Anda di halaman 1dari 6

BAB II PEMBAHASAN

4.1 Alasan Penggunaan Media dalam Pembelajaran, khususnya di Kelas Rendah

4.1.1 Siswa di Sekolah Dasar Masih Berpikir Konkrit

Sebuah hasil penelitian Encyclopedia of Educational Reseach mengatakan bahwa


pembelajaran dengan media dapat memberi nilai/manfaat antara lain : mengurangi verbalisme,
menarik perhatian dan minat siswa, mendorong siswa untuk bertanya, materi yang dipelajari
siswa dapat lebih menetap dan tidak mudah dilupakan. Selain itu, menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri bagi siswa karena mendapat pengalaman yang nyata dalam belajar, juga
menjadi salah satu alasan perlunya diterapkan media pembelajaran dalam proses pembelajaran di
ruang kelas. Penggunaan media dalam proses pembelajaran juga dapat menimbulkan pikiran
yang teratur dan kontinou, serta dapat membantu tumbuhnya pengertian dan perkembangan
kemampuan berbahasa (Usman, 1995 : 31). Sejalan dengan itu Sudjana (1995) mengatakan
bahwa, ‘’penggunaan media pembelajaran dapat memberikan pengalaman nyata dan meletakkan
dasar perkembangan siswa sehingga hasil belajar siswa bertambah mantap’’. 7 Sebagai alat
penyalur informasi belajar, media juga sangat efektif dan efisien untuk mengkongkritkan materi
ajar yang sifatnya abstrak. Sebab sasaran akhir dari sebuah proses pembelajaran adalah
pembentukan sikap dan prilaku peserta didik. Oleh karena itulah kehadiran media untuk
memvisualisasikan berbagai konsep abstrak yang diajarkan dalam sebuah materi pembelajaran
pada level sekolah dasar mutlak diperlukan. Tetapi dalam kenyataannya guru-guru di tingkat
sekolah dasar dalam mengajar berbagai bidang studi sering mengalami kendala dalam hal
penggunaan media.

Hal ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya :

(1) pembuatan media memerlukan biaya yang cukup tinggi, sementara guru kurang memiliki
akses untuk mendapatkan sumber-sumber dana, baik dari RAPBS maupun dari sumber lainnya;
(2) pembuatan media pembelajaran juga memerlukan keterampilan khusus, sementara banyak
guru yang kurang memiliki keahlian dalam bidang tersebut; (3) banyak juga guru yang bersifat
permisif terhadap permasalahan tersebut. Dengan kondisi demikian, meskipun media memiliki
peranan yang sangat menentukan keberhasilan sebuah proses pembelajaran, tetapi dalam
kenyataanya banyak juga guru yang kurang tertarik untuk menggunakan media. Dalam konteks
ini guru dapat dikatakan masih bersifat solid scholarship artinya dalam melaksanakan proses
pembelajaran hanya mengandalkan pengetahuan dan pengalaman yang didapatinya semasih di
bangku kuliah, tanpa ada upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan
dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

4.1.2 Alasan Didaktis-Psikologis

Secara didaktis-psikologis penggunaan media dalam setiap proses pembelajaran sangatlah


dibutuhkan, sebab dengan media konsep-konsep serta nilai-nilai yang bersifat abstrak dapat
disederhanakan dalam bentuk visualisasi sehingga dapat dipahami oleh siswa. Selain itu
penggunaan media dapat melibatkan seluruh pribadi siswa, baik fisik maupun psikhis, serta
efektif terhadap segala tife belajar, lebih-lebih bagi siswa yang memiliki tife belajar campuran.
Hal ini sejalan dengan Hamalik (1980:23) yang mengatakan bahwa : ‘’dalam rangka
mengefektifkan pembelajaran perlu diupayakan penggunaan alat-alat komunikasi non-verbal
sebagai penyalur informasi yang dapat mempermudah pemahaman siswa dalam belajarnya.

Salah satu alat komunikasi dimaksud adalah media pembelajaran, sebab pada dasarnya media
pembelajaran dapat mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam
pembelajaran di ruang kelas. Dalam konteks ini Suparno (1987: 1) mengatakan bahwa media
pembelajaran adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan pesan, yakni
pesan yang tekandung dalam materi pembelajaran. Dalam perspektif yang sedikit berbeda Darma
(1983) memberi istilah media sebagai alat peraga, yaitu alat bantu yang digunakan guru dalam
mengkomunikasikan materi pelajaran kepada siswanya. Dengan demikian dapat dipahami betapa
pentingnya penggunaan media dalam setiap proses pembelajaran dilihat dari aspek didaktis-
psikologis lebih-lebih pada pembelajaran di kelas rendah. Terkait dengan persoalan media dalam
proses pembelajaran Ali (1992 : 89) dan Hasan (1994 : 23) memberi pengertian yang sama
tentang media yaitu : segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan,
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses
belajar siswa ke arah yang lebih baik. Berangkat dari gambaran tersebut, maka secara tegas dapat
dikatakan bahwa secara didaktis psikologis media pembelajaran sangat membantu
perkembangan psikologis anak dalam hal belajar. Dikatakan demikian sebab secara psikologis
alat bantu mengajar berupa media pembelajaran sangat memudahkan siswa dalam hal belajar
karena media dapat membuat hal-hal yang bersifat abstrak menjadi lebih kongkrit (nyata).
Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Rusyan (1993) yakni pada prinsipnya media itu dipakai
dalam proses pembelajaran dengan maksud untuk membuat cara berkomunikasi yang lebih
efektif dan efisien. Terkait dengan efektivitas penggunaan media dalam proses pembelajaran
Depdikbud (1992:79) menegaskan bahwa penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat
membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa, mengurangi atau menghindari terjadinya
verbalisme, membangkitkan nalar yang teratur, sistematis, dan untuk menumbuhkan pengertian
dan mengembangkan nilai-nilai pada diri siswa. Di samping itu, pengunaan media pembelajaran
sangat penting karena dapat menyingkat 9 waktu. Artinya, pembelajaran dengan menggunakan
media dapat menyederhanakan masalah terutama dalam menyampaikan hal-hal yang baru dan
asing bagi siswa.

4.2.1 Media sebagai Alat Komunikasi Non-Verbal

Media pembelajaran dalam konteks ini mengandung makna alat bantu mengajar atau alat-
alat komunikasi non-verbal. Sebagai alat bantu penyalur informasi dalam proses pembelajaran,
media perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat . dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Dengan rancangan media yang efektif dan efisien guru dapat mempermudah pemahaman siswa
atas materi pelajaran yang disampaikannya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh
Hamalik (1980 : 23) bahwa media pembelajaran adalah alat-alat komunikasi yang dapat
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran di ruang
kelas. