oleh Kelompok 7
3
ABSTRAK
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Engeline Margriet Megawe adalah
seorang anak yang berasal dari kota Denpasar, Bali dan merupakan korban kekerasan yang
dilakukan oleh ibu angkatnya, Margriet Megawe dan dibantu oleh pembantu rumah tangga, Agus
Tay, dan berakhir secara tragis yaitu kematian dari Engeline. Kasus Engeline tersebut merupakan
salah satu contoh kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui pemahaman mahasiswa ITB tentang faktor-faktor pemicu pelanggaran HAM, akibat
yang diterima oleh korban, dan sanksi yang diterima pelaku terkait Hak Asasi Manusia (HAM) yang
mengacu pada kasus Engeline (2015). Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah historis
dengan tujuan untuk mencari kejadian serupa di masa lampau serta studi yang bersifat yuridis
menurut hukum yang telah ditetapkan sebagai kompas penegakkan hak asasi manusia.yang
didapatkan dilakukan melalui teknik pengambilan data berupa form yang berisikan pertanyaan-
pertanyaan untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari responden. Dari penelitian yang
kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa ITB sudah paham mengenai Hak
Asasi Manusia.
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak dan kebebasan fundamental bagi
semua orang, tanpa memandang kebangsaan, jenis kelamin, asal kebangsaan
atau etnis, ras, agama, bahasa atau status lainnya. Hak Asasi manusia adalah
hak dasar atau kewarganegaraan yang melekat pada individu sejak ia lahir
secara kodrat yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa yang tidak
dapat dirampas dan dicabut keberadaannya dan wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Hak asasi manusia
mencakup hak sipil dan politik, seperti hak untuk hidup, kebebasan dan
kebebasan berekspresi. Hak asasi manusia tidak dapat dicabut. Seseorang tidak
dapat kehilangan hak-hak ini, sama seperti seseorang berhenti menjadi manusia.
Hak asasi manusia yang dimiliki setiap orang sangat penting dan harus
dilindungi. Negara Indonesia membuat lembaga-lembaga negara yang
didedikasikan untuk perlindungan hak asasi manusia, seperti Komisi
Perlindungan Hak Anak, Komisi Perlindungan saksi dan korban, dan lembaga
lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia mulai melaksanakan reformasi
legislasi. Dengan dibuatnya undang-undang perlindungan HAM seperti UU
HAM No.39 Tahun 1999 dan UU Pengadilan HAM No.26 Tahun 2000, HAM
warga negara Indonesia lebih terlindungi.
Berdasarkan banyak kasus HAM yang terjadi, dapat diperhatikan bahwa
tingkat kesadaran masyarakat akan HAM masih tergolong rendah. Kesadaran
akan HAM yang masih rendah ini dapat menjadi ancaman bagi
keberlangsungan dan masa depan bangsa. Khususnya karena Indonesia
merupakan suatu negara hukum yang memiliki tatanan aturan kehidupan untuk
mencapai nilai-nilai masyarakat dan ketertiban. Adapun HAM merupakan nilai
fundamental dan absolut yang dimiliki oleh tiap individu. Indikator suatu
masyarakat yang beradab adalah tingginya kesadaran akan hukum yang berlaku.
Oleh karena itu diadakan penelitian terkait pemahaman mahasiswa ITB
terhadap HAM.
Gambar 3.1.1 Hasil Survei Pengetahuan Mahasiswa-Mahasiswi ITB terkait Hak Asasi
Manusia
Sebagian besar mahasiswa yang menjadi responden bahwa mereka
mengetahui HAM sebagai bentuk dari hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara,
hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia tanpa memandang kebangsaan, jenis kelamin, asal
kebangsaan atau etnis, ras, agama, bahasa atau status. Hak-hak tersebut bisa berupa
hak untuk hidup, hak untuk berpendapat, hak berpolitik, dan hak dilindungi sebagai
salah satu warga negara. Adapun HAM bisa disebut sebagai kesepakatan universal
yang berasal dari moral masing-masing individu manusia yang sudah berkembang
untuk memperlakukan sesama kita sesuai martabat. Hal ini tentu sejalan dengan
pengertian lain dari para ahli terkait tentang HAM. Namun, kenyataannya,
walaupun banyak masyarakat yang mengetahui dan sadar betul terkait pentingnya
HAM, tidak jarang dapat kita jumpai beberapa pelanggaran-pelanggaran HAM di
dalam kehidupan. Contohnya dalam kasus Engeline, Engeline yang merupakan
seorang anak-anak pastinya memiliki hak-hak yang dilindungi oleh komisi
perlindungan anak. Jika kita menengok sedikit ke belakang, Engeline adalah anak
yang diadopsi oleh Margriet Megawe. Ia berusia 8 tahun dan duduk di kelas 2 SDN
12 Sanur saat ditemukan tewas dibunuh oleh ibu angkatnya, Margriet Megawe,
pada 16 Mei 2015. Engeline awalnya dilaporkan hilang oleh keluarganya ke
kepolisian. Namun, seiring berjalannya proses penyelidikan, banyak ditemukan
kejanggalan. Banyak pihak yang memberi empati pada keluarga, namun Margriet
terlihat tidak menyukai hal tersebut dan semakin terlihat bahwa keluarga menutupi
mengenai kebenaran kasus ini. Lama-kelamaan, kasus ini menyebar luas dan
mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan masyarakat hingga didapatkan fakta
bahwa Engeline tewas dibunuh oleh ibu angkatnya, Margriet Megawe, yang dalam
proses penguburan jasad Engeline melibatkan Agus Tay, pembantu Margriet.
