Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Produksi Mould

Proses produksi mould CV Satya Dharma Teknik dibagi menjadi beberapa


tahap yaitu melalui pembuatan bagian badan mould dengan mesin otomatis CNC
Milling, pemotongan bagian bawah, penghalusan bagian bawah, pembuatan lubang
pendinginan, perakitan, penghalusan atau pemolesan secara keseluruhan,
pemeriksaan kebocoran, dan pengemasan produk. Berikut ini merupakan diagram alir
dari proses produksi mould yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Produksi Mould


Sumber : (CV Satya Dharma Teknik, 2021)

IV-1
IV-2

Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Produksi Mould (Lanjutan)


Sumber : (CV Satya Dharma Teknik, 2021)

Berdasarkan Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Produksi di CV Satya Dharma


Teknik menunjukkan tahap pembuatan mould dari proses produksi. Proses pertama
yaitu pembuatan bagian badan menggunakan mesin CNC Milling dan dilanjutkan
pada pemotongan bagian bawah yang dapat dilihat pada Gambar 4.2.
IV-3

Gambar 4.2 Proses Machining


Sumber : (CV Satya Dharma Teknik, 2021)

Tahapan pertama yaitu proses machining, pada saat proses pengolahan bagian
leher atau penyangga dan bagian badan dilanjutkan pada tahapan ketiga yaitu bahan
mentah untuk pembuatan bagian bawah moulding dipotong menggunakan mesin
bubut manual khusus untuk memotong yang dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Proses Pemotongan Bagian Bawah


Sumber : (CV Satya Dharma Teknik, 2021)
IV-4

Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari proses produksi mould yaitu
proses pemotongan bagian bawah moulding yang dapat dilakukan apabila bagian
badan dan penyangga sudah selesai tahap machining atau bagian leher dan badan
sudah turun dari mesin, selanjutnya bagian bawah yang sudah selesai dipotong,
dimasukkan ke dalam mesin CNC Otomatis. Tahapan selanjutnya yaitu melakukan
proses penghalusan bagian bawah yang dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Penghalusan Bagian Bawah


Sumber : (CV Satya Dharma Teknik, 2021)

Setelah bagian bawah mould sudah dipotong sesuai dengan ukuran, maka
dilakukan penghalusan bagian bawah untuk mendapatkan bentuk yang sesuai pada
bagian bawah saat melakukan pencetakkan. Tahapan selanjutnya pada produksi
mould yaitu pembuatan lubang, proses melubangi ini dibagi menjadi dua yaitu,
lubang perakitan yaitu untuk merakit dan menyatukan komponen dan lubang
pendinginan. Lubang pendinginan ini berfungsi untuk memasukan cairan pada
moulding jenis injeksi. Tahapan ini dapat dilakukan apabila bagian leher dan badan
moulding selesai pada tahap machining. Setelah bagian bawah moulding selesai
dibuat secara otomatis dalam mesin CNC dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu
penghalusan secara manual yang dilihat pada Gambar 4.5
IV-5

Gambar 4.5 Proses Pembuatan Lubang


Sumber : (CV Satya Dharma Teknik, 2021)

Setelah bagian leher, bagian badan, dan bagian bawah moulding selesai dibuat
tahap kelima ialah merakit satu persatu komponen. Tahapan ini menyatukan masing-
masing bagian sehingga menjadi kesatuan produk moulding yang dapat dilihat pada
Gambar 4.6

Gambar 4.6 Proses Perakitan dan Contoh Perakitan Blow Moulding


Sumber : (CV Satya Dharma Teknik, 2022)

Tahap keenam yaitu melakukan pemeriksaan kebocoran melalui tes


pendinginan. Tes pendinginan ini bertujuan untuk menguji apakah terjadi kebocoran
atau tidak. Tahapan ini merupakan tahapan yang dilakukan untuk menguji terjadi
IV-6

kebocoran atau tidak pada moulding. Hal ini bertujuan agar pada saat proses
pencetakan tidak ada air yang dapat masuk kedalam mould sehingga produk tidak
mudah berkarat dan proses mencetak produk nantinya sesuai dengan keinginan
konsumen yang dapat dilihat pada Gambar 4.8

Gambar 4.7 Tes Pendinginan


Sumber: (CV Satya Dharma Teknik, 2022)

Tes Pendinginan ini dilakukan dengan cara merendam dengan air pada
setengah bagian mould yang sudah dirakit kemudian pada bagian lubang pendinginan
diberikan tekanan gas berupa gas nitrogen. Apabila pada air rendaman mould
menghasilkan gelembung kecil berarti terjadi pada produk berpotensi terjadi
kebocoran dan memerlukan perakitan ulang untuk mencari tahu masalah kebocoran
yang terjadi pada mould. Tahapan keenam yaitu penghalusan moulding secara
keseluruhan Gambar 4.8 Operator Penghalusan Moulding Secara Keseluruhan.

4.2 Postur Kerja Operator


Postur kerja operator terdiri dari pengamatan kondisi kerja operator dalam
melakukan proses penghalusan moulding pada CV Satya Dharma Teknik yang
didapat dari proses observasi dan melakukan wawancara pada pekerja secara
IV-7

langsung. Pekerja melakukan penghalusan moulding sesuai dengan tes pendinginan


selesai. Berdasarkan dengan hasil wawancara, pekerja melakukan pekerjaan dimulai
pukul jam 08.00 WIB hingga jam 18.00 WIB. Berikut ini merupakan Tabel 4.1 Profil
Pekerja Pemolesan Moulding.
Tabel 4.1 Profil Pekerja Penghalusan atau Pemolesan Moulding
Nama : Hery Suryanto
Tempat, Tanggal Lahir : Ponorogo, 04 Agustus 1984
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 39 Tahun
Tinggi : 152 Cm
Berat : 55 Kg
Lama Bekerja : 12 Tahun

Gambar 4.8 Operator Penghalusan Moulding Keseluruhan


(Sumber: CV Satya Dharma Teknik, 2021)

Berdasarkan gambar 4.8 diatas operator penghalusan moulding menunjukkan


proses penghalusan moulding yang dilakukan secara manual. Waktu kerja aktivitas
penghalusan tercepat dilakukan selama 1-2 jam, dan waktu kerja aktivitas
IV-8

penghalusan terlama dilakukan ±9 jam atau bahkan lebih sesuai dengan tingkat
kesulitan moulding. Pengerjaan bagian penghalusan dimulai dari jam 08.00 WIB –
18.00 WIB dengan jeda pada jam 12.00 WIB yaitu istirahat untuk sholat dan makan.
Posisi tubuh pekerja saat melakukan proses penghalusan mould adalah sikap duduk.
Tangan kiri menahan moulding dan tangan kanan memegang alat penghalusan
dengan posisi yang tidak ergonomis, kemudian melakukan gerakan ini secara
berulang dalam aktivitas penghalusan dan terkadang memakan waktu 3-7 hari untuk
proses penghalusan 1 (satu) buah moulding tergantung dengan tingkat kerumitan
hingga proses penghalusan selesai. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian
postur kerja operator ini adalah dengan mengamati keseluruhan anggota tubuh
pekerja melalui terminologi gerakan.
Terminologi gerakan pada postur kerja operator penghalusan moulding
keseluruhan berdasarkan gambar 4.8 adalah sebagai berikut :
1. Leher
Operator melakukan pekerjaan dengan posisi duduk di lantai
menggunakan kursi kecil mendekati tubuh atau menunduk dan posisi leher
menengok ke arah kanan pada saat pengambilan alat posisi leher
membentuk gerakan mendekati sumbu tubuh atau flexion 30°. Posisi leher
pada saat melakukan kegiatan penghalusan moulding (alat cetakan)
membentuk gerakan menjauhi sumbu tubuh atau extension 38°. Tulang
leher berada dalam posisi yang tidak netral karena membentuk kurva- C
dengan tulang belakang. Posisi yang tidak netral seperti ini dapat
mengakibatkan nyeri pada tulang leher.
2. Bagian tulang belakang atau punggung
Operator melakukan pekerjaan dengan posisi duduk bagian tulang
belakang atau punggung membentuk gerakan menjauhi sumbu tubuh atau
extension sebesar 35°, ketika mengambil alat membentuk gerakan
mendekati sumbu tubuh pada saat melakukan kegiatan pekerjaan
penghalusan atau flexion sebesar 20°. Tulang Belakang membentuk kurva
IV-9

-C dengan tulang leher, posisi ini termasuk dalam posisi tidak netral.
Posisi tulang ekor menopang beban tubuh pada saat melakukan pekerjaan
ini, selain itu tempat duduk memiliki ukuran kecil dan tidak melebihi
lebar panggul sehingga posisi seperti ini menyebabkan nyeri pada bagian
punggung atas, punggung belakang dan tulang ekor.
3. Bagian lengan atas
Operator melakukan pekerjaan dengan membentuk gerakan menjauhi
sumbu tubuh atau extension sebesar 45° pada saat pengambilan alat
termasuk ke dalam posisi berisiko karena membuat bahu terangkat dan
membentuk gerakan menjauhi sumbu tubuh atau extension sebesar 22°
pada saat melakukan pekerjaan penghalusan. Posisi lengan atas yang
terlalu menjauhi tubuh termasuk ke dalam posisi yang janggal dengan
memegang beban ini dapat menyebabkan bagian lengan mati rasa dan
nyeri pada bagian bahu.
4. Bagian lengan bawah
Operator melakukan pekerjaan dengan membentuk gerakan menjauhi
atau extension sebesar 10° pada saat pengambilan alat dan membentuk
gerakan menjauhi sumbu tubuh extension sebesar 87° pada saat
melakukan pekerjaan penghalusan. Lengan bawah berada dalam posisi
yang terangkat dalam waktu yang lama dengan mengangkat beban dan
melakukan gerakan yang terus berulang ini dapat mengakibatkan nyeri
pada bagian lengan bawah.
5. Posisi siku
Operator melakukan pekerjaan penghalusan tanpa penopang siku
termasuk ke dalam gerakan mendekati bagian sumbu tubuh atau flexion
pada saat pengambilan alat, dan membentuk gerakan menjauhi sumbu
tubuh atau extension pada saat melakukan pekerjaan penghalusan. Posisi
siku tidak dilakukan dalam posisi netral karena pada bagian tangan bawah
(dari siku sampai jari-jari) melakukan gerakan memutar atau rotasi. Posisi
IV-10

seperti ini menyebabkan bagian lengan bawah terangkat dalam beberapa


waktu dan membentuk gerakan menjauhi tubuh atau extension sebesar
87°, apabila posisi ini terus dipertahankan dapat menyebabkan nyeri
tangan.
6. Pergelangan tangan
Operator melakukan pekerjaan pada saat mengambil alat dan
melakukan penghalusan dengan gerakan pergelangan tangan yang tidak
netral karena adanya gerakan memutar ke arah kanan dan kiri atau gerakan
pronation berada pada rentang setengah putaran atau 180°. Posisi
pergelangan tangan seperti ini dipertahankan hingga 30 menit dan dapat
menyebabkan nyeri pada pergelangan tangan.
7. Jangkauan tangan
Operator melakukan jangkauan tangan ke alat memiliki jarak ±35 cm
pada saat pengambilan alat dan jangkauan tangan ke meja untuk
melakukan pekerjaan penghalusan memiliki jarak ±60 cm.
8. Posisi kaki
Posisi kaki operator pada saat mengambil alat maupun mengerjakan
pekerjaan penghalusan, kaki menekuk dengan jari kaki menapak tanah dan
ditopang pada lantai menjauhi bagian sumbu tubuh. Posisi kaki tersebut
membuat tekanan berlebihan pada bagian tulang ekor sehingga hal ini
dapat menyebabkan nyeri pada bagian tulang ekor, peredaran darah tidak
lancar, kesemutan, nyeri paha, nyeri lutut.
9. Berat alat
Berat alat yang digunakan operator untuk melakukan pekerjaan
penghalusan sebesar ±2 Kg bersifat statis atau berulang-ulang dengan
tekanan satu titik yaitu pada bagian pergelangan tangan. Bagian ini
terdapat aktivitas yang berlebihan karena memegang beban dan
melakukan gerakan yang berulang dalam kurun waktu yang cukup lama.
IV-11

10. Durasi waktu kerja


Durasi waktu kerja operator penghalusan adalah 1 – 2 jam dalam
melakukan pekerjaan penghalusan 1 buah moulding dengan postur statis
yang dipertahankan dalam rentang waktu 30 menit – 1 jam.
11. Gerakan yang berlebihan
Gerakan yang berlebihan terjadi pada lengan atas yang terlalu
terangkat dalam melakukan aktivitas sehingga menjauhi bagian sumbu
tubuh, selain itu tidak terdapat ruang kaki memadai dalam melakukan
aktivitas pekerjaan penghalusan yang di sebabkan oleh ketinggian
permukaan meja dan ketinggian kursi. Ketinggian permukaan meja
sebesar 45 cm dengan ketinggian kursi sebesar 17 cm tanpa sandaran kursi
atau penopang pada punggung.
Berdasarkan pada gambar 4.8 Operator Penghalusan Moulding Keseluruhan.
Postur kerja yang salah sering diakibatkan oleh fasilitas yang kurang sesuai
dengan antropometri operator sehingga mempengaruhi kinerja operator. Postur kerja
yang tidak alami dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kelelahan,
ketidaknyamanan dan nyeri pada beberapa bagian anggota tubuh. Kelelahan pada
pekerja juga dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja
yang mengakibatkan cacat bahkan kematian. Hasil pengamatan secara langsung
pada pengerjaan penghalusan moulding secara keseluruhan melalui terminologi
gerakan yaitu, terdapat beberapa posisi yang tidak ergonomis pada saat melakukan
aktivitas penghalusan moulding, dimensi meja tempat penghalusan dan tempat duduk
operator penghalusan yang tidak sesuai, sehingga berpotensi cidera di masa depan.
Apabila posisi kerja ini terus dilakukan dalam waktu yang lama, maka akan
mengakibatkan kelelahan dalam melakukan pekerjaan dan keluhan nyeri di beberapa
anggota tubuh. Dampak yang timbul dari posisi kerja yang tidak ergonomis ini dapat
mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja. Alasan yang digunakan
menggunakan terminologi gerakan dalam pengamatan postur kerja antara lain; untuk
IV-12

mengamati anggota tubuh secara keseluruhan sampai dengan masalah peralatan kerja
dan fasilitas yang terjadi, sehingga hal ini dijadikan acuan untuk perbaikan lebih
lanjut menggunakan metode RULA untuk menilai postur atau gerakan suatu aktivitas
kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb).
Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki gangguan atau resiko yang akan dialami
oleh seorang pekerja yang melakukan dalam melakukan aktivitas kerja secara duduk
yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Berikut merupakan
Tabel 4.2 Rangkuman postur kerja operator penghalusan moulding.

Tabel 4.2 Rangkuman Postur Kerja Operator Penghalusan Moulding


No. Postur Kerja Deskripsi
1. Leher Menunduk ke arah kanan pada saat mengambil alat,
melakukan kegiatan penghalusan dengan gerakan
mendekati sumbu tubuh atau flexion sebesar 38
mempertahankan kurva–C dengan tulang belakang
sehingga menyebabkan nyeri leher.
2. Bagian tulang belakang Melakukan kegiatan pekerjaan penghalusan moulding
atau punggung dengan gerakan mendekati sumbu tubuh atau flexion
sebesar 20°. Tulang Belakang membentuk kurva -C
dengan tulang leher, posisi ini termasuk dalam posisi
tidak netral. Posisi tulang ekor menopang beban tubuh
pada saat melakukan pekerjaan sehingga dapat
menyebabkan nyeri bagian punggung atas, punggung
belakang dan tulang ekor.
3. Lengan atas Melakukan kegiatan pekerjaan penghalusan moulding
dengan gerakan menjauhi sumbu tubuh atau extension
sebesar 22°. Posisi lengan atas terangkat dan melakukan
menjauhi tubuh atau extension termasuk ke dalam posisi
yang janggal dengan memegang beban ini membuat
bagian lengan mati rasa dan nyeri pada bagian bahu.
IV-13

Tabel 4.2 Rangkuman Postur Kerja Operator Penghalusan Moulding (Lanjutan)


No. Postur kerja Deskripsi
4. Lengan Bawah Melakukan kegiatan pekerjaan penghalusan dengan
gerakan menjauhi sumbu tubuh flexion sebesar 87°.
Lengan bawah berada dalam posisi yang terangkat dalam
waktu lama dan berulang menyebabkan nyeri pada
lengan bawah.
5. Posisi siku Melakukan pekerjaan penghalusan tanpa penopang siku
dengan gerakan menjauhi sumbu tubuh atau extension.
Posisi siku tidak dalam posisi netral karena pada bagian
tangan bawah (siku sampai jari-jari) melakukan gerakan
memutar atau rotasi, apabila posisi terus dipertahankan
dapat menyebabkan nyeri tangan.
6. Pergelangan tangan Melakukan menghalusan dengan gerakan pergelangan
tangan yang tidak netral karena adanya gerakan memutar
ke arah kanan dan kiri atau gerakan pronation berada
pada rentang setengah putaran atau 180°. Posisi ini dapat
menyebabkan nyeri pergelangan tangan.
7. Tekanan pada satu titik Tekanan pada satu titik ini terletak pada bagian
pergelangan tangan.
8. Durasi waktu kerja Durasi waktu kerja operator penghalusan adalah 1 – 2
jam dalam melakukan pekerjaan penghalusan 1 buah
moulding.
9. Jangkauan tangan Melakukan jangkauan tangan ke alat memiliki jarak ±35
cm, jangkauan tangan ke meja penghalusan memiliki
jarak ±60 cm.
10. Posisi kaki Posisi kaki menekuk dengan jari kaki menapak tanah dan
ditopang pada lantai mendekati bagian sumbu tubuh,
posisi kaki seperti ini memberikan tekanan berlebih pada
tulang ekor sehingga pada menyebabkan nyeri bagian
tulang ekor, peredaran darah tidak lancar, dan nyeri kaki.
IV-14

Tabel 4.2 Rangkuman Postur Kerja Operator Penghalusan Moulding (Lanjutan)


No. Postur Kerja Deskripsi
11. Ketinggian permukaan Ketinggian permukaan meja sebesar 45 cm.
meja
12. Ketinggian kursi dan Ketinggian kursi sebesar 17 cm tanpa sandaran.
sandaran kursi
13. Gerakan yang berlebihan Gerakan yang berlebihan terjadi pada lengan atas
sehingga menjauhi bagian sumbu tubuh.
14. Ruang kaki memadai Tidak terdapat ruang kaki memadai dalam melakukan
aktivitas pekerjaan penghalusan yang di sebabkan oleh
ketinggian permukaan meja dan ketinggian kursi yang
kurang memadai.

Anda mungkin juga menyukai