlah
dari pengemasan makanan.
• Perusahaan yang menawarkan suatu kontrak akan harus mengikuti
petunjuk pengendalian lingkungan seperti yang diletakkan oleh
Organizing Committee untuk Sydney Olympic Games, seharusnya
penawaran itu sukses.
Lampu hijau dari penawaran Sydney Olympic sudah dilihat sebagai
suatu hal positif dalam kaitan menggunakan istilah Australia teknologi

Bab 11 | Mega Events dan Dampak yang Diakibatkan 129


marketing daripada negara-negara yang lain yang akan menawarkan
diri di masa datang, ketika Ms. Karla Bell, meninggalkan Greenpeace
pada Bulan Mei 1994 untuk bekerja sebagai suatu konsultan, sudah
ditetapkan Commitee International Olympic yang baru atau Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk Program Lingkungan hidup menetapkan standar
lingkungan untuk Pertandingan Olimpiade masa depan (Foreshaw,
1994). Bagaimanapun, perdebatan kini tumbuh di atas apakah green
games hanyalah suatu pemasaran dan pembentukan citra dibanding
suatu sumbangan yang substansiil kepada perkembangan berkelanjutan
atas isu-isu di Australia. Sungguh, itu tidak mengejutkan bahwa Games
telah dilihat oleh pejabat Premier dari New South Wales sebagai "latihan
pemasaran terbaik yang pernah dilakukan di Australia" (Greiner, 1994: 13).
Meski wilayah perkotaan sudah lama menarik wisatawan-
wisatawan, itu hanyalah karena kota-kota yang ada sejak 1970 dan
daerah-daerah itu sudah dengan sadar untuk berkembang, image,
mempromosikan diri mereka untuk meningkatkan kunjungan dari
wisatawan-wisatawan. Seperti dicatat di atas, turisme sudah dirasa
sebagai suatu mekanisme untuk memperbaharui wilayah perkotaan
melalui penciptaan suatu lingkungan urban yang menarik. Proses ini
muncul hampir universal di dalam masyarakat Barat. Situasi seperti
itu memimpin Harvey (Harvey, 1988) untuk bertanya banyak musium,
pusat-pusat budaya, convention dan aula pameran, hotel-hotel, marina,
mal-mal belanja, pengembangan-pengembangan tepi pantai yang dapat
kita lakukan?" Persamaan, Urry (1999: 119) mengamati "di tahun
terakhir hampir setiap kota dan kota di Inggris sedang menghasilkan
rencana-rencana pengembangan tepi laut yang dicampur dengan
pesona wisatawan adalah satu unsur". Mommaas dan van der Poel
(1989: 263) terjadi hingga demikian membantah bahwa pengembangan
dari sesuatu lebih secara ekonomis mengorientasikan gaya kebijakan
pengembangan kota, yang ditujukan pada perihal revitalisasi kota
tersebut sudah menghasilkan proyek-proyek, yang dikembangkan di
secara umum dan partnership secara pribadi, yang dimaksud bukan
untuk pengintegrasian kelompok-kelompok yang tidak mampu di
dalam masyarakat, tetapi bagi melayani kesenangan-kesenangan dari
yang terbaik yang harus dilakukan."

130 Event dan Mice Red Hot Industry


Di banyak kota sifat alami sebuah kota sedang berubah. Meski
fungsi-fungsi yang komersil daerah-daerah bisnis pusat masih penting,
“seluruh pusat urban segera diperhatikan sebagai suatu lingkungan
sebagai tempat rekreasi dan sebagai suatu sumber daya turisme”
(lansen Verbeke, 1989: 113). Percabangan pendekatan seperti itu
bersifat berjangkauan luas, terutama sekali di dalam cara di mana kota-
kota dan tempat-tempat kini ada, oleh sebagian orang, sebagai produk
untuk dijual dan dipromosikan. Bramham et al. (1989:9) mengamati,
“ini sudah tidak lagi biasa untuk melihat kota tersebut sebagai suatu
produk bagi wisatawan, meski jujur dari kebijakan lokal, masih sebagai
satu ungkapan atau gagasan-gagasan politis yang tertentu dibanding
suatu kebijakan yang padu dengan konsekuensi-konsekuensi praktis”.
Sungguh, pencitraan kota tersebut untuk menarik pasar ketenaga-
kerjaan yang kelas menengah dan dihubungkan pada pusat manfaat
ekonomi dari turisme sudah memperkuat gagasan kota tersebut
sebagai suatu jenis komoditas untuk dijual” (Monmmas and van der
Poel, 1989:264).

11.5 Akibat-akibat dari Mega Events


Pusat lingkungan perkotaan industri berhubungan dengan
Hallmark events sekarang sering kali mempunyai suatu dampak yang
utama pada socioeconomic group yang menduduki bidang-bidang
bagian tertua suatu kota atau wilayah pembangunan industri baru.
Penciptaan “yang diinginkan” pada lingkungan kelas menengah tetap
memimpin ke arah perubahan biaya pengiriman barang-barang dan
sewa-sewa yang ditingkatkan, dan disertai oleh suatu permasalahan
yang ada di dalam struktur masyarakat, termasuk isu ras atau kesukuan,
seperti keluarga-keluarga dan individu terpaksa untuk direlokasi (Hall,
1995). Lebih dari itu, orang-orang kebanyakan yang dilibatkan oleh
Hallmark events pada umumnya mereka yang paling sedikit mampu
membentuk group komunitas dan melindungi kepentingan mereka.
Hal ini menjurus kepada suatu situasi di mana penduduk-penduduk
terpaksa direlokasikan karena perubahan bentuk ekonomi. Di dalam
kasus dari Vancouver Expo, 600 penyewa diusir termasuk yang

Bab 11 | Mega Events dan Dampak yang Diakibatkan 131


memiliki hak sewa jangka panjang, serta penduduk dengan pendapatan
rendah dari hotel-hotel dekat lokasi Expo (OLDS, 1988). Dengan cara
yang sama, 1987 American Cup dan 1988 Brisbane Expo yang juga
menyebabkan relokasi penduduk secara substansiil (Day, 1988; Hall,
1989a, 1989b, 1992). Bagaimanapun, pengusiran penyewa-penyewa
karena menjadi tuan rumah Hallmark events tidak terisolasi oleh
negara-negara barat. Sebagai contoh, Kesatuan Asia untuk Housing
Rights mencatat bahwa persiapan-persiapan Korea Selatan untuk
Olympiade 1988 mengarah kepada “rehabilitasi” dan “mempercantik”
banyak bidang di Seoul yang mana “banyak masyarakat diusir dari
lokasi-lokasi, hanya karena mereka berada di sebelah alur sepanjang
obor Olimpiade dibawa dan penguasa yang lokal tidak menghendaki
masyarakat-masyarakat ini kelihatan oleh kamera-kamera wartawan-
wartawan dan televisi yang mengikuti alur obor” (Kesatuan Asia untuk
Housing Rights, 1~6. 92).
Di dalam menguji tuan rumah dari Hallmark event skala besar dan
berhubungan dengan pengembangan kembali, perolehan keuntungan
dengan jumlah lebih besar dari segi politis dan manfaat ekonomi dari
Hallmark event kepada kesatuan-kesatuan pertumbuhan lokal muncul
untuk menempatkan biaya-biaya itu sedikit kepada segmen-segmen
organisasi politik dari tuan rumah, biasanya yang lemah. Pendapat Jon
Muller, yang diusir akibat dampak-dampak dari Vancouver Exposition
di Downtown Eastside, Vancouver, yang dinyatakan, “Aku tidak akan
pindah kecuali jika mereka memaksa aku ke luar. Aku adalah warga
Eastside, Vancouver. Aku telah di sini tiga tahun dan tidak keberatan
jika mereka menaikkan sewa, tetapi aku tidak akan pindah. Begitu anda
terbiasa di suatu tempat, itu seperti sepasang sepatu, mereka bersifat
nyaman. Meskipun jika mereka sudah rusak, anda masih menaruh
sepatu-sepatu mu yang tua. Hotel ini rumah bagi saya. Anda pergi ke
ruang tempat minum bir, anda mengetahui semua orang. Saya suka
tempat ini, tetapi apa yang mereka sudah lakukan tidak manusiawi”
(in Olds, 1989: 49).
Hallmark events pada umumnya tergantung pada pengeluaran
yang besar dari dana masyarakat bahwa bisa dihubungkan tidak hanya

132 Event dan Mice Red Hot Industry


dengan menjadi tuan numah tetapi juga penawaran untuk event seperti
itu. Seperti Bonnemaison (1990: 25) berkomentar, “kebanyakan suatu
kota berkeinginan untuk meningkatkan mutu infrastrukturnya atau
gambarannya secara politis akan menggunakan suatu event besar-
besaran sebagai suatu alat untuk menghasilkan dana dari tingkat yang
lebih tinggi dari pemerintah dan korporasi-korporasi”. Bagaimanapun,
biaya-biaya dan manfaat-manfaat yang substansiil dari Hallmark events,
sumbangan mereka yang nyata kepada masyarakat lokal, melalui studi
sosial dan barang kepunyaan seperti juga dampak ekonomi, jarang
dihitung. Sungguh, ada operasi tekanan-tekanan substansiil melawan
terhadap evaluasi seperti itu (Crompton dan Mckay, 1994). Pendapat
Hiller (1989: 127) mencatat di dalam kasus Calgary Winter Olympics
1998, yang melingkupi dasar pemikiran persiapan untuk Olympics
umumnya cenderung untuk memperkecil oposisi dan kontroversi
dengan demikian mendukung pembelanjaan-pembelanjaan biaya
modal. Kenapa hal ini terjadi?
Suatu paksaan dan co-option berkisar pada perawatan dari
harga perumahan, asumsi mengenai generasi ketenagakerjaan dan
investasi dan satu asumsi bahwa pertumbuhan secara otomatis yang
baik, sudah memimpin ke pertumbuhan lokal tergabung di dalam
banyak pusat daerah perkotaan. “Paksaan muncul manapun melalui
kompetisi interplace untuk investasi barang modal dan ketenagakerjaan
(meluluskan tuntutan kapitalis atau keluar dari bisnis; menciptakan iklim
bisnis yang baik atau kehilangan pekerjaan) atau lebih gampang, melalui
penindasan langsung dan tekanan politis suara yang tak sepakat (dari
memotong akses media sampai siasat kejam dari rekayasa secara Mafia
masih banyak terdapat pada kota-kota di dunia)” (Harvey, 1993: 9).
Di dalam kasus dari penawaran Olympiade Sydney, Pejabat utama,
Torehan Greiner, berargumentasi bahwa ‘Rahasia dari sukses itu ciptaan
minat dari masyarakat, bukan hanya di Sydney, juga ke seberang bangsa
tersebut, yang belum pernah terjadi di dalam sejarah masa damai
kami’ (1994: 13). Uraian minat masyarakat sangat mutlak, layaknya
suatu ungkapan adanya peran dari minat dari kesatuan-kesatuan
tumbuh pada mega event proposal. Pada waktu tertentu, media Sydney

Bab 11 | Mega Events dan Dampak yang Diakibatkan 133


memainkan suatu peran yang penting di dalam menciptakan suasana
yang mendukung penawaran tersebut. Greiner menyatakan: “Awal
1991, Saya undang perwakilan-perwakilan media senior di kantor
perdana menteri itu, mengatakan kepada mereka terus terang bahwa
suatu penawaran tidak akan berhasil bila media memainkan peran yang
normal seperti hukum baku mereka, bahwa saya belum siap menyatakan
kesediaan kepada para wajib pajak kecuali jika mereka mendukung saya.
Semua media dan komponen penyelenggara event akan berusaha untuk
memastikan bahwa penawaran dilakukan dengan adil, barangkali bahkan
yang lebih baik, mendukung penyelenggaraan. Media elektronik juga
bergabung di dalam tujuan masyarakat (1994: 13).
Laporan Grelner memberikan pertanyaan tentang masyarakat
yang mana? Pasti, ketiadaan penilaian dampak sosial yang cukup
sebelum penawaran dilakukan menurut aturan menandai adanya
kegagalan dari kesatuan-kesatuan pertumbuhan untuk mengenali
bahwa dampak-dampak yang negatif di beberapa bagian masyarakat.
Mereka kebanyakan yang dilibatkan dengan jelas paling sedikit mampu
mempengaruhi kebijakan membuat dan merencanakan proses-proses
yang melingkupi pertandingan.
Ketiadaan debat melingkupi Olimpiade itu akan memiliki
keterlibatan-keterlibatan substansiil untuk ekonomi jangka panjang
dan pembangunan sosial dari Sydney dan New South Wales. Sebagai
contoh, New South Wales Government yang telah pula ditegur atas
penanganan yang sukses untuk konstruksi dari proyek rel Airport Link.
Tak mengindahkan petunjuk tahun 1990 untuk keikutsertaan sektor
swasta pada proyek-proyek prasarana sektor yang direkomendasikan
persaingan penawaran proyek sudah diberikan ke sektor swasta tanpa
tender oleh Professor Bob Walker dari Universitas, New South Wales
yang mengusulkan bahwa Government, dalam ketergesaannya untuk
membereskan Olimpiade 2000, sudah tidak dibenarkan, yang memberi
beban berat kepada wajib pajak“ (Sydney Morning Herald, 1994: 14).
Menurut Professor Walker, sukses berarti bahwa konsorsium sektor
swasta dibatasi dari resiko inflasi dan mendukung mendapatkan suatu
tingkat pendapatan sebenarnya yang prospektif di sekitar 21 sampai

134 Event dan Mice Red Hot Industry


25 persen dalam 30 periode tahun. Setelah menyokong keuangan
dalam semua hal dan batasan resiko operasional, pemerintah akan
mendapatkan suatu imbal hasil dari hanya 2 persen tiap tahun. Seperti
Negara Profesor Walker kelihatannya alokasi pembebanan anggaran
tahunan tidak masuk akal; mustahil untuk pengeluaran-pengeluaran
tunai memerlukan penelitian dengan cermat dan persetujuan
parlementer, selagi kontrak-kontrak yang utama disertai pengalihan
arus-arus pendapatan dan peregangan komitmen-komitmen keuangan
dalam 30 tahun dapat ditangani secara rahasia oleh pemerintah (Sydney
Morning Herald, 1994: 14).
Keberpihakan pihak oposisi akan kehadiran sebuah Mega event
kelihatan lebih jelas dibanding ciptaan suatu minat masyarakat.
Sebagai contoh, di dalam kasus Formula One Grand Prix, untuk
menjadi tuan rumah di Melbourne pada 1996, satu peristiwa yang
telah menghasilkan protes masyarakat substansiil termasuk demo yang
dilakukan lebih dari 10.000 orang, RUU Pemerintah Victorian tentang
grand prix memadamkan hak-hak “substantif”. RUU menghibahkan
penggantian rugi/jaminan kepada grand prix dari tindakan pengadilan
oleh penduduk-penduduk atau bisnis-bisnis bahwa mereka berhak
atas ganti-rugi. Hal ini memimpin Vicep resident Victorian Council of
Liberties untuk mengatakan suatu dengar pendapat tentang Scrutiny of
Act dan Regulations Committee bahwa unsur-unsur dari RUU grand
prix adalah “ menjijikkan (Henry, 1994: 4).
Masyarakat dari pertunjukan besar yang digambarkan menjadi
tuan rumah mega event, “karnaval topeng“ pencitraan yang ulang
untuk merahasiakan sejarah dari perjuangan atas tempat dan ruang.
Bagian tertua suatu kota, oleh karena itu, menjadi suatu pemakaian
mencolok, merayakan uang dibanding nilai-nilai kewarganegaraan
(Deborah, 1973; Harvey, 1990).
Bagian dalam suatu kota yang baru sebagai tempat konsumsi
kesenangan adalah yang memantulkan tidak hanya dari nilai-nilai yang
tertentu, juga dari minat yang tertentu. ’nilai-nilai yang kehidupan baru
mencerminkan mereka yang dari kesatuan-kesatuan pertumbuhan lokal
yang mempengaruhi pengembangan kembali daerah perkotaan dan

Bab 11 | Mega Events dan Dampak yang Diakibatkan 135


merencanakan proses. Seperti Mommaas dan van der Poel mengamati,
kebijakan lokal sudah terus meningkat untuk merangsang campuran dari
usaha ekonomi, kultur dan kesenangan, mencoba cara ini untuk menarik
pilihan ekonomi baru kepada kota tersebut” (Mommaas dan van d Poel,
1989: 267). Bagaimanapun, di dalam mengutamakan satu himpunan
dari ekonomi dan minat sosial, minat masyarakat lain, terutama sekali
mereka yang bagian tertua suatu kota tradisional, penduduk-penduduk,
terus meningkat tampa disadari, ’karena kebijakan daerah perkotaan
sudah mengadopsi dan mengesahkan profil-profil dan potensi-potensi
tentang gaya hidup pilihan dalam hal ini ekonomi baru, dengan demikian
melegitimasi dimensi-dimensi yang melibatkan ekonomi (akseptasi
bagaimana membuat kesenangan, kultur, dan strategi kesejahteraan
dan ukuran-ukuran), minat tidak empunyai peluang untuk menandingi
pilihan ekonomi baru dalam kegagalan kesenangan-kesenangannya juga
dipertimbangkan” (Monunaas dan van d Poel, 1989: 267).
Ciptaan tempat bermain bagi kaum berduit (Mommaas dan van
der Poel, 1989: 263) atas nama kemajuan ekonomi boleh menciptakan
tegangan yang pantas dipertimbangkan di dalam kebijakan daerah
perkotaan dalam membuat sebuah lingkungan. Sebagai contoh,
pengintegrasian turisme berfungsi di dalam bagian tertua suatu kota
mempertunjukkan fungsi-fungsi kebiasaan secara tradisional yang
berbeda seperti wilayah hunian, seperti di dalam kasus dari Melbourne
Formula One Grand Prix, jalur yang sedang dibangun berada dalam
satu taman bagian tertua suatu kota.
Pengembangan kembali dari bagian tertua suatu kota dalam kaitan
dengan menggunakan istilah daya pikat pengunjung dapat menjurus
kepada perubahan bentuk masyarakat mendasarkan organisasi dan
populasi-populasi lokal ke dalam perorangan, atau keluarga didasarkan
dengan organisasi, atau apa yang Castells (1983) sudah sebutkan
sebagai “pemutusan hubungan orang-orang dari wujud-wujud ruang”.
Keterlibatan perubahan bentuk inti dari kota untuk kelompok-kelompok
ekonomi-sosial yang lebih rendah diperbesar oleh realokasi sumber daya
status lokal dari kesejahteraan sosial ke fungsi pencitraan, karena pada
waktu yang sama bagian tertua suatu kota sedang dipromosikan dan

136 Event dan Mice Red Hot Industry


yang dikembangkan sebagai suatu sumber daya kesenangan, penggunaan
untuk program sosial, seperti perumahan yang diberi subsidi, sedang
dikurangi (Mommaas dan van der Poel, 1989).

11.6 Kesimpulan
Menjadi tuan rumah acara mahabesar dan peran mereka di dalam
strategi imaging daerah perkotaan tidak bisa terpisah dari krisis negara-
negara di Eropa Barat dan Amerika Utara. Krisis dari negara terlibat
dalam suatu krisis atas hak kekuasaan di mana kelompok-kelompok
yang tertentu di dalam masyarakat, terutama sekali disadvantaged dan
tidak berdaya di dalam kota-kota bagian dalam, sudah menjadi tidak
menarik lagi dengan pengaturan-pengaturan politis yang ada gagal
dalam keperluan sosial, ekonomi, dan perbaikan-perbaikan bersifat
infrastruktur di dalam bidang-bidang bagian tertua suatu kota.
Sebagai tambahan, mungkin saja ditanya apakah pusat kota, sumber
dari turisme daerah perkotaan baru, sedang memperoleh sumber
daya atas biaya penggunaan uang di bagian pinggir kota? Suatu krisis
yang kedua adalah apa yang mungkin disebut ”krisis fiskal” di mana
”pemerintah pusat sedang mencoba untuk menghidupkan kembali
industri pribadi dengan mengurangi pengeluaran di konsumsi sosial,
dan oleh karena itu mengurangi bantuan dana kepada pemerintah
lokal yang bertanggung jawab atas banyak orang, pemerintah lokal
kehilangan hasil dari pendapatan dan pajak dasar kemerosotan (ketika
ekonomi lokal, kesusahan), berhadapan dengan tuntutan meningkat
dari kedua-duanya untuk jasa kesejahteraan dan untuk pembangunan
ekonomi lokal” (Henry dan Bramham, 1986: 190).
Kedua situasi krisis terkait secara langsung dan bisa diperumpamakan
sebagai dua sisi koin yang sama, dengan realokasi sumber daya
keuangan yang kurang hanya melayani untuk memperburuk situasi
kelompok-kelompok tertentu di dalam masyarakat untuk mencapai
tujuan sosial dan kesejahteraan yang diinginkan. Bagaimanapun,
selagi banyak pemerintah mengaku bahwa melalui pengembangan dari
atraksi-atraksi pengunjung, mereka akan juga sedang memberi harapan
ketenagakerjaan dan investasi, haruslah yang diketahui bahwa banyak

Bab 11 | Mega Events dan Dampak yang Diakibatkan 137


dari pekerjaan itu tidak tepat sasaran yang kebanyakan dipengaruhi
oleh pengembangan-pengembangan seperti itu pada pokoknya karena
mereka sering kali tidak mempunyai ketrampilan-ketrampilan yang
diperlukan atau, jika mereka sungguh mendapatkan tenaga kerja,
seringkali pada tingkatan-tingkatan paling kasar dan yang tak mahir.
Suatu peristiwa besar boleh memperbaiki gambaran dari sebuah
destinasi (Ritchie dan Smith, 1991). Bagaimanapun, ini dapat diubah
menjadi suatu peningkatan yang didukung dari angka-angka pengunjung
dan investasi yang dapat dibantah (Gunung dan Leroux, 1994). Seperti
Hughes (1993: 162) sudah membantah, turisme “hanya berada pada
komponen dari semua strategi untuk regenerasi yang berkenaan dengan
kota dibanding suatu kekuatan yang utama sesusai dengan kebenarannya.
Turisme berhubungan dengan Olympiade, sifat nya bersifat jangka pendek,
menyediakan lebih sedikit peluang yang langsung untuk regenerasi yang
berkenaan dengan kota. Harapan-harapan regenerasi yang bukan sebagian
besar di dalam kepercayaan, dalam investasi di dalam industri yang lain
dan wisatawan jangka panjang ditingkatkan akan mengalirkan hasil.
Prospek itu didasarkan pada perbaikan-perbaikan kepada lingkungan dan
infrastruktur dan suatu gambaran atau kesadaran secara umum tingkat
suatu bidang. Kasus untuk ini, bagaimanapun, belum dipertunjukkan”.
Hughes meneruskan mencatat bahwa menjadi tuan rumah
suatu peristiwa mahabesar, seperti Olympiade, bahkan mengganggu
pengembangan turisme secara normal dan aktivitas lain”, dengan
kemungkinan bahwa mereka ada “kebingungan dari pengejaran suatu
strategi pengembangan yang lebih utama bahwa akan memastikan
pertumbuhan jangka panjang” (1993: 162). Sewajarnya skala dan
acara yang direncanakan dapat menghidupkan kembali, berkembang,
dan perbaikan kembali pencitraan secara umum dan tujuan lain.
Bagaimanapun, mega event secara umum hanya melayani suatu
cakupan yang sempit dari yang dimaksud, dengan menjadi tuan rumah
mempunyai potensi tetapi suatu yang tidak nyata di dalam mencari
wujud yang didapat dari pengembangan turisme.

(Disadur dari artikel: C. Michael Hall; Tourism and Services


Management; Victoria University of Wellington, New Zealand)

138 Event dan Mice Red Hot Industry


BAB 12
NOMADIC TOURISM, WISATA
PENDIDIKAN, DIGITALISASI
DAN WISATA EVENT DALAM
PENGEMBANGAN USAHA JASA
AKOMODASI HOMESTAY DI
DESTINASI WISATA

Abstraksi
Nomadic tourism atau wisata nomad merupakan terminologi yang
belum lazim digunakan dalam kepariwisataan Bali. Model kegiatan
wisata dalam bentuk wisata nomad, memberikan alternatif baru
dalam pengembangan pariwisata Bali, khususnya Kabupaten Badung.
Kajian dan pendekatan teori konsep terhadap nomadic tourism, wisata
pendidikan, digitalisasi dan wisata event dilakukan untuk mendapatkan
model pengembangan destinasi wisata Bali secara umum. Kajian ini
akan mengungkap secara teoretis peran penting dari sinergi wisata
nomad (nomadic tourism), wisata pendidikan, digitalisasi dan event
dalam menggerakkan roda perekonomian destinasi dengan bisnis
homestay yang dikelolanya. Observasi lapangan dan pengumpulan
data primer-sekunder dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
bermanfaat terkait Badung sebagai destinasi yang mendukung wisata
nomad. Hasil akhir penelitian ini adalah implikasi pengembangan
nomadic tourism, wisata pendidikan, digitalisasi dan event budaya
terhadap pengembangan destinasi wisata di Kabupaten Badung.

Kata Kunci: Nomadic tourism, Event, Homestay, Digital

139
12.1 Pendahuluan
Pariwisata menjadi leading sector dalam pembangunan nasional,
berperan penting dalam penggerak ekonomi, penciptaan lapangan kerja,
pengembangan usaha dan infrastruktur dan dalam pelaksanaannya
melibatkan banyak pihak yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat.
Pada tahun 2015-2019, sektor pariwisata Indonesia mempunyai target
sebagai berikut: memberikan kontribusi Pendapatan Nasional Bruto
(PDB) 15%, devisa sebesar Rp 275 triliun, jumlah tenaga kerja 13 juta
orang. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta,
jumlah perjalanan wisatawan nusantara 275 juta dan peningkatan daya
saing pariwisata Indonesia di dunia ke-30. Dalam upaya meningkatkan
kunjungan wisatawan ke Indonesia, pemerintah telah mencanangkan
tiga program unggulan agar wisatawan mendapatkan kemudahan
ke Indonesia. Tiga program utama tersebut adalah 1) peningkatan
digitalisasi, 2) pengembangan dan pengelolaan homestay, dan 3)
kemudahan konektivitas antar destinasi, baik laut, udara dan darat.
Hal yang penting dikaji lebih lanjut adalah mengenai pengelolaan
destinasi, di mana destinasi yang menarik adalah destinasi yang
mampu memberikan citra positif kepada wisatawan. Selain untuk
menumbuhkan citra positif destinasi, informasi pariwisata yang
mampu memberikan berita terkini melalui digitalisasi perlu mendapat
perhatian. Selain itu, usaha pariwisata dalam bentuk usaha jasa
akomodasi berbentuk homestay diyakini akan memberi manfaat
bagi masyarakat lokal dan memberi dampak yang berkelanjutan.
Pada kondisi saat ini, model wisata nomad (nomadic tourism) dapat
dikatakan memberi warna baru dalam perkembangan pariwisata Bali.
Perkembangan usaha jasa akomodasi perlu dikelola dengan antisipasi
munculnya wisata nomad.
Perjalanan wisatawan yang berpindah-pindah, sebagai bentuk
dari wisata nomad dapat memberikan model pengembangan baru bagi
destinasi. Saat ini di Kabupaten Badung telah dikembangkan usaha jasa
akomodasi dalam bentuk homestay; namun dengan munculnya model
wisata nomad, perlu ditelusuri jenis akomodasi wisata nomad yang
berbentuk glamping yang disasar oleh wisatawan kategori glampacker,

140 Event dan Mice Red Hot Industry


luxpacker dan flashpacker. Di sisi lainnya dalam pelaksanaan pengelolaan
homestay, tidak terlepas dari kegiatan wisatawan dengan tujuan
menambah pengalaman baru, dengan aktivitas baru yang nyatanya juga
berpindah-pindah. Kegiatan pariwisata dalam bentuk wisata nomad,
wisata pendidikan dan digitalisasi, perlu diperhatikan dampaknya
bagi homestay dan perkembangan destinasi. Perkembangan kegiatan
pariwisata dalam bentuk wisata nomad, wisata pendidikan (edutourism)
yang dipengaruhi oleh teknologi digital, dapat memengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan destinasi di Bali, khususnya destinasi
wisata Kabupaten Badung.

12.2 Permasalahan
Dari paparan pendahuluan tersebut, permasalahan yang menjadi
fokus kajian adalah (1) apa yang dimaksud dengan nomadic tourism dan
kaitannya dengan wisata pendidikan, digitalisasi dan wisata event?; (2)
bagaimanakah persepsi (stakeholders) pariwisata Bali terhadap pesatnya
perkembangan nomadic tourism sebagai bagian dari produk multisegmen
wisata Kabupaten Badung?; (3) apakah pengaruh nomadic tourism, wisata
edukasi, digitalisasi dan event budaya bagi usaha homestay? Dengan
adanya permasalahan tersebut, maka tujuan dari kajian ini adalah untuk
(1) mengetahui teori yang mendasar atas pengembangan nomadic
tourism dan digitalisasi; (2) meninjau berbagai persepsi pemangku
kepentingan (stakeholder) pariwisata Bali, khususnya Kabupaten Badung
terhadap praktik pengembangan nomadic tourism bagi pasar multi
segmen Kabupaten Badung; dan (3) pengaruh nomadic tourism, wisata
pendidikan, digitalisasi serta event budaya terhadap pengembangan
homestay dan destinasi wisata Badung.

12.3 Pembahasan
1. Wisata Nomad (Nomadic Tourism)
Istilah wisata nomad ini dimulai dari adanya perjalanan yang
berpindah-pindah yang dilakukan oleh petualang Mongolia. Dalam
wisata nomad ini banyak dikemas wisata yang mengambil topic/

Bab 12 | Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi dan Wisata Event 141
cerita sejarah Mongolia. Contoh paket wisata yang ditawarkan adalah
perjalanan berpindah-pindah ‘Jengis Khan’. Definisi nomadic tourism
atau wisata nomad adalah setiap kegiatan, bisnis yang menghubungkan
gaya hidup nomaden (berpindah-pindah), menikmati produk destinasi,
mendapatkan layanan dan pengalaman berwisata. Ciri dari wisatawan
dengan kategori nomad ini adalah berumur di antara 35-55 tahun,
pendidikan setara SMA sampai kuliah; memiliki pendapatan menengah
dan tidak memiliki anak di bawah 12 tahun (UNWTO, 2016).
Nomadic tourism adalah gaya pariwisata baru, di mana wisatawan
dapat menetap dalam kurun waktu tertentu di suatu destinasi
wisata dengan amenitas yang mudah dipindahkan (portable) dan
dapat berpindah-pindah (Kemenpar, 2018). Dari definisi tersebut
dapat disebutkan bahwa nomadic tourism adalah kegiatan wisata yang
dilakukan secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya,
dilakukan oleh wisatawan usia produktif berusia 35-55 tahun, memiliki
pendapatan dan mengandalkan informasi terkini.
Indonesia melalui Kementerian Pariwisata di tahun 2018, telah
mencanangkan program digitalisasi destinasi dan wisata nomad
sebagai upaya cepat untuk mendatangkan wisatawan. Pengembangan
ekosistem wisatawan nomad di Indonesia, dibedakan atas tiga jenis
wisatawan nomad dengan kategori wisatawan backpacker zaman
sekarang. Wisatawan backpackers identik dengan wisatawan yang hanya
membawa tas gendong dalam setiap perjalanannya. Namun, dalan
wisata nomad, kategori backpacker menjadi sangat bermanfaat bagi
destinasi, karena kelompok wisatawan ini memanfaatkan teknologi
digital dalam setiap perjalanannya. Ketiga tipe wisatawan nomad
tersebut menurut Kemenpar (2018) adalah sebagai berikut.
a. Glampacker, atau disebut sebagai wisatawan dengan kategori
‘millennial nomad’. Wisatawan ini mengembara untuk melihat
dunia yang ‘instagrammable’, atau wisatawan yang memanfaatkan
digitalisasi dalam mendokumentasikan momen perjalanan ke
media instagram maupun facebook. Terdapat sejumlah 27 juta orang
yang memiliki afinitas terhadap Indonesia dan tertarik dengan
backpacking, camping dan nomadic tourism.

142 Event dan Mice Red Hot Industry


b. Luxpacker, atau disebut sebagai wisatawan dengan kategori
“luxurious nomad’; di mana wisatawan ini melakukan perjalanan
mengembara untuk melupakan dunia daerah asal mereka dengan
menggunakan fasilitas media online. Terdapat 7,7 juta wisatawan
dengan kategori luxpacker ini, dan mereka menggunakan fasilitas
perjalanan dengan frekuensi tertentu di media Conde Nest travel,
Expedia, booking.com, AirBnB, hotels.com, dan Agoda.com.
c. Flashpacker, atau disebut sebagai wisatawan Digital Nomad yang
menetap sementara pada suatu tempat, sembari bekerja darimana
saja. Terdapat 5 juta wisatawan dengan kategori flashpacker yang
memiliki afinitas terhadap Indonesia dan tertarik dengan dunia
digital nomad. Untuk kategori ini, daerah Canggu di Kecamatan
Kuta Utara Kabupaten Badung – Bali, mendapatkan predikat
sebagai “digital nomad favorit nomor 1 paling disukai di dunia”.
Canggu terpilih dengan predikat tersebut karena memenuhi syarat
memberikan ‘ketenangan’ dan ‘kemudahan akses internet yang baik’
kepada wisatawan.

Wisata nomad (nomadic tourism) dalam pengembangan destinasi


wisata, dibedakan atas tiga bagian yaitu sebagai berikut.
a. Nomadic Tourism Attraction, adalah adanya bentuk atraksi yang
memberikan hiburan ataupun event kepada wisatawan nomad.
Atraksi hiburan dapat dikemas dari berbagai bentuk atraksi
alam, buatan dan event. Contoh atraksi dalam bentuk event yang
telah dikemas tiap bulan oleh Kabupaten Badung untuk menarik
wisatawan datang ke destinasi.
b. Nomadic Tourism Amenities (fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan
nomad) adalah adanya ketersediaan akomodasi dalam bentuk
caravan. (1) caravan ini dapat berpindah harian maupun mingguan,
dan dapat diberhentikan di daerah yang indah di destinasi wisata;
(2) glamping atau glamp-camp (glamour camping), yaitu fasilitas
menginap dalam bentuk tenda yang mewah dengan fasilitas hotel
bintang. Pengalaman menyatu dengan alam dengan layanan fasilitas
mewah; (3) home-pod atau fasilitas akomodasi dalam bentuk rumah
telur, yang dapat dipindahkan dalam waktu yang lebih panjang dari

Bab 12 | Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi dan Wisata Event 143
glamping. Bentuk home-pod ini lebih berat daripada glamping, sehingga
lama tinggal di home-pod bisa lebih lama daripada di glamping.
Fasilitas nomad di Kabupaten Badung belum terdata dalam dinas
terkait. Namun, kondisi di lapangan kategori fasilitas nomad dapat
disiapkan di daerah Badung Utara (Plaga) yang memiliki fasilitas
lahan lebih lapang dan luas. Fasilitas nomad juga bisa disiapkan di
daerah pesisir pantai bagi wisatawan nomad yang menginginkan
akses digital lebih maksimal dengan pemandangan pantai.
c. Nomadic Tourism Access, adalah kemudahan yang diperoleh wisatawan
nomad selama menuju ke destinasi dengan waktu yang lebih cepat.
Jenis alat untuk mendapatkan kemudahan ke destinasi seperti
adanya seaplane, helicity, maupun tinggal di kapal laut. Pembangunan
akses nomad untuk kategori ini belum dapat disiapkan secara
maksimal. Namun, fasilitas akses yang dimiliki sekarang ini bisa
dimaksimalkan dan dimanfaatkan untuk peruntukan akses nomad,
seperti di bandara Ngurah Rai, pelabuhan Benoa, dan fasilitas
mendaratnya heliped di hotel-hotel berbintang. Dalam kategori
akses telekomunikasi; daerah Canggu Badung telah disebutkan
sebagai destinasi terfavorit sebagai destinasi digital nomad.
Kemudahan akses wifi menjadi bagian dari terminologi ini.

2. Homestay
Awalnya, homestay dikenal di Amerika digambarkan sebagai
rumah kecil yang menjadi pelindung bagi petani dari cuaca. Homestay
tersebut berbentuk rumah beratap ilalang, sangat sederhana dalam
perlengkapan rumah tangga. Seiring dengan perkembangan waktu,
homestay berubah menjadi sebuah bangunan penginapan sebagai tempat
peristirahatan yang sangat menyenangkan bagi para pekerja (Kemenpar,
2016). Di Indonesia, homestay menjadi perhatian pemerintah sejak
adanya program desa wisata melalui PNPM Mandiri Pariwisata yang
diselenggarakan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2009.
Dalam pengembangan program desa wisata, homestay merupakan
bagian dari daya tarik wisata yang didapatkan oleh wisatawan dalam
kunjungannya ke desa wisata.

144 Event dan Mice Red Hot Industry


Dalam pengertian lainnya, sebuah homestay dengan kata-kata
gabungannya (homestay) tinggal di rumah seseorang sebagai tamu yang
membayar untuk jangka waktu singkat. Tamu disediakan akomodasi
dan layanan oleh keluarga maupun secara individu (pelayan) dalam
homestay. Homestay umumnya dibangun di daerah perdesaan (rural
destination) dengan upaya menarik wisatawan yang telah datang ke
daerah perkotaan (urban destination) dengan menawarkan suasana
lingkungan alam perdesaan, akomodasi yang nyaman, aktivitas selama
tinggal di homestay, makanan yang terjaga kebersihannya serta harga
yang bersaing sesuai dengan fasilitas yang disediakan. Homestay
menawarkan pengalaman unik dan menarik, dengan pengalaman
belajar dengan lingkungan serta berinteraksi sosial dengan masyarakat.
Tak jarang dalam kegiatan wisatawan di homestay, para wisatawan
menganggap tuan rumah pemilik usaha akomodasi sebagai saudara
angkat mereka. Kenyamanan dan rasa kekeluargaan yang diciptakan
dalam melakukan kegiatan wisata di homestay menjadi bagian
kenangan wisatawan.
Homestay yang dikelola oleh masyarakat dapat menjadi manfaat
penting bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan perekonomian
daerah, dan secara tidak langsung akan mempopulerkan destinasi baru
dengan sumber pendapatan baru bagi masyarakat desa (Gangotia,
2013 dalam Bhan, 2014). Di homestay para tamu yang menginap
mendapatkan kesempatan untuk meluangkan waktu bersama
keluarganya maupun bersama keluarga tuan rumah dalam menikmati
adat istiadat, nilai, budaya serta kehidupan masyarakat perdesaan
(Devkota, 2010). Untuk menyampaikan informasi terkait sejarah
desa, cerita menarik dan unik tentang alam, hasil bumi, sejarah desa,
baik dalam bentuk alam maupun buatan dapat dikemas dalam bentuk
wisata edukasi atau wisata pendidikan. Hal inilah menjadi bagian
penting yang harus terus dikembangkan dalam pengelolaan homestay
dalam desa wisata agar selalu menarik untuk dikunjungi. Daerah yang
terkenal di Bali yang dapat dijadikan sebagai rujukan untuk mengetahui
kombinasi wisata perdesaan dengan homestay yang dipadukan dengan
wisata pendidikan, dapat dilihat di wilayah Ubud Gianyar yang sudah
terkenal di dunia.

Bab 12 | Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi dan Wisata Event 145
Dalam upaya untuk terus meningkatkan usaha jasa akomodasi
dalam bentuk homestay, permintaan produk homestay banyak
dipengaruhi oleh permintaan pengunjung. Homestay dinyatakan
sebagai alat untuk memerangi kemiskinan di wilayah perdesaan
(Ashley, 2000). Integrasi produk homestay dengan lingkungan
perdesaan dengan aktivitas yang dilakukan seperti memasak, belajar
menari, belajar melukis, belajar musik daerah, wisata budaya, trekking,
wisata agro, wisata spiritual, wisata kesehatan, wisata petualangan,
wisata lingkungan (ekowisata); dapat menjadi kemasan menarik wisata
perdesaan yang memiliki homestay.
Homestay juga disebut sebagai sumber yang baik dalam
menghasilkan mata uang asing di perdesaan. Perputaran uang dapat
mengurangi kesenjangan dalam neraca pembayaran. Pemerintah
mendapatkan sumber pendapatan pajak, mendapatkan manfaat untuk
membantu pertumbuhan ekonomi bangsa, dan turut mencipatkan
lapangan pekerjaan baru. Produk homestay dapat menjadi produk
baru bagi desa dan menjadi sumber tumbuhnya produk baru lainnya,
seperti industri kerajinan, industri peternakan, produk pertanian dan
perkebunan (Budhatoki, 2013)

3. Wisata Pendidikan (Edutourism)


Wearing (2001:23) menyebutkan bahwa wisata pendidikan
merupakan bentuk wisata altermatif (alternative tourism) dengan
wisata yang bersungguh-sungguh (serious tourism) dan wisata sukarela
(voluntourism) untuk mewujudkan ekowisata dan wisata yang
berkesinambungan dengan melibatkan masyarakat lokal.
“Educational tourism” is a “tourist activity undertaken by those who
are undertaking an overnight vacation and those who are undertaking
an excursion for whom education and learning is a primary or secondary
part of their trip” (Brent Ritchie, 2009). LLL is “all learning activity
undertaken throughout life, with the aim of improving knowledge, skills
and competence, within a personal, civic, social and/or employment-related
perspective (European Commission, 2003).

146 Event dan Mice Red Hot Industry


Kegiatan wisata dalam bentuk wisata pendidikan adalah proses
belajar sepanjang hidup (Ritchie, 2009 dalam Alena, 2011). Dalam
kegiatan wisata pendidikan, keterlibatan berbagai bangsa, berbagai
kelompok dan berbagai jenis pekerjaan atau profesi adalah menjadi
bagian yang mendukung terbentuknya proses pembelajaran. Dengan
adanya berbagai perbedaan tersebut, diharapkan pertukaran berbagai
informasi dan kepentingan akan memberi warna bagi wisata pendidikan
yang dikemas. Gambar 12.1 berikut merupakan model yang menjadi
dasar pembelajaran yang menjadi bagian dari wisata pendidikan.

Semua
Kelompok
Umur

LifeLong
Learning +
Semua Bangsa
Educational
Tourism

Semua Profesi

Gambar 12.1 Wisata Pendidikan Sebagai Bentuk Pembelajaran Sepanjang


Hidup bagi Setiap Kelompok, Bangsa dan Profesi (Alena, 2011)

Wisata pendidikan dalam pelaksanaan kegiatannya banyak


dipengaruhi oleh kebijakan yang dikeluarkan asosiasi yang saling
bekerja sama dalam meningkatkan mutu dan kualitas layanan
pendidikan, baik melalui kerja sama internasional, inbound-outbound,
kegiatan wisata anak-anak, wisata remaja, dan bentuk wisata edukatif
lainnya (Brent, Carr, Cooper, Drozdova, Zorin, Lubitseva, Kaverina,
Kifiak, Tkachuk dalam Akhmedova, 2016). Wisata pendidikan juga
digunakan sebagai alat dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat
daerah tertinggal dan miskin. Dalam kepariwisataan ada istilah yang
disebut dengan Poverty Tourism, di mana kegiatan pariwisata dilakukan
ke daerah miskin, ke orang miskin dengan harapan daerah tertinggal/
daerah miskin/orang miskin mendapat kesejahteraan melalui aktivitas
wisata. Ausland (2010) membedakan poverty tourism menjadi tiga tipe
genus perjalanan, yaitu Education Travel, ‘Tourism’ dan ‘Voluntourism’, di

Bab 12 | Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi dan Wisata Event 147
mana masing-masing memiliki tujuan tertentu: pembelajaran, rekreasi
dan ketenagakerjaan.
Wisata Kemiskinan (Poverty Tourism) adalah bentuk wisata
yang tidak lumrah atau belum umum didengar. Wisata kemiskinan
sesungguhnya adalah wisata ‘pembangunan’, karena semua pelancong
atau wisatawan yang terlibat di dalamnya bertujuan untuk memberikan
sumbangsih pendidikan, pengetahuan, motivasi kepada masyarakat
kurang mampu. Istilah poverty tourism sebagai bentuk wisata bagi
wisatawan yang mengunjungi daerah miskin/orang kurang mampu;
lebih terdengar baik dengan sebutan wisata pembangunan. Kegiatan
poverty tourism dapat berupa proses pembelajaran dengan bentuk wisata
pendidikan (edutourism), wisata sukarela (voluntourism), dan berbagai
bentuk kegiatan pariwisata (tourism) seperti pada ditunjukkan pada
Gambar 12.2 berikut.
Vision Trip
Exposure Trip Immersion
Donor Tours
Education Travel Study Abrosd Service Learning
(learning) Cultural Exchange
Students Research
Slum Tours Slumdog Tourism
POVERTY TOURISM Ghetto Tours
Tourism (leisure) Community Tours Disaster Tours
Poverty Safairs
Poverty Porn
Commercial Voluntourism Volunteers Vacation
Non Profit Voluntourism Service Tourism
Voluntourism (labour)
Missionary Safaris
Short Term Volunteer Trip Church Mission Trip

Gambar 12.2 Taksonomi Wisata Pembangunan - Poverty Tourism


(Ausland, 2017)

Perubahan gaya hidup dan trend berwisata, telah mengubah pola


perjalanan wisatawan (Martin and Masser, 1987). Kegiatan perjalanan
wisata telah menjadi bentuk baru yang disebut dengan istilah ‘leisure
education hybrid’ di mana pendidikan menjadi bagian penting dalam
kegiatan pariwisata (Smith and Jenner, 1997).

148 Event dan Mice Red Hot Industry


Keragaman kegiatan wisata dapat digabungkan dan dikembangkan
sebagai penawaran wisata pendidikan kepada wisatawan (Ricthie,
2003:14). Hal yang dapat ditawarkan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Atraksi dan berbagai bentuk event yang menyediakan tempat untuk
menambah pengalaman belajar seperti misalnya taman/kebun
perdesaan, situs sejarah, wisata pantai, wisata agro dan wisata
petualangan.
b. Sumber daya yang khusus yang bertanggung jawab yang dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan dalam proses pembelajaran
yaitu sumber daya manusia yang terlatih seperti karyawan,
curator, juru bahasa, instruktur, dosen, pendongeng, peneliti dan
akademisi.
c. Perencana perjalanan yang khusus yang disiapkan untuk mampu
membantu merencanakan dan mengembangkan program
pembelajaran bagi para pengunjung atau wisatawan, misalnya
kelompok wisata minat khusus, organisasi konservasi, institusi
pendidikan dan sekolah bahasa.

Pelaksanaan kegiatan wisata dalam bentuk wisata pendidikan,


dapat dikombinasikan dengan bentuk wisata sukarela, atau yang disebut
dengan Voluntourism (volunteer tourism). Voluntourism diperkenalkan
oleh Wearing (2001) sebagai bentuk kegiatan wisata yang bertujuan
untuk mempertahankan kesejahteraan masyarakat di daerah tujuan
wisata. Bentuk kegiatan wisata sukarela (voluntourism) di dalamnya
terdapat bentuk wisata pendidikan yang dipandang sebagai strategi
pengembangan menuju pembangunan yang berkelanjutan melalui
pemanfaatan sumber daya alam, penduduk lokal, pengunjung lainnya
dalam satu aktivitas yang saling bersinergi. Peran homestay sebagai
salah satu bentuk akomodasi di perdesaan, mempunyai peran yang
penting bagi tempat menginap pengunjung, tenaga sukarela dan
wisatawan. Tenaga sukarela adalah tenaga yang dibayar oleh sponsor
atau pihak ketiga, sehingga pengelola homestay tidak perlu khawatir
untuk biaya yang ditimbulkan selama kegiatan wisata berlangsung.
Kombinasi antara edutourism, ecotourism, voluntourism dan homestay dapat
menjadi rangkaian wisata yang saling melengkapi.

Bab 12 | Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi dan Wisata Event 149
4. Teknologi Digital dalam Pariwisata
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang
atau jasa yang diperlukan untuk kelangsungan dan kenyamanan hidup
manusia. Teknologi dalam kepariwisataan terus berkembang seiring
dengan kebutuhan manusia memerlukan akses cepat. Menurut United
Nation Conference on Trade and Development (UNCTED, 2004) mengulas
akses teknologi infomasi dapat menggunakan berbagai bentuk media
dari bentuk telepon genggam, saluran internet, GPS (Global Positioning
System), kamera digital, radio digital dan pemutar media digital.
Penggunaan teknologi informasi memudahkan komunikasi dalam
bisnis pariwisata. Kegunaan teknologi informasi tersebut adalah
untuk 1) publikasi dan komunikasi; 2) pemasaran potensi daerah;
3) pengelolaan data; 4) operasional usaha pariwisata; dan 5) sebagai
sistem informasi manajemen.
Kecepatan dan ketepatan teknologi semakin terus diminati karena
manfaat yang telah diberikan bagi pihak yang berkepentingan dalam
pariwisata. Teknologi memberi manfaat bagi pengusaha pariwisata
dan bagi wisatawan maupun pengunjung. Bagi pengusaha pariwisata,
teknologi informasi komunikasi dapat memberi manfaat pada: 1)
efisiensi dan pengelola kapasitas perusahaan; 2) interaksi efektif
dan sosialisasi produk; 3) revolusi intermediasi produk wisata; 4)
komunikasi dan promosi. Sedangkan di sisi lainnya, manfaat bagi
wisatawan maupun pengunjung dari teknologi informasi komunikasi
ini adalah bahwa TIK: 1) hemat waktu, hemat energi, hemat biaya; 2)
informasi destinasi wisata; 3) penawaran produk wisata; 4) sumber
ide ragam aktivitas wisata; 5) pencitraan destinasi wisata; 6) reservasi.
Dalam perkembangan teknologi dan pariwisata; telah muncul model
e-tourism yang memanfaatkan berbagai media teknologi digital. Kim
(2004) menyebutkan bahwa negara Korea telah mengimplementasikan
kecanggihan teknologi komunikasi melalui digitalisasi di setiap usaha
kecil dan menengah mereka sebagai sarana promosi. E-commerse
didefinisikan sebagai proses jual-beli atau pertukaran produk layanan,
dan informasi melalui jaringan komputer termasuk internet (Turban,
Lee, King and Chung, 2000 dalam Kim, 2004).

150 Event dan Mice Red Hot Industry


Teknologi digital dunia dalam bentuk e-commerse ditahun mendatang
(2018-2025) akan terus bergerak dalam bidang kepariwisataan,
termasuk penerbangan, perjalanan dan akomodasi. Teknologi digital
mampu memberi dampak positif dan berkontribusi bagi keberlanjutan
sumber daya, baik manusianya maupun industrinya (WEF, 2017).
Dalam perkembangan teknologi digital, tahun 2016 perusahaan online
yang mempunyai keuntungan terbesar secara berurutan adalah apple,
alphabet, microsoft, amazon dan facebook. Dan perusahaan transport
yang mendapatkan keuntungan terbesar adalah Grab dan Gojek, yang
penghasilannya mengalahkan Blue Bird group dan Garuda Indonesia.

5. Peran Event bagi Destinasi


Event disebut sebagai ’acara’. Dalam paparan ini, event tetap ditulis
sebagai ’event’, karena peristilahan event lebih sering digunakan dalam
kegiatan industri kepariwisataan. Event dapat dibedakan atas dua hal,
yaitu event yang dikemas dan event yang tidak dikemas. Event yang
dibahas dalam riset ini adalah event yang dikemas, baik dalam bentuk
festival, MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition), event budaya
maupun event bisnis.
Untuk mewujudkan meningkatnya kunjungan wisawatan ke
Kabupaten Badung, telah dibentuk berbagai kegiatan wisata event yang
menyeluruh dari Badung Utara ke Badung Selatan; dari event budaya,
event kuliner, event bahari, event music dan event lainnya. Agenda
wisata event telah disusun sebagai berikut.

Tabel 12.1 Event Wisata di Kabupaten Badung 2018


No. Nama Kegiatan (Event) Waktu Lokasi
1. Sundown Dancing Lesson Tiap hari Peninsula
Minggu Nusadua
2. Berawa Beach Art & Festivals 22-25 Februari Pantai Berawa
3. Chinese New Year 24-25 Februari Peninsula
Nusadua
4. Bali Heritage Food Festival 30-31 Maret Peninsula
Nusadua

Bab 12 | Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi dan Wisata Event 151
5. Festival Bahari 09-25 Mei Sepanjang pantai di
Kabupaten Badung
6. Bali Blues Festival 11-12 Mei Peninsula
Nusadua
7. Mekotek 9 Juni Desa Munggu
8. Nusadua Light Festival 11 Juni – 22 Juli Peninsula
Nusadua
9. Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) 26-30 Juni Nusa Dua *
10. Acoustic Festival Juli Jabe Pura Puspem
Badung
11. Festival Budaya Pertanian 15-18 Juli Desa Plaga
12. Festival Uluwatu Art & Music Agustus Desa Pecatu
13. Baromg Dance Festival Agustus Mengwi*
14. Festival Kuta Sea, Sand and Land 15-19 Agustus Pantai Kuta
15. Badung Internasional Night Run 23 September Peninsula
Nusadua
16. IMF Side Event 8-12 Oktober Nusa Dua
17. Perang Ketupat 24 September Desa Kapal
18. WOMAD Bali Oktober Peninsula
(World of Music, Art and Dance) Nusadua
19. ART Bali 1-4 Oktober Peninsula
Nusadua
20. Legian Beach Festival 11-15 Oktober Pantai Legian
21. Festival Budaya Badung 7-14 November Puspem Badung
22. Pesona Nusadua Fiesta 8-10 November Peninsula
Nusadua
23. New Year;s Eve Party 31 Desember hotel dan meeting
venue
Sumber: BPPD Badung, ITDC, Disparda Badung; data diolah (2018)

