Anda di halaman 1dari 5

Untuk diketahui konsep 'Silicon Valley' yang diadopsi dari AS ini memang menjadi tren.

Banyak
pengembangan kawasan berbasis digital diklaim akan menjadi pusat berkumpulnya para perusahaan
rintisan dan teknologi. Sebelumnya Nongsa D-Town di Batam juga dikembangkan seluas 62 hektare juga
diplot sebagai kegiatan riset ekonomi digital, pengembangan teknologi, pendidikan, hingga pariwisata.
Diklaim sebagai Silicon Valley Indonesia. Pemerintah juga menetapkan kawasan Nongsa sebagai
Kawasan Ekonomi Khusus yang tertuang dalam PP 68/2021. Bukit Algoritma juga dikembangkan pada
luas lahan seluas 888 hektare di Sukabumi, yang saat ini dalam tahap pengembangan. Kawasan ini
sempat ramai diperbincangkan pada tahun lalu. Bergeser di wilayah Tangerang Selatan, saat ini BSD
disiapkan sebagai kawasan digital hub. Untuk menjaring perusahaan rintisan, kreatif digital, hingga
perusahaan teknologi. Dimana saat ini tengah membangun gedung Knowledge Hub. Silikon valley

Silikon valley merupakan pusat inovasi di Amerika Serikat (AS) yang berhasil mencetak banyak
perusahaan teknologi raksasa dan kini namanya kerap dicatut berbagai negara dunia untuk menciptakan
kawasan serupa, termasuk Bukit Algoritma di Sukabumi, Indonesia.

Silicon Valley terletak di selatan San Francisco, California, Amerika Serikat (AS). Wilayah ini menampung
2.000 perusahaan teknologi yang merupakan konsentrasi terpadat di dunia.

Area ini telah menciptakan pusat bagi perusahaan inovatif. Sejumlah perusahaan teknologi yang kita
kenal sekarang seperti Apple, Facebook, Google, dan Netflix, lahir di kawasan ini. Silicon Valley juga jadi
tempat lahir perusahaan seperti Tesla, Twitter, Yahoo, dan eBay.

Selain itu ada pula perusahaan penunjang bisnis seperti Cisco, Oracle, Salesforce.com, Hewlett-Packard,
dan Intel. Sejumlah perusahaan ternama lain seperti Adobe, Intuit, dan Zynga juga ada di sini.

Awal mulai

Awalnya kawasan pengembangan teknologi itu dinamai Santa Clara Valley. Silikon sendiri adalah bahan
dasar semikonduktor yang digunakan di komponen komputer.

Ide untuk membuat Silicon Valley dimulai selama masa krisis ekonomi yang disebut depresi hebat atau
Great Depression pada tahun 1930-an. Seorang Profesor teknik Stanford, Frederick Terman
memutuskan untuk menciptakan lebih banyak peluang kerja bagi mahasiswanya.hingga lambat laut
tempat yang ia gunakan berkembang menjadi pusat manufaktur tertinggi di AS.

Alasan kesuksesan Silicon Valley AS, yaitu:

1. wilayah sekitar Silicon Valley memiliki banyak universitas, pusat penelitian pemerintah dan
laboratorium komersial.

2.Tersedia akses ke pemberi modal ventura yang berlimpah dan budaya berwirausaha yang sangat
berani mengambil risiko.

3. Kemampuan pada perusahaan-perusahaan yang ada di tempat ini sangat baik dalam
mengintegrasikan inovasi mereka dengan strategi bisnis, sehingga perusahaan-perusahaan itu bisa
berkembang pesat dan beradaptasi terhadap tuntutan perubahan global. Studi Booz&co berjudul Global
Innovation 1000 menunjukkan perusahaan di Silicon Valley hampir empat kali lebih mampu
menyelaraskan strategi perusahaan mereka dengan inovasi yang dilakukan. Selain itu, budaya
perusahaan di tempat ini juga 2,5 kali lebih mendukung inovasi.

4.jaringan networking yang luas. perusahaan-perusahaan yang berdiri di Silicon Valley diwarnai dengan
semangat kerjasama. Sebab, banyak pendiri perusahaan lokal berasal dari sekolah yang sama, sehingga
membuat mereka saling mempromosikan satu sama lain tanpa memandang afiliasi perusahaan. Dikutip
The Balance, jaringan profesional yang tercipta di sana juga menghasilkan pertukaran informasi yang
terbilang mudah. Perusahaan menemukan bahwa kolaborasi di antara mereka membuat perusahaan
rintisan relatif lebih sukses.

5.Negara Bagian California melarang klausul anti persaingan. Akibatnya seorang yang brilian yang
berkinerja baik dapat meninggalkan perusahaan untuk memulai perusahaan mereka sendiri, untuk
mengembangkan ide-ide baru. Hasilnya, karyawan akan fokus membantu satu sama lain dalam
memecahkan masalah.

6.Alasan yang sering diabaikan adalah keragaman budaya Silicon Valley. Antara tahun 1995-2005 lebih
dari separuh perusahaan baru didirikan oleh para imigran. Keberagaman mengarah pada inovasi selama
semua orang berfokus pada tujuan bersama mereka.

Kemajuan teknologi saat ini telah mempermudah segala aktivitas. Internet dan gadget merupakan dua
hal yang tidak lepas dari aktivitas sehari-hari, terutama bagi mereka yang sedang belajar atau bekerja.
Kalaupun kamu sering menggunakan internet dan gadget, tahukah kamu Silicon Valley yang selalu
dikaitkan dengan gadget? Kebanyakan orang masih belum tahu apa itu Silicon Valley, berikut
penjelasannya.

Apa itu Silicon Valley?

Silicon Valley adalah nama daerah selatan dari San Francisco Bay Area di California. Bisa dibilang Silicon
Valley adalah ibu kota teknologi dunia. Mengingat Silicon Valley memiliki banyak perusahaan teknologi
informasi, dari start-up hingga perusahaan yang sudah lama berdiri, ini adalah nama yang tepat. Wilayah
Silicon Valley sendiri mencakup berbagai wilayah, termasuk Menlo Park, Mountain View, Palo Alto, dan
Sunnyvale. Nama Silicon Valley oleh Ralph Vaerst (Ralph Vaerst), dia adalah seorang pengusaha sukses di
California. Pada saat yang sama, Don Hoefler yang pertama kali muncul di media massa adalah teman
Vaerst. Seri artikel berjudul “Silicon Valley, USA” ini pertama kali diterbitkan pada 11 Januari 1971.
Namun, nama Silicon Valley benar-benar muncul pada 1980-an. Mengapa disebut Silicon Valley? Silikon
adalah bahan yang digunakan untuk membuat produk semikonduktor komersial. Karena banyaknya
perusahaan yang bergerak di bidang semikonduktor dan industri komputer yang bergerak di bidang ini,
maka lahirlah nama Silicon Valey! Silicon Valley telah menjadi surga bagi mereka yang ingin membangun
startup. Jika Anda punya ide bagus dan itu bisa terwujud, jangan ragu untuk mewujudkan impian Anda.
Di Silicon Valley, banyak orang dari berbagai daerah dan negara datang ke sini untuk mewujudkan
startup mereka. Dari start-up teknologi hingga bidang lain. Silicon Valley jadi Contoh perkembangan
Start Up di dunia Bisakah Silicon Valley dan budaya di sekitar pusat teknologi menjadi model untuk
diikuti kota-kota di seluruh dunia? Biaya bergabung dengan Silicon Valley akan dibayar dengan pajak.
Dalam 60 tahun terakhir, Silicon Valley telah berubah dari jaringan besar produsen teknologi profesional
menjadi inti teknologi global multi-miliar dolar. Silicon Valley adalah rumah bagi Apple, Google,
Facebook, Netflix, dan banyak perusahaan serupa, yang dapat menambahkan hingga triliunan dolar. Jika
dilihat dari data, luas Valley adalah 4.801 kilometer persegi dan terdapat 3 juta orang, 38% di antaranya
lahir di luar Amerika Serikat. Secara per kapita, Silicon Valley adalah salah satu kawasan terkaya di dunia,
lebih kaya dari banyak negara. Rata-rata jumlah penduduknya US $ 125.580 (sekitar Rp 1,7 miliar) per
tahun. Pada 2015, PDB kawasan ini menduduki peringkat ketiga, kedua setelah Zurich dan Oslo. Oleh
karena itu, mudah untuk memahami mengapa banyak negara menginginkan kesuksesan yang sama.
Persamaan yang dimiliki oleh banyak perusahaan besar di Sillicon Valley adalah mereka memiliki
kemampuan untuk bergerak cepat, berinovasi, dan tumbuh. Tapi bisakah ini direplikasi di tempat lain?
Jika ya, haruskah kita melakukannya? Karena rangkaian startup yang mulai dan kemudian ditutup akan
memiliki kekurangan. Meskipun ada data yang menunjukkan bahwa 90% startup gagal di Amerika
Serikat, tetapi angka yang lebih akurat adalah 60%, ini masih merupakan tingkat kegagalan dan risiko
investasi yang tinggi. Dalam proses menciptakan Sillicon Valley, keadaan unik sedang bekerja – tim
peneliti universitas di California berkontribusi pada kelahiran perusahaan semikonduktor – model ini
mungkin tidak ideal untuk membangun model pusat inovasi di negara lain. Valley membutuhkan waktu
puluhan tahun untuk sampai saat ini. Sulit untuk membangun ekosistem pendidikan dan industri yang
dapat dengan cepat mendukung pusat inovasi semacam itu. Sekarang, waktu kita memiliki pepatah
baru: Sillicon Valley tidak akan dibangun dalam satu hari.

Inovasi Silicon Valley di Asia

Taiwan adalah asal pabrikan HTC, Foxconn, Acer dan Asus. Selain itu, Taiwan secara rutin menjadi tuan
rumah Computex. Computex merupakan pameran teknologi yang sudah digelar lebih dari 30 tahun.
Dalam pameran ini, Anda bisa menemukan segala macam inovasi teknologi yang menakjubkan.

Melihat antusiasme pengunjung dan perusahaan peserta, ketua panitia pengembangan mengatakan
bahwa Computex mungkin merupakan awal dari pembentukan Lembah Silikon Asia. Setelah mengenal
Asian Silllicon Valley, Asia bisa menjadi pusat inovasi teknologi baru dan go global.

Untuk mengawali harapan tersebut, Taiwan membutuhkan banyak tenaga ahli khususnya di bidang
teknologi informasi. Selama dunia masih membutuhkan teknologi informasi, Sillicon Valley tidak akan
pernah mati. Setelah memahami Sillicon Valley, Anda akan bisa melihat perkembangan Sillicon Valley
yang luar biasa. Oleh karena itu, perusahaan Sillicon Valley akan membutuhkan banyak tenaga kerja dari
berbagai daerah.

Bidang Pendukung SV

Analis ini menunjukkan pandangan yang terkadang diabaikan: negara lain yang sukses secara ekonomi di
dunia sudah menghasilkan uang, bukan dengan mencoba mengembangkan versi mereka sendiri dari
Sillicon Valley, tetapi dengan melakukan diversifikasi dan eksploitasi Ekonomi AS tumbuh untuk
menghasilkan uang.

Ambil Taiwan sebagai contoh. Taiwan memiliki kinerja yang baik dalam produksi chip-industri ini
dibangun di atas kesuksesan Sillicon Valley. Taiwan tidak hanya memiliki fasilitas pabrik. Mereka
mengembangkan teknologi di sekitarnya sehingga produsen perangkat keras dapat membuat berbagai
hal dengan lebih efisien.

Nilai industri teknologi Taiwan diperkirakan mencapai 130 miliar dolar AS (hampir Rp1.800 miliar).
Namun, baru-baru ini Taiwan sedang mencoba jalur inovasi yang mirip dengan Sillicon Valley untuk
mengikuti perubahan dan bersaing dengan China.

Pada saat yang sama, di Jerman, mereka mempertahankan posisi terdepan dalam manufaktur Eropa
dengan meningkatkan kemampuan mereka dan berinvestasi di area tertentu. Inilah mengapa
perusahaan Jerman seperti Siemens mengembangkan pabrik di China, bukan sebaliknya.

Institut Fraunhofer yang terkenal di Jerman memiliki beberapa cara untuk meningkatkan tingkat
teknologi perusahaan terbesar Jerman dan memastikan bahwa mereka tetap kompetitif. Situs web
SoundCloud di Berlin. Anda mungkin terkejut saat mengetahui bahwa algoritme kompresi MP3
ditemukan oleh insinyur Fraunhofer, bukan oleh pengusaha Sillicon Valley.

Kesimpulan

Sillicon Valley adalah wilayah teknologi yang telah berkembang sangat pesat dan dibangun tidak dalam
waktu sehari dan memiliki kecenderungan persaingan yang ketat terhadap bisnis mereka satu dengan
yang lainnya, termasuk dalam laporan keuangan bisnis perusahaan.

[8:11 pm, 27/10/2022] Irma Novi: Walau proyek silicon valley memiliki banyak manfaat dan fakta
keberhasilannya sudah terbukti apabila merujuk pada Silicon Valley di Amerika Serikat, namun Indonesia
adalah sebuah negara berkembang berbeda dengan Amerika Serikat dan indeks pengetahuan terhadap
digitalisasi juga berbeda jauh. Terlebih lagi, pandemi dan bencana alam yang bertubi-tubi membuat
ekonomi Indonesia semakin terpuruk.

Hal-hal berikut ini yang membuat silicon valley di Indonesia ini justru menjadi proyek yang
membuntungkan, yaitu :

1. Sumber Daya Manusia yang Kurang Memadai.

apabila melihat data dari Asian Development Bank (ADB), tingkat inovasi dan digitalisasi Indonesia hanya
sebesar 0,08 di tahun 2020 jauh lebih rendah dibanding dengan negara Filipina dan Kamboja.

Disisi lain, Indonesia bahkan masih kekurangan sumber daya manusia (SDM) yang pandai mengelola
teknologi bahkan dalam memahami Artificial Intelligence (AI), tidak banyak bahkan dari perusahaan
Indonesia yang paham akan teknologi AI seperti Nodeflux hingga Drone Emprit. Tidak hanya dibutuhkan
sebuah ekosistem yang memadai, posisi yang strategis dan mesin-mesin canggih untuk mengisi Silicon
Valley Indonesia, tetapi pengetahuan juga dibutuhkan sebagai sebuah kendali atas fasilitas-fasilitas yang
sudah tersedia nantinya.
2. Ketimpangan Sosial dalam Tubuh Masyarakat.

Pekerjaan yang semakin sulit dicari terlebih lagi masa pandemi membuat sebagian orang putus asa
untuk menafkahi diri dan keluarganya dinilai lebih menjadi permasalahan yang sesungguhnya. Karena
dari masalah-masalah tersebut, tak jarang dari mereka tersisihkan dari orang asing yang masuk ke
Indonesia untuk bekerja. Khawatir akan terjadinya stagnasi bagi sistem ekonomi dalam masyarakat dan
bahkan dalam mencari pekerjaan pun pada nantinya akan semakin sulit.

3. Bisa Terjadinya Suspensi dalam Pembangunan.

Suspensi dalam pembangunan terjadi tidak hanya disebabkan dari pengeluaran dana yang tersendat
tetapi bisa jadi keadaan ekosistem Indonesia yang kurang mendukung. Apalagi kejadian sebelumnya
pernah terjadi ketika salah satu perusahaan terbesar dunia yaitu Tesla ingin berinvestasi di Indonesia
dengan nilai Rp. 294 triliun, tetapi Tesla menarik kembali janjinya kepada Indonesia dan malah memilih
India sebagai tempat mereka berinvestasi. Salah satu alasan Tesla saat itu ialah karna ekosistem di
Indonesia yang kurang bersahabat. Maka proyek silicon valley di Indonesia ini tidak menutup
kemungkinan terjadi pemberhentian sementara dalam membangun proyeknya yang akan terselesaikan
dalam kurun waktu 11 tahun. PT Jababeka Tbk resmi meluncurkan kawasan 'Silicon Valley' Correctio
yang berlokasi di Cikarang. Peluncuran ini dilakukan di President University Convention Center, Bekasi,
Jawa Barat.

Correctio memiliki ekosistem yang mumpuni berbasis 4.0, menyediakan akses bagi startup dan industri
kepada lembaga riset, venture capital, pemerintah, penyedia solusi teknologi dan solusi manufaktur
yang tergabung di satu kawasan.

Ridwan Kamil menekankan pentingnya kolaborasi, sejalan dengan visi Correctio yang akan
menggabungkan ekosistem startup, akademia, bisnis, dan pemerintah pada kawasan ini.

Di kawasan ini akan dikembangkan sejumlah fasilitas kelas dunia yang siap mendukung perkembangan
Industry 4.0 dan Society 5.0 seperti pengembangan district cooling system, pengaplikasian solar panel,
urban farming, Fabrication Lab, data center, smart command center, dan masih banyak lagi serta tak
tertinggal pengembangan kota berbasis TOD untuk mempermudah aksesibilitasnya.

Anda mungkin juga menyukai