Jenazah Engeline ditemukan terkubur sedalam 50 cm pada lubang di belakang
kandang ayam yang berada di area rumah Margriet. Pada jenazah Engeline
ditemukan banyak luka goresan bekas jeratan pada leher, luka memar pada tubuh,
dan luka benturan pada kepala. Kasus ini diusut dan dilakukan rangkaian proses
peradilan. Kemudian, Margriet Megawe ditetapkan sebagai pelaku pembunuhan
serta dijatuhkan hukuman penjara seumur hidup, sementara Agus Tay, dijatuhi
hukuman penjara 10 tahun. Kasus penyiksaan dan pembunuhan ini akhirnya
menyebar luas dan menjadi topik hangat pada masanya. Banyak sekali masyarakat
yang berempati terhadap Engeline sekaligus pelaku penyiksaan dan pembunuhan
terhadapnya.
Walaupun kasus ini sudah cukup lama, namun kasus Engeline selamanya
akan terkenang sebagai kasus penyiksaan dan pembunuhan terhadap anak yang
mana itu melanggar konsep hak asasi manusia. Maka dari itu, penulis mencoba
melakukan survei pada mahasiswa dan mahasiswi ITB terkait pengetahuan mereka
akan kasus Engeline. Berdasarkan hasil survey, sebanyak 55,3% dari 38 responden
tahu akan kasus ikonik ini.
Gambar 3.1.3 Diagram Pengetahuan dan Pemahaman Mahasiswa ITB terkait kasus
Engeline
Dari kuesioner yang sama, dari skala 1 sampai 5, penulis mendapati jika
sebanyak 13 orang tidak mengetahui terkait kasus tersebut sama sekali. Masih
banyak responden yang hanya mengetahui kasus Engeline merupakan kasus yang
menyangkut dengan pembunuhan anak-anak, namun tidak tahu pasti tentang
kronologisnya. Padahal, kasus Engeline merupakan salah satu kasus yang terkenal,
apalagi korbannya merupakan seorang anak yang dibunuh oleh ibu angkatnya
sendiri. Maka dari itu, penulis menganggap bahwa pengetahuan terkait kasus ini
sangat penting apalagi yang ingin mempelajari terkait hak asasi manusia, khususnya
pada kasus anak.
Gambar 3.2.1 Hasil Survei Gangguan Mental Margriet sebagai Faktor Pelanggaran
HAM
Kami juga telah melakukan survei tentang apa saja faktor penyebab pelanggaran
HAM. Rendahnya tingkat kesadaran HAM, gangguan mental menjadi, dan sikap
egois menjadi jawaban yang paling banyak disebutkan. Selain itu, faktor ekonomi,
tekanan sosial, dan rendahnya sikap toleransi juga disebutkan oleh mahasiswa ITB
sebagai faktor penyebab pelanggaran HAM.
Arifin, Ridwan, Rasdi, dan Alkadri, Riska. (2018). Tinjauan atas Permasalahan
Penegakan Hukum dan Pemenuhan Hak Dalam Konteks Universalisme dan
Relativisme Hak Asasi Manusia di Indonesia. Legality. (1): 17-39. Semarang:
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.
Haryanto, T., Suhardjana, J., Komari, A., Fauzan, M., dan Wardaya, M. K. (2008).
Pengaturan Tentang Hak Asasi Manusia Berdasarkan Undang-Undang Dasar
1945 Sebelum dan Setelah Amandemen. Jurnal Dinamika Hukum. 8(2): 136-
143. Purwokerto: Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto.
Heriana, K. M. A., Efenelir, Q. A. Z., Widya, P., Kharisyami, Y., Nadrah, R., &
Tarina, D. D. Y. (2021). Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia
dan Penyebab Terjadinya Pelanggaran.
Lidyaningtyas, K. (2019). Representasi Bentuk dan Faktor Penyebab Pelanggaran
Hak Asasi Manusia dalam Novel Laut Bercerita Karya Leila S. Chudori
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Purwokerto).
Liputan6.com. (2015). Warisan Diduga Jadi Motif Pembunuhan Bocah Angeline.
Diakses pada 10 Desember 2022, dari Warisan Diduga jadi Motif Pembunuhan
Bocah Angeline - News Liputan6.com.
Siroj, A. Malthuf. (2020). Problem Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia.
HAKAM. 4(1): 1-2.
Sobarnapraja, Agus. (2020). Penegakan Hukum Pelanggaran Hak Asasi Manusia di
Indonesia. Jurnal Ilmu Kepolisian. 14(1): 16-18. Jakarta: Fakultas Hukum
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.
Warjiyati, Sri. (2018). Instrumen Hukum Penegakan Hak Asasi Manusia. Justicia
Islamica. 15(1): 123-137. Surabaya: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan
Ampel Surabaya.
Lampiran
1. Pembagian Tugas
2. Hasil Survei
Hasil survei dapat diakses melalui tautan berikut:
https://bit.ly/SurveiKWN7