Event dalam kaitannya dengan perencanaan destinasi wisata,


Getz (1991:5) menyebutkan event mempunyai peranan penting
dalam pembangunan pariwisata. Terdapat empat hal penting perlunya
pariwisata event antara lain sebagai berikut.
a. Event sebagai atraksi (attraction), sangat jelas dapat diungkapkan
di mana kegiatan pariwisata event merupakan atraksi/daya tarik

152 Event dan Mice Red Hot Industry


tersendiri bagi sebuah destinasi. Atraksi adalah sesuatu yang
menarik untuk dilihat/dinikmati. Event sebagai atraksi dapat
menjadi hiburan bagi destinasi wisata dan pengunjung homestay.
Bagi wisatawaan nomad, atraksi dalam bentuk event ini dapat
menjadi momen yang instagrammable didokumentasikan.
b. Event sebagai pemberi citra destinasi (image maker); melalui
kegiatan event sebuah destinasi dapat memasarkan dirinya
untuk memberikan kesan dan pandangan terhadap destinasi
yang ditawarkan. Kegiatan event yang membentuk citra destinasi
dapat diberikan contoh dalam membantu lama tinggal wisatawan
di destinasi. Bagi destinasi di era digital, event yang produktif
membawa kearifan budaya lokal, diharapkan mampu memberikan
pencitraan positif destinasi.
c. Event sebagai pendorong tumbuhnya atraksi wisata (animators
of static attractions). Melalui kegiatan event, dapat ditunjukkan
segala bentuk atraksi yang merupakan ajang aktivitas dan
kreativitas pelaku event. Tumbuhnya berbagai aktivitas event,
akan menumbuhkan industri-industri ikutan berupa percetakan
promosi online sebagai dampak hadirnya wisatawan yang
mengunjungi event. Wisatawan nomad dapat berpindah-pindah
tempat menyaksikan event yang dikemas.
d. Event sebagai penggerak tumbuhnya pembangunan sektor lain
(catalyst for other development). Melalui event, pertumbuhan sektor
lain secara tidak langsung tumbuh untuk melengkapi kegiatan
event yang dilaksanakan. Contoh dari dampak ini misalnya dengan
adanya homestay di wilayah perdesaan; akan menumbuhkan
usaha jasa makanan di sekitar homestay. Pendapatan tidak hanya
diterima oleh pemilik homestay, namun juga dapat dinikmati oleh
pengusaha makanan yang juga adalah masyarakat umum. Dengan
adanya nomadic tourism, memberikan kesempatan bagi masyarakat
yang berkecimpung dalam usaha akomodasi mengemas berbagai
bentuk fasilitas nomad, seperti glamcamp, egg-pod atau rumah
kemah.

Bab 12 | Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi dan Wisata Event 153
6. Sinergitas Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi
dan Wisata Event dalam Pengembangan Usaha Akomodasi
Homestay di Destinasi
Dengan adanya kreativitas dan perkembangan teknologi dengan
digitalisasinya; destinasi wisata semakin banyak mengemas paket
menarik. Dan yang perlu menjadi rekomendasi adalah bahwa destinasi
yang dikemas tidak hanya cukup dengan mengemas wisata edukasi;
tapi sebaiknya dikombinasikan dengan perkembangan teknologi dan
fungsinya memberikan kesempatan wisatawan untuk berpindah-pindah
menyaksikan aktivitas event wisata di berbagai destinasi wisata. Semakin
banyaknya usaha homestay, perlu didukung oleh adanya regulasi dan
panduan yang memadai bagi pengelola bisnis akomodasi rakyat ini.
Indikator keamanan, kenyamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan,
keramahan dan kenangan tetap diperlukan untuk menjadi bagian dari
pengelolaan homestay. Dukungan pemerintah dan media online adalah
indikator pendukung lainnya dalam menyukseskan bisnis homestay.
Sehingga dengan demikian, keseluruhan hasil produk jasa homestay dapat
dinikmati masyarakat dan menjadi usaha yang terus berkesinambungan.
Dalam upaya pengembangan usaha jasa akomodasi yang berbentuk
homestay; dengan hadirnya wisata nomad ini memberikan peluang
bagi pemilik usaha homestay untuk mengembangkan bisnis industri
ini. Keterbatasan jumlah kamar dapat diantisipasi dengan penambahan
akomodasi dalam bentuk glamcamp, egg-pod maupun bentuk akomodasi
portable lainnya. Pengembangan usaha jasa homestay juga terbuka bagi
pengusaha di daerah yang memiliki lahan cukup untuk pembuatan
glamcamp, egg-pod atau akomodasi portable ini.

12.4 Kesimpulan
Perkembangan teknologi yang disertai dengan digitalisasinya dalam
berbagai sektor, memberikan kesempatan bagi industri pariwisata untuk
terus meningkatkan kualitas produknya. Nomadic tourism adalah bentuk
wisata berpindah-pindah dengan memanfaatkan fasilitas teknologi dan
digitalisasi, dengan kebutuhannya terhadap atraksi nomad (nomadic

154 Event dan Mice Red Hot Industry


attraction), fasilitas nomad (nomadic amenities) dan akses nomad (nomadic
accessibilities). Kebutuhan informasi wisata dalam setiap destinasi, dapat
ditumbuhkembangkan melalui kemasan produk wisata pendidikan
(edutourism). Ketika wisatawan nomad melakukan aktivitas berpindah-
pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, wisata event adalah salah
satu indikator bentuk wisata yang akan menggerakkan wisata nomad
berkunjung dari satu destinasi ke destinasi lainnya. Sinergitas wisata
nomad, wisata pendidikan, digitalisasi dan wisata event adalah bentuk
wisata kekinian dalam era generasi Y atau generasi millenial yang akan
menjawab tantangan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke
destinasi. Untuk meningkatkan pelayanan berbasis digital, pemerintah
Kabupaten Badung telah menentukan 982 titik untuk dipasang wifi
yang menyasar sekolah, bale banjar, puskesmas, kantor desa, kantor
camat, dan kantor pemerintahan (Nusa Bali, 2018). Model sinergitas
antar indikator penelitian digambarkan sebagai berikut.

Usaha Pariwisata

Wisata Pendidikan Wisata Event


Wisata Kekinian (Event Tourism)
(Edu-Tourism) (Y-Tourism/
Millenial Tourism)

Digitalisasi (Teknologi Wisata Nomad


Informasi dan (Normadic Tourism)
Komunikasi)

Pariwisata Alternatif dan


Pariwisata Berkelanjutan

Gambar 12.3 Model Sinergitas Pengembangan Usaha Pariwisata, Nomadic


Tourism, Wisata Pendidikan, Wisata Event, Digitalisasi Menuju Pariwisata
Alternatif dan Berkelanjutan (Adopsi Martin and Masser, 1987; Getz, 1991;
Wearing, 2001; Ricthie, 2003: Alena, 2011; UNWTO, 2016, Ausland, 2017;
WEF, 2017; Kemenpar, 2018)

Bab 12 | Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi dan Wisata Event 155
12.5 Saran dan Rekomendasi
Sebagai destinasi wisata dunia, Bali yang banyak ditopang oleh
pariwisata Kabupaten Badung, perlu terus meningkatkan produk
wisatanya baik secara kualitas maupun kuantitas. Perkembangan
teknologi dan komunikasi sangat dibutuhkan oleh wisatawan nomad
yang pola perjalanannya berpindah-pindah. Untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan kekinian yang memanfaatkan teknologi
komunikasi dan digitalisasi, maka pemerintah daerah perlu melakukan
hal berikut.
1. Meningkatkan akses online (free wifi) di seluruh destinasi
Kabupaten Badung khususnya dan Bali secara umum dengan
mempertimbangkan faktor keamanan dan kenyamanan; dipasang
di pusat-pusat bisnis pariwisata.
2. Meningkatkan kualitas akses transportasi darat, laut, udara; dari,
ke dan menuju objek dan destinasi wisata untuk mendukung
peningkatan kunjungan wisatawan.
3. Meningkatkan fasilitas meeting venue (convention hall atau gedung
kesenian) untuk memfasilitasi aktivitas event MICE dan bentuk
event lainnya.
4. Memberikan kemudahan izin usaha pariwisata, yang tercakup
dalam 13 usaha pariwisata sesuai UU No. 10 Tahun 2009;
antisipasi dampak wisata nomad.
5. Melakukan promosi berkesinambungan dengan sinergi stakeholder
profesional.
6. Meningkatkan media informasi online di setiap dinas, unit, sub
unit pemerintahan; yang juga bermanfaat sebagai materi promosi
pariwisata.
7. Secara berkesinambungan memberikan pelatihan kepariwisataan
kepada masyarakat dan industri terkait pariwisata.

156 Event dan Mice Red Hot Industry


DAFTAR PUSTAKA

Akhmedova. 2016. Educational Tourism, Defining the Concept, Public


Administration. Republik Ukraine. KhNUE.
Alena, Nikolaeva. 2011. Educational Tourism as a Strategy to
Professionalization of Lifelong Learning. Univeristy of Latvia. Novgorod
State University Rusia.
Ausland, Aaron. 2017. Poverty Tourism: A Debate in Need of Typological
Nuance, Poverty Tourism Taxonomy. https://www.huffingtonpost.
com/aaron-ausland/poverty-tourism-taxonomy-_b_697399.html
Bhan, Suraj. 2014. Homestay Tourism in India: Opportunities and Challenges.
African Journal of Hospitality, Tourism and Leisure Vol. 3 (2) -
(2014) ISSN: 2223-814X. Kurukshetra University, Kurukshetra
Haryana, India.
Black, R.J & Grant, P.L.1997. Economic Impact of Convention and
Meetings to Montana Methodological Attempts. Journal. Institute
for Tourism and Recreation Research. School of Forestry The
Montana University.
Boehme, A.J. 1999. Planning Successful Meetings and Events, A Take-
Charge Assistant Book. New York.NY 10019: AMACOM, American
Management Association.1601 Broadway.

157
BPPD Badung, ITDC. Dinas Pariwisata Kabupaten Badung. 2018.
Kegiatan Event Pariwisata Badung 2018.
Cooper, C., Fletcher, J., David,G., Stephen,W. 1993. Tourism Principles
and Practice. Edinburgh Gate. Harlow.Essex CM20 2JE, England:
Addison Wesley Longman Limited.
Daniels, J.M. 2003. Materi Seminar Sehari Menggali Potensi Wisata
Bali. Bali sebagai Destinasi MICE . Desember. STP Nusa Dua Bali.
Ferdinand, A. 2002. Structural Equition Modeling dalam Penelitian
Manajemen, Aplikasi Model-model Rumit dalam Penelitian untuk Tesis
Magister & Disertasi Doktor. Bandung: Fakultas Ekonomi Undip.
France, L, 1997. The Earthscan Reader in Sustainable Tourism. London UK:
Earthscan Publication Limited.
Getz, D.1991. Festivals, Special Events, and Tourism. New York: Van
Nostrand Reinhold.
Gunn, C. A., 1988. Tourism Planning. Second Edition. Revised. New
York NY 10017, USA: Taylor & Francis.
Hildreth.R.A, 1990. The Essentials of Meeting Management. Englewood
Cliffs New Jersey: A National Publishers Book Prentice Hall.
Hoyle, L.H., & Dorf.D.C., Jones. T.J.A.1989. Conventions. Amerika:
Hospitality Management Library By the Educational Institute of
the American Hotel & Motel Association.
.1989. Managing Convention and Group Business. Michigan:
By Educational Institute of The American Hotel and Motel
Association.
Hotel Association Surveys of Travel Industry. 2004. Travel Industry
Workers Invited to Participate in On-Line Survey Gauging Bali’s
Value as Travel Destination. Bali Up Date. Internet.
Ibrahim, Yahaya. Abdul Rasid Abdul Razzaq. 2007. Homestay Program
and Rural Community Development in Malaysia. Universiti Malaysia
Terengganu. Universiti Tun Hussein Onn Malaysia.

158 Event dan Mice Red Hot Industry


Inskeep.E.,1991. Tourism Planning, An Integrated and Sustainable
Development Approach. Van Nostrand Reinhold. New York: VNR
Tourism and Commercial Recreation Series.
Kemenpar, Kementerian Pariwisata RI. 2018. Materi Rapat Kerja
Nasional Pariwisata. Digitalisasi Destinasi dan Nomadic Tourism.
22 Maret. BNDCC Nusadua Bali.
Khan, M. 2003. ECOSERV Ecotourist Quality Expectation. Howard
University, USA: Pergamon.: Vol.30.No.1. hlm.109-124.
Kim, Chulwon. 2004. E-Tourism, An Innnovative Approach for The Small
and Medium Sized Tourism Enterprises (SMTES) in Korea. Kyunghee
University Korea.
Laws. E. 1995. Tourist Destination Management, Issues, Analysis and Policies.
Routledge. 11 New Fetter Lane. London EC4P 4EE. hlm.124-134:
British Library.
Mac.Quilken.L., Breth.R., ShawR.N. 2000. Consumer Expectations &
Satisfaction Levels: An Evaluation of Tourism in The Otway Region.
Bowater School of Management and Marketing. Deakin University.
Mc Intosh.R., 1972. Tourism; Principles, Practices, Philosophies. 4666
Indianola Columbus. Ohio 43214 : Grid Inc.
Mahadewi,N.M.E, 2004, Faktor-faktor yang Menentukan Kepuasan
Wisatawan Konvensi terhadap Bali sebagai Destinasi MICE,
Tesis,UNUD.
Mill. R.C., Morrison. A.M. 1985.The Tourism System: An Introductory
System. Englewood Cliffs, New Jersey 07632: Prentice-Hall
International Editions.
Morrison, A. M., Bruen, S.M., Anderson,D.J. 1997. Convention and
Visitor Bureaus in the USA:A Profile of Bureaus, Bureau Executives
and Budgets. Journal of Tourism and Hospitality, Ideas and Trends,
Purdue University,West Lafayette,IN 47907 USA.
Nusa Bali. 2018. Badung pasang wifi gratis di 982 titik. 14 Januari.
www.nusabali.com

Daftar Pustaka 159


Oppermann, M. 1996. Convention Cities-Images and Changing
Fortunes. The Journal of Tourism Studies. James Cook University,
Abstract: Vol.7 No.1 May 1996.
Parasuraman, A, et al.1985. A Conceptual Model of Service Quality and
Its Implication for Future Research. dalam Fandy Tjiptono.1996.
Manajemen Jasa. Cetakan Pertama,p.69-70: Yogyakarta: Penerbit Andi.
Pataki, Eva. “Going somewhere”. The Nomad and the Tourist in Monica Ali’s
Brick Lane, Hanif Kureishi’s The Buddha of Suburbia and Nirpal Singh
Dhaliwal’s Tourism. University of Debrecen.
Pendit, S. 1999, Wisata Konvensi, Potensi Gede Bisnis Besar. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Ramaswamy.R. 1996. Design and Management of Service Processes,
Massachusetts. p.14-17 : Engineering Proces Improvement Series.
Ricthie, Brunt. Carr, Neil. Cooper, Christ. 2003. Managing Educational
Tourism. Aspects of Tourism. Channel View Publication. Frankfurt.
Ryan, Chris, 1991. Recreational Tourism, A Social Science Perspective,
Routledge New York NY 10001.
Schiffman.L.G.,Kanuk,L.L., 1997. Consumer Behavior, International
Edition. Sixth Edition. A Simon & Schuster Company. Upper
Saddle River. New Jersey 07458. hlm.10-74: Prentice Hall.
Smith . Jenner. 1997. Educational Tourism and Interpretation. Working paper
50369 Oslo 21.05.2013 3680 PROTOUR Jan Vidar Haukeland Odd
Inge Vistad Karoline Daugstad Heidi G. Degnes-demark.
UNWTO, 2018, Press Release UNWTO and ATTA EDU Program;
http://media.unwto.org/press-release/2014-11-04/unwto-and-
adventure-travel-trade-association-release-global-report-adventur,
UNWTO. Ganzukh. 2016. Nomadic Tourism for Mongolia. Critical
Issues in Silk Road Tourism. http://cf.cdn.unwto.org/sites/all/
files/pdf/3._gansukh_damba.pdf.
WEF. World Economic Forum. 2017. Digital Transformation Initiative
Aviation, Travel and Tourism Industry. In collaboration with Accenture.
Switzerland.

160 Event dan Mice Red Hot Industry


BIODATA PENULIS

Ni Made Eka Mahadewi, adalah dosen sejak


tahun 1995 yang sekarang juga sebagai wakil
Ketua I yang membidangi akademik pada
Sekolah Tinggi Pariwisata Bali. Menyelesaikan
pendidikan S3 Pariwisata pada Universitas
Udayana pada tahun 2014, sebelumnya
memulai pendidikan Diploma Tourism
Management pada kampus BPLP/STP Bali
tahun 1990. Program pendidikan linier sarjana
pada program bisnis pariwisata, dan program master pada bidang
kajian pariwisata konsentrasi perencanaan pengembangan pariwisata
diselesaikan tepat waktu.
Banyak terlibat di organisasi pariwisata dan kegiatan promosi
pariwisata daerah dan nasional, seperti di PHRI (Perhimpunan Hotel
dan Restoran Indonesia); SIPCO (Society Indonesia Professional
Conference Organizer); BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah)
Badung; BTB (Bali Tourism Board) atau GIPI (Gabungan Industri
Pariwisata Indonesia) di Bali; serta ICPI (Ikatan Cendekiawan
Pariwisata Indonesia) Bali.

161
Kegiatan langsung terkait studi banding dan promosi pariwisata
dalam bentuk tim sales mission pernah dilakukan ke Los Angeles
California, New York Amerika Serikat, Jepang, Korea, India, WTM
(World Travel Market) London Inggris, Manchester, ITB (Internationale
Turisme Bureau) Berlin, ATM (Arabian Travel Market) Dubai, Australia,
New Zealand, Italia, Perancis, dan ke beberapa kota dunia lainnya.
Sebagai narasumber nasional di bidang pariwisata serta sebagai penulis
berita pariwisata pada media cetak lokal maupun nasional. Mendapatkan
sertifikasi dosen, sertifikasi profesi di bidang MICE (Meeting, Incentive,
Convention and Exhibition), dan sertifikasi dari AHLEI (American
Hotel and Lodging Educational Institute) kompetensi sebagai tenaga
pendidik (CHE-Certified Hospitality Educator).

162 Event dan Mice Red Hot Industry

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai