Anda di halaman 1dari 26

UPAYA PENCEGAHAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

(HAM) DI INDONESIA

MAKALAH
diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Jember

Dosen Pengampu:
Drs. Nurhadi Sasmita, M.Hum

Disusun oleh:
Agit Yoga Yulio 181910101039
Zuhrotul Qolbi 191810401065
Ni’mah Azizah Pertiwi 201510301022
Arya Tri Yudha Ramadhana 201510301014
Elsa Rizkia Wulandari 201510501048
Iffani de Seftiani 201810201063
Abda’u Amran Al-Kautsar 201910201051
Yuniar Emeilia 202410102048

UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak Asasi Manusia merupakan hak yang diakui secara universal sebagai hak
yang melekat pada diri manusia sejak dalam kandungan. Universal memiliki arti
bahwa hak asasi manusia memiliki eksistensi kemanusiaan tanpa membedakan
ras, warna kulit, jenis kelamin, maupun agama dan kepercayaan. Hak tersebut
melekat pada diri manusia pada kodrat kelahirannya dan bukan pemberian
organisasi ataupun orang yang berkuasa manapun. Adanya Hak Asasi Manusia
diperlukan untuk melindungi kesejahteraan hidup bersama. Hak Asasi Manusia
tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan perundang-undangan. Hak
Asasi Manusia tercantum dalam alinea pertama, alinea keempat, batang tubuh
Undang-Undang Dasar 1945, dan ketetapan MPR. Undang-Undang Dasar 1945
menjamin masyarakat Indonesia terhindar dari perlakuan diskriminatif bahkan
mnejamin hak-hak konstintusional warga negara Republik Indonesia.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia dapat terjadi walaupun pengakuan Hak Asasi
Manusia sudah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan perundang-
undangan. Di Indonesia sendiri banyak terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia
sehingga menyebabkan nilai kemanusiaan tidak dihargai. Keadilan dilecehkan
bahkan kebenaran dan kejujuran seakan-akan berbeda dengan kenyataan.
Terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia menyebabkan tidak terjaminnya hak-
hak asasi yang seharusnya dilindungi oleh pihak yang berwenang. Perdagangan
manusia merupakan salah satu pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di
Indonesia bahkan di dunia. Perdagangan manusia merupakan tindakan atau
praktik kejahatan yang dapat mengancam kehidupan warga negara Republik
Indonesia. Perdagangan manusia marak terjadi di Indonesia. Salah satunya yaitu
kasus perdagangan manusia pada tahun 2019. Pada kasus tersebut terdapat
ejumlah 48 wanita yang diperdagangkan ke negara di Timur Tengah seperti Arab
Saudi dan Uni Emirat Arab. Tetapi hal tersebut dapat digagalkan oleh pihak
berwenang yaitu Kepolisian. Kasus tersebut ditindaklanjuti dengan jeratan
Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang pasal 4 dan pasal 10, serta Undang-Undang No. 18 Tahun
2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran.
Dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa pelanggaran Hak Asasi Manusia dapat
terjadi dimana-mana terutama perdagangan wanita yang masih banyak terjadi di
Indonesia. Tetapi dengan adanya pasal-pasal di dalam Undang-Undang Dasar
1945 dan perundang-undangan, pelanggaran Hak Asasi Manusia dapat dicegah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penyusunan makalah dengan judul “Upaya Pencegahan
Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia” dapat dirumuskan maslaah
sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana pengertian Hak Asasi Manusia?
1.2.2 Bagaimana upaya pencegahan pelanggaran Hak Asasi Manusia di
Indonesia?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penyusunan makalah dengan judul
“Upaya Pencegahan Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia”
sebagai berikut :
1.3.1 Mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia
1.3.2 Mengetahui upaya pencegahan pelanggaran Hak Asasi Manusia di
Indonesia

1.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah dengan judul “ sebagai berikut :
1.4.1 Mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia secara luas
1.4.2 Mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HAM


Hak Asasi Manusia (HAM) dalam bahasa inggris human ringts dalam
bahasa prsncis droits de i’homme jadi Hak asasi manusia adalah konsep hukum
dan normatif yang menyatakan bahwa manusia memiliki hak melekat pada dirinya
karna ia adalah seorang manusia Hak asai manusia berlaku kapanpun, dimanapun,
dan kepada siapapun, sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak
dapat dicabut, juga tidak dapat dibagi-bagi, saling berhubungan dan saling
bergantung.
Secara konseptual, hak asasi manusia dapat dilandaskan pada keyakinan
bahwa hak tersebut “dianugerahkan secara alamiah” oleh alam semesta, Tuhan,
atau nalar. Sementara itu, mereka yang menolak penggunaan unsur alamiah
meyakini bahwa hak asasi manusia merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang
disepakati oleh masyarakat. Ada pula yang menganggap HAM sebagai perwakilan
dari klaim-klaim kaum yang tertindas, dan pada saat yang sama juga terdapat
kelompok yang meragukan keberadaan HAM sama sekali dan menyatakan bahwa
hak asasi manusia hanya ada karena manusia mencetuskan dan membicarakan
konsep tersebut. Dari sudut pandang hukum internasional, hak asasi manusia
sendiri dapat dibatasi atau dikurangi dengan syarat-syarat tertentu. Pembatasan
biasanya harus ditentukan oleh hukum, memiliki tujuan yang sah, dan diperlukan
dalam suatu masyarakat demokratis. Sementara itu, pengurangan hanya dapat
dilakukan dalam keadaan darurat yang mengancam "kehidupan bangsa", dan
pecahnya perang pun belum mencukupi syarat ini. Selama perang, hukum
kemanusiaan internasional berlaku sebagai lex specialis. Walaupun begitu,
sejumlah hak tetap tidak boleh dikesampingkan dalam keadaan apapun, seperti
hak untuk bebas dari perbudakan maupun penyiksaan.
Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) menurut para ahli hak asasi
manusia sudh memiliki cabang ilmu sendiri untuk mempelajarinya. Untuk itu ada
beberapa pengertian hak asasi manusia dari para ahli yang mengemukakan cabang
ilmu tentang hak asasi manusia.
a) HAM menurut Jhon Locke
Hak asasi manusia adalah hak yang langsung di berikan Tuhan
kepada manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh sebab itu tidak ada
kekuatan di dunia ini yang bisa mencabutnya. HAM memiliki sifat yang
mendasar dan suci.
b) HAM Menurut Jan Materson
Jan Materson adalah anggota komisi HAM di PBB. Menurutnya
HAM adalah hak-hak yang ada pada setiap manusia yang tanpanya
manusia mustahil hidup sebagai manusia.
c) HAM menurut miriam budiarjo
HAM adalah hak yang dimiliki setiap orang sejak lahir didunia. Hak
itu sifatnya universal, karna hak dimiliki tanpa adanya perbedaan. Baik itu
ras, jenis kelamin, suku dan agama.
d) HAM menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto
HAM adalah suatu hak yang bersipat mendasar. Hak yang dimiliki
manusia sesuai dengan kodratnya yang pada dasarnya tidak bisa
dipisahkan.
e) HAM menurut undang-undang nomer 39 tahun 1999
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada diri manusia
sebagai ciptaan tuhan yang maha esa. Hak tersebut merupakan anugrah
yang wajib dilindungi dan dihargai oleh setiap manusia. Kesimpulan dari
berbagai pengertian HM diatas adalah suatu kebutuhan mendasar yang
harus dimiliki oleh manusia sejak dirinya dalam kandungan.

HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA


Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada Pancasila,
yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa,
yakni Pancasila. Bermuara pada Pancasila dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak
asasi manusia tersebut harus memperhatikan garis-garis yang telah ditentukan
dalam ketentuan falsafah Pancasila. Bagi bangsa Indonesia, melaksanakan hak
asasi manusia bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya, melainkan
harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam pandangan
hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal ini disebabkan pada dasarnya
memang tidak ada hak yang dapat dilaksanakan secara multak tanpa
memperhatikan hak orang lain.
Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam melaksanakan hak,
kita tidak memperhatikan hak orang lain,maka yang terjadi adalah benturan hak
atau kepentingan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Negara
Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan
kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat dan tidak
terpisah dari manusia yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi
peningkatan martabat kemanusisan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan
serta keadilan.
Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, hak-hak asasi manusia itu
dapat dibeda-bedakan menjadi :
a. Hak – hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi kebebasan
menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, dan kebebasan bergerak.
b. Hak – hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi hak untuk memiliki
sesuatu, hak membeli dan menjual serta memanfaatkannya.
c. Hak – hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam pemilu) dan hak untuk
mendirikan partai politik.
d. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan ( rights of legal equality).
e. Hak – hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and culture rights). Misalnya
hak untuk memilih pendidikan dan hak untukmengembangkan kebudayaan.
f. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan
(procedural rights). Misalnya peraturan dalam hal penahanan, penangkapan,
penggeledahan, dan peradilan.
Secara konkret untuk pertama kali Hak Asasi Manusia dituangkan dalam
Piagam Hak Asasi Manusia sebagai lampiran Ketetapan Permusyawarahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998. 2.4 UU yang mengatur
HAM di Indonesia.
2.2 Pencegahan Pelanggaran HAM di Indonesia
HAM merupakan suatu hal yang harus dijaga, oleh karena itu banyak sekali
hal – hal yang dilakukan agar tercipta kedamaian antara sesama manusia. Di
Indonesia sendiri banyak hal yang dilakukan seperti :

2.2.1 Penerapan UU
Menurut Miriam Budiarjo, HAM merupakan hak-hak yang dimiliki oleh
manusia yang sudah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran dan
kehadirannya dalam hidup masyarakat. Hak ini pada hakikatnya tidak
membedakan bangsa, ras, agama, golongan, jenis kelamin, karena itu bersifat
asasi dan universal. Dasar dari semua hak asasi adalah bahwa semua orang harus
memperoleh kesempatan berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya.
Menurut Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Hak Asasi Manusia
merupakan seperangkat hak yang melekat dan di keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang dimana merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia. di dalam Undang- Undang Dasar 1945 (yang telah diamandemen),
masalah mengenai Hak Asasi Manusia dicantumkan secara khusus dalam bab XA
pasal 28A sampai dengan 28J yang merupakan hasil amandemen kedua tahun
2000.9 Pemerintah dalam hal untuk melaksanakan amanah yang telah
diamanatkan melalui TAP MPR. Menurut Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
Pasal 1 ayat (6) yaitu pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dapat dideskripsikan
sebagai setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang yang secara melawan
hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi
Manusia. Pada undang-undang ini juga disebutkan bahwa yang termasuk ke
dalam pelanggaran HAM berat yaitu Pembunuhan masal (genosida), Pembunuhan
sewenang-wenang atau diluar putusan pengadilan, Penyiksaan, Penghilangan
orang secara paksa, Perbudakan atau diskriminasi yang dilaksanakan secara
sistematis.(Supriyanto, 2014)
Di Indonesia sendiri pernah terjadi kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia
seperti kasus Penembakan Mahasiswa Trisakti, Tragedi Semanggi, Peristiwa
Tanjung Priok, Penculikan Aktivis, Kasus Pembunuhan Marsinah, Kasus
Pembunuhan Munir jadi hal yang tidak luput dari ingatan. Selain kasus-kasus
tersebut terdapat pula kasus human traficking yang marak terjadi di Indonesia.
“Human trafficking that occurred in Indonesia reached 6,651 people from March
2005 to December 2014. This number became the largest among other countries
where human trafficking occurred in the world. Based on data from IOM, until
December 2014, there were 7193 victims identified of human trafficking.
Indonesia occupies the first position with the number of 6651 people or about
92.46% with details; of female victims 950 children and 4888 adult women.
While male victims; 166 children and 647 adult men.”(Nadiroh, Uswatun
Hasanah, Shahibah, 2018). Pada kutipan jurnal tersebut disebutkan bahwa Human
Trafficking yang terjadi di Indonesia mencapai 6,651 orang dari bulan Maret 2005
sampai Desember 2014. Angka ini menjadi yang terbesar diantara negara lain
yang terjadi kasus Human Trafficking. Hal tentang kasus pelanggaran HAM ini
tentunya membutuhkan perhatian khusus, Hal yang dijamin oleh Undang- Undang
ini, yaitu
1. tidak mendapatkan atau di khawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum
yang berlaku (pasal 1 ayat 6).
2. hak untuk hidup, hak untuk tidak dipaksa, hak kebebasan pribadi, pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi dan persamaan untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut dapat di kecualikan dalam hal pelanggaran berat
terhadap hak asasi manusia yang digolongkan ke dalam kejahatan terhadap
kemanusiaan.
3. Pasal 7 dinyatakan, bahwa setiap orang berhak untuk menggunakan semua
upaya hukum nasional dan forum internasional atas semua pelanggaran
hak asasi manusia yang di jamin oleh hukum Indonesia oleh negara
Republik Indonesia menyangkut Hak Asasi Manusia menjadi hukum
nasional.
4. Pasal 104 diatur tentang pengadilan Hak Asasi Manusia sebagai berikut :
Untuk mengadili pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat di bentuk
pengadilan dalam ayat (1) di bentuk dengan Undang- Undang dalam
jangka waktu paling lama 4 tahun sebelum terbentuk pengadilan Hak
Asasi Manusia sebagai mana dimaksudkan dalam ayat (2) di adili oleh
pengadilan yang berwenang. (Bambang, 2014)
Endri,2014 mengatakan adapun Tindak pidana genocide (genosida) dan
kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-
undang No. 26 Tahun 2000 adalah :
1. Melakukan perbuatan yang dikategrikan kejahatan genosida sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 8 UU 26 tahun 2000 perbuatan yang dilakukan dengan
maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara:
a) membunuh anggota kelompok;
b) mengakibatkan penderitaan fisik dan mental yang berat terhadap anggota-
anggota kelompok;
c) menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;
d) memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok
e) memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok
lain.
2. Melakukan perbuatan sebagaimana yang dikategorikan dalam Pasal 9 UU No.
26 tahun 2000 tentang Kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf b adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian
dari serangan yang meluas atau sistematlk yang diketahuinya bahwa serangan
tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa :
a) pembunuhan;
b) pemusnahan;
c) perbudakan;
d) pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
e) perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenangwenang yang melanggar (asas-asa) ketentuan pokok hukum
intemasional;
f) penyiksaan;
g) perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasaan seksual
lain yang setara;
h) penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasaripersamaan paham politik, ras, kebangsaan, efnls, budaya, agama, jenis
kelamin atau alasan lain yang telah di,akui secara universal sebagai hal yang
dilarang menurut hukum internasional;
i) penghilangan orang secara paksa;
j) kejahatan apartheid

2.2.2 Pendidikan Karakter


Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”, “kharassein”, “kharax”,
dari bahasa Inggris : Character sedangkan Indonesia “karakter”, dan dari bahasa
yunani character, dari bahasa charassein yang berarti membuat tajam, membuat
dalam. Secara karakter adalah keseluruhan sifat manusia dalam berfikir,
bersikap dan berperilaku. Perilaku manusia berdasarkan apa yang dia pikirkan
dan juga dia rasakan dalam hati, jadi perlu pengetahuan kebaikan sebagai dasar
berfikir dan berperasaan untuk mengarahkan cara berperilaku dalam kehidupan
sehari-hari.
Pendidikan karakter adalah usaha-usaha untuk menumbuhkan dan
mengembangkan karakter anak agar memiliki pengetahuan, kesadaran dan
tindakan yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai yang ada kepada Tuhan Yang
Maha Esa, orang lain dan diri sendri. Menurut D. Yahya Khan, "Pendidikan
karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu
individu untuk hidup dan bekerjasama sebagai keluarga, masyarakat, dan
bangsa. Serta membantu orang lain untuk membuat keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, pendidikan karakter mengajarkan
anak didik berpikir cerdas, mengaktivasi otak tengah secara alami".(D. Yahya
Khan, 2010 : 1-2).
Aan Hasanah mengungkapkan bahwa: "Pendidikan karakter mengajarkan
kebiasaan cara berpikir dan berprilaku yang membantu individu untuk hidup
dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara serta
membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan.( Aan Hasanah, 2013 : 42).
Ratna Megawangi, berpendapat bahwa: "pendidikan karakter adalah
sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan
dengan bijak dan memperaktikkannya dalam kehidupan schari-hari, sehingga
mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkunganya". (Ratna
Megawangi, 2004 :95).
Thomas Lickona menekankan tiga komponen karakter yang baik dan
harus ditanamkan sejak dini yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral),
moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral action (perbuatan moral)
(Lickona, 2013: 85-100).

Metode Implementasi pendidikan karakter


1. Metode pembiasaan
Dalam bidang psikologi pendidikan metode pembiasaan ini dikenal
dengan istilah operan conditioning, yaitu mengajarkan kepada peserta
didik untuk membiasakan menjadi perilaku terpuji, disiplin, giat belajar,
bekerja keras, iklas, jujur dan bertanggung jawab (Mulyasa, 2013: 166).
Contohnya berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, membuang sampah pada
tempatnya, meminta izin ketika akan keluar kelas pada saat kegiatan
pembelajaran, mengucap salam ketika bertemu guru dan masuk kelas,
bersalaman dan mencium tangan guru.
2. Metode keteladanan
Dalam penanaman karakter, keteladanan karakter merupakan
metode yang lebih efektif dan efisien, karena anak pada umumnya cenderung
meneladani pendidiknya (Gunawan, 2012: 91). Secara teoritis, menjadi
teladan merupakan bagian integral seorang guru, sehingga menjadi guru
berarti menerima tanggung jawab untuk selalu menjadi teladan. Hal ini
karena perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi setiap
peserta didik tentunya harus berani mengembangkan pribadinya sendiri.
Oleh karena itu tugas guru adalah menjadikan peserta didik sebagai peserta
didik yang sesuai atau dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang
dimilikinya(Mulyasa, 2013: 172). Jadi guru harus mempunyai kompetensi
pribadi yang baik agar dapat dicontoh oleh siswanya.
3. Metode cerita
Dapat dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran dan juga ketika ada
kejadian yang cukup istimewa misalnya saat ada yang berbuat curang dan
tidak jujur. Disinilah guru dapat bercerita sebuah cerita yang berkaitan
dengan kejadian yang ada. Guru juga dapat menceritakan kisah-kisah zaman
dahulu terutama kisah para Nabi maupun kisah para tokoh bangsa serta dapat
juga pengalaman pribadi.
4. Metode nasihat
Dalam pemberian nasihat hendaknya nasihat yang diberikan dapat
merangsang emosi, seperti nasihat yang berkaitan dengan kematian,
sakit dan dosa. Saat menyampaikannya harus dilakukan dengan baik,
sopan dan bijak serta memperhatikan tempat dan situasinya. Contohnya
jika ada siswa yang membantah, maka pemberi nasihat harus
membantahnya dengan cara yang baik, sehingga nasihat dapat diterima
tanpa rasa terpaksa.
5. Metode dialog/diskusi
Diskusi adalah saling bertukar pikiran antara dua orang atau lebih. Jadi
kedua pihak akan dapat saling berdialog dan mengemukakan pandangannya
secara argumentatif. Metode ini dapat menciptakan suasana yang baik karena
kedua pihak dapat lebih akrab. Kedua pihak dapat menyampaikan semua hal
ingin disampaikan, sehingga dapat saling mengetahui jika terjadi masalah dan
mencari penyelesaiannya. Jadi jika terdapat hal yang salah maka pengajar
dapat mengarahkan siswa ke arah yang baik dan benar.
6. Metode karyawisata
Saat karyawisata biasanya hanya dengan teman-teman dan didampingi
guru sedangkan orang tua tidak akan ikut. Disini terdapat banyak sikap dan
sifat yang akan diajarkan kepada siswa, seperti untuk lebih mandiri, disiplin,
bertanggung jawab.
7. Metode pemberian hadiah dan hukuman
Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari (2006), menyatakan bahwa
metode pemberian hadiah dan hukuman sangat efektif dalam mendidik
akhlak terpuji. Anak yang berbuat dan berperilaku baik akan diberikan pujian
dan hadiah. Sedangkan anak yang tidak tertib dan tidak melaksanakan tugas
akan diberi hukuman yang setimpal. Dengan ini, maka anak-anak yang lain dapat
termotivasi untuk hanya melakukan hal-hal yang baik-baik saja.
8. Metode pembudayaan
Melalui rancangan Kementrian Nasional, strategi pendidikan karakter
yang akan diterapkan adalah dengan transformasi budaya sekolah (school
cultural) dan habituasi. Dalam proses habituasi dan transformasi budaya
ini yang bisa dilakukan adalah misalnya dengan kegiatan rutin, kegiatan
spontan, kegiatan ekstrakurikuler, dan pengondisian (Samani, 2013:145-146).
Perubahan budaya dan informasi yang begitu cepat telah memberikan
implikasi pada perubahan karakter peserta didik. Dengan asumsi ini
maka nilai-nilai karakter bisa dibina dan diarahkan. Untuk membangun
budaya dalam membentuk karakter peserta didik langkah yang perlu
diterapkan adalah mencipakan suasana yang penuh dengan nilai-nilai
karakter terlebih dahulu (Fitri, 2012: 68). Jadi untuk membangun karakter
siswa yang baik disekolah dapat dimulai dengan membangun atau membuat
sekolah yang baik terlebih dahulu. Caranya dengan penciptaan budaya
berkarakter yang besifat vertical (ilahiah), penciptaan budaya karakter yang
bersifat horizontal (insaniah) dan pembentukan budaya yang berhubungan
dengan alam.

Nilai-nilai Pendidikan Karakter terdapat 18 menurut Diknas adalah yaitu


1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan
kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan
alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial
dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

2.2.3 Lembaga Perlindungan HAM


Lembaga Perlindungan HAM
Konstitusi dan instrument-instrumen HAM nasional dibentuk dan memuat
perlindungan dan pemenuhan HAM yang pengawasannya diselenggarakan oleh
lembaga-lembaga yang independent sehingga dapat mewujudkan perlindungan,
penghormatan, dan pemenuhan HAM oleh negara. Menurut (Syafi’ie, 2012)
Berikut ini adalah lembaga-lembaga perlindungan HAM yang ada di Indonesia,
yaitu:

Mahkamah Konstitusi (MK)


Mahkamah Konstitusi berwenang menguji Undang-Undang terhadap
konstitusi atau dikenal dengan constitutional review. Pelaksanaannya di Indonesia
dan di berbbagai negara, uji konstitusionalitas disandarkan kepada suatu alas hak
(legal standing), bahwa Undang-Undang yang akan diuji telah merugikan hak dan
atau wewenang konstitusinal. Hak-hak yang terdqpqt dalam UUD 1945 meliputi
hak sipil, hak politik, hak ekonomi, sosial, dan budaya, hak pembangunan, dan
hak lainnya yang mewakili substansi materi HAM yang ada dalam generasi
pertama hingga keempat. Landasan hukum kelembagaan Mahkamah Konstitusi
ialan Pasal 24C UUD 1945 dan UU No.18 tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
Komnas HAM ialah badan yang diberi tugas untuk melindungi dan
memajukan HAM. Di tingkat internasional, badan ini menjadi partner kerja
Komisi HAM PBB ditingkat nasional. Awal mula terbentuknya Komnas HAM
berdasarkan Keppres No. 50 tahun 1993 dan kemudian diperkuat dengan UU No.
39 Tahun 1999 tentang HAM. Mandat terhadap Komnas HAM sebagaimana
terdapat dalam Pasal 73 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM bertujuan, pertama
mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM baik yang ada
dalam perangkat hukum nasional maupun Deklarasi DUHAM. Kedua,
meningkatkan perlindungan dan penegakkan HAM guna berkembangnya pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai
bidang kehidupan.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)


Terbentuknya komisi ini adalah sebagai aksi tanggap terhadap berbagai
laporan tentang adanya kekerasan, penelantaran, dan belum terpenuhinya hak-hak
dasar anak-anak yang ada di Indonesia. Tugas dari KPAI yaitu, pertama,
melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan informasi,
menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi,
dan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. Kedua
memberikan laporan saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden dalam
rangka perlindungan anak. Landasan KPAI yaitu Keputusan Presiden No. 77
tahun 2003 setelah pengesahan UU No. 23 tahun 2003 tentang Perlindungan
Anak.

Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan


Terbentuknya Komisi ini juga merupakan aksi tanggap dalam merespon
terjadinya berbagai kasus pelanggaran dan kekerasan yang terjadi pada kaum
perempuan. Tujuan pembentukan Komisi ini, yaitu, pertama, mengembangkan
kondisi yang kondusid bagi penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan dan penegakan HAM perempuan di Indonesia. Landasan terbentuknya
Komisi ini adalah Keputusan Presiden No. 181 tahun 1998 dan diperbaharui
dengan Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005.

Lembaga Ombudsman
Pembentukan Lembaga Ombudsman didasari oleh beberapa prinsip yaitu,
kepatutan, keadilan, non diskriminasi, imparsial, akuntabilitas, keseimbangan,
keterbukaan, dan kerahasiaan. Pendirian Ombudsman bertujuan untuk
mewujudkan negara hukum demokratis, mendorong penyelenggaraan negara dan
pemerintahan yang bersih, meningkatkan mutu pelayanan negara kepada warga
negara, membantu memberantas praktik maladministrasi dan meningkatkan
budaya hukum nasional yang berintikan pada nilai keadilan. Landasan
Ombudsman pertama kali yaitu, Keppres No. 44 tahun 2000 tentang Komisi
Ombudsman Nasional, dikuatkan menjadi UU No. 37 tahun 2008 tentang
Ombudsman Republik Indonesia, pada 2009 diperkuat lagi dengan munculnya
UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Komisi Yudisial
Seabagaimana yang terdapat dalam Pasal 13 UU No. 32 tahun 2004
dinyatakan bahwa Komisi Yudisial memiliki wewenang untuk, pertama,
mengusulkan pengangkatan hakim agung kepada DPR. Kedua, menegakkan
kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim. Pada Pasal 17
ayat 3dan 4 dinyatakan bahwa masyarakat berhak memberikan informasi atau
pendapat terhadap calon Hakim Agung dan Komisi Yudisial ini memiliki tugas
melakukan penelitian terhadap indormasi dan pendapat yang dikemukakan oleh
masyarakat. Dalam Pasal 22(a) yang menyatakan bahwa Komisi Yudisial
menerima laporan masyarakat tentang perilaku hakim dan Komisi Yudisial ini
memiliki tugas melakukan pemeriksaan, pemanggilan, dan membuat laporan
tentang hasil pemeriksaan berupa rekomendasi. Komisi Yudisial dalam konteks in
menjadi penampung hak berpendapat masyarakat dalam konteks yudisial dan
media pelindung mereka dari tindakan pelanggaran dan kesewenangan yang
dilakukan oleh hakim.

Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)


Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1 ayat 3 UU No. 13 Tahun 2006
merupakan lembaga yang bertugas dan berwenang untuk memberikan
perlindungan dan hak-hak lain kepada Saksi maupun Korban. Hak-hak yang harus
dilindungi dan dijamin LPSK yaitu, hak memperoleh perlindungan atas keamanan
pribadi, keluarga, dan harta bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenan
dengan kesaksian yang akan/sedang/telah diberikan; hak ikut serta dalam proses
memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan; hak
untuk memberikan keterangan tanpa tekanan; hak mendapat penerjemah; hak
bebas dari pertanyaan yang menjerat; hak mendapat informasi mengenai
perkembangan kasus; hak mendapat informasi mengenai putusan pengadilan; hak
mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan; hak mendapat identitas baru; hak
mendapat tempat kediaman baru; hak untuk memperoleh penggantian biaya
transportasi sesuai dengan kebutuhan; hak untuk mendapat nasihat hukum; dan
hak memperoleh bantuan biaya hidup.

Komisi Informasi (KI)


Komisi ini adalah lembaga mandiri yang berfungsi untuk menjamin dan
melindungi hak-hak masyarakat atas informasi public, sekaligus menetapkan
petunjuk teknis standar layanan informasi public dan menyelesaikan sengketa
informasi public melalui mediasi atau ajudikasi non litigasi. Informasi public
sebagaimana yang terdapat pada Pasal 1 ayat 2 UU No. 14 tahun 2008 tentang
KIP ialah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, atau ditrima oleh
suatu badan public yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan
negara dan atau badan penyelenggara publik lainnya yang sesuai dengan UU ini
serta informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik. Konteks ini
menegaskan bahwa Komisi Informasi bertugas melindungi dan mendorong
pemenuhan hak-hak masyarakat dalam hal informasi publik.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)


Komisi ini merupakan badan yang memiliki fungsi mewadahi aspirasi serta
mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran. Dalam Pasal 8 ayat 3 UU No.
32 tahun 2003 tentang Penyiaran disebutkan bahwa tugas dan kewajiban KPI
antara lain menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan
benar sesuai dengan HAM; ikut membantu infrastruktur penyiaran; ikut
membangun iklim persaingan yang sehat antar lembaga penyiaran dan industri
terkait; memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang;
menampung, meneliti, dan menindak lanjuti aduan, sanggahan serta kritik dan
apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran dan menyusun
pengembangan SDM yang menjamin profesionalitas di bidang penyiaran.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)


Komisi ini dibentuk untuk melarang praktik monopoli dan persaingan yang
tidak sehat. Hak setiap orang yang ada di Indonesia untuk menikmati suasana
usaha yang sehat dan wajar serta tehindar dari pemutusan kekuatan ekonomi
tertentu yang tidak terlepas dari kesepakatan yang telah dibuat pemerintah dengan
terhadap perjanjian internasional. Komisi ini dibentuk untuk mengawal
terselenggaranya demokrasi ekonomi dengan mendorong pemberian kesempatan
yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam proses produksi
dan pemasaran barang dan jasa. Pasal 30 ayat 2 UU No. 5 tahun 1999 tentang
Laporan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dinyatakan bahwa
Komisi ini adalah independent yang terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah
serta pihak lain. Pada ayat 2 juga dinyatakan bahwa Komisi ini bertanggungjawab
kepada Presiden.

Lembaga Kepolisian Nasional (Kompolnas)


Dalam Pasal 38 ayat 2 UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian RI dinyatakan
bahwa Kompolnas berwenang: Pertama, mengumpulkan dan menganalisis data
sebagai bahan pemberian saran kepada Presiden yang berkaitan dengan anggaran,
pengembangan SDM, dan pengembangan sarana prasarana kepolisian. Kedua,
memberikan saran dan pertimbangan lain kepada Presiden dalam upaya
mewujudkan kepolisian yang professional dan mandiri. Ketiga, menerima saran
dan keluhan masyarakat mengenai kinerja kepolisian dan menyampaikan kepada
Presiden. Lembaga ini sangat minimalis wewenangnya tetapi masih bermanfaat
untuk melakukan pengawasan dan memberikan perlindungan HAM kepada
masyarakat dari tindakan sewenang-wenang aparat polisi. Lembaga ini dibentuk
berdasarkan Peraturan Presiden RI No. 17 Tahun 2005.

Komisi Kejaksaan
Komisi ini merupakan lembaga pemerintahan non structural yang dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya bersifat mandiri, babas dari kekuasaan
manapun. Komisi ini berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden.
Komisi Kejaksaan pada Pasal 11 huruf a berwenang menerima laporan
masyarakat tentang perilaku Jaksa dan Pegawai Kejaksaan dalam melaksanakan
tugas kedinasan baik di dalam maupun di luar tugas kedinasan. Komisi Kejaksaan
dalam konteks ini menjadi media pengawasan dan pelindung hak-hak masyarakat
yang seringkali dilanggar dan diperlakukan sewenang-wenang oleh aparat
Kejaksaan. Komisi ini dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden No. 18 2005
tentang Komisi Kejaksaan yang sebelumnya diamatkan dalam Pasal 38 UU No.
16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

Dewan Pendidikan
Keberadaan Dewan Pendidikan secara eksplisit disebutkan dalam UU No. 22
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dewan Pendidikan ini ditentukan
sebagai lembaga negara yang bersifat mandiri dan dibentuk agar berperan dalam
rangka peningkatan mutu pelayanan Pendidikan dengan memberikan
pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana, dan prasarana serta
pengawasan pendidikan pada tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten atau Kota
yang tidak mempunyai hubungan hierarkis. Dalam rangka peningkatan mutu
pelayanann pendidikan. Dewan Pendidikan mengembangkan berbagai kegiatan
meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Dewan
Pendidikan ini secara tidak langsung menjadi media pelindung hak masyarakat
dari pelayanan pendidikan yang buruk dan atau diskriminatif.

Dewan Pers
Fungsi Dewan pers antara lain melakukan pengkajian dan pengembangan
kehidupan pers. Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kode etik jurnalistik,
memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan
masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers,
mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah dan
beberapa fungsi lainnya. Dalam konteks HAM, Dewan Pers disini berfungsi untuk
mengawasi pemberitaan pers yang sesuai dengan kode etik jurnalistik dan
melindungan masyrakat dari pemberitaan pers yang dinilai melanggar HAM.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)


Dalam Pasal 1 UU No. 30 tahun 2002 menyatakan bahwa pemberantasan tindak
pindana korupsi merupakan serangkaian tindakan untuk mencegah dan
memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervis, monitor,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan.
Komisi ini kewenangannya sangatlah kuat karena terkait dengan korupsi yang
dikategorikan sebagai kejahatan yang sudah sangat luar biasa (extraordinary
crime). Komisi menjadi pengawas, penegak, dan pelindung dari tindakan pejabat
yang mencuri uang negara, yang nota bene menjadi hak warga negara tertentu.

Komisi Pemilihan Umum (KPU)


Komisi ini merupakan penyelenggara pemilihan umum yang secara tegas diatur
pada Pasal 22E UUD 1945. Komisi ini bersifat nasional, tetap, mandiri, dan
independent. Eksistensi Komisi Pemilihan Umum ini sangatlah vital karena terkait
dengan tanggungjawab negara untuk melakukan pemenuhan HAM terkait hak
memilih dan dipilih, dan menjadi media perlindungan hak-hak masyarakat
sehingga terbebas dari kekuasaan yang sewenang-wenang, otoriter, dan tidak
menghargai HAM.
Pada tingkat internasional, lembaga-lembaga perlindungan HAM yang terbentuk
yaitu:

Komite Hak Asasi Manusia (Human Rights Committee)


Komisi ini terbentuk berdasarkan Pasal 28-45 Konvensi Hak Sipil dan Politik
(UU No. 12 tahun 2005). Tugas dari Komisi ini ialah menerima dan membahas
laporan negara (state report) atas pelaksanaan hak-hak yang telah diatur dalam
Konvensi Hak Sipil dan Politik. Komite juga berwenang untuk manerima laporan
pengaduan individul atas pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi di negara-
negara pihak.

Komite Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (Commette for Economic, Social,
dan Cultural Rights)
Komisi ini terbentuk berdasarkan pasal 16-25 Konvensi Hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya (UU No. 11 tahun 2005). Tugas dari Komisi ini adalah menerima laporan
negara (state report) atas pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.
Kedua, membahas laporan negara yang memberikan hasil pembahasan laporannya
kepada badan-badan khusus PBB serta Komite Hak Asasi Manusia yang lain
sehingga mendapatkan perhatian bersama.

Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial (Committee on the Elimination of


Racial Discrimination)
Komite ini terbentuk berdasarkan Bagian II Konvensi tentang Pengahapusan
Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (UU No. 29 tahun 1999). Komite ini bertugas
menerima laporan negara (state report) atas pelaksanaan konvensi, menerima
laporan negara (state report) atas pelaksanaan konvensi, menerima laporan negara
atas tindakan negara lain yang melakukan diskriminasi warga negara, serta
menerima laporan individu (individual complaint) atas tindakan diskriminatif
yang ia derita dari tindakan negara.

Komite Menentang Penyiksaan (Committee Against Torture)


Komite ini terbentuk berdasarkan Pasal 17 Konvensi Menentang Penyiksaan dan
Perlaku atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau
Merendahkan Martabat (UU No. 5 tahun 1998). Komite ini bertugas menerima
laporan (state report) dan menerima laporan individual (individual complaint).
Komite ini memilik kewenangan melakukan penyelidikan yang bersifat semi
wajib atas inisiatif Komite sendiri ketika terdapat pengaduan tentang adanya
pelanggaran atas Konvensi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hak Asasi Manusia merupakan hak yang diakui secara universal
sebagai hak yang melekat pada diri manusia sejak dalam kandungan, Hak ini
telah dianugerahkan tuhan kepada seluruh manusia tanpa terkecuali.
Namun, masih saja ada individu maupun kelompok yang masih saja
melakukan pelanggaran akan HAM. Oleh karena itu, negara kita pun
melakukan beberapa pencegahan untuk meminimalisir bahkan
menghilangkan pelanggaran HAM.
Beberapa pencegahan ini seperti menciptakan UU terkait pelanggaran
HAM, menanamkan karakter yang menjunjung HAM juga didirikannya
banyak lembaga – lembaga yang melindungi berbagai komponen – komponen
masyarakat Indonesia.

3.2 Saran
Dengan banyaknya pencegahan yang telah dilakukan seluruh komponen
masyarakat di Indonesia, kami berharap seluruh masyarakat mampu
memahami hak yang dimiliki juga kewajiban yang harus dikerjakan, juga
kami berharap seluruh komponen masyarakat mampu memahami dan selalu
mengingatkan kepada orang lain mengenai hak dan kewajibannya.

Daftar Pustaka

Asri, W.(2008). Hak Asasi Manusia.


Endri.(2014). Implementasi pengaturan perlindungan hak asasi manusia di
indonesia. Jurnal selat.2(1):182-187
Hak Asasi Manusia. id.wikipedia.Org/wiki/HakAsasi Manusia-26k.Diakses 02
Desember 2011
Hasanah, Uswatun. 2016. MODEL-MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DI
SEKOLAH. IAIN, Raden Intan Lampung.
Mulyati. 2015. METODE PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA
DIDIK DI SD NEGERI TAMBAKSARI KECAMATAN KEMBARAN
KABUPATEN BANYUMAS. Institut Agama Islam Negeri (IAIN),
Purwokerto.
Nadiroh, Uswatun Hasanah, Shahibah, Y. (2018). Perspective of Community
Knowledge and Attitude about Human Trafficking, 251(Acec):229–232.
Nurhisam, Luqman. 2017. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
SEBAGAI SOLUSI DEKADENSI MORAL ANAK BANGSA.
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Positif di Indonesia. Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL.
2(3):151–168.
Supriyanto, B. H. (2014). Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi Manusia
(HAM) Menurut Hukum.
Surbakti, K. (2018).
Syafi’ie, M. (2012). Instrumentasi Hukum Ham, Pembentukan Lembaga
Perlindungan Ham Di Indonesia Dan Peran Mahkamah Konstitusi. Jurnal
Konstitusi, 9(4), 681–712.

Anda mungkin juga menyukai