Kamaruzzaman
e-Mail : kamaruzz@yahoo.com
UIN Imam Bonjol Padang
Abstrak : Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan tentang pandangan
Amin Abdullah terhadap dinamika keilmuan yang berkembang dewasa ini serta konsep
integrasi ilmu Amin Abdullah dalam menanggulangi dikotomi ilmu yang telah
berlangsung berabad-abad lamanya di dunia Islam khususnya di Indonesia. Dalam hal ini,
Amin Abdullah berpendapat Islam harus diletakkan dalam dua dimensinya, yaitu
normativitas dan historisitas tapi realitasnya aspek normatif dan historis kerap berjalan
secara timpang. Umumnya pengajaran ilmu-ilmu agama Islam yang normatif-tekstual
terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, ilmu-ilmu sosial,
ekonomi, hukum dan humaniora. Hubungan ilmu agama dan ilmu umum tidak harus
mengambil posisi berhadap-hadapan dan bersifat dikhotomis
1
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011hlm.
40
1
2 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 1, Juni 2018
5 7
Abudin Nata, Kapita Selekta Yasmadi, Modernisasi Pesantren:
Pendidikan Islam, (Bandung: Penerbit Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan
Angkasa, 2003), hlm. 17 Islam Tradisional , ( Jakarta: Ciputat Press,
6
Ibid., hlm. 20-21 2002), hlm. 68
4 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 1, Juni 2018
Tinggi Agama Islam seperti IAIN juga Perguruan Tinggi Umum dan
menerapkan dikotomi ilmu. Di Perguruan Tinggi Agama di tanah air
lembaga IAIN Sembilan puluh persen mirip-mirip seperti pola kerja keilmuan
(90%) materi pelajarannya adalah awal abad renaissance hingga era
ilmu-ilmu agama. revolusi informasi, yang sekarang ini
mulai diratapi oleh banyak kalangan.
Salah satu tokoh di Indonesia
Hati nurani terlepas dari akal sehat.
yang gigih mengangkat masalah
Nafsu serakah menguasai perilaku
dikotomi ilmu umum dan ilmu agama
cerdik pandai. Praktik korupsi, kolusi
ini adalah Prof. Dr. M. Amin Abdullah
dan nepotisme merajalela. Lingkungan
seorang cendikiawan Islam di
alam rusak berat. Tindakan kekerasan
Indonesia. Amin Abdullah
dan mutual distrust (saling mencurigai
menyebutkan bahwa Islam harus
dan rasa saling tidak percaya)
diletakkan dalam dua dimensinya,
mewabah dimana-mana.9
yaitu normativitas dan historisitas.
Aspek normativitas ditekankan pada Amin Abdullah menegaskan di
ajaran wahyu yang berupa teks-teks dalam bukunya yang berjudul Islamic
keagamaan, sedangkan sisi Studies di Perguruan Tinggi:
historisitas terletak pada pemahaman Pendekatan Integratif-Interkonektif,
dan bagaimana orang atau kelompok Amin Abdullah melukiskan pola
orang melakukan interpretasi terhadap hubungan antar disiplin keilmuan
aturan-aturan agama yang menjadi keagamaan dan keilmuan non-
pilihannya yang kemudian menjadi keagamaan secara metaforis mirip-
aktivitas kesehariannya. Amin mirip dengan “jaring laba-laba
Abdullah berpendapat aspek normatif keilmuan” (Spider web), dimana antar
dan historis kerap berjalan secara berbagai disiplin yang berbeda tersebut
timpang. Misalnya, pengajaran ilmu- saling berhubungan dan berinteraksi
ilmu agama Islam yang normatif- secara aktif-dinamis. Yaitu, corak
tekstual terlepas dari perkembangan hubungan antar berbagai disiplin dan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi, metode keilmuan tersebut bercorak
ilmu-ilmu sosial, ekonomi, hukum dan integratif-interkonektif.10
humaniora. Menurut Amin Abdullah Masing-masing disiplin ilmu
hubungan ilmu agama dan ilmu umum masih tetap dapat menjaga identitas
tidak harus mengambil posisi dan eksistensinya sendiri-sendiri, tetapi
berhadap-hadapan dan bersifat selalu terbuka ruang untuk berdialog,
dikhotomis. Ibarat sebuah koin (mata berkomunikasi dan berdiskusi dengan
uang) dengan dua permukaan. disiplin ilmu lain. tidak hanya dapat
Hubungan antara kedua permukaan berdiskusi antar rumpun disiplin ilmu
koin tidak dapat dipisahkan, tetapi
