net/publication/330997620
Event dan MICE, Red Hot Industry: USAHA JASA PERTEMUAN, INSENTIF,
KONFERENSI, PAMERAN dan PERHELATAN. PENERBIT RAJAWALI PERS -
RAJA GRAFINDO PERSADA JAKARTA 2018. ISBN. 97860242548...
CITATIONS READS
0 354
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Dr. Ni Made Eka Mahadewi., M.Par., CHE on 10 February 2019.
2018.1983 RAJ
Dr. NI MADE EKA MAHADEWI, M.Par., CHE.
EVENT DAN MICE RED HOT INDUSTRY
PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Anggota IKAPI
Kantor Pusat:
Jl. Raya Leuwinanggung, No.112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956
Tel/Fax : (021) 84311162 – (021) 84311163
E-mail : rajapers@rajagrafindo.co.id http: // www.rajagrafindo.co.id
Perwakilan:
Jakarta-16956 Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Depok, Telp. (021)
84311162. Bandung-40243, Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi, Telp. 022-5206202. Yogyakarta-
Perum. Pondok Soragan Indah Blok A1, Jl. Soragan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Telp. 0274-625093.
Surabaya-601 18, Jl. Rungkut Harapan Blok A No. 09, Telp. 031-8700819. Palembang-30137, Jl. Macan
Kumbang III No. 10/4459 RT 78 Kel. Demang Lebar Daun, Telp. 0711-445062. Pekanbaru-28294, Perum
De' Diandra Land Blok C 1 No. 1, Jl. Kartama Marpoyan Damai, Telp. 0761-65807. Medan-20144, Jl. Eka
Rasmi Gg. Eka Rossa No. 3A Blok A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. 061-7871546.
Makassar-90221, Jl. Sultan Alauddin Komp. Bumi Permata Hijau Bumi 14 Blok A14 No. 3, Telp. 0411-
861618. Banjarmasin-701 14, Jl. Bali No. 31 Rt 05, Telp. 0511-3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol Gg 100/V
No. 2, Denpasar Telp. (0361) 8607995. Bandar Lampung-35115, Jl. P. Kemerdekaan No. 94 LK I RT 005
Kel. Tanjung Raya Kec. Tanjung Karang Timur, Hp. 082181950029.
Om, pra no devi Sarasvati
Vajebhir vajinivati
Dhinam avin yavantu
(Rgveda VI.61.4)
vii
dengan terbuka. Dibalik kekurangan yang ada, penyusun berharap
semoga buku ini dapat berkontribusi dalam pengayaan ilmu event
dan MICE.
Penyusun
HALAMAN PERSEMBAHAN v
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xiii
ix
BAB 10 EVENT OLAHRAGA DALAM PERSPEKTIF
KEPARIWISATAAN 109
BAB 11 MEGA EVENTS DAN DAMPAK YANG
DIAKIBATKAN 121
BAB 12 NOMADIC TOURISM, WISATAPENDIDIKAN,
DIGITALISASI DAN WISATA EVENT
DALAM PENGEMBANGAN USAHA
JASA AKOMODASI HOMESTAY
DI DESTINASI WISATA 139
xi
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
DAFTAR GAMBAR
xiii
[Halaman ini sengaja dikosongkan]
BAB 1
PERTUMBUHAN
MICE DAN EVENT
1
Event adalah kegiatan yang dapat menarik wisatawan. Menurut Getz
(1991:1), ada dua pengertian dari event, pertama Event adalah kegiatan
rutin yang dipertunjukkan, tidak dibuat-buat dan menjadi menarik
bagi wisatawan, sedangkan pengertian kedua pariwisata event adalah
kegiatan yang memang sengaja dibuat dan dipertunjukkan untuk
menarik wisatawan. Gambaran tentang MICE dan event selama ini
sering dianggap sama. Dalam buku ini, MICE dikelompokkan ke dalam
kegiatan yang direncanakan dan menarik wisatawan. MICE adalah
event, tetapi tidak semua event masuk kategori MICE.
MICE adalah bisnis besar, sehingga hampir tidak ada satu negara
pun yang tidak ikut dalam kompetisi untuk memacu pertumbuhan
MICE di dalam negeri mereka masing-masing. Amerika Serikat, Jerman,
Spanyol, Inggris, Perancis, Belanda, Italia, Australia, Austria, dan
Swiss, bahkan China, atau untuk kota-kota seperti Vienna, Singapura,
Barcelona, Berlin, Hongkong, Paris, Amsterdam, Seoul, Budapest, dan
Stocholm berlomba dalam memasarkan industri MICE.
Di Amerika Serikat,1 MICE menghasilkan US$ 122,3 miliar
pengeluaran langsung pada tahun 2004, menyediakan 1,7 juta pekerjaan
dan dampak pajak langsung sebesar US$ 21,4 miliar, serta merupakan
pemasukan 36% operasi hotel, 17% pemasukan bagi usaha transportasi,
menjadikan MICE sebagai sektor penyumbang ke-29 terbesar bagi Gross
National Product (GNP) AS. Posisi ini berada di atas industri manufaktur
farmasi dan kesehatan.
Angka tersebut disumbang oleh kegiatan yang disponsori oleh
Association 81,94 miliar dolar AS (atau dua pertiga), sedangkan Corporate
menyumbang 21,4 miliar dolar AS (sepertiga). Sedangkan share dana,
berdasarkan hasil studi, terbesar atau 35 persen dihabiskan untuk hotel
1
The Convention Industry Council (CIC), AS (2005).
17
dan tempat (venues) pertemuan lainnya. Kedua, atau 24 persen untuk
angkutan udara, diikuti restoran dan catering luar (14 persen) dan jasa
bisnis lainnya (12 persen).
Di Thailand,2 MICE mendatangkan 10,4 juta kunjungan dan
memberikan penghasilan 13 miliar bath, termasuk 6,5 miliar bath dari
penyewaan booth pameran dan 5,5 miliar dari layanan yang terkait.
Di China, pengeluaran dari kegiatan MICE senilai US$ 10 miliar.
Tahun 2006 ini industri pariwisata China diharapkan memberikan
kontribusi US$ 63,46 miliar (2% bagi GDP China), dan tahun 2016
diprediksi meningkat menjadi US$ 232,8 miliar (3,2 %).3
Dari Kanada juga kita mendengar, ketika merayakan “National
Meetings Industry Day” pada 21 April 2005, diumumkan bahwa
industri MICE telah memberikan kontribusi sekitar 20 miliar dolar
AS Kanada setiap tahun, dan menjadi pendorong ekonomi penting
bagi Kanada. Karena tidak kecilnya sumbangan MICE kepada negara
maupun industri dan masyarakat, tidak berlebihan pernyataan Kepala
Eksekutif CIC Mary Power yang mengatakan bahwa industri MICE
merupakan motor penggerak ekonomi yang vital bagi sebuah negara.
MICE memainkan peranan-peranan penting. Hampir tidak ada satu
negara pun di dunia yang tidak ketinggalan untuk menggarapnya dengan
serius, bahkan di tengah berbagai ancaman krisis yang dihadapi berbagai
negara terutama akibat dampak ekonomi kenaikan harga minyak mentah
dunia, ancaman keamanan, hingga berbagai kasus bencana lainnya.
Berdasarkan kondisi situasional tertentu, ada dua alasan mengapa
perjalanan wisata MICE tetap berkibar walau di tengah krisis.
1. Wisatawan jenis ini perjalanannya dibiayai oleh organisasi/lembaga
pemerintahan maupun non-pemerintahan, bukan pribadi, sehingga
relatif tidak terlalu terpengaruh pada keputusan untuk bepergian.
2. Kepergian wisatawan jenis ini selain sudah terprogram jauh hari
sebelumnya (bahkan dua tahun atau lebih sebelumnya) juga
2
Bangkok Post, “Thailand Aims to Become Leader in Asian MICE Industry”,
22 September 2006.
3
World Travel and Tourism Council (WTTC).
Sumber: UIA
World Travel and Tourism Council (WTTC): China’s T&E expenses are valued
4
Internasional Regional
Non-Pemerintahan
Nasional
Multinasional Kelompok Sosial Daerah
Nasional
Nasional
Rekreasi dan
Infrastruktur Akomodasi Transportasi Atraksi Katering Retail
Hiburan
Atraksi
- Atraksi lokal/aktivitas wisata
- Atraksi selama perjalanan
39
A special event is a onetime or infrequently occurring event outside the
normal program or activities of the sponsoring or organizing body. To the
customer, a special event is an opportunity for a leisure, social, or cultural
experience outside the normal range of choices or beyond everyday experience.
Hal yang paling mendasar dan aspek penting dari pariwisata event
adalah untuk upaya mendatangkan wisatawan baik domestik maupun
mancanegara (Getz, 1991:5). Getz juga menyampaikan, tidak semua
event yang ditawarkan mampu menarik bagi wisatawan. Adakalanya
wisatawan datang bersamaan dengan kegiatan event, hanya untuk
melihat peluang apa yang bisa dilakukannya selama event. Dalam
hal ini wisatawan yang datang adalah untuk bisnis. Sehingga batasan
pariwisata yang menyebutkan pariwisata adalah kegiatan bersenang-
senang dan mengeluarkan uang, dalam hal event dapat terjadi menjadi
kegiatan untuk bisnis dan mendapatkan uang. Sehingga wisatawan yang
mengikuti kegiatan event, memenuhi syarat dari sisi batasan pariwisata
itu sendiri, dan syarat sebagai orang ikut dalam kegiatan event.
Atraksi
− Penggerak wisatawan berkunjung ke destinasi
− Penambah makna event
Animator
Image maker
− Atraksi local (static attraction)
− Penanda event (Hallmark event)
− Fasilitas umum
− Tema destinasi dan citra positif
− Tempat belanja
Katalis
Alternative Tourism
− Memberi pembaharuan
and
− Infrastruktur
Sustainable Development
− Pengembangan bisnis dan ekonomi
45
cendekiawan dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan kepentingan bersama”.
Perjalanan Insentif (Incentive) adalah suatu kegiatan perjalanan
yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan
mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka dalam
kaitan penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya dengan
pariwisata.
Sedangkan Produk Incentive Meeting, di antaranya menyalurkan
incentive meeting dengan memperkuat sales team untuk mengejar:
Incentive Project dan Show Biz. Incentive meeting biasanya dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan Farmasi atau Costumer Goods untuk
memperkenalkan produk-produk barunya. Sementara Show Biz
merupakan pengembangan entertainment business dengan pasar
perusahaan-perusahaa besar, seperti ulang tahun perusahaan,
penandatanganan MOU, products launching, dan lain-lain.
Dalam peraturan itu pula, pameran (exhibition) dijelaskan sebagai
suatu kegiatan untuk menyebarluaskan informasi dan promosi yang
ada hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada
kaitannya dengan pariwisata. Pameran adalah salah satu bagian dari
industri MICE yang sangat menunjang suksesnya berbagai usaha
jasa konvensi. Untuk pengembangannya dapat bekerja sama dengan
anggota-anggota ASPERAPI dalam melaksanakan pameran.
Lingkup kerja uaha MICE meliputi perencanaan, konsultasi dan
pengorganisasian yang dapat dilakukan bersama-sama dengan pihak
pemberi tugas.
Lingkup kerja itu secara rinci adalah sebagai berikut.
• Merencanakan dan dapat melaksanakan bidding atau penawaran.
• Menyusun perencanaan anggaran dan pengelolaan anggaran untuk
penyelenggaraan kegiatan.
• Merencanakan dan dapat menyelenggarakan kegiatan.
• Mengkoordinasikan penyelenggaraan transportasi.
• Menyiapkan tempat penyelenggaraan.
International Meeting
P.R. TRANSPORTATION
AIRLINES HOTELS
VENUES BANK
GENERAL
SERVICE
55
PCO adalah konsultan, administrator, kreator yang memberikan
perhatian penuh bagi mendukung suksesnya kegiatan pertemuan yang
diselenggarakan baik pemerintah, swasta, organisasi maupun asosiasi
nasional, regional maupun internasional.
Dalam pelaksanaannya nanti, sebuah Perusahaan PCO selaku
konsultan maupun kontraktor akan bertanggung jawab langsung
kepada Panitia Penyelenggara di dalam menentukan segala kebutuhan
yang diinginkan. Dalam arti Panitia Penyelenggaralah yang menentukan
kebijakan, Perusahaan PCO membantu berdasarkan keprofesionalan
yang dimilikinya.
a. Tanggung jawab PCO kepada Pihak Panitia
Untuk mengatur suatu konferensi secara profesional, berdasarkan
pengetahuan dari kebutuhan konferensi saat ini, PCO bertanggung
jawab kepada panitia dalam hal-hal berikut.
- PERENCANA/PLANNING
• PCO membantu dalam pengaturan struktur organisasi
panitia penyelenggaraan.
• PCO membuatkan keterangan mengenai tugas dan
kewajiban setiap panitia secara detail.
• PCO mempersiapkan jadwal administrasi secara detail
mengenai tanggung jawab dan batas dalam tugas tersebut.
- RINCIAN JADWAL/SCHEDULE
PCO membuatkan rincian secara jelas dan tertulis tugas dan
tanggung jawab untuk keperluan konferensi agar dapat terjalin
kerja sama yang baik, yaitu
• Jadwal administrasi;
• Pembuatan breakdown timetable;
• Perencanaan lokasi/tempat;
• Peralatan audio visual chart;
• Pengaturan kebutuhan makanan dan minuman;
• Pembuatan tanda untuk pembicara;
1. Program Pokok
Program Pokok, khususnya dalam hal sistem registrasi dan
penentuan topik sidang ilmiah dan pembagiannya.
a. Sistem Registrasi
Registrasi atau pendaftaran merupakan langkah awal yang
sangat penting bagi suksesnya suatu event pertemuan. Melalui cara
pelayanan registrasi ini dapat dilihat keprofesionalan sebuah PCO
yang menangani event tersebut. Dari sinilah kepuasan seorang peserta
mulai dan dipupuk, karena bila peserta sudah dihadapkan pada suatu
kendala pada saat pendaftaran, maka kesan negatif tersebut akan terus
mempengaruhi peserta dalam acara-acara selanjutnya.
Registrasi dibagi menjadi dua tahap:
1) Tahap Pendataan
Dalam tahap pendataan ini, peserta harus sudah mendapatkan
informasi apa yang didapatkannya dalam pertemuan tersebut sesuai
dengan biaya yang telah dibayarkan, baik berupa fasilitas, kegiatan,
maupun berupa meteri atau bahan-bahan yang akan diterima.
Kepada calon peserta yang sudah terdaftar akan dikirim surat
konfirmasi atau “Letter of Acceptance” (LOA), di samping informasi-
informasi lain tentang hal-hal yang harus mereka lakukan sehubungan
dengan keikutsertaan mereka dalam konvensi tersebut. Kelengkapan
data dan informasi tersebut sangat berpengaruh terhadap kelancaran
proses pendaftaran ulang saat event itu berlangsung.
2. Program Penunjang
Dalam program penunjang kita harus jeli untuk memberikan service
yang sesuai dengan rencana konvensi dan janji-janji yang didapatkan oleh
para peserta maupun para pendamping (spouse/accompanying person).
Hal-hal yang termasuk dalam kategori ini antara lain:
- Akomodasi
Dalam kaitannya dengan akomodasi ini, peserta perlu memperhati
kan hal berikut.
• Jangan sampai terjadi peserta yang sudah membayar
akomodasi tidak mendapatkan kamar yang dipesannya.
Kesalahan seperti ini bisa terjadi apabila nama peserta yang
memesan kamar hotel lewat sekretariat kongres tidak terdapat
dalam pembukuan hotel terkait.
• Harga kamar yang diberlakukan oleh hotel harus sesuai
dengan harga khusus yang dicantumkan dalam pemberitahuan
75
menarik dan up to date, maka akan membuat ketertarikan peserta untuk
hadir dan dukungan sponsor.
Secara garis besar, rencana anggaran dapat dibagi ke dalam dua
kelompok, yaitu
a. Anggaran Pengeluaran
Dalam menyusun anggaran pembiayaan (budget) suatu
penyelenggaraan pertemuan, kita harus mengetahui rincian
kebutuhan dan biaya (cost) masing-masing. Dari berbagai
kebutuhan yang ada, dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar
yaitu: fixed cost (biaya pasti), variable cost (biaya tak pasti) dan
unexpected cost (biaya tak terduga).
1) Fixed Cost (biaya pasti)
Meliputi kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi seperti:
• Sumber Daya Manusia (SDM), sebelum dan selama
pertemuan
• Kesekretariatan
• Fotocopy & Stationary (alat-alat tulis)
• Barang-barang cetakan, seperti pemberitahuan I & II
• Mailing (Pengiriman)
• Venue (tempat-tempat pertemuan)
• Peralatan audio visual
• Rapat panitia
• Para pembicara
• Dan lain-lain
2) Variable Cost (biaya tak pasti)
Meliputi kebutuhan-kebutuhan sekunder yang perlu diadakan
apabila diperlukan seperti:
• Promosi dan publikasi
• Tiket/akomodasi PCO
• Tiket/akomodasi PCO
Keuangan/Kerugian
US$ ..........
a. Secara Internal
Harus diperhatikan dengan cermat bahwa sebelum melangkah keluar,
yang harus lebih diutamakan adalah pembenahan di dalam perusahaan
itu sendiri. Pengembangan secara internal ini meliputi sebagai berikut.
- Kepemimpinan
Komunikasi sistik mutu seluruh lini perusahaan berdasarkan
laporan dan evaluasi setiap manajer. Interaksi yang dilakukan secara
langsung melalui manajer yang terkait untuk disampaikan kepada
staf bawahannya, sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab masing-
masing. Diperlukan sistem kerja sama (team work). Wajib mengetahui,
memahami dan melaksanakan sistem penjagaan mutu (quality control).
Penataan kerja harus dialokasikan dan didukung oleh sumber daya
yang memadai sesuai dengan keahliannya masing-masing.
- Sumbe Daya Manusia
Kriteria pengalaman dan keahlian khusus di setiap posisi
jabatan di perusahaan. Sistem pelatihan secara bertahap untuk
meningkatkan mutu bagi semua jajaran, selalu mengidentifikasi
masalah untuk dicari jalan pemecahannya, sekaligus langkah
perbaikan yang diperlukan, guna meningkatkan mutu pelayanan,
sistem kepegawaian perusahaa yang sudah mencantumkan elemen-
elemen penting yang dapat dipakai, pengakuan bagi karyawan yang
berprestasi dan pemberian penghargaan.
- Perencanaan Mutu Strategis
Untuk pelaksanaan program, yang paling penting dan harus
diperhatikan adalah kualitas operasional. Perencanaan dan
penjagaan mutu diprogramkan secara periodik dan selalu
dievaluasi. Masukan yang paling penting dan harus diperhatikan
adalah dari pelanggan, yang sangat membantu proses perencanaan
b. Secara Eksternal
Disamping Pengembangan dan pembenahan ke dalam maka PCO
pun harus berani membuat langkah-langkah pengembangan misi ke
luar, antara lain sebagai berikut.
Ø Membuat planning kebutuhan pasar. Sesuai dengan kebutuhan
pasar dari luar melalui atau mengikuti trend-trend internasional
seperti: AACVB (Asian Association of Convention and Visitor
Bureaus) trade fair: CONFEX (Conference and Exhibition) Trade
Fair yang selalu diselenggarakan di London, ITB (International
Tourism Bureau) Berlin ataupun beberapa Trade Fair lainnya
secara aktif dan berkesinambungan. Menjadi member (anggota)
dari asosiasi nasional maupun internasional misalnya: Indonesia
Congres and Convention Association (INCCA), Association
of South East Asian National Travel Agencies (ASEANTA),
87
♦ Jarak kota tersebut seperti dari Jakarta atau Airport
Internasional
♦ Kondisi musim daerah
♦ Budaya dan ragamnya
• Rencana program.
• Hotel/Venue.
• Hotel satelit untuk akomodasi peserta.
• Tema konvensi dan program ilmiah.
• Para pembicara dan judul makalah masing-masing.
• Program peserta pendamping.
• Program sosial.
• Tour/pasca konvensi.
• Rencana anggara (budget).
• Biaya pendaftaran (registrasi).
93
8.1 Perkembangan Pameran di Indonesia
Menurut data Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (ASPERAPI/
IECA) tahun 1999, ada sebanyak 164 perusahaan yang tergabung dalam
asosiasi ini. Dari jumlah itu, 98 perusahaan adalah organizer, 21 perusahaan
adalah Stand Contractor, 8 perusahaan Freigh Forwarder, 27 perusahaan
Venue Owner dan 10 perusahaan Supplier. Perusahaan-perusahaan tersebut
tersebar di DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Khusus DKI Jakarta, tercatat 38 perusahaan Organizer, 10
perusahaan Stand Contractor, 8 perusahaan Freigh Forwarder, 4
perusahaan Venue Owner, 4 perusahaan Supplier. Di antara jumlah
itu, tercatat kurang lebih 60 perusahaan tidak aktif dan perusahaan
pameran yang belum menjadi anggota ASPERAPI.
ASPERAPI sendiri dibentuk 17 Februari 1990 sebagai badan
hukum yang telah didaftarkan ke Departemen Perindustrian dan
Perdagangan, Departemen Kehakiman serta KADIN yang merupakan
pembina perusahaan yang berkiprah dalam bisnis pameran dagang
dan pendukungnya.
Kemampuan perusahaan anggota ASPERAPI dalam menyelenggarakan
pameran dagang di Kota Jakarta 120 kali pagelaran setahun, 50 kali
pagelaran setahun di Jawa Tengah, 50 kali setahun di Jawa Timur dan 80
kali di DI Yogyakarta. Perkembangan jumlah penyelenggaraan pameran
dagang di DKI Jakarta 1994-1999 adalah sebagai berikut.
Tahun Jumlah Pameran
1994 84 kali
1995 75 kali
1996 97 kali
1997 102 kali
1998 31 kali
1999 80 kali
Sumber: ASPERAPI
103
sebagai berikut. (1) Asosiasi Perencana Pertemuan (Meeting Planner
Association). (2) Industri Penerbangan (the Airline Industry). (3) Akomodasi
(the Lodging Industry). (4) Tempat Konvensi (Convention Center). (5) Biro
Konvensi (Convention Bureau). (6) Tempat Konferensi (Conference Center).
(7) Alat/fasilitas yang berteknologi (meeting technology). (8)Petugas yang
menangani kegiatan pertemuan (ground handles).
Lebih jelasnya disebutkan oleh Hoyle (1989:5), khusus untuk
menangani sebuah konvensi seorang meeting planner harus selalu
memperhatikan faktor-faktor berikut.
1. Kemudahan menuju kota dari tempat penyelenggaraan.
2. Efisiensi dalam setiap pelaksanaan tugas saat konvensi berlangsung.
3. Mengetahui kondisi dan tempat penyelenggaraan dengan baik.
4. Kualitas pelayanan yang memuaskan dari FB facilities dan teknisi
audiovisual.
Keuntungan Target
(Targeted Benefits)
- Keunikan
- Dagang/toko bebas bea
- Hiburan
- Aktivitas
Pada sisi lain, acuan yang dikemukakan oleh Cooper et.al.,Mill et.al.
dan Getz, faktor atraksi merupakan daya tarik besar bagi wisatawan
konvensi untuk menikmati Bali (Mahadewi, 2004). Sedangkan dari
sisi kepuasan, wisatawan konvensi menyatakan faktor kenyamanan
adalah faktor yang mutlak dengan penilaian yang tinggi. Sebagai sebuah
destinasi, Bali dinilai cukup tinggi memberikan kepuasan bagi wisatawan
konvensi. Pengaruh kepuasan wisatawan konvensi ini sejumlah 89%
terhadap destinasi. Penelitian yang dilakukan oleh Boehme, menyatakan
hotel adalah hal utama dipentingkan dalam mendatangkan wisatawan
konvensi. Pada Bali sebagai destinasi MICE, wisatawan konvensi
menilai bahwa hotel dengan segala fasilitasnya mendapat penilaian yang
signifikan mempengaruhi kepuasan (Mahadewi, 2004).
109
konvensi yang membahas perkembangan kegiatan perusahaan yang
bersangkutan (Kepmen Parpostel KM.108/HM.703/MPPT-91).
Kegiatan olahraga dan usaha perjalanan insentif sebagai kegiatan
Pariwisata di daerah Bali sudah bukan hal yang baru, hanya saja perlu
dilirik hal-hal lain yang dapat dilihat dari sisi usaha jasa impresariat
dan usaha jasa konvensi.
Tourists
Business
- Business Meetings
- Exhibition & Trade
- Conference & Domestic
Convention
- Incentive Travel
11.1 Pendahuluan
Acara–acara di dalam dunia pariwisata yang berskala besar,
atau dikenal sebagai suatu kejadian khusus, seperti bazar utama,
festival-festival, pertunjukan–pertunjukan budaya dan acara olahraga
yang diselenggarakan di manapun yang bersifat reguler atau yang
dilakukan hanya sekali saja. (Hall/aula, 1992). Kejadian mahabesar
sudah mengasumsikan suatu peran kunci di dalam strategi pemasaran
pariwisata kota dan regional, fungsi mereka yang utama untuk
menyediakan masyarakat tuan rumah dengan peluang mengamankan
keunggulan di dalam pasar turisme. Negara-negara, daerah-daerah,
kota-kota, dan korporasi-korporasi sudah menggunakan acara ini
untuk mempromosikan suatu gambaran yang baik guna mendukung
tempat pasar usaha pariwisata internasional (Ashiworth dan Goodall,
1988). Mega events adalah juga sangat penting tidak hanya oleh
karena komponen pengunjung mereka, tetapi karena mereka boleh
meninggalkan warisan-warisan, yang akan mempunyai satu dampak
lebih besar di masyarakat tuan rumah jauh daripada periode di mana
event terjadi. Ketika yang diminta menyangkut akibat yang ditimbulkan
hampir bisa dipastikan dari Victoria Commonwealth Games, pemberian
121
suara pembaca di dalam majalah terbitan setiap Senin dengan artikel
kedudukkan hutang, kumpulan artikel ekonomi, pajak yang lebih tinggi,
peningkatan pariwisata, dan harga real estate lebih tinggi sebagai hal
yang diakibatkan oleh permainan pasar menurut aturan (McCaw, 1994).
Penilaian seperti itu sungguh sungguh cerdik. Acara besar seperti
pertandingan Olimpiade atau Bazar World telah dihubungkan dengan
pembelanjaan publik yang besar-besaran, konstruksi dari fasilitas-
fasilitas dan infrastruktur, dan pengembangan kembali dan revitalisasi
wilayah perkotaan yang boleh, mempunyai dampak-dampak substansiil
di masyarakat-masyarakat lokal. Menurut Hukum (1993: 107), acara
besar, “bertindak sebagai suatu katalisator untuk perubahan dengan
membujuk orang-orang untuk bekerja sama di sekitar suatu sasaran
sama dan sebagai jalur cepat untuk memperoleh keuangan tambahan
dan menjadi proyek-proyek mulai dilaksanakan. Bukanlah tanpa
permasalahan, karena sebagian orang akan membantah bahwa itu hanya
memberi prioritas kepada kepentingan-kepentingan pengembangan di
atas kesejahteraan mereka. Aspek secara fisik dari strategi ini adalah
bahwa itu sudah dihubungkan dengan regenerasi bagian tertua suatu
kota dan khususnya dengan apa yang ada pada pusat kota tersebut.”
