diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Sidang Tugas Akhir
dan Ujian Sekolah (US) Tahun Ajaran 2021-2022
logo
oleh:
Sazqia Wardah Raihany
NISN 0051418543
oleh:
Sazqia Wardah Raihany
NISN 0051418543
disahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
diketahui,
Kepala SMA Ketua Pelaksana
Taruna Nusantara Indonesia Proyek Tugas Akhir
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Proyek Tugas Akhir ini, untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Sidang Akhir Tahun Pelajaran
2021/2022 di SMA Taruna Nusantara Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,
hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki oleh penulis. Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga dapat dijadikan tolak ukur penulis dalam pembuatan tugas
akhir pada masa yang akan datang agar menjadi lebih baik.
1. Kedua orang tua yang telah mendukung penulis sampai penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan lancar.
2. Bapak Oyib Ferdiansyah, M.Pd selaku Kepala SMA Taruna Nusantara
Indonesia.
3. Bapak Ari Setiawan, S.Pd selaku Ketua Pelaksana Proyek Tugas Akhir.
4. Ibu Bintang Ekaputri Wissugandi, S.Pd selaku pembimbing I sekaligus Guru
Mata Pelajaran Kimia dan Biologi yang selalu meluangkan waktu untuk
membimbing penulis menyelesaikan Laporan Proyek Tugas Akhir.
5. Ibu Yunik Naddiyah Sari Setiani, S.Pd selaku pembimbing II sekaligus wali
kelas Tersabar Selama menjadi Wali Kelas XII SMA.
6. Pihak besar SMA Taruna Nusantara Indonesia yang telah banyak membantu
dan memberikan bimbingan kepada penulis selama melaksanakan Proyek
Tugas Akhir dan juga membantu penulis dalam usaha memperoleh data
penulis perlukan.
i
7. Terima kasih kepada teman – teman penulis, Dewi, Vicky, Icha dan
keseluruhan kelas XII SMA yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang
selalu men-support penulis hingga penulis dapat menyelesaikan Proyek
Tugas Akhir ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Manfaat 2
F. Susunan/Sistematika 4
BAB II 5
A. Sejarah Sekolah 5
1. Visi 7
2. Misi 7
BAB III 8
LANDASAN TEORETIS 8
A. Ubi Kayu 8
B. Ragi Tapai 9
iii
C. Tapai Singkong 11
BAB IV 13
PEMBAHASAN 13
B. Prosedur Kerja 13
C. Hasil Penelitian 14
2. Dokumentasi 15
D. Pembahasan 16
BAB V 18
PENUTUP 18
A. Simpulan 18
B. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
IDENTITAS PENULIS
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioteknologi berasal dari kata “Bio” dan “teknologi”, dan secara
bebas dapat didefinisikan sebagai pemanfaatan organisme hidup untuk
menghasilkan produk dan jasa yang bermanfaat bagi manusia.
Bioteknologi sebenarnya sudah dikerjakan manusia sejak ratusan
tahun yang lalu, karena manusia telah bertahun-tahun lamanya
menggunakan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur ragi untuk
membuat makanan bermanfaat seperti tempe, roti, anggur, keju, dan
yoghurt. Namun istilah bioteknologi baru berkembang setelah Pasteur
menemukan proses fermentasi dalam pembuatan anggur.
Bioteknologi dapat digolongkan menjadi bioteknologi
konvensional dan modern. Bioteknologi konvensional adalah bioteknologi
yang memanfaatkan mikroorganisme untuk memproduksi alkohol, asam
asetat, gula, atau bahan makanan, seperti tempe, tapai, oncom, dan kecap.
Mikroorganisme sebagai tenaga kerja gratis hanya perlu diberi stater agar
ia bekerja optimal. Mikroorganisme itu dapat mengubah bahan pangan
atau lainnya menjadi bahan yang lebih baik dari yang sebelumnya.
Tapai adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang
dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan pangan berkarbohidrat
seperti singkong. Tapai bisa dibuat dari singkong (ubi kayu) dan hasilnya
dinamakan tapai singkong. Bila dibuat dari singkong hitam maupun
singkong putih, hasilnya disebut “tapai pulut” atau “tapai singkong”.
Dalam proses fermentasi tapai, digunakan beberapa jenis mikroorganisme
seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis
burtonii, Mucor sp., Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera,
Pediococcus sp., dan lain-lain.
Tapai merupakan makanan yang sudah dikenal baik oleh
masyarakat. Selain dapat dikonsumsi secara langsung, tapai dapat
1
2
B. Tujuan
Tujuan dalam Praktikum Pembuatan Tapai Singkong adalah untuk
mengetahui hasil dari proses pembuatan Tapai Singkong. Dan pengaruh
lamanya waktu fermentasi terhadap mutu/kualitas Tapai singkong tersebut.
C. Manfaat
Manfaat dilakukannya percobaan ini berdasarkan tujuan ialah:
F. Susunan/Sistematika
Sistematika merupakan salah satu program dari pelaksanaan
pendidikan sistem ganda yang berisi tentang kegiatan selama
melaksanakan kegiatan di dunia pendidikan. Dalam penjelasannya hanya
secara garis besar saja hanya untuk menghindari kesulitan dalam
pembuatan laporan, untuk lebih jelasnya di lihat pada sistematika sebagai
berikut:
A. Sejarah Sekolah
Gambar 2.1
SMA Taruna Nusantara Indonesia
5
6
2. Misi
1) Sekolah yang membentuk kader pemimpin yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Sekolah yang membentuk akademis dan karakter bangsa serta
budaya daerah
3) Sekolah yang membentuk siswa trengginas, inisiatif & solideritas
4) Sekolah yang mampu bersaing dalam membentuk siswa untuk
meneruskan ke jenjang perkuliahan dengan skala Nasional
maupun Internasional.
BAB III
LANDASAN TEORETIS
A. Ubi Kayu
Ubi kayu (Manihot utilissima) yang juga dikenal sebagai ketela
pohon atau singkong adalah pohonan tahunan tropika dan subtropika dari
keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok
penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Umbi ubi kayu yang
rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi
akar yang masih segar (Soetanto, 2001). Klasifikasi tanaman ubi kayu
menurut Rukmana (1997), adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta cratzsin
Mutu ubi kayu sangat dipengaruhi jenis, umur, tempat tumbuh,
perawatan dan pemupukan pada masa budidaya. Umur ubi kayu yang telah
siap panen kurang lebih 7-9 bulan. Umur simpan ubi kayu atau ubi kayu
segar relatif pendek, untuk itu ubi kayu diolah menjadi gaplek, tepung
tapioka, oyek, tapai, peuyeum, keripik ubi kayu dan lain-lain agar umur
simpan lebih lama (Koswara, 2013). Sebagian besar komponen dari ubi
kayu adalah karbohidrat, hal ini menyebabkan ubi kayu disebut pengganti
beras karena mempunyai manfaat yang hampir sama dengan sumber
energi.
8
9
B. Ragi Tapai
Ragi tapai merupakan suatu inokulum atau starter yang digunakan
untuk fermentasi tapai di Indonesia, ragi tapai mengandung beberapa
mikroba dan enzim hidrolase. Di Jepang ragi tapai dikenal sebagai koji.
Koji mengandung mikroba seperti Aspergillus oryzae atau Monascus
purpureus yang menghasilkan enzim hidrolase, pada dasarnya koji
digunakan dalam pembuatan sake (Shurtleff and Aoyagi, 2012).
Keberadaan mikroba pada ragi tapai dipengaruhi oleh bahan dan
proses pembuatan ragi tapai. Pada umumnya ragi tapai dibuat dengan
tepung beras yang dijadikan adonan ditambah ramuan-ramuan. Di
Sumatera Barat. Keberadaan ragi tapai cukup beragam, karena masyarakat
mengolahnya sesuai dengan pengetahuan yang ada pada mereka, sudah
tentu hasil yang didapat pada setiap daerah akan bervariasi sesuai dengan
teknik pengolahannya.
Menurut Handayani (2007) penambahan beberapa jenis rempah
dapat mempengaruhi keberadaan mikroba pada ragi tapai.
Ragi tapai digunakan sebagai alternatif starter amilolitik dalam fermentasi
bahan-bahan berkarbohidrat. Mikroba ragi tapai menghasilkan enzim
hydrolase seperti amilase. Kapang ragi tapai memiliki sifat amilolitik yang
kuat, sehingga dapat merombak karbohidrat manjadi gula sederhana dan
selanjutnya diuraikan oleh khamir menjadi kandungan yang alkoholik
(Gandjar, 2003).
Sebelumnya Putriani (2006) melaporkan bahwa Aspergilus oryzae,
Penicilium expansum dan Mucor racemosus merupakan isolat kapang
amilolitik yang diisolasi dari beberapa ragi tapai di Sumatera Barat.
Proses konversi pati menjadi gula sederhana dikenal dengan istilah
sakarifikasi. Sakarifikasi merupakan suatu proses konversi pati menjadi
gula sederhana dengan bantuan enzim hidrolase, gula sederhana kemudian
digunakan oleh khamir sebagai sumber energi dan menghasilkan etanol
(Lima and Natalense, 2012). Sakarifikasi merupakan salahsatu tahapan
penting dalam produksi bioetanol.
10
C. Tapai Singkong
Tapai singkong adalah tapai yang dibuat dari singkong yang
difermentasi. Makanan tradisional ini populer di Jawa dan dikenal di
seluruh tempat, mulai dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. Di Jawa
Barat, tapai singkong dikenal sebagai peuyeum (bahasa Sunda).
Pembuatan tapai melibatkan umbi singkong sebagai substrat dan
ragi tapai (Saccharomyces cerevisiae) yang dibalurkan pada umbi yang
telah dikupas kulitnya. Pada dasarnya tapai adalah makanan matang
setelah melalui proses kukus atau rebus. Ada dua teknik pembuatan yang
menghasilkan tapai biasa, yang basah dan lunak dan tapai kering, yang
lebih legit dan dapat digantung tanpa mengalami kerusakan. Tapai kering
populer di daerah Priangan utara (Purwakarta dan Subang), dan dikenal
sebagai buah tangan khas dari daerah ini (dikenal sebagai peuyeum
gantung, karena diperdagangkan dengan digantung). (Asnawi dkk. 2013)
Pusat penghasil tapai yang lainnya adalah Bondowoso, Jawa Timur.
12
PEMBAHASAN
2. Bahan:
Singkong
Daun pisang
Ragi
Air
1. Prosedur Kerja
Adapun langkah -langkah dalam Praktikum Pembuatan Tapai Singkong
adalah sebagai berikut:
1. Siapkan semua bahan
2. Kupas singkong dan kikis kulit arinya hingga kesat
3. Cuci bersih singkong dan tiriskan
4. Sementara menunggu singkong kering, masukkan air kedalam panci
atau dandang sampai terisi kurang lebih seperempat, lalu panaskan
hingga airnya mendidih
13
14
2. Hasil Penelitian
3. Data Hasil Penelitian
Tabel 4.1
Hari ke- Bau Warna Tekstur Rasa
1 Biasa Putih Keras Tawar
Asam dan
3 Asam Putih kekuningan Lembut/lunak
agak pait
Waktu Fermentasi Selama 3 hari
15
16
Tabel 4.2
Waktu Fermentasi Selama 5 hari
Hari ke- Bau Warna Tekstur Rasa
1 Biasa Putih Keras Tawar
Asam
Asam
5 kecut/menyen Putih kekuningan Lunak/lembek
kecut
gat
4. Dokumentasi
Gambar 4.1
Dokumentasi Hasil Fermentasi 3 Hari (Tapai)
Gambar 4.2
Dokumentasi Hasil Fermentasi 5 Hari (Tapai)
17
5. Pembahasan
Pembuatan tapai memerlukan ketelitian dan kebersihan yang tinggi
supaya singkong dapat menjadi lunak karena proses fermentasi yang
berlangsung dengan baik. Ragi adalah bibit jamur yang digunakan dalam
proses pembuatan tapai. Agar pembuatan tapai berhasil dengan baik, alat-
alat dan bahan-bahan yang digunakan harus bersih, steril, terutama dari
lemak atau minyak. Alat-alat yang berminyak jika dipakai untuk mengolah
bahan tapai bisa menyebabkan kegagalan dalam proses fermentasi. Air
yang digunakanpun juga harus bersih.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa tapai yang telah disimpan selama 3 hari akan mengalami
perubahan rasa dan aroma. Jika di analisis, hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Hidayati (2013) yang mengatakan bahwa
“fermentasi hari ke 3 didapatkan pertumbuhan mikroorganisme rendah”.
Hasil pengamatan menyatakan bahwa tapai memiliki aroma berbau
alkohol dengan rasa yang sedikit manis. Ini juga sesuai dengan pendapat
Rukmana (2001) yang mengatakan bahwa “Pada proses pembuatan tapai,
khamir dan kapang merupakan mikroba yang dapat mengubah karbohidrat
yang terkandung dalam bahan, menjadi gula. Peranan ragi dalam
pembuatan tapai ini adalah mengubah gula menjadi alkohol. Rasa manis
pada tapai dipengaruhi oleh kadar gula yang ada dalam tapai tersebut”.
Perubahan-perubahan yang terjadi secara umum sejalan dengan
teori yang ada, jika hasil tapai yang dibuat tidak maksimal karena tapai
masih memiliki tekstur yang agak keras dan belum memiliki banyak air
serta rasa yang belum terlalu manis, dikarenakan waktu fermentasi yang
singkat yaitu hanya selama 3 hari, sedangkan menurut Hidayati (2013)
“fermentasi hari ke 3 didapatkan pertumbuhan mikroorganisme rendah dan
didapatkan pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme yang tertinggi adalah
waktu fermentasi 9 hari”.
Penulis melakukan pengamatan pembuatan tapai singkong selama
3 dan 5 hari. Berdasarkan pengamatan yang telah penulis lakukan dapat
18
PENUTUP
A. Simpulan
Dengan adanya penelitian ini penulis dapat mengetahui cara
pembuatan tapai singkong, dan penulis juga dapat mengetahui Pengaruh
Waktu Fermentasi Terhadap Kualitas Tapai Singkong.
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, dapat
disimpulkan bahwa lama waktu fermentasi pada pembuatan Tapai
Singkong sangat berpegaruh pada kualitas yang dihasilkan. Semakin lama
waktu fermentasi, maka semakin kuat juga rasa dan aroma yang
dihasilkan.
B. Saran
Pada bagian ini penulis hanya akan memberikan beberapa saran
kepada para pembaca, bukan tanpa alasan karena, dalam hal ini penulis
masih banyak kekurangan tetapi juga menemukan hal-hal baru yang
sebelumnya penulis tidak pernah menemukannya baik didalam segi
penelitian maupun pengolahan. Oleh karena itu dibawah ini merupakan
beberapa saran yang ingin penulis sampaikan kepada para pembaca
sehingga memicu terjadinya peningkatan yang terus berkembang untuk
proses penelitian secara umum dan kemajuan perkembangan praktikum
pembuatan tapai singkong. Jika memberikan ragi terhadap singkong tidak
boleh terlalu banyak sehingga tapai tidak akan pahit, proses fermentasi
selama 3 hari lebih efektif dan menghasilkan hasil yang maksimal. Tapai
sebaiknya dibungkus dengan plastik lagi setelah dibungkus oleh daun
pisang agar ebih tertutup rapat dan proses fermentasinya berlangsung
secara maksimal.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.unhas.ac.id/index.php/jai2/article/download/5372/2908/12598 (Di
akses 25 Maret 2022)
https://media.neliti.com/media/publications/274198-pengaruh-konsentrasi-ragi-
dan-lama-ferme-81360043.pdf (Di akses 25 Maret 2022)
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00812-HM
%20Bab2001.pdf (Di akses 25 Maret 2022)
20
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
IDENTITAS PENULIS
Sazqia Wardah Raihany, nama penulis Laporan Proyek Tugas Akhir ini.