secara tegas dan jelas dapat 9
Amin Abdullah dkk, Menyatukan
dibedakan.8 Kembali Ilmu-Ilmu Agama dan Umum: Upaya
Amin Abdullah melihat Mempertemukan Epistemologi Islam dan
Umum, (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press,
aktivitas pendidikan dan keilmuan di
2003), hlm. 4
10
Amin Abdullah, Islamic Studies di
8
Amin Abdullah, Studi Agama: Perguruan Tinggi: Pendekatan Integratif-
Normativitas atau Historisitas, (Yogyakarta: Interkonektif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Pustaka Pelajar, 2004), hlm. vii 2012), hlm. 107
Kamaruzzaman Paradigma Islamisasi Ilmu Perspektif Amin Abdullah …. 5
11
Lihat Amin Abdullah, Agama, Ilmu
12
dan Budaya: Paradigma integrasi-interkoneksi Amin Abdullah, Studi Agama:
keilmuan (Yogyakarta, 17 Agustus 2013), hlm. Normativitas atau Historisitas, (Yogyakarta:
11 Pustaka Pelajar, 2004), hlm. vii
6 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 1, Juni 2018
dipisahkan, tetapi secara tegas dan jelas agama (khususnya Islam) dengan ilmu-
dapat dibedakan. 13 ilmu umum. Tujuan dari Integrasi-
Interkoneksi adalah memahami
Amin Abdullah menegaskan kehidupan manusia yang kompleks
dalam bukunya yang berjudul Islamic secara terpadu dan menyeluruh.
Studies di Perguruan Tinggi: Harapan dari Integrasi-Interkoneksi ini
Pendekatan Integratif-Interkonektif, terwujudnya manusia yang mulia (QS
Amin Abdullah melukiskan pola Al-Mujadilah: 11) manusia yang
hubungan antar disiplin keilmuan berderajat tinggi, yakni manusia yang
keagamaan dan keilmuan non- beriman,berilmu dan beramal shaleh.
keagamaan secara metaforis mirip-
mirip dengan “jaring laba-laba Pendekatan integratif-
keilmuan” (Spider web), dimana antar interkonektif merupakan pendekatan
berbagai disiplin yang berbeda tersebut yang tidak akan saling melumatkan dan
saling berhubungan dan berinteraksi peleburan antara keilmuan umum dan
secara aktif-dinamis. corak hubungan agama. Pendekatan integratif-
antar berbagai disiplin dan metode interkonektif adalah pendekatan yang
keilmuan tersebut bercorak integratif- berusaha saling menghargai; keilmuan
interkonektif.14 Jargon integratif- umum dan agama sadar akan
interkonektif memang cukup populer di keterbatasan masing-masing dalam
dengar terutama bagi kalangan civitas memecahkan persoalan manusia. Hal
akademika UIN Sunan Kalijaga ini akan melahirkan sebuah kerja sama,
Yogyakarta. Jargon ini tidak hanya setidaknya saling memahami
sekedar jargon pasca peralihan IAIN pendekatan (approach) dan metode
menjadi UIN tetapi lebih dari itu berpikir (process dan procedure) antar
menjadi core values dan paradigma kedua keilmuan tersebut. Pendekatan
yang akan dikembangkan UIN Sunan integratif-integkonektif merupakan
Kalijaga yang mengisyaratkan tidak usaha untuk menjadikan sebuah
ada lagi dikotomi antara ilmu agama keterhubungan antara keilmuan agama
dan ilmu umum. dan keilmuan umum yang tergabung
dalam ilmu alam, ilmu sosial dan
Menurut Amin Abdullah studi humaniora.15
Islam integrasi-interkoneksi adalah
kajian tentang ilmu-ilmu keislaman, Masing-masing disiplin ilmu
baik objek bahasan maupun orientasi masih tetap dapat menjaga identitas
metodologinya dan mengkaji salah satu dan eksistensinya sendiri-sendiri, tetapi
bidang keilmuan dengan selalu terbuka ruang untuk berdialog,
memanfaatkan bidang keilmuan berkomunikasi dan berdiskusi dengan
lainnya serta melihat kesaling-terkaitan disiplin ilmu lain. tidak hanya dapat
antar berbagai disiplin ilmu tersebut berdiskusi antar rumpun disiplin ilmu
untuk mempertemukan ilmu-ilmu kealaman secara internal, namun juga
mampu dan bersedia untuk berdiskusi
13
Ibid dan menerima masukan dari keilmuan
14
Amin Abdullah, dkk. Islamic external, seperti dengan ilmu-ilmu
Studies: Dalam Paradigma Integrasi-
Interkoneksi (Sebuah Antologi). (Penerbit
15
SUKA Press.2007). hlm.107 Ibid, hlm. 53.