Bab ini menguji akibat dari acara–acara akbar dan alasan untuk
mereka menjadi tuan rumah dan pengembangannya. Perhatian spesifik
diberikan kepada peran dari kejadian mahabesar pada proyek-proyek
revitalisasi berkenaan dengan kota dan strategi pembuatan citra kota.
Bagaimanapun, acara besar boleh juga berperan dalam promosi tempat
dan perbaikan kembali kepada kerusakan dari kelompok-kelompok
yang tertentu di dalam masyarakat.
11.6 Kesimpulan
Menjadi tuan rumah acara mahabesar dan peran mereka di dalam
strategi imaging daerah perkotaan tidak bisa terpisah dari krisis negara-
negara di Eropa Barat dan Amerika Utara. Krisis dari negara terlibat
dalam suatu krisis atas hak kekuasaan di mana kelompok-kelompok
yang tertentu di dalam masyarakat, terutama sekali disadvantaged dan
tidak berdaya di dalam kota-kota bagian dalam, sudah menjadi tidak
menarik lagi dengan pengaturan-pengaturan politis yang ada gagal
dalam keperluan sosial, ekonomi, dan perbaikan-perbaikan bersifat
infrastruktur di dalam bidang-bidang bagian tertua suatu kota.
Sebagai tambahan, mungkin saja ditanya apakah pusat kota, sumber
dari turisme daerah perkotaan baru, sedang memperoleh sumber
daya atas biaya penggunaan uang di bagian pinggir kota? Suatu krisis
yang kedua adalah apa yang mungkin disebut ”krisis fiskal” di mana
”pemerintah pusat sedang mencoba untuk menghidupkan kembali
industri pribadi dengan mengurangi pengeluaran di konsumsi sosial,
dan oleh karena itu mengurangi bantuan dana kepada pemerintah
lokal yang bertanggung jawab atas banyak orang, pemerintah lokal
kehilangan hasil dari pendapatan dan pajak dasar kemerosotan (ketika
ekonomi lokal, kesusahan), berhadapan dengan tuntutan meningkat
dari kedua-duanya untuk jasa kesejahteraan dan untuk pembangunan
ekonomi lokal” (Henry dan Bramham, 1986: 190).
Kedua situasi krisis terkait secara langsung dan bisa diperumpamakan
sebagai dua sisi koin yang sama, dengan realokasi sumber daya
keuangan yang kurang hanya melayani untuk memperburuk situasi
kelompok-kelompok tertentu di dalam masyarakat untuk mencapai
tujuan sosial dan kesejahteraan yang diinginkan. Bagaimanapun,
selagi banyak pemerintah mengaku bahwa melalui pengembangan dari
atraksi-atraksi pengunjung, mereka akan juga sedang memberi harapan
ketenagakerjaan dan investasi, haruslah yang diketahui bahwa banyak
Abstraksi
Nomadic tourism atau wisata nomad merupakan terminologi yang
belum lazim digunakan dalam kepariwisataan Bali. Model kegiatan
wisata dalam bentuk wisata nomad, memberikan alternatif baru
dalam pengembangan pariwisata Bali, khususnya Kabupaten Badung.
Kajian dan pendekatan teori konsep terhadap nomadic tourism, wisata
pendidikan, digitalisasi dan wisata event dilakukan untuk mendapatkan
model pengembangan destinasi wisata Bali secara umum. Kajian ini
akan mengungkap secara teoretis peran penting dari sinergi wisata
nomad (nomadic tourism), wisata pendidikan, digitalisasi dan event
dalam menggerakkan roda perekonomian destinasi dengan bisnis
homestay yang dikelolanya. Observasi lapangan dan pengumpulan
data primer-sekunder dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
bermanfaat terkait Badung sebagai destinasi yang mendukung wisata
nomad. Hasil akhir penelitian ini adalah implikasi pengembangan
nomadic tourism, wisata pendidikan, digitalisasi dan event budaya
terhadap pengembangan destinasi wisata di Kabupaten Badung.
139
12.1 Pendahuluan
Pariwisata menjadi leading sector dalam pembangunan nasional,
berperan penting dalam penggerak ekonomi, penciptaan lapangan kerja,
pengembangan usaha dan infrastruktur dan dalam pelaksanaannya
melibatkan banyak pihak yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat.
Pada tahun 2015-2019, sektor pariwisata Indonesia mempunyai target
sebagai berikut: memberikan kontribusi Pendapatan Nasional Bruto
(PDB) 15%, devisa sebesar Rp 275 triliun, jumlah tenaga kerja 13 juta
orang. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta,
jumlah perjalanan wisatawan nusantara 275 juta dan peningkatan daya
saing pariwisata Indonesia di dunia ke-30. Dalam upaya meningkatkan
kunjungan wisatawan ke Indonesia, pemerintah telah mencanangkan
tiga program unggulan agar wisatawan mendapatkan kemudahan
ke Indonesia. Tiga program utama tersebut adalah 1) peningkatan
digitalisasi, 2) pengembangan dan pengelolaan homestay, dan 3)
kemudahan konektivitas antar destinasi, baik laut, udara dan darat.
Hal yang penting dikaji lebih lanjut adalah mengenai pengelolaan
destinasi, di mana destinasi yang menarik adalah destinasi yang
mampu memberikan citra positif kepada wisatawan. Selain untuk
menumbuhkan citra positif destinasi, informasi pariwisata yang
mampu memberikan berita terkini melalui digitalisasi perlu mendapat
perhatian. Selain itu, usaha pariwisata dalam bentuk usaha jasa
akomodasi berbentuk homestay diyakini akan memberi manfaat
bagi masyarakat lokal dan memberi dampak yang berkelanjutan.
Pada kondisi saat ini, model wisata nomad (nomadic tourism) dapat
dikatakan memberi warna baru dalam perkembangan pariwisata Bali.
Perkembangan usaha jasa akomodasi perlu dikelola dengan antisipasi
munculnya wisata nomad.
