Anda di halaman 1dari 12

Patch Adams

Berkas:Patch Adams 1998 movie poster.jpg

Poster film "Patch Adams"

Sutradara Tom Shadyac

Produser Mike Farrell

Barry Kemp

Marvin Minoff

Charles Newirth

Marsha Garces Williams

Skenario Steve Oedekerk

Berdasarkan Gesundheit: Good Health Is a Laughing Matter

oleh Patch Adams dan Maureen Mylander

Pemeran

Robin Williams

Monica Potter

Philip Seymour Hoffman

Bob Gunton

Daniel London

Peter Coyote

Musik Marc Shaiman

Sinematografi Phedon Papamichael Jr.

Penyunting Don Zimmerman

Perusahaan

produksi

Blue Wolf
Bungalow 78 Productions

Faller/Minoff

Distributor Universal Pictures

Tanggal rilis

25 Desember 1998

Durasi

115 minutes

Negara Amerika Serikat

Bahasa Inggris

Anggaran USD 90 juta

Pendapatan kotor USD 202.3 juta

Alur cerita

Hunter "Patch" Adams (Robin Williams) punya niat untuk bunuh diri lalu dirawat inap di rumah sakit
jiwa. Setelah berada di sana, ia menemukan bahwa penggunaan humor (kelakar/lawakan), alih-alih
psikoterapi yang berpusat-pada-dokter, membantu secara lebih baik pemulihan sesama pasien serta
memberinya tujuan baru dalam hidup. Karena itu, ia ingin menjadi dokter, dan dua tahun kemudian
mendaftar di Medical College of Virginia (sekarang dikenal sebagai VCU School of Medicine) sebagai
mahasiswa tahun pertama, yang usianya paling tua.

Ia mempertanyakan pendekatan tak berjiwa di sebuah pendidikan yang mengajarkan perawatan medis
yang diajarkan oleh dekan Walcott (Bob Gunton) di sekolah kedokteran tersebut; yang dengan penilaian
yang instan, kemudian segera menjadi bersikap balik tidak suka ke Patch Adams dan percaya bahwa
dokter harus merawat pasien dengan caranya sendiri tanpa perlu menjadi karib dengan mereka.

Karena hal ini dan kejadian-kejadian lainnya seperti memasang sepasang kaki raksasa selama konferensi
kebidanan, membuatnya dikeluarkan dari sekolah kedokteran itu, meskipun ia kemudian dikembalikan
lagi ketika diketahui bahwa metodenya yang tidak umum itu sering membantu menyembuhkan
pasiennya. Adams menyemangati mahasiswa kedokteran untuk bekerja sama secara erat dengan para
perawat, mempelajari keterampilan mewawancarai dalam waktu lebih awal, dan berpendapat bahwa
kematian harus diperlakukan dengan bermartabat dan kadang-kadang dengan sikap yang jenaka.
Patch memulai pertemanan dengan sesama mahasiswa, yaitu Carin Fisher (Monica Potter) dan
mengembangkan idenya untuk klinik medis yang dibangun berdasarkan filosofi merawat pasien
menggunakan humor dan empati. Dengan bantuan Arthur Mendelson (Harold Gould), seorang pria kaya
yang adalah pasien yang ditemui Patch ketika berada di rumah sakit jiwa, dia membeli 425.000 m² di
Virginia Barat untuk membangun Institut Gesundheit di masa depan. Bersama Carin, mahasiswa
kedokteran lainnya yang bernama Truman Schiff (Daniel London), dan beberapa teman lama, ia
merenovasi sebuah pondok tua menjadi sebuah klinik. Ketika mereka menjalankan klinik, mereka
merawat pasien tanpa asuransi kesehatan dengan menampilkan komedi sebagai bagian dari bentuk
perawatan untuk mereka.

Persahabatan Patch dengan Carin segera berubah menjadi kisah cinta. Ketika dia mengatakan
kepadanya bahwa dia telah dianiaya sebagai seorang anak, Patch menghiburnya dan meyakinkannya
bahwa dia dapat mengatasi rasa sakitnya dengan membantu orang lain. Didorong semangat, Carin ingin
membantu pasien yang terganggu, Lawrence "Larry" Silver (Douglas Roberts). Namun, Larry membunuh
Carin, lalu bunuh diri.

Patch diliputi rasa bersalah oleh kematian Carin dan mulai mempertanyakan kebaikan dalam
kemanusiaan. Berdiri di atas tebing, ia merenungkan bunuh diri lagi dan meminta penjelasan dari Tuhan.
Namun, dia kemudian melihat kupu-kupu yang mengingatkannya bahwa Carin selalu berharap dia
adalah ulat yang bisa berubah menjadi kupu-kupu dan terbang menjauh. Kupu-kupu mendarat di tas
medis Patch dan kemejanya sebelum kupu-kupu itu terbang kembali. Patch merasa semangatnya
dihidupkan kembali, Patch memutuskan untuk mendedikasikan pekerjaannya untuk semua kenangan,
baik dan buruk, yang telah dilaluinya.

Walcott akhirnya mengetahui bahwa Patch telah menjalankan klinik dan praktik kedokteran tanpa
lisensi dan berupaya mempermasalahkannya lagi karena hal ini. Walcott juga menuding bahwa Patch
telah membuat pasiennya tidak nyaman (yang merupakan tuduhan yang tidak benar). Putus asa untuk
membuktikan Walcott salah, Patch mengajukan keluhan kepada Dewan Medis Negara Bagian atas saran
dari mantan teman sekamar sekolah kedokterannya, seseorang yang bersikap konservatif, Mitch Roman
(Philip Seymour Hoffman). Patch berhasil meyakinkan dewan bahwa ia harus memperlakukan jiwa
sebaik memperlakukan tubuh. Dewan memungkinkan dia untuk lulus dan dia menerima tepuk tangan
yang sangat meriah dengan berdiri (standing ovation) dari hadirin di ruangan yang penuh sesak.

Pada saat kelulusan, Patch menerima ijazahnya, dan kemudian, sambil membungkuk kepada para
profesor dan hadirin, memelorotkan celana dan menunjukkan pantatnya yang telanjang.
Tanggapan Patch Adams

Patch Adams sebenarnya secara terbuka mengkritik film tersebut, mengatakan bahwa film itu
mengorbankan banyak dari pesan pentingnya untuk membuatnya menjadi film laris. Dia juga
mengatakan bahwa dari semua aspek kehidupan dan aktivisme, film ini menggambarkannya hanya
sebagai dokter yang lucu.[10] Pada Konferensi untuk Urusan Global, ia mengatakan kepada kritikus film
Roger Ebert, "Saya benci film itu."[11]

Saat berpidato pada 2010 di Mayo Clinic, Patch Adams berkata, "Film ini berjanji untuk membangun
rumah sakit kami. Tidak ada keuntungan dari film yang pernah datang kepada kami, dan karenanya,
pada dasarnya 40 tahun dalam pekerjaan ini, kami masih berusaha membangun rumah sakit kami."[12]

Selanjutnya, Adams menyatakan:

"[Robin Williams] menghasilkan USD 21 juta selama empat bulan berpura-pura menjadi saya, dalam
versi yang sangat sederhana, dan bahkan ia tidak memberikan USD 10 ke rumah sakit gratis saya." Patch
Adams, si tokoh dalam kehidupan nyata, mengatakan, "Seandainya saya punya uang yang dimiliki Robin,
saya akan memberikan keseluruhan uang USD 21 juta tersebut ke rumah sakit gratis di negara di mana
80 juta orang tidak bisa mendapatkan perawatan."[13]

Namun, dalam wawancara lain, Adams mengklarifikasi bahwa dia tidak membenci Williams,[10] dan
Williams secara aktif mendukung Rumah Sakit Penelitian Anak St. Jude selama beberapa tahun.[14]
Setelah kematian Williams pada 2014, Adams berkata:

Berita mengerikan tentang meninggalnya Robin Williams sampai di sini di Amazon, Peru, Senin malam,
dengan kesedihan yang luar biasa. Dikelilingi oleh lebih dari 100 teman dan badut dalam perjalanan
badut tahunan kami, kami berduka atas kehilangan yang tragis ini dan terus menghargai kejeniusan
komedinya.

Robin Williams adalah pria yang luar biasa, baik, dan murah hati. Satu hal penting yang saya ingat
tentang kepribadiannya adalah bahwa dia bersikap tanpa keangkuhan — dia tidak pernah bertindak
seolah-olah dia kuat atau terkenal. Sebaliknya, ia selalu lembut dan ramah, bersedia membantu orang
lain dengan senyum atau lelucon. Robin adalah seorang komedian yang brilian — tidak ada keraguan
dalam hal itu. Dia adalah manusia yang penuh kasih dan perhatian. Menontonnya berakting di lokasi
syuting film berdasarkan hidup saya — "Patch Adams" — saya melihat bahwa setiap kali ada momen
yang menegangkan, Robin akan memanfaatkan gaya improvisasinya untuk meringankan suasana para
pemain dan kru. Juga, saya ingin tekankan di sini, Robin akan sangat baik terhadap anak-anak saya
ketika mereka akan mengunjungi lokasi syuting.

Bertolak belakang dengan berapa banyak orang yang melihatnya, dia tampaknya bagi saya introver.
Ketika dia mengundang saya dan keluarga saya ke rumahnya, dia menghargai kedamaian dan
ketenangan, kesempatan untuk bernafas — kesempatan untuk menjauh dari ketenaran yang dibawakan
oleh bakatnya. Sementara di awal kehidupan, ia beralih ke penggunaan narkoba dan alkohol untuk
melarikan diri, ia mengganti kecanduan dengan momen-momen kesendirian untuk membantu
mengatasi stres yang disebabkan ketenaran. Dunia ini tidak baik kepada orang-orang yang menjadi
terkenal, dan kemasyhuran yang ia kumpulkan adalah mimpi buruk. Sementara kali ini kita berduka, kita
berhadapan dengan konsekuensi kematiannya.

Saya sangat berterima kasih atas penampilannya yang luar biasa di awal kehidupan saya, yang
memungkinkan Institut Gesundheit untuk melanjutkan dan memperluas pekerjaan kami. Kami
menyampaikan berkah kepada keluarga dan teman-temannya di saat-saat berduka ini. Terima kasih
untuk semua yang kamu berikan pada dunia ini Robin, terima kasih, kawanku.[15]
Resensi Film : Patch Adams

Judul film :Patch Adams

Produksi : Universal Pictures

Tahun : 1999

Sutradara : Tom Shadyac

Film “Patch Adams” merupakan cerita yang menarik, yang merupakan kisah nyata dari seorang pria yang
bernama patch Adams. Patch merenungkan bahwa semua manusia pasti berusaha menemukan jalan
untuk pulang. Manusia memiliki tujuan masing-masing dalam hidupnya. Namun, “Patch” merasa takut
kehilangan jalan yang benar yang dapat menghantarkannya pada tujuan hidupnya.

Suatu saat, patch berbincang-bincang dengan salah seorang dokter yang menangani pasien di rumah
sakit tersebut. Patch menceritakan kisahnya pada dokter tersebut. Patch mengalami kenyataan yang
begitu pahit. Ayahnya meninggal ketika dia masih berusia 9 tahun. Dia pernah mendapatkan pekerjaan,
tetapi ia tidak merasa cocok. Dia pun pernah mencoba untuk bunuh diri.

Oleh sebab itu, dia memutuskan untuk tinggal di rumah sakit jiwa. Di sana ia dipertemukan dengan
berbagai macam orang yang mengalami penyakit kejiwaan. Dia bertemu dengan Arthur Mandelson,
seorang pria lanjut usia yang selalu menghitung jari-jarinya. Dia adalah seorang pengusaha yang
terkenal, pintar, walaupun kondisi kejiwaannya mengalami gangguan.

Selain itu, Patch juga sekamar dengan seorang laki-laki yang selalu mengalami gangguan halusinasi
landak. Patch tak kekurangan akal. Dengan berbagai cara dia mulai mencoba untuk bisa masuk ke dalam
dunia teman kamarnya itu, walaupun sebenarnya dia adalah orang yang tidak memiliki gangguan
kejiwaan. Dia berhasil berelasi dengan orang-orang yang ada di rumah sakit jiwa tersebut.

Suatu saat, patch berbincang-bincang dengan salah seorang dokter yang menangani pasien di rumah
sakit tersebut. Patch menceritakan kisahnya pada dokter tersebut. Patch mengalami kenyataan yang
begitu pahit. Ayahnya meninggal ketika dia masih berusia 9 tahun. Dia pernah mendapatkan pekerjaan,
tetapi ia tidak merasa cocok. Dia pun pernah mencoba untuk bunuh diri. Ia merasa takut akan tujuan
hidupnya

Suatu malam, dia masuk ke dalam kamar Arthur Mandelson. Arthur mengajarkan pada Patch Adams,
bahwa jika dalam hidupnya dia hanya berfokus pada masalah saja, maka tidak akan ada solusi. Dengan
membuka mata dan melihat seluruh dunia yang baru setiap hari akan membuat berpikir untuk
menemukan jawaban atas semua permasalahan yang terjadi. Sejak saat itulah pola pikir Patch menjadi
berubah. Dia yakin akan tujuan hidupnya. Dan pada akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti studi di
fakultas kedokteran. Walaupun keputusannya ini sempat dipertanyakan oleh seorang dokter di rumah
sakit jiwa tersebut, patch tetap memiliki semangat dan keyakinan untuk menjadi seorang dokter,
meskipun usianya sudah dapat dikatakan tidak muda lagi, alias sudah terlalu tua. Dia memiliki kerinduan
untuk membantu orang-orang sakit.

Keinginan Patch terwujud. Dia berhasil masuk di sebuah fakultas kedokteran. Dia terkenal sebagai
seorang mahasiswa yang bisa berelasi dengan semua pasien. Dia memiliki berbagai cara untuk dapat
berinteraksi dengan para pasien. Patch adalah sosok yang bisa berbagi keceriaan dan memberikan
semangat pada orang lain. Sehingga pasien yang awalnya bagaikan orang yang tak memiliki
pengharapan, tetapi dengan kehadiran Patch yang memberikan semangat kepadanya, maka orang
tersebut memiliki keyakinan yang kuat akan hidupnya.

Sosok Patch Adams sangat gigih, tekun, berjuang dengan penuh semangat. Bisa berbagi dengan siapa
pun. Meskipun pada suatu ketika dia menghadapi masalah, dan hampir tidak diluluskan dari fakultas
kedokteran, dia tidak putus asa. Dia tetap berjuang dan tetap membantu orang lain dengan apa yang ia
miliki.

Melalui film ini kita dapat belajar banyak hal. Kita dapat belajar dari seorang “Patch Adams” yang
merupakan sosok yang bersemangat, mau berbagi keceriaan dengan orang lain, walaupun sebenarnya
dia juga memiliki pengalaman yang begitu pahit dan sempat membuat dia kehilangan tujuan yang benar
dalam hidupnya. Melangkah dengan penuh keyakinan, meskipun banyak hal-hal yang sempat
membuatnya tidak diluluskan dari fakultas kedokteran karena tingkah lakunya yang begitu aneh. Dia
pun sempat mengalami keterpurukan karena teman perempuan yang dikasihinya, yang selalu
membantunya di dalam mewujudkan keinginannya untuk membantu orang-orang sakit dengan
membuka praktek kesehatan di suatu tempat yang dipinjamkan oleh Arthur Mandelson, perempuan
tersebut meninggal akibat dibunuh. Namun dia berusaha bangkit kembali. Melalui salah seorang
temannya dari fakultas kedokteran di mana ia melakukan studi, Patch yang awalnya memiliki niat untuk
melakukan kecurangan atas masalah yang membuatnya hampir tidak diluluskan dari studinya, pada
akhirnya luluh dan mau menghadapi semua resiko yang ada di depannya. Dengan penuh semangat yang
ia miliki, ia pun sanggup melewati proses persidangan. Alhasil, dia dinyatakan lulus dari studinya di
fakultas kedokteran tersebut.

Berbagi keceriaan dan semangat dengan orang lain adalah hal yang sangat menyenangkan. Dengan
demikian kita bisa berbaur dalam interaksi dengan semua orang. Tak memandang seberapa besar
masalah yang kita alami yang dapat membuat kita terpuruk, kita harus tetap bangkit dan tetap
memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki dan kita bagikan kepada orang lain.

Ada sebuah statement dalam film ini yang diucapkan oleh Arthur Mandelson yang menurut saya sangat
menjadi kekuatan dalam hidup kita. “Berfokus pada masalah, maka tidak akan ada solusi. Dengan
membuka mata dan melihat seluruh dunia yang baru setiap hari akan membuat berpikir untuk
menemukan jawaban atas semua permasalahan yang terjadi.”
Selama kita masih hidup dalam dunia ini, masalah memang tak pernah lepas dari hidup kita. Bagaikan
kerikil-kerikil tajam yang mau tidak mau harus kita jadikan pijakan untuk mencapai suatu keberhasilan.
Seringkali ketika masalah itu datang kita memberontak dan bertanya pada Tuhan, mengapa ini harus
terjadi dalam hidupku. Kita tidak menyadari bahwa di situlah kerohanian kita akan terbentuk.

Keterpurukan yang kita alami, hendaknya membuat kita bangkit. Kita harus melakukan suatu tindakan.
Jangan berfokus pada masa lalu yang dapat membuat kita ragu atas tujuan hidup kita. Tetapi tataplah ke
depan, bahwa hari esok penuh harapan. Yakin selalu bahwa penyertaan Tuhan selalu sempurna dalam
hidup kita.
PENDAHULUAN

Patch Adam adalah sebuah film yang diangkat berdasarkan kisah nyata tentang Dr. Hunter “Patch”
Adams yang terkenal dengan metode penyembuhannya yang tidak lazim dan melawan pakem
tradisional kedokteran. Film ini dimulai pada saat Hunter mengalami depresi berat, namun secara
sukarela masuk ke rumah sakit jiwa lantaran ingin sembuh. Dia masuk ke Rumah Sakit Jiwa Virginia,
tepatnya di Rumah Sakit Fairfax.

Di rumah sakit jiwa, Hunter dihadapkan dengan perilaku aneh bermacam-macam pasien. Setelah
beberapa hari di Rumah Sakit Fairfax, Hunter dikenalkan dengan pasien pria tua yang mengalami
sindrom kejeniusan, nama pria tua itu adalah “Arthur”. Pada malam itu, Arthur mengajarkan Adams
tentang “bagimana berpikir agar dapat melihat sesuatu hal yang orang lain tak melihatnya”. Pada malam
berikutnya, Hunter membantu Rudy (teman sekamarnya) yang trauma dan takut terhadap hewan kecil.
Saat itu, Rudy ketakutan karena merasa ada tupai didekatnya padahal tidak ada, lalu Hunter
memberikan sugesti peperangan melawan Tupai sehingga bangkitlah keberanian Rudy. Hal tersebut
membuat Hunter mulai menemukan jalan hidupnya. Di sana ia menikmati menolong pasien lain
lantaran melihat dokter dan staf bersikap kaku pada para pasien.

Sejak itu, Hunter bertekad melanjutkan universitas di jurusan kedokteran agar dapat membantu banyak
orang. Pasca keluar dari rumah sakit, Hunter langsung mendaftarkan diri di salah satu universitas
kedokteran, yaitu Virginia Medical Univercity. Menariknya, dia memakai nama Patch Adams (nama
julukan dari rekan-rekannya di Rumah Sakit Jiwa), bukan lagi Hunter Adams.

Di universitas kedokteran, Patch melihat metode pengobatan yang diajarkan sangat kaku karena hanya
melihat sisi badaniah dan mengabaikan sisi rohaniah. Pada tingkat 1, mahasiswa dilarang untuk
berhubungan langsung dengan pasien, tetapi Patch selalu menyempatkan datang ke rumah sakit untuk
melihat keadaan pasien-pasien yang berada dirumah sakit tersebut. Upaya yang dilakukan Patch dimulai
dengan masuk ke kamar pasien anak-anak dengan penyakit kanker. Patch mendekati seorang anak,
kemudian tersenyum dan menyapa dengan mimik muka lucu. Anak itu tertawa. Anak-anak lain di
bangsal itu mendengar lalu menoleh. Patch kemudian mulai melucu bagaikan badut. Semua anak
bersorak. Mereka tertawa terpingkal-pingkal hingga melompat-lompat di ranjang. Patch melihat
metodenya itu ternyata sangat relevan.

Para perawat rumah sakit dan rekan kampusnya sangat antusias melihat tindakan Patch yang memberi
kemudahan sekaligus pelajaran baru bagi mereka dalam upaya untuk menangani pasien. Sayangnya,
tindakannya itu diketahui oleh dokter sekaligus dekan di universitasnya, dr. Dean Walcott, hingga
akhirnya Patch diberi sanksi agar tidak datang ke rumah sakit karena telah mengganggu pasien dan
membuat onar di rumah sakit. Perjuangan Patch tidak berhenti disitu saja, dia mulai mencari dukungan
dari rekannya untuk bisa mendukung misinya, dan akhirnya dukungan itu dia peroleh.

Kemudian pada suatu malam, Patch serta rekannya (Truman Schiff dan Carin Fisher) menuju ruangan
pasien bernama “Jackie’. Jackie adalah pasien berusia lanjut yang memiliki hoby safari. Patch mencoba
memberikan kondisi peperangan dengan balon dan senjata mainan agar pasien mengingat kembali
tentang safari yang pernah dilakukan sehingga dapat mengurangi beban kesakitannya. Lagi-lagi, Patch
melihat metodenya itu ternyata sangat relevan.

Pada hari berikutnya, Patch mencoba masuk ke ruang seorang pasien laki-laki penderita kanker pancreas
bernama “Bill”. Sebelumnya, tidak ada satu orang pun di rumah sakit yang dapat berbicara dengan Bill
karena sifatnya kasar. Patch mencoba memberikan hiburan, tetapi si pasien sangat marah dan sangat
merasa terganggu. Keesokan harinya, Patch mencoba masuk kembali ke kamar Bill dengan memakai
baju peri dan menghibur, hingga akhirnya Bill dapat tertawa. Berkat komunikasi yang baik, akhirnya
terjalin hubungan yang sangat dekat antara Bill dan Patch, hal ini terbukti sebelum menunggal Bill ingin
bertemu dengan Patch, dimana Bill meminta Patch untuk menyanyikan sebuah lagu untuknya.

Di universitas kedokteran, Patch memiliki nilai yang jauh di atas rata-rata, tetapi hal itu membawa
kecurigaan kepada dr. Dean Walcott karena Patchs tidak pernah tampak belajar dan sering berkunjung
ke rumah sakit. Selain itu, dr. Walcott menentang keras aksi pendekatan kepada pasien yang dilakukan
Patch. Menurutnya, dokter tidak bisa berada satu level dengan pasien dan Patch tidak bisa terus
mengembangkan teori kemanusiaannya tersebut karena tidak sesuai dengan apa yang seharusnya
dilakukan dokter selama ini. Tetapi, Patch tidak peduli kecaman dari dr. Walcott.

Pada suatu malam, Patch melihat suatu kejanggalan pelayanan administrasi kesehatan di rumah sakit,
yaitu seorang wanita yang tidak bisa melihat keadaan anaknya karena ia tidak bisa mengisi formulir. Lalu
ia bertekad untuk membuat rumah sakit gratis yang menggunakan humor sebagai pengobatan utama
serta dokter dan pasien bekerja bersama-sama.

Tekad Patch terwujud berkat bantuan Arthur. Dengan bantuan tersebut, Patch membuka tempat
pengobatan gratis serta mengorganisir teman-teman kuliahnya untuk bergabung secara sukarela
memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat. Sampai di suatu hari, karena kebanyakan
pasien yang rawat-inap, mereka kekurangan kamar tidur dan obat-obatanm, sehingga mengharuskan
mereka untuk meminjam dari rumah sakit. Aksi mereka pun diketahui dr. Walcott, akhirnya dia dituduh
melanggar perataran kampus karena membuka tempat praktek tanpa izin.

Ulah tersebut mengakibatkan Patch diajukan ke dewan kehormatan kedokteran sampai ke sebuah
persidangan. Untuk dapat bertahan dan dapat melanjutkan universitasnya, dia pun mengambil arsip
hasil belajarnya untuk dapat di jadikan bahan pertimbangan di sidang. Beberapa hari kemudian, sidang
pun di langsungkan. Dalam sidang tersebut, Patch memberikan penjelasan secara rasional dan sangat
ilmiah sehingga dewan senator kampus tidak menemukan alasan pengeluarannya, Patch tidak jadi
dikeluarkan dari kampus.

Tiga tahun kemudian, dia berhasil meraih gelar dokter, dan membuka praktik yang dijalani bersama
rekan-rekannya selama 12 tahun dan merawat lebih dari 15.000 pasien tanpa pembayaran dengan
asuransi malapraktik dan fasilitas normal. Dia membeli tanah seluas 42,5 hektar di VIRGINA BARAT dan
membangun Rumah Sakit Gensundheit . Sekarang lebih dari 1000 dokter mendaftarkan diri dengan
meninbggalkan praktek mereka dan bergabung dengan Patch.
PEMBAHASAN

Film Patch Adams ini memiliki banyak pesan moral, terutama dalam komunikasi kesehatan. Komunikasi
kesehatan didefinisikan sebagai semua jenis komunikasi manusia yang isinya pesannya berkaitan dengan
kesehatan. Dalam film ini, dokter sebagai komunikator dan pasien adalah sebagai komunikan.
Komunikasi kesehatan antara dokter dan pasien yang dulu menganut pola paternalistik dengan dokter
pada posisi yang lebih dominan sudah saatnya diubah menjadi setara antara dokter dan pasien. Sebagai
tenaga kesehatan, misalnya dokter, diperlukan adanya komunikasi yang efektif antara dokter dengan
pasien agar terjalin komunikasi yang baik sehingga dokter dapat memahami pasien lebih mendalam dan
lebih mudah untuk menentukan dengan cara yang bagaimana untuk memulihkan pasien karena setiap
pasien memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.

ESIMPULAN

1. Film Patch Adams memberikan pelajaran yang sangat berharga dan memberikan makna dalam
bidang komunikasi kesehatan. Dari seluruh jalan cerita film tersebut menceritakan bahwa metode
pengobatan pasien hendaknya tidak hanya melihat sisi badaniah saja, melainkan harus memperhatikan
juga sisi rohaniahnya. Dan tujuan dari langkah kedokteran adalah peningkatan kualitas hidup, bukan
hanya memperpanjang hidup

2. Sebagai tenaga kesehatan, diperlukan adanya komunikasi komunikasi verbal dan non verbal
agar komunikasi dapat efektif sehingga penyampaian pesan dapat diterima oleh pasien.

Anda mungkin juga menyukai