Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Thoriqo Haqqi

NIM : 1208010131

Kelas : AP 5C

Mata Kuliah : E- Government

Awal Mula e-government di Indonesia

Istilah e-government di Indonesia baru mulai di Indonesia pada tahun 2001 mengikuti Instruksi
Presiden Nomor 6 Tahun 2001 yang dimana isinya seputar dorongan atas penggunaan teknologi
telematika dalam rangka menyukseskan target good governance agar semakin cepat terwujudnya
demokrasi di Indonesia. Dalam e-government terdapat keterlibatan otomatisasi serta komputerisasi
dalam prosuder paper-based. Hal tersebut dapat menciptakan pola kepemimpinan yang baru dari
alternatif diskusi, memudahkan komunikasi dua arah dari warga/swasta ke pemerintah begitupun
sebaliknya.

Perkembangan e-government di Indonesia

Pemanfaatan TIK dalam pemerintahan dimulai pada tahun 1992 ketika pada beberapa
Pemerintah Daerah (Pemda Tingkat II, istilah saat itu) menerapkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) melalui
pemanfaatan komputer stand alone. Proyek tersebut dikenal dengan Proyek KTP Mbak Tutut (Putri
(Alm) Mantan Presiden Soeharto), karena menurut isue yang berkembang proyek tersebut dimenangkan
di dijalankan oleh perusahaan milik Mbak Tutut.

Keberhasilan KTP komputer ini kemudian dilanjutkan dengan proyek Surat Ijin Mengemudi (SIM)
Mbak Tutut. Istilah e-Government saat itu belum dikenal. Istilah yang digunakan adalah komputerisasi.
Sejak era tahun 1992 tersebut, hampir seluruh Departemen, Propinsi (Pemda tingkat I) dan Pemda
tingkat II membelanjakan komputer, namun karena tidak banyak Pegawai Negeri SIpil (PNS) yang dapat
mengoperasikan komputer, dengan mengingat harga yang mahal dan dikhawatirkan mudah rusak, maka
perangkat komputer hanya dipercayakan pengoperasionalannya kepada orang-orang tertentu saja. Hal
ini yang mungkin menyebabkan penetrasi komputer dan user komputer di pemerintahan berjalan
lambat dibandingkan lembaga profit.

Komputer pada saat itu lebih banyak digunakan untuk pengelolaan surat-menyurat, pengganti
mesin ketik. Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1995, Pemerintah mengambil kebijakan
pemanfaatan komputer untuk administrasi kepegawaian. Pada era ini, jaringan komputer sudah
berkembang. Sistem Informasi (SI) Kepegawaian (Simpeg) telah memanfaatkan komputer berjaringan
dan dioperasionalkan dengan cukup baik. Pada tahun 1997, Departemen Dalam Negeri (saat ini
Kementerian Dalam Negeri) membangun suatu proyek prestisius berupa pembangunan Jaringan
Komunikasi Tertutup (Jartup) yang dikenal dengan nama proyek Sistem Komunikasi Dalam Negeri
(Siskomdagri). Siskomdagri berupa proyek pemasangan Very Small Aparature Terminal (VSAT) pada
seluruh Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II dan dimanfaatkan untuk komunikasi (telepon dan
fax) antar Pemda.
Proyek ini bertahan sampai dengan tahun 2002, ketika Pemda sudah enggan membayar iuran
tahunan yang dirasakan memberatkan. Proyek Siskomdagri kemudian diperbaharui dengan Proyek baru
bernama Jaringan Komunikasi Pusat dan Daerah (Jarkompusda) pada tahun 2005 hingga saat ini (2011).
Setelah proyek Depdagri tahun 1997 tersebut, banyak Departemen yang menjalankan proyek
sentralistik top down yang serupa, seperti Sistem Komputerisasi Haji (Siskohaj), Sistem Informasi
Kesehatan (Simkes), Jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas) dan Inhern oleh Kemdiknas, dan lain-lain.
Istilah e-Government mulai muncul pada era tahun 2000-an, dan masih berjalan lambat hingga tahun
2007-an.

Meskipun sejak tahun 2000 internet telah cukup banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh
pemerintah dan dunia usaha, namun belum banyak lembaga pemerintah yang memiliki situs web,
bahkan di tingkat Departemen. Pada era 2000-an, terdapat sekitar puluhan website pemerintah, baik
pusat maupun daerah. Berbeda dengan kondisi tahun 2011, dimana seluruh pemerintah pusat dan
daerah, termasuk lembaga-lembaga ad-hock telah memiliki situs web (600
Kementerian/Lembaga/Pemda).

Anda mungkin juga menyukai