Kamaruzzaman Paradigma Islamisasi Ilmu Perspektif Amin Abdullah …. 7
sosial dan humaniora. Ilmu-ilmu agama Quran dan sunnah sebagai grand
atau yang lebih popular disebut dengan theory pengetahuan. Sehingga ayat-
Ulumu al-din tidak terkecuali disini. Ia ayat qualiyah dan kauniyah dapat
juga tidak dapat berdiri sendiri, dipakai.” Perbedaan yang mendasar
terpisah, terisolasi dari hubungan dan antara islamisasi ilmu dengan integrasi
kontak dengan keilmuan lain di luar ilmu adalah dalam hal pelumatan
dirinya. Ia harus terbuka dan membuka keilmuan umum dan agama. Dalam
diri serta bersedia berdialog, islamisasi ilmu, keilmuan Islam akan
berkomunikasi, menerima masukan, memilih dan memilah ilmu-ilmu yang
kritik dan bersinergi dengan keilmuan dianggap islami dan ilmu yang bukan
alam, keilmuan sosial dan humaniora.16 islami dengan menghilangkan ilmu-
ilmu yang bukan islami atau tidak
Dalam pandangan Amin cocok dengan Islam. Sedangkan
Abdullah, integrasi keilmuan memiliki integrasi dalam hal ini berkaitan usaha
kesulitan, yaitu kesulitan memadukan memadukan keilmuan umum dan Islam
studi Islam dan umum yang kadang tanpa harus menghilangkan keunikan-
tidak saling akur karena keduanya keunikan antara dua keilmuan
ingin saling mengalahkan. Oleh karena tersebut.19
itu di perlukan usaha interkoneksitas
yang lebih arif dan bijaksana. Lebih lanjut menurut Amin
Interkoneksitas menurut Amin Abdullah era UIN, fakultas Syari’ah
Abdullah adalah usaha memahami tidak boleh menolak untuk dimasuki
kompleksitas fenomena kehidupan mata kuliah baru yang mengandung
yang dihadapi dan dijalani manusia, muatan humanities kontemporer dan
sehingga setiap bangunan keilmuan ilmu-ilmu sosial seperti hermeneutika,
apapun, baik keilmuan agama (Islam, cultural dan religious studies, HAM,
Kristen, Budha dll) keilmuan sosial, sensitivitas gender, filsafat ilmu dan
humaniora, maupun kealaman tidak begitu seterusnya. Jika tidak, maka
dapat berdiri sendiri, maka dibutuhkan mahasiswa akan menderita (suffer)
kerja sama, saling tegur sapa, saling ketika mereka keluar kampus dan
membutuhkan, saling koreksi dan berhadapan dengan realitas sosial-
saling keterhubungan antara disiplin kemasyarakatan dan realitas sosial
keilmuan.17 keagamaan yang begitu kompleks.
Begitu juga fakultas Tarbiyah ,
Amin Abdullah mengartikan Dakwah, Adab, Ushuluddin.
Integrasi sebagai “berlawanan dengan
pemisahan”, yaitu usaha memadukan Amin Abdullah menciptakan
ilmu umum dan ilmu agama.18 Model Spider Theory/Thariqah al-‘Ankabut
dari integrasi adalah “Menjadikan Al- (Teori Jaring Laba-Laba) dalam
pengembangan pemikiran akademik
16
Islamic Studies di perguruan tinggi,.
Amin Abdullah, Agama, Ilmu dan
Budaya: Paradigma integrasi-interkoneksi
Gambar dibawah ini di rancang oleh
keilmuan (Yogyakarta, 17 Agustus 2013), hlm. Amin Abdullah mengilustrasikan
11 hubungan jaring laba-laba keilmuan
17
Amin Abdullah, dkk, op.cit., hlm. 51-
52
18 19
Ibid, hlm. 49 Ibid, hlm. 50
8 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 1, Juni 2018
banyak pandapat para ulama masa lalu antara sesama muslim hanya karena
namun menuntut adanya kreatifitas disiplin keilmuannya berbeda.
untuk menerjemahkan pemahaman
Menurut Amin Abdullah
masa lalu ke dalam konteks kekinian
kesenjangan wawasan keilmuan ini
dengan mengikuti perkembangan
cukup berakibat pada dinamika
zaman. Keterbelahan keilmuan yang
kehidupan sosial keagamaan dalam
ada di IAIN dengan mengandalkan
masyarakat Indonesia mengingat
keilmuan ulumuddin (dasar-dasar ilmu
alumni IAIN banyak yang menjadi
agama) saja sangat tidak memadai
tokoh di masyarakat dimanapun
untuk menyikapi persoalan
mereka berada. Dengan demikian
kemanusiaan yang terus berkembang.
sangat penting untuk melakukan kajian
Studi Islam tidak mungkin lagi
ulang terhadap struktur fundamental
mengembangkan sikap monodisiplin
keilmuan Islam dan membangun kultur
tanpa bertegur sapa, berinteraksi,
akademik yang lebih dinamis.26
berdialog dengan keilmuan diluar
Amin Abdullah menyebutkan
dirinya.
perbedaan ini semakin hari semakin
Keilmuan yanga ada di IAIN jauh ibarat deret ukur terbalik dan
tidak saling berdialog satu sama lain membawa akibat yang tidak nyaman
apalagi menjalin kontak dan bagi kehidupan dan kesejahteraan umat
komunikasi dengan keilmuan umum manusia. Pola pikir yang serba bipolar-
sehingga tidak menyadari akan dikotomis ini menjadikan manusia
keterkaitan satu keilmuan dengan terasing dari nilai-nilai spiritualitas-
keilmuan lainnya. Pengembangan moralitas, terasing dari dirinya sendiri,
keilmuan yang ada hanya berjalan terasing dari keluarga dan masyarakat
sendiri-sendiri. Keterpisahan keduanya sekelilingnya, terasing dari lingkungan
berakibat pada rendahnya mutu alam dan ragam hayati yang menopang
pendidikan dan kemunduran dunia kehidupannya serta terasing dari
Islam pada umumnya. Dampak negatif denyut nadi lingkungan sosial-budaya
dari kenyataan ini tidak terlalu sekitarnya. Singkatnya, terjadi proses
menyenangkan. Dikotomi Ilmu umum- dehumanisasi secara massif baik pada
Ilmu agama, hegemoni bidang ilmu tataran kehidupan keilmuan maupun
tertentu terhadap bidang lainnya, keagamaan.27
superior-inferior feeling dari masing-
Amin Abdullah menyebutkan
masing bidang ilmu, hirarki ilmu
dalam ketiga revolusi peradaban
utama-ilmu komplementer, adalah
manusia, yaitu revolusi hijau, revolusi
akibat-akibat laten yang harus
industri dan revolusi informasi , tidak
ditanggung dari kenyataan diatas.
ada satu pun ilmuawan Muslim tercatat
Tidak jarang muncul konflik di ranah
namanya dalam lembaran tinta emas
sosial maupun politik akibat adanya
pengembang ilmu pengetahuan.
ekslusifisme dari masing-masing
bidang ilmu. Satu keilmuan menafikan,
menyalahkan, memarginalkan 26
Widia Fithtri, dkk. Konversi IAIN
keilmuan lainnya. Sebagai contoh Imam Bonjol Menuju UIN “ Analisis Struktur
Fundamental Keilmuan Islam Ditijau Dari
dalam daratan ilmu-ilmu keislaman
Perspektif Filsafat”. (Pusat Penelitian IAIN
sering terjadi “takdir” (pengkafiran) Imam Bonjol Padang , 2012). hlm 1-2.
27
Ibid, hlm 93-94.
12 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 1, Juni 2018
31
, Ibid, hlm. 97-98
14 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 1, Juni 2018
ilmu-ilmu sosial, humaniora dan ilmu- Di masa depan alumni UIN perlu
ilmu kealaman.35 mempunyai kualifikasi tertentu, yang
berbeda dari universitas lain.
Lebih lanjut Amin Abdullah Setidaknya, jika ada alumni UIN akan
menegaskan para pimpinan fakultas, berprofesi sebagai guru, hakim, da’i
ketua jurusan, pimpinan program studi atau pekerja sosial, konsultan dan
dan dosen pada umumnya harus berani begitu seterusnya mereka tidaknya
berfikir ke depan untuk harus terkurung dalam sangkar isolated
mempersiapkan kebutuhan generasi profession (profesi yang steril dan
ilmuan dan praktisi sosial-agama yang terpisah dari persoalan masyarakat
akan datang (nex genera-tion), bukan sekitarnya), tetapi lebih dituntut untuk
sekedar mempertahankan status quo sekaligus sebagai penggagas dan
yang dicapai sekarang.36 Yang layak pelopor social empowerment dan social
dipertimbangkan ke depan untuk agent of change dengan muatan etik
mendesign mata kuliah, kurikulum dan yang memihak rakyat kecil yang tidak
silabi UIN adalah dengan cara berdaya (mustadl’afun) dan lingkungan
menghindari pitfall dan jebakan- hidup yang sehat.38
jebakan keangkuhan disiplin ilmu yang
merasa “pasti” dalam wilayah sendiri- Amin Abdullah
sendiri tanpa mengenal masukan dari menyebutkan sudah saatnya para calon
disiplin di luar dirinya.37 pendidik selain memiliki wawasan
Kurikulum yang akan pengetahuan agama yang dalam
diterapkan di PTAI harus sebagai basisnya, juga mampu
menggunakan pendekatan integratif menguasai ilmu-ilmu sosial-humaniora
interkonektif yaitu pendekatan yang sebagai tantangan sekaligus problem
menempatkan wilayah agama dan solving dalam kehidupan masyarakat
sains, serta antar ilmu saling menyapa modern. Para calon pendidik
satu dengan yang lainnya sehingga seharusnya tidak hanya mampu
menjadi satu bangunan utuh. Tidak ada menguasai situasi kelas atau sekolah,
dikotomi sains dan agama. Begitu juga akan tetapi juga diharapkan mampu
tidak ada dikotomi antara ilmu-ilmu mengatasi problematika aktual di
qauliyah/hadarah al-nash (ilmu-ilmu masyarakat seperti gender, HAM, civil
yang berkaitan dengan teks society, korupsi, kolusi, nepotisme,
keagamaan) dengan ilmu-ilmu pendidikan karakter, pendidikan
kauniyah ijtima’iyyah/hadarah al-ilm multikultural, pluralism. Para pendidik
(ilmu-ilmu kealamaan dan hendaknya menjadi problem solver
kemasyarakatan) maupun hadarah al- baik di lingkungan sekolah dan sosial-
falsafah (ilmu-ilmu etika kefilsafatan). kemasyarakatan.39
Wilayah keilmuan tersebut tidak dikaji
secara parsial melainkan dikaji secara Paradigma baru yang dibangun
integratif dan interkonektif atau saling oleh Amin Abdullah dengan integratif-
berhubungan satu dengan lainnya.
38
Ibid, hlm. 34-35.
35 39
Ibid hlm. 33 Didik Harianto (2010). Studi Islam
36
Amin Abdullah, dkk., Islamic Integrasi Interkoneksi. http ://didik
Studies: Dalam Paradigm…, op.cit., hlm. 36 harianto Studi Islam Integrasi
37
Ibid, hlm. 36-37 Interkoneksi.htm . di unduh 20 April 2014
16 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 1, Juni 2018