Perjalanan wisatawan yang berpindah-pindah, sebagai bentuk
dari wisata nomad dapat memberikan model pengembangan baru bagi
destinasi. Saat ini di Kabupaten Badung telah dikembangkan usaha jasa
akomodasi dalam bentuk homestay; namun dengan munculnya model
wisata nomad, perlu ditelusuri jenis akomodasi wisata nomad yang
berbentuk glamping yang disasar oleh wisatawan kategori glampacker,
12.2 Permasalahan
Dari paparan pendahuluan tersebut, permasalahan yang menjadi
fokus kajian adalah (1) apa yang dimaksud dengan nomadic tourism dan
kaitannya dengan wisata pendidikan, digitalisasi dan wisata event?; (2)
bagaimanakah persepsi (stakeholders) pariwisata Bali terhadap pesatnya
perkembangan nomadic tourism sebagai bagian dari produk multisegmen
wisata Kabupaten Badung?; (3) apakah pengaruh nomadic tourism, wisata
edukasi, digitalisasi dan event budaya bagi usaha homestay? Dengan
adanya permasalahan tersebut, maka tujuan dari kajian ini adalah untuk
(1) mengetahui teori yang mendasar atas pengembangan nomadic
tourism dan digitalisasi; (2) meninjau berbagai persepsi pemangku
kepentingan (stakeholder) pariwisata Bali, khususnya Kabupaten Badung
terhadap praktik pengembangan nomadic tourism bagi pasar multi
segmen Kabupaten Badung; dan (3) pengaruh nomadic tourism, wisata
pendidikan, digitalisasi serta event budaya terhadap pengembangan
homestay dan destinasi wisata Badung.
12.3 Pembahasan
1. Wisata Nomad (Nomadic Tourism)
Istilah wisata nomad ini dimulai dari adanya perjalanan yang
berpindah-pindah yang dilakukan oleh petualang Mongolia. Dalam
wisata nomad ini banyak dikemas wisata yang mengambil topic/
Bab 12 | Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi dan Wisata Event 141
cerita sejarah Mongolia. Contoh paket wisata yang ditawarkan adalah
perjalanan berpindah-pindah ‘Jengis Khan’. Definisi nomadic tourism
atau wisata nomad adalah setiap kegiatan, bisnis yang menghubungkan
gaya hidup nomaden (berpindah-pindah), menikmati produk destinasi,
mendapatkan layanan dan pengalaman berwisata. Ciri dari wisatawan
dengan kategori nomad ini adalah berumur di antara 35-55 tahun,
pendidikan setara SMA sampai kuliah; memiliki pendapatan menengah
dan tidak memiliki anak di bawah 12 tahun (UNWTO, 2016).
Nomadic tourism adalah gaya pariwisata baru, di mana wisatawan
dapat menetap dalam kurun waktu tertentu di suatu destinasi
wisata dengan amenitas yang mudah dipindahkan (portable) dan
dapat berpindah-pindah (Kemenpar, 2018). Dari definisi tersebut
dapat disebutkan bahwa nomadic tourism adalah kegiatan wisata yang
dilakukan secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya,
dilakukan oleh wisatawan usia produktif berusia 35-55 tahun, memiliki
pendapatan dan mengandalkan informasi terkini.
Indonesia melalui Kementerian Pariwisata di tahun 2018, telah
mencanangkan program digitalisasi destinasi dan wisata nomad
sebagai upaya cepat untuk mendatangkan wisatawan. Pengembangan
ekosistem wisatawan nomad di Indonesia, dibedakan atas tiga jenis
wisatawan nomad dengan kategori wisatawan backpacker zaman
sekarang. Wisatawan backpackers identik dengan wisatawan yang hanya
membawa tas gendong dalam setiap perjalanannya. Namun, dalan
wisata nomad, kategori backpacker menjadi sangat bermanfaat bagi
destinasi, karena kelompok wisatawan ini memanfaatkan teknologi
digital dalam setiap perjalanannya. Ketiga tipe wisatawan nomad
tersebut menurut Kemenpar (2018) adalah sebagai berikut.
a. Glampacker, atau disebut sebagai wisatawan dengan kategori
‘millennial nomad’. Wisatawan ini mengembara untuk melihat
dunia yang ‘instagrammable’, atau wisatawan yang memanfaatkan
digitalisasi dalam mendokumentasikan momen perjalanan ke
media instagram maupun facebook. Terdapat sejumlah 27 juta orang
yang memiliki afinitas terhadap Indonesia dan tertarik dengan
backpacking, camping dan nomadic tourism.
Bab 12 | Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi dan Wisata Event 143
glamping. Bentuk home-pod ini lebih berat daripada glamping, sehingga
lama tinggal di home-pod bisa lebih lama daripada di glamping.
Fasilitas nomad di Kabupaten Badung belum terdata dalam dinas
terkait. Namun, kondisi di lapangan kategori fasilitas nomad dapat
disiapkan di daerah Badung Utara (Plaga) yang memiliki fasilitas
lahan lebih lapang dan luas. Fasilitas nomad juga bisa disiapkan di
daerah pesisir pantai bagi wisatawan nomad yang menginginkan
akses digital lebih maksimal dengan pemandangan pantai.
c. Nomadic Tourism Access, adalah kemudahan yang diperoleh wisatawan
nomad selama menuju ke destinasi dengan waktu yang lebih cepat.
Jenis alat untuk mendapatkan kemudahan ke destinasi seperti
adanya seaplane, helicity, maupun tinggal di kapal laut. Pembangunan
akses nomad untuk kategori ini belum dapat disiapkan secara
maksimal. Namun, fasilitas akses yang dimiliki sekarang ini bisa
dimaksimalkan dan dimanfaatkan untuk peruntukan akses nomad,
seperti di bandara Ngurah Rai, pelabuhan Benoa, dan fasilitas
mendaratnya heliped di hotel-hotel berbintang. Dalam kategori
akses telekomunikasi; daerah Canggu Badung telah disebutkan
sebagai destinasi terfavorit sebagai destinasi digital nomad.
Kemudahan akses wifi menjadi bagian dari terminologi ini.
2. Homestay
Awalnya, homestay dikenal di Amerika digambarkan sebagai
rumah kecil yang menjadi pelindung bagi petani dari cuaca. Homestay
tersebut berbentuk rumah beratap ilalang, sangat sederhana dalam
perlengkapan rumah tangga. Seiring dengan perkembangan waktu,
homestay berubah menjadi sebuah bangunan penginapan sebagai tempat
peristirahatan yang sangat menyenangkan bagi para pekerja (Kemenpar,
2016). Di Indonesia, homestay menjadi perhatian pemerintah sejak
adanya program desa wisata melalui PNPM Mandiri Pariwisata yang
diselenggarakan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2009.
Dalam pengembangan program desa wisata, homestay merupakan
bagian dari daya tarik wisata yang didapatkan oleh wisatawan dalam
kunjungannya ke desa wisata.
Bab 12 | Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi dan Wisata Event 145
Dalam upaya untuk terus meningkatkan usaha jasa akomodasi
dalam bentuk homestay, permintaan produk homestay banyak
dipengaruhi oleh permintaan pengunjung. Homestay dinyatakan
sebagai alat untuk memerangi kemiskinan di wilayah perdesaan
(Ashley, 2000). Integrasi produk homestay dengan lingkungan
perdesaan dengan aktivitas yang dilakukan seperti memasak, belajar
menari, belajar melukis, belajar musik daerah, wisata budaya, trekking,
wisata agro, wisata spiritual, wisata kesehatan, wisata petualangan,
wisata lingkungan (ekowisata); dapat menjadi kemasan menarik wisata
perdesaan yang memiliki homestay.
