Anda di halaman 1dari 3

Patch Adams (1998)

Nama : Rasyid Ridha


Kelompok :1
NIM : 180100007

Sinopsis
Film Patch Adams (1998) ini adalah film yang bercerita tentang kisah nyata seorang
dokter bernama Hunter “Patch” Adams. Kisahnya bermula ketika ia berniat bunuh diri akibat
permasalahan di keluarganya. Hal ini mengakibatkan dia masuk ke dalam rumah sakit jiwa.
Melihat banyaknya pasien rumah sakit jiwa dengan tingkah anehnya masing - masing, Adams
mulai merasa tidak nyaman tinggal di rumah sakit jiwa tersebut.
Di rumah sakit jiwa tersebut, Adams bertemu dengan seorang tua yang kaya dan
memiliki perusahaan ternama. Orang tua tersebut menunjukkan tangan dengan gestur angka 4
sambil bertanya “Apa yang kau lihat?”. Adams menjawab empat, tetapi orang tua itu
mengatakan ia bodoh.
Pada suatu malam, teman sekamarnya, Rudy, ingin pergi ke kamar mandi. Rudy
mengalami fantasi bahwa di sekitarnya terdapat banyak tupai yang akan menggigit atau
melukainya, sehingga ia takut untuk pergi ke kamar mandi.
Dengan awal yang bercanda, Adams membentuk tangannya seperti pistol dan seolah-
olah menembak semua tupai yang ada di fantasi Rudy. Rudy sangat kegirangan. Melihat
ekspresi Rudy, Adams meneruskan hal tersebut dengan terus berpura-pura menembaki tupai-
tupai yang ada di dalam fantasi Rudy. Rudy benar-benar senang akan hal ini, sehingga ia
dapat pergi ke kamar mandi sendirian. Pada saat yang sama, Adams merasakan depresi yang
selama ini menghantuinya hilang ketika berhasil menolong Rudy dalam menyelesaikan
masalahnya.
Esok harinya, Adams menemui kepala rumah sakit jiwa dan mengatakan ia akan
keluar. Ia beralasan ingin mengabdikan hidupnya untuk membantu banyak orang. Kepala
rumah sakit jiwa heran dan bersikeras bahwa Adams masih memiliki masalah kejiwaan.
Namun, Adams memaksa dan mengatakan untuk memanggilnya dengan nama Patch.
Kemudian, dikisahkan Patch sedang menjalani masa kuliah kedokteran. Ia bertemu
dengan temannya, Truman, dan seorang wanita, yang mana ia menaruh hati padanya, Carin.
Carin sendiri tidak menyukai gaya Patch yang terkesan jarang belajar dan hanya banyak
berbicara dan bermain-main. Salah satu dekan di fakultas kedokteran tersebut adalah dekan
Walcott yang juga memiliki rumah sakit tempat lulusan fakultas tersebut nantinya magang.
Dalam kurikulum fakultas kedokteran tersebut, seorang mahasiswa tidak boleh
menemui pasien sebelum ia memasuki tahun ketiga masa studinya. Patch tidak menyukai
aturan ini dan selalu bersikeras kepada teman-temannya bahwa praktek langsung dengan
pasien lebih penting daripada teori di buku.
Patch sering secara diam-diam berkunjung ke rumah sakit untuk melihat-lihat pasien.
Ia seringkali menghibur pasien-pasien terutama pasien kanker yang waktu hidupnya sudah
tak lama lagi. Ia menghibur dengan menjadi badut dan menirukan berbagai macam profesi di
dalam kamar rawat pasien anak-anak kanker. Sementara itu, ia juga berusaha mewujudkan
fantasi atau keinginan pasien-pasien lansia yang kini hanya bisa terbaring di tempat tidur
rumah sakit.
Walaupun di mata teman-teman dan dosen-dosennya Patch terlihat seperti hanya
bermain-main di rumah sakit bersama pasien dan tidak serius dengan studinya, nilai-nilainya
selalu baik dan bahkan termasuk yang tertinggi di sekolah tersebut. Hal ini memicu
kecurigaan pada teman sekamarnya yang kemudian melaporkan Patch kepada dekan Walcott
bahwa Patch kemungkinan besar telah berbuat curang. Dekan menegur Patch untuk tidak
datang ke rumah sakit sebelum tahun ketiga dan fokus pada studinya.
Memasuki tahun ketiga studinya, Patch semakin sering ke rumah sakit. Ia juga sering
mengajak Truman dan Carin untuk menghibur pasien-pasien di rumah sakit. Dengan adanya
hal ini dan kejutan ulang tahun untuk Carin, Carin semakin membuka hatinya untuk Patch
dan bersedia untuk mendengarkan ide-ide dan saran-saran dari Patch tentang cara
menghadapi pasien di rumah sakit.
Suatu hari, Patch melihat seorang ibu yang mengalami kesulitan untuk bertemu
dengan anak gadisnya di rumah sakit karena harus mengisi formulir terlebih dahulu. Hal ini
membuat Patch semakin tidak menyukai sistem rumah sakit yang sedang dia alami saat ini. Ia
memberi suatu gagasan kepada Truman dan Carin untuk membuat sebuah rumah sakit yang
proses administrasinya tidak berbelit-belit serta tempat di mana pasien dan dokter
mempunyai status yang sama dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalahnya masing-
masing.
Patch memilih suatu daerah yang asri di daerah pegunungan untuk menjadi lokasi
kliniknya. Bersama Truman, Carin, dan orang-orang lainnya yang dengan sukarela
menyediakan tenaganya, klinik milik Patch akhinya berdiri dan beroperasi. Setiap hari, Patch
berada di kliniknya dengan tingkahnya yang menghibur pasien-pasien di klinik.
Pada suatu hari, klinik Patch kedatangan seorang pemuda bernama Larry yang merasa
tidak tenang dengan hidupnya. Patch yang masih berusaha untuk melakukan pengobatan
dengan pendekatan personal bertanya hobi Larry, yang ternyata adalah membaca. Patch
menyuruh Larry untuk banyak membaca.
Ketika klinik Patch kehabisan sumber daya untuk pengobatan, Patch, yang berpura-
pura sebagai dokter, dan Truman, yang berpura-pura sebagai mayat, pergi ke rumah sakit di
sekolah mereka untuk mengambil beberapa barang. Hal ini sempat disaksikan oleh suster dan
dekan Walcott.
Pada suatu malam, Larry menelepon ke klinik bahwa terapi membaca tidak begitu
efektif dan meminta seseorang dari klinik untuk menemaninya di rumah. Carin yang
menerima telepon, pergi ke rumah Larry sendirian.
Esok harinya, Patch mendapat telpon dari dekan. Ia mengira ia akan dimarahi akibat
mengambil barang-barang rumah sakit. Ternyata, ia dikabari bahwa Carin telah tewas
ditembak oleh Larry. Larry juga bunuh diri dengan pistol setelah membunuh Carin. Patch
merasa sangat terpukul dengan kejadian tersebut.
Setelah selesai dari pemakaman Carin, Patch mengemasi barang-barangnya di klinik
untuk berhenti dari pekerjaannya. Truman berusaha mencegahnya dengan mengingatkan
Patch akan apa yang ia dulu katakan kepadanya. Patch membantah itu semua dan
menyalahkan dirinya dan metode pengobatannya atas tewasnya Carin.
Di rumah sakit, Patch pun berkemas. Ketika akan meninggalkan rumah sakit, ia
dicegat teman sekamarnya dulu. Walaupun dulu temannya mengadukan Patch telah berbuat
curang, ia yakin bahwa ia tidak akan mampu menghibur pasien seperti Patch lakukan.
Temannya mengatakan bahwa ada seorang pasien bernama Nyonya Kennedy yang tidak
ingin makan. Patch ingat fantasi Nyonya Kennedy dulu ketika ia sering mengunjungi pasien
di rumah sakit. Patch dibantu pegawai rumah sakit pun membuatkan kolam kecil berisi penuh
mie. Nyonya Kennedy sangat senang akan hal itu dan bersedia mengikuti pengobatan.
Tak lama setelah itu, Patch dipanggil oleh dekan Walcott. Dekan mengatakan bahwa
ia terancam tidak bisa lulus sebagai dokter akibat melakukan praktik di klinik tanpa lisensi
sebagai dokter. Patch marah akan hal ini dan mengambil paksa nilai-nilainya selama ini untuk
menjadi bukti di sidang Komite Kedokteran.
Pada hari persidangan, Patch dituduh melakukan praktik tanpa lisensi dokter. Ia juga
dituduh tidak takut pasiennya meninggal dunia. Namun, Patch malah balik menceramahi
Komite Kedokteran dan para saksi persidangan yang hadir tentang sistem kedokteran yang
sebenarnya tidak sesuai dan kembali menekankan pentingnya pengobatan secara mental
selain daripada pengobatan dengan obat-obatan. Setelah sidang ditunda untuk beberapa saat,
Patch pun diizinkan untuk melanjutkan metode pengobatannya.

Penilaian
Dari film ini, dapat ditarik berbagai hal positif, di antaranya, bahwa dokter tidak
hanya bertugas untuk mengobati fisik pasien melalui obat-obatan atau metode yang dituliskan
dalam teori di buku, tetapi juga seharusnya bertugas untuk mengobati mental pasien yang
mungkin sudah sangat terpukul jiwanya mendengar penyakit yang menimpanya. Pengobatan
mental tersebut diperagakan Patch dalam film ini dengan menjadi badut untuk menghibur
pasien anak-anak, dan mewujudkan fantasi atau keinginan dari pasien-pasein lansia.
Selain itu, dapat juga ditarik nilai positif bahwa kita tidak boleh menyerah dalam
menghadapi suatu permasalahan, sekalipun permasalahan itu menyangkut sistem dan metode
di suatu institusi besar. Patch dalam film ini memperagakan hal tersebut dengan tidak
menyerah melawan sistem pengobatan yang sangat menekan mental pasien, tetapi ia
mendirikan klinik sendiri untuk menyalurkan metode pengobatan yang dianggapnya benar.
Namun, ada juga beberapa hal-hal yang kurang baik yang dapat dilihat di film ini.
Dapat dilihat bahwa dalam mewujudkan cita-citanya, Patch banyak melanggar berbagai
peraturan yang telah ditetapkan sekolah, rumah sakit bahkan sistem kedokteran itu sendiri.
Walaupun ini menunjukkan sikap pantang menyerah, sepertinya ada cara yang lebih
diplomatis dalam mewujudkan cita-citanya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai