Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS
MANAJEMEN INFORMASI KORPORAT

STUDI KASUS
THE AMAZON.COM: THE BRINK OF BANKRUPTCY

EDY EVAN

RIFQI PRABANTORO

RISKY ADE MAISAL

SACANA FITRIANTONO

FALKULTAS ILMU KOMPUTER


PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI
JAKARTA
FEBRUARI 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................i
1. Dalam terminologi mengelola IS/IT korporat dan strategi untuk masuk kedalam
pasar menggunakan IS/IT, apa perbedaan antara “dot com” seperti pada Amazon dan
“traditional com” yang sangat bergantung pada IT seperti American Airlines? [25 points] 1
2. Untuk bertahan dari pada era bubble burst, Amazon harus memberhentikan banyak
karyawan dan menutup beberapa gudang. Tidakkah Anda berpikir Amazon telah
melanggar prinsip model bisnis "dot com" yang pada dasarnya hanya mengizinkan sedikit
karyawan dan hampir tidak ada toko fisik sama sekali? [25 points]...................................1
3. Apa penyebab dari “dot com bubble burst” era pertama? Akankah ada bubble burst
era kedua? [25 points].......................................................................................................2
4. Model Bisnis Amazon telah berevolusi puluhan kali selama 20 tahun terakhir.
Jelaskan secara singkat evolusi Amazon. Apakah menurut Anda Amazon telah masuk atau
akan memasuki domain teknologi disruptif? [25 points]....................................................3
REFERENSI.........................................................................................................................6

1. Dalam terminologi mengelola IS/IT korporat dan strategi untuk masuk kedalam pasar
menggunakan IS/IT, apa perbedaan antara “dot com” seperti pada Amazon dan
“traditional com” yang sangat bergantung pada IT seperti American Airlines? [25
points]

Jawaban:

Perusahaan dengan dependensi IT yang tinggi seperti American Airlines (AA) dan American
Hospital & Supply Corporation (AHSC) melakukan investasi sangat besar di infrastruktur,
jaringan, dan IS/IT pada customer dan supplier agar mereka mudah masuk dan meggunakan
sistem elektronik tersebut. Menyadari keuntungan serta kemudahan menggunakan sistem
elektronik menyebabkan meningkatnya demand untuk implementasi. Pada saat itu tidak
ada internet, sedangkan sistem elektronik sangat bergantung pada perangkat. Ketika sistem
mulai digunakan dan menjadi kebergantungan, switching cost menjadi tinggi sehingga
customer dan supplier tidak mudah untuk pindah ke sistem lain[CITATION App09 \p 72 \l
1033 ]. Hal ini hanya dapat dilakukan karena AA dan AHSC adalah yang pertama di pasarnya
dalam mengadopsi sistem IT di supply chain mereka.

Perusahaan dot com seperti amazon masuk ke dalam pasar saat teknologi sudah terjangkau
dan internet sudah diadopsi secara luas. Keunggulan teknologi tidak lagi menjadi
competitive advantage. Maka untuk meningkatkan keunggulan, perusahaan dot com harus

i
dapat melakukan inovasi lebih cepat dibanding kompetitor, membuat services yang tidak
mudah direplika, dan membangun loyal customer[CITATION App09 \p 73 \l 1033 ]. Peran
IS/IT dalam perusahaan dot com adalah untuk dapat men-support ketiga hal tersebut.
Contohnya amazon membuat kustomisasi websitenya untuk masing-masing pengunjungnya,
menyediakan sistem rekomendasi, membuka marketplace, dan men-deliver fiturnya lebih
cepat dibandingkan kompetitor sehingga komunitas lebih terlibat dan tidak pindah ke
service yang menyediakan layanan yang sama (online bookstore).

2. Untuk bertahan dari pada era bubble burst, Amazon harus memberhentikan banyak
karyawan dan menutup beberapa gudang. Tidakkah Anda berpikir Amazon telah
melanggar prinsip model bisnis "dot com" yang pada dasarnya hanya mengizinkan
sedikit karyawan dan hampir tidak ada toko fisik sama sekali? [25 points]

Jawaban:

Amazon tidak melanggar dot com business model principle karena bisnis model amazon
awalnya memang bisnis dot com tetapi berkembang ke retail dan fulfillment[ CITATION
App09 \l 1033 ]. Amazon memiliki obsesi untuk mengembangkan bisnis nya ke segala arah
dengan cepat, Dikutip dari buku The Everything Store [ CITATION Bra13 \l 1033 ] Jeff Bezos
mengatakan dia menginginkan agar Amazon membangun Gudang dan pusat distribusi untuk
mempercepat distribusi sehingga amazon tidak hanya bergantung dari penjualan online saja
untuk bisa bersaing dengan supermarket retailer seperti Wal-Mart. Dan ketika pada saat
dot-com bubble burst terjadi Amazon perlu menutup beberapa warehouse mereka agar
dapat melakukan penghematan.

3. Apa penyebab dari “dot com bubble burst” era pertama? Akankah ada bubble burst
era kedua? [25 points]

Jawaban:

Bermula pada 1990an kemajuan teknologi yang pesat di berbagai bidang tetapi
meningkatnya popularitas internet menjadi sebab pertumbuhan modal di negara Amerika
Serikat saat itu. Meskipun pembawa standar teknologi tinggi, seperti Intel, Cisco dan Oracle
mendorong pertumbuhan di sektor teknologi, perusahaan dotcom pemula adalah yang
memicu lonjakan pasar saham yang dimulai pada 1995.

Gelembung yang terbentuk selama lima tahun ke depan dipenuhi oleh uang murah, modal
mudah, kepercayaan pasar berlebihan, dan spekulasi. Banyak para kapitalis ingin sekali
berinvestasi di perusahaan mana pun dengan nama ".com". Penilaian perusahaan “.com”
didasarkan pada pendapatan dan laba yang belum pasti terjadi selama beberapa tahun jika
model bisnis benar-benar berhasil, dan para investor terlalu bersedia untuk mengabaikan
fundamental tradisional. Perusahaan yang belum menghasilkan pendapatan, laba dan,
dalam beberapa kasus, produk jadi, pergi ke pasar dengan penawaran umum perdana yang
mana harga saham mereka berlipat menjadi tiga dan empat kali lipat dalam satu hari.

Dikutip dari [ CITATION Ada19 \l 1033 ], menurut Hayes, indeks Nasdaq mencapai
puncaknya 10 Maret 2000, pada $5048, hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Tepat

ii
di puncak pasar, beberapa perusahaan teknologi tinggi terkemuka, seperti Dell dan Cisco
melakukan pemesanan jual besar-besaran di saham mereka, memicu kepanikan penjualan
di kalangan investor. Dalam beberapa minggu, pasar saham kehilangan 10% dari nilainya.
Ketika modal investasi mulai mengering, begitu pula kehidupan perusahaan dotcom yang
kekurangan uang. Perusahaan-perusahaan Dotcom yang telah mencapai kapitalisasi pasar
dalam ratusan juta dolar menjadi tidak berharga dalam hitungan bulan. Pada akhir tahun
2001, sebagian besar perusahaan dotcom yang diperdagangkan secara publik terlipat, dan
triliunan dolar modal investasi menguap. Inilah yang disebut dot-com bubble burst.

Sekarang 2020, apakah bubble burst kedua akan terjadi? Dikutip dari [CITATION Jef15 \l
1033 ], Jay Ritter, seorang profesor di bidang finansial dari Universitas Florida’s Warrington
College of Business Administration, yang mempelajari tentang valuasi dan IPO, mengatakan
bahwa kita sekarang berada di dalam bubble. Ia mendefinisikan bubble sebagai sesuatu
dimana nilai asset tidak dinilai dengan asumsi yang rasional. Ada empat pemain besar di
dunia yang berkontribusi jika terjadinya bubble burst yang kedua [CITATION Kal20 \l 1033 ] :

1. Facebook : Facebook divaluasi nilainya $84 - $100 billion jika sahamnya go


public. Namun saat itu revenue terbesarnya dari advertising hanya $1.86 billion.
2. Twitter : Faktanya Silicon Valey meletakkan angka valuasi untuk Twitter
antara $8 - $10 billion, dengan kondisi Twitter tidak ada kejelasan revenue stream
mereka darimana.
3. LinkedIn : Pada 2010 LinkedIn hanya mendapatkan profit margin yang kecil,
kurang dari $2 million. Namun ia divaluasi dengan nilai $9.6 billion.
4. Groupon : Merupakan website yang sukses dalam menjual deal of the day.
Namun untuk jangka panjang tidak ada kejelasan terhadap profit. Sebanyak 40%
perusahaan yang menggunakan Groupon mereka memutuskan tidak menggunakan
lagi karena hanya sedikit profit yang mereka dapatkan dari Groupon.

4. Model Bisnis Amazon telah berevolusi puluhan kali selama 20 tahun terakhir. Jelaskan
secara singkat evolusi Amazon. Apakah menurut Anda Amazon telah masuk atau akan
memasuki domain teknologi disruptif? [25 points]

Jawaban:

iii
Gambar Perkembangan Model Bisnis Amazon [ CITATION Mar141 \l 1033 ][ CITATION
Thi09 \l 1033 ][ CITATION DeP19 \l 1033 ]

Bisnis Amazon dimulai pada tahun 1994 dengan bisnis penjualan buku secara online
[ CITATION Mar141 \l 1033 ]. Seiring berjalannya waktu, Amazon meningkatkan produk dan
pasarnya ke berbagai cakupan yang besar mulai dari peningkatan market dan bisnis,
perluasan produk, perluasan pasar dan eksplorasi bisnis. Amazon yang pada awalnya hanya
berbisnis jual beli buku, saat ini sudah memiliki berbagai macam produk seperti Amazon
Kindle, Amazon Instant Video, Amazon Prime, Amazon Web Service, Amazon Cloud Drive,
Amazon Mp3, Amazon Fresh, Amazon Service, Amazon Studios, Amazon Local, dsb.

iv
Besarnya cakupan bisnis Amazon pada saat ini, bisa dikatakan bahwa Amazon telah masuk
dalam bagian yang mempengaruhi era disruptif pada domain teknologi [ CITATION Thi09 \l
1033 ]. Hal ini terlihat dari perluasan bisnis yang dilakukan oleh Amazon ke dalam berbagai
jenis bisnis. Bisnis awal dari Amazon yang sudah ada pada domain teknologi membuat
Amazon berinovasi untuk membawa semua jenis bisnis ke dalam domain teknologi. Bisnis
online yang dilakukan oleh Amazon secara tidak langsung akan merubah budaya atau
kebiasaan masyarakat. Contohnya adalah pada saat akan melakukan pembelian logistik
masyarakat akan menggunakan Amazon groceries, saat akan melakukan belanja buku atau
barang lain masyarakat akan menggunakan e-commerce reguler Amazon, saat akan
menonton film masyarakat akan menggunakan Amazon Prime, dan sebagainya. Hal-hal
tersebutlah yang menyebabkan Amazon menjadi bagian yang menyebabkan disruptif dalam
domain teknologi.

v
REFERENSI

[1] L. M. Applegate, R. D. Austin and D. L. Soule, Corporate Information Strategy and


Management: Text and Cases, 8th ed., Singapore: McGraw-Hill, 2009, p. 72.

[2] B. Stone, The Everything Store: Jeff Bezos and the Age of Amazon, Little, Brown and
Company, 2013.

[3] A. Hayes, "Investopedia," Dotdash, 25 June 2019. [Online]. Available:


https://www.investopedia.com/terms/d/dotcom-bubble.asp. [Accessed 16 02 2020].

[4] J. Bercovici, "Inc dot com," Inc, 01 September 2015. [Online]. Available:
https://www.inc.com/magazine/201509/jeff-bercovici/are-we-in-a-tech-bubble.html.
[Accessed 16 February 2020].

[5] K. Smith, "Money Crashers," Money Crashers, 01 January 2016. [Online]. Available:
https://www.moneycrashers.com/dot-com-bubble-burst/. [Accessed 17 February 2020].

[6] Marketters, "Membedah Sejarah dan Fakta Amazon.com," 19 December 2014. [Online].
Available: https://marketeers.com/membedah-sejarah-dan-fakta-amazon-com/.
[Accessed 15 February 2020].

[7] I. Thierry and L. Denis, "Open Innovation within Business Ecosystems: A Tale from
Amazon.com," Communication &Strategies, vol. 1, pp. 37-54, 2009.

[8] L. DePillis and I. Sherman, "Amazon's Extraordinary 25-Years Evolution," CNN, 5 Juli
2019. [Online]. Available:
https://edition.cnn.com/interactive/2018/10/business/amazon-history-
timeline/index.html. [Accessed 14 Februari 2020].

vi
vii

Anda mungkin juga menyukai