Anda di halaman 1dari 18

PARADIGMA ISLAMISASI ILMU DI INDONESIA

PERSPEKTIF AMIN ABDULLAH

Kamaruzzaman
e-Mail : kamaruzz@yahoo.com
UIN Imam Bonjol Padang

Abstrak : Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan tentang pandangan
Amin Abdullah terhadap dinamika keilmuan yang berkembang dewasa ini serta konsep
integrasi ilmu Amin Abdullah dalam menanggulangi dikotomi ilmu yang telah
berlangsung berabad-abad lamanya di dunia Islam khususnya di Indonesia. Dalam hal ini,
Amin Abdullah berpendapat Islam harus diletakkan dalam dua dimensinya, yaitu
normativitas dan historisitas tapi realitasnya aspek normatif dan historis kerap berjalan
secara timpang. Umumnya pengajaran ilmu-ilmu agama Islam yang normatif-tekstual
terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, ilmu-ilmu sosial,
ekonomi, hukum dan humaniora. Hubungan ilmu agama dan ilmu umum tidak harus
mengambil posisi berhadap-hadapan dan bersifat dikhotomis

Kata Kunci : Integrasi ilmu, Amin Abdullah, Islamisasi Sains

PENDAHULUAN masa itu juga diterjemahkan karya-


Dalam sejarah Islam, kita karya dalam bidang astronomi,1
mengenal nama-nama seperti Al- Hal ini dapat kita lihat pada al-
Mansur, Al-Ma’mun, dan Harun Al- Biruni. Sebagai ilmuwan dan saintis
Rasyid, yang memberikan perhatian Muslim, al-Biruni selalu meletakkan
teramat besar bagi perkembangan ilmu sains sebagai sarana untuk
di dunia Islam. Pada masa mengungkap rahasia alam. Hasil
pemerintahan Al-Mansur, misalnya, eksperimen dan penelitiannya selalu
proses penerjemahan karya-karya bermuara pada pengakuan keberadaan
filosof Yunani ke dalam bahasa Arab sang pencipta (Allah). Meskipun telah
berjalan dengan pesat. Dikabarkan menghasilkan 180 karya dalam
bahwa Al-Mansur telah memerintahkan berbagai disiplin ilmu, ia selalu
penerjemahan naskah-naskah Yunani mengingatkan bahwa metode ilmiah
mengenai filsafat dan ilmu, dengan yang dikembangkannya memiliki
memberikan imbalan yang besar keterbatasan. Wahyu Allah satu-
kepada para ahli bahasa (penerjemah). satunya otoritas tertinggi yang mutlak.
Pada masa Harun Al-Rasyid (786-809) Karena itu, jika ia terbentur pada suatu
proses penerjemahan itu juga masih masalah, ia pun segera
terus berlangsung. Harun mengembalikannya kepada Allah. Di
memerintahkan Yuhanna (Yahya) Ibn sini al-Biruni berusaha menundukkan
Masawayh (w. 857), seorang dokter
Istana, untuk menerjemahkan buku-
buku kuno mengenai kedokteran. Di

1
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011hlm.
40

1
2 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 1, Juni 2018

sains di bawah kerangka nilai-nilai wilayah kekuasaan Dinasti Saljuq


iman.2 dengan cara memasukkan materi
keagamaan versi Sunni ke dalam
Namun sejak abad ke-13 umat
kurikulum madrasah Nizamiyah.
Islam melepaskan kegiatannya dalam
Sedangkan ilmu – ilmu kealaman
pengembangan sains dan teknologi,
(fisika, kimia, astronomi) dan
penguasaan sains dan teknologi
kedokteran tidak termasuk kedalam
berpindah dari tangan umat Islam ke
kurikulum pendidikan madrasah
Eropa Barat, sebagai akibat
Nizamiyyah. Sekali lagi motif utama
pengalaman yang pahit memisahkan
pendidikan Madrasah Nizamiyyah
agama dari politik, ekonomi, dan ilmu
adalah politik dan ideologi. Ada
pengetahuan. IPTEK dikembangkan
kemungkinan, materi – materi di atas
dalam suasana yang sekular;
tidak dimasukkan ke dalam kurikulum
kemampuan umat dalam bidang ini
di Madrasah Nizamiyyah karena
semakin merosot; usaha keras yang
memang tidak begitu diperlukan dalam
dilakukan Kesultanan Turki untuk
kerangka kepentingan ideologi dan
mengejar Eropa Barat dengan
politik penguasa waktu itu. Sehingga
mendorong teknologinya menemui
cukup beralasan mengapa materi
kegagalan, karena tidak didukung oleh
keagamaan mendominasi dalam
sains. Turki hanya mendapat teknologi
kurikulum pendidikan madrasah
yang cepat menjadi usang sedangkan
Nizamiah pada saat itu.4
Eropa Barat yang menguasai sains
sumber teknologi, selalu memperoleh Mengakarnya paham dikotomi
teknologi baru dari kegiatan sainsnya.3 keilmuan amat berpengaruh pada
dinamika umat Islam itu sendiri. Pada
Di masa Dinasti Saljuq berkuasa
masa kejayaan Islam, hampir tidak
(429-700 H/1037-1299 M), pemisahan
terlihat adanya dikotomi keilmuan
(dikotomi) ilmu sudah mulai dilakukan
antara “ilmu-ilmu umum” dan “ilmu-
di lembaga-lembaga pendidikan yang
ilmu keislaman”. Perkembangan ilmu
dibangun oleh pemerintah, di antara
pengetahuan berjalan demikian
istitusi pendidikan yang dominan di
pesatnya, meliputi ilmu agama, bahasa,
masa Dinasti Saljuq adalah madrasah
sejarah, aljabar, fisika, kedokteran, dan
Nizamiah. Pendirian madrasah
lain-lain. Tokoh-tokoh seperti Al-
Nizamiah pada masa itu tak terlepas
Farabi, Ibnu Sina, Ikhwan Al-Shafa
dari kepentingan politik yang
menyadari bahwa kesempurnaan
mengitarinya. Madrasah Nizamiah oleh
manusia hanya akan terwujud dengan
Dinasti Saljuq dijadikan alat
penyerasian antara “ilmu-ilmu umum”
propaganda tandingan untuk menekan
dan “ilmu-ilmu keislaman”, sebagai
pengaruh aliran Syi’i dan untuk
satu bagian yang tak terpisahkan dalam
menyebarluaskan aliran Sunni di
komponen keilmuan dalam Islam.
tengah – tengah masyarakat di seluruh
Di Indonesia masalah dikotomi
2
antara ilmu umum dan agama sudah di
RA Gunadi, Dari Penakluk
mulai pada zaman penjajahan Belanda.
Jerussalem Hingga Angka Nol, (Jakarta:
Republika, 2002) hlm. 66
3 4
Achmad Baiquni, Al-Qur’an Ilmu Lihat Arif Budi Raharjo, Suwito
Pengetahuan dan Teknologi, (Yogyakarta: PT dkk. Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta:
Dana Bhakti Prima Yasa, 1995), hlm. 137-138 Prenada Media, 2005), hlm 154.
Kamaruzzaman Paradigma Islamisasi Ilmu Perspektif Amin Abdullah …. 3

Terhadap pendidikan Islam, Belanda pendidikan. Pondok pesantren sebagai


cendrung menghambat dan lembaga pendidikan tertua di Indonesia
menghalangi karena dinilai sebagai mengembangkan metode
salah satu faktor yang akan pendidikannya sendiri-sendiri, dan
mengancam keberlangsungan menolak hal-hal yang berasal dari
pemerintah. Hambatan dan halangan Belanda. metode belajar yang lazim
yang dibuat oleh Belanda antara lain pada masa itu menggunakan metode
pemerintah dapat membubarkan sorogan atau bondongan. Umumnya
sekolah-sekolah yang tidak mempunyai pesantren semacam ini “ steril” dari
izin atau yang tak disukai yang disebut ilmu pengetahuan umum. Pola ini
sebagai Wilde School Ordonantie atau disebut pondok salaf atau tradisional
Ordonasi Sekolah Liar. Di samping itu Dalam catatan Nurcholish
juga mengeluarkan ordinantie yang Madjid sebagaimana yang dikutip oleh
isinya melarang para guru, kyai atau Yasmardi didalam bukunya yang
ulama untuk mengajar jika tidak berjudul “Modernisasi Pesantren:
mempunyai izin.5 Kritik Nurcholish Madjid Terhadap
Pemerintah Belanda juga Pendidikan Islam Tradisional”
menerapkan prinsip konkordansi, yakni setidaknya kitab-kitab klasik yang
suatu prinsip yang memaksa sekolah diajarkan di dalam pesantren mencakup
berorientasi Barat dan menghalangi cabang ilmu-ilmu; fiqh, tauhid, tasauf,
dalam penyesuaian pendidikan dengan dan nahwu-sharf. Atau dapat juga
kondisi di Indonesia. Dengan demikian dikatakan konsentrasi keilmuan yang
setiap sekolah dipaksa menjadi agen berkembang di pesantren pada
kebudayaan Barat dan dijadikan umumnya mencakup tidak kurang dari
sebagai alat untuk misionaris Kristen. 12 macam disiplin keilmuan; nahwu,
Prinsip dan pola ini mereka tempuh sharf, balaqhah, tauhid, fiqh, ushul
karena mereka tidak ingin masyarakat fiqh, qawaid fiqhiyah, tafsir, hadits,
pribumi menjadi pintar dan tidak ingin muthalah al-haditsah, tasauf, dan
Islam menjadi maju. Karena jika mantiq. 7
masyarakatnya pintar dan Islam maju, Akibat sepak terjang Belanda itu
terancamlah kekuasaan mereka, sampai sekarang fenomena dikotomi
terancamlah keuntungan yang berlipat ilmu masih bisa kita lihat pada dunia
dalam bidang perdangangan mereka pendidikan di Indonesia yakni adanya
dan terancam pula misi mereka untuk sekolah umum/Perguruan Tinggi
menyebarkan bahkan mengkristenkan umum dibawah naungan Departemen
seluruh Indonesia, sebagaimana yang Pendidikan Nasional dan sekolah
menjadi cita-cita Snouck Hurgronje.6 agama/Perguruan Tinggi agama
Akibat kesewenang-wenanganan dibawah naungan Departemen Agama.
Belanda itu timbullah rasa antipati Di masyarakat kita ada istilah ilmu
terhadap apapun yang datang dari umum dan ilmu agama, guru umum
Belanda, termasuk dalam hal dan guru agama. Bahkan Perguruan

5 7
Abudin Nata, Kapita Selekta Yasmadi, Modernisasi Pesantren:
Pendidikan Islam, (Bandung: Penerbit Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan
Angkasa, 2003), hlm. 17 Islam Tradisional , ( Jakarta: Ciputat Press,
6
Ibid., hlm. 20-21 2002), hlm. 68
4 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 1, Juni 2018

Tinggi Agama Islam seperti IAIN juga Perguruan Tinggi Umum dan
menerapkan dikotomi ilmu. Di Perguruan Tinggi Agama di tanah air
lembaga IAIN Sembilan puluh persen mirip-mirip seperti pola kerja keilmuan
(90%) materi pelajarannya adalah awal abad renaissance hingga era
ilmu-ilmu agama. revolusi informasi, yang sekarang ini
mulai diratapi oleh banyak kalangan.
Salah satu tokoh di Indonesia
Hati nurani terlepas dari akal sehat.
yang gigih mengangkat masalah
Nafsu serakah menguasai perilaku
dikotomi ilmu umum dan ilmu agama
cerdik pandai. Praktik korupsi, kolusi
ini adalah Prof. Dr. M. Amin Abdullah
dan nepotisme merajalela. Lingkungan
seorang cendikiawan Islam di
alam rusak berat. Tindakan kekerasan
Indonesia. Amin Abdullah
dan mutual distrust (saling mencurigai
menyebutkan bahwa Islam harus
dan rasa saling tidak percaya)
diletakkan dalam dua dimensinya,
mewabah dimana-mana.9
yaitu normativitas dan historisitas.
Aspek normativitas ditekankan pada Amin Abdullah menegaskan di
ajaran wahyu yang berupa teks-teks dalam bukunya yang berjudul Islamic
keagamaan, sedangkan sisi Studies di Perguruan Tinggi:
historisitas terletak pada pemahaman Pendekatan Integratif-Interkonektif,
dan bagaimana orang atau kelompok Amin Abdullah melukiskan pola
orang melakukan interpretasi terhadap hubungan antar disiplin keilmuan
aturan-aturan agama yang menjadi keagamaan dan keilmuan non-
pilihannya yang kemudian menjadi keagamaan secara metaforis mirip-
aktivitas kesehariannya. Amin mirip dengan “jaring laba-laba
Abdullah berpendapat aspek normatif keilmuan” (Spider web), dimana antar
dan historis kerap berjalan secara berbagai disiplin yang berbeda tersebut
timpang. Misalnya, pengajaran ilmu- saling berhubungan dan berinteraksi
ilmu agama Islam yang normatif- secara aktif-dinamis. Yaitu, corak
tekstual terlepas dari perkembangan hubungan antar berbagai disiplin dan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi, metode keilmuan tersebut bercorak
ilmu-ilmu sosial, ekonomi, hukum dan integratif-interkonektif.10
humaniora. Menurut Amin Abdullah Masing-masing disiplin ilmu
hubungan ilmu agama dan ilmu umum masih tetap dapat menjaga identitas
tidak harus mengambil posisi dan eksistensinya sendiri-sendiri, tetapi
berhadap-hadapan dan bersifat selalu terbuka ruang untuk berdialog,
dikhotomis. Ibarat sebuah koin (mata berkomunikasi dan berdiskusi dengan
uang) dengan dua permukaan. disiplin ilmu lain. tidak hanya dapat
Hubungan antara kedua permukaan berdiskusi antar rumpun disiplin ilmu
koin tidak dapat dipisahkan, tetapi
secara tegas dan jelas dapat 9
Amin Abdullah dkk, Menyatukan
dibedakan.8 Kembali Ilmu-Ilmu Agama dan Umum: Upaya
Amin Abdullah melihat Mempertemukan Epistemologi Islam dan
Umum, (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press,
aktivitas pendidikan dan keilmuan di
2003), hlm. 4
10
Amin Abdullah, Islamic Studies di
8
Amin Abdullah, Studi Agama: Perguruan Tinggi: Pendekatan Integratif-
Normativitas atau Historisitas, (Yogyakarta: Interkonektif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Pustaka Pelajar, 2004), hlm. vii 2012), hlm. 107
Kamaruzzaman Paradigma Islamisasi Ilmu Perspektif Amin Abdullah …. 5

kealaman secara internal, namun juga PEMBAHASAN


mampu dan bersedia untuk berdiskusi
dan menerima masukan dari keilmuan Amin Abdullah men-Ilustrasikan
external, seperti dengan ilmu-ilmu gagasannya sama persis seperti skema
sosial dan humaniora. Ilmu-ilmu agama pada jarring laba-laba berikut
atau yang lebih popular disebut dengan gagasannya terkait dengan konsep
Ulumu al-din tidak terkecuali disini. Ia jaring laba-laba
juga tidak dapat berdiri sendiri,
terpisah, terisolasi dari hubungan dan Salah satu tokoh di Indonesia
kontak dengan keilmuan lain di luar yang gigih mengangkat masalah
dirinya. Ia harus terbuka dan membuka dikotomi ilmu umum dan ilmu agama
diri serta bersedia berdialog, adalah Prof. Dr. M. Amin Abdullah.
berkomunikasi, menerima masukan, Amin Abdullah menyebutkan bahwa
kritik dan bersinergi dengan keilmuan Islam harus diletakkan dalam dua
alam, keilmuan sosial dan humaniora.11 dimensinya, yaitu normativitas dan
historisitas. Aspek normativitas
Lebih lanjut menurut Amin
ditekankan pada ajaran wahyu yang
Abdullah yang pernah menjabat
berupa teks-teks keagamaan,
sebagai Rektor IAIN Sunan Kalijaga
sedangkan sisi historisitas terletak
(sekarang menjadi UIN Kalijaga)
pada pemahaman dan bagaimana
selama dua periode (2001-2010), di
orang atau kelompok orang
era UIN, fakultas Syari’ah tidak boleh
melakukan interpretasi terhadap aturan-
menolak untuk dimasuki mata kuliah
aturan agama yang menjadi pilihannya
baru yang mengandung muatan
yang kemudian menjadi aktivitas
humanities kontemporer dan ilmu-ilmu
kesehariannya.12
sosial seperti hermeneutika, cultural
dan religious studies, HAM ,
sensitivitas gender, filsafat ilmu dan Amin Abdullah berpendapat
begitu seterusnya. Jika tidak, maka aspek normatif dan historis kerap
mahasiswa akan menderita (suffer) berjalan secara timpang. Umumnya
ketika mereka keluar kampus dan pengajaran ilmu-ilmu agama Islam
berhadapan dengan realitas sosial- yang normatif-tekstual terlepas dari
kemasyarakatan dan realitas sosial perkembangan ilmu pengetahuan dan
keagamaan yang begitu kompleks. tekhnologi, ilmu-ilmu sosial,
Begitu juga dengan fakultas Tarbiyah , ekonomi, hukum dan humaniora.
Dakwah, Adab dan Ushuluddin. Menurut Amin Abdullah hubungan
ilmu agama dan ilmu umum tidak
harus mengambil posisi berhadap-
hadapan dan bersifat dikhotomis. Ibarat
sebuah koin (mata uang) dengan dua
permukaan. Hubungan antara kedua
permukaan koin tidak dapat

11
Lihat Amin Abdullah, Agama, Ilmu
12
dan Budaya: Paradigma integrasi-interkoneksi Amin Abdullah, Studi Agama:
keilmuan (Yogyakarta, 17 Agustus 2013), hlm. Normativitas atau Historisitas, (Yogyakarta:
11 Pustaka Pelajar, 2004), hlm. vii
6 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 1, Juni 2018

dipisahkan, tetapi secara tegas dan jelas agama (khususnya Islam) dengan ilmu-
dapat dibedakan. 13 ilmu umum. Tujuan dari Integrasi-
Interkoneksi adalah memahami
Amin Abdullah menegaskan kehidupan manusia yang kompleks
dalam bukunya yang berjudul Islamic secara terpadu dan menyeluruh.
Studies di Perguruan Tinggi: Harapan dari Integrasi-Interkoneksi ini
Pendekatan Integratif-Interkonektif, terwujudnya manusia yang mulia (QS
Amin Abdullah melukiskan pola Al-Mujadilah: 11) manusia yang
hubungan antar disiplin keilmuan berderajat tinggi, yakni manusia yang
keagamaan dan keilmuan non- beriman,berilmu dan beramal shaleh.
keagamaan secara metaforis mirip-
mirip dengan “jaring laba-laba Pendekatan integratif-
keilmuan” (Spider web), dimana antar interkonektif merupakan pendekatan
berbagai disiplin yang berbeda tersebut yang tidak akan saling melumatkan dan
saling berhubungan dan berinteraksi peleburan antara keilmuan umum dan
secara aktif-dinamis. corak hubungan agama. Pendekatan integratif-
antar berbagai disiplin dan metode interkonektif adalah pendekatan yang
keilmuan tersebut bercorak integratif- berusaha saling menghargai; keilmuan
interkonektif.14 Jargon integratif- umum dan agama sadar akan
interkonektif memang cukup populer di keterbatasan masing-masing dalam
dengar terutama bagi kalangan civitas memecahkan persoalan manusia. Hal
akademika UIN Sunan Kalijaga ini akan melahirkan sebuah kerja sama,
Yogyakarta. Jargon ini tidak hanya setidaknya saling memahami
sekedar jargon pasca peralihan IAIN pendekatan (approach) dan metode
menjadi UIN tetapi lebih dari itu berpikir (process dan procedure) antar
menjadi core values dan paradigma kedua keilmuan tersebut. Pendekatan
yang akan dikembangkan UIN Sunan integratif-integkonektif merupakan
Kalijaga yang mengisyaratkan tidak usaha untuk menjadikan sebuah
ada lagi dikotomi antara ilmu agama keterhubungan antara keilmuan agama
dan ilmu umum. dan keilmuan umum yang tergabung
dalam ilmu alam, ilmu sosial dan
Menurut Amin Abdullah studi humaniora.15
Islam integrasi-interkoneksi adalah
kajian tentang ilmu-ilmu keislaman, Masing-masing disiplin ilmu
baik objek bahasan maupun orientasi masih tetap dapat menjaga identitas
metodologinya dan mengkaji salah satu dan eksistensinya sendiri-sendiri, tetapi
bidang keilmuan dengan selalu terbuka ruang untuk berdialog,
memanfaatkan bidang keilmuan berkomunikasi dan berdiskusi dengan
lainnya serta melihat kesaling-terkaitan disiplin ilmu lain. tidak hanya dapat
antar berbagai disiplin ilmu tersebut berdiskusi antar rumpun disiplin ilmu
untuk mempertemukan ilmu-ilmu kealaman secara internal, namun juga
mampu dan bersedia untuk berdiskusi
13
Ibid dan menerima masukan dari keilmuan
14
Amin Abdullah, dkk. Islamic external, seperti dengan ilmu-ilmu
Studies: Dalam Paradigma Integrasi-
Interkoneksi (Sebuah Antologi). (Penerbit
15
SUKA Press.2007). hlm.107 Ibid, hlm. 53.
Kamaruzzaman Paradigma Islamisasi Ilmu Perspektif Amin Abdullah …. 7

sosial dan humaniora. Ilmu-ilmu agama Quran dan sunnah sebagai grand
atau yang lebih popular disebut dengan theory pengetahuan. Sehingga ayat-
Ulumu al-din tidak terkecuali disini. Ia ayat qualiyah dan kauniyah dapat
juga tidak dapat berdiri sendiri, dipakai.” Perbedaan yang mendasar
terpisah, terisolasi dari hubungan dan antara islamisasi ilmu dengan integrasi
kontak dengan keilmuan lain di luar ilmu adalah dalam hal pelumatan
dirinya. Ia harus terbuka dan membuka keilmuan umum dan agama. Dalam
diri serta bersedia berdialog, islamisasi ilmu, keilmuan Islam akan
berkomunikasi, menerima masukan, memilih dan memilah ilmu-ilmu yang
kritik dan bersinergi dengan keilmuan dianggap islami dan ilmu yang bukan
alam, keilmuan sosial dan humaniora.16 islami dengan menghilangkan ilmu-
ilmu yang bukan islami atau tidak
Dalam pandangan Amin cocok dengan Islam. Sedangkan
Abdullah, integrasi keilmuan memiliki integrasi dalam hal ini berkaitan usaha
kesulitan, yaitu kesulitan memadukan memadukan keilmuan umum dan Islam
studi Islam dan umum yang kadang tanpa harus menghilangkan keunikan-
tidak saling akur karena keduanya keunikan antara dua keilmuan
ingin saling mengalahkan. Oleh karena tersebut.19
itu di perlukan usaha interkoneksitas
yang lebih arif dan bijaksana. Lebih lanjut menurut Amin
Interkoneksitas menurut Amin Abdullah era UIN, fakultas Syari’ah
Abdullah adalah usaha memahami tidak boleh menolak untuk dimasuki
kompleksitas fenomena kehidupan mata kuliah baru yang mengandung
yang dihadapi dan dijalani manusia, muatan humanities kontemporer dan
sehingga setiap bangunan keilmuan ilmu-ilmu sosial seperti hermeneutika,
apapun, baik keilmuan agama (Islam, cultural dan religious studies, HAM,
Kristen, Budha dll) keilmuan sosial, sensitivitas gender, filsafat ilmu dan
humaniora, maupun kealaman tidak begitu seterusnya. Jika tidak, maka
dapat berdiri sendiri, maka dibutuhkan mahasiswa akan menderita (suffer)
kerja sama, saling tegur sapa, saling ketika mereka keluar kampus dan
membutuhkan, saling koreksi dan berhadapan dengan realitas sosial-
saling keterhubungan antara disiplin kemasyarakatan dan realitas sosial
keilmuan.17 keagamaan yang begitu kompleks.
Begitu juga fakultas Tarbiyah ,
Amin Abdullah mengartikan Dakwah, Adab, Ushuluddin.
Integrasi sebagai “berlawanan dengan
pemisahan”, yaitu usaha memadukan Amin Abdullah menciptakan
ilmu umum dan ilmu agama.18 Model Spider Theory/Thariqah al-‘Ankabut
dari integrasi adalah “Menjadikan Al- (Teori Jaring Laba-Laba) dalam
pengembangan pemikiran akademik
16
Islamic Studies di perguruan tinggi,.
Amin Abdullah, Agama, Ilmu dan
Budaya: Paradigma integrasi-interkoneksi
Gambar dibawah ini di rancang oleh
keilmuan (Yogyakarta, 17 Agustus 2013), hlm. Amin Abdullah mengilustrasikan
11 hubungan jaring laba-laba keilmuan
17
Amin Abdullah, dkk, op.cit., hlm. 51-
52
18 19
Ibid, hlm. 49 Ibid, hlm. 50
8 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 1, Juni 2018

yang bercorak teoantroposentris- dikoneksikan dengan berbagai issue-


integralistik. issue yang sedang berkembang. Issue-
issue yang berangkat dari
“JARING LABA-LABA KEILMUAN perkembangan kondisi sosio kultural
TEOANTROPOSENTRIS tersebut menempati lapisan terluar.
INTEGRALISTIK”
Core keilmuan berupa al-Qur’an dan
Sunnah yang menempati titik sentral
jaring laba-laba ini disebut
juga hadlaratun-nash, ilmu agama dan
ilmu umum disebut hadlaratul-ilmi,
dan keilmuan kontemporer yang
didasarkan kondisi perkembangan
zaman disebut hadlaratul-falsafah.

Hadarah al-nash (budaya agama


yang semata-mata mengacu pada teks)
dalam kombinasinya dengan hadarah
al-ilm (sain dan teknologi), tanpa
mengenal humanities komtemporer
sedikutpun juga berbahaya, karena jika
tidak hati-hati akan mudah terbawa
Pada jaring laba-laba tersebut, arus ke arah gerakan radicalism-
tergambar disitu bahwa jarak pandang fundamentalism. Hadarah al-nash,
dan horizon keilmuan integralistik (penyangga budaya teks bayani),
begitu luas (tidak myopic). Garis memang tidak lagi bisa berdiri sendiri,
putus-putus pada gambar di atas terlepas sama sekali dari hadarahal-ilm
menunjukkan ruang kosong di setiap (teknik, komunikasi) dan juga tidak
bidang keilmuan yang memungkinkan bisa terlepas dari hadarah al-falsafah
dimasuki bidang keilmuan yang lain. (etik) dan begitu sebaliknya. Hadarah
saling berdialog dan bertegur sapa. al-ilm (budaya ilmu), yaitu ilmu-ilmu
Terdapat wilayah pusat yaitu Qur’an empiris yang menghasilkan sain dan
dan sunnah sebagai core keilmuan teknologi, akan tidak punya “karakter”,
yang berada di titik sentral. Bagian yang berpihak pada kehidupan manusia
selanjutnya adalah berbagai macam dan lingkungan hidup, jika tidak
pendekatan dan metodologi. dipandu oleh Hadarah al-falsafah
Metodologi dan pendekatan tersebut (budaya etik-emansipatoris) yang
digunakan untuk menafsirkan al- kokoh. Begitu juga, hadarah al-
Qur’an dan sunnah yang dimaknai falsafah (budaya filsafat) akan terasa
secara baru (hermeneutis). Pada bagian kering, jika tidak terkait dengan isu-isu
selanjutnya terdapat ilmu-ilmu umum keagamaan yang termuat dalam budaya
yang merupakan pengembangan lebih teks dan lebih-lebih jika menjauh dari
lanjut dari ilmu agama. Selanjutnya, problem-problem yang ditimbulkan
untuk menghubungkan agar ilmu dan dihadapi oleh hadarah al-ilm
umum dan ilmu agama relevan (budaya ilmu-ilmu empiris-teknis).20
diterapkan sesuai perkembangan
zaman, maka ilmu-ilmu tersebut
20
Ibid, hlm. 402-403
Kamaruzzaman Paradigma Islamisasi Ilmu Perspektif Amin Abdullah …. 9

Dikuasainya dengan baik (Antropologi, Sosiologi, Psikologi,


keilmuan tersebut diharapkan lahirnya Filsafat dengan berbagai pendekatan
sosok manusia beragama (Islam) yang yang ditawarkannya). Akibatnya,
terampil dalam menangani dan terjadi jurang wawasan keislaman yang
menganalisis isu-isu yang menyentuh tidak terjembatani antara ilmu-ilmu
problem kemanusiaan dan keagamaan keislaman klasik dan ilmu-ilmu
era modern dan pasca modern. keislaman baru yang telah
Sekaligus terampil dalam kehidupan memanfaatkan analisis ilmu-ilmu sosial
sektor tradisional maupun modern dan humaniora kontemporer, bahkan
lantaran dikuasainya salah satu ilmu juga ilmu-ilmu alam22.
dasar dan keterampilan yang dapat
menopang kehidupan era informasi- Upaya-upaya untuk
globalisasi. Di atas segalanya, dalam menjembatani jurang wawasan tersebut
setiap langkah yang ditempuh, selalu dilakukan oleh Program Strata 2
dibarengi landasan etika-moral (Magister) tetapi tidak semua IAIN
keagamaan yang objektif dan kokoh, dapat melakukannya, Keterbatasan
karena keberadaan Al-Qur’an dan al- sumber daya tenaga pengajar yang
Sunnah yang dimaknai secara baru memahami dan menguasai ilmu-ilmu
(hermeneutis) selalu menjadi landasan keislaman sekaligus ilmu-ilmu sosial
pijak pandangan hidup keagamaan dan humanities kontemporer. Amin
manusia yang menyatu dalam satu Abdullah menambahkan yang dapat
tarikan nafas keilmuan dan keagamaan. melakukan pun, akan menemui banyak
Kesemuanya diabdikan untuk kesulitan karena selain keterbatasan
kesejahteraan manusia secara bersama- sumber daya manusia, juga mind set
sama tanpa pandang latar belakang mahasiswa strata 1 sudah sedemikian
etnisitas, agama, ras maupun kental warna studi teks klasik-
golongan.21 normatif tanpa tersentuh oleh wawasan
Iptek, ilmu sosial maupun humaniora.
Kondisi sekarang ini, aktivitas Isu-isu sosial, politik, ekonomi,
keilmuan di Perguruan Tinggi Agama, keagamaan, militer, gender
khususnya IAIN dan STAIN di lingkungan, ilmu-ilmu sosial dan
seluruh tanah air hanya terfokus dan humanities kontemporer pasca modern,
terbatas pada lingkar 1 dan jalur seperti yang tergambar pada jalur
lingkar lapis 2 (Kalam, Falsafah, lingkar lapis 3 hampir-hampir tidak
Tasawuf, Hadits, Tarikh, Fiqh, Tafsir, tersentuh oleh kajian keislaman ditanah
Lughah). Itupun boleh disebut hanya air khususnya di IAIN.
terbatas pada ruang gerak pendekatan
keilmuan humaniora klasik. IAIN pada Amin Abdullah mencontohkan
umumnya belum mampu memasuki ilmu yang bercorak integralistik, yaitu
diskusi ilmu-ilmu sosial dan ilmu Ekonomi Syariah, yang sudah
humanities kontemporer seperti nyata ada praktik penyatuan antara
tergambar pada jalur lingkar 2 wahyu Tuhan dan temuan pikiran
manusia. Ada BMI (Bank Muamalat),
21
Amin Abdullah, Islamic Studies di Bank BNI Syariah, usaha-usaha
Perguruan Tinggi, Pendekatan Integratif
Interkonektif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
22
2012), hlm. 106 Ibid, hlm. 108
10 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 1, Juni 2018

agrobisnis, transportasi, kelautan, dan saling tidak percaya) mewabah


sebagainya. Agama menyediakan etika dimana-mana.24
dalam perilaku ekonomi di antaranya
Hingga kini masih kuat anggapan
adalah bagi hasil (al-mudharabah), dan
dalam masyarakat luas yang
kerja sama (al-musyarakah). Disitu
mengatakan bahwa “ agama” dan
terjadi proses objektifikasi dari etika
“ilmu” adalah dua entitas yang tidak
agama menjadi ilmu agama yang dapat
bisa dipertemukan. Keduanya
bermanfaat bagi orang dari semua
mempunyai wilayah sendiri-sendiri,
penganut agama, non agama, atau
terpisah antara satu dan lainnya, baik
bahkan anti-agama. Dengan basis
dari segi objek formal-material, metode
moralitas keagamaan yang humanistik
ilmuwan maupun status teori masing-
ini dituntut dapat memasuki wilayah-
masing bahkan sampai ke institusi
wilayah yang lebih luas seperti
penyelenggaraanya. Dengan lain
psikologi, sosiologi, antropologi, social
ungkapan, ilmu tidak mempedulikan
work, lingkungan, kesehatan,
agama dan agama tidak mempedulikan
teknologi, ekonomi, politik, hubungan
ilmu. Akibatnya, manusia terpinggirkan
internasional, hukum dan peradilan dan
dari kandungan nilai spiritualitas-
begitu seterusnya.23
moralitas dan terasing dari aspek-aspek
kehidupan yang menopang
kehidupannya. Begitulah sebuah
DAMPAK DIKOTOMI ILMU
MENURUT AMIN ABDULLAH gambaran praktik kependidikan dan
Amin Abdullah berpendapat latar aktivitas keilmuan di tanah air sekarang
belakang krisis energi hingga moral ini dengan berbagai dampak negatif
dan prilaku manusia yang tidak yang ditimbulkan dan dirasakan oleh
sebagaimana mestinya akibat pola masyarakat luas. Oleh karenanya,
pendidikan yang kurang tepat. Amin anggapan yang tidak tepat tersebut
Abdullah melihat aktivitas pendidikan perlu dikoreksi dan diluruskan.25
dan keilmuan di Perguruan Tinggi Paradigma keilmuan yang
Umum dan Perguruan Tinggi Agama di dibangun IAIN masih bercorak
tanah air mirip-mirip seperti pola kerja normatif, teologis transendental
keilmuan awal abad renaissance sehingga perlu dibarengi oleh
hingga era revolusi informasi, yang pendekatan keilmuan yang bersifat
sekarang ini mulai diratapi oleh banyak empiris, partikular, verifikatif yang
kalangan. Pendidikan dikembangkan menjadi basis keilmuan umum.
dengan dikotomi, yakni memisahkan Tujuannya adalah kesimpulan yang
antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu objektif, komprehensif, tidak parsial
umum. Hati nurani terlepas dari akal apalagi berbau ideologis. Tuntutan
sehat. Nafsu serakah menguasai keilmuan saat ini dan masa yang akan
perilaku cerdik pandai. Praktik korupsi, datang bukan lagi mengusung sekian
kolusi dan nepotisme merajalela.
24
Lingkungan alam rusak berat. Amin Abdullah dkk, Menyatukan
Kembali Ilmu-Ilmu Agama dan Umum: Upaya
Tindakan kekerasan dan mutual
Mempertemukan Epistemologi Islam dan
distrust (saling mencurigai dan rasa Umum, (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press,
2003), hlm. 4
25
Amin Abdullah, Islamic
23
Ibid, hlm 104-105. Studies..op.cit, hlm 92-93.
Kamaruzzaman Paradigma Islamisasi Ilmu Perspektif Amin Abdullah …. 11

banyak pandapat para ulama masa lalu antara sesama muslim hanya karena
namun menuntut adanya kreatifitas disiplin keilmuannya berbeda.
untuk menerjemahkan pemahaman
Menurut Amin Abdullah
masa lalu ke dalam konteks kekinian
kesenjangan wawasan keilmuan ini
dengan mengikuti perkembangan
cukup berakibat pada dinamika
zaman. Keterbelahan keilmuan yang
kehidupan sosial keagamaan dalam
ada di IAIN dengan mengandalkan
masyarakat Indonesia mengingat
keilmuan ulumuddin (dasar-dasar ilmu
alumni IAIN banyak yang menjadi
agama) saja sangat tidak memadai
tokoh di masyarakat dimanapun
untuk menyikapi persoalan
mereka berada. Dengan demikian
kemanusiaan yang terus berkembang.
sangat penting untuk melakukan kajian
Studi Islam tidak mungkin lagi
ulang terhadap struktur fundamental
mengembangkan sikap monodisiplin
keilmuan Islam dan membangun kultur
tanpa bertegur sapa, berinteraksi,
akademik yang lebih dinamis.26
berdialog dengan keilmuan diluar
Amin Abdullah menyebutkan
dirinya.
perbedaan ini semakin hari semakin
Keilmuan yanga ada di IAIN jauh ibarat deret ukur terbalik dan
tidak saling berdialog satu sama lain membawa akibat yang tidak nyaman
apalagi menjalin kontak dan bagi kehidupan dan kesejahteraan umat
komunikasi dengan keilmuan umum manusia. Pola pikir yang serba bipolar-
sehingga tidak menyadari akan dikotomis ini menjadikan manusia
keterkaitan satu keilmuan dengan terasing dari nilai-nilai spiritualitas-
keilmuan lainnya. Pengembangan moralitas, terasing dari dirinya sendiri,
keilmuan yang ada hanya berjalan terasing dari keluarga dan masyarakat
sendiri-sendiri. Keterpisahan keduanya sekelilingnya, terasing dari lingkungan
berakibat pada rendahnya mutu alam dan ragam hayati yang menopang
pendidikan dan kemunduran dunia kehidupannya serta terasing dari
Islam pada umumnya. Dampak negatif denyut nadi lingkungan sosial-budaya
dari kenyataan ini tidak terlalu sekitarnya. Singkatnya, terjadi proses
menyenangkan. Dikotomi Ilmu umum- dehumanisasi secara massif baik pada
Ilmu agama, hegemoni bidang ilmu tataran kehidupan keilmuan maupun
tertentu terhadap bidang lainnya, keagamaan.27
superior-inferior feeling dari masing-
Amin Abdullah menyebutkan
masing bidang ilmu, hirarki ilmu
dalam ketiga revolusi peradaban
utama-ilmu komplementer, adalah
manusia, yaitu revolusi hijau, revolusi
akibat-akibat laten yang harus
industri dan revolusi informasi , tidak
ditanggung dari kenyataan diatas.
ada satu pun ilmuawan Muslim tercatat
Tidak jarang muncul konflik di ranah
namanya dalam lembaran tinta emas
sosial maupun politik akibat adanya
pengembang ilmu pengetahuan.
ekslusifisme dari masing-masing
bidang ilmu. Satu keilmuan menafikan,
menyalahkan, memarginalkan 26
Widia Fithtri, dkk. Konversi IAIN
keilmuan lainnya. Sebagai contoh Imam Bonjol Menuju UIN “ Analisis Struktur
Fundamental Keilmuan Islam Ditijau Dari
dalam daratan ilmu-ilmu keislaman
Perspektif Filsafat”. (Pusat Penelitian IAIN
sering terjadi “takdir” (pengkafiran) Imam Bonjol Padang , 2012). hlm 1-2.
27
Ibid, hlm 93-94.
12 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 1, Juni 2018

Perkembangan dan pertumbuhan ilmu- Perguruan Tinggi Agama secara


ilmu sekular sebagai simbol terpisah, yang sekarang ini berjalan,
keberhasilan Perguruan Tinggi Umum sedang terjangkit krisis relevansi (tidak
yang tercabut dari nilai-nilai akar moral dapat memecahkan banyak persoalan),
dan etik kehidupan manusia disatu mengalami kemandekan dan kebuntuan
pihak, sementara dilain pihak, (tertutup untuk pencarian alternatif-
perkembangan dan pertumbuhan alternatif yang lebih mensejahterakan
Perguruan Tinggi Agama (baca : Islam) manusia) dan penuh bias-bias
yang hanya menekankan ilmu-ilmu kepentingan (keagamaan, ras, etnis,
keagamaan dan teks-teks keislaman filosofis, ekonomis, politik, gender,
normatif era klasik yang berdampak peradaban). Dari latar belakang seperti
pada persoalan penciptaan tenaga kerja itulah, gerakan rapprochment
terampil dalam dunia ketenagakerjaan, (kesediaan untuk saling menerima
menjadikan kedua-duanya mengalami keberadaan yang lain dengan lapang
proses pertumbuhan yang tidak sehat dada) antara dua kubu keilmuan
serta membawa dampak negatif bagi merupakan suatu keniscayaan. Gerakan
pertumbuhan dan perkembangan rapprochment, dapat juga disebut
kehidupan sosial-budaya, sosial- sebagai gerakan penyatuan atau
ekonomi, sosial-politik, dan sosial- reintegrasi epistemologi keilmuan
keagamaan di tanah air.28 adalah suatu keniscayaan dan mutlak
Amin Abdullah menegaskan diperlukan untuk mengantisipasi
secara psikologis banyak orang perkembangan-perkembangan yang
mengalami kegelisahan luar biasa serba kompleks dan tak terduga pada
karena antara dunia yang dia alami, milenium ketiga serta tanggung jawab
yang multi-dimensi, dengan keilmuan kemanusiaan bersama secara global
yang dihayati, yang hanya satu dimensi dalam mengelola sumber daya alam
dan yang satu-satunya dia pahami, yang serta terbatas dan sumber daya
ternyata tidak sejalan. Orang yang manusia Indonesia yang berkualitas
menghayati ilmu fiqih saja pasti gelisah sebagai khalifatu Allah fi-al-ardh.30
ketika berhadapan dengan kenyataan Memang semua kerusakan ini
sosial yang berbeda dengan isi tidak dapat dibebankan atau
ilmunya. Orang yang menhayati ilmu dikembalikan kepada dunia
ekonomi saja pasti gelisah ketika pendidikan. Perguruan Tinggi Agama
berhadapan dengan “logika zakat dan khususnya IAIN, sacara sadar harus
sedekah” ala fiqih. Orang yang berani mengkaji ulang visi, misi dan
menghayati ilmu geografi saja pasti paradigma keilmuan yang pernah
gelisah ketika berhadapan dengan dibangunnya selama 50 tahun. Begitu
adanya ruang baru yang disebut “dunia juga Perguruan-Perguruan Tinggi
virtual” atau “dunia maya”.29 Umum yang sudah mapan dan berjalan
selama ini. Ide dan usulan perlunya
Dari sini tergambar bahwa ilmu-
dikembangkan Ilmu-ilmu Sosial
ilmu sekular yang dikembangkan di
Profetik dan kajian agama secara
Perguruan Tinggi Umum dan ilmu-
ilmu agama yang dikembangkan di 30
Abdullah, M. Amin, “Islamic Studies
Di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-
28
Ibid, hlm 5-6 Interkonektif”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
29
Ibid, hlm. vii-viii 2012. hlm 97.
Kamaruzzaman Paradigma Islamisasi Ilmu Perspektif Amin Abdullah …. 13

kontekstual di Perguruan Tinggi apalagi menjalin kontak dan


Umum seperti Universitas Gajah Mada komunikasi sehingga tidak jarang
adalah merupakan tanda adanya terjadi sesama mahasiswa saling
keprihatinan yang serius tentang arah membanggakan Fakultasnya
pengambangan dan tujuan masing-masing bahkan dikenal
pembelajaran ilmu-ilmu umum pada adanya istilah Fakultas favorit dan
Perguruan Tinggi Umum yang telah Fakultas buangan. Hal ini tentu saja
berjalan selama 50 tahun belakangan tidak memberikan pengaruh yang baik.
ini.31 Keilmuan yang banyak
Bangunan ilmu pengetahuan mengandalkan ilmu agama saja dan
yang dikotomik antara ilmu membatasi keilmuan umum yang saat
pengetahuan umum dan ilmu ini terus berjalan di IAIN tidak
pengetahuan agama harus diubah memadai untuk menyikapi persoalan
menjadi bangunan keilmuan baru yang kemanusiaan yang terus berkembang.
lebih holistik-integralistik atau paling Studi Islam tidak mungkin lagi
tidak bersifat komplementer. Tujuan mengembangkan sikap monodisiplin
IAIN perlu diorientasikan pada tanpa bertegur sapa, berinteraksi,
lahirnya serjana yang memiliki berdialog dengan keilmuan diluar
kemampuan sekaligus, yaitu dirinya. Pemikiran inilah yang
kemampuan menganalisis secara mendorong adanya gagasan tentang
akademis, kemampuan melakukan pengembangan IAIN (khususnya
inovasi dan kemampuan memimpin Jakarta dan Yogyakarta) sebagai pilot
sesuai dengan tuntunan persoalan project menjadi Universitas Islam
kemasyarakatan, keilmuan, maupun Negeri (UIN), yang lalu di ikuti oleh
profesi yang ditekuninya dalam satu kampus IAIN yang lain seperti IAIN
tarikan nafas etos keilmuan dan Alaudin Makassar yang telah menjadi
keagamaan. UIN dan yang terbaru adalah IAIN
Sumatra Utara Medan dan IAIN Raden
RELEVANSI PARADIGMA Fattah Palembang yang keduanya telah
INTEGRASI KEILMUAN AMIN resmi berubah status menjadi UIN.
ABDULLAH BAGI KEILMUAN ISLAM IAIN Imam Bonjol Padang sendiri
DI INDONESIA tengah berjuang untuk menjadi UIN.
Problem di IAIN dan di Pengembangan dan konversi
Perguruan Tinggi Agama pada IAIN ke UIN adalah proyek keilmuan.
umumnya adalah Keterbelahan Proyek pengembangan wawasan
keilmuan yang mengandalkan keilmuan dan perubahan tata pikir
keilmuan ulumuddin (dasar-dasar ilmu keilmuan yang bernafaskan keagamaan
agama) saja dan pengembangan transformatif. Bukan berubah asal
keilmuan yang hanya berjalan sendiri- berubah, bukan sekedar ikut-ikutan,
sendiri. Contohnya mata kuliah Filsafat bukan pula sekedar proyek fisik.
Ilmu tidak merata di ajarkan di semua Konversi dari IAIN ke UIN adalah
Fakultas yang ada di IAIN. Keilmuan momentum untuk membenahi dan
yang ada antar Fakultas di IAIN saja menyembuhkan “luka-luka dikotomi”
tidak saling berdialog satu sama lain keilmuan umum dan agama yang

31
, Ibid, hlm. 97-98
14 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 1, Juni 2018

makin hari makin menyakitkan.32 fakultas-fakultas umum dengan corak


Studi Islam yang di kembangkan di epistemology keilmuan dan etika moral
UIN tidak hanya terbatas pada keagamaan yang integralistik. Dalam
keilmuan yang selama ini dipahami dan konsep ini, fakultas-fakultas agama
dikembangkan di lingkungan IAIN tetap dipertahankan seperti yang ada
secara umum, yakni al-‘ulum al- sekarang, namun perlu dikembangkan
naqliyah saja, namun juga al-‘ulum al- kurikulumnya yang sesuai dengan
‘aqliyah yang selama ini banyak dikaji kebutuhan masyarakat pengguna jasa
di lembaga-lembaga pendidikan umum IAIN di era global dan diperkuat
yang dianggap sekuler. tenaga pengajar dan dosen-dosennya
Perubahan dan perkembangan ini dengan berbagai metode dan
bukan sekedar asal berkembang dan pendekatan baru dalam Islamic Studies,
berubah. Diperlukan konsep yang humanities, dan ilmu-ilmu sosial,
matang dan detail, sehingga tidak sedangkan dalam fakultas-fakultas
mengulangi eksperimen dan umum – baik dalam bentuk wider
pengalaman sejarah yang dilakukan mandate (perintah lebih luas) maupun
oleh perguruan-perguruan tinggi umum universal – perlu dibekali muatan-
dan agama yang didirikan oleh negara muatan spritualitas dan moral
maupun swasta. Perkembangan ini keagamaan yang lebih kritis dan
berasal dalam kerangka dan semangat terarah dalam format integrated
harmonisasi keilmuan dan keagamaan, curriculum, dan bukannya separated
bukannya keterpisahan antara curriculum (kurikulum menyendiri)
keduanya meskipun ada dibawah satu seperti yang berjalan selama ini.34
atap kampus. Program reintegrasi Amin Abdullah berpendapat
epistemologi keilmuan dan proyek besar reintegrasi epistemologi
implikasinya dalam proses belajar keilmuan umum dan agama
mengajar secara akademik pada mengandung arti perlunya dialog dan
gilirannya akan menghilangkan kerja sama antara disiplin ilmu umum
dikotomi antara ilmu-ilmu umum dan dan agama yang lebih erat di masa
ilmu-ilmu agama seperti yang telah yang akan datang. Pendekatan
berjalan selama ini. Hal ini penting interdisciplinary dikedepankan,
untuk memberikan landasan moral interkoneksitas dan sensitivitas antar
Islam terhadap perkembangan ilmu berbagai disiplin ilmu perlu
pengetahuan dan teknologi, lingkungan memperoleh skala prioritas dan perlu
hidup, sosial-ekonomi, dan sosial- dibangun dan dikembangkan terus
budaya, sosial-politik, dan sosial- menerus tanpa kenal henti.
keagamaan di tanah air, sekaligus Interkoneksitas dan sensitifitas antara
mengartikulasikan ajaran Islam sesuai berbagai disiplin ilmu-ilmu kealaman
dengan perkembangan dan kemajuan dengan disiplin ilmu-ilmu sosial dan
teknologi, humaniora dan sosial disiplin humanities serta disiplin ilmu-
kontemporer.33 ilmu agama perlu diupayakan secara
Di UIN mencakup bukan hanya terus menerus. Bukan eranya sekarang
fakultas-fakultas Agama, tetapi juga disiplin ilmu agama (Islam) menyendiri
dan steril dari kontak dan intervensi
32
Amin Abdullah, dkk., Menyatukan…,
Op.cit hlm. 33.
33 34
Ibid, hlm. 100. Ibid, hlm. 99-100
Kamaruzzaman Paradigma Islamisasi Ilmu Perspektif Amin Abdullah …. 15

ilmu-ilmu sosial, humaniora dan ilmu- Di masa depan alumni UIN perlu
ilmu kealaman.35 mempunyai kualifikasi tertentu, yang
berbeda dari universitas lain.
Lebih lanjut Amin Abdullah Setidaknya, jika ada alumni UIN akan
menegaskan para pimpinan fakultas, berprofesi sebagai guru, hakim, da’i
ketua jurusan, pimpinan program studi atau pekerja sosial, konsultan dan
dan dosen pada umumnya harus berani begitu seterusnya mereka tidaknya
berfikir ke depan untuk harus terkurung dalam sangkar isolated
mempersiapkan kebutuhan generasi profession (profesi yang steril dan
ilmuan dan praktisi sosial-agama yang terpisah dari persoalan masyarakat
akan datang (nex genera-tion), bukan sekitarnya), tetapi lebih dituntut untuk
sekedar mempertahankan status quo sekaligus sebagai penggagas dan
yang dicapai sekarang.36 Yang layak pelopor social empowerment dan social
dipertimbangkan ke depan untuk agent of change dengan muatan etik
mendesign mata kuliah, kurikulum dan yang memihak rakyat kecil yang tidak
silabi UIN adalah dengan cara berdaya (mustadl’afun) dan lingkungan
menghindari pitfall dan jebakan- hidup yang sehat.38
jebakan keangkuhan disiplin ilmu yang
merasa “pasti” dalam wilayah sendiri- Amin Abdullah
sendiri tanpa mengenal masukan dari menyebutkan sudah saatnya para calon
disiplin di luar dirinya.37 pendidik selain memiliki wawasan
Kurikulum yang akan pengetahuan agama yang dalam
diterapkan di PTAI harus sebagai basisnya, juga mampu
menggunakan pendekatan integratif menguasai ilmu-ilmu sosial-humaniora
interkonektif yaitu pendekatan yang sebagai tantangan sekaligus problem
menempatkan wilayah agama dan solving dalam kehidupan masyarakat
sains, serta antar ilmu saling menyapa modern. Para calon pendidik
satu dengan yang lainnya sehingga seharusnya tidak hanya mampu
menjadi satu bangunan utuh. Tidak ada menguasai situasi kelas atau sekolah,
dikotomi sains dan agama. Begitu juga akan tetapi juga diharapkan mampu
tidak ada dikotomi antara ilmu-ilmu mengatasi problematika aktual di
qauliyah/hadarah al-nash (ilmu-ilmu masyarakat seperti gender, HAM, civil
yang berkaitan dengan teks society, korupsi, kolusi, nepotisme,
keagamaan) dengan ilmu-ilmu pendidikan karakter, pendidikan
kauniyah ijtima’iyyah/hadarah al-ilm multikultural, pluralism. Para pendidik
(ilmu-ilmu kealamaan dan hendaknya menjadi problem solver
kemasyarakatan) maupun hadarah al- baik di lingkungan sekolah dan sosial-
falsafah (ilmu-ilmu etika kefilsafatan). kemasyarakatan.39
Wilayah keilmuan tersebut tidak dikaji
secara parsial melainkan dikaji secara Paradigma baru yang dibangun
integratif dan interkonektif atau saling oleh Amin Abdullah dengan integratif-
berhubungan satu dengan lainnya.
38
Ibid, hlm. 34-35.
35 39
Ibid hlm. 33 Didik Harianto (2010). Studi Islam
36
Amin Abdullah, dkk., Islamic Integrasi Interkoneksi. http ://didik
Studies: Dalam Paradigm…, op.cit., hlm. 36 harianto Studi Islam Integrasi
37
Ibid, hlm. 36-37 Interkoneksi.htm . di unduh 20 April 2014
16 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 1, Juni 2018

