Anda di halaman 1dari 159

Asuhan Keperawatan

Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Manusia
(Berdasarkan Referensi SDKI, SLKI dan SIKI)

Blog : www.transinfotim.blogspot.com
Web : www.transinfomedia.com
N
A Asuhan Keperawatan
S Pemenuhan Kebutuhan
K Dasar Manusia
A (Berdasarkan Referensi SDKI, SLKI dan SIKI)

S Tim Penulis:

NASKAH I
1.
2.
Dr. Risnah, S.KM., S.Kep., Ns., M.Kes
Musdalifah, S.Kep., Ns., M.Kes., M.Kep
3. A. Adriana Amal, S.Kep., Ns., M.Kep

SIAP CETAK A
4.
5.
Nurhidayah, S.Kep., Ns., M.Kep
Rasmawati, S.Kep., Ns., M.Kep

P Editor:
Muhammad Irwan, S.Kep., Ns., M.Kes

C
E
Penerbit: Trans Info Media, Jakarta
T Blog : www.transinfotim.blogspot.com
Web : www.transinfomedia.com
T.21112320

A
ii Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia iii
K
N
A
S
K
2
Kata Pengantar
A
H

NASKAH S Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh


Salam sejahtera untuk kita semua.

I
SIAP CETAK
Puji dan syukur pada Allah SWT untuk semua nikmat
yang telah dianugerahkan hingga detik ini. Semoga rasa

A syukur ini memberikan berkah dan menjadikan kita semua


orang-orang yang beriman dan bermanfaat dihadirkan oleh-

P NYA di dunia ini. Salawat dan salam senantiasa terkirim pada


junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sebagai panutan kita
bersama menjalani semua proses dalam kehidupan.
Di kesempatan ini pula, tak lupa kami mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah berusaha maksi-
C mal membantu tim penulis dalam menyelesaikan setiap taha-
pan dalam proses penyusunan buku referensi ini dan dengan
E sabar memberikan saran, masukan serta melakukan editing
dan revisi sebagai upaya penyempurnaannya. Semoga buku

T referensi ini bermanfaat bagi profesi keperawatan dan petu-

A
iv Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 
K
N
gas kesehatan serta seluruh lapisan masyarakat pada umum- A
nya yang insyaallah menjadi amal jariyah untuk kita semua.
Wassalam
S
4
K Daftar Isi
Gowa, Desember 2021
A
Tim Penulis
H
Kata Pengantar.............................................................. v
Daftar Isi........................................................................ vii
S Bab 1 Kebersihan Dan Perawatan Diri.......................... 1

I
A. Pendahuluan............................................................. 1
B. Konsep Dasar Kebutuhan Kebersihan dan

A
Perawatan Diri.......................................................... 2
C. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan

P
Kebersihan dan Perawatan Diri................................. 11

Bab 2 Aktivitas Dan Latihan......................................... 17


A. Pendahuluan............................................................. 17
B. Konsep Dasar Kebutuhan Aktivitas dan Latihan........ 20

C C. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan Aktivitas


dan Latihan............................................................... 27

E Bab 3 Istirahat Dan Tidur............................................. 39


A. Pendahuluan............................................................. 39
T B. Konsep Dasar Kebutuhan Istirahat dan Tidur............ 41

A
vi Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia vii
K
N
C. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan Istirahat A C. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan
dan Tidur.................................................................. 50 Manajemen Nyeri...................................................... 186

Bab 4 Nutrisi................................................................ 61 S Bab 9 Integritas Kulit Dan Luka................................... 197


A. Pendahuluan............................................................. 61 A. Integritas Kulit.......................................................... 197
B. Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi.............................. 62 K B. Luka......................................................................... 214
C. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan Nutrisi...... 67

Bab 5 Eliminasi Urine Dan Fekal.................................. 77


A C. Konsep Asuhan Keperawatan Integritas
Kulit dan Luka.......................................................... 233

A. Pendahuluan............................................................. 77 H Bab 10 Mobilisasi Dan Imobilisasi................................ 255

Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi Fisik.. 255


B. Konsep Dasar Kebutuhan Eliminasi Urine dan Fekal.. 79
C. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan Eliminasi Biodata Pengarang........................................................ 287
Urine dan Fekal........................................................ 90 Daftar Pustaka............................................................... 291
Bab 6 Oksigenasi / Respirasi....................................... 105 S
I
A. Pendahuluan............................................................. 105
B. Konsep Dasar Kebutuhan Oksigenasi / Respirasi...... 107
C. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan
Oksigenasi / Respirasi.............................................. 112
A
Bab 7 Keseimbangan Cairan, Elektrolit Dan Asam Basa.. 139
A. Pendahuluan............................................................. 139
P
B. Konsep Dasar Kebutuhan Cairan, Elektrolit dan
Asam Basa............................................................... 140
C. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan Cairan,
Elektrolit dan Asam Basa......................................... 146
C
Bab 8 Manajemen Nyeri................................................ 171 E
A. Pendahuluan............................................................. 171
B. Konsep Dasar Kebutuhan Manajemen Nyeri............. 174 T
A
viii Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia ix
K
N
A
S
BAB
1
K KEBERSIHAN DAN PERAWATAN DIRI
A
H
A. Pendahuluan

NASKAH S Kebutuhan dasar adalah unsur penting yang harus diper-


hatikan oleh manusia sebagai Makhluk Ciptaan Allah yang
I
SIAP CETAK
dibekali dengan pemikiran untuk tetap menjaga keseimbang-
an hidup, menjaga agar kondisi tubuh tetap dalam keadaan
A sehat baik fisik maupun psikologis. Salah satu kebutuhan
dasar tersebut adalah kemampuan menjaga kebersihan diri

P (Rosmalawati & Kasiati, 2016).


Personal Hygiene sangat penting untuk selalu dijaga se-
lama proses kehidupan kita, Hal ini menjadi sangat penting
karena akan berdampak pada kesehatan baik fisik maupun

C psikologis. Personal Hygiene setiap orang sangat dipengaruhi


oleh budaya, lingkungan, status kesehatan, sosial ekonomi
dan pengetahuan (Rosmalawati & Kasiati, 2016).
E Seperti halnya yang terdapat pada jurnal yang memba-
has mengenai Self-Assessement of Hygiene Practice menekan-
T kan bahwa menjaga kebersihan diri menjadi upaya preventif
dalam pencegahan penyakit menular, menjaga kebersihan diri
A
 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 
K
N
diperlukan untuk beberapa alasan yaitu, untuk diri sendiri, so- A meningkatkan derajat kesehatan (Potter & Perry, 2012).
sial, kesehatan dan psikologis sebagai cara hidup (Odonkor, Personal Hygiene adalah tindakan perawatan diri yang di-
Kitcher, Okyere, & Mahami, 2019).
S lakukan untuk memelihara kesehatan baik fisik maupun
psikologi (Rosmalawati & Kasiati, 2016).
Dalam keadaan sakit terkadang masalah kebersihan
kurang mendapat perhatian padahal jika tidak dijaga jus-
tru akan mempengaruhi masalah kesehatan umum yang
K Pada kondisi tertentu seperti adanya keterbatasan fisik aki-
bat sakit atau kecacatan dan adanya masalah priskologis,
diderita atau dirasakan oleh pasien. Beberapa hal yang bisa
terjadi seperti kerusakan kulit, gigi, mukosa mulut, rambut A perawatan diri seseorang bisa mengalami hambatan. Jadi
orang yang sehat akan mampu memenuhi kebersihan diri
mata, kuku, kelamin, rasa tidak nyaman, penampilan yang secara mandiri sedangkan orang yang sakit membutuhkan
kurang menarik dan dapat menimbulkan reaksi emosional H bantuan perawat dalam pemenuhan kebutuhan dasar ke-
(Rosmalawati & Kasiati, 2016). bersihan diri (Potter & Perry, 2012).
Peran perawat sangat dibutuhkan dalam memberikan 2. Tujuan Personal Hygiene
asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan personal Beberapa hal yang menjadi tujuan dari personal hygiene
hygiene, khususnya bagi pasien yang tidak dapat melakukan
perawatan kebersihan diri secara mandiri dan juga mening-
S antara lain (Rosmalawati & Kasiati, 2016):
a. Memberikan rasa nyaman.
katkan pengetahuan kepada pasien tentang pentingnya men-
jaga kebersihan diri (Rosmalawati & Kasiati, 2016).
I b. Memelihara kesehatan dan meningkatkan derajat ke-

A
sehatan.
Mengingat pentingnya menjaga kebersihan diri, perlu
proses pembelajaran mengenai konsep dasar personal hy- c. Membuat penampilan menjadi menarik secara fisik.
giene dan Asuhan Keperawatan kebutuhan personal hygiene
(Rosmalawati & Kasiati, 2016). P d. Meningkatkan citra tubuh karena adanya rasa percaya
diri.
e. Mencegah agar terhindar dari penyakit baik untuk diri
B. Konsep Dasar Kebutuhan Kebersihan dan sendiri maupun orang.
Perawatan Diri
1. Defenisi Personal Hygiene
C 3. Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Ada banyak kondisi yang dapat mempengaruhi cara se-
Personal Hygiene adalah cara yang dilakukan oleh indi-
vidu untuk melakukan perawatan pada dirinya agar dapat
E seorang mempertahankan personal hygiene antara lain :
a. Budaya
memberikan kenyamanan, keamanan dan kesehatan.
Melakukan personal hygiene secara benar dan teratur akan T Beberapa budaya, biasanya mandi hanya sekali dalam
seminggu, ada juga yang mandi setiap hari. Sehingga

A
 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 
K
N
budaya yang berbeda akan mempengaruhi cara se- A bisa saja merasa frustasi karena kebutuhan mereka ti-
tiap orang dalam melakukan perawatan diri (Dzaher, dak terpenuhi (Dzaher, 2017).
2017).
S e. Kondisi Psikologis
b. Status Kesehatan Masalah kesehatan mental apapun dapat meme-
Banyak pasien di rumah sakit menjadi tergantung K ngaruhi kemampuan dan motivasi seseorang untuk
dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri, seperti merawat kebutuhan kebersihannya. Depresi, kecema-
mandi, perawatan rambut, perawatan mulut, perawatan
kuku, dan kebutuhan ke toilet. Kondisi ini bisa saja
A san, Skizofrenia, Alzheimer dan lainnya diketahui me-
miliki potensi untuk mempengaruhi kemampuan se-
disebabkan karena kurangnya kesadaran dan pengeta-
huan pasien dalam menjaga kebersihan diri atau kondi- H
seorang untuk merawat diri sendiri.
Kehilangan ingatan, motivasi, isolasi sosial dan kurang-
si kesehatan yang tidak memungkinkan untuk mereka nya harga diri adalah semua faktor yang berkontribusi.
melakukannya secara mandiri sehingga membutuhkan Penjaga pasien ini dapat membantu dengan memastikan
bantuan Perawat dan Keluarga. Pasien pasca operasi ada ketentuan yang memadai untuk dapat melakukan
dengan kemampuan terbatas, Gips plaster sayatan be-
dah, menderita masalah punggung, radang sendi atau
S tugas-tugas ini. Memastikan bahwa sabun, handuk, dan
sejenisnya sudah tersedia dan dapat membantu orang
mobilitas lain tentu akan menjadi hambatan (Johnson,
2017).
I tersebut mengingat untuk mandi (Johnson, 2017).
f. Praktik Sosial
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene seseorang dapat berubah mengiku-
A Pendidikan yang buruk dan kurangnya pengetahuan
adalah alasan lain mengapa orang memiliki gagasan
ti keadaan status ekonomi, misal dalam penggunaan
produk perawatan tertentu dalam mencukur, mandi,
P berbeda tentang kebutuhan kebersihan. Sehingga pen-
ting bagi anak kecil untuk memahami dan diajari cara
dan mencuci rambut. Jadi ketika hendak memberikan menjaga kebersihan mereka sendiri pada usia sedini
perawatan diri kepada pasien, hal yang harus dilaku- mungkin (Johnson, 2017).
kan adalah mengamati atau menanyakan secara rinci
tentang praktik kebersihan yang mereka sukai (Dzaher, C g. Citra Tubuh
Citra tubuh adalah penilaian seseorang terhadap
2017).
d. Kondisi Fisik (Kecacatan) E penampialn fisiknya, citra tubuh dapat berubah sewak-
tu-waktu. Kebanyakan kasus di rumah sakit, pasien
Kecacatan Jasmani dapat mencegah seseorang untuk
tetap mempertahankan tingkat kebersihannya. Apabila T yang memiliki perubahan citra tubuh akibat kondisi
fisik yang terganggu akan mengalami kesulitan dalam
kecacatan berkembang dari waktu ke waktu, pasien
A
 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 
K
N
melakukan praktik kebersihan. Keterbatasan dan ke- A mengeluarkan sebum, minyak ke folikel rambut untuk
cacatan yang mereka miliki membatasi mereka untuk minyak di kulit dan rambut. Ketika kelenjar ini aktif
secara pribadi bertanggung jawab atas perawatan ke-
bersihan dirinya secara layak (Dzaher, 2017).
S akan menimbulkan jerawat pada remaja. Dengan kon-
disi diatas frekuensi mandi dan memakai shampo men-
h. Pilihan Pribadi
K jadi penting diperhatikan untuk mengurangi bau badan
(Potter & Perry, 2012).
Kebebasan setiap orang untuk memilih caranya sendiri
dalam menjaga kebersihan diri, memilih produk-produk
yang ingin digunakan dan memilih waktu perawatan
A Kulit seringkali terpapar oleh berbagai macam ku-
man pathogen, bakteri yang tinggal dipermukaan ku-
lit dan mikroorganisme yang lain saat kita melakukan
diri (Dzaher, 2017).
4. Macam-Macam Personal Hygiene
H aktivitas, dalam keadaan kulit kotor, menjalani proses
pembedahan saat sakit, sehingga dengan mandi se-
a. Perawatan Kulit cara teratur yaitu 2 kali dalam sehari memakai sabun
Kulit merupakan organ aktif yang melapisi tubuh yang yang tidak menyebabkan iritasi pada kulit dapat men-
terdiri dari epidermis, dermis dan hypodermis. Kulit
berfungsi sebagai tempat eksresi, sekresi, pengaturan
S jaga kulit agar tetap sehat dan terhindar dari kuman
(Rosmalawati & Kasiati, 2016).
temperature dan sensasi. Lapisan luar kulit (epider-
mis), melindungi jaringan dibawahnya terhadap ke-
I b. Perawatan Kaki dan Kuku
Kebersihan kaki dan kuku seringkali terabaikan padahal

A
hilangan cairan, cedera mekanis maupun kimia serta
semestinya menjadi perhatikan khusus untuk mence-
melindungi dari masuknya mikroorganisme sedangkan
gah agar tidak menimbulkan infeksi, bau dan cedera
lapisan kulit bagian dalam dengan struktur yang lebih
tebal (dermis) merupakan jaringan ikat kolagen dan se-
rabut saraf, pembuluh darah, kelenjar keringat, kelen-
P pada jaringan serta menjadi sarang penyakit. Beberapa
kesalahan dalam melakukan perawatan pada kaki dan
kuku yaitu kebiasaan menggigit kuku dan cara memo-
jar sebasea dan folikel rambut (Rosmalawati & Kasiati,
tong yang tidak tepat, selain itu penggunaan sepatu
2016).
yang terlalu sempit dan paparan zat kimia yang tajam
Kelenjar keringat terdiri atas ekrin yang lebih banyak
pada dahi, telapak tangan dan kaki sebagai pengen-
C sehingga dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada
fisik dan emosional. Memotong kuku secara teratur
dali temperatur saat evaporasi dan apokrin pada area
aksila dan genitalia, kelenjar ini berfungsi selama pu- E dengan memperhatikan alat pemotong kuku harus ber-
sih, kaki dan kuku dicuci dengan sabun terlebih dahu-
bertas sehingga biasanya remaja sudah menggunakan
T
lu, setelah itu menggunakan air hangat untuk proses
antiperspiran. Komposis bakteri pada kelenjar keringat perendaman kaki dan kuku sebelum dipotong akan
akan menimbulkan bau badan. Kelenjar sebasea yang memudahkan proses perawatan. Perawatan kuku dapat
A
 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 
K
N
dilakukan bersamaan pada saat kita mandi ataupun A Cara yang dapat dilakukan pada perawatan rambut
pada waktu terpisah. yaitu mencuci rambut 2 kali seminggu dengan meng-
c. Perawatan Rambut S gunakan sampho yang cocok, menyikat dan menyisir
rambut. Apabila kondisi rambut tidak sehat dan kusut
Rambut yang sehat adalah rambut yang terlihat meng-
kilap, tidak kering, tidak kusut, tidak mudah patah dan
tidak berminyak dengan struktur kulit kepala yang ber-
K dapat melakukan pemotongan rambut (Rosmalawati &
Kasiati, 2016).

sih bebas kotoran dan ketombe. Berbagai aktivitas yang


dilakukan setiap hari baik di dalam ruangan maupun
A d. Perawatan Gigi dan Mulut
Mulut adalah rongga terbuka yang terdiri dari bibir,
diluar ruangan, kondisi dingin dan kondisi panas serta
kurangnya perhatian kepada kebersihan dan pembe- H gusi, gigi, lidah dan langit-langit. Mulut sebagai tem-
pat masuknya makanan dan minuman serta sebagai
rian nutrisi pada rambut dapat menyebabkan rambut sistem pernafasan, membuatnya mudah terpapar oleh
menjadi tidak sehat, berketombe dan menjadi sarang mikroorganisme seperti bakteri, maka kebersihan mu-
kutu (Rosmalawati & Kasiati, 2016). lut sangat penting untuk mempertahankan kesehatan
Rambut pasien dalam berbagai kondisi misal klien imo- S mulut, bibir, gusi, gigi dan langit-langit (Rosmalawati &
Kasiati, 2016).
bilisasi akan terlihat kusut sedangkan pada pasien yang
mendapat balutan bisa meninggalkan darah atau anti-
septik yang mebuat rambut menjadi lengket, jika kon-
I Cara membersihkan mulut yaitu dengan menyikat gigi
sesudah makan dan sebelum tidur atau sesuai kebutuh-
disi memungkinkan dan mendapat izin dari pasien dan
keluarga, pasien dapat dicukur. Kondisi sakit juga akan
A an dengan menggunakan sikat gigi yang halus, lembut
dengan bulu yang banyak dan menggunakan pasta gigi

P
mempengaruhi kemampuan pasien untuk melakukan dengan cara yang benar sehingga tidak merusak struk-
perawatan rambut sehingga peran perawat dibutuhkan tur gigi serta mencederai gusi (Rosmalawati & Kasiati,
untuk memberikan perawatan rambut agar pasien tetap 2016).
nyaman. Dalam tatanan pelayanan kesehatan rambut
Pada kondisi sakit, dimana pasien tidak mampu untuk
dapat menjadi indikator status kesehatan secara umum
melakukan perawatan secara mandiri terhadap mulut
dengan memperhatikan pertumbuhan, distribusi dan
pola rambut. Beberapa indikasi bisa saja diakibatkan
C dan gigi maka perawat bertanggung jawab untuk mem-
bersihakn mulut dan gigi pasien, sedangkan apabila
karena adanya perubahan hormonal, stress fisik mau-
pun emosional, penuaan, infeksi, adanya penyakit, E kondisi pasien memungkinkan untuk melakukan secara
mandiri, maka perawat perlu mengajarkan cara meme-
serta efek dari pengobatan (Rosmalawati & Kasiati,
2016). T lihara kebersihan mulut, mengajarkan teknik yang
benar dan memotivasi pasien untuk tetap melakukan

A
 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 
K
N
perawatan diri meski dalam keadaan sakit. Kesehatan A g. Perawatan Telinga
mulut dan gigi penting untuk meberikan rasa nyaman, Perawatan telinga dilakukan untuk tetap menjaga keta-
mulut yang kotor dapat menurunkan nafsu makan
(Rosmalawati & Kasiati, 2016).
S jaman pendengaran. Apabila seseorang tidak melaku-
kan perawatan telinga secara teratur dan tepat akan
e. Perawatan Mata
K menyebabkan substansi lilin atau benda asing menutu-
pi kanal telinga bagian luar, yang tentunya akan meng-
Pada khakikatnya dalam kondisi normal tidak ada
perawatan khusus untuk mata. Mata yang terdiri dari
kelopak mata, bulu mata dan kelenjar lakrimalis se-
A ganggu persepsi individu terhadap suara yang dihasil-
kan. Telinga harus dibersihkan bila ada kotoran yang
menyumbat telinga, jangan mengorek-gorek telinga
bagai kelenjar pengeluaran air mata, membantu mem-
bersihkan dan mencegah masuknya benda asing pada H dengan benda tajam dan tidak perlu dilakukan setiap
mata. Biasanya seseorang hanya membersihkan ko- hari karena secara fisiologi kotoran telingan dapat ke-
toran yang menempel pada sudut mata atau pada bulu luar dengan sendirinya (Potter & Perry, 2012).
mata, agar mata tetap sehat dan mencegah infeksi.
Dalam kondisi sakit, misalnya pasien pasca operasi
dapat mengalami infeksi dengan adanya peningkatan
S C. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan
Kebersihan dan Perawatan Diri
drainase, maka tugas perawat adalah membantu mem-
bersihkan kacamata, perawatan lensa kontak atau mata
I 1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat keperawatan
buatan (Rosmalawati & Kasiati, 2016).
f. Perawatan Hidung
A 1) Kebiasaan personal hygiene (mandi, oral care, pe-
rawatan kuku dan kaki, perawatan rambut, mata,
Hidung memiliki beberapa antara lain sebagai indera
penciuman, pernafasan, pemantau temperatur dan
P hidung, telinga, dan perineal care).
2) Faktor yang mempengaruhi personal hygiene.
kelembapan udara serta mencegah masuknya benda
asing, untuk itu kebersihan hidung harus diperhatikan. 3) Riwayat masalah membran mukosa, kulit, mulut,
Dalam kondisi adanya akumulasi mucus dalam hidung hidung, telinga, kuku, kaki, rambut dan perineal.
dapat menyebkan gangguan pada syaraf kranial yaitu C 4) Pola kebersihan tubuh.
sensai olfaktori yang dapat membedakan bau. Secara 5) Perlengkapan personal hygiene yang dipakai.
tipikal proses perawatan hidung secara sederhana
dengan rutin melakukan pembersihan pada hidung
E b. Pemeriksaan fisik
1) Catat perubahan-perubahan pada area membran
(Rosmalawati & Kasiati, 2016).
T mukosa, kulit, mulut, hidung, telinga, kuku, kaki,
rambut dan perineal akibat terapi.
A
10 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 11
K
N
2) Lakukan inspeksi dan palpasi, catat adanya lesi dan A 2. Diagnosis Keperawatan
kodisi lesi. Masalah 1: Defisit Perawatan Diri
3) Observasi kondisi membran mukosa, kulit, mulut,
hidung, telinga, kuku, kaki, rambut dan perineal:
S a. Definisi

K
warna, tekstur, kekebalan, turgor dan hidrasi. Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri.
4) Kaji masalah-masalah membran mukosa, kulit,
mata, mulut, gigi, hidung, telinga, kuku kaki dan
tangan, rambut dan perineal.
A b. Penyebab
1) Gangguan muskuloskeletal.
c. Kemampuan melakukan self care
Kaji tingkat kemampuan klien melakukan self care:
H 2) Gangguan neurumuskuler.
3) Kelemahan.
0 = mandiri 4) Ganggua psikologis dan/atau psikotik.
1 = membutuhkan bantuan alat 5) Penurunan motivasi/minat.
3 = membutuhkan bantuan orang lain
3 = membutuhkan bantuan alat dan orang lain
S c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
4 = tergantung total I Menolak melakukan Perawatan Diri
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene Objektif:
1) Gambaran diri. A 1) Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/ke
2) Kebiasaan sosial. toilet/berhias secara mandiri.

3) Status sosial ekonomi. P 2) Minat melakukan perawatan diri kurang.

4) Pengetahuan. d. Gejala dan tanda Minor

5) Budaya. Subjektif
Tidak tersedia
C
6) Kondisi fisik/status kesehatan.
7) Pilihan individu. Objektif

E
8) Praktik spiritual. Tidak tersedia
9) Tingkat perkembangan (PPNI, 2017). e. Kondisi Klinis Terkait

T 1) Stroke.
2) Cedera medula spinalis.

A
12 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 13
K
N
3) Defresi. A 11) Neuropati.
4) Arthritis reumatoid. 12) Perubahan pigmentasi.
5) Retardasi mental. S 13) Perubahan hormonal.
6) Delirium. 14) Penekanan padang tonjolan tulang.
7) Demensia. K 15) Kurang terpapar informasi tentang upaya memper-
8) Gangguan amnestic. tahankan/melindungi integritas jaringan.

9) Skizofrenia dan gangguan psikotik lain. A c. Kondisi Klinis Terkait


1) Imobilisasi.
H
10) Fungsi penilaian terganggu (PPNI, 2017).
2) Gagal jantung Kongestif.
Masalah 2: Risiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
3) Diabetes mellitus.
a. Definisi
4) Gagal ginjal.
Berisiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan/epi-
dermis) atau jaringan (membrane mukosa, kornea,
fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/
S 5) Imunodefesiensi (misalnya AIDS).
6) Kateterisasi jantung (PPNI, 2017).
ligament)
b. Faktor Risiko
I 3. Intervensi Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
1) Perubahan sirkulasi.
A Observasi
2) Perubahan status nutrisi (kelebihan/kekurangan). a. Lakukan identifikasi terhadap aktivitas perawatan diri
3) Kekurangan/kelebihan volume cairan. P berdasarkan usia klien.
4) Penurunan mobilitas. b. Menentukan tingak kemandirian klien.
5) Bahan kimia iritatif. c. Identifikasi alat-alat yang dibutuhkan dalam membantu
6) Suhu lingkungan yang ekstrem. pelaksanaan kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan
7) Faktor mekanis (misalnya penekanan, gesekan) C makan.
atau faktor elektris (elektroditermi, energi listrik Terapeutik
bertegangan tinggi). E a. Ciptakan lingkungan yang nyaman (misalnya suasana
8) Terapi radiasi. hangat, rileks, privasi).
9) Kelembapan. T b. Siapkan segala keperluan pribadi (misalnya parfum, si-
10) Proses penuaan. kat gigi dan sabun mandi).
A
14 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 15
K
N
c. Upayakan mendampingi klien dalam melakukan pe- A
menuhan kebutuhan personal hygiene sampai klien
dapat melakukan secara mandiri.
S
BAB
2
d. Berikan pemahaman terhadap kondisi ketergantungan
yang dialami oleh klien dalam pemenuhan kebutuhan
dasar personal hygiene.
K AKTIVITAS DAN LATIHAN
e. Memberikan kesempatan untuk klien memenuhi kebu-
tuhan dasar personal hygiene secara mandiri, namun
A
jika tidak dapat melakukan secara mandiri, bantu klien
untuk melakukannya. H
f. Atur waktu pelaksanaan perawatan diri secara rutin.

Edukasi A. Pendahuluan
Anjurkan melakukan perawatan diri sesuai tingkat ke-
mampuan klien (PPNI T. P., 2018).
S Aktivitas ialah sebuah energi atau keadaan bergerak
yang dibutuhkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuh-
I an hidupnya. Salah satu tanda orang yang sehat yakni ada-
nya kemampuan seseorang melaksanakan aktivitas seperti
A berdiri, berjalan dan bekerja. Aktivitas fisik yang kurang me-
madai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem

P muskuloskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku serta


penyebab ketidak efektifan fungsi organ internal lain (Towarto,
Wartonah 2007).
Setiap manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak

C agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan melindungi


diri dari kecelakaan. Kebutuhan aktivitas ialah suatu kondisi
tubuh dapat melaksanakan kegiatan dengan bebas (Mubarak
E Wahit Iqbal, 2007).
Latihan merupakan sebuah gerakan tubuh secara aktif
T yang dibutuhkan dalam menjaga kinerja otot dan memper-
tahankan postur tubuh. Pergerakan dan fungsi sendi sehingga
A
16 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 17
K
N
kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas otot A Mekanika tubuh mencakup pengetahuan tentang
dapat dipeliharan dengan latihan (Towarto, Wartonah 2007). bagaimana dan mengapa kelompok otot tertentu digunakan
Gangguan aktivitas dan latihan ialah keadaan dimana S untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan dengan
aman. Menggunakan mekanika tubuh yang tepat seorang
individu mengalami ketidak cukupan energi fisiologis atau
psikologis untuk menahan atau memenuhi kebutuhan atau
keinginan aktivitas sehari-hari (Susan, Mary, Eleaner, Majorie,
K perawat perlu mengetahui tentang pergerakan, termasuk
bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi
fungsi integrasi dari system skeletal, otot skelet dan sistem
1998).
Defenisi aktivitas ialah situasi aksi energetic atau keadaan
A saraf. Selain itu, terdapat kelompok otot tertentu yang ter-
utama dipergunakan untuk pergerakan dan kelompok otot
bergerak. Secara normal manusia memerlukan kemampuan
untuk dapat bergerak. Kehilangan kemampuan bergerak wa- H lain dalam membentuk postur/bentuk tubuh (Potter & Perry,
2005).
laupun pada waktu yang singkat memerlukan tindakan-tinda-
kan tertentu yang tepat oleh pasien dan perawat. Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti mengeks-
presikan emosi dengan gerakan nonverbal, pertahanan diri,
Pada kondisi sakit, orang memerlukan waktu yang lama
di tempat tidur sehingga mereka mempunyai masalah dalam S pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas kehidupan sehari-
hari dan kegiatan rekreasi. Sebagai upaya mempertahankan
menjaga aktivitas/gerakan. Perawat perlu membantu pasien
untuk menjaga kemampuan bergerak serta untuk mencegah
penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat keadaan kurang
I mobilisasi fisik secara optimal maka sistem saraf, otot, dan
skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik (Potter & Perry,
2005).
bergerak (imobil). Banyak aspek-aspek pergerakan yang
perlu diketahui oleh perawat untuk menjaga keseimbangan
A Perawat sangat berisiko mengalami cedera tulang be-
lakang karena aktivitas atau pekerjaan yang dilakukannya.
pergerakan dalam keperawatan antara lain: gerakan setiap
persendian, postur tubuh, latihan, dan kemampuan seseorang P Aktivitas tersebut antara lain mengangkat pasien di tempat
dalam melakukan suatu aktivitas. tidur, membantu paisen turun dari tempat tidur, memindah-
kan tempat tidur pasien sendirian, mengangkat pasien dan
Keperawatan klinik menghendaki agar dapat perawat
memindahkannya, serta membawa alat yang beratnya me-
menggabungkan ilmu pengetahuan dan keterampilan di
dalam praktik. Salah satu komponen dari ilmu pengetahuan C lebihi 15 kg. Sehingga apabila mekanik tubuh yang dilakukan
tubuh tidak benar dapat mengakibatkan jatuh, tekanan fisik
dan keterampilan ialah mekanika tubuh, sebuah istilah yang
E
pada tulang belakang serta cedera.
dipergunakan untuk menggambarkan usaha dalam mengoor-
dinasikan sistem muskuloskeletal dan saraf (Potter & Perry,
2005).
T
A
18 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 19
K
N
B. Konsep Dasar Kebutuhan Aktivitas dan A Mekanisme interaksi aktin dan miosin pada sistem musku-
Latihan loskeletal yaitu :

1. Definisi
S Molekul aktin tersusun dari tiga protein
a. F-aktin fibrosa terbentuk dari dua rantai globular G-ak-
Defenisi aktivitas ialah suatu aksi energetik atau keadaan
bergerak. Kehilangan kemampuan bergerak walaupun
K tin yang berpilin satu sama lain.
b. Molekul tropomiosin membentuk filamen yang me-
pada waktu yang singkat memerlukan tindakan-tindakan
tertentu yang tepat baik oleh pasien maupun perawat. A manjang melebihi subunit aktin dan melapisi sisi yang
berkaitan dengan crossbridge miosin.
Menjaga keseimbangan pergerakan, banyak aspek-as-
pek pergerakan yang perlu diketahui oleh perawat dalam H c. Molekul troponin berkaitan dengan molekul tropomio-
keperawatan antara lain : gerakan setiap persendian, sin dan menstabilkan posisi penghalang pada molekul
postur tubuh, latihan, dan kemampuan seseorang dalam tropomiosin.
melakukan aktivitas (Tarwoto & Wartonah, 2010). d. Molekul miosin terbentuk dari dua rantai protein berat
2. Fisiologi Sistem Muskuloskeletal S yang identik dan dua pasang rantai ringan.

Sistem muskuloskeletal terdiri dari muskulus, tendon, liga- Kesimpulannya, apabila aktin berikatan dengan kepala
ment, tulang, kartilago, persendian, dan bursa. Semua
@
I miosin maka terjadi kontraksi otot.
struktur ini bekerja bersama-sama untuk menghasilkan Sistem rangka manusia merupakan rangka dalam atau
gerakan. Ada tiga jenis otot utama pada manusia, yaitu:
otot polos, otot rangka, dan otot jantung. Otot rangka
A endosketeleton. Sistem rangka yang tersusun dari bera-
gam jenis tulang tidak dapat bergerak secara aktif. Akan
yang paling berpengaruh untuk aktivitas atau pergerakan
(Mubarak dkk, 2017).
P tetapi, aktivitas otot yang melekat pada tulang menyebab-
kan tulang tersebut ikut bergerak. Oleh sebab itu, rangka
Otot rangka, terdiri dari serabut-serabut yang tersusun (tulang) dikenal sebagai alat gerak pasif, sedangkan otot
dalam berkas yang disebut fasikel, semakin besar otot se- dikenal sebagai alat gerak aktif.

C
makin banyak serabutnya. Otot akan berkembang jika serabut-serabut otot menga-
a. Otot biseps lengan pada lengan atas adalah otot yang lami pembesaran. Tendon merupakan jaringan ikat fibrosa
yang mengaitkan otot dengan periosteum (membrane fi-
E
besar dan tersusun dari 260.000 serabut.
brosa yang menutupi tulang). Tendon menyebabkan tulang
b. Otot kecil, seperti stapedius dalam telinga tengah, ha-
bergerak sewaktu otot-otot skelet berkontraksi. Ligamen

T
nya terdiri dari 1.500 serabut.
merupakan jaringan ikat fibrosa yang kuat dan padat yang

A
20 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 21
K
N
mengikat antara satu tulang dengan tulang lain, juga mem- A Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara
bantu tulang untuk bergerak. sistem muskuloskeletal dan sistem persarafan.
Klasifikasi tulang menurut bentuk dan lokasinya. S a. Sistem Muskuloskeletal berfungsi sebagai :
a. Menurut bentuknya : 1) Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh.
1) Tulang panjang (humerus, radius, femur, dan tibia). K 2) Melindungi bagian tubuh tetentu seperti hati, ginjal,
2) Tulang pendek (karpal dan tarsal). otak dan paru-paru.

3) Tulang pipih (scapula, tulang rusuk, tulang tengko- A 3) Tempat melekatnya otot dan tendon.
rak). 4) Sumber mineral seperti garam dan posfat.
4) Tulang dengan bentuk tidak teratur (vertebra dan H 5) Tempat produksinya sel darah.
mandibula). b. Sistem Otot Berfungsi Sebagai :
5) Tulang sesamoid (patella). 1) Pergerakan.
b. Menurut lokasinya :
S
2) Membentuk postur.
1) Tulang aksial (tulang wajah, cranial, hyoid, vertebra, 3) Produksi panas karena adanya kontraksi dan relak-
tulang rusuk, dan sternum). sasi.
2) Tulang apendikular (klavikula, scapula, humerus, I 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fungsi Sistem
radius, ulna, metacarpal, tulang pelvis, femur, pa- Muskuloskeletal
tella, fibula, dan metatarsal). A (Mubarak ddk, 2017)
3) Kartilago merupakan jaringan ikat yang tersusun
pada substansi yang kuat dan berfungsi untuk me-
nyokong pada beberapa bagian tubuh, seperti saluran
P a. Tingkat perkembangan tubuh
Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neo-
pendengaran, dan bagian invertebrata. Persendian rumuskuler dan tubuh secara proporsional, postur,
merupakan pertemuan antara dua atau lebih dan pergerakan dan refleks akan berfungsi secara optimal.
setiap persendian mempunyai rentang gerak yang
bervaskularisasi. Bursa merupakan kantong cairan C b. Kesehatan fisik
Penyakit, cacat tubuh dan immobilisasi akan mempe-
synovial yang terletak pada lokasi gesekan di seki-
tar persendian antara tendon, ligament, dan tulang. E ngaruhi pergerakan tubuh.

Fungsinya untuk mengurangi tekanan pada struktur


yang saling bersinggungan.
T
A
22 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 23
K
N
c. Keadaan nutrisi A 5. Macam-Macam Aktivitas
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot Aktivitas fisik
dan obesitas dapat menyebabkan pergerakan menjadi S Aktivitas fisik adalah semua pergerakan tubuh yang di
kurang bebas. hasilkan oleh pergerakan otot skeletal dan menghasilkan
d. Emosi K pengeluaran energi (Carpersen et al., 1985). Aktivitas fisik
Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktivi- secara luas diartikan sebagai olahraga sehari-hari, pe-
tas tubuh seseorang. Keresahan dan kesusahan dapat A kerjaan, aktivitas di waktu luang, dan transportasis aktif
(Garber et al., 2011).
menghilangkan semangat yang kemudian sering di-
manifestasikan dengan kurangnya aktivitas.
H Aktivitas fisik terdiri dari:
e. Kelemahan neorumuskel dan skeletal a. Aktivitas ringan
Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lordosis dan Aktivitas ringan yaitu aktivitas yang memerlukan se-
kiposis dapat berpengaruh terhadap pergerakan. dikit tenaga dan biasanya tidak menyebabkan peruba-
f. Pekerjaan S han dalam pernafasan atau ketahanan.

Seseorang yang bekerja dikantor kurang melakukan Contoh: berjalan kaki/jalan cepat.
aktivitas bila dibandingkan dengan petani atau buruh. I b. Aktivitas sedang
g. Status kesehatan Aktivitas sedang merupakan aktivitas yang membu-
h. Gaya hidup A tuhkan tenaga intens atau terus menerus, gerakan otot
yang berirama atau kelenturan.
i. Perilaku dan nilai
4. Macam-Macam Gangguan Aktivitas
P Contoh: lari.
c. Aktivitas berat
a. Fraktur
Aktivitas berat biasanya berhubungan dengan olahraga
b. Gout
dan membutuhkan kekuatan.
c. Arthritis oleh bakteri C Contoh: berkuda, memanah, berenang, dll.
d. Cidera jaringan lunak/keras (Mubarak dkk,2017)
E 6. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas dan Latihan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas dan

T latihan antara lain :


a. Jenis kelamin, status nutrisi, kondisi psikologis.

A
24 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 25
K
N
b. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempenga- A Tingkat 3
Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan
peralatan.
ruhi kemampuan aktivitas seseorang karena berdam-
pak pada perilaku kebiasaan sehari-hari.
c. Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mem-
S Tingkat 4
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan.

pengaruhi kemampuan aktivitas karena dapat mem-


pengaruhi fungsi sistem tubuh.
K (Sumber : Potter and Perry,(2017)

C. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan


1) Penyakit terutama yang menyerang sistem nervosa,
sistem muskuloskeletal.
A Aktivitas dan Latihan
2) Penyakit kardsiovaskuler dan pulmonary.
3) Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktivitas
H 1. Pengkajian Keperawatan (Dongoes, 2000)
a. Riwayat Keperawatan
dapat juga dipengaruhi kebudayaan, contohnya
1) Riwayat aktivitas dan olahraga.
orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh
memiliki kemampuan aktivitas yang kuat, seba- 2) Toleransi aktivitas.
liknya ada orang yang mengalami gangguan aktivi- S 3) Jenis dan frekuensi olahraga.
tas (sakit) karena budaya dan adat dilarang berakti- 4) Faktor yang mempengaruhi mobilitas.
vitas. I 5) Pengaruh imobilitas.
d. Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan b. Pemeriksaan Fisik : Data Fokus
aktivitas. A 1) Kesejajaran tubuh
e. Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau ke-
P
Mengidentifikasi perubahan postur tubuh akibat per-
matangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkem-
tumbuhan dan perkembangan normal. Pemeriksaan
bangan usia. Intolerensi aktivitas/penurunan kekuatan
dilakukan dengan cara inspeksi pasien dari lateral,
dan stamina, depresi, mood dan cemas.
anterior, dan posterior guna mengamati:
Kategori tingkat kemampuan aktivitas lainnya adalah a) Bahu dan pinggul sejajar.
sebagai berikut:
C b) Jari-jari kaki mengarah kedepan.
Tingkat Aktivitas/ c) Tulang belakang lurus, tidak melengkung kesisi
E
Kategori
Mobilisasi
yang lain.
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
2) Cara berjalan
T
Tingkat 1 Memerluan penggunaan alat.
Dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain.
dan risiko cedera akibat jatuh.
A
26 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 27
K
N
a) Kepela tegak, pandangan lurus, dan tulang be- A 5) Kekuatan dan massa otot
lakang lurus. Mengkaji kekuatan dan kemampuan klien untuk
b) Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu daripada
jari kaki.
S bergerak, langkah ini diambil untuk menurunkan
risiko tegang otot dan cedera tubuh baik pada klien
c) Lengan mengayun kedepan bersamaan dengan
ayunan kaki di sisi yang berlawanan.
K
maupun perawat.
Tingkatan kekuatan otot :
d) Gaya berjalan halus, terkoordinasi.
3) Penampilan dan pergerakan sendi
A Skala
Kekuatan
(%)
Ciri-ciri

Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta


pengkajian rentang gerak aktif atau rentang gerak
H 0
1
0
10
Paralisis total
Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi
2 25 Gerakan otot penuh menentanggravitasi, dengan so-
pasif. Hal-hal yang dikaji yaitu : kongan

a) Adanya kemerahan/pembengkakan sendi. 3 50 Gerakan normal menentang gravitasi

S
4 75 Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan
b) Deformitas. sedikit tahanan
c) Adanya nyeri tekan. 5 100 Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan

I
tahana penuh
d) Krepitasi.
e) Peningkatan temperatur di sekitar sendi. Pemeriksaan penunjang:
f) Perkembangan otot yang terkait dengan masing-
masing sendi.
A 1) Pemeriksaan Diagnostik
a) Foto rontgen
g) Derajat gerak sendi. P Untuk menggambarkan kepadatan tulang, teks-
4) Kemampuan dan keterbatasan gerak tur, erosi, dan perubahan hubungan tulang.
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain : b) CT scan tulang
a) Bagaimana penyakit klien mempengaruhi ke- Mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tu-
mampuan klien untuk bergerak. C lang di daerah yang sulit untuk dievaluasi (misal-
nya: asetabulum).
b) Adanya hambatan dalam bergerak (terpasang in-
fus, gips).
c) Keseimbangan dan koordinasi klien.
E c) MRI
Untuk melihat abnormalitas (tumor, penyempitan
d) Adanya hipotensi ortostatik. T jalur jaringan lunak melalui tulang).

e) Kenyamanan klien.
A
28 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 29
K
N
2) Pemeriksaan Laboratorium A c. Gejala dan tanda mayor
a) Pemeriksaan darah dan urine : memberikan infor- 1) Subjektif :
masi mengenai masalah muskuloskeletal primer
atau komplikasi yang terjadi (infeksi).
S - Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas.
2) Objektif :
b) Pemeriksaan Hb: (biasanya lebih rendah bila ter-
jadi perdarahan akibat trauma).
K - Kekuatan otot menurun.
- Rentang gerak (ROM) menurun.
2. Diagnosis Keperawatan A d. Gejala dan tanda minor
Standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) DPP
PPNI (2017): H 1) Subjektif
- Nyeri saat bergerak.
Masalah 1 : Gangguan Mobilitas Fisik
- Enggan melakukan pergerakan.
a. Definisi
- Merasa cemas saat bergerak.
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri. S 2) Objektif
- Sendi kaku.
b. Penyebab:
1) Kerusakan struktur tulang. I - Gerakan tidak terkoordinasi.
- Gerakan terbatas.

A
2) Prubahan metabolisme.
- Fisik lemah.
3) Ketidak bugaran fisik.
e. Kondisi klinis terkait
4) Penurunan kendali otot.
5) Penurunan masa otot.
P 1) Stroke
2) Cedera medulla spinalis
6) Keterlambatan perkembangan.
3) Trauma
7) Kekakuan sendi.
4) Fraktur
8) Kontraktur.
9) Malnutrisi.
C 5) Osteoarthritis
6) Ostemalasia
10) Nyeri.
11) Kecemasan gangguan sensori persepsi.
E 7) Keganasan

T
A
30 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 31
K
N
Masalah 2: Intoleransi Aktivitas A e. Kondisi klinis terkait
a. Definisi 1) Anemia.

Ketidak cukupan energi untuk melakukan aktivitas se- S 2) Gagal jantung kongestif.
hari-hari. 3) Penyakit jantung koroner.
b. Penyebab K 4) Penyakit katup jantung.
5) Aritmia.
A
1) Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen. 6) PPOK.
2) Tirah baring.
H
7) Gangguan metabolik.
3) Kelemahan. 8) Gangguan muskuloskeletal.
4) Imobilitas. 3. Intervensi Keperawatan
5) Gaya hidup monoton. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018 ;
c. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif : Mengeluh lelah.
S SLKI, 2019 &) DPP PPNI.
a. Gangguan Mobilitas Fisik
2) Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari
kondisi istirahat.
I Manajemen Energi
1) Tujuan dan kriteria hasil
d. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif :
A Tujuan :
Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan ener-
- Dipsnea setelah beraktivitas.
- Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas.
P gi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan
mengoptimalkan proses pemulihan.
- Merasa lemah. Kriteria Hasil :
2) Objektif : Kemampuan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
- Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istira-
hat.
C ekstrimitas secara mandiri, kriteria hasil:
a) Pergerakan ekstremitas meningkat.
- Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/
setelah aktivitas.
E b) Kekuatan otot meningkat.
c) Rentang gerak (ROM) meningkat.
- Gambaran EKG menunjukkan iskemia.
- Sianosis.
T d) Nyeri menurun.
e) Kecemasan menurun.
A
32 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 33
K
N
f) Kaku sendi menurun. A c) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan.
g) Gerakan tidak terkordinasi menurun. Rasional: Memberikan rasa nyaman pada klien.
h) Gerakan terbatas menurun. S Edukasi
i) Keleman fisik menurun. a) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
2) Intervensi keperawatan dan rasional K Rasional: Melatih kekuatan otot dan pergerakan
Observasi agar tidak terjadi kekakuan otot maupun sendi.

a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang me- A b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
ngakibatkan kelelahan. Rasional: Agar perawat dapat mengidentifikasi
Rasional: Mengetahui penyebab terjadinya kele- H rencana tindakan selanjutnya yang akan diberi-
lahan pada pasien. kan.

b) Monitor kelelahan fisik dan emosional. c) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kele-
lahan.
Rasional: Mengetahui koping klien.
c) Monitor pola dan jam tidur S Rasional: Memiliki koping skil bermanfaat untuk
mencegah komplikasi kesehatan yang mungkin
Rasional: Menghindari kelelahan akibar kurang
istirahat. I nanti akan timbul.
b. Intoleransi Aktivitas
d) Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama
melakukan aktivitas. A Manajemen Energi

Rasional: Memberikan rasa aman dan nyaman 1) Tujuan dan Kriteria Hasil
pada klien. P Tujuan :
Terapeutik Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan ener-
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimu- gi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan
lus (misalnya: Cahaya, suara, kunjungan). mengoptimalkan proses pemulihan.

Rasional: Membantu meningkatkan rentang ge- C Kriteria Hasil :


rak klien dalam beraktivitas. Respon fisiologis terhadap aktivitas yang membu-
b) Lakukan latihan rentang gerakan pasi-aktif akti-
vitas (ROM).
E tuhkan tenaga dapat meningkat dengan kriteria ha-
sil.

Rasional: Memberikan rasa aman dan nyaman


kepada klien.
T a) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-
hari meningkat.

A
34 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 35
K
N
b) Kekuatan tubuh bagian atas meningkat. A Rasional: memberikan rasa nyaman pada klien.
c) Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat. d) Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak
d) Keluhan lelah menurun. S dapat berpindah atau berjalan.

2) Intervensi keperawatan Rasional: mengurangi risiko jatuh/sakit pada

Observasi K klien.
Edukasi
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang me-
ngakibatkan kelelahan A a) Anjurkan tirah baring

Rasional: mengidentifikasi pencetus terjadinya Rasional: Istirahat yang lebih dan mengurangi
kelelahan dan rencana tindakan berikutnya yang H aktivitas dapat memulihkan energi kembali.
dapat dilakukan. b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
b) Monitor kelelahan fisik dan emosional Rasional: melatih kekuatan otot dan pergerakan
Rasional: untuk mengetahui koping klien. pasien agar tidak terjadi kekakuan otot maupun

c) Monitor pola dan jam tidur S sendi.


c) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
Rasional: menghindari kelelahan akibat kurang
istirahat. I
gejala kelelahan tidak berkurang
Rasional: untuk mengidentifikasi rencana tinda-
d) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas A kan selanjutnya yang dapat dilakukan oleh pe-
rawat.
Rasional: mengetahui kemampuan dan batasan
pasien terkait aktivitas yang akan dilakukan. P d) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kele-
lahan
Terapeutik
Rasional: memiliki kemampuan mengatasi ma-
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimu-
salah (coping skill) bermanfaat untuk mencegah
lus (misalnya: Cahaya, suara, kunjungan).
komplikasi kesehatan yang mungkin nanti akan
Rasional: memberikan rasa aman dan nyaman
kepada klien.
C timbul.
Kolaborasi
b) Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif (ROM)
Rasional: membantu meningkatkan rentang ge-
E - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara mening-
katkan asupan makanan.
rak klien dalam beraktivitas.
c) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
T Rasional: pemberian gizi yang cukup dapat me-
ningkatkan energi klien.
A
36 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 37
K
N
A
S
BAB
3
K ISTRAHAT DAN TIDUR
A
H
A. Pendahuluan
S Tidur, istirahat dan semua itu melekat, telah memesona
manusia sejak jaman dahulu, memiliki konsepsi dan pemaha-
I man berkembang seiring waktu. Definisi mereka selalu halus
dan beragam. Sebelumnya dipahami sebagai keadaan pasif
A dari aktivitas otak, yang dihasilkan dari pengurangan mema-
hami dari pada rangsangan sensorik, hari ini dianggap se-

P bagai fenomena aktif, kompleks dan reversibel, dalam hal itu


ada atau tidak adanya pengurangan respons terhadap rangsa-
ngan lingkungan sehubungan dengan keadaan kewaspadaan.
Dengan kata lain, adalah kondisi fisiologis yang terjadi ber-
dasarkan siklus, ditandai dengan periode inersia yang ter-
C kait dengan penurunan aktivitas otak, dengan berbagai ge-
rakan terbatas, tidak disengaja, otomatis dan tanpa tujuan

E (Carskadon dan Dement, 2011). Istirahat tidur didefinisikan


sebagai tingkat pengurangan kesadaran yang dapat dibalik-

T kan dengan adanya rangsangan eksternal (CIPE, 2011).

A
38 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 39
K
N
Manusia beraktivitas setiap harinya yang dapat menye- A ra-negara Eropa Utara. RLS lebih tinggi pada wanita dan me-
rap energi dan pikiran. Kegiatan yang dilakukan mengakibat- ningkat seiring bertambahnya usia. Sayangnya, meski pre-
kan tubuh dapat kehilangan energi. Salah satu cara memu-
lihkan kembali fungsi tubuh adalah dengan beristirahat atau
S valensinya tinggi, gangguan tidur tetap diidentifikasi dengan
buruk; kurang dari 20% individu dengan insomnia didiagno-
tidur yang cukup (Reefani, 2014). Istirahat dan tidur meru-
pakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang, K sis dan diobati dengan benar. Angka-angka itu bahkan lebih
rendah untuk kantuk berlebihan dan RLS dengan kurang dari
dan dapat mengalami perubahan. Perubahan ini tergantung 10% didiagnosis dan diobati dengan benar (Ohayon, 2011).
pada status fisiologis, psikologis, dan lingkungan fisik klien. A
Kualitas dan kuantitas tidur seseorang dipengaruhi oleh pe- B. Konsep Dasar Kebutuhan Istirahat dan
nyakit, lingkungan, gaya hidup, kecemasan, alkohol, obat-
obatan, dan diet (Apriyani, 2016).
H Tidur
1. Defenisi
Manusia rata-rata menghabiskan sekitar 27 tahun ti-
durnya seumur hidup. Fakta ini sendiri menjelaskan mengapa Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekan-
ahli anatomi saraf dan ahli fisiologi saraf telah mempelajari
tidur selama lebih dari seabad. Bidang gangguan tidur men-
S an emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Istirahat
dilakukan tidak hanya dalam kondisi tidak bekerja tetapi
juga keadaan yang membutuhkan kenyamanan. Istirahat
cakup berbagai fenomena; seperti insomnia, rasa kantuk yang
berlebihan, sleep apnea dan banyak gangguan tidur lainnya.
#
I dapat dilakukan dengan jalan-jalan, nonton tv, dan se-
Mereka secara tradisional dibagi menjadi dua kategori besar: bagainya. Kata istirahat sendiri berarti berhenti sejenak
dissomnia dan parasomnia. Dissomnia ditandai oleh kelainan A untuk melepas lelah, bersantai dan menyegarkan diri.
(Kasiati & Rosmalawati, 2016).
dalam jumlah atau kualitas tidur dan siklusnya. Mereka ter-
kait dengan kesulitan memulai atau mempertahankan tidur
atau kantuk yang berlebihan (Ohayon, 2011).
P Terdapat beberapa karakteristik istirahat, misalnya Narrow
(1967), yang dikutip Perry dan Potter 1993 (Hidayat &
Insomnia memiliki tingkat prevalensi berkisar antara 4% Uliyah, 2015) menguraikan bahwa ada 6 karakteristik,
dan 26%. Narkolepsi adalah kelainan langka dengan preva- yaitu:
lensi rata-rata 0,04% pada populasi umum. Sindrom Sleep
Apnea, sering dikaitkan dengan insomnia atau rasa kantuk
C a. Meyakini bahwa semuanya bisa teratasi dengan baik.
b. Merasa diterima.

E
yang berlebihan, ditemukan pada sekitar 2% hingga 4% dari
populasi umum dan memiliki prevalensi lebih tinggi pada pria c. Memahami kondisi yang sedang terjadi.
dibandingkan pada wanita. Restless legs syndrome (RLS), ter- d. Keluar dari rasa tidak nyaman.
gantung pada bagaimana penilaiannya, bervariasi dari yang
rendah 1% di negara-negara Asia hingga 19% tinggi di nega-
T
A
40 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 41
K
N
e. Merasakan kepuasan dari aktivitas yang dilakukan. A ada pada mesensefalon dan didekat pons bagian atas.
f. Memanfaatkan pertolongan yang ada ketika dibutuh- RAS juga dapat memberikan rangsangan berupa suara,
kan. S penglihatan, perabaan, dan nyeri serta juga dapat me-
nerima stimulasi dari cortex cereberi yang berupa stimulus
Terpenuhinya kebutuhan istirahat ditandai dengan dira-
sakannnya karakter-karakter yang ada di atas. Jika pasien K emosi dan proses pikir. Pada saat tertidur, kemungkinan
terjadinya sekresi serum serotonin dari sel khusus yang
masih mengeluhkan adanya gangguan yang menandakan
berada pada pons dan batang otak tengah, yaitu bagian
kebutuhan tidurnya belum terpenuhi maka perawat harus
melakukan intervensi keperawatan yang dapat membantu
A bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan pada
saat terjaga, bergantung pada impuls yang diterima pada
pasien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
seperti mengembangkan perilaku istirahat dan relaksasi- H pusat otak dan sistem limbik. Selain itu, pada saat terjaga
sel neuron pada RAS akan memproduksi zat katekolamin
nya seperti saran modifikasi lingkungan yang mendukung
misalnya norepinefrin (Hidayat & Uliyah, 2015).
serta penerapan perilaku yang sehat.
Pada dasarnya waktu tidur manusia memiliki jam biologis
Tidur merupakan perubahan status kesadaran ketika per-
sepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. S atau bioritme yang diatur oleh RAS dan BSR serta disesuai-
kan dengan faktor lingkungan, Bentuk bioritme yang pa-
Tidur juga dikatakan merupakan keadaan tidak sadar
dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau
sensoris yang sesuai atau dapat juga dikatakan sebagai
I ling umum adalah ritme sirkardian yang melengkapi siklus
selama 24 jam. Dalam hal ini, kestabilan denyut jantung,
tekanan darah, suhu, produksi hormon, metabolisme dan
keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya
keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih
A penampilan serta perasaan individu bergantung pada rit-
me atau irama sirkardiannya. Irama sirkardian mengaki-
merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri
adanya aktivitas yang minimum, memiliki kesadaran yang P batkan adanya pola tidur dan pola terjaga. Hal ini terjadi
karena pola tersebut mengikuti jam biologis manusia di-
bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi
mana pada saat ritme fisiologis paling tinggi mengakibat-
penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.
kan kondisi terjaga dan pada saat ritme fisiologis terendah
2. Fisiologi Tidur
C
mengakibatkan kondisi tertidur (Vaughans, 2013).
Aktivitas tidur diatur oleh mekanisme kerja otak yang se- Dalam prosesnya, tidur dibagi menjadi dua yaitu tidur ge-
cara bergiliran mengaktivasi dan menekan pusat otak agar
E
lombang lambat atau non rapid eye movement (NREM)
dapat tidur dan terjaga. Reticulari activating system (RAS) dan tidur paradoks atau rapid eye movement (REM).
merupakan bagian dari susuna saraf pusat yang juga meru-
pakan sistem yang berfungsi mengatur kesiapsiagaan dan
tidur. Letak pusat pengaturan kesiapsiagaan dan tidur ber-
T
A
42 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 43
K
N
a. Tidur gelombang lambat (NREM) A mata cepat, produksi zat pada lambung berkurang,
Jenis tidur ini dikenal dengan tidur dalam, istirahat serta tonus otot menurun.
penuh, atau lebih umum disebut tidur nyenyak. Pada S b. Tidur paradoks (REM)
tidur jenis ini, gelombang otak bergerak lebih lambat Tidur paradoks terjadi pada tidur malam dengan durasi
sehingga menyebabkan tidur tanpa bermimpi. Tidur
gelombang lambat disebut juga tidur gelombang del-
K 5-20 menit, rata-rata terjadi selama 90 menit. Periode
pertama berlangsung setelah 80-100 menit, namun jika
ta, dengan ciri-ciri yaitu betul-betul istirahat penuh,
tekanan darah menurun, frekuensi napas menurun, A kondisi seseorang sangat letih, maka periode awal tidur
sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak terjadi. Ciri ti-
pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang dan
metabolisme turun. Berikut tahapan tidur gelombang H dur paradoks adalah sebagai berikut:
1) Umumnya disertai mimpi aktif.
lambat atau NREM:
2) Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nye-
1) Tahap I merupakan tahap transisi antara terjaga dan
nyak gelombang lambat.
tidur dengan ciri yaitu rileks, masih sadar dengan
lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak
kekiri dan kekanan, denyut nadi dan pernapasan se-
S 3) Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan,
menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas
sistem pengaktivasi retikularis.
dikit melambat dapat bangun segera selama tahap
ini berlangsung selama lima menit.
I 4) Frekuensi denyut jantung dan respirasi menjadi ti-
dak teratur.
2) Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan aktivi-
tas system dalam tubuh terus melambat dengan ciri A 5) Terjadi gerakan otot tidak teratur pada perifer.
yaitu mata menetap, detak jantung dan pernapasan
P
6) Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan ir-
menurun, suhu tubuh menurun, metabolisme menu- reguler, tekanan darah meningkat atau berfluktuasi,
run, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit. sekresi lambung dan metabolisme meningkat.
3) Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri frekuen- 7) Tidur bermanfaat dalam keseimbangan mental,
si nadi dan pernanapasan dan proses tubuh lainnya emosi juga berfungsi dalam proses belajar, memori
lambat, disebabkan oleh adanya dominasi sistem
saraf parasimpatis dan sulit untuk terjaga.
C dan adaptasi.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Istirahat
4) Tahap IV merupakan tahap tidur dengan ciri kerja
jantung dansistem pernapasan menurun, jarang
E dan Tidur
Kuantitas dan kualitas tidur dipengaruhi oleh beberapa fak-
bergerak dan susah untuk dibangunkan, gerak bola
T tor. Kualitas tidur individu menunjukkan adanya kemam-

A
44 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 45
K
N
puan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat A c. Stress psikologis
sesuai dengan kebutuhannya (Hidayat & Uliyah, 2015). Seseorang yang mengalami tekanan secara psikologis
Tabel 3.1 Kebutuhan Tidur Manusia S akan mengalami kegelisahan dan sulit untuk tertidur.
d. Obat
Usia
Tingkat
Perkembangan
Jumlah Kebutuhan Tidur
K Obat juga merupakan salah satu faktor yang mempe-
0-1 bulan Neonatus 14-18 jam/hari ngaruhi proses tidur, antara lain: jenis obat diuretik, an-
1-18 bulan
18 bulan – 3 tahun
Baby
Toddler
12-14 jam/hari
11-12 jam/hari
A tidepresan, golongan narkotik, beta blockeri, dan ka-
fein.
3-6 tahun
6-12 tahun
Preschool
School Age
11 jam/hari
10 jam/hari H e. Nutrisi
12-18 tahun Teenager 8,5 jam/hari Nutrisi juga dapat mempengarui proses tidur dimana
18-40 tahun Young Adult 7-8 jam/hari nutrisi yang adekuat dapat memudahkan individu cepat
40-60 tahun Old adult 7 jam/hari
tertidur dan sebaliknya nutrisi yang tidak adekuat dapat
60 tahun ke atas Elderly 6 jam/hari
S mengakibatkan individu sulit tertidur. Salah satu con-
tohnya adalah kandungan triptofan yang merupakan
a. Penyakit
Perubahan kondisi tubuh dapat mempengaruhi kebu-
I asam amino dalam protein yang dicerna dapat mem-
percepat terjadinya proses tidur.
tuhan tidur seseorang. Kondisi tubuh yang tidak sehat
meningkatkan kebutuhan tidur. Misalnya seseorang A f. Lingkungan
Lingkungan fisik sangat berpengaruh terhadap proses
yang mengalami penyakit infeksi membutuhkan lebih
banyak tidur agar dapat menghemat energi tubuhnya. P tidur, misalnya pencahayaan, tingkat kebisingan, suhu
ruangan, posisi tempat tidur dan kebersihan dari tem-
Kondisi sakit juga dapat menyebabkan pasien menga-
pat tidur tersebut.
lami gangguan tidur.
g. Motivasi
b. Latihan dan kelelahan
Keletihan akibat kegiatan yang padat dapat memerlu- C Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan se-
seorang untuk tidur, yang dapat mempengaruhi proses
kan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan
E
tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk menahan tidak
energi yang telah dikeluarkan. Sehingga orang yang
tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.
telah beraktivitas akan mengalami lelah. Oleh karena
itu orang tersebut akan lebih cepat tidur karena gelom-
bang lambatnya akan diperpendek.
T
A
46 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 47
K
N
Jenis-jenis Gangguan Kebutuhan Istirahat dan Tidur A jam pada malam hari, disebabkan oleh kemungkina
a. Insomnia adanya gangguan psikologis, depresi, kecemasan, ma-

Insomnia merupakan ketidakmampuan dalam pe- S salah pada susunan saraf pusat, ginjal, hati, dan ma-
salah pada proses metabolisme.
menuhan kebutuhan tidur, baik secara kualitas mau-
pun kuantitas. Etiologi dari terjadinya insomnia dapat K d. Narkolepsi
disebabkan oleh gangguan secara fisik maupun psikis. Narkolepsi merupakan kondisi dimana tidur tidak dapat
Ada tiga jenis insomnia yaitu Insomnia inisial: Susah
untuk mengawali tidur, Insomnia intermiten: Susah
A dikendalikan. Misalnya tidur dalam kondisi mengemu-
di, duduk, dan tuba-tiba tidur pada saat sedang berbin-
untuk tetap tertidur karena seringnya terbangun, dan
Insomnia terminal: Bangun terlalu cepat dan susah un- H cang-bincang.
e. Apnea tidur dan mendengkur
tuk tidur kembali.
Mendengkur pada umumnya bukanlah suatu masalah
Adapun tindakan yang bisa ditempuh dalam mena- tidur teapi mendengkur yang disertai dengan periode
ngani insomnia antara lain dengan mengatur pola tidur-
istirahat yang efektif dengan berolahraga secara rutin, S apnea dapat menjadi masalah. Mendengkur sendiri
disebabkan oleh adanya yang menghalangi udara di
tidak tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum hidung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebab-
tidur (misalnya: membaca, menikmati musik, dan tidur
jika benar-benar mengantuk).
I kan oleh adanya adenoid, amandel, atau melemahnya
otot di belakang mulut. Terjadinya apnea dalam durasi
b. Parasomnia A yang lama dapat menyebabkan kadar oksigen dalam
darah menurun dan denyut nadai menjadi irregular.
Parasomnia merupakan tindakan yang dapat mengu-
rangi kualitas tidur atau terjadi pada waktu seseorang
tertidur. Masalah ini banyak terjadi pada anak-anak.
P f. Enuresis
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja
Adapun gejala parasomnia antara lain sering terbangun pada waktu tidur (mengompol). Enuresa dibagi menjadi
(misalnya: tidur berjalan, night terror), gangguan tran- dua jenis: enuresa noktural: merupakan mengompol
sisi bangun-tidur mengigau), parasomnia yang terkait
dengan tidur REM (misalnya mimpi buruk), dan lain- C di waktu tidur, dan enuresa diurnal, mengompol saat
bangun tidur. Enuresa noktural umumnya merupakan
nya.
c. Hipersomnnia E gangguan pada tidur NREM.

Hipersomnia merupakan masalah tidur dengan krite-


ria tidur berlebihan pada umumnya lebih dari sembilan T
A
48 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 49
K
N
C. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan A c. Perilaku deprivasi tidur yaitu tanda dan gejala fisik dan
Istirahat dan Tidur perilaku yang timbul sebagai efek dari gangguan istira-

1. Pengkajian Keperawatan
S hat tidur, seperti:
1) Wajah, misalnya mata panda, mata sembab, kon-
Dalam memberikan layanan asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan kebutuhan dasar istirahat dan tidur
K jungtiva kemerahan, atau mata cekung;
2) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirahat ti-
maka aspek yang perlu dikaji pada klien meliputi pengka-
jian sebagi berikut (Kasiati & Rosmalawati, 2016). A dur, misalnya apakah klien mudah tersinggung, se-
lalu menguap, kurang fokus atau terlihat bingung;
a. Riwayat tidur
1) Pola tidur, seperti pasien bangun dan tidur jam bera-
H 3) Kelelahan, misalnya apakah klien lelah, letih, atau
lesu.
pa serta pola tidur yang teratur. d. Gejala Klinis
b. Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, Gejala klinis yang bisa terjadi: perasaan letih, tidak te-
berdoa, mencuci kaki, mendengar musik.
3) Gangguan tidur yang sering dialami pasien dan S nang, emosi, apatis, mata panda, mata bengkak, kon-
jungtiva merah dan mata perih, kurang konsentrasi,
Tindakan yang dilakukan dalam mengatasinya. dan nyeri kepala.
4) Kebiasaan tidur siang; jam berapa biasanya pasien I e. Penyimpangan tidur
tidur dan berapa lama?
5) Lingkungan tidur, bagaimana pencahayaan, tem- A Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambu-
lisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur
perature dan kebisingan.
P
dan lain-lain.
6) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup.
f. Pemeriksaan fisik
Kondisi kehidupan pasien yang dapat menjadi fak-
1) Tingkat energi, seperti kelelahan, keletihan dan
tor penyebab masalah tidur.
merasa lesu.
b. Status emosi dan mental klien. Status emosi dan men-
tal mempengaruhi kemampuan pasien untuk istirahat
dan tidur. Perawat perlu mengkaji tentang status emo-
C 2) Ciri-ciri di wajah, seperti mata sembab, mata sipit
dan mata merah.

E
sional dan mental pasien, misalnya pasien mengalami 3) Ciri-ciri perilaku, kurang bersemangat, bicara lam-
ansietas dan sumber dari ansietas tersebut. bat, susah konsentrasi.
4) Data penunjang yang menimbulkan adanya ma-
T salah potensial seperti kegemukan, septum deviasi,
hipotensi, pernapasan dangkal dan dalam.
A
50 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 51
K
N
g. Pemeriksaan penunjang A d. Gejala dan tanda minor
1) Elektroecepalogram (EEG). 1) Subjektif: menyalahkan diri sendiri karena merasa
2) Elektromipogram (EMG). S tidak bertanggung jawab, dan gairah seks menu-
run.
3) Elektrookulogram (EOG).
2. Diagnosis Keperawatan K 2) Objektif: kebutuhan istirahat meningkat.
e. Kondisi klinis terkait
Masalah 1: Keletihan (PPNI, 2017)
a. Definisi
A 1) Anemia.
2) Kanker.
Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak
pulih dengan istirahat.
H 3) Hipotiroidisme/Hipertiroidisme.
4) AIDS.
b. Penyebab
5) Depresi.
1) Gangguan tidur.
6) Menopause.
2) Gaya hidup tidak bervariasi.
3) Kondisi fisiologis (misalnya: Kehamilan, penyakit
S Masalah 2: Gangguan pola tidur (PPNI, 2017)

kronis dan lain-lain).


4) Rencana perawatan atau pengobatan jangka pan-
I a. Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat
jang.
5) Berduka disfungsional.
A faktor eksternal.
b. Penyebab
6) Stres berlebihan.
7) Depresi.
P 1) Faktor lingkungan (misalnya: Temperature, penca-
hayaan, kebisingan dll).

c. Gejala dan tanda mayor 2) Kurangnya kontrol tidur.

1) Subjektif: kelelahan meski telah tidur, kurang beren- 3) Kurangnya kebebasan pribadi.
ergi. C 4) Restraint fisik.
5) Tidur sendiri.
2) Objektif: tidak mampu melakukan ADL dengan baik
atau tampak lesu.
E 6) Asing dengan kondisi kamar tidur.

T
A
52 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 53
K
N
c. Gejala dan tanda mayor A 2) Intervensi Keperawatan
Subjektif: keluhan susah tidur, sering terbangun, tidur a) Observasi
tidak puas, pola tidur berubah, dan istirahat tidak cu- S Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
kup. informasi
d. Gejala dan tanda minor K b) Terapeutik
Subjektif: mengeluh kemampuan beraktivitas menu- - Siapkan materi dan media pengaturan aktivi-
run. A tas dan istirahat.

e. Kondisi klinis terkait - Rencanakan pemberian edukasi sesuai ke-

1) Nyeri/Kolik. H sepakatan.
- Berikan kesempatan kepada pasien dan kelu-
2) Hipertiroidisme.
arga untuk bertanya.
3) Kecemasan.
c) Edukasi

S
4) Penyakit paru obstruktif kronis.
- Jelaskan perlunya melakukan aktivitas fisik/
5) Kehamilan.
olahraga secara rutin.
6) Periode pasca partum.
7) Kondisi pasca operasi.
I - Anjurkan ikut dalam kegiatan kelompok, ber-
main atau kegiatan lainnya.
3. Intervensi Keperawatan
a. Keletihan
A - Anjurkan membuat jadwal aktivitas dan istira-
hat.

Edukasi aktivitas/Istirahat (PPNI, 2018) P - Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan isti-


rahat (misalnya : kelelahan, sesak napas saat
1) Tujuan dan kriteria hasil
beraktivitas).
a) Tujuan
- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis
Mengedukasi pasien terkait pengelolaan istirahat
C
kegiatan yang sesuai kemampuan.
dan tidur setelah beraktivitas.
d) Kolaborasi
b) Kriteria hasil (PPNI, 2019)
- Tenaga meningkat. E
- Pola istirahat membaik.
T
A
54 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 55
K
N
Manajemen energi (PPNI, 2018) A c) Edukasi
1) Tujuan dan kriteria hasil - Anjurkan tirah baring.
a) Tujuan S - Anjurkan beraktivitas secara bertahap.
Mengidentifikasi pengelolaan energi untuk - Anjurkan untuk melaporkan kepada perawat
mencegah kelelahan dan mempercepat proses K jika manifestasi kelelahan tidak berkurang.
pemulihan. - Ajarkan strategi koping dalan menurunkan
b) Kriteria hasil (PPNI, 2019) A kelelahan.
- Meningkatnya energi pasien. d) Kolaborasi
- Meningkatnya kemampuan aktivitas. H Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara mening-
- Keluhan merasakan lelah menurun. katkan asupan makanan

2) Intervensi Keperawatan (PPNI, 2018) b. Gangguan Pola Tidur


a) Observasi Dukungan tidur (PPNI, 2018)
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang me- S 1) Tujuan dan kriteria hasil
ngakibatkan kelelahan. a) Tujuan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional. I Membantu siklus tidur klien secara teratur
- Monitor pola dan jam tidur. b) Kriteria hasil (PPNI, 2019)
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama A - Keluhan sulit tidur menurun.
melakukan aktivitas.
P
- Sering terbangun menurun.
b) Terapeutik - Perasaan tidak cukup tidur menurun.
- Siapkan lingkungan nyaman dan rendah stim- 2) Intervensi Keperawatan (PPNI, 2018)
ulus (misalnya: Cahaya, suara, kunjungan).
a) Observasi
- Lakukan ROM aktif/pasif.
- Berikan kegiatan distraksi yang menyenang- C - Identifikasi pola aktivitas dan tidur.
- Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan
kan.
- Fasilitasi duduk disamping tempat tidur, jika E psikologis).
- Identifikasi makanan dan minuman yang meng-
tidak dapat berpindah atau berjalan.
T ganggu tidur (misalnya: Kopi, teh, alkohol).
- Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi.

A
56 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 57
K
N
b) Terapeutik A Terapi Musik (PPNI, 2018)
- Modifikasi lingkungan (misalnya: Pencahayaan, 1) Tujuan dan kriteria hasil
kebisingan, matras dll). S a) Tujuan
- Batasi waktu tidur siang, jika perlu. Membuat klien merasa nyaman dan rileks.
- Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur. K b) Kriteria hasil (PPNI, 2019)
- Tetapkan jadwal tidur rutin. - Keluhan sulit tidur menurun.
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan ke- A - Keluhan istirahat tidak cukup menurun.
nyamanan (misalnya: Pijat, pengaturan posisi,
H
- Rileks meningkat.
akupresur).
2) Intervensi Keperawatan (PPNI, 2018)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau
a) Observasi
tindakan untuk menunjang siklus tidur ter-
jaga. - Identifikasi adanya perubahan perilaku atau

S
fisiologis yang akan dicapai (misalnya:
c) Edukasi
Relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dll).
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
- Identifikasi ketertarikan terhadap musik.
sakit.
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.
I - Identifikasi musik yang disukai.

A
b) Terapeutik
- Anjurkan menghindari makanan atau minu-
man yang mengganggu tidur. - Pilih musik yang disukai.

- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak


mengandung supresor terhadap tidur REM.
P - Posisikan dalam posisi yang nyaman.
- Batasi rangsangan eksternal selama terapi di-
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terha- lakukan (misalnya: Lampu, suara, telepon).
dap gangguan pola tidur (misalnya: Psikologis, - Siapkan perlengkapan terapi musik.

C
gaya hidup, sering berubah shift kerja). - Atur volume suara yang sesuai.
- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara - Berikan terapi musik sesuai indikasi.
nonfarmakologi lainnnya.
E - Lakukan pemberian terapi musik sesuai de-
ngan waktu yang efektif.

T - Hindari pemberian terapi musik saat cedera


kepala akut.

A
58 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 59
K
N
c) Edukasi A
- Jelaskan tujuan dan SOP terapi musik.
- Anjurkan rileks selama mendengarkan musik. S
BAB
4
K NUTRISI
A
H
A. Pendahuluan
S Nutrisi dan cairan merupakan kebutuhan dasar yang sa-
ngat penting bagi manusia, Berbagai penelitian telah dilaku-
$
I kan dan mengemukakan bahwa kekurangan gizi, baik nutrisi
maupun cairan dan elektrolit tubuh akan memberikan dam-
A pak pada tumbuh kembang seorang anak dan menghambat
produktivitas seiring bertambahnya usia seseorang.

P Kekurangan nutrisi merupakan masalah klinis yang


umum dijumpai di pelayanan kesehatan, utamanya pada
pasien dengan kondisi kritis. Perawat memiliki peran penting
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pasien, sehingga sangat-

C lah penting untuk mengetahui standar dan kualitas asuhan


keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Sebuah peneli-
tian yang telah dilakukan mengemukakan bahwa kinerja pe-
E rawat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas perawatan pemenuhan nutrisi pasien di pelayanan ke-
T sehatan (Atefeh Taherkan et,al 2019).

A
60 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 61
K
N
B. Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi A b. Faring dan Esofagus
Faring terletak di belakang hidung, mulut, dan la-
1. Defenisi
Nutrisi berasal dari kata nutrients yang berarti bahan gizi.
S ring serta berhubungan langsung dengan esofagus.
Esofagus sendiri adalah bagian dari sistem pencernaan
Nutrisi merupakan proses terbentuknya energi dari bahan
makanan yang diperlukan untuk pemeliharaan, pemben-
K yang berfungsi menghantarkan makanan dari faring ke
lambung.

A
tukan, dan penggantian sel tubuh. Nutrient merupakan zat
c. Lambung
organik dan anorganik yang terdapat di dalam makanan
dan dibutuhkan oleh tubuh untuk proses pertumbuhan dan Lambung merupakan bagian dari sistem pencernaan.
perkembangan, aktivitas, menjaga kesehatan dan mence- H Lambung adalah sebuah organ berrongga yang ada
didalam perut bagian atas, di bawah tulang rusuk.
gah penyakit, memeliharan fungsi-fungsi tubuh, memper-
cepat penyembuhan, serta membentuk sistem kekebalan Dinding lambung mempunyai lima lapisan. Dalam
tubuh (Kemenkes, 2017). proses pencernaan, makanan bergerak dari mulut
dari esofagus untuk kemudian menjangkau lambung.
Menurut Barbara Kozier et al. (2011), nutrisi merupa-
kan jumlah semua interaksi antara suatu organisme dan
S Didalam lambung, makanan menjadi cair. Cairan terse-
but selanjutnya bergerak masuk ke usus kecil untuk
makanan yang dikonsumsinya. Dengan kata lain, nutrisi
adalah sesuatu yang dimakan seseorang dan bagaimana I dicerna lebih lanjut.

tubuh menggunakannya (Munthe, Naomi F.A, 2017). d. Usus Halus

2. Fisiologi Sistem A Panjang usus halus kurang lebih 2,5 meter menyerupai
tabung yang berlipat-lipat. Usus halus berfungsi untuk
Sistem pencernaan (gastrointestinal) berperan dalam pe-
menuhan kebutuhan nutrisi tubuh, mulai dari mulut sam- P mencerna dan mengabsorbsi zat-zat makanan yang
diperlukan tubuh. Zat makanan yang telah berbentuk
pai dengan usus halus (Jhon Welis, 2013).
partikel halus diabsorbsi di bagian duodenum, seperti
Menurut Welis (2006) organ tubuh yang berperan dalam zat besi, kalsium, dengan bantuan vitamin A, D, E, K
pemenuhan nutrisi adalah (Munthe, Naomi F.A, 2017):
a. Mulut C serta empedu dan asam fosfat.
e. Kolon
Mulut adalah bagian awal dari sistem gastrointestinal.
Mulut terdiri dari dua bagian, bagian luar disebut ves-
E Kolon terletak setelah usus halus dengan panjang
kurang lebih 1,5 meter. Kolon terbagi menjadi beberapa

T
tibula yakni gigi, ruang antargusi, pipi bagian dalam, bagian, yaitu kolon asendens, transversum, desenden,
dan bibir, dan bagian dalam yakni rongga mulut.

A
62 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 63
K
N
sigmoid, dan rectum. Kolon berfungsi untuk mengab- A kandungan gizi yang diperlukan oleh tubuh, dapat di-
sorbsi air (Munthe, Naomi F.A, 2017). peroleh dari bahan makanan sederhana.
3. Faktor yang Mempengaruhi S e. Usia
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan nu- Faktor tumbuh kembang memiliki pengaruh terhadap
trisi menurut Gloria (2010), yaitu: K pemenuhan gizi. Pada anak usia 0-10 tahun misalnya,
a. Pengetahuan dibutuhkan nutrisi yang cukup untuk kelangsungan

Kurangnya pengetahuan tentang makanan bergizi akan A proses metabolisme tubuh. Saat berusia di atas 20 ta-
hun, maka energi basal menjadi relatif konstan.
mempengaruhi pola makan seseorang. Hal ini akibat
kurang terpaparnya informasi mengenai zat-zat gizi H f. Jenis Kelamin
yang bermanfaat bagi tubuh. Kebutuhan metabolisme basal pada wanita lebih ren-
b. Kebiasaan dah dibandingkan pada pria. Pada pria kebutuhan Basal
Metabolic Rate sebesar 1,0 kkal/kg BB/jam, sedangkan
Kebiasaan makan terhadap konsumsi makanan terten-
tu yang dapat merugikan jika dikonsumsi berlebihan S pada wanita hanya 0,9 kkal/kg BB/jam.
g. Tinggi dan Berat Badan
ataupun berdampak buruk jika kurang dikonsumsi juga
dapat mempengaruhi status gizi seseorang.
I Tinggi badan dan berat badan mempengaruhi luas per-
mukaan tubuh. Kebutuhan metabolisme basal tubuh
c. Kesukaan
Rasa suka berlebihan terhadap jenis makanan tertentu A dipengaruhi oleh luas permukaan tubuh seseorang.
Hal ini disebabkan karena besarnya pengeluaran pa-
dapat menyebabkan kurangnya konsumsi makanan
P
nas berbanding lurus dengan luas permukaan tubuh se-
yang bervariasi. Akibatnya, tubuh tidak memperoleh
seorang.
nutrisi yang cukup yang dibutuhkan untuk proses fisio-
logis tubuh. h. Status Kesehatan

d. Status Ekonomi Perubahan status kesehatan akan berpengaruh terha-

C
dap nafsu makan, misalnya terjadi penurunan nafsu
Masyarakat dengan status ekonomi rendah terkadang
makan (anoreksia), ataupun efek samping dari obat-
kurang mampu memenuhi kebutuhan gizi keluarga de-
obatan.
ngan asumsi membutuhkan biaya untuk menyediakan
makanan yang bervariasi dan bernilai gizi. Meskipun
E i. Kondisi Psikologis

T
pada dasarnya, untuk menyediakan makanan dengan Kondisi psikologis seperti stres, cemas, tegang akan
berpengaruh pada keinginan seseorang untuk meng-

A
64 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 65
K
N
konsumsi makanan. Selain itu, perilaku diet karena A c. Diabetes Mellitus
motivasi tertentu juga berpengaruh pada motivasi se- Diabetes mellitus terjadi karena adanya kekurangan in-
seorang untuk mengkonsumsi makanan yang seim-
bang.
S sulin yang menyebabkan terjadinya gangguan metabo-
lism karbohidrat, atau penggunaan karbohidrat secara
j. Konsumsi Alkohol dan Obat-obatan
K berlebih.
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat berdampak d. Hipertensi
pada sistem gastrointestinal, berpengaruh pada nafsu
makan, dan menyebabkan terjadinya defisiensi nutrisi.
A Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah di
atas normal yang terjadi secara terus-menerus dalam
Demikian juga halnya dengan konsumsi obat-obatan
tertentu yang memiliki efek menurunkan nafsu makan, H kurun waktu tertentu. Hipertensi dapat pula disebab-
kan oleh masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi lain-
juga dapat menurunkan absorbsi zat gizi di dalam usus nya seperti obesitas asupan natrium berlebih, dan gaya
halus (Mubarak, 2010). hidup tidak sehat.
4. Macam-macam Gangguan yang Mungkin Terjadi
a. Obesitas S e. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung coroner disebabkan oleh adanya
Pada kondisi obesitas, individu mengalami kelebihan
berat badan lebih dari 20% berat badan normal. Hal ini
I peningkatan kadar kolesterol dalam darah, kebiasaan
merokok, obesitas, pola makan, gaya hidup yang tidak

A
terjadi ketika asupan kalori berlebih namun penggu- sehat, dan sebagainya.
naan kalori rendah (ketidak seimbangan nutrisi). f. Kanker

P
b. Malnutrisi Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien
Berbeda dengan kondisi pada obesitas, malnutrisi kanker terjadi karena konsumsi lemak yang berlebi-
merupakan kondisi kekurangan nutrisi pada tingkat sel han.
akibat dari ketidaksesuaian antara asupan nutrisi de-
ngan kebutuhan tubuh. Ditandai dengan berat badan di C. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan
bawah normal meskipun asupan makanan mencukupi,
kelemahan otot, penurunan energi, kulit tampak pucat,
C Nutrisi

membrane mukosa dan konjungtiva tampak pucar, dan


lain-lain.
E 1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan

T Penggunaan metode ABCD untuk melakukan pengka-


jian status nutrisi, yaitu:

A
66 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 67
K
N
1) Anthropolometric measurement A 3) Clinical sign of nutritional status
Pengukuran ini bertujuan untuk melakukan evaluasi
pertumbuhan dan melakukan pengkajian tentang
ketersediaan energi dan status nutrisi pasien.
S Rambut
Organ Tanda Normal
Berkilau, licin, kering atau
Tanda Abnormal
Rontok, tidak tumbuh dengan
berminyak. sempurna, tampak kusam
Pengukuran antropometri: K Kulit Sedikit lembab, halus,
turgor baik
Kering, pecah-pecah, bersisik

a) Tinggi badan. Mata Bersih dan bersinar, Konjungtiva pucat, tidak


b) Berat badan. A Kardiovaskuler
konjungtiva merah muda
Denyut nadi dan tekanan
bercahaya
Denyut nadi dan tekanan darah
c) Tebal lipatan kulit, normal pada wanita 16,5 – 18 darah normal, irama tidak normal, irama jantung
cm dan pada pria 12,5 – 16,5 cm. H Otot-otot
jantung reguler
Kuat dan berkembang
irregular
Lembek dan tidak berkembang
d) Lingkar Tubuh. dengan baik dengan baik
2) Biochemical data Gastrointestinal Nafsu makan baik, BAB Anoreksia, sulit menelan,
normal dan teratur konstipasi, diare
Untuk mengkaji status nutri pasien, diperlukan
S
Aktifitas Bersemangat, tidur Kurang berenergi, kesulitan
pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan normal untuk tidur, lemah
penunjang, meliputi pemeriksaan darah dan urin, Neurologi Refleks normal, emosi Refleks kurang, iritable, perha-
seperti pemeriksaan haemoglobin, hematokrit, dan
albumin.
I dan perhatian baik tian tidak fokus, emosi labil

4) Dietery history
a) Nilai normal haemoglobin
Pria : 13-16 g/dl
A Umumnya masyarakat pernah melakukan diet tetapi
tidak melakukan perubahan kebiasaan. Kebiasaan
Wanita : 12-14 g/dl
b) Nilai normal hematokrit
P makan dan pola makan dipengaruhi oleh status so-
sial ekonomi, latar belakang budaya, aspek psikolo-
Pria : 40-48 vol % gis, dan lain-lain.
Wanita : 37-43 vol% Ada beberapa beberapa faktor yang penting untuk
c) Nilai normal albumin C dikaji terkait dengan riwayat nutrisi:

Pria dan wanita : 4-5,2 g/dl Pola diet/makan Vegetarian, tidak mengkonsumsi ikan laut, dan

E Pengetahuan tentang
sebagainya
Menentukan tingkat pengetahuan klien terkait
nutrisi kebutuhan nutrisi

T Kebiasaan makanan Makan bersama, makan sambal melakukan


aktivitas lain, seperti mendengarkan musik atau
menonton televisi

A
68 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 69
K
N
Makanan kesukaan Suka makan lalap, suka sambel, suka coklat,
suka roti
A d. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif
Intake cairan Jumlah cairan tiap hari yang diminum, jenis
minuman, jarang minum S a) Merasa cepat kenyang.
Problem diet Sukar menelan, kesulitan mengunyah b) Nyeri/kram abdomen.
Tingkat aktivitas Jenis pekerjaan, waktu bekerja siang/malam,
perlu makanan tambahan atau tidak K c) Penurunan nafsu makan.
Riwayat kesehatan/ Adanya riwayat alergi, atau penyakit tertentu 2) Objektif
pengkomsumsian obat
Refleks normal, emosi
seperti diabetes melitus
Refleks kurang, iritable, perhatian tidak fokus,
A a) Bising usus hiperaktif.
dan perhatian baik emosi labil

H
b) Otot pengunyah lemah.
c) Otot menelan lemah.
2. Diagnosis Keperawatan
d) Membran mukosa pucat.
Masalah 1: Defisit Nutrisi e) Sariawan.

S
a. Defenisi f) Penurunan serum albumin.
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi ke- g) Rambut rontok.

I
butuhan metabolisme tubuh. h) Diare.
b. Penyebab e. Kondisi klinis terkait
1) Ketidakmampuan menelan makanan.
2) Ketidakmampuan mencerna makanan.
A 1) Parkinson.
2) Stroke.
3) Meningkatnya kebutuhan metabolisme tubuh.
4) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien.
P 3) Mobius sindroma.
4) Cerebral palsy.
5) Faktor ekonomi. 5) Clept lip.
6) Faktor psikologis. 6) Clept palate.
c. Gejala dan tanda mayor C 7) Amyotropic lateral sclerosis.
1) Subjektif (tidak tersedia). 8) Kerusakan neuromuskular.
2) Objektif (penurunan berat badan minimal 10 % di E 9) Kanker.
bawah rentang ideal).
10) Luka bakar.
T 11) Infeksi.

A
70 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 71
K
N
12) AIDS. A c. Gejala dan tanda mayor
13) Penyakit Cron’s. 1) Subjektif (tidak tersedia)
Masalah 2: Berat Badan Lebih S 2) Objektif
a) IMT > 25 kg/m2 (pada dewasa) atau berat dan
K
a. Defenisi
panjang badan lebih dari presentil 95 (pada anak
Akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang tidak
< 2 tahun) atau IMT pada presentil ke 85-95

A
sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
(pada anak 2-18 tahun).
b. Penyebab
b) Tebal lipatan kulit triseps >25 mm.
1) Kurang aktivitas fisik harian.
2) Kelebihan konsumsi gula.
H d. Kondisi klinis terkait
1) Gangguan genetik.
3) Gangguan kebiasaan makan.
2) Faktor keturunan.
4) Kelebihan konsumsi alkohol.
3) Hipotiroid.
5) Penggunanaan energi kurang dari asupan.
6) Sering mengemil.
S 4) Diabetes melitus maternal.
3. Intervensi Keperawatan
7) Sering memakan makanan berminyak/berlemak.
8) Faktor keturunan (misal distribusi jaringan adiposa,
I Masalah 1: Defisit Nutrisi

A
Luaran Keperawatan : Nutrisi Membaik.
pengeluaran energi, aktivitas lipase, lipoprotein, sin-
tesis lipid, lipolisis). Intervensi:
9) Penggunaan makanan formula atau makanan cam-
puran (pada bayi).
P a. Jelaskan pentingnya konsumsi karbohidrat, protein, le-
mak, vitamin, mineral, serta cairan yang adekuat.
10) Asupan kalsium rendah (pada anak-anak). Rasional: nutrisi berperan dalam penyediaan sumber
11) Berat badan bertambah cepat (selama masa anak- energi, pengaturan metabolism tubuh, dan memba-
anak, selama masa bayi, termasuk minggu pertama,
4 bulan pertama, dan tahun pertama). C ngun jaringan tubuh.
b. Konsultasi dengan ahli gizi untuk menentukan jenis
12) Pemberian makanan padat pada usia kurang dari 5
bulan sebagai makanan utama. E makanan dan kebutuhan kalori harian yang tepat bagi
klien.

T
A
72 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 73
K
N
Rasional: Dengan konsultasi, kita dapat menentukan A Rasional: Menyediakan makanan TKTP saat lapar me-
metode diet yang memenuhi asupan kalori dan nutrisi mungkinkan klien mengkonsumsi kalori dan protein
yang optimal.
S yang adekuat.
c. Diskusikan bersama klien kemungkinan penyebab hi- Masalah 2: Berat Badan Lebih
langnya nafsu makan.
K Luaran Keperawatan : Berat badan Membaik
Rasional: Faktor-faktor seperti nyeri, kelemahan, peng- Intervensi
gunaan analgesik, dan imobilitas dapat menyebabkan
anorexia.
A a. Hitung intake makanan dalam 24 jam.

H
Rasional: untuk mengetahui intake kalori yang masuk
d. Anjurkan klien untuk istirahat sebelum makan.
ke dalam tubuh.
Rasional: Kondisi yang lemah lebih lanjut dapat menu-
b. Buat program olahraga/latihan.
runkan keinginan dan kemampuan klien anorexia un-
tuk makanan. Rasional: untuk meningkatkan kebutuhan energi.

e. Tawarkan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering.


S c. Hindari makan yang mengandung banyak lemak.
Rasional: makanan berlemak menghasilkan banyak
Rasional: Distribusi total asupan kalori yang merata
sepanjang hari membantu mencegah distensi lambung
sehingga selera makan mungkin akan meningkat.
I tumpukan lemak dalam tubuh.
d. Berikan pengetahuan kesehatan tentang : Program diet
f. Pada kondisi menurunnya nafsu makan, batasi asupan
cairan saat makan dan hindari mengkonsumsi cairan
A yang benar dan akibat yang mungkin timbul pada kele-
bihan BB.


satu jam sebelum dan sesudah makan.
Rasional: Pembatasan asupan cairan saat makan mem-
P Rasional: memberikan informasi dan mengurangi kom-
plikasi.
bantu mencegah distensi lambung. e. Kolaborasi dengan ahli diet yang tepat.
g. Dorong dan Bantu klien untuk menjaga kebersihan mu- Rasional: menentukan makan yang sesuai dengan


lut yang baik.
Rasional: Kurangnya kebersihan mulut menyebabkan
C pasien.

bau tidak sedap dan menurunkan nafsu makan.


h. Atur diet tinggi kalori tinggi protein saat klien merasa
E
lapar.
T
A
74 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 75
K
N
A
S
BAB
5
K ELIMINASI URINE DAN FEKAL
A
H
A. Pendahuluan
S Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang
dibutuhan manusia untuk mempertahankan keseimbangan
I fisiologis maupun psikologis agar tetap hidup dengan sehat
(Tarwoto, 2015). Salah satu kebutuhan fisiologis manusia
A adalah kebutuhan eliminasi yang bertujuan untuk mengelu-
arkan produk limbah dari dalam tubuh. Sangat penting untuk

P menghilangkan produk limbah secara teratur untuk memper-


tahankan normal fungsi tubuh. Jika ada perubahan dalam
pola eliminasi, itu mempengaruhi tubuh. Ketika orang terse-
but sakit, penyakit cenderung mengubah kebiasaan eliminasi
orang tersebut.
C Nocturnal enerusis, inkontinensia urine, inkontinensia
fekal, konstipasi merupakan gangguan kebutuhan eliminasi
E yang sering terjadi. Konstipasi pada anak-anak adalah umum,
mempengaruhi antara 0,7 dan 29,6% dari populasi umum di
T seluruh dunia dan sering dikaitkan dengan inkontinensia fe-
cal. Sedangkan pada populasi orang dewasa koeksistensi

A
76 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 77
K
N
konstipasi dan fecal inkontinensia (FI) tidak diketahui namun A Masalah Kesehatan Terkait - Edisi Tujuh (ICD-10), 20 DSM-IV,
diperkirakan prevalensi keseluruhannya 15% dan 4-9% ma- 21 dan Masyarakat Kontinen Anak Internasional (ICCS). 22
sing-masing. Damon et al dalam survei terhadap 706 subjek
menemukan bahwa 63% responden yang tidak puas melapor-
S DSM-III23 dan ICD-10 membutuhkan frekuensi mengompol
dua kali per bulan dalam 3 bulan terakhir untuk anak-anak
kan kesulitan dengan buang air besar, dan 51% merasa bah-
wa mereka tidak pernah benar-benar mengosongkan dubur K usia 5 dan 6 tahun dan sekali per bulan dalam 3 bulan terakhir
untuk anak-anak usia 7 tahun atau lebih, sedangkan DSM-IV
mereka. Bharucha et al. juga menunjukkan bahwa perasaan membutuhkan frekuensi mengompol dua kali seminggu se-
defekasi yang tidak lengkap adalah faktor risiko untuk FI, 26% A lama 3 bulan berturut-turut atau adanya tekanan klinis yang
dari wanita yang dipilih secara acak dengan FI (46/176) me- signifikan. atau gangguan, terlepas dari usia anak. Tingkat
miliki riwayat sembelit kronis, dengan kehadiran rectocoele
(dari dokumentasi medis) menjadi faktor risiko independen
H yang lebih tinggi dari enuresis diamati dalam studi epide-
miologi berbasis populasi yang menerapkan kriteria DSM-III
yang kuat. Dalam sampel komunitas Arab dari 596 wanita, 62 yang kurang ketat 3,4 atau kriteria ICD-10.9,10 Selain kriteria
di antaranya ditemukan memiliki FI, konstipasi juga ditemu- diagnostik yang berbeda, perbedaan dalam rentang usia dan

S
kan secara signifikan lebih sering terjadi (Yüce, M., Zoroglu, S. etnis anak-anak dan referensi periode untuk tingkat preva-
S., Ceylan, M. F., Kandemir, H., & Karabekiroglu, K., 2013). lensi (misal prevalensi titik versus prevalensi 12 bulan), serta
perbedaan budaya, juga dapat menjelaskan perkiraan preva-
Gangguan eliminasi lebih banyak dikaitkan dengan
tingkat gangguan emosi dan perilaku. Studi epidemiologi I lensi yang sangat beragam dari enuresis yang diterbitkan di
menunjukkan hal tersebut 20% hingga 30% dari semua anak seluruh dunia (Nurko, S., & Scott, S. M. ,2011).
yang mengalami nocturnal enuresis memiliki perilaku yang A Konsep kebutuhan eliminasi, asuhan keperawatan gang-
relevan secara klinis. Gangguan kormobiditas paling tinggi guan kebutuhan eliminasi dan integrasi nilai-nilai islam akan
pada anak-anak dengan nocturnal enuresis yaitu Attention
deficit hyperactivity disorder (ADHD). Dalam studi retrospek-
P dibahas pada bagian selanjutnya.

tif pasien dengan ADHD mengalami ngompol pada malam B. Konsep Dasar Kebutuhan Eliminasi Urine
hari sebanyak 20,9% dan pada siang hari 6,5%. Dari anak- dan Fekal
anak berusia 7 tahun yang ngompol pada malam hari seba-
nyak 10%, 2-3% ngompol pada siang hari (Nurko, S., & Scott, C 1. Definisi Kebutuhan Dasar Elminasi
S. M. ,2011). Pola eliminasi sangat penting untuk menjaga kesehatan.
Perkiraan prevalensi enuresis sangat bervariasi, 1–19 E Sistem perkemihan dan pencernaan bersama-sama ber-
dengan kisaran 3,8% 19 hingga 24%. Perkiraan yang berbe- fungsi untuk menghilangkan limbah dari tubuh. Sistem
da dapat dipertanggungjawabkan terutama oleh perbedaan
definisi enuresis dalam Klasifikasi Penyakit Internasional dan
T perkemihan menyaring dan mengeluarkan urine dari tu-
buh, sehingga menjaga keseimbangan cairan, elektrolit,

A
78 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 79
K
N
dan asam-basa. Sedangkan Fungsi usus yang normal A b. Eliminasi Bowel / Fekal
bertugas dalam pembuangan rutin limbah yang padat Setiap pasien sangat berbeda pandangan mereka ten-
(feses). Selama periode stres dan sakit, klien mengalami
perubahan dalam pola eliminasi. Perawat menilai adanya
S tang eliminasi bowel, pola buang air besar yang biasa,
dan kemudahan mereka berbicara tentang masalah
perubahan, mengidentifikasi masalah, dan melakukan in-
tervensi untuk membantu klien dengan mempertahankan K usus. Meskipun kebanyakan orang pernah mengala-
minya seperti serangan diare ringan atau sembelit akut,
pola eliminasi yang tepat. Peran perawat mencakup me-
ngajar kegiatan perawatan diri klien untuk meningkatkan A beberapa pasien mengalami perubahan masalah yang
parah atau kronis pada eliminasi usus yang mempe-
kemandirian dan kesehatan (DeLaune, 2011). ngaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, hidrasi, sta-
2. Jenis-Jenis Pola Eliminasi H tus gizi, integritas kulit, kenyamanan, dan konsep diri.
a. Eliminasi Urine Apalagi banyak penyakit, tes diagnostik, obat-obatan,
dan perawatan bedah dapat mempengaruhi eliminasi
Eliminasi dari saluran kemih membantu membersihkan
usus (Taylor, 2011). Proses eliminasi feses yang normal
tubuh dari produk limbah dan bahan yang melebihi ke-
butuhan tubuh (Taylor, 2011). Sistem kemih terdiri dari S sepenuhnya belum dipahami. Kontinensi terutama ber-
gantung pada konsistensi tinja (bahan tinja), motilitas
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal mem-
bentuk urine, ureter membawa urine ke kandung ke-
mih, kandung kemih bertindak sebagai reservoir untuk
%
I usus, kepatuhan dan kontraktilitas rektum, dan kompe-
tensi sfingter anal (DeLaune, 2011).

urine, dan uretra adalah jalan bagi urine untuk keluar


dari tubuh (DeLaune, 2011). Mekanisme fisiologis yang
A 3. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
mengatur eliminasi urin kompleks dan belum sepenuh-
nya dipahami. Kontinensi pada orang dewasa membu- P Menurut Taylor (2011) Adapun anatominya sebagai
berikut:
tuhkan integritas anatomi sistem perkemihhan, Kontrol
1) Eliminasi Urine
nervus dari otot detrusor, dan mekanisme sfingter yang
kompeten. Inkontinensia urine terjadi ketika kelainan a) Ginjal dan Ureter
satu atau lebih dari faktor-faktor ini menyebabkan hi-
langnya urine yang tidak terkontrol yang menghasilkan
C Ginjal terletak di kedua sisi tulang belakang,
dibagian belakang peritoneum, di rongga perut
kesulitan sosial, fisiologis, atau kebersihan bagi klien
(DeLaune, 2011).
E bagian atas. Salah satu fungsi ginjal yang lebih
signifikan adalah untuk membantu memper-
tahankan komposisi dan volume cairan tubuh.
T Setiap 30 menit sekali, volume darah total tubuh
melewati ginjal untuk dibuang. Ginjal menyaring
A
80 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 81
K
N
dan mengeluarkan konstituen darah yang tidak A jaringan otot yang membentuk sfingter internal,
diperlukan dan mempertahankan yang masih yang menjaga celah antara kandung kemih dan
dibutuhkan. Produk limbah yang dikeluarkan
oleh ginjal, mengandung limbah organik, anor-
S
uretra.
Uretra membawa urine dari kandung kemih ke


ganik, dan cairan.
Nefron adalah unit struktural dan fungsional dasar
K bagian luar tubuh. Otot kandung kemih diper-
sarafi oleh sistem saraf otonom. Sistem simpatis
dari ginjal. Ada sekitar 1 juta nefron di setiap gin-
jal. Setiap nefron terdiri dari sistem arteriol, ka- A membawa impuls ke kandung kemih dan impuls
motorik ke sfingter internal. Impuls ini menye-
piler, dan tubulus. Nefron menghilangkan produk babkan otot detrusor rileks dan sfingter internal
akhir metabolisme, seperti urea, kreatinin, dan H mengerut, menahan urine dalam kandung ke-
asam urat dari plasma darah dan membentuk mih. Sistem parasimpatis membawa impuls mo-
urine. Nefron mempertahankan dan mengatur torik ke kandung kemih dan impuls penghambat
keseimbangan cairan melalui mekanisme reab- ke sfingter internal. Impuls ini menyebabkan otot
sorpsi selektif dan sekresi air, elektrolit, dan zat
lainnya. Setelah terbentuk, urine dari nefron ber-
S
detrusor berkontraksi dan sphincter mengendur.
Ketika tekanan menjadi cukup untuk merang-

I
muara di panggul setiap ginjal. Dari setiap ginjal, sang saraf di dinding kandung kemih (reseptor
urine diangkut oleh peristaltik ritmik melalui ure- peregangan), orang tersebut merasakan keingi-
ter ke kandung kemih. Ureter masuk ke kandung nan untuk mengosongkan kandung kemih.
kemih secara miring. Lipatan membran dalam
kandung kemih menutup pintu masuk ke ureter
A c) Uretra

P
Fungsi uretra adalah untuk mengangkut urine dari
sehingga urine tidak dipaksa menaikkan ureter
kandung kemih ke bagian luar tubuh. Anatomi
ke ginjal ketika ada tekanan di dalam kandung
uretra berbeda pada pria dan wanita. Uretra pria
kemih.
berfungsi dalam sistem ekskresi dan sistem re-
b) Kandung Kemih
produksi. Panjangnya sekitar 13,7 hingga 16,2
Kandung kemih terdiri dari otot polos yang ber-
fungsi sebagai tempat sementara untuk menam-
C cm dan terdiri dari tiga bagian: prostat, mem-
bran, dan gua kavernosa. Sfingter uretra ekster-

E
pung urine. Kandung kemih ini terdiri dari tiga nal terdiri dari otot lurik dan terletak tepat di luar
lapisan jaringan otot: (1) lapisan longitudinal bagian prostat uretra. Sfingter eksternal berada
dalam, (2) lapisan melingkar tengah, dan (3) di bawah kendali saraf yang disadari. Sebaliknya,
lapisan longitudinal luar. Ketiga lapisan ini disebut
otot detrusor. Di dasar kandung kemih, terdapat
T uretra wanita sekitar 3,7 hingga 6,2 cm panjang-

A
82 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 83
K
N
nya. Sfingter eksternal, atau saraf yang disadari A b) Usus Halus
terletak di tengah uretra. Usus kecil sekitar 20 kaki (6 m) panjang dan
2) Eliminasi Bowel / Fekal S sekitar 1 inci (2,2 cm) lebar. Usus kecil terdiri dari
tiga bagian: yang pertama adalah duodenum,
Proses eliminasi Bowel sangat berkait dengan
sistem gastrointestinal. Sistem gastrointestinal (sa-
luran pencernaan) dimulai di mulut dan berakhir di
K bagian tengah adalah jejunum, dan bagian distal
yang terhubung dengan usus besar adalah ileum.
anus. Panjang usus kecil pada orang dewasa sekitar
22 meter. Usus kecil terutama bertanggung jawab
A Usus kecil mengeluarkan enzim yang mencerna
protein dan karbohidrat. Hasil pencernaan dari
hati dan pankreas memasuki usus kecil melalui
H
untuk pencernaan dan penyerapan nutrisi, vitamin,
mineral, cairan, dan elektrolit. Chyme pencernaan lubang kecil di duodenum. Usus kecil bertang-
(campuran makanan yang dicerna sebagian dan gung jawab untuk pencernaan makanan dan pe-
sekresi) berjalan melalui usus kecil dengan kombi- nyerapan nutrisi ke dalam aliran darah.
nasi kontraksi segmental dan gelombang peristaltik. c) Usus Besar
Usus kecil bergabung dengan usus besar (usus be-
sar) di katup ileocecal. Katup ini bekerja bersama
S Koneksi antara ileum usus kecil dan usus besar
adalah katup ileocecal, atau ileocolic. Katup ini
dengan sphincter ileocecal untuk mengontrolpengo-
songan isi dari usus kecil menjadi usus besar dan I biasanya mencegah hasil dari usus halus mema-
suki usus besar sebelum waktunya dan mencegah
untuk mencegah regurguitasi chyme pencernaan
dari usus besar ke kecil (Delaune, 2011). A produk limbah kembali ke usus kecil. Usus besar
adalah organ utama dari eliminasi bowel yang
a) Perut terletak dibagian bawah, atau distal, dari saluran
Perut adalah organ berongga, berbentuk J, berotot P pencernaan. Panjang usus besar pada orang de-
yang terletak di bagian kiri atas perut. Perut me- wasa sekitar 5 kaki (1,5 m), Lebar juga bervariasi
nyimpan makanan selama makan, mengelu- kurang lebih selebar 2,5 cm. Usus besar terdiri
arkan cairan pencernaan, mengocok makanan atas tiga yakni colon asendens, tranvesium, dan
untuk membantu pencernaan, dan mendorong
makanan yang dicerna sebagian, yang disebut
C desendes yang pada bagian ujungnya terdapat
sigmoid yang bermuara ke rektum, Rektum seki-

E
chyme, ke usus kecil. Sfingter pilorus, cincin tar 12 cm (5 inci) panjangnya, 2,5 cm (1 inci) di
berotot yang mengatur ukuran bukaan di ujung antaranya adalah anus.
perut, mengontrol pergerakan chyme dari perut
ke usus kecil (Taylor, 2011). T
A
84 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 85
K
N
b. Proses terjadinya Eliminasi A ngan demikian merangsang refleks buang air besar
1) Eliminasi Urine dan selanjutnya keinginan untuk mengeluarkan.

Proses mengosongkan kandung kemih dikenal se- S Sfingter anal eksternal, yang berada di bawah ken-
dali yang disadari. Pola eliminasi normal dapat ber-
bagai proses buang air kecil atau berkemih. Pusat
saraf yang mengatu prosesr buang air kecil terle-
tak di otak dan sumsum tulang belakang. Reseptor
K variasi secara luas di antara individu. Meski banya-
korang dewasa yang melakukan defekasi setiap hari,
dan yang lainnya lebih sering atau jarang buang air
peregangan di kandung kemih distimulasi saat urine
terkumpul. Seseorang dapat merasakan keinginan
A besar. Sebagian orang hanya buang air besar dua
atau tiga kali seminggu atau, dua atau tiga kali se-
H
untuk membatalkan, biasanya ketika kandung ke-
hari. (Taylor, 2011).
mih mengisi sekitar 150 hingga 250 mL pada orang
dewasa. Tekanan di dalam kandung kemih berka- 4. Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Pola Eliminasi
li-kali lebih besar selama buang air kecil dari pada Menurut DeLaune (2011), faktor-faktor yang dapat mem-
saat kandung kemih mengisi. Ketika buang air kecil pengaruhi pola eliminasi adalah sebagai berikut:
dimulai, otot detrusor berkontraksi, sfingter inter-
nal rileks, dan urine memasuki uretra posterior dan
S a. Usia
Usia atau tingkat perkembangan klien akan mempe-
otot-otot perineum dan sfingter eksternal rileks, otot
dinding perut sedikit berkontraksi, diafragma lebih I ngaruhi kontrol atas pola berkemih dan defekasi. Bayi
rendah, dan terjadi buang air kecil (Taylor, 2011). pada awalnya tidak memiliki pola eliminasi. Kontrol

2) Eliminasi Bowel / Fekal (Defekasi) A atas kandung kemih dan buang air besar dapat dimu-
lai sejak usia 18 bulan tetapi biasanya tidak dikuasai

P
Proses defeksi mengacu pada proses pengosongan
sampai usia 4 tahun. Kontrol eliminasi pada malam
usus besar. Dua pusat mengatur refleks untuk buang
hari biasanya lebih lama untuk dicapai, dan anak laki-
air besar, satu di medula dan di sumsum tulang be-
laki biasanya membutuhkan waktu lebih lama un-
lakang. Ketika stimulasi parasimpatis terjadi, sfing-
tuk mengembangkan kontrol atas eliminasi daripada
ter anus interna mengendur dan kolon berkontraksi,
anak perempuan. Kontrol eliminasi umumnya konstan
memungkinkan massa feses memasuki rektum.
Rektum menjadi terisi oleh massa tinja, dan terjadi
C sepanjang tahun-tahun dewasa, dengan pengecualian
tahap-tahap penyakit dan kehamilan, ketika kehila-
stimulus utama untuk refleks buang air besar (Taylor,
2011). E ngan kontrol, urgensi, dan retensi sementara dapat ter-
jadi. Dengan meningkatnya usia, hilangnya tonus otot
Distensi rektal menyebabkan peningkatan tekanan
intrarektal, menyebabkan otot meregang dan de- T dan karenanya kontrol kandung kemih dapat berpe-
ngaruh pada pola eliminasi.

A
86 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 87
K
N
b. Pola Diet A 5. Masalah-masalah yang Dapat Terjadi pada Pola Eliminasi
Asupan cairan dan serat yang adekuat adalah faktor a. Eliminasi Urine
penting bagi kesehatan saluran kemih dan defekasi S Inkontinensia urine dan retensi urin adalah penyebab
klien. Asupan cairan yang tidak adekuat merupakan paling umum dari perubahan pola eliminasi urine.
penyebab utama konstipasi, seperti konsumsi makan-
an yang menyebabkan sembelit seperti produk susu
K Inkontinensia urine adalah hilangnya kemampuan untuk
mengontrol pengeluarang urine yang dapat berdampak
tertentu. Diare dan perut kembung (pelepasan gas dari
rektum) adalah akibat langsung dari makanan yang A pada masalah sosial atau higienis. Retensi urine adalah
ketidakmampuan untuk sepenuhnya mengeluarkan
dicerna, dan klien perlu dididik tentang makanan dan
cairan yang mempromosikan eliminasi yang sehat dan H urine dari kandung kemih selama berkemih. Ada dua
jenis utama inkontinensia urine, akut dan kronis. Selain
makanan mana yang dapat menghambatnya. itu, inkontinensia urine kronis dapat dibagi lagi menjadi
c. Latihan/aktivitas beberapa tipe berbeda. Karena masing-masing memi-
Latihan/aktivitas dapat meningkatkan tonus otot, yang liki etiologi dan manajemen sendiri.
mengarah ke kontrol kandung kemih dan sfingter yang S b. Eliminasi Bowel (Defekasi)
lebih baik. Peristaltik juga dibantu oleh aktivitas, se-
I
Banyak penyakit dan kondisi yang mempengaruhi
hingga dapat membantu pola eliminasi yang sehat. fungsi usus. Meskipun banyak perubahan dalam pola
d. Pengobatan eliminasi usus dapat diamati, dan terdapat tiga yang
Obat-obatan dapat berdampak pada kesehatan dan A menyebabkan perubahan umum: Konstipasi, diare, dan
inkontinensia tinja.
pola eliminasi klien dan harus dinilai selama wawan-
cara riwayat kesehatan. Klien dengan penyakit jantung,
biasanya diresepkan obat diuretik, yang meningkatkan
P 1) Konstipasi
Faktor diet dapat berkontribusi terhadap konstipasi.
produksi urine. Antidepresan dan antihipertensi dapat Dehidrasi menyebabkan pengeringan tinja ketika tu-
menyebabkan retensi urine. Beberapa obat yang tanpa buh meningkatkan reabsorpsi air dan natrium dari
ada resep (OTC), terutama antihistamin, juga dapat
menyebabkan retensi urine. Obat-obatan OTC lainnya C usus. Makanan massal yang tidak memadai juga
menyebabkan dehidrasi tinja. Penyakit divertiku-
dirancang secara khusus untuk meningkatkan elimi- lar, masalah umum pada manula, juga mengurangi
nasi usus atau untuk melunakkan feses; perawat perlu E transit kolon, yang selanjutnya meningkatkan risiko
menanyakan tentang semua obat yang diminum un- sembelit.
tuk memberikan perawatan yang tepat bagi klien yang
mengalami perubahan dalam pola eliminasi.
T
A
88 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 89
K
N
2) Diare A c) Anuria
Diare adalah bentuk feses yang cair karena pening- Tidak merasakan keinginan berkemih.
katan frekuensi dan konsistensinya, dan dapat me-
nyebabkan perubahan kebiasaan buang air besar
S d) Glicosuria
Terdapat kandungan kandung glukosa pada urine.
seseorang. Penyebab utama diare termasuk agen
infeksi, gangguan malabsorpsi, penyakit radang
K e) Piuria
Terdapat pus pada urine.
usus, sindrom usus pendek, efek samping obat, dan
penyalahgunaan pencahar atau enema. A 2) Gejala dari perubahan berkemih

H
3) Infontinensia fekal a) Frekuensi
Mekanisme utama yang mempengaruhi orang de- Terjadi perubahan jumlah berkemih dalam se-
wasa terhadap inkontinensia fekal adalah disfungsi hari.
sfingter anal, gangguan pengiriman tinja ke rektum, b) Desakan berkemih (Urgensi)
gangguan penyimpanan rektum, dan cacat anatomi.
S
Pasien selalu merasakan tiba-tiba ingin berke-
Gangguan volume tinja dan konsistensi biasanya ti-
mih.
dak cukup untuk menghasilkan inkontinensia fekal
c) Disuria
pada individu yang normal.
I Nyeri saat buang air kecil.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan
A
d) Poliuria
Eliminasi Urine dan Fekal Pasien merasakan sering buang air kecil.

1. Pengkajian Keperawatan (Marilynn, 2000) P e) Volume Urine

a. Riwayat Kesehatan No. Usia Jumlah/Hari

1) Pola Berkemih 1 1-������


2 hari 15-600 ml
2 3-10 hari 100-300 ml
a) Dribbing
Urine menetes sedikit demi sedikit. C 3.
4.
10 hari - 2 bulan
2 bulan - 1 tahun
250-400 ml
400-500 ml
b) Nokturia 5 1-3 tahun 500-600 ml

Sering terbangun pada malam hari karena ingin E 6


7
3-5 tahu
5-8 tahun
600-700 ml
700-1000 ml
buang air kecil.
T 8
9
8-14 tahun
14 tahun - dewasa
800-1400 ml
1500 ml
10 Dewasa tua Kurang lebih 1550 ml

A
90 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 91
K
N
3) Faktor yang memperngaruhi kebiasaan buang air A b. Pemeriksaan Fisik
kecil Pemeriksaan fisik untuk pola eliminasi berfokus pada
a) Diet S masalah fungsional yang terkait dengan inkontinensia
Kurangnya asupan cairan dan buah dapat me- urin atau fekal dan menilai area perineum dan peri-
nyebabkan penurunan keluaran urine. K anal. Evaluasi fungsional dimulai dengan wawancara
dan berlanjut hingga pemeriksaan fisik. Status mental
b) Life style dan tingkat aktivitas.
c) Stress psikologis A dapat dievaluasi dengan mendengarkan respons klien
terhadap pertanyaan dan dengan mengamati interaksi
Dapat meningkatkan frekuensi keinginan berke- dengan orang lain.
mih. H Perineum awalnya diperiksa untuk menilai integritas
4) Kondisi Urine
kulit. Di antara klien dengan inkontinensi urine yang
No Kondisi Normal Interpretasi parah, bau khas urine mungkin ada, dan kulit mung-
kin menunjukkan tanda-tanda ruam monilial (makulo-
S
1 Warna Kekuningan Urine berwarna gelap seperti teh
merupakan efek obat, sedangkan papular, ruam merah dengan lesi satelit) atau dermati-
urine yang berwarna merah dan
kuning pekat mengidentifikasikan
tis kontak amonia (ruam papula dengan kulit maserasi

2 Bau Aromatik
adanya penyakit
Bau menyengat merupakan akibat
I jenuh). Di antara pasien dengan inkontinensia fekal
yang parah, kulit sering gundul, merah, dan menyakit-
adanya infeksi/konsumsi obat ter-

3 Berat Jenis 1,010-1,030


tentu
Menunjukkan kondisi normal (cair-
A kan saat disentuh, khususnya jika sudah terkena feses
yang cair.
an dan elektrolit terpenuhi)
4 Kejernihan Terang dan
transparan
Adanya kekeruhan bisa karena
adanya mucus
P c. Pemeriksaan Diagnostik
Jenis pemeriksaan yang biasa dilakukan berupa
5 pH pH dalam kondisi Menunjukkan keseimbangan asam Urinalisis dengan memeriksa :
asam (4,5-7,5) basa
6 Protein Zat protein makro Menunjuukan kerusakan ginjal 1) Warna : Jernih Kekuningan.

C
seperti Albumin,
2) Penampilan : Jernih.
hiitrogten, globulin
tidak dapat disaring 3) Bau : Beraroma.
melalui ginjal urine
7 Darah Tidak terlihat jelas Hematuri dapat muncul karena
adanya trauma atau penyakit pada
E 4) pH : 4,5 – 8,0.
5) Berat jenis : 1,005 – 1,030.
sistem urinaria bagian bawah
8 Glukosa Sejumlah glukosa
yang tidak menetap
Jika menetap mengindikasikan pe-
nyakit diabetes mellitus
T 6) Glukosa : Negatif.

bersifat tidak berarti

A
92 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 93
K
N
7) Keton : Negatif. A Objektif:
8) Kultur Urine : Kuman pathogen negatif. 1) Distensi kandung kemih.
2. Diagnosis Keperawatan S 2) Berkemih tidak tuntas.
3) Volume residu urine bertambah.
K
Berdasarkan (SDKI, 2017), Adapun masalah keperawatan
yang mungkin muncul adalah sebagai berikut: d. Gejala dan Tanda Minor

A
Masalah 1: Gangguan Eliminasi Urine Subjektif
a. Definisi (Tidak tersedia)

Disfungsi eliminasi urine.


b. Penyebab
H Objektif
(TidakTersedia)

1) Berkurangnya kapasitas vesika urinaria. e. Kondisi Klinis Terkait

2) Iritasi pada vesika urinaria. 1) Infeksi pada sistem berkemih.

3) Berkurangnya sensitifitas menyadari


gangguan pada vesika urinaria.
symptom S 2) Peningkatan glukosa dalam urine.
3) Trauma.
4) Pengaruh tindakan medis dan diagnostik.
5) Penurunan kekuatan otot pelvis.
I 4) Kanker.
5) Cedera/tumor medulla spinalis.
6) Ketidakmampuan mengakses toilet. A 6) Stroke .
7) Hambatan lingkungan. Masalah 2: Inkontinesia Fekal
c. Gejala dan Tanda Mayor P a. Definisi
Subjektif: Perubahan kebiasaan buang air besar dari pola normal
1) Rasa ingin berkemih. yang ditandai dengan pengeluaran feses secara invo-
2) Urine menetes. lunter.
3) Poliuri. C b. Penyebab

E
4) Nokturia. 1) Kerusakan susunan saraf pusat motoric bawah.
5) Enuresis. 2) Penurunan tonus otot.

T 3) Gangguan kognitif.
4) Kehilangan fungsi pengendalian sflinter rectum.

A
94 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 95
K
N
5) Pasca operasi dan penutupan kolostomi. A b. Penyebab
6) Ketidakmampuan mencapai kamar kecil. 1) Kerusakan konduksi implus di atas arkus reflex.
7) Diare kronis. S 2) Kerusaka jaringan
8) Stress berlebihan. c. Gejala dan Tanda Mayor
c. Gejala dan Tanda Mayor K Subjektif

A
Subjektif 1) Tidak mengalami sensasi berkemih.
1) Ketidakmampuan mengontrol pengeluaran feses. 2) Dribbing.
2) Tidak mampu menunda defekasi.
Objektif
H 3) Sering buang air kecil.
4) Nokturia.
Feses keluar sedikit-sedikit dan sering. Objektif
d. Gejala dan Tanda Minor Volume residu urine meningkat.
Subjektif:
Tidak tersedia
S d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
Objektif:
1) Bau feses.
I (Tidak Tersedia)
Objektif
2) Kulit perianal kemerahan. A (Tidak Tersedia
e. Kondisi Klinis Terkait e. Kondisi Klinis Terkait
1) Spina bifida. P 1) Cedera/tumor/infeksi medulla spinalis.
2) Atresia ani. 2) Pembedahah pelvis.
3) Penyakit Hirschsprung. 3) Demensia.
4) Sklerosis multipel.
C
Masalah 3: Inkontinesia Urine Refleks
a. Definisi Masalah 4: Kesiapan Meningkatkan Eliminasi Urine

Pengeluaran urine yang tidak terkendali pada volume


kondung kemih tertentu tecapai.
E a. Definisi
Pola fungsi sistem perkemihan yang cukup untuk me-

T menuhi kebutuhan eliminasi yang dapat ditingkatkan.

A
96 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 97
K
N
b. Gejala dan Tanda Mayor A b. Faktor Risiko
Subjektif 1) Penurunan motilitas gastrointestinal.
Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan elimi- S 2) Pertumbuihan gigi tidak adekuat.
nasi urine. 3) Ketidak cukupan diet.
Objektif K 4) Ketidak cukupan asupan serat.
1) Jumlah urine normal. 5) Ketidak cukupan intake cairan.
2) Karakteristik urine normal. A 6) Aganglionik (misal penyakit Hircsprung).

H
c. Gejala dan Tanda Minor 7) Kelemahan abdomen.
Subjektif c. Psikologis
(Tidak Tersedia) 1) Konfus.
Objektif 2) Depresi.
Asupan cairan cukup
d. Kondisi Klinis Terkait
S 3) Gangguan emosional.
d. Situaslonal
1) Cedera medulla spinalis.
2) Skerosis multiple.
I 1) Pola makan yang berubah (misalnya jenis makanan,
jadwal makan).

3) Kehamilan. A 2) Ketidak dekuatan toileting.


3) Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan.
4) Trauma pelvis.
5) Pembedahan abdomen. P 4) Penyalagunaan laksatif.

6) Penyakit prostat. 5) Efek agar farmakologi.


6) Perubahan pola defekasi.
Masalah 5: Risiko Konstipasi
7) Kebiasaan menahan dorongan defekasi.
C
a. Definisi
8) Perubahan lingkungan.
Berisiko mengalami penurunan frekuensi normal de-
e. Kondisi Klinis Terkait
fekasi disertai kesulitan dan pengeluaran feses tidak
lengkap. E 1) Lesi/cederah pada medula spinalis.
2) Spina bifida.
T 3) Stroke.

A
98 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 99
K
N
4) Sklerosis multipel. A d. Kolaborasi
5) Penyakit Parkinson. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika
6) Demensia. S perlu.
7) Hiperparatiroidisisme. Masalah 2: Inkontinesia Fekal
8) Hipoparatiroidisme. K Latihan Eliminasi Fekal
a. Observasi
A
3. Intervensi Keperawatan
Masalah 1: Gangguan Eliminasi Urine - Monitor peristaltik usus secara teratur

H
Manajemen Eliminasi Urine Rasional: mengetahui peristaltik usus.

a. Observasi b. Terapeutik

1) Identiifikasi tanda dan gajala retensi atau inkonti- 1) Anjurkan waktu yang konsisten untuk buang air be-
nensial urine. sar.

2) Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau


inkontinensial urine.
S 2) Berikan privasi, kenyamanan dan posisi yang me-
ningkatkan proses defekasi.

I
3) Monitor eliminasi urine (misalnya frekuensi, konsis- & Rasional : untuk melatih untuk buang air besar.
tensi, aroma, volume, dan warna). c. Edukasi
Rasional: untuk mengetahui tanda, gejala dan faktor
penyebab eliminasi urine. A 1) Anjurkan mengkonsumsi makanan teratur tertentu,
sesuai program atau hasil konsultasi.
b. Terapeutik
1) Catat waktu-waktu dan haluran berkemih.
P 2) Anjurkan asupan cairan yang adekuat sesuai kebu-
tuhan.

2) Batasi asupan cairan. Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan


cairan pasien.
3) Ambil sampel urine tegah (midstream) atau kultur
Rasional: untuk mengetahui waktu berkemih.
C d. Kolaborasi
- Kolaborasi penggunaan supositoria, jika perlu.
c. Edukasi
1) Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih. E
2) Ajarkan mimum yang cukup, jika tidak ada kontra-
indikasi. T
Rasional: untuk mengetahui tanda dan gejalanya.
A
100 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 101
K
N
Masalah 3: Inkontinesia Urine Refleks A c. Edukasi
Katerisasi urine 1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter
a. Observasi S urine.

- Periksa kondisi pasien (misal kesadaran, tanda-tan- 2) Anjurkan menarik napas saat insersi selang kateter.
da vital, daerah perineal, distensi kandung kemih, K Rasional : untuk mengetahui tindakan yang dilakukan.
inkontinensia urine, refluks berkemih). Masalah 4: Kesiapan Meningkatkan Eliminasi Urine
Rasional : untuk mengetahui kondisi pasien. A Manajemen Eliminasi Urine
b. Terapeutik
H
a. Obsevasi
1) Siapkan peralatan, bahan-bahan dan ruangan tinda- 1) Identiifikasi tanda dan gajala retensi atau inkonti-
kan. nensial urine.
2) Siapkan pasien: bebaskan pakaian bawah dan posi- 2) Identifikasi faktor yang menyebabkan retansi atau
siskan dorsal rekumben (untuk wanita) dan supine inkontinensial urine.
(untuk laki-laki). S 3) Monitor eliminasi urine (misalnya frekuensi, konsis-
3) Pasang sarung tangan. tensi, aroma, volume, dan warna).
4) Bersihkan daerah perineal atau prepossium dengan I Rasional: untuk mengetahi tanda, gejalan dan faktor
cairan NaCl atau aquades. penyebab eliminasi urine.
5) Lakukan insersi kateter urine dengan menerapkan
prinsip aseptik.
A b. Terapeutik
1) Catat waktu-waktu dan haluran berkemih.
6) Sambungkan kateter urinne dengan urine bag. P 2) Batasi asupan cairan.
7) Isi balon dengan NaCL 0,9% sesuai anjuran pabrik.
3) Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur.
8) Fiksasi selang kateter di atas simpisis atau di paha.
Rasional: untuk menegetahui waktu berkemih.
9) Pastikan kantung urine ditempat lebih rendah dari
kandung kemih. C c. Edukasi
1) Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
10) Berikan label waktu pemasangan
Rasional : mepertahankan kenyamanan pasien se-
lama pemasangan mateter.
E 2 Ajarkan mimum yang cukup, jika tidak ada kontra-
indikasi.

T Rasional: untuk mengetahui tanda dan gelanya.

A
102 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 103
K
N
d. Kolaborasi A
Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika per-
lu. S
BAB
6
Masalah 5: Risiko Konstipasi
Pencegahan Konstipasi K OKSIGENASI / RESPIRASI
A
a. Observasi
1) Identifikasi faktor risiko konstipasi (mis, asupan
serat tidak adekuat, asupan sairan tidak adekuat,
aganglionik, kelemahan otot abdomen, aktivitas H
visik kurang.
2) Monitor tanda dan gejala konstipasi (misalnya de-
fekasi kurang 2 kali sehingga, defekasi lama/sulit, A. Pendahuluan
feses keras, peristaltik menurun.
S Kebutuhan respirasi/oksigenasi merupakan salah satu
b. Terapeutik
kebutuhan dasar yang sangat vital dan penting untuk kelang-
- Batasi minum yang mengandung kafein dan alko- I sungan hidup manusia. Oksigen dari hasil respirasi diguna-
hol. kan dalam proses metabolisme sel tubuh agar dapat berta-
c. Edukasi A han hidup. Pemenuhan kebutuhan oksigen akan mengalami
gangguan jika terjadi gangguan pada salah satu organ tubuh
1) Jelaskan penyebab dan faktor risiko konstipasi.
2) Anjurkan minum air putih sesuai dengan kebutuhan P yang berkaitan dengan sistem respirasi, misalnya terjadi ob-
struksi saluran pernapasan. Kondisi ini dapat menyebabkan
(1500-2000 Ml/hari).
terjadinya penyakit paru dan individu baru akan menyadari
3) Anjurkan mengkomsumsi makanan berserat (25-30 betapa pentingnya oksigen bagi tubuh ketika berada dalam
gram/hari). kondisi tersebut (Manurung, 2016).
Rasional: untuk pemenuhan nutrisi dan cairan kebu-
tuhan pasien.
C Kegagalan sistem respirasi dapat membuat pasien ber-
ada dalam kondisi kritis. Oleh karena itu, perawat harus mem-
d. Kolaborasi E persiapkan diri dan selalu waspada dengan teknik perawatan
- Kolaborasi dengan ahli gizi. yang selalu mengalami perkembangan. Peran perawat dalam
T menangani pasien gangguan pemenuhan kebutuhan oksi-
genasi, misalnya pada kasus tuberculosis paru dilakukan de-

A
104 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 105
K
N
ngan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian, A B. Konsep Dasar Kebutuhan Oksigenasi /
salah satunya dengan memutuskan rantai penularan. Hal ini Respirasi
tentu saja tidak terlepas dari pemberian asuhan keperawatan
sesuai dengan proses keperawatan. Upaya pelaksanaannya
S 1. Definisi
tidak hanya berfokus pada pemberian asuhan keperawatan
sebagai upaya kuratif dan rehabilitatif, tetapi lebih kepada K Respirasi adalah proses terjadinya pertukaran udara an-
tara oksigen dan karbondioksida di dalam tubuh. Proses
upaya pencegahan dan promotif, dimana perawat berperan
sebagai educator dalam hal ini untuk memberikan edukasi A respirasi menghasilkan oksigen yang merupakan kebutu-
han dasar manusia yang sangat penting. Oksigen meru-
kepada masyarakat terkait pengawasan pengobatan dan pe- pakan unsur yang dibutuhkan untuk melangsungkan me-
mutusan rantai penularan penyakit dengan gangguan sistem
respirasi (Dhyantari, 2014).
H tabolisme tubuh.
Ketika terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen,
Penelitian yang dilakukan oleh Berry (2015) menge- salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
mukakan bahwa merawat pasien yang sedang menghadapi pemberian terapi oksigen. Terapi oksigen bertujuan untuk
kondisi kritis adalah suatu tugas berat yang mungkin mem-
butuhkan banyak perawat dan terapis untuk penanganan
S mempertahankan tercukupinya kadar oksigen di dalam
tubuh, menurunkan kerja sistem respirasi, serta menu-
masalah respirasi, tergantung pada tingkat pengalaman dan
kenyamanan mereka dengan penentuan posisi dan peralatan I runkan kerja jantung.
2. Fisiologi Sistem
khusus untuk memastikan posisi yang aman. Perawatan juga
dilakukan dengan memperhatikan perlindungan dari keru- A Proses respirasi terdiri dari 2 mekanisme, yaitu :
sakan integumen dan penekanan pada area yang menonjol. a. Inspirasi
Pencegahan delirium dan promosi tidur di ICU adalah strategi
yang dapat mempengaruhi perawat setiap hari di samping
P Proses inspirasi merupakan proses menghirup udara
(oksigen) dari luar tubuh masuk ke dalam paru-paru
tempat tidur dan mungkin memiliki dampak pada tekanan
melalui saluran respirasi. Pada saat terjadi proses
kejiwaan dari penyakit kritis (Bienvenu, et al., 2017).
inspirasi, maka volume dari rongga dada akan menjadi
Dengan demikian, sangatlah penting untuk memahami
mengenai konsep subkategori respirasi ini sebagai bagian
C lebih besar, sedangkan besar tekanan rongga dada
menjadi lebih kecil.

E
dari kebutuhan dasar manusian (oksigenasi). Tidak hanya
b. Ekspirasi
terkait konsep umum, tetapi juga konsep keperawatan.
Proses ekspirasi sendiri merupakan suatu proses ke-

T tika kita menghembuskan udara keluar melalui hidung.


Proses ini terjadi relaksasi otot pernapasan sehingga

A
106 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 107
K
N
tidak membutuhkan banyak energi. Pada saat terjadi A bondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler paru-paru.
ekspirasi, maka volume rongga dada akan turun kem- Beberapa faktor yang mempengaruhi proses ini, antara
bali, sedangkan tekanan rongga dada akan naik bila
dibandingkan pada saat inspirasi.
S lain :
1) Cardiac output, frekuensi nadi.
Proses respirasi/oksigenasi terdiri atas tiga tahapan, yakni
ventilasi, difusi, dan transportasi.
K 2) Pembuluh darah, hematokrit, eritrosit, dan kadar
haemoglobin.
a. Ventilasi
A 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respirasi/Oksigenasi
Ventilasi adalah proses pertukaran gas dari dan ke a. Faktor Fisiologis
paru-paru. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
proses ini :
H Adapun kondisi fisiologis yang mempengaruhi respira-
si, meliputi :
1) Konsentrasi oksigen di udara.
1) Menurunnya kapasitas transportasi oksigen.
2) Kepatenan saluran respirasi.
2) Menurunnya konsentrasi oksigen saat inspirasi.
3) kemampuan dada dan alveoli untuk mengembang
yang juga disebut dengan compliance paru. Dengan
S b. Faktor Perkembangan

I
compliance, serta recoil atau kemampuan paru- Perubahan respirasi terjadi saat lahir, dimana paru-
paru untuk mengeluarkan karbondioksida. paru, pada orang dewasa dada berbentuk bulat, se-
dangkan pada lanjut usia terjadi perubahan pola napas
b. Difusi
Difusi merupakan proses pertukaran antara oksigen
A dan bentuk dada. Bayi mempunyai ukuran dada yang
kecil serta saluran napas yang pendek. Dada pada
dan karbodioksida yang terjadi pada alveoli dengan
kapiler paru-paru. Proses ini dipengaruhi oleh beberapa
P masa bayi dan kanak-kanak berbentuk bulat, pada
orang dewasa diasumsikan berbentuk oval, sedangkan
faktor : pada lansia kembali akan terjadi perubahan pola napas
1) Luas pemukaan paru-paru. dan bentuk dada.
2) Permeabilitas membran respirasi.
3) Perbedaan konsentrasi dan tekanan oksigen.
C c. Faktor Lingkungan
Lokasi ketinggian termasuk salah satu faktor lingku-
4) Kemampuan oksigen untuk mengikat haemoglobin.
c. Transportasi
E ngan yang mempengaruhi oksigenasi. Semakin tinggi
suatu tempat, maka semakin rendah tekanan oksigen
sehingga oksigen yang dapat dihirup oleh individu juga
Transportasi adalah proses distribusi oksigen dari ka-
piler darah ke seluruh sel dan jaringan tubuh, serta kar-
T semakin sedikit. Hal inilah yang menyebabkan individu
yang berada pada area ketinggian mengalami pening-
A
108 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 109
K
N
katan frekuensi respirasi dan jantung, serta peningka- A f. Penggunaan Obat-obatan Golongan Narkotika
tan kedalaman pernapasan. Konsumsi zat-zat golongan narkotika seperti mor-
Selain itu, suhu panas dan dingin juga berpengaruh S fin dapat menyebabkan terjadinya depresi pusat per-
terhadap proses respirasi. Pada suhu panas, pembuluh napasan di medula. Hal ini akan menyebabkan ter-
darah perifer akan mengalami dilatasi sehingga darah
akan mengalir ke integumen. Peningkatan kehilangan
K jadinya penurunan frekuensi dan kedalaman respirasi.
oleh karena itu, penggunaan obat-obatan tersebut ha-
panas dari permukaan tubuh berakibat pada peningkat-
an cardiac output sehingga akan seiring dengan me- A rus disertai dengan pemantauan frekuensi dan kedala-
man respirasi.
ningkatnya pula kebutuhan oksigen tubuh. Sebaliknya,
pada lingkungan dengan suhu yang dingin, pembuluh H 4. Macam-Macam Gangguan yang Mungkin Terjadi Pada
Sistem Pernapasan
darah perifer akan mengalami kontriksi, hal ini menye-
a. Perubahan Pola Napas
babkan tekanan darah akan meningkat, menurunkan
kerja jantung, sehingga kebutuhan oksigen tubuh Pola napas normal memiliki jarak yang sama dan per-
menurun.
d. Gaya Hidup
S bedaan kedalaman yang tidak begitu nampak. Pada
kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan untuk
bernapas, ini disebut sesak (dyspnea), terkadang dite-
Peningkatan frekuensi dan kedalaman respirasi serta
denyut jantung dipengaruhi oleh aktivitas dan latihan
I mukan pernapasan cuping hidung karena terjadinya
peningkatan usaha inspirasi dan denyut jantung.
fisik. Demikian pula dengan peningkatan suplai oksi-
gen yang masuk ke dalam tubuh. Kebiasaan merokok
A b. Obstruksi Jalan Napas

P
dan bekerja di lingkungan yang berdebu juga menjadi Adanya obstruksi jalan napas dapat terjadi secara total
faktor pendukung terjadinya gangguan respirasi. atau parsial di sepanjang saluran respirasi. Obstruksi
saluran respirasi bagian atas dapat disebabkan oleh
e. Status Kesehatan
adanya benda asing, lidah jatuh ke belakang pada in-
Adaya gangguan pada sistem respirasi dan kardio- dividu dengan penurunan kesadaran, atau bila terjadi
vaskular dapat mengakibatkan terganggunya transpor-
tasi oksigen ke sel tubuh. Sebagai salah satu contoh, C penumpukan secret. Obstruksi saluran respirasi bagian
bawah dapat disebabkan karena adanya oklusi baik
masalah kardiovaskular pada kondisi anemia, dimana
rendahnya kadar haemoglobin akan mempengaruhi E secara total maupun parsial dari saluran respirasi ke
bronkus dan paru-paru.
transportasi oksigen dan karbondioksida dari dan ke
sel-sel di dalam tubuh. T
A
110 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 111
K
N
C. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan A 4) Riwayat pengobatan
Oksigenasi / Respirasi 5) Alergi

1. Pengkajian Keperawatan
S 6) Tempat tinggal
7) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat Keperawatan
a. Identitas
K a) Adanya penyakit infeksi tertentu yang dapat ditu-
larkan, seperti tuberculosis.
Identitas meliputi biodata pasien, seperti nama, umur,
jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan,
A b) Adanya riwayat alergi, seperti asma bronchial,
hal ini menunjukkan adanya faktor predisposisi
nomor rekam medik, dan diagnose medis.
b. Riwayat Kesehatan
H dalam keluarga.
c) Pasien dengan riwayat bronchitis kronik yang
1) Keluhan utama bertempat tinggal di daerah dengan polusi udara
Keluhan yang sering ditemukan antara lain batuk, tinggi yang dapat memperberat timbulnya pe-
dyspnea, haemoptisis, peningkatan produksi spu-
tum, dan nyeri dada.
S nyakit.
d) Genogram.
2) Riwayat kesehatan saat ini
a) Waktu terjadinya keluhan.
I 8) Riwayat kesehatan lingkungan
c. Pemeriksaan Fisik
b) Proses terjadinya.
A 1) Mata
c) Kapan keluhan mulai dirasakan. Konjungtiva pucat (anemia), konjungtiva sianosis
d) Bagaimana keluhan mulai terjadi. P (hipoksemia), atau terdapat pethecia pada konjung-
tiva (emboli lemak atau endocarditis).
e) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
yang dialami. 2) Hidung
3) Riwayat kesehatan masa lalu a) Pernapasan cuping hidung.
Riwayat merokok, dapat menjadi salah satu penye-
bab carcinoma paru, emfisema, dan bronchitis kro-
C b) Deviasi septum.
c) Perforasi.
nik. Anamnesa yang dilakukan meliputi:
a) Usia pasien pertama kali merokok.
E 3) Mulut dan Bibir
a) Membran mukosa sianosis.
b) Rerata jumlah rokok yang dihisap dalam sehari.
c) Usia pasien berhenti merokok.
T b) Bernapas dengan mengerutkan mulut.

A
112 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 113
K
N
4) Leher A c) Perkusi
Adanya distensi/bendungan pada vena jugularis. Kaji resonansi paru-paru dan organ di sekitarnya,

5) Dada S serta ekskursi (pengembangan) diafragma.


Ada dua bunyi perkusi pada area dada (thoraks) :
K
a) Inspeksi
i. Bunyi perkusi normal:
i. Pasien harus duduk utamanya saat pemeriksaan
bagian posterior dada. - Resonan (sonor) : umumnya bernada rendah,

ii. Observasi lateral dekstra, sinistra, anterior, dan A normal terdengar pada perkusi jaringan paru.

posterior. - Dullness : terdengar pada area jantung atau

iii. Amati adanya skar, lesi, massa, serta kelainan H paru.

tulang belakang (kifosis, lordosis, dan scoliosis) - Tympani : terdengar pada area abdomen yang
pada bagian posterior dada. berisi udara.

iv. Catat frekuensi, irama, kedalaman pernapasan, ii. Bunyi perkusi abnormal
dan kesimetrisan gerakan dada. S - Hiper resonan : terdengar pada area paru yang
berisi udara, lebih rendah dari bunyi resonan.
v. Observasi penggunaan otot bantu pernapasan.
vi. Observasi durasi ekspirasi dan inspirasi. I - Flatness : Seperti bunyi perkusi pada area fe-
mur, lebih tinggi dari dullness.
vii. Observasi kelainan bentuk dada.
- Pigeon chest : terdapat peningkatan diameter A d) Auskultasi
i. Suara napas normal
anterior-posterior.
- Funnel chest : terjadi depresi bagian bawah P - Bronchial, terdengar seperti suara dalam pipa,
nyaring, keras, dan hembusannya lembut.
sternum.
- Barrel chest : diameter anterior-posterior sama - Vesikuler, terdengar halus dan lembut seperti
dengan diameter transversal. hembusan angina sepoi-sepoi.

viii. Observasi adanya retraksi abnormal selama fase


inspirasi pada ruang intercostae, hal ini mengin-
C - Bronkovesikuler, perpaduan antara
napas bronchial dan vesikuler.
suara

dikasikan terdapat obstruksi saluran respirasi.


b) Palpasi
E ii. Suara napas tambahan
- Wheezing: terdengar nyaring, terus-menerus,
Palpasi kesimetrisan pergerakan dada, adanya nyeri
tekan, dan palpasi tactil vremitus (vibrasi).
T dan berirama, disebabkan adanya penyempit-
an jalan napas.

A
114 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 115
K
N
- Ronchi: disebabkan adanya sekresi kental dan A 2) Angiografi.
produksi sputum meningkat. 3) Kateterisasi jantung.
- Pleural friction rub: seperti gesekan pleura,
disebabkan adanya inflamasi pada pleura,
S c. Untuk mengetahui ventilasi dan oksigenasi
1) Tes fungsi paru dengan spirometry.
terdengar kasar, berciut, dan nyeri ketika ber-
napas.
K 2) Oksimetri.

A
- Fine cracles: seperti suara rambut yang berge- 3) Pemeriksaan darah lengkap.
sekan, suara meletup akibat udara melewati d. Mengetahui struktur sistem respirasi

H
alveoli. 1) Bronkhoskopi.
- Coars cracles: disebabkan adanya cairan pada 2) CT scan paru.
saluran respirasi besar, terdengar lemah,
3) X-ray thoraks.
kasar, dan berubah jika pasien batuk.
e. Menentukan adanya infeksi sistem respirasi/sel abnor-
6) Kulit
a) Sianosis perifer, akibat terjadinya penurunan da- S mal
1) Kultur swab tenggorokan.
rah kapiler karena vasokontriksi.
b) Sianosis umum, pada kondisi hipoksemia. I 2) Specimen sputum.
3) Sitologi.
c) Penurunan turgor kulit, kondisi dehidrasi.
d) Edema preorbital. A 2. Diagnosis Keperawatan
Masalah 1: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
P
7) Jari dan kuku
a) Sianosis. a. Defenisi

b) Clubbing finger. Ketidakmampuan membersihkan obstruksi atau secret


pada jalan napas untuk mempertahankan kepatenan
Pemeriksaan Diagnostik
jalan napas.
a. Menentukan keadekuatan konduksi jantung
1) Pemeriksaan EKG.
C b. Batasan karakteristik
1) Gejala dan tanda mayor
2) Exercise stress test. E a) Subjektif
b. Menentukan kontraksi miokardium aliran darah
T
Tidak tersedia.
1) Echocardiography.

A
116 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 117
K
N
b) Objektif A h) Respon alergi.
i. Batuk tidak efektif. i) Proses infeksi.
ii. Tidak mampu batuk. S j) Efek pengobatan.
iii. Wheezing dan atau ronchi kering, mengi. 2) Situasional
iv. Adanya meconium pada jalan napas (neona- K a) Perokok aktif.
tus). b) Perokok pasif.
2) Gejala dan tanda minor A c) Terpajan polutan.
a) Subjektif
i. Dispneu. H Masalah 2: Gangguan Pertukaran Gas
a. Definisi
ii. Kesulitan berbicara.
Kekurangan atau kelebihan oksigen dan/atau eliminasi
iii. Ortopneu. karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler.

S
b) Objektif
b. Batasan karakteristik
i. Sianosis.
1) Gejala dan tanda mayor
ii. Gelisah.
iii. Penurunan frekuensi napas.
I a) Subjektif
- Dispneu
iv. Penurunan bunyi napas.
v. Perubahan pola napas.
A b) Objektif
i. Peningkatan/penurunan PCO2.
c. Faktor yang berhubungan
1) Fisiologi
P ii. Penurunan PO2.
iii. Peningkatan/penurunan pH arteri.
a) Hipersekresi jalan napas. iv. Adanya bunyi napas tambahan.
b) Spasme jalan napas. v. Takikardi.
c) Disfungsi neuromuskuler. C 2) Gejala dan tanda minor
d) Adanya benda asing dalam jalan napas. a) Subjektif
e) Adanya jalan napas buatan. E i. Penglihatan kabur.
f) Hyperplasia dinding jalan napas.
T
ii. Pusing.
g) Sekresi yang tertahan.

A
118 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 119
K
N
b) Objektif A 2) Gejala dan tanda minor
i. Gelisah. a) Subjektif
ii. Sianosis. S - Ortopneu.
iii. Diaforesis. b) Objektif
iv. Pernapasan cuping hidung. K i. Pernapasan cuping hidung.
v. Pola napas abnormal (dalam/dangkal, cepat/ ii. Pernapasan purse-lip.
lambat, regular/irregular). A iii. Diameter thoraks anterior-posterior mening-
vi. Kesadaran menurun. kat.
c. Faktor yang berhubungan H iv. Kapasitas vital menurun.
1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. v. Ventilasi semenit menurun.
2) Perubahan membrane alveolus-kapiler. vi. Tekanan inspirasi menurun.

S
Masalah 3 : Pola Napas Tidak Efektif vii. Tekanan ekspirasi menurun.

a. Definisi viii. Perubahan ekskursi dada.

Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan


ventilasi adekuat.
I c. Faktor yang berhubungan
1) Hambatan upaya napas (misalnya nyeri).

b. Batasan karakteristik
A 2) Depresi pusat pernapasan.
3) Deformitas tulang dada.
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif P 4) Deformitas dinding dada.
5) Gangguan neuromuscular.
- Dispneu.
b) Objektif 6) Gangguan neurologis (misalnya elektroensefalo-
gram [EEG] positif, cedera kepala, gangguan ke-
i. Fase Ekspirasi memanjang.
ii. Penggunaan otot bantu pernapasan. C jang).
7) Imaturitas neurologis.
iii. Pola napas abnormal (misalnya takipneu,
bradipneu, hiperventilasi, kussmaul, cheyne- E 8) Obesitas.
9) Penurunan energi.
stokes).

T 10) Sindrom hipoventilasi.

A
120 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 121
K
N
11) Posisi tubuh menghambat ekspansi paru. A iii. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
12) Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 napas.
ke atas). S Rasional: Mengetahui adanya tanda dan gelaja
infeksi saluran napas pada pasien.
13) Efek pengobatan.
14) Cedera pada medulla spinalis. K iv. Monitor input dan output cairan (misalnya
jumlah dan karakteristik).
15) Kecemasan.
3. Intervensi Keperawatan A Rasional: Mengetahui keseimbangan cairan
pasien.
Masalah 1: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Luaran utama : Bersihan Jalan Napas H b) Terapeutik
i. Atur posisi semi-fowler atau fowler
a. Tujuan dan kriteria hasil :
Rasional: Mempertahankan kenyamanan, me-
Meningkatnya kemampuan membersihkan secret atau ningkatkan ekspansi paru, dan memaksimal-
obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan
napas tetap paten dibuktikan dengan kriteria hasil: S kan oksigenasi pasien.
ii. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan

I
1) Meningkatnya kemampuan batuk efektif. pasien.
2) Menurunnya produksi sputum, mengi, wheezing, Rasional: Mempermudah klien mengeluarkan
mekonium (pada neonatus), dispneu, ortopneu, su-
A
sputum.
lit bicara, sianosis, dan gelisah. iii. Buang secret pada tempat sputum
3) Membaiknya frekuensi napas dan pola napas.
b. Intervensi keperawatan dan rasional: P Rasional: Menjaga kebersihan dan memudah-
kan untuk mengidentifikasi sputum pasien.
1) Latihan batuk efektif c) Edukasi
a) Observasi i. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
i. Identifikasi kemampuan batuk
Rasional: Mengetahui kemampuan batuk efek-
C Rasional: Memberikan informasi kepada
pasien dan keluarga terkait tindakan yang
akan diberikan.
tif pasien.
ii. Monitor adanya retensi sputum
E ii. Anjurkan Tarik napas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemu-
Rasional: Mengetahui kemampuan pasien
mengeluarkan sputum. T dian keluarkan dari mulut dengan bibir men-
cucu (dibulatkan) selama 8 detik.
A
122 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 123
K
N
Rasional: Melatih kontraksi dan relaksasi A iii. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma).
otot abdomen, melancarkan proses ekspirasi Rasional: Mengetahui karakteristik sputum
pasien sehingga sputum mudah dikeluarkan.
iii. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hing-
S pasien (jumlah, warna, aroma).
b) Terapeutik


ga 3 kali.
Rasional: Relaksasi otot abdomen.
K i. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
iv. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
Tarik napas dalam yang ke-3.
A
trauma servikal).
Rasional: Mempertahankan terbukanya jalan
Rasional: Agar pasien dapat batuk dengan
efektif.
H napas pasien.
ii. Posisikan fowler atau semi fowler
d) Kolaborasi Rasional: Mempertahankan kenyamanan, me-
Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspek- ningkatkan ekspansi paru, dan memaksimal-


toran, jika perlu.
Rasional: Memudahkan pengenceran dan pem-
S kan oksigenasi pasien.
iii. Berikan minum hangat
buangan sekret.
2) Manajemen jalan napas
I Rasional: Membantu memobilisasi dan me-
ngeluarkan sekret.
a) Observasi
i. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
A iv. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Rasional: Meningkatkan drainase dan memu-


usaha napas).
Rasional: Mengetahui pola napas pasien
P dahkan eliminasi secret yang susah dikeluar-
kan secara mandiri.
(frekuensi, kedalaman, usaha napas). v. Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15
ii. Monitor adanya suara napas tambahan (mi- detik.

C
salnya gurgling, mengi, wheezing, ronkhi ke- Rasional: Untuk menghindari hipoksemi dan
ring). tidak terjadi cedera pada jalan napas (naso-
Rasional: Mengetahui adanya bunyi napas pharing, oropharing, dan orotracheal) dan
tambahan pada pasien (misalnya gurgling, E mempertahankan kepatenan jalan napas.
mengi, wheezing, ronkhi kering). vi. Lakukan hiperoksigenasi sebelum pengisapan
T endotrakeal.

A
124 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 125
K
N
Rasional: Untuk menghindari hipoksemia yang A 3) Pemantauan Respirasi
diakibatkan tindakan suction. a) Observasi
vii. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsep McGill.
S i. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
napas.
Rasional: Mempertahankan kepatenan jalan
napas dan mencegah terjadinya infeksi.
K Rasional: Mengetahui frekuensi, irama, kedala-
man dan upaya napas pasien.
viii. Berikan Oksigen, jika perlu
Rasional: Meningkatkan pengiriman oksigen
A ii. Monitor pola napas (seperti bradipneu, takipneu,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot,
ke paru untuk kebutuhan sirkulasi.
c) Edukasi
H
ataksik).
Rasional: Mengetahui pola napas pasien(seperti
i. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika ti- bradipneu, takipneu, hiperventilasi, kussmaul,
dak kontraindikasi cheyne-stokes, biot, ataksik).

Rasional: Agar keseimbangan cairan pasien


tetap terjaga sehingga oksigenasi juga mem-
S iii. Monitor kemampuan batuk efektif
Rasional: Mengetahui kemampuan batuk efektif
baik.
ii. Ajarkan teknik batuk efektif.
I pasien.
iv. Monitor adanya produksi sputum
Rasional: Agar pasien mengetahui teknik
batuk efektif.
A Rasional: Mengetahui adanya produksi sputum
pada jalan napas pasien.
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran
P v. Monitor adanya sumbatan jalan napas
Rasional: Mengetahui adanya sumbatan jalan
atau mukolitik, jika perlu. napas pada sistem pernapasan pasien.
Rasional: Memberikan support bantuan pernapas- vi. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

C
an tambahan dan memudahkan pengenceran Rasional: Mengetahui kesimetrusan ekspansi
serta pembuangan sekret. paru pasien.

E vii. Auskultasi bunyi napas


Rasional: Mengetahui dan mendengar bunyi

T
napas pasien.

A
126 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 127
K
N
viii. Monitor saturasi oksigen A Masalah 2: Gangguan Pertukaran Gas
Rasional: Mengetahui adanya perubahan saturasi Luaran utama : Pertukaran Gas
oksigen pasien. S a. Tujuan dan kriteria hasil :
ix. Monitor nilai AGD

K
Oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada
Rasional: Mengetahui adanya perubahan nilai
membrane alveolus-kapiler dalam batas normal dibuk-
AGD pada pasien.
tikan dengan kriteria hasil:
x. Monitor hasil x-ray toraks A 1) Meningkatnya tingkat kesadaran.
Rasional: Mengetahui adanya perubahan dan
2) Menurunnya gejala dispneu, suara napas tambahan,
atau kelainan pada hasil x-ray toraks pasien.
b) Terapeutik
H pusing, penglihatan kabur, diaphoresis, gelisah, dan
pernapasan cuping hidung.
i. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi 3) Membaiknya PCO2, PO2, Takikardi, pH arteri,
pasien. sianosis, pola napas, dan warna kulit.
Rasional: Mengetahui perkembangan kondisi
pasien.
S b. Intervensi Keperawatan :
1) Pemantauan respirasi
ii. Dokumentasikan hasil pemantauan
Rasional: Mengetahui fokus keperawatan dan
I a) Observasi
i. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upa-
mengevaluasi hasil keperawatan serta sebagai
tanggung gugat perawat. A ya napas.
Rasional: Mengetahui frekuensi, irama, keda-
P
c) Edukasi
laman dan upaya napas pasien.
i. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
ii. Monitor pola napas (seperti bradipneu, takip-
Rasional: Memberikan informasi kepada pasien
neu, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes,
dan keluarga terkait tindakan yang akan diberi-
kan. biot, ataksik).

ii. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu C Rasional: Mengetahui pola napas pasien (se-
perti bradipneu, takipneu, hiperventilasi, kuss-
Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien dan
keluarga mengenai kondisi terkait masalah ke- E maul, cheyne-stokes, biot, ataksik).
iii. Monitor kemampuan batuk efektif
sehatannya.
d) Kolaborasi T Rasional: Mengetahui kemampuan batuk efek-
tif pasien.
Tidak ada.
A
128 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 129
K
N
iv. Monitor adanya produksi sputum A ii. Dokumentasikan hasil pemantauan
Rasional: Mengetahui adanya produksi sputum Rasional: Mengetahui fokus keperawatan dan
pada jalan napas pasien. S mengevaluasi hasil keperawatan serta sebagai
tanggung gugat perawat.
v. Monitor adanya sumbatan jalan napas
Rasional: Mengetahui adanya sumbatan jalan K c) Edukasi
napas pada sistem pernapasan pasien. i. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
vi. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru A Rasional: Memberikan informasi kepada pasien
dan keluarga terkait tindakan yang akan diberi-
Rasional: Mengetahui kesimetrusan ekspansi
paru pasien. H kan.
ii. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
vii. Auskultasi bunyi napas
Rasional: Mengetahui kesimetrusan ekspansi Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien dan
paru pasien. keluarga mengenai kondisi terkait masalah ke-

viii. Monitor saturasi oksigen S sehatannya.


d) Kolaborasi
Rasional: Mengetahui adanya perubahan saturasi
oksigen pasien.
I Tidak ada
2) Terapi oksigenasi
ix Monitor nilai AGD
Rasional: Mengetahui adanya perubahan nilai
AGD pada pasien.
A a) Observasi
i. Monitor kecepatan dan aliran oksigen
x. Monitor hasil x-ray toraks P Rasional: Mengetahui kecepatan dan aliran ok-
sigen pada alat terapi oksigen yang digunakan
Rasional: Mengetahui adanya perubahan dan
atau kelainan pada hasi x-ray toraks pasien. pasien.
b) Terapeutik ii. Monitor posisi alat terapi oksigen
i. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien.
C Rasional: Memastikan posisi alat terapi oksigen
terpasang dengan benar.
Rasional: Mengetahui perkembangan kondisi
pasien.
E iii. Monitor aliran oksigen secara periodic dan pasti-
kan fraksi yang diberikan cukup.

T
A
130 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 131
K
N
Rasional: Mengetahui aliran oksigen secara pe- A b) Terapeutik
riodic dan memastikan fraksi yang diberikan cu- i. Bersihkan secret pada mulut, hidung, trakea, jika
kup.
iv. Monitor efektifitas terapi oksigen (misalnya ok-
S perlu.
Rasional: Agar tidak terjadi penumpukan secret


simetri, Analisa gas darah), jika perlu.
Rasional: Mengetahui efektifitas terapi oksigen
K pada jalan napas yang akan menimbulkan ob-
struksi.
yang diberikan kepada pasien (misalnya oksime-
tri, analisa gas darah).
A ii. Pertahankan kepatenan jalan napas
Rasional: Agar kebutuhan oksigen di jaringan
v. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
makan. H terpenuhi secara adekuat.
iii. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
Rasional: Mengetahui kemampuan pasien dan
Rasional: Memberikan terapi oksigen sesuai stan-
keluarga melepaskan oksigen saat makan.
dar operasional prosedur.

S
vi. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
iv. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
Rasional: Mengetahui adanya tanda-tanda
Rasional: Mempertahankan dan menjaga kebutu-
hipoventilasi pada pasien.
vii. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan I han oksigenasi pasien agar tetap terpenuhi.
v. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
atelectasis.
Rasional: Mengetahui adanya tanda dan gejala A Rasional: Mempertahankan dan menjaga kebutu-
han oksigenasi pasien agar tetap terpenuhi.
toksikasi oksigen dan atelectasis pada pasien.
viii. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen P f) Gunakan perangkat oksigen yang sesuai tingkat
mobilitas pasien.
Rasional: Mengetahui tingkat kecemasan pasien
Rasional: Mempertahankan dan menjaga kebutu-
akibat pemberian terapi oksigen.
han oksigenasi pasien agar tetap terpenuhi.
ix. Monitor integritas mukosa hidung akibat pema-
sangan oksigen. C c) Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan ok-
Rasional: Mengetahui keadaan integritas mukosa
hidung akibat pemasangan oksigen. E
sigen di rumah.
Rasional: Agar pasien dan keluarga dapat meng-

T
gunakan oksigen secara mandiri ketika kembali ke
rumah.

A
132 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 133
K
N
d) Kolaborasi A Rasional: Mengetahui pola napas pasien (frekuen-
i. Kolaborasi penentuan dosis oksigen. si, kedalaman, usaha napas).

Rasional: Memberikan terapi oksigen yang te- S ii. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya gur-
gling, mengi, wheezing, ronkhi kering).
pat dan meminimalisir efek samping.
ii. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas K Rasional: Mengetahui adanya bunyi napas tam-
bahan pada pasien (misalnya gurgling, mengi,
dan/atau tidur.
Rasional: Mempertahankan kebutuhan oksi-
gen yang adekuat.
A wheezing, ronkhi kering).
iii. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Masalah 3: Pola Napas Tidak Efektif H Rasional: Mengetahui karakteristik sputum pasien
(jumlah, warna, aroma).
Luaran Utama : Pola Napas
c) Terapeutik
a. Tujuan dan kriteria hasil :
i. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang memberikan ventilasi
adekuat, dengan kriteria hasil: S head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trau-
ma servikal).
1) Meningkatnya ventilasi semenit, kapasitas vital, di-
ameter thoraks anterior-posterior, tekanan ekspirasi, I Rasional: Mempertahankan terbukanya jalan
napas pasien.
tekanan inspirasi.
A
ii. Posisikan semi-fowler atau fowler
2) Menurunnya tanda dan gejala dispnea, penggunaan
Rasional: Mempertahankan kenyamanan, me-
otot bantu napas, pemanjangan fase ekspirasi, or-

P
ningkatkan ekspansi paru, dan memaksimalkan
topnea, pernapasan pursed-tip, pernapasan cuping
oksigenasi pasien.
hidung.
iii. Berikan minum hangat
3) Membaiknya frekuensi napas, kedalaman napas,
ekskursi dada. Rasional: Membantu memobilisasi dan mengelu-
arkan sekret.
b. Intervensi keperawatan :
1) Manajemen jalan napas
C iv. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Rasional: Meningkatkan drainase dan memudah-
a) Observasi
i. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
E kan eliminasi secret yang susah dikeluarkan se-
cara mandiri.
usaha napas).
T
A
134 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 135
K
N
v. Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik A Rasional: Memberikan support bantuan pernapsan
Rasional: Untuk menghindari hipoksemi dan ti- tambahan dan memudahkan pengenceran serta
dak terjadi cedera pada jalan napas (nasophar-
ing, oropharing, dan orotracheal) dan memper-
S pembuangan sekret.
2) Pemantaun respirasi
tahankan kepatenan jalan napas.
vi. Lakukan hiperoksigenasi sebelum pengisapan
K a) Observasi
i. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya


endotrakeal.
Rasional: Untuk menghindari hipoksemia yang
A napas.
Rasional: Mengetahui frekuensi, irama, kedala-
diakibatkan tindakan suction.
vii Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
H man dan upaya napas pasien.
ii. Monitor pola napas (seperti bradipneu, takipneu,
McGill. hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot,
Rasional: Mempertahankan kepatenan jalan ataksik).

S
napas dan mencegah terjadinya infeksi. Rasional: Mengetahui pola napas pasien (seperti
viii. Berikan Oksigen, jika perlu. bradipneu, takipneu, hiperventilasi, kussmaul,

I
Rasional: Meningkatkan pengiriman oksigen ke cheyne-stokes, biot, ataksik).
paru untuk kebutuhan sirkulasi. iii. Monitor kemampuan batuk efektif

A
c) Edukasi Rasional: Mengetahui kemampuan batuk efektif
i. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak pasien.

P
kontraindikasi. iv. Monitor adanya produksi sputum
Rasional: Agar keseimbangan cairan pasien tetap Rasional: Mengetahui adanya produksi sputum
terjaga sehingga oksigenasi juga membaik. pada jalan napas pasien.
ii. Ajarkan teknik batuk efektif. v. Monitor adanya sumbatan jalan napas

C
Rasional: Agar pasien mengetahui teknik batuk Rasional: Mengetahui adanya sumbatan jalan
efektif. napas pada sistem pernapasan pasien.
d) Kolaborasi
E
vi. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran Rasional: Mengetahui kesimetrusan ekspansi
atau mukolitik, jika perlu. paru pasien.
T
A
136 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 137
K
N
vii. Auskultasi bunyi napas A
Rasional: Mengetahui kesimetrisan ekspansi paru
pasien. S
BAB
7
viii. Monitor saturasi oksigen
Rasional: Mengetahui adanya perubahan saturasi K KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKTROLIT
oksigen pasien.
DAN ASAM BASA
ix. Monitor nilai AGD A
Rasional: Mengetahui adanya perubahan nilai
AGD pada pasien. H
x. Monitor hasil x-ray toraks
Rasional: Mengetahui adanya perubahan dan
atau kelainan pada hasi x-ray toraks pasien. A. Pendahuluan
b) Terapeutik S Keseimbangan nutrisi dan cairan tubuh ditentukan oleh
i. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi intake dan output seseorang. Pasien yang memiliki masalah
pasien.
I keperawatan terkait dengan nutrisi dan cairan tubuh, memerlu-
kan perhatian dalam masa perawatannya. Ketidakseimbangan
Rasional: Mengetahui perkembangan kondisi
pasien.
ii. Dokumentasikan hasil pemantauan
A nutrisi maupun cairan tubuh dipengaruhi oleh berbagai fak-
tor, salah satunya adalah kondisi tubuh atau status kesehatan

P
pasien. Pasien yang dirawat di tempat pelayanan kesehatan,
Rasional: Mengetahui fokus keperawatan dan
khususnya dengan gangguan sistem gastrointestinal cende-
mengevaluasi hasil keperawatan serta sebagai
rung mengalami gangguan pemenuhan nutrisi maupun cairan
tanggung gugat perawat.
dan elektrolit tubuh. Oleh karenanya, perawat memiliki peran
c) Edukasi yang sangat penting dalam penatalaksanaan masalah nutrisi
i. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Rasional: Memberikan informasi kepada pasien
C dan cairan pasien. Perawat diharapkan mampu memberikan
asuhan keperawatan yang mampu memberikan jaminan in-
dan keluarga terkait tindakan yang akan diberikan.
ii. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
E take energi dan cairan yang cukup dan aman bagi pasien.
Dalam teori konservasi Levine, ada empat fokus konsentrasi
dalam merawat pasien dengan kekurangan nutrisi, yaitu konser-
Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien dan
keluarga mengenai kondisi terkait masalah ke-
T vasi energi, konservasi integritas structural, integritas personal,
dan integritas sosial (Herlina, Rustina, dan Syahreni, 2014).
sehatannya.
A
138 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 139
K
N
Untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang A Cairan tubuh terdiri dari cairan intra seluler dan cairan
maksimal dan profesional, perawat harus mampu melakukan ekstra seluler. Cairan intra seluler merupakan cairan yang
pengkajian secara komprehensif sehingga data-data yang
diperoleh dapat menjadi acuan dalam menentukan masalah
S berada dalam sel, sedangkan cairan ekstra seluler adalah
cairan yang berada di luar sel. Sekitar 60% berat tubuh total
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilakukan.
Tidak hanya berfokus pada kuratif, tetapi juga melalui pem- K terdiri atas air. Dari jumlah ini dua pertiga atau 66% adalah
cairan intra sel. Cairan berperan penting dalam pemben-
berian pendidikan kesehatan sebagai upaya promotif dan tukan energi, pemeliharaan tekanan osmotik, dan trans-
preventif. Pendidikan nutrisi dapat diberikan dalam bentuk A port zat-zat tubuh dan menembus membrane sel, dan satu
penyuluhan, baik pada individu maupun masyarakat. Dalam pertiganya atau 33% adalah cairan ekstrasel. Sedangkan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia telah dirumuskan
diagnosis keperawatan dengan subkategori nutrisi dan cairan.
H organ utama pengatur keseimbangan cairan tubuh adalah
ginjal (Corwin, 2009).
Hal ini diharapkan dapat memudahkan bagi perawat dalam Menurut Hirarki Maslow kebutuhan cairan merupakan ke-
menentukan prioritas masalah keperawatan dan rencana in- butuhan dasar manusia yang pertama yang harus dipenuhi.

S
tervensi yang akan dilakukan dengan merujuk pada Standar Sedangkan menurut Virginia Henderson kebutuhan cairan
Intervensi Keperawatan Indonesia. merupakan kebutuhan yang ke dua setelah bernapas.

B. Konsep Dasar Kebutuhan Cairan, Elektrolit I Masalah ini harus segera diatasi karena kelebihan volume
cairan apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan
dan Asam Basa beban sirkulasi berlebihan, edema, hipertensi dan gagal

1. Defenisi
A jantung kongestif (Herdman, 2015).
Standar kebutuhan cairan dan elektrolit yang dibutuhkan
Secara fisiologis, fungsi homeostatis tubuh berperan dalam
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
P tubuh adalah sebagai berikut (Suwarsa, 2018):

tubuh. Cairan tubuh terdiri dari air sebagai pelarut dan zat a. Bayi dan Anak
tertentu sebagai zat terlarut. Elektrolit merupakan zat kimia Berat badan: Kebutuhan air perhari:
yang menghasilkan ion apabila berada di dalam larutan. Sampai 10 kg 100 ml/kgBB
Sama halnya dengan nutrisi, cairan dan elektrolit masuk C 11-20 kg 1000 ml + 50 ml/KgBB
ke dalam tubuh manusia melalui minuman, makanan,

E
>20 kg 1500 ml + 20 ml/kgB
maupun cairan intravena. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung, apabila salah satu mengalami Kebutuhan kalium : 2,5 mEq/KgBB/hari
gangguan, maka akan mempengaruhi yang lain (Tarwoto
& Wartonah, 2010). T Kebutuhan natrium : 2-4 mEq/KgBB/hari

A
140 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 141
K
N
b. Dewasa A dipengaruhi oleh temperatur, ukuran molekul, dan kon-
Kebutuhan pada orang dewasa yaitu : sentrasi larutan.

1) Kebutuhan air : 30-50 ml/KgBB/hari S b. Osmosis


2) Kebutuhan kalium : 1-2 mEq/KgBB/hari Osmosis adalah pergerakan pelarut seperti air dari laru-
3) Kebutuhan natrium : 2-3 mEq/KgBB/hari K tan yang memiliki konsentrasi rendah ke konsentrasi
tinggi yang bersifat menarik melalui membran semiper-

A
2. Fisiologi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
meabel.
Cairan tubuh dapat dibagi kedalam dua kompartemen,
c. Transpor aktif

H
cairan intraseluler (CIS) dan cairan ekstraseluler (CES).
Cairan intraseluler adalah kompartemen utama, yaitu 55% Transpor aktif merupakan pergerakan partikel dari kon-
dari cairan tubuh, sedangkan CES 45% dari cairan tubuh. sentrasi rendah ke konsentrasi tinggi karena adanya
Cairan ekstraseluler terdiri dari 3 kompartemen, yaitu cair- daya aktif tubuh seperti pompa jantung.
an intravaskuler yang merupakan 15% dari CES, cairan d. Filtrasi
interstitial yang merupakan 45% dari CES, dan cairan
transeluler yang merupakan 40% dari cairan ekstraseluler.
S Filtrasi merupakan proses perpindahan air dan sub-
stansi yang dapat terlarut secara bersamaan sebagai
Cairan intravaskuler terdiri atas plasma, komponen darah,
hormon, dan nutrisi (Suwarsa, 2018). I respon terhadap adanya cairan yang memiliki perbe-
daan tekanan.
Cairan dan substansi di dalamnya mengalami perpindahan
dari cairan interstisiel ke dalam sel. Namun, tidak semua A 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
substansi dan komponennya ikut berpindah sebab adanya
pembuluh darah kapiler dan membran sel yang bersifat P Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem
cairan dan elektrolit dijabarkan di bawah ini (Tarwoto &
semipermeabel dan mampu memfilter komponen terse-
but. Metode berpindahnya cairan dan elektrolit tubuh terdiri Wartonah, 2010) (Suwarsa, 2018):
dari beberapa cara, yaitu (Tarwoto & Wartonah, 2010): a. Usia
a. Difusi C Usia berpengaruh terhadap berat badan, metabolisme,
dan luas permukaan tubuh seseorang sehingga juga
Difusi adalah proses perpindahan partikel di dalam cair-
an tubuh dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit
E akan mempengaruhi intake cairan. Usia lanjut lebih
sering mengalami gangguan keseimbangan cairan dan

T
berdifusi menembus membrane sel dan kecepatannya elektrolit yang biasanya disebabkan adanya gangguan
fungsi ginjal ataupun jantung. Infant dan anak-anak cen-

A
142 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 143
K
N
derung lebih mudah mengalami gangguan keseimba- A 2) Kehilangan melalui ginjal (penyakit ginjal) disebab-
ngan cairan tubuh dibandingkan dengan usia dewasa. kan oleh diuretik, gagal ginjal kronis, insufisiensi ad-
b. Iklim S renal, dan fase diuretik acute tubular necrosis. Selain
itu, penyakit kardiovaskuler juga berpengaruh ter-
Daerah yang memiliki suhu tinggi dan kelembaban
udara yang rendah akan mengalami peningkatan dalam K hadap proses pengaturan keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh.
kehilangan cairan dan elektrolit tubuh yang dikeluar-
kan melalui proses evaporasi. Kehilangan cairan dapat
mencapai 5 liter per hari bagi seseorang yang berakti-
A 3) Pasien dengan kesadaran menurun akan mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan cairan akibat keti-
dakmampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
vitas pada iklim panas.
c. Diet
H 4) Kehilangan melalui saluran cerna disebabkan oleh
diare, muntah-muntah, atau tindakan operasi.
Pada kondisi diet, asupan nutrisi menjadi tidak adekuat
f. Tindakan Medis
sehingga tubuh akan membakar lemak dan protein

S
yang menyebabkan terjadinya penurunan serum albu- Beberapa tindakan medis dapat berpengaruh terhadap
min dan cadangan protein. Hal ini akan menyebabkan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, di antaranya
terjadinya edema karena serum albumin serta protein suction, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain.
lainnya diperlukan untuk proses keseimbangan cairan I g. Pengobatan
dalam tubuh.
A
Pemberian obat-obatan diuretik dan laksatif akan mem-
d. Stress pengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.

P
Sterss akan meningkatkan metabolisme sel, pemeca- h. Proses Pembedahan
han glikogen otot, dan meningkatnya glukosa darah.
Kehilangan banyak darah selama proses pembedahan
Mekanisme ini akan menyebabkan meningkatnya natri-
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan cairan
um dan retensi air sehingga apabila terjadi dalam waktu
dan elektrolit tubuh.
yang lama, akan menyebabkan terjadinya peningkatan
volume darah.
e. Kondisi sakit
C 4. Macam-Macam Gangguan pada Kebutuhan Cairan dan
Elektrolit

1) Trauma seperti luka bakar seperti luka bakar akan


meningkatkan kehilangan air melalui IWL (Insensible
E Berikut beberapa gangguan cairan dan elektrolit yang
sering terjadi (Tarwoto & Wartonah, 2010):

Water Loss).
T
A
144 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 145
K
N
a. Hipovolemik A 2) Tanda dan gejala ketidak seimbangan cairan dan
Hipovolemik merupakan suatu kondisi terjadinya elektrolit.
kekurangan volume cairan ekstra seluler akibat ke- S 3) Pengobatan tertentu yang mempengaruhi status ca-
iran.
hilangan cairan tubuh melalui kulit, gastrointestinal,
ginjal, ataupun perdarahan, dimana hal tersebut dapat
menyebabkan terjadinya syok hipovolemik. Gejala
K 4) Proses penyakit yang menyebabkan ketidakseim-
bangan cairan dan elektrolit.
yang dirasakan antara lain, lemah, letih, pusing, mual,
muntah, anoreksia, rasa haus, konstipasi, oliguri, penu- A 5) Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6) Faktor psikologis (perilaku emosional).
runan tekanan darah, peningkatan denyut jantung dan
suhu tubuh, turgor kulit menurun, mukosa mulut ke- H b. Pemeriksaan Fisik
ring, dan lidah terasa kering serta kasar. Pada bayi dan 1) Integumen : turgor kulit, sensasi rasa, edema.
anak-anak juga ditandai dengan berkurangnya jumlah 2) Kardiovaskuler : tekanan darah, bunyi jantung, dis-
air mata. tensi vena jugularis, haemoglobin.
b. Hipervolemi S 3 Mata : cekung, air mata kering.
Terjadinya kelebihan/peningkatan volume cairan 4) Neurologi : gangguan sensorik dan motorik, refleks,
ekstraseluler, dapat disebabkan oleh adanya gangguan
fungsi ginjal dengan menurunnya ekskresi air dan na-
I tingkat kesadaran.
5) Gastrointestinal : mukosa bibir, mulut dan lidah,
trium, pemberian cairan yang berlebihan, serta terjadi
perpindahan cairan intertisial ke plasma. Gejala yang
A mual, muntah, dan lain-lain.
c. Pengukuran klinik :
dirasakan berupa sesak napas, peningkatan atau penu-
runan tekanan darah, asites, nadi teraba kuat, asites, P 1) Berat Badan (BB)
kulit lembab, distensi vena jugularis, adanya bunyi ron- Melakukan pengukuran berat badan pada waktu
chi pada pernapasan. yang sama setiap hari. Adanya penurunan ataupun
peningkatan 1 Kg berat badan, setara dengan pe-
C. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan
Cairan, Elektrolit dan Asam Basa
C ngeluaran atau penambahan 1 liter cairan tubuh.
2) Keadaan umum

1. Pengkajian Keperawatan E Mengukur vital sign seperti tekanan darah, nadi,


pernapasan, suhu, dan tingkat kesadaran.
a. Riwayat Keperawatan
1) Intake cairan dan makanan (oral dan parental).
T
A
146 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 147
K
N
3) Asupan cairan A 3) pH dan berat jenis urine
a) Cairan oral : NGT dan oral Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk
b) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena. S mengatur konsentrasi urine. pH urine normal adalah
4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
c) Makanan yang cenderung mengandung air.
d) Iritasi kateter. K 4) Analisa gas darah
Melakukan pemeriksaan pH, PO2, HCO3-, PCO2, dan
4) Pengukuran pengeluaran cairan :
a) Urine : volume, kejernihan/kepekatan. A saturasi O2. Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2:
80 – 100 mmHg; HCO3- : 25 – 29 mEq/l. Sedangkan

H
b) Feses : jumlah dan konsistensi. saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam da-
c) Muntah. rah dengan jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh
d) Tube drainage dan IWL. darah, normalnya di arteri (95 – 98 %) dan vena (60
– 85 %).
5) Ukuran balance cairan dengan akurat: normalnya
2. Diagnosis Keperawatan
S
kurang lebih 200 cc.
d. Pemeriksaan penunjang Masalah 1: Hipervolemia
1) Pemeriksaan elektrolit serum
Dilakukan untuk mengetahui kadar kalium, klorida,
I a. Definisi
Peningkatan volume cairan intravascular, intertisial dan
natrium, dan ion bikarbonat.
2) Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
A
atau intraseluler.
Batasan karakteristik:
Meliputi pemeriksaan eritrosit, hemoglobin, hema-
tokrit.
P 1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
a) Hematokrit naik : terjadi dehidrasi berat dan ge- i. Ortopnea.
jala syok.
ii. Dispnea.
b) Hematokrit turun: terjadi perdarahan akut, masif,
dan reaksi hemolitik. C iii. Paroxymal nocturnal dyspnea (PND).
b) Objektif

E
c) Haemoglobin naik : adanya hemokonsentrasi.
i. Edema anasarka dan atau edema perifer.
d) Haemoglobin turun : adanya perdarahan hebat,
reaksi hemolitik. ii. Peningkatan berat badan dalam waktu sing-
T kat.

A
148 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 149
K
N
iii. Peningkatan Jugular Venous Pressure (JVP) A b. Batasan karakteristik
dan atau Central Venous Pressure (CVP). 1) Gejala dan tanda mayor
2) Gejala dan tanda minor S a) Subjektif
a) Subjektif b) Objektif
Tidak tersedia K i. Peningkatan frekuensi nadi.
b) Objektif ii. Nadi teraba lemah.
i. Distensi Vena jugularis. A iii. Penurunan tekanan darah.
ii. Ada suara napas tambahan.
H
iv. Penyempitan tekanan nadi.
iii. Hepatomegali. v. Menurunnya turgor kulit
iv. Kadar haemoglobin dan hematokrit menurun. vi. Membran mukosa kering.
v. Oliguria. vii. Penurunan volume urine.

S
vi. Intake lebih banyak dibandingkan output. viii. Peningkatan hematokrit.
vii. Kongesti paru. 2) Gejala dan tanda minor
b. Faktor yang berhubungan
1) Gangguan mekanisme regulasi.
I a) Subjektif
i. Merasa lemah.
2) Kelebihan asupan cairan.
3) Kelebihan asupan natrium.
A ii. Mengeluh haus.
b) Objektif
4) Gangguan aliran balik vena.
5) Efek samping penggunaan obat tertentu, seperti
P i. Pengisian vena menurun.
ii. Perubahan status mental.
Kostikosteroid, chlorpropamide, tolbutamide, vin- iii. Peningkatan suhu tubuh.
cristine, tryptilines carbamazaepine).
iv. Peningkatan konsentrasi urine.
Masalah 2: Hipovolemia
a. Definisi
C v. Penurunan berat badan secara tiba-tiba.
c. Faktor yang berhubungan
Menurunnya volume cairan intravascular, interstitial,
dan/atau intraseluler
E 1) Kehilangan cairan aktif.
2) Kegagalan mekanisme regulasi.
T 3) Peningkatan permeabilitas kapiler.

A
150 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 151
K
N
4) Kurang asupan cairan. A 2) Psikologis
5) Evaporasi. a) Kecemasan.
Masalah 3: Diare S b) Tingkat stress tinggi.
3) Situasional
K
a. Defenisi
Pengeluaran feses dengan frekuensi meningkat, lunak, a) Terpapar kontaminan.
b) Terpapar toksin.
A
dan tidak berbentuk.
b. Batasan karakteristik c) Penyalahgunaan laksatif.

H
1) Gejala dan tanda mayor d) Penyalahgunaan zat.

a) Subjektif e) Program pengobatan (Agen tiroid, analgesic,


pelunak feses, ferosulfat, antasida, cimetidine,
Tidak tersedia
dan antibiotic).
b) Objektif
f) Perubahan air dan makanan.
i. BAB lebih dari tiga kali dalam 24 jam.
ii. Feses lembek atau cair.
S g) Bakteri pada air.

I
3. Intervensi Keperawatan
2) Gejala dan tanda minor
Masalah 1 : Hipervolemia
a) Subjektif
i. Urgenscy. A Luaran utama : Keseimbangan cairan
a. Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):
ii. Nyeri/kram abdomen.
b) Objektif P Ekuilibrum antara volume cairan di ruang intraseluler
dan ekstraseluler tubuh meningkat dibuktikan dengan
i. Frekuensi peristaltic meningkat.
kriteria hasil:
ii. Bising usus hiperaktif.
1) Asupan cairan, keluaran urine, kelembaban mem-
c. Faktor yang berhubungan
1) Fisiologis C brane mukosa, asupan makanan meningkat.
2) Edema, dehidrasi, asites, konfusi menurun.

E
a) Inflamasi gastrointestinal. 3) Tekanan darah, denyut nadi radial, tekanan arteri
b) Iritasi gastrointestinal. rata-rata, membrane mukosa, mata cekung, turgor
kulit, berat badan membaik.
c) Proses infeksi.
d) Malabsorpsi.
T
A
152 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 153
K
N
b. Intervensi keperawatan dan rasional: A vii. Monitor kecepatan infus secara ketat
1) Manajemen Hipervolemia Rasional: Memastikan cairan IV yang masuk se-
a) Observasi S suai kebutuhan pasien.

i. Periksa tanda dan gejala hypervolemia (mi- viii. Monitor efek samping diuretik
salnya Ortopnea, dispnea, edema, JVP/CVP K Rasional: Mengetahui adanya efek samping di-
meningkat, reflex hepatojugular positif, suara uretic pada pasien.


napas tambahan.
Rasional: Mengetahui adanya tanda dan gejala
A b) Terapeutik
i. Timbang berat badan setiap hari pada waktu
hypervolemia pada pasien.
ii. Identifikasi penyebab hipervolemia
H yang sama
Rasional: Mengetahui adanya penambahan atau
Rasional: Mengetahui penyebab hypervolemia pengurangan berat badan pasien.
pada pasien. ii. Batasi asupan cairan dan garam
iii. Monitor status hemodinamik (misalnya fre-
kuensi jantung, tekanan darah, MAP, CVP,
S Rasional: Mengurangi asupan cairan dan garam
agar keseimbangan cairan kembali normal.


PAP, PCWP, CO,CI), jika tersedia.
Rasional: Mengetahui status hemodinamik
I iii. Tinggikan kepala tempat tidur 30-400
Rasional: Mempertahankan kenyamanan, me-

A
pada pasien.
ningkatkan ekspansi paru, dan memaksimalkan
iv. Monitor input dan output cairan (misalnya jum- oksigenasi pasien.

P
lah dan karakteristik)
c) Edukasi
Rasional: Mengetahui keseimbangan cairan
i. Anjurkan melapor jika haluran urine <0,5 mL/kg/
pasien.
jam dalam 6 jam
v. Monitor tanda hemokonsentrasi (misalnya kadar
Rasional: Agar haluaran urine pasien tetap ter-
natrium, BUN, hematokrit, berat jenis urine).
Rasional: Mengetahui adanya tanda hemokon- C pantau sehingga perfusi renal, kecukupan peng-
gantian cairan dan kebutuhan serta status cairan
sentrasi pada pasien. pasien dapat segera ditangani jika terjadi ketidak-
vi. Monitor tanda peningkatan onkotik plasma (mi- E seimbangan.
salnya kadar protein dan albumin meningkat. ii. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg
Rasional: Mengetahui tanda peningkatan onkotik T dalam sehari
plasma pada pasien.
A
154 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 155
K
N
Rasional: Agar BB pasien tetap terpantau se- A 2) Pemantauan cairan
hingga, kecukupan penggantian cairan dan ke- a) Observasi
butuhan serta status cairan pasien dapat segera
ditangani jika terjadi ketidakseimbangan.
S i. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Rasional: Mengetahui frekuensi dan kekuatan
iii. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan
dan haluaran cairan
K nadi pasien.
ii. Monitor frekuensi napas
Rasional: Agar pasien dapat mengetahui cara
mengukur dan mencatat asupan dan haluaran
A Rasional: Mengetahui frekuensi napas pasien.
iii. Monitor tekanan darah
H
cairannya secara mandiri.
iv. Ajarkan cara membatasi cairan Rasional: Mengetahui tekanan darah pasien.

Rasional: Agar pasien dapat mengontrol intake iv. Monitor berat badan
dan output cairan secara mandiri. Rasional: Mengetahui berat badan pasien.

S
d) Kolaborasi v. Monitor waktu pengisian kapiler
i. Kolaborasi pemberian diuretik Rasional: Mengetahui waktu pengisian kapiler
pasien.
Rasional: Membantu mengeluarkan kelebihan
garam dan air dalam tubuh melalui urine. I vi. Monitor elastisitas atau turgor kulit

A
ii. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium aki- Rasional: Mengetahui elastisitas atau turgor kulit
bat diuretik pasien.

P
Rasional: Mengembalikan konsentrasi kalium vii. Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
dalam tubuh. Rasional: Mengetahui karakteristik urine pasien
iii. Kolaborasi pemberian Continuous Renal viii. Monitor kadar albumin dan protein total
Replacement Therapy (CRRT), jika perlu
Rasional: Mengetahui kadar albumin dan protein
Rasional: Mengatur kesimbangan cairan pasien
C
total pasien.
dan membantu kerja ginjal.
ix. Monitor hasil pemeriksaan serum (misalnya os-
molaritas serum, hematokrit, natrium, kalium,
E BUN)
Rasional: Mengetahui hasil pemeriksaan serum
T pasien.

A
156 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 157
K
N
x. Monitor intake dan output cairan A b) Terapeutik
Rasional: Mengetahui intake dan output cairan i. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
pasien S kondisi pasien
xi. Monitor tanda-tanda hypovolemia, seperti pe- Rasional: Mengetahui perkembangan kondisi
ningkatan frekuensi nadi, nadi teraba lemah,
penurunan tekanan darah, penyempitan tekanan
K pasien.
ii. Dokumentasikan hasil pemantauan
nadi, turgor kulit menurun, membrane mukosa
kering, penurunan volume urine, peningkatan he-
A Rasional: Mengetahui fokus keperawatan dan
mengevaluasi hasil keperawatan serta sebagai

H
matokrit, haus, lemah, peningkatan konsentrasi
tanggung gugat perawat.
urine, dan penurunan berat badan dalam waktu
c) Edukasi
singkat.
i. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Rasional: Mengetahui adanya tanda-tanda hypo-
volemia pada pasien. Rasional: Memberikan informasi kepada pasien

xii. Identifikasi tanda-tanda hypervolemia (misalnya S dan keluarga terkait tindakan yang akan diberi-
kan.
dispnea, edema perifer, edema anasarca, JVP
meningkat, CVP meningkat, reflex hepatojugular
positif, berat badan menurun dalam waktu sing-
I ii. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien dan


kat)
Rasional: Mengetahui adanya tanda-tanda hyper-
A keluarga mengenai kondisi terkait masalah ke-
sehatannya.
volemia pada pasien.
xiii. Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cair-
P Masalah 2 : Hipovolemia
Luaran utama : Status Cairan
an (misalnya prosedur pembedahan mayor, trau-
a. Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria):
ma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi
intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal Kondisi volume cairan intravaskuler, interstitial, dan/
dan kelenjar, disfungsi intestinal). C atau intraseluler membaik dibuktikan dengan kriteria
hasil:
Rasional: Mengetahui faktor risiko ketidakseim-
bangan cairan pasien. E 1) Kekuatan nadi, turgor kulit, output urine, pengisian
vena meningkat.

T 2) Berat badan, perasaan lemah, keluhan haus, kon-


sentrasi urine menurun.

A
158 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 159
K
N
3) Frekuensi nadi, tekanan darah, tekanan nadi, mem- A 3) Edukasi
brane mukosa, kadar ht, intake cairan, status men- a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
tal, suhu tubuh membaik.
S Rasional: Untuk mempertahankan keseimbangan
b. Intervensi keperawatan dan rasional: cairan.
Manajemen hipovolemia K b) Anjurkan menghindari perubahan posisi menda-
1) Observasi dak
a) Periksa tanda dan gejala hypovolemia (misalnya A Rasional: Untuk mempertahankan keamanan
dan kenyamanan pasien.
peningkatan frekuensi nadi, nadi teraba lemah,
penurunan tekanan darah, penurunan turgor ku-
lit, tekanan nadi menyempit, membrane mukosa
H 4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (misal-
kering, penurunan volume urine, peningkatan nya NaCL, RL)
hematocrit, haus, dan lemah).
Rasional: Pemberian cairan IV isotonis (misalnya
Rasional: Mengetahui adanya tanda dan gejala
hypovolemia pada pasien. S NaCL, RL) sesuai kebutuhan pasien.
b) Kolaborasi pemberian cairan IV Hipotonis (misal-

I
b) Monitor intake dan output cairan nya glukosa 2,5%, NaCl 0,4%
Rasional: Mengetahui keseimbangan cairan pada Rasional: Pemberian cairan IV Hipotonis (misal-

A
pasien. nya glukosa 2,5%, NaCl 0,4% sesuai kebutuhan
2) Terapeutik pasien
a) Hitung kebutuhan cairan
Rasional: Mengetahui kadar cairan yang dibutuh-
P c) Kolaborasi pemberian cairan koloid (misalnya al-
bumin, plasmanate)
kan pasien secara adekuat. Rasional: Pemberian cairan koloid sesuai kebu-
c) Berikan posisi modified trendelenburg tuhan pasien.

C
Rasional: Agar aliran darah balik kejantung lebih d) Kolaborasi pemberian produk darah
besar sehingga tekanan darah meningkat. Rasional: Pemberian produk darah sesuai kebu-
tuhan pasien.
E
d) Berikan asupan cairan oral
Rasional: Agar intake cairan terjaga sehingga ke-
seimbangan cairan kembali normal.
T
A
160 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 161
K
N
Manajemen syok hipovolemik A Rasional: Agar kebutuhan oksigen di jaringan ter-
1) Observasi penuhi secara adekuat.

a) Manajemen status kardiopulmonal (frekuensi dan S c) Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika
perlu
kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP)
Rasional: Mengetahui status kardiopulmonal K Rasional: Mempertahankan dan menjaga kebutu-
han oksigenasi pasien agar tetap terpenuhi.
pasien.
b) Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD) A d) Lakukan penekanan langsung (direct pressure)
pada perdarahan eksternal
Rasional: Mengetahui status oksigenasi pasien.
c) Monitor status cairan (masukan dan haluaran, H Rasional: Menghentikan perdarahan/pendarahan.
e) Berikan posisi syok (modified trendelenberg)
turgor kulit, CRT)
Rasional: Mengetahui status cairan pasien. Rasional: Meningkatkan aliran darah balik kejan-
tung sehingga tekanan darah meningkat.
d) Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil
Rasional: Mengetahui tingkat kesadaran dan res- S f) Pasang jalur IV kateter berukuran besar (misal-
nya nomor 14 atau 16)
pon pupil.
e) Periksa selurh permukaan tubuh terhadap adanya I Rasional: Memberikan intake cairan melalui IV
secara adekuat.
DOTS (deformity/deformitas, open wound/luka
terbuka, tenderness/nyeri tekan, swelling/beng-
kak)
A g) Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin
Rasional: Mengetahui karakteristik urine untuk
Rasional: Mengetahui adanya DOTS (deformity/
deformitas, open wound/luka terbuka, tender-
P menilai status cairan pasein.
h) Pasang selang nasogastric untuk dekompresi
ness/nyeri tekan, swelling/bengkak) pada tubuh lambung
pasien. Rasional: Membantu pemenuhan intake cairan

C
2) Terapeutik dan nutrisi pasien melalui oral.
a) Pertahankan jalan napas paten i) Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
Rasional: Agar aliran oksigen tetap adekuat.
b) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
E Rasional: Mengetahui status cairan dan elektorlit
pada pasien dan sebagai bahan evaluasi untuk
T
oksigen >94%
pemberian tindakan asuhan keperawatan selan-
jutnya.
A
162 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 163
K
N
3) Kolaborasi A infeksi, malabsorpsi, ansietas, stress, efek obat-
a) Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2 obatan, pemberian botol susu)
L pada dewasa S Rasional: Mengetahui penyebab diare pada
pasien.
Rasional: Mempertahankan keseimbangan cairan
yang sesuai kebutuhan pasien. K b) Identifikasi riwayat pemberian makanan
b) Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 Rasional: Mengetahui adanya jenis makanan yang


mL/kg/BB pada anak
Rasional: Mempertahankan keseimbangan cairan
A menyebabkan terjadinya diare pada pasien.
c) Identifikasi gejala invaginasi (misalnya tangisan
yang sesuai kebutuhan pada pasien anak.
c) Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
H
keras, kepucatan pada bayi)
Rasional: Mengetahui adanya gejala invaginasi
Rasional: Mempertahankan keseimbangan cairan pada pasien anak.
dan pemberian transfuse darah sesuai kebutuhan d) Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsis-
pasien.
Masalah 3 : Diare
S
tensi tinja
Rasional: Mengetahui karakteristik feses pasien
Luaran Utama : Eliminasi fekal
I dan bahan evaluasi.
e) Monitor tanda dan gejala hypovolemia (misalnya
a. Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):

A
takikardia, nadi teraba lemah, tekanan darah tu-
Proses defekasi normal yang disertai dengan pengelu- run, turgor kulit turun, mukosa mulut kering, CRT
aran feses mudah dan konsistensi, frekuensi serta ben- melambat, BB menurun)
tuk feses normal dengan kriteria hasil:
1) Kontrol pengeluaran feses meningkat.
P Rasional: Mengetahui adanya tanda dan gejala
hypovolemia pada pasien.
2) Urgenscy, nyeri abdomen, kram abdomen menurun f) Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah peri-
3) Konsistensi feses, frekuensi defekasi, peristaltic usus anal
membaik.
C Rasional: Mengetahui adanya iritasi dan ulserasi
b. Intervensi keperawatan dan rasional: kulit di daerah perianal.
Manajemen Diare E g) Monitor jumlah pengeluaran diare
1) Observasi Rasional: Mengetahui jumlah pengeluaran diare
a) Identifikasi penyebab diare (misalnya inflamasi T pada pasien.
gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses
A
164 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 165
K
N
h) Monitor keamanan penyiapan makanan A Rasional: Agar asupan makanan yang dibutuh-
Rasional: Memastikan pemberian makanan se- kan tubuh tetap terjaga.
suai kebutuhan pasien. S b) Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas,
pedas, dan mengandung laktosa
2) Terapeutik
a) Berikan asupan cairan oral (misalnya larutan ga- K Rasional: Menghindari makanan-makanan yang
dapat mengakibatkan diare berlanjut.
ram gula, oralit, pedialyte, renalyte)
Rasional: Mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit pasien.
A c) Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Rasional: Agar Intake pada anak tetap adekuat.
b) Pasang jalur intravena H 4) Kolaborasi
Rasional: Memberikan terapi cairan melalui IV a) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (misal-
pada pasien. nya loperamide, difenoksilat)
c) Berikan cairan intravena (misalnya ringer asetat, Rasional: Pemberian obat antimotilitas (misal-


ringer laktat), jika perlu
Rasional: Mempertahankan keseimbangan cairan
S nya loperamide, difenoksilat) sesuai kebutuhan
pasien.
dan elektrolit pasien.
d) Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
I b) Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/spas-
molitik (misalnya papverin, ekstrak belladonna,

A
lengkap dan elektrolit mebeverine)

Rasional: Mengetahui status cairan dan elektorlit Rasional: Pemberian obat antispasmodic/spas-

P
pada pasien dan sebagai bahan evaluasi untuk molitik (misalnya papverin, ekstrak belladonna,
pemberian tindakan asuhan keperawatan selan- mebeverine) sesuai kebutuhan pasien.
jutnya. c) Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mi-
e) Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu salnya atapulgit, smekitit, kaolin-pektin)
Rasional: Pemberian obat pengeras feses (misal-
C
Rasional: Mengetahui status cairan dan elektorlit
pada pasien dan sebagai bahan evaluasi untuk nya atapulgit, smekitit, kaolin-pektin) sesuai ke-
pemberian tindakan asuhan keperawatan selan- butuhan pasien.
jutnya. E
3) Edukasi
a) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara T
bertahap
A
166 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 167
K
N
Pemantauan Cairan A j) Monitor intake dan output cairan
1) Observasi Rasional: Mengetahui intake dan output cairan
a) Monitor frekuensi dan kekuatan nadi S pasien.

Rasional: Mengetahui frekuensi dan kekuatan k) Monitor tanda-tanda hypovolemia (misalnya


nadi pasien. K frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi menyem-
b) Monitor frekuensi napas
Rasional: Mengetahui frekuensi napas pasien. A pit, turgor kulit menurun, membrane mukosa
kering, volume urine menurun, hematokrit me-
c) Monitor tekanan darah
H
ningkat, haus, lemah, konsentrasi urine mening-
Rasional: Mengetahui tekanan darah pasien. kat, berat badan menurun dalam waktu singkat)
d) Monitor berat badan Rasional: Mengetahui adanya tanda-tanda hypo-
Rasional: Mengetahui berat badan pasien. volemia pada pasien.
l) Identifikasi tanda-tanda hypervolemia (misalnya
S
e) Monitor waktu pengisian kapiler
dispnea, edema perifer, edema anasarca, JVP
Rasional: Mengetahui waktu pengisian kapiler
meningkat, CVP meningkat, reflex hepatojugular
pasien.
f) Monitor elastisitas atau turgor kulit I positif, berat badan menurun dalam waktu sing-
kat)

A
Rasional: Mengetahui elastisitas atau turgor kulit
Rasional: Mengetahui adanya tanda-tanda hyper-
pasien.
volemia pada pasien.

P
g) Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
m) Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cair-
Rasional: Mengetahui karakteristik urine pasien. an (misalnya prosedur pembedahan mayor, trau-
h) Monitor kadar albumin dan protein total ma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi
Rasional: Mengetahui kadar albumin dan protein intestinal, peradangan pancreas, penyakit ginjal
dan kelenjar, disfungsi intestinal)
C
total pasien.
i) Monitor hasil pemeriksaan serum (misalnya os- Rasional: Mengetahui factor risiko ketidakseim-
molaritas serum, hematokrit, natrium, kalium, bangan cairan pasien.
BUN) E
Rasional: Mengetahui hasil pemeriksaan serum
pasien. T
A
168 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 169
K
N
2) Terapeutik A
a) Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien S
BAB
8
Rasional: Mengetahui perkembangan kondisi
pasien. K MANAJEMEN NYERI
b) Dokumentasikan hasil pemantauan
Rasional: Mengetahui fokus keperawatan dan
mengevaluasi hasil keperawatan serta sebagai
A
tanggung gugat perawat.
3) Edukasi
H
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Rasional: Memberikan informasi kepada pasien A. Pendahuluan
dan keluarga terkait tindakan yang akan diberi-
kan.
S Kebutuhan rasa nyaman merupakan salah satu kebutu-
han dasar manusia yang harus dipenuhi. Rasa nyaman sebagai
b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien dan
I suatu kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan akan ke-
tentraman, kepuasan, kelegaan, ketenangan psikologis, serta
keluarga.
A terbebas dari adanya rasa sakit/nyeri. (Kozier & Erb’s, 2015).
Gangguan kebutuhan kenyamanan karena adanya nyeri me-

P miliki dampak besar pada pasien. Dampak yang dapat terjadi


tidak hanya pada kondisi fisik, melainkan dapat pula berpe-
ngaruh terhadap kesehatan mental, kualitas hidup, serta biaya
perawatan. Nyeri bersifat subyektif dan dipersepsikan individu
berdasarkan pengalamannya. The International Association
C for the Study of Pain dan World Health Organization mendefi-
nisikan nyeri sebagai pengalaman sensorik dan emosional

E yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan


baik yang bersifat aktual maupun potensial, atau digambar-

T kan dalam bentuk kerusakan tersebut (IASP, 2012).

A
170 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 171
K
N
Nyeri dianggap sebagai masalah klinis, sosial, dan eko- A Indonesia sebagai negara berkembang belum memiliki data
nomi utama dalam komunitas di seluruh dunia (Henschke, keseluruhan mengenai keluhan nyeri, namun diperkirakan
Kamper & Maher, 2015). Adanya keluhan nyeri yang dira-
sakan menyebabkan seseorang mencari perawatan kesehat-
S sekitar 5% dari penduduk Indonesia atau sekitar 12,7 juta jiwa
mengalami nyeri akibat kanker (WHO, 2014).
an dan merupakan salah satu masalah utama yang dialami
pasien selama dirawat di rumah sakit. Gejala ini sangat sering K Penelitian yang dilakukan oleh Germossa, Hellesø, &
Sjetne, (2019) pada 845 pasien menunjukkan gangguan
dan bervariasi dalam intensitas sesuai dengan patologi yang
mendasarinya (Erazo-Muñoz & Colmenares-Mejía, 2018). A nyeri rata-rata dengan fungsi fisik dan emosional umumnya
berkurang setelah dilakukan manajemen nyeri selama pe-
Studi menunjukkan bahwa 20% lansia dirawat di rumah rawatan. Perawat dapat melakukan perawatan nyeri meng-
sakit memiliki rasa sakit sedang hingga berat. (Deng, Patel,
Miaskowski, Maravilla, Schear, Garrigues & Ritchie, 2018)
H gunakan intervensi keperawatan baik tindakan mandiri mau-
pun tindakan kolaboratif dengan pendekatan farmakologi dan
dan 10% hingga 50% pasien rawat inap dewasa mengalami pendekatan non farmakologi (Saifullah, 2015). Pemberian
nyeri sedang hingga berat, hal tersebut memiliki dampak analgesic opioid melalui intravena menunjukkan intensitas

S
negatif pada tingkat yang berbeda (Fabbian, De Giorgi, Pala, nyeri yang lebih rendah dan peningkatan kualitas perawatan
Mallozzi, Gallerani, & Manfredini, (2014). dalam manajemen nyeri yang dirasakan oleh pasien (Muntlin,
Pasien pascabedah memiliki prevalensi nyeri yang lebih
besar dibandingkan dengan pasien non-bedah (Erazo-Muñoz, I Carlsson, Säfwenberg, & Gunningberg, 2011).
Tindakan menurunkan nyeri dengan pendekatan non-
& Colmenares-Mejía, 2018). Data World Health Organization,
(2015) menunjukkan jumlah pasien nyeri akibat prosedur A farmakologi dapat dilakukan perawat secara mandiri dengan
menggunakan pertimbangan dan keputusannya sendiri un-
pembedahan meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2011 tuk memenuhi kebutuhan dasar manusia (Bagun & Nur’aeni,
terdapat 140 juta pasien atau sekitar 1,9% di seluruh dunia,
meningkat sebanyak 0,3% pada tahun 2012 menjadi 148 juta
P 2013). Tindakan mandiri keperawatan yang dapat dilakukan
berupan pemberian kompres dingin serta beberapa jenis tin-
pasien atau sekitar 2,1%. Menurut Fabbian, Giorgi, Palam, dakan relaksasi. Indriyani, Hayati, dan Chodidjah, (2013)
Menegatti, Gallerani & Manfredini (2014), penyakit yang dalam penelitiannya didapatkan bawah tindakan melakukan
signifikan menyebabkan nyeri sedang hingga berat adalah
kanker, penyakit muskuloskeletal, penyakit empedu, serta C kompres dingin dapat menurunkan tingkat nyeri pada saat
melakukan prosedur pemasangan infus pada anak usia seko-
penyakit usus. Estimasi prevalensi nyeri kronis di Inggris
E
lah. Tindakan kompres dingin ini juga dapat menurunkan
sekitar 43% atau setara dengan 28 juta jiwa. Prevalensi nyeri intensitas nyeri pada pasien fraktur (Purnamasari, 2014).
kronis terus meningkat sejalan dengan peningkatan usia Teknik relaksasi dijelaskan oleh Patasik, Tangka, dan Rottie,
dan mempengaruhi hingga 62% dari populasi di atas usia 75
tahun (Fayaz, Croft, Langford, Donaldson, & Jones, 2016).
T (2013) dalam penelitiannya yang mendapatkan hasil bahwa
pelaksanaan teknik relaksasi napas dalam dan guide imagery

A
172 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 173
K
N
yang dilakukan sesui SOP dapat menurunkan tingkat nyeri A pasien. Dalam perkembangan dunia kedokteran juga, para
pada pasien sectio caesaria. Tindakan lainnya yang dapat peneliti dalam bidang kesehatan bersatu dan mengupa-
dilakukan adalah memberikan massage atau pijatan pung-
gung. Tindakan ini efektif menurunkan skala nyeri kepala
S yakan jika manajemen nyeri adalah prioritas yang penting
dalam sistem perawatan kesehatan (Taylor, 2011).
pasa pasien hipertensi (Purwandari, 2018).
Nyeri secara serius jika tidak ditangani dapat menyebab-
K Nyeri merupakan suatu masalah yang sangat kompleks
dan sulit dipahami dan bersifat universal. Nyeri merupa-
kan ketidakmampuan dan imobilisasi pada individu, sehingga
kondisi tersebut akan merusak kemampuan individu untuk A kan bentuk mekanisme pertahanan tubuh manusia yang
mengindikasikan orang tersebut mengalami sebuah ma-
melakukan aktivitas. Nyeri yang tidak hilang dapat mening- salah. Nyeri hadir saat seseorang mengatakan bahwa ia
katkan morbiditas pasca operasi, memperpanjang pemulihan, H merasakan kesakitan meski tanpa penyebab spesifik pe-
dan memperpanjang masa perawatan. Selain itu adanya nyeri nyebab nyeri itu muncul. Seorang perawatan harus mam-
yang dirasakan oleh pasien juga dapat mengurangi aktivitas pun mengandalkan deskripsi rasa nyeri yang diungkapkan
fisik, menurunkan fungsi kekebalan tubuh, serta dapat me- pasien karena merupakan gejala subjektif yang hanya
nyebabkan gangguan tidur sehingga pengetahuan mengenai
kebutuhan kenyamanan sangat diperlukan dalam melakukan
S dapat di identifikasi oleh pasien yang menggambarkannya
(Taylor, 2011).
perawatan terhadap pasien.
I 2. Jenis-Jenis Nyeri
Taylor (2011) melakukan pembagian jenis nyeri berdasar-
B. Konsep Dasar Kebutuhan Manajemen
Nyeri A kan waktu, lokasi, mode transmisi, dan berdasarkan pe-
nyebab. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Definisi Kebutuhan Dasar Kenyamanan
Kebutuhan dasar kenyamanan sering dikaitkan dengan
P a. Berdasarkan Waktu
1) Nyeri Akut
respons nyeri yang dirasakan pasien yang dapat mempe- Umumnya muncul secara tiba-tiba dan cepat dan
ngaruhi status kenyamanan pasien. Persepsi dari rasa nyeri dalam bentuk yang bervariasi dengan intensitas dari

C
yang timbul juga berbeda antar pasien dengan berbagai ringan hingga berat. Nyeri akut bersifat protektif
ragam penyebab, sehingga membutuhakan kemampuan yakni memperingatkan individu terkait kerusakan
yang khusus dari perawat untuk mengatasi/meminimalkan jaringan atau penyakit organik. Biasanya setelah
nyeri yang dirasakan pasien. Hal terpenting yang harus E penyebab mendasar hilang, nyeri akut juga akan
diketahui yakni keyakinan perawat terhadap rasa nyeri menghilang.
yang dirasakan oleh pasien adalah hal yang nyata sehing-
ga dibutuhkan manajemen nyeri yang efektif untuk setiap
T
A
174 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 175
K
N
2) Nyeri Kronik A tubuh tetapi dirasakan didaerah yang jauh dari titik
Nyeri kronik umumnya bersifat terbatas, intermiten asalnya. Biasanya disebut sebagai nyeri yang dirujuk.
atau persisten tetapi berlangsung melampaui batas
periode penyembuhan yang normal. Nyeri kronis
S d. Berdasarkan penyebab
Nyeri juga dapat diklasifikasikan berdasarkan penye-
merupakan serangan tiba-tiba atau lambat dari in-
tensitas ringan hingga berat dengan akhir yang di
K babnya yang sangat bervariasi seperti:
1) Nyeri neuropatik
antisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan.
Pada nyeri kronis terkadang pasien akan kesulitan A Nyeri yang terjadi akibat cedera atau fungsi abnor-
menggambarkan rasa nyeri yang dirasakan karena mal pada sistem saraf pusat atau sistem saraf peri-
mungkin tidak terlokalisasi dengan baik. H fer. Nyeri neuropatik biasanya berlangsung singkat
ataupun lama dan seringkali digambarkan seperti
b. Berdasarkan Lokasi Nyeri
rasa terbakar dan tertusuk-tusuk.
1) Nyeri Kulit (nyeri superfisial)
2) Nyeri phantom (nyeri hantu)
Biasanya melibatkan kulit atau jaringan subkutan.
Biasanya terasa tajam, dan sensasi terbakar. S Nyeri yang biasa timbul pada pasien yang diamputa-
si dimana reseptor dan saraf yang sudah tidak ada
2) Nyeri Somatik
Nyeri yang menyebar yang biasanya berasal dari I namun masih dapat dirasakan oleh pasien. Nyeri ini
juga biasa disebut sebagai Phantom Limb Pain dan
tendon, ligament, tulang, pembuluh darah, dan tanpa menunjukkan substansi fisilogia maupun pa-
saraf. Seperti tekanan yang kuat pada tulang atau A tologis. Suatu teori menyatakan jika penggambaran
kerusakan jaringan yang terjadi pada kasus keseleo sensorik dari anggota tubuh yang hilang masih tetap
yang menyebabkan nyeri somatik yang mendalam.
3) Nyeri Visceral
P tersimpan di dalam otak sehingga menyebabkan
nyeri phantom.
Nyeri ini kurang terlokalisasi dan berasal dari organ 3. Pengukuran Derajat dan Skala Nyeri
tubuh seperi thorax, cranium dan perut. Nyeri ini Hasil pengujuran derajat nyeri yang diperoleh saat
dapat terjadi karena organ yang meregang secara
tidak normal menyebabkan pelebaran, iskemik dan
C melakukan pengukuran secara mandiri dapat dipengaruhi
oleh subyektifitas pasien akibat adanya pengaruh faktor

E
peradangan. fisiologi, psikologis, dan lingkungan. Beberapa kondisi
c. Berdasarkan mode transmisi pasien yang tidak memungkinkan dilakukan penilaian se-

T
Nyeri juga dapat diklasifikasikan berdasarkan mode cara mandiri seperti pada pasien yang mengalami gang-
transmisi. Seperti nyeri dapat berasal dari satu bagian guan kesadaran, gangguan kognitif dan pasien pediatrik

A
176 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 177
K
N
dapat dilakukan cara penilaian nyeri yang lain (Mardana & A ke atas, namun kurang bermanfaat untuk pasien pasca
Arysa, 2017) bedah karena memerlukan kemampuan konsentrasi.
Mangku dan Senapathi, (2010) menuliskan cara sederha- S
na untuk menilai nyeri secara kualitatif, meliputi:

K
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a. Nyeri ringan dapat diidentifikasi sebagai nyeri yang hi-
lang timbul saat melakukan aktivitas sehari-hari namun
tidak dirasakan pada saat tidur.
A NOPAIN Annoying
(mild)
Uncomfortable
(moderate)
Horrible
(servere)
W
O
R
b. Nyeri sedang diidentifiksi dengan tanda mengalami
nyeri yang terus menerus hingga mengganggu aktivitas
dan hanya hilang saat pasien tidur.
H S
T

c. Nyeri berat adalah nyeri yang dapat dirasakan sepan- Gambar 8.1: Visual Analog Scale
jang hari yang menyebabkan pasien tidak bisa tidur, Sumber:http://www.indianjpain.org/viewimage.asp?img=IndianJPain_2015_29_
1_32_145942_f2.jpg diunduh 2020
atau sering terjaga karena nyeri timbul pada saat pasien
tidur. S b. Verbal Rating Scale (VRS)
Pengukuran skala nyeri dapat dilakukan secara mandiri
baik melalui penilaian tunggal dengan menggunakan skala
I Verbal Rating Scale merupakan skala penilaian nyeri
0-10 yang dapat digunakan pada pasien pascabedah

A
pengukuran nyeri maupun penilaian multidimensi menggu- karena penilaian skala secara verbal sehingga tidak ter-
nakan kuesioner pengukuran nyeri. Penilaian nyeri meng- lalu memerlukan koodinasi visual dan motorik. Skala
gunakan skala tunggal meliputi visual analog scale (VAS), yang digunakan dapat berupa tidak nyeri, nyeri sedang,
verbal rating scale (VRS), numeric rating scale (NRS), dan
Wong Baker Pain Rating Scale (Yudianta, 2015).
P dan nyeri berat, atau menggunakan skala penurunan
nyeri dengan pernyataan nyeri tidak berkurang, sedikit
a. Visual Analog Scale (VAS) berkurang, cukup berkurang atau nyeri hilang.

Visual Analog Scale merupakan skala penialaian nyeri


yang mudah. Rentang nyeri dapat dibuat pada garis
sepanjang 10 cm secara vertical atau horizontal dengan
C
memberikan tanda tidak ada nyeri di ujung satu dan
diujung lainnya merupakan rasa nyeri yang terparah.
E NO
PAIN
MILD
PAIN
MODERATE
PAIN
SEVERE
PAIN
VERY
SEVERE
PAIN
WORST
POSSIBLE
PAIN

Penilaian ini dapat digunakan pada anak usia 8 tahun


T Gambar 8.2: Verbal Rating Scale
Sumber:https://i0.wp.com/images-prod.healthline.com/hlcmsresource/
images/3667-pain-scales-verbal-1296x728-body.jpg?w=1155&h=619

A
178 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 179
K
N
c. Numeric Rating Scale (NRS) A 4. Proses Terjadinya Nyeri
Penilaian nyeri menggunakan NRS dapat dilakukan un- Mekanisme terjadinya nyeri melewati 4 tahap yakni:
tuk menilai nyeri akut namun sedikitnya pilihan kata S Transduksi, Transmisi, Persepsi dan Modulasi Nyeri
untuk menggambarkan perasaan nyeri menyulitkan (Lewis, Heitkemper, O’Brien, & Bucher, 2007 dalam Taylor,
penialain tingkat nyeri secara lebih teliti dan terdapat
jarak yang sama antar kata yang menggambarkan efek
K 2011).
a. Transduksi
obat anti nyeri.
A Aktivasi reseptor rasa sakit disebut sebagai transduksi
melalui rangsangan yang menyakitkan menyebabkan

H impuls listrik yang bergerak dari perifer ke sumsum tu-


lang belakang di dorsal horn. Serat saraf perifer yang
mengirimkan rasa sakit disebut nosiseptor. Selain itu,
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ketika ada jaringan yang terluka, dapat melepaskan ba-
No Moderate Worst
han kimia yang merangsang atau mengaktifkan ujung
S
pain pain possible
pain
saraf. Misalnya, sel yang rusak melepaskan histamin,
yang merangsang ujung saraf. Zat lain juga dilepaskan
Gambar 8.3: Numeric Rating Scale
Sumber:https://www.physio-pedia.com/images/4/47/NRS_pain.jpg I yang merangsang nosiseptor atau reseptor rasa sakit.
Ini termasuk bradykinin, prostaglandin, dan subtansi
d. Wong Baker Pain Rating Scale
Wong Baker Pain Rating Scale adalah penilaian nyeri
A P:
1) Bradykinin
menggunakan analogi ekspresi wajah. Peniaian ini
dapat digunakan pada anak usia lebih dari 3 tahun dan P Merupakan Vasodilator kuat yang meningkatkan
permeabilitas kapiler dan menyempitkan otot po-
usia dewasa yang tidak dapat menggambarkan pe-
los, Ini juga memicu pelepasan histamin dan, dalam
nilaian nyeri menggunakan angka.
kombinasi dengan itu, menghasilkan kemerahan,
pembengkakan, dan rasa sakit yang biasanya dia-
C mati ketika peradangan muncul.
2) Prostaglandin adalah zat mirip hormon yang me-

0 2 4 6 8 10
E ngirim rangsangan nyeri tambahan ke SSP.
NO HURT HURTS HURTS HURTS HURTS HURTS
3) Substansi P menyensor reseptor pada saraf untuk
T
LITTLE BIT LITTLE MORE EVEN MORE WHOLE LOT WORST

merasakan sakit dan juga meningkatkan kecepatan


Gambar 8.4: Wong Baker Pain Rating Scale
Sumber: https://pbs.twimg.com/media/CgmUojCVEAAR1ok.jpg saraf.

A
180 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 181
K
N
b. Transmisi A perti morfin di sumsum tulang belakang dan otak, yang
Sensasi nyeri dari tempat cedera atau peradangan me- memiliki aktivitas analgesik dan mengubah persepsi
lalui jalur ke sumsum tulang belakang dan kemudian S nyeri. Senyawa opioid endogen ini diyakini menghasil-
kan efek analgesiknya dengan mengikat reseptor dan
ke sistem saraf pusat yang lebih tinggi. Proses keselu-
ruhan dikenal sebagai transmisi.
K menghalangi pelepasan atau produksi zat yang men-
trasmisikan rasa sakit. Endorfin dan enkephalin adalah
Impuls sensorik menuju medulla spinalis melalui gang-
neuromodulator opioid. Endorfin diproduksi di sinapsis
lion akar dorsal ke dorsal horn medula spinalis. Pada ti-
tik ini, impuls saraf sensoris bersinapsis dengan neuron
A saraf di berbagai titik di sepanjang jalur CNS. Mereka
adalah bahan kimia penghilang rasa sakit yang kuat.
motorik, dan impuls tersebut melalui jalur saraf eferen
kembali ke lokasi stimulus nyeri sehingga muncul ge- H Endorfin dapat dilepaskan ketika tindakan tertentu di-
gunakan untuk menghilangkan rasa sakit, seperti teknik
rakan reflex untuk menghindarkan diri dari penyebab.
stimulasi dan relaksasi kulit, dan ketika obat penghilang
c. Persepsi rasa sakit tertentu digunakan.
Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman
nyeri. Persepsi merupakan hasil dari interaksi proses S 5. Gate Control Theory
Teorinya menyatakan itu terdapat serat saraf, yang ber-
transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis dan
karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah I diameter kecil, melakukan rangsangan nyeri rangsang
ke otak, tetapi serat saraf dengan diameter besar dapat
organ tubuh yang berfungsi menerima rangsangan
nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor
nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang bere-
A menghambat transmisi impuls nyeri dari sumsum tulang
belakang ke otak. Tindakan keperawatan, seperti pijatan
atau kompres hangat ke daerah punggung yang sakit dapat
spon hanya terhadap stimulus kuat yang secara poten-
sial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nociseptor.
P merangsang serat saraf besar untuk menutup gerbang,
sehingga menghalangi impuls nyeri dari daerah tersebut,
Secara anatomis, reseptor nyeri (Nociseptor) ada yang
(Taylor, 2011).
bermiyelin ada juga yang tidak bermiyelin dari saraf af-
ferent (Tamsuri, 2006 dalam Bahrudin, 2017). 6. Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Persepsi Nyeri

d. Modulasi Nyeri C Seseorang mempersepsikan nyeri dipengaruhi oleh beber-


apa faktor, diantaranya (Mubarak et al, 2015):
Proses dimana sensasi rasa sakit terhambat atau di-
modifikasi disebut sebagai modulasi. Sensasi rasa sakit E a. Budaya
tampaknya diatur atau dimodifikasi oleh zat yang dise- Norma budaya menentukan sebagian besar perilaku,
but neuromodulator. Neuromodulator ini adalah senya- T sikap, dan nilai-nilai kita sehari-hari. Oleh karena
wa opioid endogen, yang berasal dari dalam tubuh se-
A
182 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 183
K
N
itu, wajar jika budaya memengaruhi respons individu A kan dengan orang yang belum memiliki pengalaman
terhadap rasa sakit. nyeri.
b. Tahap perkembangan S e. Kecemasan
Usia dapat mempengaruhi reaksi seseorang terhadap Kecemasan yang dialami seseorang dapat memperberat
nyeri. Usia dewasa lebih mampu mengekspresikan nyeri K persepsi nyeri yang dialami dan mengalami penurunan
dibanding anak-anak, sementara prevalensi nyeri lebih kemampuan untuk melakukan manajemen nyeri.
tinggi ada usia lansia. Hal ini disebabkan karena ada-
nya penyakit akut atau kronis yang diderita oleh lansia
A f. Makna nyeri
Setiap orang dapat memperspesikan nyeri secara ber-
serta adanya proses degeneratif. Kurangnya kemam-
puan mengungkapkan nyeri pada anak menyebabkan H beda tergantung dari kemampuan seseorang beradap-
tasi terhadap nyeri dan memaknai nyeri yang dialami.
penanganan nyeri dapat mengalami hambatan.
g. Perhatian
c. Lingkungan dan dukungan orang terdekat
Perhatian yang berlebih atau terus menerus terhadap
Lingkungan individu dan ada atau tidak adanya duku-
ngan dari orang terdekat dapat memengaruhi pengala- S area nyeri dapat meningkatkan persepsi seseorang ter-
hadap nyeri, sebaliknya dengan melakukan distraksi
man rasa sakit. Beberapa penelitian bahwa kondisi ling-
kungan perawatan terutama lampu, kebisingan, kurang I dapat menurunkan persepsi nyeri.

tidur, dan aktivitas konstan dari unit perawatan kritis, h. Keletihan


dapat menambah pengalaman rasa sakit. Rasa ketidak-
berdayaan juga dapat menurunkan kemampuan individu
A Keletihan yang dialami dapat meningkatkan persepsi
nyeri dan menurunkan kemampuan pemilihan koping
untuk mengatasi rasa sakit. Bagi sebagian orang, keha-
diran anggota keluarga atau teman yang dicintai sangat
P yang adaptif.
i. Mekanisme koping
berpengaruh penting bagi kondisi psikologi individu.
Penggunaan mekanisme koping yang adaptif dapat
d. Pengalaman nyeri
menurunkan pesepsi nyeri yang dialami seseorang.
Pengalaman nyeri yang pernah dialami sebelumnya
atau melihat penderitaan orang terdekat yang menga-
C j. Dukungan sosial dan keluarga
Dukungan dari orang-orang yang dicintai dapat me-
lami nyeri dapat mempengaruhi persepsi seseorang
terhadap nyeri. Seseorang yang memiliki pengalaman E minimalkan kesedihan dan meningkatkan perasaan di-
nyeri dapat merasa lebih terancam dengan dengan ke- cintai sehingga dapat meminimalkan ketakutan yang
jadian nyeri yang akan dialami berikutnya dibanding- T dialami.

A
184 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 185
K
N
C. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan A a) Nyeri terlokalisir, lokasi nyeri ini dapat jelas terli-
Manajemen Nyeri hat pada area asalnya.

1. Pengkajian Keperawatan
S b) Nyeri terproyeksi, berupa nyeri sepanjang saraf
atau serabut saraf spesifik.
Pengkajian pemenuhan kebutuhan nyeri dan kenyamanan
meliputi:
K c) Nyeri radiasi: penyebaran nyeri sepanjang area
asal yang tidak dapat dilokalisasi.
a. Keluhan utama
Keluhan utama berupa adanya nyeri atau perasaan
A d) Reffered Pain atau disebut juga nyeri alih, meru-
pakan nyeri yang dipersepsikan pada area yang
tidak nyaman yang menyebabkan pasien mencari
pertolongan.
H jauh.
2) Intensitas
b. Riwayat keperawatan sekarang Intensitas nyeri dibagi menjadi nyeri ringan, sedang,
dan berat. Perubahan dari intensitas nyeri kearah
Pengkajian ini meliputi penyataan pasien yang menjelas-

S
yang lebih berat dapat menandakan adanya pe-
kan tentang alasan pasien yang menyebabkan terjadi
rubahan kondisi patologis pada pasien.
keluhan yang dirasakan saat ini.
3) Waktu dan lama nyeri
c. Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah Diderita
Penyakit yang berhubungan dengan adanya nyeri me-
I Pencatatan waktu dan lama nyeri dapat berupa
catatan mengenai kapan nyeri mulai timbul, berapa
liputi riwayat penyakit sistem kardiovaskular, musculo-
skeletal, riwayat penyakit sitem pernafasan, dan lain-
A lama, bagaimana timbulnya, interval tanpa nyeri
dan kapan nyeri terakhir timbul.
lain.
d. Pemeriksaan fisik (Data Fokus)
P 4) Kualitas
Kuaitas nyeri dapat digambarkan menggunakan ka-
1) Lokasi limat yang mudah dipahami, misalnya menggam-
Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi : yakni barkan kualitas nyeri abdominal dengan kalimat
tingkat nyeri dan posisi atau lokasi nyeri. Tingkat
nyeri dapat berupa nyeri dalam atau nyeri superfisi-
C
“nyeri terasa seperti teriris pisau”.
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan

E
al. Nyeri superfisial dapat dengan mudah dan akurat kualitas dari nyeri. Anjurkan pasien menggunakan
ditunjukkan oleh pasien, sedangkan nyeri visceral bahasa yang dia ketahui: nyeri kepala mungkin di-
atau nyeri yang lebih dalam biasanya dirasakan se-
T
katakan “ada yang membentur kepalanya”, nyeri
cara umum. Nyeri berdasarkan lokasi dapat dika- abdominal dikatakan “seperti teriris pisau”.
tegorikan menjadi:

A
186 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 187
K
N
5) Skala nyeri A c. Gejala dan tanda mayor
Pengukuran skala nyeri dengan menggunakan be- Subjektif: Mengeluh merasakan nyeri, merasa depresi.
berapa tolls pengukuran yang ada seperti VAS, VRS,
NRS, Wong Baker Pain Rating Scale, dll.
S Objektif: pasien tampak meringis, gelisah, dan tidak
mampu menyelesaikan aktivitas.
6) Perilaku nonverbal K d. Gejala dan tanda minor
Beberapa perilaku nonverbal yang dapat kita amati
antara lain : ekspresi wajah, gemeretak gigi, meng-
gigit bibir bawah dan lain-lain.
A Subjektif: pasien merasa takut mengalami cedera beru-
lang.

7) Faktor Prepitasi
Beberapa faktor presipitasi yang akan meningkat-
H Objektif: bersikap protektif, waspada, anoreksi, pola
tidur berubah, fokus menyempit dan terkadang hanya
berfokus pada diri sendiri.
kan nyeri : lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang
tiba-tiba, stressor fisik dan emosi. e. Kondisi klinis terkait

S
2. Diagnosis Keperawatan 1) Kondisi kronis.
2) Infeksi.
Masalah 1: Nyeri Kronik
a. Definisi I 3) Cedera medulla spinalis.
4) Kondisi pasca trauma.
Nyeri kronik merupakan pengalaman sensorik atau
emosional yang dirasakan seseorang berkaitan dengan
adanya kerusakan jaringan aktual atau fungsional de-
A 5) Tumor.

Masalah 2: Nyeri Akut


ngan onset mendadak atau lambat, berintensitas ringan
hingga berat, menetap, yang berlangsung lebih dari 3
P a. Definisi
Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau
bulan (SDKI, 2016).
emosional yang dirasakan seseorang berkaitan dengan
b. Penyebab adanya kerusakan jaringan aktual atau fungsional
Penyebab terjadinya nyeri kronis dapat berupa ada-
nya kondisi musculoskeletal kronis, kerusakan sistem
C dengan onset mendadak atau lambat, berintensitas
ringan hingga berat, menetap, yang berlangsung kurang

E
saraf, penekanan saraf, gangguan fungsi metabolik, dari 3 bulan (SDKI, 2016).
riwayat posisi berkerja statis, tekanan emosional, ada- b. Penyebab
nya riwayat penganiayaan, penyalahgunaan obat, dan
terjadinya gangguan imunitas. T Nyeri akut dapat disebabkan oleh agen pencedera
fisiologis, kimiawi, maupun agen fisik. Agen pencidera

A
188 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 189
K
N
fisiologis dapat berupa inflamasi, iskemia atau adanya A a. Tujuan dan kriteria hasil
neoplasma; agen kimiawi dapat berupa terbakar atau Tujuan : nyei berkurang, kenyamanan meningkat.
teritasi bahan kimia iritan; dan agen pencidera fisik
dapat berupa adanya amputasi, prosedur operasi,
S Kriteria Hasil
1) Keluhan nyeri menurun.
trauma atau latihan fisik yang berlebihan.
c. Gejala dan tanda mayor
K 2) Meringis dapat menurun.
3) Gelisah dapat menurun.
Subjektif: Mengeluh nyeri.
A 4) Sikap protektif dapat menurun.
Objektif: Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah,
frekuensi nadi meningkat dan mengalami kesulitan ti-
dur.
H b. Intervensi keperawatan dan rasional
1) Observasi

d. Gejala dan tanda minor a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,


kualitas dan intensitas nyeri.
Objektif: Tekanan darah meningkat, perubahan pola
napas, perubahan nafsu makan, proses berfikir ter-
ganggu, menarik diri, mengalami diaphoresis, serta
S Rasional : mengetahui lokasi, karakteristik, du-
rasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri dari
pasien.
hanya berfokus pada diri sendiri.
e. Kondisi klinis terkait
I b) Identifikasi skala nyeri.
Rasional : mengetahui tingkat nyeri yang dira-
1) Kondisi pembedahan.
2) Cedera traumatis.
A sakan pasien.
c) Identifikasi faktor yang memperberat dan mem-
3) Infeksi. P peringan nyeri.
4) Sindrom koroner akut. Rasional : mengetahui hal-hal yang dapat mem-
5) Glaucoma. perberat ataupun memperingan nyeri yang dira-
3. Intervensi Keperawatan sakan pasien.

Perencanaan yang dapat dilakukan pada pasien yang me- C d) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
ngalami nyeri dapat berupa (SIKI, 2018 ; SLKI, 2019): Rasional : mengetahui seberapa besar rasa nyeri

Masalah 1: Nyeri Akut E mempengarui kualitas hidup pasien.

Manajemen Nyeri
T
A
190 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 191
K
N
2) Terapeutik A 4) Kolaborasi
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengu- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
rangi rasa nyeri (misalnya: Terapi pijat, kom-
pres hangat/dingin, hypnosis, relaksasi napas
S Rasional : mengurangi/menghilangkan rasa nyeri
yang dirasakan pasien.


dalam).
Rasional : mengurangi tingkat nyeri pasien/me-
K Masalah 2: Nyeri Kronik

A
ngalihkan pasien dari rasa nyerinya. Manajemen Nyeri

b) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi a. Tujuan dan kriteria hasil


nyeri.
Rasional : mengurangi risiko faktor yang dapat
H

Tujuan: nyeri berkurang
Kriteria Hasil
memperberat nyeri/menimbulkan nyeri.
1) Keluhan nyeri menurun.
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
2) Meringis dapat menurun.
Rasional : mengalihkan dan memenuhi kebutu-
han istirahat pasien. S 3) Gelisah dapat menurun.
4) Sikap protektif dapat menurun.
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
I b. Intervensi keperawatan dan rasional
1) Observasi
Rasional : memberikan informasi terkait nyeri
yang dirasakan pasien.
A a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri.
b) Jelaskan strategi mengatasi nyeri.
Rasional : membantu pasien mengatasi saat rasa
P Rasional : mengetahui lokasi, karakteristik, du-
rasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri dari
nyeri muncul.
pasien.
c) Anjurkan untuk memonitor nyeri secara mandiri
b) Identifikasi skala nyeri
Rasional : pasien dapat mengetahui sendiri karak-
teristik, penyebab, lokasi saat nyeri muncul. C Rasional : mengetahui tingkat nyeri yang dira-
sakan pasien.
d) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengu-
rangi rasa nyeri. E c) Identifikasi faktor yang memperberat dan mem-
peringan nyeri.

T
Rasional : memudahkan pasien untuk mengotrol
nyeri dengan cara sederhana.

A
192 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 193
K
N
Rasional : mengetahui hal-hal yang dapat mem- A c) Anjurkan untuk memonitor nyeri secara mandiri.
perberat ataupun memperingan nyeri yang dira- Rasional : pasien dapat mengetahui sendiri kara-
sakan pasien.
d) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
S kteristik, penyebab, lokasi saat nyeri muncul.
d) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengu-
Rasional : mengetahui seberapa besar rasa nyeri
mempengarui kualitas hidup pasien.
K rangi rasa nyeri.
Rasional : memudahkan pasien untuk mengotrol
2) Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengu-
A nyeri dengan cara sederhana.
4) Kolaborasi
rangi rasa nyeri (misalnya: Terapi pijat, kompres
hangat/dingin, hypnosis, relaksasi napas dalam).
H Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
Rasional : mengurangi/menghilangkan rasa nyeri
Rasional : mengurangi tingkat nyeri pasien/me- yang dirasakan pasien.
ngalihkan pasien dari rasa nyerinya.
b) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri. S
Rasional : mengurangi risiko faktor yang dapat
memperberat nyeri/menimbulkan nyeri. I
A
c) Fasilitasi isterahat dan tidur
Rasional : mengalihkan dan memenuhi kebutu-

P
han istrahat pasien.
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
Rasional : memberikan informasi terkait nyeri

C
yang dirasakan pasien.
b) Jelaskan strategi mengatasi nyeri.
Rasional : membantu pasien mengatasi saat rasa
nyeri muncul. E
T
A
194 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 195
K
N
A
S
BAB
9
K INTEGRITAS KULIT DAN LUKA
A
H
A. Integritas Kulit
1. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Integumen
S Kulit atau integumen dianggap sebagai organ karena ter-
diri atas dua jaringan yaitu jaringan ikat dan jaringan epi-
I telium. Selain Itu, pada kulit juga terdapat organ-organ
aksesoris seperti kelenjar, rambut, dan kuku. Kumpulan
A dari organ inilah yang akan bersatu membentuk satu
sistem yang disebut sebagai sistem integumen.

P
Helai rambut

Epidermis
Kapiler

C Dermis
Kelenjar minyak
(kelenjar penghasil
minyak)

E Lapisan subkutan
Serabut saraf

Pembuluh darah

T Gambar 9.1 Sistem Integumen


Sumber: https://www.berbagaireviews.com/2018/06/sistem-integumen-pada-
manusia-lengkap.html?m=0

A
196 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 197
K
N
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi A a. Bagian-bagian dari anatomi fisiologi sistem integu-
seluruh bagian tubuh, membungkus organ-organ yang men
ada didalamnya. Luas kulit pada manusia ± 2 meter per-
segi dengan berat 15% dari berat badan seseorang. Kulit
S 1) Epidermis
Epidermis sering kita sebut sebagai kulit luar. Kulit
yang paling tebal terdapat pada telapak tangan dan kaki
dengan ketebalan ± 60 mm dan kulit paling tipis terdapat K luar ini jika dikumpulkan, maka akan menjadi organ
terbesar dari tubuh manusia. Luas permukaannya
pada penis dengan ketebalan ± 0.5 mm.
Kulit mempunyai daya regenerasi sel yang besar, con- A sekitar 18 meter persegi. Memiliki beberapa lapisan
yang mengandung empat jenis sel, yaitu :
tohnya pada saat terjadi luka, sel-sel dalam dermis akan
melawan infeksi dan jaringan ikat akan mengalami rege- H a) Stratum korneum.
Lapisan ini terdiri dari banyak lapisan tanduk
nerasi epitel yang tumbuh dari tepi luka menutupi jaringan
(keratinasi), gepeng, kering, tidak berinti, inti sel-
ikat yang mengalami regenerasi sehingga terbentuk jaring-
nya sudah mati, dan megandung zat keratin.
an parut yang pada mulanya berwarna kemerahan karena

S
meningkatnya jumlah kapiler dan akhirnya berubah men- b) Stratum lusidum.
jadi serabut kolagen keputihan yang terlihat melalui epitel. Bentuk selnya pipih, bedanya dengan stratum

I
granulosum adalah sel-sel sudah banyak yang
Anatomi Sistem Integumen kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi
Sistem integumen merupakan sistem organ yang paling jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya
luas. Terdiri atas kulit dan aksesorinya, termasuk rambut,
kuku, kelenjar (keringat dan sebaseous), dan reseptor
A terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
Dalam lapisan terlihat seperti suatu pipa yang
saraf khusus yang berguna untuk stimuli perubahan ling-
kungan baik internal maupun eksternal.
P bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terli-
hat disebut stratum lusidum.
Sistem integumen berfungsi untuk melindungi struktur in- c) Stratum granulosum.
ternal, mencegah masuknya kuman penyebab penyakit, Berbentuk seperti kumparan dengan inti ditengah
mengatur suhu tubuh, melalui keringat melakukan proses
ekskresi, melindungi bahaya sinar matahari, dan meng- C dan sitoplasma berisi butiran (granula) keratohi-
ali atau gabungan keratin dengan hialin. Lapisan
hasilkan vitamin D. ini terdiri dari 2-3 lapis sel pipih. Lapisan ini ber-
E fungsi untuk menghalangi benda asing, kuman
dan bahan kimia masuk ke dalam tubuh.
T
A
198 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 199
K
N
d) Stratum spinosum/stratum akantosum. A 2) Dermis
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling te- Lapisan kulit yang berada di bawah epidermis adalah
bal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8
lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya
S dermis. Kolagen (protein penguat), serat retikuler
(serat protein yang berfungsi sebagai penyokong),
polygonal/banyak sudut dari mempunyai tan-
duk (spina jika dilihat di bawah mikroskop, se-
K dan serat elastis (protein yang berperan dalam elas-
tisitas kulit) sebagai penyusun utamanya. Dermis
hinggan sel-selnya disebut spinosum. Berfungsi
untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar. A merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan
epidermis dilapisi oleh membrane basalis dan di se-
Bentuknya tebal dan terdapat di daerah tubuh belah bawah berbatasan dengan subkutis tapi batas
yang banyak bersentuhan atau menahan beban H ini tidak jelas hanya diambil sebagai patokan yakni
dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak mulainya terdapat sel lemak.
kaki. Sel-selnya berduri sehingga disebut akan- Dermis terdiri dari 2 lapisan :
tosum. Ternyata spina atau tanduk tersebut ada
a) Bagian atas, Pars Papilaris (stratum papilar).
hubungan antara sel yang lain yang disebut inter-
celulair bridges atau jembatan interselular.
S b) Bagian bawah, Retikularis (stratum retikularis).
Batas antara pars papilaris dengan pars retikularis
e) Stratum Basal/Germinativum.
Sel-selnya terletak dibagian basal/basis sehing-
I adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik
pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari se-
ga disebut stratum basal. Stratum germinativum
menggantikan sel-sel yang di atasnya dan meru- A rabut-serabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis,
dan serabut retikulus.
pakan sel-sel induk.Bentuknya silindris (tabung)
dengan inti yang lonjong dan pada bagian dalam P Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing
mempunyai tugas yang berbeda. Serabut kolagen,
terdapat butir-butir yang halus disebut butir me-
untuk memberikan kekuatan kepada kulit, serabut
lanin warna. Sel tersebut disusun seperti pagar
elastis untuk memberikan kelenturan pada kulit, dan
pagar (palisade) dibagian bawah sel tersebut ter-
retikulus terdapat terutama disekitar kelenjar dan
dapat suatu membran disebut membran basalis,
sel-sel basalis dengan membran basalis meru-
C folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat
tersebut.
E
pakan batas terbawah dari pada epidermis de-
ngan dermis. a) Unsur sel dermis
Fibroblast, makrofag, dan terdapat sel lemak
T yang berkelompok menjadi unsur utama sel der-
mis. Selain itu, ada juga sel jaringan ikat berca-

A
200 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 201
K
N
bang dan berpigmen pada lingkungan epidermis A nimpa pada kulit, Isolator panas atau untuk mem-
yang banyak mengandung pigmen misalnya are- pertahankan suhu, penimbun kalori, dan tambahan
ola mammae dan sekitar anus.
b) Serat otot
S untuk kecantikan tubuh. Di bawah subkutis terdapat
selaput otot kemudian baru terdapat otot.

Serat otot polos dijumpai di dalam dermis ter-


susun membentuk berkas dihubungkan dengan
K b. Jaringan kulit
Kulit disebut juga integumen atau kutis yang tumbuh
folikel rambut (muskulus erector fili) bertebaran
diseluruh dermis dalam jumlah yang cukup ba-
A dari dua macam jaringan yaitu jaringan epitel yang me-
numbuhkan lapisan epidermis dan jaringan pengikat

H
nyak pada kulit, puting susu, penis, skrotum dan (penunjang) yang menumbuhkan lapisan dermis (kulit
sebagian perineum. dalam).
3) Hipodermis c. Kelenjar-kelenjar kulit
Merupakan jaringan adiposa yang memberikan ban- 1) Kelenjar sebasea
talan antara lapisan kulit dengan struktur internal
seperti otot dan tulang. Terdapat pembuluh darah, S Kelenjar ini berhubungan dengan folikel rambut
yang bermuara dalam sebuah folikel rambut. Tidak
saraf dan limfe dengan jaringan penyambung yang
I
berhubungan dengan folikel rambut bermuara lang-
terisi sel lemak. Jaringan lemak bekerja sebagai
sung ke permukaan kulit seperti yang terdapat pada
penyekat panas dan menyediakan penyangga bagi
glans penis, labium minus, dan kelenjar tarsalia


lapisan kulit diatasnya.
Pembuluh darah kulit terdiri dari Subkutis terdiri dari
A pada kelopak mata. Terletak dalam dermis dan ti-
dak terdapat pada kulit telapak kaki dan tangan.
kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara
gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan P Perkembangan dan pertumbuhan kelenjar sebasea
terutama terjadi selama pubertas di bawah control
ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat de- hormone, sekresi sebum terjadi terus menerus dan
ngan intinya terdesak ke pinggir, sehingga memben- bermanfaat untuk pemeliharaan kesehatan kulit.
tuk seperti cincin.
Lapisan lemak ini di sebut perikulus adiposus, yang C 2) Kelenjar keringat
Kelenjar keringat adalah kelenjar tubular bergelung
tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga
E
yang tidak bercabang, terdapat pada seluruh kulit
pembagiannya berbeda antara laki-laki dan perem-
kecuali pada dasar kuku, batas bibir, glans penis dan
puan.
gendang telinga. Kelenjar ini paling banyak terdapat
Guna perikulus adiposus adalah sebagai Shok bre-
ker (pegas) bila tekanan trauma mekanis yang me-
T pada telapak tangan dan kaki. Bagian sekretorisnya

A
202 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 203
K
N
terletak di dalam dermis atau hypodermis dan ber- A kulitnya sendiri. Kandungan karoten (pigmen) darah
gabung membentuk massa tersendiri. pada pembuluh darah, dermis memberikan warna ke-
Duktusnya keluar menuju epidermis dan berjalan
berkelok-kelok menyatu dengan epidermis dan
S merahan dan kandungan pigmen melanin memberikan
bayangan coklat. Melanin terletak di dalam lapisan
berjalan spiral untuk mencapai permukaan kulit.
Tempat bermuaranya disebut pori keringat.
K basal dan bagian bawah lapisan taju yang dibuat oleh
epidermis khusus yaitu melanosit yang bertebaran di-
antara keratinosit lapis basal dan lapis taju dalam foli-
3) Kelenjar payudara (glandula mammae)
Glandula mammae termasuk kelenjar kulit karena
A kel rambut dan jaringan ikat dermis.
Pigmentasi kulit tergantung dari berbagai faktor yaitu
berasal dari lapisan ektodermal yang secara fung-
sional termasuk sistem reproduksi. Kelenjar ini H keturunan, hormon, dan lingkungan. Faktor gene-
terletak di atas fasia pektoralis superfisilis yang di- tik mempengaruhi ukuran satuan melanin epidermis.
hubungkan dengan perantaraan jaringan ikat long- Hormon pemacu malanosit MSH (melanosit stimulat-
gar dan jaringan lemak. Kelenjar ini melekat erat ing hormon) merangsang perpindahan melanosom ke
dengan kulit di atasnya. Disekitar puting susu (pa-
pila mammae) terdapat reticulum kutis yang tum-
S dalam cabang-cabang sitoplasma melanosit dan ke-
ratinosit. Faktor lingkungan seperti ultraviolet mening-
buh dengan baik dan dinamakan ligamentum sus-
pensorium. Ke dalam puting susu bermuara 15-20
I katkan kegiatan enzim melanosit serta meningkatkan
produksi melanin dan penimbunannya di dalam kera-
tinosit sehingga kulit menjadi coklat. Warna kulit dipe-


duktuli laktiferus.
Disekitar papilla mammae terdapat areola mammae
A ngaruhi oleh pembuluh darah pada kulit, banyak se-
dikitnya lemak, dan pigmen kulit yang disebut melanin.

P
yang mengandung kelenjar sebasea montgomeri
(glandula areola mammae) yang berfungsi untuk Tetapi secara penyebab maka perbedaan warna kulit
melindungi dan melicinkan puting susu pada waktu terjadi akibat faktor sebagai berikut :
bayi mengisap. Pada wanita yang tidak hamil dan 1) Melanosit terletak pada stratum basale (lapisan pa-
tidak menyusui, alveoli tampak kecil dan padat ber- ling dalam epidermis) yang memproduksi pigmen
isi sel-sel granular. Pada waktu hamil, alveoli akan
membesar dan sel-sel membesar.
C yang memberi warna pada kulit dari coklat sampai
hitam. Peningkatan produksi melanin berlangsung
d. Pigmentasi kulit
E jika terpajan sinar matahari. Area tempat terjadinya
pigmentasi yang besar adalah puting susu, areola
Perbedaan warna kulit disebabkan oleh karena perbe-
dan area sirkumanal, scrotum, penis dan labia ma-
daan jumlah dan ukuran melanosom di dalam kerati-
nosit sehingga warna kulit ditentukan oleh faktor warna
T yora. Sedangkan yang mengandung sedikit pigmen
adalah telapak tangan kaki dan telapak tangan.
A
204 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 205
K
N
2) Darah terdapat pada pembuluh dermal di bawah A f. Saraf kulit
lapisan epidermis yang dapat terlihat dari permu- Pada kulit terdapat cabang-cabang saraf spinal dan
kaan dan menghasilkan pewarnaan merah muda
terutama terlihat pada orang kulit putih.
S permukaan yang terdiri dari saraf-saraf motorik dan
saraf sensorik. Ujung saraf motorik berguna untuk
3) Keberadaan dan jumlah pigmen kuning (karotin)
hanya ditemukan stratum korneum dan dalam sel
K menggerakkan sel-sel otot yang terdapat pada kulit,
sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima
lemak dermis dan hypodermis yang menyebabkan
beberapa perbedaan pada pewarnaan kulit. A rangsangan yang terdapat dari luar atau kulit. Pada
kulit ujung-ujung, saraf sensorik ini membentuk ber-
macam-macam kegiatan untuk menerima rangsangan.
e. Pembuluh darah
Peredaran darah dalam kulit adalah penting sekali
H Ujung-ujung saraf yang bebas untuk menerima rang-
sangan sakit/nyeri banyak terdapat di epidermis, disini
oleh karena diperkirakan 1/5 dari darah yang beredar
ujung-ujung sarafnya mempunyai bentuk yang khas
malalui kulit. Disamping itu pembuluh darah pada kulit
yang sudah merupakan suatu organ.
sangat cepat menyempit/melebar oleh pengaruh atau
rangsangan panas, dingin, tekanan sakit, nyeri dan S g. Pelengkap kulit
emosi, penyempitan dan pelebaran ini terjadi secara 1) Rambut
reflek. Terbagi atas; I Rambut hampir terdapat pada seluruh kulit, kecuali
1) Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar. pada bagian telapak tangan, telapak kaki, dan kulit
Anyaman ini terdapat antara stratum papilaris dan
stratum retikularis, dari anyaman ini berjalan arteri-
A penis. Rambut berfungsi sebagai pendorong proses
penguapan pada kulit. Rambut tumbuh dari folikel
ole pada tiap-tiap papilla kori.
2) Anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau
P rambut didalam epidermis, folikel rambut dibatasi
oleh epidermis sebelah atas dasarnya terdapat papil
tempat rambut, akar berada di dalam folikel pada
dalam.
ujung paling dalam dan bagian sebelah luar disebut
Anyaman ini terdapat antar korium dan subkutis, anya- batang rambut, pada folikel rambut terdapat mus-
man ini memberikan cabang-cabang pembuluh nadi ke
alat-alat tambahan yang terdapat di korium. Dalam hal
C culus arektor pili yang berfungsi untuk menegakkan
rambut.

E
ini percabangan juga membentuk anyaman pembuluh
Ada beberapa bentuk rambut yaitu :
nadi yang terdapat pada lapisan subkutis. Cabang-ca-
bang ini kemudian akan menjadi pembuluh darah ba- • Rambut panjang di kepala, pubis dan jenggot.
lik/vena yang juga akan membentuk anyaman, yaitu T • Rambut pendek di lubang hidung, liang telinga
dan alis.
anyaman pembuluh darah balik yang ke dalam.

A
206 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 207
K
N
• Rambut bulu lanugo di seluruh tubuh. A f) Musculus arector pili adalah otot yang menegakkan
• Rambut seksual di pubis dan aksila. rambut.

S 2) Kuku
Kuku adalah sel epidermis kulit yang mengalami ke-
Batang Rambut
Hair Shaft
K ratinisasi yang telah berubah tertanam dalam palung
kuku menutup garis lekukan pada kulit. Palung kuku

A mendapat persarafan dan pembuluh darah yang ba-


nyak. Kuku berfungsi sebagai pelindung ujung jari ta-
Kelenjar Minyak

H ngan dan kaki.


Hair Root Sebaceous Gland

Akar Rambut
Kuku terdiri atas beberapa bagian yaitu :
Arrector Muscle a) Ujung kuku atas.
Otot Penegak
Hair Follicle
Kantong rambut
b) Badan kuku yang merupakan bagian yang besar.
Dermal papilla
Hair Bulb
Umbi Rambut S c) Akar kuku atau radiak.
d) Matriks kuku adalah daerah sel germinal yang meru-
Blood Vessels

I
Hair Matrix Cells
Pembuluh darah pakan tempat tumbuhnya akar kuku.
Gambar 9.2 Struktur Rambut e) Bantalan kuku di bawah adalah lapisan epidermis

A
Sumber: https://kependidikan.com/perbedaan-bulu-dan-rambut/
tipis.
Struktur rambut terdiri atas : f) Pulpa jari di bawah bantalan kuku dibentuk oleh ja-
a) Batang rambut adalah bagian yang terlihat pada
permukaan kulit.
P ringan ikat vaskular longgar.
3) Kelenjar-kelenjar (Glandula)
b) Akar rambut adalah bagian rambut yang menembus a) Glandula Sebasea (Kelenjar Minyak)
epidermis dan dermis. Kelenjar sebasea berasal dari rambut yang bermuara
c) Folikel rambut adalah selaput yang membungkus
rambut di dalam kulit. C pada saluran folikel rambut yang berfungsi untuk
melumasi rambut dan kulit. Kantong dari kelenjar

E
d) Umbi lapis atau bulb adalah bagian dasar dari folikel minyak berada di dermis dan bentuknya seperti
rambut. botol, bermuara di folikel rambut. Kelenjar sebasea
mengeluarkan sebum, yaitu cairan yang terdiri dari
T
e) Matriks adalah bagian dasar folikel rambut yang
membela diri menghasilkan sel-sel rambut yang lemak, zat lilin, minyak dan pecahan-pecahan sel
baru. yang berfungsi sebagai emoliens atau pelembut ku-

A
208 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 209
K
N
lit dan merupakan suatu barrier terhadap evaporasi. A ii. Kelenjar apokrin, berada di bawah ketiak dan
Kelenjar sebasea dapat terinfeksi sehingga menye- daerah pubik dan aktif pada saat masa dan
babkan furunkel (bisul).
b) Kelenjar Keringat
S setelah pubertas, menyekresikan cairan sebagai
tanggapan terhadap tekanan atau ketertarikan

Kelenjar keringat adalah tube tunggal yang tergulung


dan terletak pada jaringan subkutan dan dengan sa-
K seksual. Cairan ini lebih kental dari pada cairan
yang disekresikan oleh kelenjar ekrin, dan dike-
luarkan melalui muara rambut.
luran yang panjang yang terbuka pada permukaan
kulit. Sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah
A iii. Kelenjar serumin, yang menyekresikan kotoran
telinga (serumen) kedalam saluran telinga luar.
H
pengendalian saraf simpatis. Keringat berisi air
dan sedikit garam, melalui difusi secara sederhana Serumen ini berfungsi mencegah masuknya ben-
kurang lebih 500 cc perhari. da asing ke telinga.
iv. Glandula mammae menghasilkan susu yang
Kelenjar dikeluarkan melalui puting susu.

S
minyak Rambut
Pori keringat 2. Fisiologi Sistem Integumen
Otot arektor pili a. Sebagai Pelindung (proteksi)
(mendirikan rambut)

Folikel rambut
Saluran kelenjar keringat
Pembuluh darah I Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk me-
nutupi jaringan-jaringan tubuh disebelah dalam dan
Saraf Jaringan adiposa
A melindungi tubuh dari pengaruh luar seperti luka dan
Jaringan ikat serangan mikroorganisme. Lapisan paling luar dari der-
Kelenjar keringat
Penampang kulit manusia dengan bagian-bagiannya
P mis dilapisi dengan lapisan tipis lemak, sehingga kulit
tahan air. Kulit dapat menahan suhu tinggi dari luar, se-
Gambar 9.3 Kelenjar Keringat hingga suhu tersebut tidak langsung terpapar ke organ
Sumber: https://www.scribd.com/Document/68160747/Kelenjar-Keringat didalam kulit. Selain itu, kulit juga dapat mencegah zat
kimia masuk kedalam tubuh dan menghalau sinar ul-
Ada empat macam kelenjar keringat yaitu :
i. Kelenjar ekrin, penyebarannya meluas keseluruh
C traviolet dari matahari.
Secara spesifik terdapat beberapa kemampuan perlin-
tubuh, dan menyekresi cairan berair melalui pori-
pori kulit, yang berfungsi mendinginkan kulit ke-
E dungan dari kulit yaitu sebagai berikut :
1) Kulit adalah relatif tak tertembus air, sehingga tidak
T
tika menguap.
terjadi kehilangan air dari jaringan dan juga mence-
gah masuknya air ke jaringan.
A
210 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 211
K
N
2) Kulit melindungi struktur internal dari tubuh terha- A • Vasokonstriksi, pembuluh darah mengkerut, kulit
dap trauma tekanan, trauma suhu, dan trauma me- pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi dan
kanik yang membahayakan.
3) Kulit melindungi struktur internal dari tubuh terha-
S panas suhu tubuh tidak dikeluarkan.
Panas dapat dilepaskan oleh kulit dengan cara pengua-
dap invasi oleh mikroorganisme.
4) Kulit mengandung pigmen melanin yang melindungi
K pan, pemancaran (dengan melepas panas pada udara
sekitarnya), konduksi (panas dialihkan ke benda yang
tubuh terhadap sinar ultraviolet.
5) Kulit memiliki kelenjar keringat yang bersifat asam,
A bersentuhan dengan kulit seperti kain), dan konveksi
(mengalirnya udara panas yang menyebabkan pengu-
rangan panas pada tubuh).
sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikro-
organisme pada kulit. H d. Sebagai Tempat Penyimpanan
b. Sebagai Indera Peraba Kulit berfungsi sebagai alat penampung air dan lemak,
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsangan sen- yang dapat melepaskannya saat diperlukan.
sorik yang berhubungan dengan sakit, suhu, tekanan,
rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat peraba dira- S e. Sebagai Alat Absorbsi
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat
sakan melalui ujung-ujung saraf sensasi dan ditrans-
misikan melalui saraf sensorik ke medulla spinalis dan I yang larut dalam lemak. Penyerapan ini dapat terjadi
melalui muara kandung rambut dan masuk kedalam
otak.
A
saluran glandula sebasea (kelenjar minyak), merembes
c. Termoregulasi atau Sebagai Alat Pengatur Panas melalui dinding pembuluh darah, masuk kedalam pere-
daran darah dan disalurkan ke organ tubuh lainnya.
P
Suhu tubuh seseorang adalah tetap, meskipun terjadi
perubahan suhu lingkungan. Suhu normal tubuh, yaitu f. Sebagai Alat Ekskresi
suhu visera dan otak ialah 360 C sampai 37,50 C, suhu Dikatakan sebagai alat ekskresi karena kulit dapat
kulit sedikit lebih rendah. mengeluarkan zat-zat tertentu seperti garam, amonia
Jika terjadi perubahan suhu lingkungan, maka kulit dan urea yang sering disebut dengan keringat.
akan mempertahankan suhu tubuh dengan dua cara
sebagai berikut :
C g. Metabolisme Vitamin D

E
Ketika kulit terkena sinar matahari langsung, tubuh akan
• Vasodilatasi, kulit melebar, kulit menjadi panas,
memproduksi vitamin D dengan membakar kolesterol
kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat
yang ada di sel kulit. Inilah sebabnya, paparan sinar
sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan
tubuh.
T matahari dalam jumlah yang tepat dianggap sangat
penting untuk menjaga kadar vitamin D dalam tubuh.

A
212 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 213
K
N
B. Luka A Menurut waktu penyembuhan, pembagian luka dapat di-
golongkan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Definisi Luka
Luka merupakan suatu permasalahan medis yang paling
S a. Luka akut, merupakan luka yang proses penyembu-
hannya menurut waktu pada konsep penyembuhan
sering kita temui. Mulai dari luka ringan terkena benda ta-
jam, terjatuh atau bahkan yang lebih parah seperti luka
K luka.
b. Luka kronik, merupakan luka yang proses penyem-

A
akibat kekerasan, akibat dari kecelakaan berkendara
buhannya di luar dari waktu penyembuhan luka yang
hingga jatuh dari ketinggian. Luka dapat terjadi di mana
telah terkonsep (Potter & Perry, 2009).
saja dan kapan saja sehingga dan kadang tidak disadari
bahayanya (Ansori, Muhammad. 2015). H 2. Klasifikasi Luka

Kulit merupakan bagian dari struktur tubuh yang terluar Menurut derajat yang terkontaminasi
yang berfungsi untuk menjaga dari trauma ataupun se- a. Luka bersih
bagai pertahanan dari benda asing. Mekanisme trauma
Luka sayat efektif dan steril biasanya disebut sebagai
yang terjadi pada kulit dapat menyebabkan rusaknya
kontinuitas kulit yang menimbulkan luka/vulnus (Delima,
S luka bersih sebab luka ini tidak terdapat inflamasi atau
infeksi yang merupakan luka sayat efektif dan steril di-
2013). Vulnus, nama lain dari luka merupakan kondisi
dimana kontunuitas jaringan yang rusak akibat trauma, I mana luka ini dikategorikan bersih jika tidak ada kontak
dengan organ orofaring, traktus resporotarius ataupun
kimiawi, listrik radiasi (Reksoprodjo, 2010) Vulnus atau
luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal A traktus genitourinarius. Dengan demikian kondisi luka
tersebut tetap dalam keadaan bersih. Derajat infeksi
akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun
P
luka itu sebesar 1%-5% saja
eksternal dan mengenai organ tertentu (Potter & Parry,
b. Luka bersih terkontaminasi
2010).
Luka pembedahan namun traktus respirotarius, traktus
Luka merupakan kondisi tubuh yang kehilangan atau
pencernaan atau traktus perkemihan mengalami luka
mengalami kerusakan jaringan dikarenakan faktor inter-

C
pembedahan namun kondisi luka dalam keadaan ter-
nal dan eksternal. Faktor internal yang bisa menyebabkan
kontrol. Walaupun proses luka akan lebih lama namun
kerusakan jaringan adalah obat, perubahan proses me-
tidak ada tanda infeksi. Derajat infeksi luka sekitar 3%-
tabolisme, perubahan sirkulasi, oksigen gagal terdisitribusi
serta terjadinya infeksi. Faktor eksternal yang mempenga- E 11%.
ruhi terjadinya kerusakan jaringan diantaranya suhu yang
ekstrim, terpaparnya dengan zat-zat kimia, radiasi, injury T
serta munculnya alergen (Potter & Perry, 2009).
A
214 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 215
K
N
c. Luka terkontaminasi A vaso aktif, seperti prostaglandin dan histamin, me-
Luka terkontaminasi paling sering ditemukan pada luka ngakibatkan peningkatan vasodilatasi dan pening-
yang terbuka yang disebabkan trauma atau karena ke- S katan permeabilitas pembuluh darah, serta stimulasi
serat-serat nyeri. Bekuan fibrin menarik leukosit, dan
celakaan/luka laserasi, fraktur terbuka ataupun luka
penetrasi. Luka terkontaminasi merupakan luka yang
mungkin berpotensi terinfeksi spillage saluran per-
K dalam 24 jam pertama muncul terutama neutropil (sel
scavenger ketika berada dalam jaringan, sel ini di sebut
makrofag). Makrofrag memiliki peran penting dalam
napasan, saluran pencernaan, saluran kemih.
d. Luka kotor
A sebagian besar fase penyembuhan luka, tidak hanya
dalam membersihkan sisi yang luka tetapi juga untuk
Luka yang lama, luka karenakecelakaan dan mengan-
dung jaringan mati dan luka tanda infeksi seperti cairan
H memproduksi faktor pertumbuhan dan substansi lain-
nya yang mengendalikan proses tersebut. Kapiler-ka-
purulent biasa disebut dengan luka kotor. Luka ini juga piler baru mulai tumbuh ke dalam luka (angiogenesis),
mungkin disebabkan akibat pembedahan yang mung- menghasilkan pembentukan matriks jaringan peng-
kin sudah sangat terontaminasi. Bentuk luka biasanya
S
hubung yang baru.
berperforasi visera, abses dan trauma lama.
b. Fase Proliferasi atau fibroblast

I
3. Penyembuhan Luka Selama fase proliferasi, pembentukan pembuluh darah
Proses penyembuhan luka merupakan sebuah perjalanan yang baru berlanjut disepanjang luka (angiogenesis

A
yang kompleks dan senantiasa berubah yang menghasil- atau neo vaskularisasi). Proses ini sangat penting, kare-
kan perbaikan anatomi dan fisiologis secara berkelanjut- na tidak ada jaringan baru yang dapat di bentuk tanpa
an (Black & Hawks, 2009). Setelah terjadinya luka maka suplay oksigen dan nutrien yang di bawah oleh pem-
fungsi tubuh tidak akan maksimal, untuk mengatasi hal ini
maka tubuh akan melakukan proses metabolisme untuk
P buluh darah yang baru. Fibroblas berproliferasi kira-
kira 2-4 hari setelah cedera, dan memproduksi matriks
memperbaiki kembali jaringan tubuh yang telah rusak. (struktur seperti tangga) kolagen di sekitar pembuluh
Fase-fase yang terjadi pada saat penyembuhan luka menu- darah yag baru. Sel epitel bermigrasi seperti sebuah
rut Suriadi, dkk (2006) adalah:
a. Fase inflamasi atau long fase
C lembar yang berpindah sempurna atau dengan “lom-
patan seperti katak” di sepanjang jaringan yang hidup.
Hal lain yang juga berkontribusi terhadap menutupnya
Respon inflamasi akut terjadi beberapa jam setelah E luka adalah kontraksi tepi luka, yang akan mengurangi
cedera, dan efeknya bertahan hingga 5-7 hari. ukuran luka melalui kerja miofibroblas.
Kerusakan jaringan dan teraktivasinya faktor pem-
bekuan menyebabkan pelepasan berbagai substansi
T Durasi pada fase ini berlangsung 3-6 minggu. Tersifat
oleh proses preforasi. Luka yang terjadi mengkerut dan
A
216 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 217
K
N
mengecil sebab serat-serat baru yang terbentuk, diatur A 4. Tipe Penyembuhan Luka
dan mengkerut yang tidak perlu dihancurkan. Pada ta- Tipe penyembuhan luka ada tiga fase yang digolongkan
hap ini luka akan diisi oleh sel radang, fibroblast, kapiler
baru, serat kolagen dan terbentuk jaringan yang keme-
S sebagai jumlah jaringan yang hilang.
a. Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer)
rahan dengan permukaan yang tidak rata jaringan ini
disebut dengan jaringan granulasi. Jaringan granulasi K adalah penyembuhan yang terjadi setelah sisi luka sa-
ling bertaut dan durasi penyembuhan luka ini terjadi
akan berhenti setelah seluruh permukaan tersebut ter-
tutupi oleh epitel maka terbentuklah proses penyembu- A secepat mungkin.

han luka (Ganong, 2012). b. Secondary Intention Healing (penyembuhan luka

c. Fase remodelling atau fase resopsi H sekunder) adalah luka yang tidak mengalami Primary
Intention Healing.
Bekuan fibrin awal digantikan oleh jaringan granulasi
c. Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier)
yang, setelah jaringan granulasi meluas sehingga me-
luka yang dibiarkan setelah tindakan debridement
menuhi defek dan defek tertutupi oleh permukaan epi-
dermal yang dapat bekerja dengan baik, mengalami
remodelling. Hal ini biasanya terjadi kira-kira 20 hari
S lalu sisi luka dipertautkan sekitar 4-7 hari dan tipe ini
merupakan tipe penyembuhan yang terakhir (Mansjoer,

I
2001).
setelah cedera, walaupun waktu terebut bervariasi ter-
gantung pada kondisi individu. Selain itu, selama re- 5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
modelling, kolagen yang berlebihan dibersihkan, dan
kolagen yang di butuhkan secara bertahap di gantikan A Dalam proses penyembuhan luka terjadi proses yang
kompkeks dan dinamis antara kegiatan bioseluler dan bio-
dengan kolagen yang lebih kuat dan lebih teratur yang
P
kimia yang bereksinambungan. Dan juga terjadi disebab-
lebih dibutuhkan oleh orang yang lebih tua sepanjang kan oleh dua faktor:
stress mekanis, walau tidak teratur aslinya. Fase remo-
a Faktor dari penderita yang sering disebut dengan faktor
delling dimulai padawaktu yang berbeda dalam area
instrinstik yang meliputi : usia, status nutrisi dan hidrasi,
luka yang berbeda, dan fase ini dapat berlanjut hingga
oksigenasi dan perfusi jaringan, status imunologi, dan
satu tahun atau bahkan lebih lama. Dengan demiki-
an, walaupun luka tampak sembuh secara superfisial,
C penyakit penyerta (hipertensi, DM, Arthereosclerosis).
b. Faktor dari luar penderita yang disebut dengan faktor
E
proses membangun kembali di bagian bawah tetap ber-
lanjut. ekstrinsik meliputi : pengobatan, radiasi, stres psikolo-
gis, infeksi, iskemia dan trauma jaringan.

T
A
218 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 219
K
N
6. Komplikasi Luka A c. Pemberian antibiotik
a. Kerusakan Arteri: Pecahnya arteri karena trauma bisa Pemberian antibiotik tergantung pada jenis luka apakah
ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cya- S bersih atau tidak. Pada luka kotor maka dapat diberi-
nosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin kan antibiotik (Agus, Dewa. 2016).
pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emer-
gensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tin-
K 8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan pada luka
dakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom: Kompartement Syndrom
A 1) Hemostasis : Mengontrol pendarahan akibat laserasi
dengan cara menekan luka dengan menggunakan
merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terje-
baknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam H balutan steril. Setelah pendarahan reda, tempelkan
sepotong perban perekat atau kasa diatas luka la-
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perda-
serasi sehingga memungkinkan tepi luka menutup
rahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.
dan bekuan darah terbentuk. Luka laserasi yang
c. Infeksi: Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma
pada jaringan. S lebih serius harus di jahit oleh dokter.
2) Pembersihan luka.

I
d. Shock: Shock terjadi karena kehilangan banyak da- 3) Faktor pertumbuhan (penggunaan obat).
rah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa
4) Perlindungan : Memberikan balutan steril atau bersih
menyebabkan menurunnya oksigenasi (Agus, Dewa.
2016). A dan memobilisasi bagian tubuh.
5) Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan, ber-
7. Pencegahan
a. Tindakan Antiseptik P dasarkan kondisi luka dan status imunisasi pasien.
b. Penatalaksanaan pada pasien :
Dengan membersihkan luka menggunakan larutan an- 1) Penggunaan universal standar precaution.
tiseptik seperti halogen, alkohol. Tujuannya untuk me-
2) Perhatikan kepatenan jalan napas, pernapasan, dan
ngurangi kemungkinan infeksi pada luka, mempercepat
proses penyembuhan luka dan menghilangkan jaringan C sirkulasi.
3) Melengkapi pengkajian survey primer dengan cara
yang nekrosis.
b. Membalut luka E mengevaluasi tingkat kesadaran pasien, ukuran,
dan reaksi pupil.
Untuk mengupayakan kondisi lingkungan yang baik
T
4) Mengidentifikasi adanya luka lain yang mungkin
pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung memerlukan perawatan.
optimal.

A
220 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 221
K
N
5) Mengontrol pendarahan dengan cara penekanan A 3) Zat berbahan kimia.
langsung pada area luka, elevasi. 4) Radiasi.
6) Mengidentifikasi adanya syok hemoragik. S 5) Sengatan listrik.
7) Mengkaji status imunisasi tetanus pada pasien. 6) Ledakan perubahan suhu.
Menilai kondisi hipotermia, terutama pada saat kulit ke- K 7) Gigitan hewan.
hilangan bagian yang luas (Agus, Dewa. 2016). 8) Benda tajam.
A c. Klasifikasi
1. VULNUS AMPITATUM
KONSEP MEDIS H Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan men-
jadi :
a. Defenisi
1) Amputasi selektif/terencana
Vulnus ampitatum yang sering disebut dengan luka po- Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang
tong yang sering disebabkan oleh benda-benda tajam
S
terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik
ukuran besar seperti gergaji dimana luka mengakibat- serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi di-
kan perdarahan hebat dan risiko infeksi tinggi. Luka lakukan sebagai salah satu tindakan alternatif ter-
yang terjadi membentuk organ yang sesuai seperti di-
potong.
I akhir.
2) Amputasi akibat trauma
Ampitatum merupakan luka yang disebabkan oleh
terpotongnya salah satu bagian tubuh kita sehingga
A Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat
trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kese-
terpisah dari badan atau tubuh dengan penyebabnya
adalah beberapa benda tajam yang berukuran besar P hatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi
serta memperbaiki kondisi umum klien.
atau berat. Luka membentuk organ yang sesuai seperti
3) Amputasi darurat
dipotong. Vulnus ampitatum adalah luka yang diakibat-
kan terputusnya salah satu bagian tubuh, biasa dikenal Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh
dengan amputasi. C tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang
memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma
b. Etiologi
1) Luka terbuka yang disebabkan oleh trauma benda E dengan patah tulang multiple dan kerusakan/ke-
hilangan kulit yang luas.
yang tajam.
2) Luka tertutup yang disebabkan oleh trauma benda T Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan
selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah
yang tumpul.

A
222 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 223
K
N
terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah A Bertujuan untuk mengetahui ketidaknormalan tu-
kontraktur, mempertahankan intaks jaringan. lang.
d. Manifestasi Klinis S 3) CT Scan
1) Gejala lokal Bertujuan untuk mengidentifikasi lesi neoplastik, os-
a) Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf K teomfelitis, pembentukan hematoma.
sensoris, intensitas atau derajat terasa nyeri ber- 4) Angiografi dan pemeriksaan aliran darah
beda tergantung pada berat luka atau luas keru-
sakan ujung saraf dan lokasi luka.
A Untuk mengevaluasi perubahan sirkulasi/perfusi ja-
ringan dan membantu memperkirakan potensial pe-
b) Perdarahan hebat, hebatnya perdarahan tergan-
tung pada lokasi luka dan jenis pembuluh darah
H nyembuhan jaringan setelah amputasi.
5) Kultur luka
yang rusak. Untuk mengidentifikasi adanya infeksi dan orga-
c) Diastate, luka yang menganga atau tepinya yang nisme penyebab.
melebar.
d) Gangguan fungsi, fungsi anggota badan akan ter-
S 6) Biopsy
Untuk mengkonfirmasi diagnosa benigna/maligna.

I
ganggu, baik oleh karena rasa nyeri atau keru-
7) LED
sakan tendon.
Untuk mengetahui peninggian mengidentifikasi re-

A
e) Keterbatasan fisik.
spon inflamasi.
f) Pantom syndrome.
8) Hitung darah lengkap/deferensial
g) Pasien mmengatakan terdapat perasaan yang ti-
dak nyaman. P Untuk mengetahui peninggian dan perpindahan ke
kiri diduga proses infeksi.
h) Terdapat gangguan citra tubuh.
2. VULNUS ICTUM
2) Gejala Umum
KONSEP MEDIS
Gejala atau tanda umum pada perlukaan dapat ter-
jadi akibat komplikasi yang terjadi seperti syok, aki- C a. Definisi
bat nyeri atau perdarahan yang hebat. Vulnus Ictum adalah luka kecil dengan dasar yang sukar
e. Pemeriksaan Diagnostik E dilihat disebabkan oleh tertusuk paku atau benda yang
runcing, lukanya kecil, dasar sukar dilihat, tetapi pada
T
1) ECG.
luka ini kuman tetanus gampang masuk. Penyebabnya
2) Foto Rontgen adalah benda runcing tajam atau atau benda yang

A
224 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 225
K
N
menembus ke dalam kulit, luka kelihatannya mungkin A d. Pemeriksaan Diagnostik
menyebabkan kerusakan yang kecil namun terdapat Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan terutama
kerusakan berat di dalamnya.
S jenis tes darah lengkap untuk mengetahui terjadinya
b. Etiologi infeksi. Pemeriksaan X-ray Jika terdapat fraktur atau
Luka tusuk dapat disebabkan oleh : K dicurigai terdapat benda asing (Kartika, 2011).
1) Hitung darah lengkap
1) Benda tajam dengan arah lurus pada kulit.
2) Suatu gerakan aktif maju yang cepat atau dorongan A Peningkatan hematokrit (Ht) awal menunjukan he-
mokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan-
pada tubuh dengan suatu alat yang ujungnya pan-
jang. H kehilangan cairan. Selanjutnya penurunan Ht dan
SDM dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan
Berat ringannya luka tusuk tergantung dari lokasi ana-
oleh panas tehadap endothelium pembuluh darah.
tomi injury.
2) GDA
c. Manifestasi Klinis
1) Gejala Lokal S Penurunan PaO2/peningkatan PaCo2 mungkin ter-
radi pada retensi karbonmonoksida. Asidosis dapat
a) Sakit yang ditandai dengan nyeri jika terdapat terjadi sehubungan dengan penurunan ginjal dan
kerusakan di area ujung saraf sensoris. Beratnya I kehilangan mekanisme kompensasi pernapasan.
tingkat nyeri yang dirasakan tidak bisa dipasti- 3) Elektrolit serum
kan sesuai dengan berat dan luas luka yang di-
timbulkan.
A Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cidera jaringan-kerusakan SDM dan penu-
b) Setalah itu, pada umunya akan timbul perdara-
han. Banyaknya perdarahan tergantung pada lo-
P runan fungsi ginjal.
4) Urine
kasi luka, jenis, pembuluh darah yang rusak.
Adanya albumin, Hb, dan immunoglobulin menun-
c) Gangguan fungsi, fungsi anggota badan akan ter-
jukan kerusakan jaringan dalam dan kehilangan
C
ganggu oleh karena rasa nyeri.
protein. Warna hitam kemerahan pada urine sehu-
2) Gejala umum: bungan dengan mioglobulin.
Gejala-tanda umum pada perlukaan dapat terjadi
akibat komplikasi yang terjadi seperti syok akibat E 5) Bronkoskopi
Berguna dalam diagnose luas cidera inhalasi, hasil
nyeri dan atau perdarahan yang hebat.
T dapat meliputi edema, pendarahan, dan tukak pada
saluran pernapasan.

A
226 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 227
K
N
6) EKG A dengan standar prosedur dan tidak memperhatikan
Tanda iskemia miokardial-disritmia dapat terjadi prinsip steril maka akan memungkinkan timbulnya
pada luka bakar listrik. S efek samping berupa infeksi yang disebabkan karena
mikroorganisme (Delima, 2013).
3. VULNUS INCISIVUM
KONSEP MEDIS K d. Manifestasi Klinis
Menurut Delima, (2013) yang dapat muncul dari vulnus
a. Defenisi
Beberapa jenis mekanisme trauma baik yang bersifat A incivum adalah :
1) Bentuk luka yang tidak teratur.
kimiawi, listrik maupun radiasi dapat menyebabkan
terputusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan sehing- H 2) Adanya jaringan rusak.
ga menyebabkan vulnus atau luka sehingga bebera- 3) Terjadinya pembengkakan.
pa fungsi tubuh mungkin dapat terganggu (Purnama, 4) Perdarahan.
2015). Seperti trauma yang disebakan oleh sayatan 5) Tampak lecet atau memar disetiap luka.
benda tajam atau tusukan jarum yang menyebakan
luka terbuka yang disebut dengan Vulnus Incisivum
S e. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Delima, (2013) yang dapat dilakukan adalah:
I
(Febriana, 2019).
b. Etiologi 1) Pemeriksaan diagnostik yang perlu dilakukan ter-
utama jenis darah lengkap. Tujuan untuk menge-
Penyebab dari vulnus incisivum menurut Delima,
(2013) yakni
A tahui tentang infeksi yang terjadi. Pemeriksaannya
melalui laboratorium.
1) Sayatan benda tajam.
2) Luka dari tindakan invasive.
P 2) Sel-sel darah putih. leukosit dapat terjadi kecende-
rungan dengan kehilangan sel pada lesi luka dan re-
c. Patofisiologi spon terhadap proses infeksi.
Beberapa mekanisme dari Vulnus Incivum biasanya 3) Hitung darah lengkap hematokrik mungkin tinggi
dilakukan dengan sengaja sebagai tindakan dalam
membuat sayatan ataupun saat penusukan jarum pada
C atau lengkap.
4) Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik
prosedur invasive pada prosedur pengobatan. Saat
terjadi luka akibat prosedur invasive biasanya akan E infeksi.

menimbulkan reaksi inflamasi sebagai bagian dari me-


kanisme pertahanan tubuh akibat jaringan yang terpu- T
tus, jika prosedur invasive yang dilakukan tidak sesuai
A
228 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 229
K
N
4. VULNUS PUNCTUM A c. Patofisiologi
KONSEP MEDIS Vulnus punctum terjadi akibat penusukan benda tajam,
a. Definisi S sehingga dapat menyebabkan terputusnya atau ru-
saknya kontiunitas jaringan yang dapat terjadi reaksi
Vulnus Punctum adalah luka kecil dengan dasar yang
sukar dilihat. Disebabkan oleh tertususuk paku atau K proses inflamasi atau peradangan. Dalam hal ini ada
peluang besar terjadinya infeksi hebat.
benda yang runcing, lukanya kecil, dasar sukar dilihat,
tetapi pada luka ini kuman tetanus gampang masuk.
Disebabkan oleh sesuatu yang runcing dan tajam yang
A d. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dapat mencul saat terjadi luka
menembus permukaan kulit yang menyebabkan bagian
luar kulit tampak mengalami luka kecil namun dapat
H dapat menimbulkan gejala lokal dan gejala umum.
1) Gejala Lokal :
berbeda dengan luka yang terjadi pada bagian dalam
a) Rasa nyeri yang dirasakan memiliki kualitas yang
struktur kulit terlebih jika benda tersebut mengenai
berbeda-beda tergantung dari lokasi luka dan be-
bagian abdomen. Luka tusuk merupakan bagian dari
trauma tajam yang mana luka tusuk masuk ke dalam S sarnya kerusakan pada ujung saraf.
b) Perdarahan. Jenis pendarahan yang terjadi ber-
jaringan tubuh dengan luka sayatan yang sering sa-
ngat kecil pada kulit, misalnya luka tusuk pisau (Ansori,
Muhammad. 2015). Pada luka tusuk biasanya dapat
I beda-beda pada setiap kasus tergantung pada je-
nis pembuluh darah yang rusak dan lokasi luka.
berbentuk seperti kurva, panjang luka pada permu-
kaan kuliat biasanya tampak lebih kecil dari lebar ben- A c) Diastase yaitu luka yang menganga atau tepinya
saling melebar.
da yang menusuk apalagi bila luka melintang terhadap
otot (Mallo, dkk. 2015). P d) Gangguan fungsi anggota badan yang mengala-
mi luka.
b. Etiologi 2) Gejala umum :
Luka tusuk dapat disebabkan oleh : Reaksi syok dapat terjadi jika terdapat pendarahan
yang hebat (Agus, Dewa. 2016).
1) Benda tajam dengan arah lurus pada kulit.
2) Suatu gerakan aktif maju yang cepat atau dorongan
C e. Pemeriksaan Diagnostik

E
pada tubuh dengan suatu alat yang ujungnya pan- Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan terutama
jang. jenis tes darah lengkap untuk mengetahui terjadinya
infeksi. Pemerksaan X-ray jika terdapat fraktur atau di-
T curigai terdapat benda asing.

A
230 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 231
K
N
1) Pemeriksaan darah lengkap A 7) EKG
Adanya peningkatan Ht dapat menunjukkan adanya Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat terjadi
hemokonsentrasi yang terjadi akibat perpindahan/
kehilangan cairan. Selanjutnya penurunan Ht dan
S pada luka bakar listrik (Agus, Dewa. 2016).

SDM terjadi akibat kerusakan oleh panas yang ter-


hadap endothelium pembuluh darah.
K C. Konsep Asuhan Keperawatan Integritas
Kulit dan Luka
2) GDA
Penurunan PaO2/peningkatan PaCo2 mungkin ter-
A 1. Pengkajian
Asuhan keperawatan merupakan aspek legal bagi seorang
jadi pada retensi karbon monoksida. Asidosis dapat
terjadi sehubungan dengan penurunana ginjal dan H perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan
kehilangan mekanisme kompensasi pernapasan. keperawatan kepada klien, memberikan informasi secara
benar dengan memperhatikan aspek legal etik yang ber-
3) Elektrolit serum
laku:

S
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
a. Identitas (nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
dengan cidera jaringan/kerusakan SDM dan penu-
agama, status, jenis kelamin).
runan fungsi ginjal, hipokalemi dapat terjadi bila
mulai diuresis, magnesium mungkin menurun. I b. Keluhan utama : Pasien mengeluh nyeri.
4) BUN/keratin c. Riwayat penyakit.
Peninggian menunjukan penurunan perfusi ginjal, A 1) Riwayat penyakit sekarang: pasien mengeluh nyeri
namun keratin dapat meningkat karena cidera jari- pada bagian tubuh yang tertusuk atau yang terkena
ngan. P benda tajam.
5) Urine 2) Riwayat penyakit dahulu: pasien mengatakan tidak
Adanya albumin, Hb, dan immunoglobulin menun- mempunyai riwayat hipertensi, diabetes mellitus, ja-
jukkan kerusakan jaringan dalam dan kehilangan tung, asma dan alergi.
protein. Warna hitam kemerahan pada urine sehu-
bungan dengan mioglobulin.
C 3) Riwayat penyakit keluarga: dalam keluarga tidak
ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, atau pe-
6) Bronkoskopi
Berguna dalam diagnose luas cidera inhalasi, hasil
E nyakit manular dan berbahaya lainnya.
d. Pemeriksaan fisik (Head To Toe)
dapat meliputi edema, pendarahan, dan tukak pada
saluran pernapasan.
T 1) Kepala: kesimetrisan bentuk, warna rambut, keber-
sihan rambut dan tidak berbau, tidak ada ketombe.

A
232 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 233
K
N
2) Kulit berwarna coklat, terdapat luka tusuk di bagian A Perkusi = Pekak
tubuh. Auskultasi = Ada nyeri tekan
3) Mata: Kelopak mata agak cekung kedalam, kon-
jungtiva pucat.
S e. Ekstremitas

K
Atas = Terpasang infus RL 30 tetes/menit pada panggul
4) Mulut: Mulut dan lidah bersih, tidak ada perdarahan
tangan sebelah kanan.
pada gusi, mulut tidak berbau, gigi belum ada yang

A
tanggal. Bawah = Bisa di gerakkan tidak ada kelainan bawaan.

5) Telinga: Letak telinga simetris, bisa mendengar de- 1) Aktivitas dan istirahat
ngan jelas, telinga bersih.
6) Hidung: Bentuk hidung simetris, bersih, tidak ada
H Meliputi keluhan lemah, lelah, dan dapat ditandai
dengan adanya perubahan tingkat kesadaran, ke-
kotoran. terbatasaan rentang gerak, perubahan pola aktivi-
tas.
7) Leher: Tidak ada pembengkakan tiroid
2) Sirkulasi
8) Dada:
Paru:
S Meliputi keluhan perubahan tekanan darah dan
dapat ditandai dengan adanyan perubahan frekuen-
Inspeksi
Palpasi
= Bentuk dada simetris
= Vocal fremitus kanan kiri sama
I si jantung seperti takikardi atau bradikardi.
3) Integrtitas ego
Perkusi
Auskultasi
= Sonor
= Tidak ada bunyi tambahan ronchi/
A Meliputi keluhan perubahan pola tingkah laku atau
kepribadian dan dapat ditandai dengan rasa takut,
wheezing
P perasaan cemas dan gelisah.
4) Eliminasi
Jantung:
Inspeksi = Ictus cardis tidak ada Meliputi keluhan perubahan pola elimiasi baik itu
Palpasi = Ictus Cardis teraba pola BAB atau BAK seperi konstipasi, retensi urin

Perkusi = Pekak C dan dapat ditandai dengan belum buang air besar
selama 2 hari.
Auskultasi = Vaskuler Lup Dup I II

Abdomen: E 5) Neurosensori
Meliputi keluhan seperti rasa nyeri, pusing, vertigo,

T
Inspeksi = Luka laparatomi kesemutan dan dapat ditandai dengan nyeri pada
Palpasi = Peristaltik 15 x/menit

A
234 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 235
K
N
daerah yang cedera, adanya kemerahan dan pe- A Obyektif:
rubahan sensitifitas pada area luar. - Tampak meringis.
6) Nyeri S - Bersikap protektif.
Meliputi keluhan nyeri pada daerah luka bila disen- - Gelisah.
tuh atau ditekan dan dapat ditandai dengan wajah
meringis, respon menarik pada rangsangan nyeri
K - Frekuensi nadi meningkat.
- Sulit tidur.
yang hebat, gelisah tidak bisa tidur.
7) Kulit
A d. Kondisi Klinis Terkait

Meliputi keluhan rasa nyeri dan panas pada area


luka dan dapat ditandai dengan perubahan warna
H - Kondisi pembedahan.
- Cedera traumatis.
dan bau pada luka ataupun adanya edema. - Infeksi.
2. Diagnosis Keperawatan - Sindrom koroner akut.
Masalah 1: Nyeri Akut
a. Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang
S - Glaukoma.

Masalah 2: Gangguan Mobilitas Fisik


berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fung-
sional dengan onset mendadak atau lambat dan berin-
I a. Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri.
tensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan. A b. Penyebab
- Kekakuan sendi.
b. Penyebab :
1) Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iske-
P - Penurunan kekuatan otot.

mia, neoplasma). - Gangguan neuromuskuler..

2) Agen pencedera kimiawi (misalnya terbakar, bahan c. Gejala dan Tanda Mayor

C
kimia iritan). Subyektif: Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
3) Agen pencedera fisik (misalnya abses, amputasi, Obyektif:
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan. E - Kekuatan otot menurun.
- Rentang gerak menurun (ROM).
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subyektif : Mengeluh nyeri. T
A
236 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 237
K
N
d. Gejala dan Tanda Minor A - Suhu lingkungan yang ekstrem.
Subyektif: - Faktor mekanis (misalnya Penekanan pada tonjolan
- Nyeri saat beregerak. S tulang, gesekan) atau faktor elektris.

- Enggan melakukan pergerakan. - Efek samping terapi radiasi.

- Merasa cemas saat bergerak. K - Kelembaban.

Obyektif: - Proses penuaan.

- Sendi kaku. A - Neuropati perifer.


- Perubahan pigmentasi.
H
- Gerakan tidak terkordinasi.
- Gerakan terbatas. - Perubahan hormonal.

- Fisik lemah. - Kurang terpapar informasi tentang upaya memper-


tahankan/melindungi integritas kulit.
e. Kondisi Klinis Terkait
c. Gejala dan Tanda Mayor
- Stroke.
- Cedera medulla spinalis.
S Subyektif: Tidak tersedia.

- Trauma.
- Osteotrhitis.
I Obyektif: Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit.
d. Gejala dan Tanda Minor

Masalah 3: Gangguan Integritas Kulit/Jaringan A Subyektif: Tidak tersedia.

a. Definisi: Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) Obyektif:


atau jaringan (membrane mukosa, kornea, fasia, otot, P - Nyeri.
tendon, tulang, kartigo, kapsul sendi dan/atau liga- - Perdarahan.
ment).
- Kemerahan.
b. Penyebab: - Hematoma.
- Perubahan sirkulasi. C e. Kondisi Klinis Terkait
- Perubahan status nutrisi.
E
- Gagal ginjal.
- Kekurangan atau kelebihan volume cairan.
- Imobilisasi.
- Penurunan mobilitas.
- Bahan kimia iritatif. T - Diabetes mellitus.

A
238 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 239
K
N
- Gagal Jantung Kongestif. A - Mengungkapkan perasaan negatif tentang peruba-
- Imunodefisiensi (misalnya AIDS). han tubuh.

Masalah 4: Gangguan Citra Tubuh S - Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan atau


reaksi orang lain.

K
a. Definisi: Perubahan persepsi tentang penampilan, struk-
- Mengungkapkan perubahan gaya hidup.
tur dan fungsi fisik individu.
Obyektif:
b. Penyebab
- Perubahan struktur atau bentuk tubuh (misalnya
A - Menyembunyikan atau menunjukkan bagian tubuh
secara berlebihan.

H
Amputasi, trauma, luka bakar, obesitas, jerawat).
- Menghindari melihat dan atau menyentuh bagian tu-
- Perubahan fungsi tubuh (misalnya proses kehamil-
buh.
an, penyakit, kelumpuhan).
- Fokus berlebihan pada perubahan tubuh.
- Perubahan fungsi kognitif.
- Respon non verbal pada perubahan dan persepsi tu-

S
- Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem
buh.
nilai.
- Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu.
- Transisi perkembangan.
- Gangguan psikososial. I - Hubungan sosial berubah.
e. Kondisi Klinis Terkait
A
- Efek tindakan/pengobatan (misalnya pembedahan,
kemoterapi, terapi radiasi). - Mastektomi.
- Amputasi.
P
c. Gejala dan Tanda Mayor
- Jerawat.
Subyektif: Mengungkapkan kecacatan/kehilangan ba-
gian tubuh. - Parut atau luka bakar yang terlihat.
- Obesitas.
Obyektif:
- Hiperpigmentasi pada kehamilan.
- Kehilangan bagian tubuh.
- Fungsi atau struktur tubuh berubah/hilang.
C Masalah 5: Risiko Perdarahan

d. Gejala dan Tanda Minor


E a. Definisi: Berisiko mengalami kehilangan darah baik in-
ternal (terjadi di dalam tubuh) maupun eksternal (ter-
Subyektif:

T
jadi hingga keluar tubuh).
- Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan
bagian tubuh.

A
240 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 241
K
N
b. Faktor Risiko: A - Kanker.
- Aneurisma. - Trauma.
- Gangguan gastrointestinal. S Masalah 6: Risiko Infeksi
- Gangguang fungsi hati.
K
a. Definisi: Berisiko mengalami peningkatan terserang or-
- Komplikasi kehamilan. ganisme patogenik.
- Komplikasi pasca partum.
- Gangguan koagulasi. A b. Faktor risiko:
1) Penyakit kronis.

H
- Efek agen farmakologis. 2) Efek prosedur invasive.
- Tindakan pembedahan. 3) Malnutrisi.
- Trauma. 4) Peningkatan paparan organisme pathogen lingku-
- Kurang terpapar informasi tentang pencegahan ngan.

S
perdarahan. 5) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
- Proses keganasan. - Gangguan peristaltik.
c. Kondisi Klinis Terkait:
- Aneurisma.
I - Kerusakan integritas kulit.
- Perubahan sekresi pH.
- Koagulopati intravaskuler diseminata.
- Sirosis hepatis.
A - Penurunan kerja siliaris.
- Ketuban pecah lama.
- Ulkus lambung.
- Varises.
P - Ketuban pecah sebelum waktunya.
- Merokok.
- Trombositopenia. - Statis cairan tubuh.
- Ketuban pecah sebelum waktunya. 6) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
- Plasenta previa. C - Penurunan haemoglobin.
- Atonia uterus. - Imunosupresi.
- Retensi plasenta. E - Leukopenia.
- Tindakan pembedahan. - Supresi respon inflamasi.
T - Vaksinasi tidak adekuat.

A
242 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 243
K
N
c. Kondisi Klinis Terkait: A musik, terapi pijat, aromaterapi, terknik imajinasi
- AIDS. terbimbing, kompres hangat atau dingin).

- Luka bakar. S - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri


(misalnya suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
- Penyakit paru obstruktif kronis.
- Diabetes mellitus. K Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
- Tindakan invasive.
- Kondisi penggunaan terapi steroid. A - Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
H
- Penyalahgunaan obat.
Kolaborasi
- Ketuban pecah sebelum waktunya.
- Kolaborasi pemberian analgetik.
- Kanker.
- Gagal ginjal. Terapi relaksasi

S
- Imunosupresi. Observasi

- Lymphedema. - Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmam-


puan berkonsentrasi, atau gejala lain yang meng-
- Leukositopenia.
- Gangguan fungsi hati.
I ganggu kemampuan kognitif.
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan da-
3. Intervensi Keperawatan A rah dan suhu sebelum dan sesudah latihan.
a. Nyeri Akut - Monitor respon terhadap relaksasi.
Manajemen Nyeri P Terapeutik
Observasi - Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa gang-
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, guan dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman.
kualitas, intensitas nyeri. - Gunakan pakaian yang longgar.
- Identifikasi faktor yang memperberat dan mempe- C - Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat
ringan nyeri. dan berirama.
- Monitor efek samping penggunaan analgetik. E Edukasi
Terapeutik - Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relak-
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengura- T sasi yang tersedia (misalnya musik, meditasi, napas
ngi rasa nyeri (misalnya hipnosis, akupresur, terapi dalam, relaksasi otot progresif).
A
244 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 245
K
N
- Anjurkan mengambil posisi nyaman. A - Identifikasi jenis terapi yang digunakan berdasarkan
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi. keadaan dan kemampuan pasien (mendengarkan

- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik S atau membaca Al-Quran).


Terapeutik
yang dipilih.

Pemberian Analgesik K - Posisikan dalam posisi dan lingkungan yang nya-


man.
Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri (misalnya pencetus, A - Batasi rangsangan eksternal selama terapi yang di-
lakukan (misalnya lampu, suara, pengunjung, pang-
pereda, kualitas, lokasi, intensits, frekuensi, durasi).
- Identifikasi riwayat alergi obat. H gilan telepon).
- Putar rekaman yang telah ditetapkan.
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
Edukasi
pemberian analgesik.
- Jelaskan tujuan dan manfaat terapi.
Terapeutik
- Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengop- S - Anjurkan memusatkan perhatian atau pikiran pada
lantunan ayat Al-Quran.
timalkan respons pasien.
- Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik I Perawatan kenyamanan
Observasi
dan efek yang tidak diinginkan.
Edukasi A - Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan (misal-
nya mual, nyeri, gatal, sesak).
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat.
Kolaborasi P Terapeutik
- Berikan posisi nyaman.
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik,
- Kompres air dingin atau air hangat.
sesuai indikasi.
Edukasi

C
Terapi Murottal
- Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi.
Observasi
- Ajarkan latihan pernapasan.
- Identifikasi aspek yang akan difokuskan dalam te-
rapi (misalnya stimulasi, relaksasi, konsentrasi dan E Kolaborasi

pengurangan nyeri). - Kolaborasi pemberian analgesik, antihistamin, jika


T perlu.

A
246 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 247
K
N
b. Gangguan Mobilitas Fisik A Edukasi
Latihan Rentang Gerak - Anjurkan memakai pelembab (misalnya lotion, se-
Observasi: S rum).

- Monitor lokasi ketidaknyamanan pada saat berge- - Anjurkan minum Air yang cukup.
rak. K - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
Terapeutik: d. Gangguan Citra Tubuh
- Gunakan pakaian yang longgar. A Promosi Citra Tubuh
- Lakukan gerakan pasif dengan bantuan sesuai de- Observasi
ngan indikasi. H - Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
Edukasi: perkembangan.
- Jelaskan tujuan dan prosedur latihan. Terapeutik
- Anjurkan duduk di tempat tidur atau di kursi. - Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya.
Kolaborasi: S - Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra
- Kolaborasi dengan fisioterapis mengembangkan rubuh (misalnya luka, penyakit, pembedahan).
program latihan. I Edukasi
c. Gangguan Integritas Kulit - Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap
Perawatan Integritas Kulit A citra rubuh.

P
Observasi e. Risiko Perdarahan
- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mi- Pencegahan Perdarahan
salnya perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, Observasi
penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem - Monitor tanda dan gejala perdarahan.
dan penurunan monilitas).
Terapeutik C Terapeutik
- Pertahankan bed rest selama perdarahan.
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring.
- Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan E - Batasi tindakan invasive, jika perlu.
Edukasi
hipoalergik pada kulit.
T - Jelaskan tanda dan gejala perdarahan.
- Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan.

A
248 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 249
K
N
Kolaborasi A Edukasi
- Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, - Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke
jika perlu. S pasien dan keluarga.

Pencegahan syok Pemantauan Cairan


Observasi K Observasi
- Monitor status kardiopulmonal (frekuensi, dan - Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (misalnya
kekuatan nadi, frekuensi napas, tekanan darah). A frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekan-
- Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil. an darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor

Terapeutik H kulit menurun, membran mukosa kering, volume


urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah,
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun
oksigen >94%.
dalam waktu singkat).
- Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis.
Edukasi S - Monitor waktu pengisian kapiler.
Terapeutik
- Jelaskan penyebab/faktor risiko syok.
- Jelaskan tanda dan gejala syok. I - Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kon-
disi pasien.

A
Kolaborasi - Dokumentasikan hasil pemantauan.
- Kolaborasi pemberian transfuse darah. Edukasi
Pencegahan Cedera
Observasi
P - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
- Informasikan hasil pemantauan.
- Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menye- Pencegahan Infeksi
babkan cedera.
Observasi
Terapeutik
- Sediakan pencahayaan yang memadai.
C - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal.
Terapeutik
- Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan ke-
bijakan fasilitas pelayanan kesehatan.
E - Batasi jumlah pengunjung.
- Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan
T pasien dan lingkungan.

A
250 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 251
K
N
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko in- A Edukasi
feksi. - Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
Edukasi S - Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri.
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi. Kolaborasi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar. K - Kolaborasi pemberian antibiotik.
Perawatan Luka
Observasi A Manajemen lingkungan
Observasi

H
- Monitor karakteristik luka (misalnya drainase, war- - Identifikasi keamanan dan kenyamanan lingkungan.
na, ukuran, bau).
Terapeutik
- Monitor tanda-tanda infeksi.
- Atur suhu lingkungan yang sesuai.
Terapeutik
- Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih

S
- Lepaskan balutan dan plester secara perlahan. dan nyaman.
- Cukur rambut di sekitar luka. - Izinkan keluarga untuk tinggal mendampingi pasien.
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih non-
toksik. I Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga/pengunjung tentang

A
- Bersihkan jaringan nekrotik. upaya pencegahan infeksi.
- Berikan salep yang sesuai kulit.
- Pasung balutan sesuai jenis luka.
- Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
P
luka.
- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase.
- Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau se-
suai kondisi pasien. C
- Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari
dan protein 1,25-1,5 g/kg/BB/hari. E
T
- Berikan terapi TENS (Stimulasi Saraf transkutane-
ous).

A
252 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 253
K
N
A
S
BAB
10
K MOBILISASI DAN IMOBILISASI
A
H
Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan
S Mobilisasi Fisik

I
1. Definisi mobilisasi dan imobilisasi
a. Pengertian mobilisasi

A Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk


bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan

P
tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya (Haswita dan Reni
Sulistyawati, 2017).
Jenis mobilisasi yaitu:
1) Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang
C untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga
dapat melakukan intraksi sosial dan menjalankan
E peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan
fungsi saraf motorik valunter dan sensorik untuk

T dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

A
254 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 255
K
N
2) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan se- A 2. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi dan imobilisasi
seorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa fak-
tidak mampu bergerak secara bebas karena di pe-
ngaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik
S tor, diantaranya:
a. Gaya hidup
pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada
kasus cidera atau patah tulang dengan pemasangan K Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemam-
traksi. puan mobilitas seseorang karena gaya hidup berdam-

b. Pengertian imobilisasi A pak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.


b. Proses penyakit/cidera
Imobilsasi merupakan keadaan dimana seseorang ti-
dak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang H Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan
mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya menga- mobilitas karena dapat mempengaruhi fungsi sistem
lami trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita fraktur
fraktur pada ekstremitas dan sebagainya. Jenis imobili- femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam
sasi yaitu: S ekstremitas bagian bawah.
c. Kebudayaan
1) Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk
bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah ter-
jadinya gangguan komplikasi pergerakan.
I Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipenga-
ruhi kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki
2) Imobilitas intelektual, Merupakan keadaan ketika
seseorang mengalami keterbatasan daya fikir.
A budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mo-
bilitas yang kuat. Sebaliknya ada orang yang mengala-

P
mi gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya
3) Imobilitas emosional, merupakan keadaan ketika
tertentu dilarang untuk beraktivitas.
seseorang mengalami pembatasan secara emo-
sional karena ada perubahan secara tiba-tiba dalam d. Tingkat energi
menyesuaikan diri. Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas.
Agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan
C
4) Imobilitas sosial, merupakan keadaan individu yang
mengalami hambatan dalam melakukan interaksi baik dibutuhkan energi yang cukup.
sosial karena keaadaan penyakitnya, sehingga dapat e. Usia dan status perkembangan
mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial. E Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat
usia yang berbeda, hal ini dikarenakan kemampuan atau
T kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkem-
bangan usia.
A
256 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 257
K
N
3. Perubahan sistem tubuh akibat imobilisasi A b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Dampak dari imobilisasi dalam tubuh dapat mempenga- Sebagai dampak dari imobilitas karena selama proses
ruhi sistem tubuh, seperti perubahan pada metabolisme S imobilitas akan terjadi persediaan protein menurun dan
tubuh, ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, gangguan konsentrasi protein serum akan berkurang sehingga
dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal,
perubahan sistem pernapasan, perubahan kardiovaskuler,
K dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Disamping
itu berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskular
perubahan sistem muskuloskeletal, perubahan kulit, pe-
rubahan eliminasi (buang air besar dan kecil) dan peruba- A ke interstitial dapat menyebabkan edema sehingga ter-
jadi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit.
han perilaku.
a. Perubahan metabolisme H c. Gangguan perubahan zat gizi
Disebabkan menurunnya pemasukan protein dan kalori
Secara umum mobilitas dapat mengganggu metabo- sehingga menyebabkan zat-zat makanan pada tingkat
lisme secara normal, mengingat imobilisasi dapat me- sel akan menurun, dimana sel tidak lagi menerima glu-
nyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tu- kosa, asam amino, lemak dan oksigen dalam jumlah
buh, hal tersebut dapat kita jumpai pada menurunnya S yang cukup untuk melakukan aktivitas metabolisme.
basal metabolisme rate yang menyebabkan energi un- d. Gangguan fungsi gastrointestinal
tuk perbaikan sel-sel berkurang, sehingga dapat mem-
pengaruhi ganggguan dalam oksigenasi sel.
I Imobilisasi dapat menurunkan hasil makanan yang

A
dicerna, disamping menurunnya jumlah pemasukan
Kemudian dalam perubahan metabolisme imobilitas yang cukup dapat menyebabkan keluhan, seperti perut
dapat mengakibatkan proses anabolisme menurun dan kembung, mual, nyeri gastrik yang dapat menyebab-
katabolisme meningkat, keadaan ini dapat berisiko
meningkatkan gangguan dalam metabolime. Dalam
P kan gangguan proses eliminasi.
e. Perubahan sistem pernapasan
proses imobilisasi juga dapat menyebabkan menurun-
nya ekskresi urin dan meningkatnya nitrogen, hal terse- Karena dengan imobililisasi kadar hemoglobin menu-
but ditemukan pada pasien yang mengalami imobilitas run, ekspansi paru menurun, terjadi pelemahan otot,
pada hari ke lima dan ke enam. Beberapa dampak pe- C terganggunya metabolisme. Terjadinya penurunan ka-
dar hemoglobin dapat berdampak pada pengaliran ok-
rubahan metabolisme, atropi kelenjar dan katabolisme
protein, dalam mengubah zat gizi dan gangguan gastro-
intestinal.
E sigen dari alveoli di paru ke jaringan menurun sehingga
dapat menyebabkan terjadinya. Ekspansi paru menu-

T run dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh


permukaan paru.

A
258 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 259
K
N
f. Perubahan kardiovaskular A skeletal misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi,
Terjadinya othostatic hipotensi, meningkatnya kerja osteoporosis.
jantung dan terjadi pembentukan thrombus. Terjadinya S Kontraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan
othostatic hipotensi dapat disebabkan kemampuan kriteria dengan adanya fleksi dan fleksasi yang dise-
saraf otonom menurun pada posisi tetap dan waktu-
nya lama maka reflex neurovaskular pada vena ba-
K babkan atropi dan memendeknya otot. Terjadinya kon-
traktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan
giah bawah sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi
pusat terhambat. Meningkatnya kerja jantung dapat A yang tidak berfungsi sedangkan osteoporosis dapat ter-
jadi karena reabsorbsi tulang semakin besar yang me-
disebabkan karena imobilitas dengan posisi horizon- ngakibatkan jumlah kalsium ke dalam darah menurun,
tal. Secara normal darah terkumpul pada ekstremitas H sedangkan jumlah kalsium dikeluarkan melalui urin se-
bawah bergerak dan meningkatkan aliran vena kembali makin besar.
ke jantung dan akhirnya jantung akan meningkatkan h. Perubahan sistem kulit
kerjanya.
Menurunnya elastisitas kulit, karena menurunnya sirku-
Terjadinya thrombus juga disebabkan karena mening-
katnya vena statis yang merupakan penurunan kon-
S lasi darah sebagai akibat imobilisasi, kemudian terjadi
iskemia dan nekrosis jaringan superfisial dengan ada-
traksi muskular sehingga meningkatkan arus balik
vena.
I nya luka decubitus sebagai akibat kulit yang kuat dan
sirkulasi yang menurun ke jaringan.
g. Perubahan sistem muskuloskeletal
Pertama gangguan muskular yakni menurunnya masa
A i. Perubahan eliminasi
Terjadi pembentukan julah urine yang berkurang hal
otot sebagai dampak imobilisasi dapat menyebabkan
menurunnya kekuatan seecara langsung, menurunnya
P ini kemungkinan yang disebabkan karena intake yang
kurang dan perubahan kardiak output menurun sehing-
fungsi kapasitas otot yang ditandai dengan menurun- ga aliran darah renal berkurang dan urine berkurang.
nya stabilitas. Kondisi berkurangnya masa otot dapat
j. Perubahan perilaku
menyebabkan atropi pada otot, sebagai contoh otot
betis seseorang yang dirawat lebih dari enam minggu C Adanya rasa bermusuhan, bingung, cemas, emosional
tinggi, depresi, perubahan sirkulasi tidur dan menurun-
maka akan memperlihatkan ukuran yang lebih kecil
disamping menunjukkan adanya kelemahan, dan ke-
lesuan. Kedua, gangguan skeletal yakni adanya imo-
E nya mekanisme koping. Terjadinya perubahan perilaku
tersebut diatas sebagai dampak imobilisasi karena se-
bilisasi juga dapat menyebabkan gangguan dalam
T lama mobilisasi seorang akan mengalami perubahan
peran, konsep diri, kecemasan dan lain-lainnya.

A
260 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 261
K
N
4. Penatalaksanaan gangguan mobilitas A latihan juga dapat dihubungkan dengan peningkatan mood
Menurut Stanley dan Beare (2007), penatalaksanaan atau tingkat ketegangan, ansietas, dan depresi.
gangguan mobilitas yaitu pencegahan primer. S Latihan rentang gerak ROM (Range of motion)

Pencegahan primer a. Pengertian ROM


Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung K ROM adalah jumlah maksimum gerakan yang mung-
sepanjang kehidupan, mobilitas dan aktivitas pada fungsi kin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan
sistem muskuloskeletal, kardiovaskuler, dan pulmonal. A tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal. Potongan
Salah satu terobosan dalam promosi kesehatan adalah sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan
pengenalan dan penerimaan latihan sebagai komponen
integral dari kehidupan sehari-hari. Latihan sangat ber-
H ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan
kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke
manfaat baik bagi lansia yang sehat maupun untuk me- sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan ke be-
reka yang mengalami masalah fisik secara teratur dapat lakang. Potongan transversal adalah garis horizontal
menunda proses penuaan, dihubungkan dengan perasaan yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah
sejahtera, memperpanjang usia dan peningkatan fungsi S (Potter & Perry, 2005).
kardiovaskuler dan pulmonal. Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh liga-
Aktivitas dan latihan yang dianjurkan dapat meningkat I men, otot, dan konstruksi sendi. Beberapa gerakan
tingkat energi, mempertahankan mobilitas dan meningkat- sendi adalah spesifik untuk setiap poto-ngan. Pada po-
kan kemampuan kardiovaskuler dan pulmonal. Walaupun
latihan tidak akan mengubah rangkaian proses penuaan
A tongan sagital, gerakannya adalah fleksi dan ekstensi
(jari-jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul).
normal, hal tersebut dapat mencegah efek mobilitas yang
merusak dan gaya hidup yang kurang gerak.
P Pada potongan frontal, gerakannya adalah abduksi
dan adduksi (lengan dan tungkai) dan eversi dan in-
Lansia mengalami peningkatan status kesehatan yang versi (kaki). Pada potongan transversal, gerakannya
signifikan dengan aktivitas fisik yang rendah sampai se- adalah pronasi dan supinasi (tangan), rotasi internal
dan eksternal (lutut), dan dorsi fleksi dan plantar fleksi
dang dalam waktu luangnya ketika aktivitas-aktivitas ini
dipraktikkan secara teratur dan dengan durasi serta inten- C (kaki) (Potter & Perry, 2005).
sitas yang sesuai. Sebagai suatu hasil dari latihan, sistem Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan
kardiopulmonal memperoleh fungsi secara keseluruhan, E pertanyaan dan mengobservasi dalam mengumpulkan
sistem muskuloskeletal menunjukkan fleksibilitas yang data tentang kekakuan sendi, pembengkakan, nyeri,
lebih besar, kebiasan nutrisi meningkat, dan upaya-upaya
mengendalikan berat badan dapat ditingkatkan, program
T keterbatasan gerak, dan gerakan yang tidak sama.
Klien yang memiliki keterbatasan mobilisasi sendi

A
262 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 263
K
N
karena penyakit, ketidakmampuan, atau trauma mem- A 4) Memperlancar sirkulasi darah.
butuhkan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imo- 5) Memperbaiki tonus otot.
bilisasi (Potter & Perry, 2005).
S 6) Meningkatkan mobilisasi sendi.
Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi 7) Memperbaiki toleransi otot untuk latihan.
yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan perge-
rakan otot, dimana klien menggerakan masing-ma-
K d. Prinsip latihan ROM

sing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara


aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) A Adapun prinsip latihan ROM, diantaranya:
1) ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan
adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan
H
minimal 2 kali sehari.
atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan 2) ROM dilakukan berlahan dan hati-hati sehingga ti-
menggerakan persendian secara normal dan lengkap dak melelahkan pasien.
untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter
3) Dalam merencanakan program latihan ROM, perha-
& Perry, 2005).
tikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan
b. Tujuan ROM S lamanya tirah baring.
Adapun tujuan dari ROM, yaitu: 4) Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan
1) Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas I ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit,
dan kekuatan otot. kaki, dan pergelangan kaki.
2) Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan. A 5) ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau
hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengala-
3) Mencegah kekakuan pada sendi.
4) Merangsang sirkulasi darah. P mi proses penyakit.
6) Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya
5) Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontrak-
setelah mandi atau perawatan rutin telah dilakukan.
tur.
e. Jenis-jenis ROM
c. Manfaat ROM
Adapun manfaat dari ROM, yaitu: C ROM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1) ROM aktif
1) Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot
dalam melakukan pergerakan. E ROM aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh se-
seorang (pasien) dengan menggunakan energi sen-
2) Mengkaji tulang, sendi, dan otot.
3) Mencegah terjadinya kekakuan sendi. T diri. Perawat memberikan motivasi, dan membim-
bing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri

A
264 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 265
K
N
secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi A f. Indikasi dan sasaran ROM
normal (klien aktif) kekuatan otot 75 %. 1) ROM Aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot
serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya
S Indikasi:
a) Pasien dapat melakukan kontraksi otot secara
secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM ak-
tif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai
K aktif dan menggerakkan ruas sendinya baik de-
ngan bantuan atau tidak.
ujung jari kaki oleh klien sendiri secara aktif.
2) ROM pasif
A b) Pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat
menggerakkan persendian sepenuhnya, digu-
ROM pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk lati-
han berasal dari orang lain (perawat) atau alat me- H nakan A- AROM (Active-Assistive ROM), adalah
jenis ROM Aktif yang mana bantuan diberikan
kanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien melalui gaya dari luar apakah secara manual atau
sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pa- mekanik, karena otot penggerak primer memer-
sif) kekuatan otot 50 %. lukan bantuan untuk menyelesaikan gerakan).
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan S c) ROM aktif dapat digunakan untuk program lati-
tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi han aerobik.
tidak mampu melakukan beberapa atau semua lati-
han rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah bar-
I d) ROM aktif digunakan untuk memelihara mobili-
sasi ruas di atas dan di bawah daerah yang tidak
ing total atau pasien dengan paralisis ekstermitas
total (Suratun, dkk, 2008).
A dapat bergerak.
Sasaran:
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga ke-
lenturan otot-otot dan persendian dengan mengge- P a) Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindi-
kasi, sasaran ROM aktif serupa dengan ROM pa-
rakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
sif.
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi
yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh b) Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan
persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang
terganggu dan klien tidak mampu melaksanakan-
C pembelajaran gerak dari kontrol gerak volunter.
2) ROM pasif
nya secara mandiri.
E Indikasi:
1) Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan

T akut yang apabila dilakukan pergerakan aktif


akan menghambat proses penyembuhan.

A
266 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 267
K
N
b) Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperboleh- A 7) Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke ba-
kan untuk bergerak aktif pada ruas atau seluruh gian luar, bergerak membentuk sudut persendian.
tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan
atau bed rest total.
S 8) Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian
dalam bergerak membentuk sudut persendian.
Sasaran:
a) Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan
K 9) Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana
permukaan tangan bergerak ke bawah.
ikat.
b) Meminimalisir efek dari pembentukan kontrak-
A 10) Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana
permukaan tangan bergerak ke atas.
tur.
c) Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot.
H 11) Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke se-
tiap jari-jari tangan pada tangan yang sama.
d) Membantu kelancaran sirkulasi. Gerakan ROM Aktif
e) Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi 1) Leher
tulang rawan serta difusi persendian.
f) Menurunkan atau mencegah rasa nyeri.
S a) Fleksi 450 gerakan dagu menempel ke dada.
b) Ekstensi 450 kembali ke posisi tegak (kepala
g) Membantu penyembuhan pasca cedera dan ope-
rasi.
I tegak).
c) Hiperekstensi 100 menggerakkan kepala ke arah
h) Membantu mempertahankan kesadaran akan
gerak dari pasien.
A belakang.
d) Rotasi 1800 memutar kepala sebanyak 4 kali
Macam-macam gerakan ROM
Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu:
P putaran.
e) Fleksi lateral kanan 40-450 dan fleksi lateral kiri
1) Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian. 40- 450 memiringkan kepala menuju kedua bahu
kiri dan kanan.
2) Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
3) Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut. C
4) Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah
tubuh.
5) Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tu-
E
Flexion Extension Hyper- Rotation Lateral

buh.
6) Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
T extension flexion

Gambar 10.1: Latihan Gerakan ROM pada Bagian Leher

A
268 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 269
K
N
2) Bahu A
a) Fleksi 1800 menaikkan lengan ke atas sejajar
dengan kepala. S Flexion

b) Ekstensi 1800 mengembalikan lengan ke posisi


semula. K Extension

c) Hiperekstensi 45-600 menggerakkan lengan ke


belakang.
d) Abduksi 1800 lengan dalam keadaan lurus sejajar
A Gambar 10.3: Latihan Gerakan ROM pada Bagian Siku

4) Lengan bawah
bahu lalu gerakkan kearah kepala.
e) Adduksi 3600 lengan kembali ke posisi tubuh.
H a) Supinasi 70-900 menggerakkan tangan dengan
telapak tangan di atas.
f) Rotasi internal 900 tangan lurus sejajar bahu lalu
b) Pronasi 70-900 menggerakkan tangan dengan
gerakkan dari bagian siku ke arah kepala secara
telapak tangan di bawah.
berulang.
g) Rotasi eksternal 900 dan kearah bawah secara
S
berulang.
I
Outward
Flexion
Abduction
rotation
A
Adduction
P Supination Pronation

Gambar 10.4: Latihan Gerakan ROM pada Bagian Lengan Bawah


Inward
rotation
5) Pergelangan tangan
Hyperextension
Extension a) Fleksi 80-900 menggerakkan pergelangan ta-
Gambar 10.2: Latihan Gerakan ROM pada Bagian Bahu

3) Siku
C ngan ke arah bawah.
b) Ekstensi 80-900 menggerakkan tangan kembali
a) Fleksi 1500 menggerakkan daerah siku mendeka-
ti lengan atas.
E lurus.
c) Hiperekstensi 89-900 menggerakkan tangan ke
b) Ekstensi 1500 dan luruskan kembali.
T arah atas.

A
270 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 271
K
N
Hyper-
Extension Ulnar
A d) Adduksi 300 mendekatkan kembali ibu jari.
e) Oposisi mendekatkan ibu jari ke telapak tangan.
S
flexion

Extension

Flexion Radial
flexion
K
Gambar 10.5: Latihan Gerakan ROM pada Bagian Pergelangan Tangan
A Abduction Opposition Extension
6) Jari-jari tangan
H
adduction to little Flexion
a) Fleksi 900 tangan menggenggam. Extension Flexion fingers
b) Ekstensi 900 membuka genggaman. Gambar 10.7: Latihan Gerakan ROM pada Bagian Ibu Jari
c) Hiperekstensi 30-600 menggerakkan jari-jari ke
8) Pinggul
arah atas.
d) Abduksi 300 meregangkan jari-jari tangan. S a) Fleksi 90-1200 menggerakkan tungkai ke atas.
b) Ekstensi 90-1200 meluruskan tungkai.
e) Adduksi 300 merapatkan kembali jari-jari tangan
I c) Hiperekstensi 30-500 menggerakkan tungkai ke
belakang.

A d) Abduksi 30-500 menggerakkan tungkai ke sam-


ping menjauhi tubuh.

P e) Adduksi 30-500 merapatkan tungkai kembali


mendekat ke tubuh.
Abduction Adduction f) Rotasi internal 900 memutar tungkai ke arah
dalam.
Gambar 10.6: Latihan Gerakan ROM pada Bagian Jari Tangan

7) Ibu jari C g) Rotasi eksternal 900 memutar tungkai ke arah


luar.
a) Fleksi 900 menggenggam.
b) Ekstensi 900 membuka genggaman. E
c) Abduksi 300 menjauhkan/meregangkan ibu jari.
T
A
272 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 273
K
N
Flexion
A Doral
flexion

Outward rotation S
Abduction

Inward rotation
K Plantar
Extension Adduction

Gambar 10.8: Latihan Gerakan ROM pada Bagian Pinggul A flexion

Gambar 10.10: Latihan Gerakan ROM pada Bagian Mata Kaki

9) Lutut
a) Fleksi 120-1300 menggerakkan lutut ke arah be-
H 11) Kaki
a) Inversi/supinasi 100 memutar/mengarahkan tela-
lakang. pak kaki ke arah samping dalam.
b) Ekstensi 120-1300 menggerakkan lutut kembali b) Eversi/Pronasi 100 memutar/mengarahkan tela-

S
keposisi semula lurus. pak kaki ke arah samping luar.

I Supination

A
Flexion

Extension P Pronation
Gambar 10.9: Latihan Gerakan ROM pada Bagian Lutut
Gambar 10.11: Latihan Gerakan ROM pada Bagian Kaki
10) Mata kaki
a) Dorso fleksi 20-300 menggerakkan telapak kaki
ke arah atas.
C 12) Jari-jari kaki
a) Fleksi 30-600 menekuk jari-jari kaki ke arah

E
b) Plantar fleksi 20-300 menggerakkan telapak kaki bawah.
ke arah bawah. b) Ekstensi 30-600 meluruskan kembali jari-jari
kaki.
T
A
274 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 275
K
N
c) Abduksi 150 mereganggkan jari-jari kaki. A 2) Fleksi dan ekstensi siku
d) Adduksi 150 merapatkan kembali jari-jari kaki. Cara:
S a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi
K tubuh dengan telapak mengarah ke tubuhnya.
c) Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang
Flexion Extension Adduction Abduction
A tangannya mendekati bahu.
Gambar 10.12: Latihan Gerakan ROM pada Bagian Jari-jari Kaki d) Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.

Gerakan ROM Pasif H e) Catat perubahan yang terjadi.

1) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan


Cara:
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi
S
tubuh dan siku menekuk dengan lengan.
c) Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan
I
A
tangan yang lain memegang pergelangan tangan
pasien. Gambar 10.14: Latihan Fleksi dan Ekstensi Siku
d) Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
e) Catat perubahan yang terjadi. P 3) Pronasi dan supinasi lengan bawah
Cara:
a) Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan.
b) Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien

C dengan siku menekuk.


c) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan

E pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan


lainnya.

T
d) Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya
menjauhinya.
Gambar 10.13: Latihan Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan

A
276 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 277
K
N
e) Kembalikan ke posisi semula. A
f) Putar lengan bawah pasien sehingga telapak ta-
ngannya menghadap ke arahnya. S
g) Kembalikan ke posisi semula.
h) Catat perubahan yang terjadi. K
A
H Gambar 10.16: Latihan Pronasi Fleksi Bahu

5) Abduksi dan adduksi bahu


Cara:
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
S b) Atur posisi lengan pasien di samping badannya.
c) Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien
I dan pegang tangan pasien dengan tangan lain-
Gambar 10.15: Latihan Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah nya.

4) Pronasi fleksi bahu A d) Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya


kearah perawat (Abduksi).
Cara:
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
P e) Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya
(Adduksi).
b) Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya.
f) Kembalikan ke posisi semula.
c) Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien
g) Catat perubahan yang terjadi.
dan pegang tangan pasien dengan tangan lain-
nya. C
E
d) Angkat lengan pasien pada posisi semula.
e) Catat perubahan yang terjadi.

T
A
278 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 279
K
N
A
S
K
A
Gambar 10.17: Latihan Abduksi dan Adduksi Bahu H
6) Rotasi bahu
Cara: Gambar 10.18: Latihan Rotasi Bahu

a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


b) Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan
S 7) Fleksi dan ekstensi jari-jari
Cara:

I
siku menekuk.
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c) Letakkan satu tangan perawat di lengan atas
b) Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan,

A
pasien dekat siku dan pegang tangan pasien de-
c) Sementara tangan lain memegang kaki.
ngan tangan yang lain.
d) Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
d) Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai me-
nyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap P e) Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.
ke bawah. f) Kembalikan ke posisi semula.
e) Kembalikan posisi lengan ke posisi semula. g) Catat perubahan yang terjadi
f) Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai me-
nyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap
ke atas.
C
g) Kembalikan lengan ke posisi semula. E
h) Catat perubahan yang terjadi.
T
A
280 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 281
K
N
A
S
K
A
H
Gambar 10.20: Latihan Infers Efersi Kaki
Gambar 10.19: Latihan Fleksi Ekstensi Jari

8) Infersi dan efersi kaki S 9) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki


Cara:
Cara:
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. I a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b) Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki
A
b) Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan
pasien dan satu tangan yang lain di atas pergela-
c) satu jari dan pegang pergelangan kaki dengan
ngan kaki.
tangan satunya.
d) Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki meng- P c) Jaga kaki lurus dan rilek.
d) Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke
hadap ke kaki lainnya.
arah dada pasien.
e) Kembalikan ke posisi semula.
e) Kembalikan ke posisi semula.
f) Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki
menjauhi kaki yang lain. C f) Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
g) Catat perubahan yang terjadi.
g) Kembalikan ke posisi semula.
h) Catat perubahan yang terjadi. E
T
A
282 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 283
K
N
A
S
K
A
Gambar 10.21: Latihan Fleksi dan Ekstensi Kaki
H Gambar 10.22: Latihan Fleksi Ekstensi Lutut

11) Rotasi pangkal paha


10) Fleksi dan ekstensi lutut
Cara:
Cara:
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b) Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan
S b) Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan
kaki dan satu tangan yang lain di atas lutut.
pegang tumit pasien dengan tangan yang lain.
c) Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal
I c) Putar kaki menjauhi perawat.
d) Putar kaki ke arah perawat.
paha.
d) Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh
A f) Kembalikan ke posisi semula.
g) Catat perubahan yang terjadi.
mungkin.
e) Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan
P
mengangkat kaki ke atas.
f) Kembali ke posisi semula.
g) Catat perubahan yang terjadi.
C
E
T Gambar 10.23: Latihan Potasi Pangkal Paha

A
284 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 285
K
N
12) Abduksi dan adduksi pangkal paha A
Cara:
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. S
b) Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut
pasien dan satu tangan pada tumit. K
2
c) Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang
Biodata Pengarang
lebih 8 cm dari tempat tidur, gerakkan kaki men-
jauhi badan pasien.
A
d) Gerakkan kaki mendekati badan pasien. H
e) Kembalikan ke posisi semula.
f) Catat perubahan yang terjadi. Dr. Risnah S.KM., S.Kep., Ns., M.Kes.
Dilahirkan di Kabupaten Jeneponto Sulawesi

S Selatan pada tanggal 12 April 1977. Lulus pada


Diploma III Akademi Keperawatan Makassar
pada tahun 1999. Setelah itu melanjutkan pen-
I didikan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Makassar dan meraih gelar S.KM pada tahun 2003. Gelar
A Sarjana Keperawatan (S.Kep) dan Ners diperoleh di Fakultas
Kedokteran Program Studi Ilmu Keperawatan UNHAS pada

P tahun 2004 - 2005 Program Pasca sarjana diselesaikan pada


konsentrasi Biomedik - Fisiologi di UNHAS pada tahun 2009.
Pada tahun 2013 berkesempatan melanjutkan studi di pro-
gram Diploma of Leadership di Coady International Institute
Nova Scotia, Halifax – Canada. Meraih gelar Doktor dengan

Gambar 10.24: Latihan Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha


C predikat cumlaude di bidang Kesehatan Masyarakat pada
Sekolah Pasca Sarjana UNHAS pada tahun 2018. Mengabdi

E sebagai dosen Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran


dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar sejak tahun 2006.

T Aktif pada berbagai kegiatan ilmiah dan penulisan buku dan


jurnal.

A
286 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 287
K
N
Musdalifah, S.Kep. Ns., M.Kes., M.Kep. Anak A Nurhidayah, S.Kep. Ns., M.Kep, anak ketujuh
ketiga dari H. Mukhtar dan Hj. St. Sadariah dari H. Halede dan Hj. Mantang Koro yang la-
yang lahir di Jeneponto, 19 Desember 1987.
Menamatkan studi sarjana pada Program Studi
S hir di Pinrang, 16 Februari 1988. Menamatkan
studi sarjana pada Program Studi Keperawatan
Keperawatan pada tahun 2009 dan melan-
jutkan Pendidikan Profesi Ners pada tahun
K pada tahun 2010 dan melanjutkan Pendidikan
Profesi Ners pada tahun 2011 dan selesai

A
2011 dan selesai pada tahun 2012 di UIN Alauddin Makassar pada tahun 2012 di Stikes Nani Hasanuddin Makassar. Pada
serta menyelesaikan Program Pendidikan Magister Biomedik tahun 2015, penulis menyelesaikan pendidikan Magister
Konsentrasi Fisiologi pada tahun 2012 Di Universitas Keperawatan di Universitas Hasanuddin. Pengalaman se-
Hasanuddin. Pada tahun 2018, penulis menyelesaikan pen- H bagai dosen PTS Stikes Nani Hasanuddin Makassar pada ta-
didikan Magister Keperawatan Di Universitas Hasanuddin. hun 2010-2018 kemudian menjadi dosen PNS UIN Alauddin
Pengalaman mengajar di STIKPER Gunung sari Makassar Makassar pada tahun 2019 hingga saat ini. Selain itu, penulis
(2014-2019), Kemudian menjadi dosen PNS UIN Alauddin juga aktif dalam kegiatan organisasi Ikatan Perawat Maternitas
Makassar pada tahun 2019 hingga saat ini. Selain itu, penu-
lis juga aktif dalam kegiatan organisasi Himpunan Perawat S Indonesia (IPEMI) wilayah Sulawesi Selatan.

Medical Bedah (HIPMEBI) wilayah Sulawesi Selatan.


I Rasmawati, S.Kep., Ns., M.Kep. Sp.Kep.J, la-
hir di Wotu, Luwu Timur, 18 Juli 1989. Penulis
merupakan lulusan S1 Keperawatan dan Ners
A. Adriana Amal, S.Kep. Ns., M.Kep,
anak pertama dari A.Akmal, S.Pd dan Hj. A di Universitas Hasanuddin tahun 2012 kemu-
Darmawati, S.Pd (Alm) yang lahir di Bone, 16 dian melanjutkan program magister dan spesi-
November 1988. Menamatkan studi sarjana P alis keperawatan jiwa di Universitas Indonesia,
selesai tahun 2017. Penulis merupakan dosen keperawatan
pada Program Studi Keperawatan pada tahun
2010 di UIN Alauddin Makassar dan melan- di UIN Alauddin Makassar sejak tahun 2019. Selain menjadi
jutkan Pendidikan Profesi Ners pada tahun 2011 dan selesai staf pengajar, penulis juga aktif dalam mengelola jurnal il-
pada tahun 2012 di STIK GIA Makassar. Pada tahun 2016,
penulis menyelesaikan pendidikan Magister Keperawatan Di
C miah sebagai editor Jurnal Kesehatan, Chief Editor Alauddin
Scientific Journal of Nursing (ASJN) serta menjadi koordina-
tor divisi penelitian Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Sulawesi
Universitas Hasanuddin. Pengalaman sebagai dosen non PNS
UIN Alauddin Makassar pada tahun 2017-2019. Kemudian E Selatan (IPKJI SUL-SEL) periode 2019-2023.
menjadi dosen PNS UIN Alauddin Makassar pada tahun 2019
hingga saat ini. Selain itu, penulis juga sebagai Bendahara T
DPK PPNI UIN Alauddin Makassar.
A
288 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 289
K
N
A
S
K
2
Daftar Pustaka
A
H
Adawiyah, S. (2018). Membaca Alquran Dapat Menghilangkan
Rasa Nyeri. Retrieved from https://bincangsyariah.com/

S khazanah/membaca-alquran-dapat-menghilangkan-rasa-
nyeri/

I A Potter, & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental


Keperawatan: Konsep, Proses, Dan Praktik, edisi 4,

A Volume.2. Jakarta: EGC.


Aaronson, P. I., & Ward, J. P. T. (2007). At A Glance Sistem

P Kardiovaskular. Edisi ketiga. (Juwalita Surapsari, pener-


jemah). Jakarta: Erlangga
Alimul H., A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia-Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Buku
1. Jakarta: Salemba Medika
C Amalia Aqila Selma. (2015). Tips Hidup Sehat Dan Berkah
Ala Rasulullah. Yogyakarta: Abata Press.
E Apriyani, H. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pasien
T Post Operasi Di Rsd Hm Ryacudu Kotabumi. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik, 8(1), 10-16.
A
290 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 291
K
N
Azis, W., Nooryanto, M., & Andarini, S. (2015). Terapi A Datak, G., Yetti, K., & Hariyati, R. T. S. (2008). Penurunan
Murotal Al-Qur’an Surat Arrahman Meningkatkan Kadar nyeri pascabedah pasien tur prostat melalui relaksasi ben-
β-Endorphin dan Menurunkan Intensitas Nyeri pada Ibu
Bersalin Kala I Fase Aktif. Jurnal Kedokteran Brawijaya,
S son. Jurnal keperawatan Indonesia, 12(3), 173-178.
Deng, L. X., Patel, K., Miaskowski, C., Maravilla, I., Schear,
28(3), 213-216.
Bahrudin, Mochamad. 2017. Patofisiologi Nyeri (Pain). Vol.13,
K S., Garrigues, S., ... & Ritchie, C. S. (2018). Prevalence
and characteristics of moderate to severe pain among hos-
No.1. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/ar-
ticle/view/5449/5246. Diakses pada 06 April 2020 A pitalized older adults. Journal of the American Geriatrics
Society, 66(9), 1744-1751.
Barrett Kim E [et al.] Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong
[Buku]. - Jakarta : EGC Medical, 2012. - 24th H Denkena, B. dan D. Biermann., 2014. Cutting edge geome-
tries. CIRP Annals - Manufacturing Technology. 63: 631–
Beckett, A. E. (2010). Are we doing enough to prevent patient 653)
injury caused by positioning for surgery?. Journal of peri- Dinarti, Aryani, R., Nurhaeni, H., & Chairani, R. (2013).
operative practice, 20(1), 26-29. Dokumentasi Keperawatan (2nd ed.). Jakarta: TIM.
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah S Debora. 2013. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik.
edisi 8 volume 3. Jakarta: EGC. Jakarta: Salemba Medika
Caspersen CJ, Powell KE, Christenson GM. Physical activ-
I Darmadi.(2015). Sistem Sirkulasi. Diakses http://www.

A
ity, exercise, and physical fitness: definitions and dis- teachpe.com/anatomy/circulatory_system.php
tinctions for health-related research. Public Heal Rep. Delaune, Sue C., Ledner, Patricia K. 2011. Fundamentals
1985;100(2):126–31. 1985
P
of Nursing : Standards and Practice. Delmar a Divison of
Carskadon, M. and Dement, W. (2011). Monitoring and staging Thomson Learning. United State of America
human sleep. In Kryger and Dement.4a Edition. Principles Doengoes, Marilynn E, ddk. 2000. Rencana Asuhan
and practice of sleep medicine. Saint Louis. Elsevier Keperawatan. Edisi3. Jakarta: EGC.
Saunders.ISBN 978-1-4377-0731-1.

C
Diskes. Baliprov, 2016. Aktivitas fisik, latihan fisik, dan olah-
CIPE, Classificação Internacional para a Prática de raga untuk mencapai kesehatan dan kebugaran jasmani
Enfermagem (2011). Versão 2.Lisboa. Ordem dos

E
Dzaher, A. (2017, Februari Jumat). MIMS Today. Diambil
Enfermeiros. ISBN 978-92-95094-35-2.
kembali dari Today.mims.com: http://www.readorrefer.in/
Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: article/Factors-influencing-personal-hygiene-practices_
EGC
T 2260/

A
292 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 293
K
N
Erazo-Muñoz, M. A., & Colmenares-Mejía, C. C. (2018). Pain A Germossa, G. N., Hellesø, R., & Sjetne, I. S. (2019). Hospitalized
in hospitalized patients in a third-level health care institu- patients’ pain experience before and after the introduction
tion. Revista colombiana de anestesiologia, 46(1), 19-25.
S of a nurse-based pain management programme: a sepa-
rate sample pre and post study. BMC nursing, 18(1), 40.
Fabbian, F., De Giorgi, A., Pala, M., Mallozzi Menegatti, A.,
Gallerani, M., & Manfredini, R. (2014). Pain prevalence
and management in an internal medicine setting in Italy.
K Hakim Arief. (2013). Jangan Tidur Sore HAri. Cet. I;
Jogjakarta: Diva Press
Pain research and treatment, 2014.
Fayaz, A., Croft, P., Langford, R. M., Donaldson, L. J., & Jones,
A Hanfi Muchtar. (2014). Hidup Sehat Setiap hari Seperti Nabi.
Cet. I; Surakarta: Ziyad Books
G. T. (2016). Prevalence of chronic pain in the UK: a sys-
tematic review and meta-analysis of population studies. H Hidayat,A.Azis Alimul.2005. Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC.
BMJ open, 6(6).
Hidayat, A. A. A., & Uliyah, M. (2015). Buku Ajar Ilmu
Garber, Carol Ewing., et al. 2011. Quantity and Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba medika.
Quality of Exercise for Developing and Maintaining
Cardiorespiratory, Musculoskeletal, and Neuromotor Fitness S Herdman, T.Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan Defenisi
dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC
in Apparently Healthy Adults: Guidance for Prescribing
Exercise I Herlina, Rustina, Yeni., dan Syahreni, Elfi. 2014. Aplikasi
Model Konservasi Levine dalam Memenuhi Kebutuhan
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Edisi 12. Jakarta : EGC, 1022 A Nutrisi Bayi Prematur di Ruang Perinatologi RSUPN Dr.
Ciptomangunkusumo
Ganong, W. F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
22. Jakarta : EGC , 280- 81. P Herdman,T. Heatler, dkk. 2012. NANDA International
Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-
Jarvis, S., & Saman, S. (2018). Cardiac system 1: anatomy 2014. Jakarta: EGC
and physiology | Nursing Times. Nursing Times, 114(2),
Herdman, T.Heatler. 2015. Diagnosis Keperawatan Defenisi
34–37. Retrieved from https://www.nursingtimes.net/clini-

C
dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC
cal-archive/cardiovascular-clinical-archive/cardiac-sys-
tem-1-anatomy-and-physiology-29-01-2018/ Henschke, N., Kamper, S. J., & Maher, C. G. (2015, January).

E
The epidemiology and economic consequences of pain. In
Loukas, M., Saad, Y., Tubbs, R. S., & Shoja, M. M. (2009).
Mayo Clinic Proceedings (Vol. 90, No. 1, pp. 139-147).
The heart and cardiovascular system in the Qur’an and
Elsevier.
Hadeeth. International Journal of Cardiology. https://doi.
org/10.1016/j.ijcard.2009.05.011 T
A
294 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 295
K
N
Herlina, Rustina, Yeni., dan Syahreni, Elfi. 2014. Aplikasi A https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/
Model Konservasi Levine dalam Memenuhi Kebutuhan 0a3e5b2c21e3b90b485f882c78755367.pdf
Nutrisi Bayi Prematur di Ruang Perinatologi RSUPN Dr.
Ciptomangunkusumo
S Mangku G, Senapathi TGA. (2010). Buku Ajar Ilmu Anestesia
dan Reanimasi. Jakarta: Indeks.
IASP, I. (2012). International Association for the Study of Pain
(IASP) Taxonomy URL: http://www. iasp-pain. org.
K Mubarak, I.W., et al., (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar (Buku 1). Salemba Medika : Jakarta.
Indriyani, P., Hayati, H., & Chodidjah, S. (2013). Kompres
dingin dapat menurunkan nyeri anak usia sekolah saat
A Mubarak, Wahit Iqbal.2017.Buku ajar kebutuhan dasar manu-
sia : teori & aplikasi dalam praktek. Jakarta:EGC
pemasangan infus. Jurnal Keperawatan Indonesia, 16(2),
93-100. H Muntlin, Å., Carlsson, M., Säfwenberg, U., & Gunningberg, L.
(2011). Outcomes of a nurse-initiated intravenous analge-
International Association for the Study of Pain. IASP taxono- sic protocol for abdominal pain in an emergency depart-
my. http://www.iasp-pain.org/Taxonomy?&navItemNumb ment: a quasi-experimental study. International journal of
er=576. Updated October 20, 2014.
Irawan, H.A. (2013). - .International Conference on Cross S nursing studies, 48(1), 13-23.
Muttaqin, Arif. 2014. “Asuhan Keperawatan Klien dengan
Cultural Collaboration in Nursing for Sustainable
Development”. Bangkok, Thailand, 9-10 September I Gangguan Sistem Pernapasan”.Jakarta : Salemba Medika
Munthe, Naomi A.A. 2017. Asuhan Keperawatan dengan
2013.
Johnson, J. (2017, Maret 29). Hygiene Expert. Diambil kem- A Prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan Nutrisi Kurang
dari Kebutuhan Tubuh di RSUP H.Adam Malik Medan.
bali dari hygieneexpert.co.uk: www.hygieneexpert.co.uk/
P
Universitas Sumatera Utara : Repositori Institusi USU
conditionsthataffectpersonalhygiene.html
NANDA NIC NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Kozier & Erb’s, (2015). Fndamental of nursing 3rd edition. Berdasarkan Diagona Klien Medis. Yogyakarta: Medication
Melbourne: Pearson Australia Group Publishing
Kasiati, & Rosmalawati, N. W. D. (2016). Kebutuhan Dasar
C
North American Nursing Diagnosis Association. 2012.
Manusia I. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2012-2014.
Kementerian Kesehatan. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia II. Philadelphia.
Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan E Nurko, S., & Scott, S. M. (2011). Coexistence of constipation
Mardana, I.K., & Aryasa, T. (2017). Penialain Nyeri. and incontinence in children and adults. Best practice &
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Retrieved from T research Clinical gastroenterology, 25(1), 29-41.

A
296 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 297
K
N
Ohayon, M. M. (2011). Epidemiological overview of A Syaifuddin.(2017). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa
sleep disorders in the general population. Sleep Medicine Keperawtan. Jakarta: Salemba Medika.
Research, 2(1), 1-9.
S Sherwood, L. (2011). Fisiologis manusia: dari sel – ke sistem
Odonkor, S. T., Kitcher, J., Okyere, M., & Mahami, T. (edisi 6) (Brahm. U.P, penerjemah). Jakarta: EGC.
(2019). Self-Assessment of Hygiene Practices towards
Predictive and Preventive Medicine Intervention: A Case
K Sholechah Mar’atus. (2016). Posisi Tidur Dalam Tinjauan
Hadits. Vol 5 nomor 2. Palembang
Study of University Students in Ghana. BioMed Research
International. A Syarfaini. (2012). Dasar-dasar Ilmu Gizi . Cet I; Makassar:
Alauddin University Press
Patasik, C. K., Tangka, J., & Rottie, J. (2013). Efektifitas Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Dan Guided Imagery Terhadap H Suwarsa, Oki. 2018.Terapi Cairan dan Elektrolit pada Keadaan
Gawat Darurat Penyakit Kulit. Jurnal Berkala Ilmu
Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesare
Kesehatan Kulit dan Kelamin, Volume 30,No2. Rumah
Di Irina D Blu Rsup Prof. Dr. RD Kandou Manado. JURNAL
Sakit Hasan Sadikin Bandung.
KEPERAWATAN, 1(1).
Purnamasari, E. (2014). Efektifitas kompres dingin terhadap S Sumaryani, S., & Indah, P. (2015). Senam disminorhea
berbasis Ar-Rahman terhadap penurunan nyeri. Jurnal
penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur Di RSUD
Ungaran. Karya Ilmiah. I Universitas Airlangga, 10(2).
Taylor, C.R., Lilis, C., Lemone, P., Lynn, P., 2011. Fundamentals
Potter, P., & Perry, A. (2012). Fundamental of Nursing.
Jakarta: EGC. A of Nursing: The Art and Science of Nursing Care, 7th ed.
Wolters Kluwer, China
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep,
Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC P Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan-
Proses Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
Raharjo Ahmad Rinto. (2014). Rahasia Keajaiban Hidup
Taherkhani A, Shahrokhi A, Barikani A, Rashvand F. Compare
Sehat Dan Berkah Rasulullah. Cet. I; Yogyakarta: Araska
the Quality Nursing Care Related to Enteral Nutrition with
Rosmalawati, N. D., & Kasiati. (2016). Kebutuhan Dsar
C
Standards in Patient at Intensive Care Unit (ICU) in Hospital
Manusia 1. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan. of Qazvin University of Medical Science. Alborz University
Reefani Nor Kholish. (2014). Pola Hidup Dan Tidur Sehat Ala Medical Journal : Volume 8, No.4 : 377-386.
Rasulullah saw. Jakarta: PT Elex media Komput indo. E Tarwoto dan Wartonah.,2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan
Saladin, Kenneth S. (2012). Anatomy and Physiology: The Proses Keperawatan. Edisi :4 .Jakarta
Unity of Form and Function. New York: McGraw Hill. p. T
315

A
298 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 299
K
N
Tucker,susan,mary,eleaner,majorie. 1998. Standar pe- A
rawatan pasien: proses keperawatan, diagnosis dan evalu-
asi. Jakarta: EGC
S
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016. Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia, Defenisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta Selatan : DPP PPNI
K
Tim pokja SIKI DPP
Keperawatan
PPNI. 2018. Standar Intervensi
Indonesia, Definisi dan Tindakan
A
Keperawatan, edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan
H
Indonesia, Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, edisi 1.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Vaughans, B. W. (2013). Keperawatan Dasar. Yogyakarta:
Rapha Publishing. S
Yüce, M., Zoroglu, S. S., Ceylan, M. F., Kandemir, H., &
Karabekiroglu, K. (2013). Psychiatric comorbidity distri-
I
A
bution and diversities in children and adolescents with
attention deficit/hyperactivity disorder: a study from Turkey.
Neuropsychiatric disease and treatment, 9, 1791.
Yudianta, N.(2015. Assessment nyeri. Patient confort assess- P
ment guide.

C
E
T
A
300 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia 301
K
N
A
S
K
A
H

S
I
A
P

C
E
T
A
302 Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia
K

Anda mungkin juga menyukai