Homestay juga disebut sebagai sumber yang baik dalam
menghasilkan mata uang asing di perdesaan. Perputaran uang dapat
mengurangi kesenjangan dalam neraca pembayaran. Pemerintah
mendapatkan sumber pendapatan pajak, mendapatkan manfaat untuk
membantu pertumbuhan ekonomi bangsa, dan turut mencipatkan
lapangan pekerjaan baru. Produk homestay dapat menjadi produk
baru bagi desa dan menjadi sumber tumbuhnya produk baru lainnya,
seperti industri kerajinan, industri peternakan, produk pertanian dan
perkebunan (Budhatoki, 2013)
Semua
Kelompok
Umur
LifeLong
Learning +
Semua Bangsa
Educational
Tourism
Semua Profesi
Bab 12 | Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi dan Wisata Event 147
mana masing-masing memiliki tujuan tertentu: pembelajaran, rekreasi
dan ketenagakerjaan.
Wisata Kemiskinan (Poverty Tourism) adalah bentuk wisata
yang tidak lumrah atau belum umum didengar. Wisata kemiskinan
sesungguhnya adalah wisata ‘pembangunan’, karena semua pelancong
atau wisatawan yang terlibat di dalamnya bertujuan untuk memberikan
sumbangsih pendidikan, pengetahuan, motivasi kepada masyarakat
kurang mampu. Istilah poverty tourism sebagai bentuk wisata bagi
wisatawan yang mengunjungi daerah miskin/orang kurang mampu;
lebih terdengar baik dengan sebutan wisata pembangunan. Kegiatan
poverty tourism dapat berupa proses pembelajaran dengan bentuk wisata
pendidikan (edutourism), wisata sukarela (voluntourism), dan berbagai
bentuk kegiatan pariwisata (tourism) seperti pada ditunjukkan pada
Gambar 12.2 berikut.
Vision Trip
Exposure Trip Immersion
Donor Tours
Education Travel Study Abrosd Service Learning
(learning) Cultural Exchange
Students Research
Slum Tours Slumdog Tourism
POVERTY TOURISM Ghetto Tours
Tourism (leisure) Community Tours Disaster Tours
Poverty Safairs
Poverty Porn
Commercial Voluntourism Volunteers Vacation
Non Profit Voluntourism Service Tourism
Voluntourism (labour)
Missionary Safaris
Short Term Volunteer Trip Church Mission Trip
Bab 12 | Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi dan Wisata Event 149
4. Teknologi Digital dalam Pariwisata
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang
atau jasa yang diperlukan untuk kelangsungan dan kenyamanan hidup
manusia. Teknologi dalam kepariwisataan terus berkembang seiring
dengan kebutuhan manusia memerlukan akses cepat. Menurut United
Nation Conference on Trade and Development (UNCTED, 2004) mengulas
akses teknologi infomasi dapat menggunakan berbagai bentuk media
dari bentuk telepon genggam, saluran internet, GPS (Global Positioning
System), kamera digital, radio digital dan pemutar media digital.
Penggunaan teknologi informasi memudahkan komunikasi dalam
bisnis pariwisata. Kegunaan teknologi informasi tersebut adalah
untuk 1) publikasi dan komunikasi; 2) pemasaran potensi daerah;
3) pengelolaan data; 4) operasional usaha pariwisata; dan 5) sebagai
sistem informasi manajemen.
Kecepatan dan ketepatan teknologi semakin terus diminati karena
manfaat yang telah diberikan bagi pihak yang berkepentingan dalam
pariwisata. Teknologi memberi manfaat bagi pengusaha pariwisata
dan bagi wisatawan maupun pengunjung. Bagi pengusaha pariwisata,
teknologi informasi komunikasi dapat memberi manfaat pada: 1)
efisiensi dan pengelola kapasitas perusahaan; 2) interaksi efektif
dan sosialisasi produk; 3) revolusi intermediasi produk wisata; 4)
komunikasi dan promosi. Sedangkan di sisi lainnya, manfaat bagi
wisatawan maupun pengunjung dari teknologi informasi komunikasi
ini adalah bahwa TIK: 1) hemat waktu, hemat energi, hemat biaya; 2)
informasi destinasi wisata; 3) penawaran produk wisata; 4) sumber
ide ragam aktivitas wisata; 5) pencitraan destinasi wisata; 6) reservasi.
Dalam perkembangan teknologi dan pariwisata; telah muncul model
e-tourism yang memanfaatkan berbagai media teknologi digital. Kim
(2004) menyebutkan bahwa negara Korea telah mengimplementasikan
kecanggihan teknologi komunikasi melalui digitalisasi di setiap usaha
kecil dan menengah mereka sebagai sarana promosi. E-commerse
didefinisikan sebagai proses jual-beli atau pertukaran produk layanan,
dan informasi melalui jaringan komputer termasuk internet (Turban,
Lee, King and Chung, 2000 dalam Kim, 2004).
Bab 12 | Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi dan Wisata Event 151
5. Festival Bahari 09-25 Mei Sepanjang pantai di
Kabupaten Badung
6. Bali Blues Festival 11-12 Mei Peninsula
Nusadua
7. Mekotek 9 Juni Desa Munggu
8. Nusadua Light Festival 11 Juni – 22 Juli Peninsula
Nusadua
9. Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) 26-30 Juni Nusa Dua *
10. Acoustic Festival Juli Jabe Pura Puspem
Badung
11. Festival Budaya Pertanian 15-18 Juli Desa Plaga
12. Festival Uluwatu Art & Music Agustus Desa Pecatu
13. Baromg Dance Festival Agustus Mengwi*
14. Festival Kuta Sea, Sand and Land 15-19 Agustus Pantai Kuta
15. Badung Internasional Night Run 23 September Peninsula
Nusadua
16. IMF Side Event 8-12 Oktober Nusa Dua
17. Perang Ketupat 24 September Desa Kapal
18. WOMAD Bali Oktober Peninsula
(World of Music, Art and Dance) Nusadua
19. ART Bali 1-4 Oktober Peninsula
Nusadua
20. Legian Beach Festival 11-15 Oktober Pantai Legian
21. Festival Budaya Badung 7-14 November Puspem Badung
22. Pesona Nusadua Fiesta 8-10 November Peninsula
Nusadua
23. New Year;s Eve Party 31 Desember hotel dan meeting
venue
Sumber: BPPD Badung, ITDC, Disparda Badung; data diolah (2018)
Bab 12 | Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi dan Wisata Event 153
6. Sinergitas Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi
dan Wisata Event dalam Pengembangan Usaha Akomodasi
Homestay di Destinasi
Dengan adanya kreativitas dan perkembangan teknologi dengan
digitalisasinya; destinasi wisata semakin banyak mengemas paket
menarik. Dan yang perlu menjadi rekomendasi adalah bahwa destinasi
yang dikemas tidak hanya cukup dengan mengemas wisata edukasi;
tapi sebaiknya dikombinasikan dengan perkembangan teknologi dan
fungsinya memberikan kesempatan wisatawan untuk berpindah-pindah
menyaksikan aktivitas event wisata di berbagai destinasi wisata. Semakin
banyaknya usaha homestay, perlu didukung oleh adanya regulasi dan
panduan yang memadai bagi pengelola bisnis akomodasi rakyat ini.
Indikator keamanan, kenyamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan,
keramahan dan kenangan tetap diperlukan untuk menjadi bagian dari
pengelolaan homestay. Dukungan pemerintah dan media online adalah
indikator pendukung lainnya dalam menyukseskan bisnis homestay.
Sehingga dengan demikian, keseluruhan hasil produk jasa homestay dapat
dinikmati masyarakat dan menjadi usaha yang terus berkesinambungan.
Dalam upaya pengembangan usaha jasa akomodasi yang berbentuk
homestay; dengan hadirnya wisata nomad ini memberikan peluang
bagi pemilik usaha homestay untuk mengembangkan bisnis industri
ini. Keterbatasan jumlah kamar dapat diantisipasi dengan penambahan
akomodasi dalam bentuk glamcamp, egg-pod maupun bentuk akomodasi
portable lainnya. Pengembangan usaha jasa homestay juga terbuka bagi
pengusaha di daerah yang memiliki lahan cukup untuk pembuatan
glamcamp, egg-pod atau akomodasi portable ini.
12.4 Kesimpulan
Perkembangan teknologi yang disertai dengan digitalisasinya dalam
berbagai sektor, memberikan kesempatan bagi industri pariwisata untuk
terus meningkatkan kualitas produknya. Nomadic tourism adalah bentuk
wisata berpindah-pindah dengan memanfaatkan fasilitas teknologi dan
digitalisasi, dengan kebutuhannya terhadap atraksi nomad (nomadic
Usaha Pariwisata
Bab 12 | Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, Digitalisasi dan Wisata Event 155
12.5 Saran dan Rekomendasi
Sebagai destinasi wisata dunia, Bali yang banyak ditopang oleh
pariwisata Kabupaten Badung, perlu terus meningkatkan produk
wisatanya baik secara kualitas maupun kuantitas. Perkembangan
teknologi dan komunikasi sangat dibutuhkan oleh wisatawan nomad
yang pola perjalanannya berpindah-pindah. Untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan kekinian yang memanfaatkan teknologi
komunikasi dan digitalisasi, maka pemerintah daerah perlu melakukan
hal berikut.
1. Meningkatkan akses online (free wifi) di seluruh destinasi
Kabupaten Badung khususnya dan Bali secara umum dengan
mempertimbangkan faktor keamanan dan kenyamanan; dipasang
di pusat-pusat bisnis pariwisata.
2. Meningkatkan kualitas akses transportasi darat, laut, udara; dari,
ke dan menuju objek dan destinasi wisata untuk mendukung
peningkatan kunjungan wisatawan.
3. Meningkatkan fasilitas meeting venue (convention hall atau gedung
kesenian) untuk memfasilitasi aktivitas event MICE dan bentuk
event lainnya.
4. Memberikan kemudahan izin usaha pariwisata, yang tercakup
dalam 13 usaha pariwisata sesuai UU No. 10 Tahun 2009;
antisipasi dampak wisata nomad.
5. Melakukan promosi berkesinambungan dengan sinergi stakeholder
profesional.
6. Meningkatkan media informasi online di setiap dinas, unit, sub
unit pemerintahan; yang juga bermanfaat sebagai materi promosi
pariwisata.
7. Secara berkesinambungan memberikan pelatihan kepariwisataan
kepada masyarakat dan industri terkait pariwisata.
157
BPPD Badung, ITDC. Dinas Pariwisata Kabupaten Badung. 2018.
Kegiatan Event Pariwisata Badung 2018.
Cooper, C., Fletcher, J., David,G., Stephen,W. 1993. Tourism Principles
and Practice. Edinburgh Gate. Harlow.Essex CM20 2JE, England:
Addison Wesley Longman Limited.
Daniels, J.M. 2003. Materi Seminar Sehari Menggali Potensi Wisata
Bali. Bali sebagai Destinasi MICE . Desember. STP Nusa Dua Bali.
Ferdinand, A. 2002. Structural Equition Modeling dalam Penelitian
Manajemen, Aplikasi Model-model Rumit dalam Penelitian untuk Tesis
Magister & Disertasi Doktor. Bandung: Fakultas Ekonomi Undip.
France, L, 1997. The Earthscan Reader in Sustainable Tourism. London UK:
Earthscan Publication Limited.
Getz, D.1991. Festivals, Special Events, and Tourism. New York: Van
Nostrand Reinhold.
Gunn, C. A., 1988. Tourism Planning. Second Edition. Revised. New
York NY 10017, USA: Taylor & Francis.
Hildreth.R.A, 1990. The Essentials of Meeting Management. Englewood
Cliffs New Jersey: A National Publishers Book Prentice Hall.
Hoyle, L.H., & Dorf.D.C., Jones. T.J.A.1989. Conventions. Amerika:
Hospitality Management Library By the Educational Institute of
the American Hotel & Motel Association.
.1989. Managing Convention and Group Business. Michigan:
By Educational Institute of The American Hotel and Motel
Association.
Hotel Association Surveys of Travel Industry. 2004. Travel Industry
Workers Invited to Participate in On-Line Survey Gauging Bali’s
Value as Travel Destination. Bali Up Date. Internet.
Ibrahim, Yahaya. Abdul Rasid Abdul Razzaq. 2007. Homestay Program
and Rural Community Development in Malaysia. Universiti Malaysia
Terengganu. Universiti Tun Hussein Onn Malaysia.
161
Kegiatan langsung terkait studi banding dan promosi pariwisata
dalam bentuk tim sales mission pernah dilakukan ke Los Angeles
California, New York Amerika Serikat, Jepang, Korea, India, WTM
(World Travel Market) London Inggris, Manchester, ITB (Internationale
Turisme Bureau) Berlin, ATM (Arabian Travel Market) Dubai, Australia,
New Zealand, Italia, Perancis, dan ke beberapa kota dunia lainnya.
Sebagai narasumber nasional di bidang pariwisata serta sebagai penulis
berita pariwisata pada media cetak lokal maupun nasional. Mendapatkan
sertifikasi dosen, sertifikasi profesi di bidang MICE (Meeting, Incentive,
Convention and Exhibition), dan sertifikasi dari AHLEI (American
Hotel and Lodging Educational Institute) kompetensi sebagai tenaga
pendidik (CHE-Certified Hospitality Educator).