interkonektif ini memang sangat tertinggal juga oleh Revolusi


relevan dengan kebutuhan zaman saat Informasi? Tantangan di era globalisasi
ini. Koneksitas ini diharapkan mampu menuntut respon tepat dan cepat dalam
menjawab kebuntuan dalam keilmuan sisitem pendidikan Islam secara
Islam dan lebih jauh lagi dapat keseluruhan. Jika kaum Muslimin tidak
menjawab kompleksitas problem hanya ingin sekedar survive ditengah
kemanusiaan di era globalisasi. persaingan global yang semakin tajam
Paradigma integratif- dan ketat, tetapi juga berharap mampu
interkonektif yang ditawarkan oleh tampil di depan, maka re-orientasi
Amin Abdullah ini merupakan jawaban pemikiran mengenai pendidikan Islam
dari berbagai persoalan diatas. Integrasi dan rekonstruksi sistem dan
dan interkoneksi antar berbagai disiplin kelembagaan merupakan keniscayaan.
ilmu, baik dari keilmuan sekuler
maupun keilmuan agama, akan Umat Islam tidak boleh
menjadikan keduanya saling terkait berpangku tangan dan menonton dari
satu sama lain, “bertegur sapa”, saling luar seluruh perkembangan yang
mengisi kekurangan dan kelebihan satu terjadi. Jika umat Islam utamanya para
sama lain. Dengan demikian maka ilmu penyelenggara pendidikannya tidak
agama (baca ilmu keislaman) tidak lagi segera mengambil langkah strategis ke
hanya berkutat pada teks-teks klasik depan terhadap paradigma keilmuan
tetapi juga menyentuh pada ilmu-ilmu yang dimiliki sekarang ini dan
sosial kontemporer. memberi tawaran-tawaran baru untuk
Dengan paradigma ini juga, maka menyongsong perjalanan yang masih
tiga wilayah pokok dalam ilmu jauh ke depan, kapan lagi dimulai. 40
pengetahuan, yakni natural sciences,
social sciences dan humanities tidak
lagi berdiri sendiri tetapi akan saling
terkait satu dengan lainnya. Ketiganya
juga akan menjadi semakin cair meski DAFTAR KEPUSTAKAAN
tidak akan menyatukan ketiganya,
tetapi paling tidak akan ada lagi Abdullah, M.Amin, Kata Pengantar
superioritas dan inferioritas dalam dalam Peters dan Gaymon
keilmuan, tidak ada lagi klaim Bennet (penyunting),
kebenaran ilmu pengetahuan sehingga Menjembatani Sains dan Agama
dengan paradigma ini para ilmuwan Jakarta: Gunung Mulia, 2004
yang menekuni keilmuan ini juga akan , dkk. Islamic Studies: Dalam
mempunya sikap dan cara berfikir yang Paradigma Integrasi-
berbeda dari sebelumnya. Interkoneksi (Sebuah Antologi).
Penerbit SUKA Press.2007
Bukankah ini merupakan catatan , Studi Agama: Normativitas
sejarah panjang yang hendak diukir atau Historisitas, Yogyakarta:
umat Islam setelah tertinggal oleh dua Pustaka Pelajar, 2011
peristiwa penting dalam sejarah , Agama, Ilmu dan Budaya:
peradaban dunia, yaitu era Revolusi Paradigma integrasi-
Hijau dan era Revolusi Industri.
40
Akankah sekarang umat Islam juga Amin Abdullah, Islamic Studies di
Perguruan..., Op.cit., hlm. 99
Kamaruzzaman Paradigma Islamisasi Ilmu Perspektif Amin Abdullah …. 17

interkoneksi keilmuan, Islam ditinjau dari Perspektif


Yogyakarta, 17 Agustus 2013 Filsafat Ilmu, Padang, Pusat
, dkk, Menyatukan Kembali Penelitian IAIN IB, 2012
Ilmu-Ilmu Agama dan Umum: Gunadi, RA, Dari Penakluk
Upaya Mempertemukan Jerussalem Hingga Angka Nol,
Epistemologi Islam dan Umum, Jakarta: Republika, 2002
Yogyakarta: Sunan Kalijaga Harianto, Didik (2010). Studi Islam
Press, 2003 Integrasi Interkoneksi. http
, Islamic Studies di Perguruan ://didik harianto Studi Islam
Tinggi: Pendekatan Integratif- Integrasi Interkoneksi.htm.
Interkonektif , Yogyakarta: M. Baihaqi. A
Pustaka Pelajar, 2012 “http://aicis.iainmataram.ac.id/b
Agus, Bustanuddi, Integrasi Sains dan erita-dari-bedah-buku-biografi-
Agama.Jakarta : UI-Press, 2013 intelektual-m-amin-
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, abdullah.html”
Shahih Sunan Ibnu Majab I, Nata, Abudin, dkk, Integrasi Ilmu
Jakarta: Pustaka Azzam,2007 Agama dan Ilmu Umum, Jakarta: PT
Al-Hanif, Achmad Fahrizal Zulfani: RajaGrafindo Persada, 2005
Http/// Prof.Dr.H.M. Amin , Kapita Selekta Pendidikan
Abdullah, MA/ Pecinta Biografi Islam, Bandung: Penerbit Angkasa,
Habaib Dan Ulama. Html 2003
Arikunto, Suharsimi, Manajemen RA Gunadi, Dari Penakluk Jerussalem
Penelitian, Jakarta: Rineka Hingga Angka Nol, Jakarta:
Cipta, 2009 Republika, 2002
Anton, Beker dan A Zubeir, Raharjo, Arif Budi, Suwito dkk.
metodologi penelitian filsafat, Sejarah Sosial Pendidikan
Yogyakarta: Kanisius, 1989 Islam, Jakarta: Prenada Media,
Baiquni, Achmad, Al-Qur’an Ilmu 2005
Pengetahuan dan Teknologi, Ridwan, M. Deden, Tradisi Baru
Yogyakarta: PT Dana Bhakti Penelitian Agama Islam:
Prima Yasa, 1995 Tinjauan antar Disiplin Ilmu.
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Bandung : Penerbit Nuansa,
Jakarta: PT Raja Grafindo 2001
Persada, 2011 Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Mishbah, Jakarta: Lentera
Indonesia, Jakarta: Balai Hati,2007
Pustaka, 1993 Steenbrink, Karel A.. Pesantren
Departemen Pendidikan, Kamus Besar Madrasah Sekolah: Pendidikan
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Islam dalam Kurun Modern,
Pustaka, 1998 (Jakarta: PT. Pustaka LP3ES
Echols, Jhon M., dan Hassan Shadily, Indonesia, 1994
Kamus Inggris Indonesia, Suprayogo, Imam dan Rasmianto,
Jakarta: PT Gramedia, 2007 Perubahan Pendidikan Tinggi
Fitri, Widia, dkk , Konversi IAIN Imam Islam: Rekleksi Perubahan
Bonjol menuju UIN: Analisis IAIN/STAIN Menjadi UIN,
Struktur Fundamental Keilmuan
18 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 1, Juni 2018

Malang: UIN-Malang Press, Tradisional , Jakarta: Ciputat


2008 Press, 2002
Suriasumantri, Jujun S., Ilmu dalam Yu’timaalahuyatazakka, Prof. Dr. HM.
Perspektif, Jakarta : Yayasan Amin Abdullah; Pemikiran,
Obor Indonesia, 1999 Kiprah dan Perjuangannya,
Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ, dalam www.Wikipedia.com
Al-Islam dan Iptek I, Jakarta: PT Yasmadi, Modernisasi Pesantren:
Raja Grafindo Persada,1998 Kritik Nurcholish Madjid
Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Terhadap Pendidikan Islam
Kritik Nurcholish Madjid Tradisional , Jakarta: Ciputat
Terhadap Pendidikan Islam Press, 2002

Anda mungkin juga menyukai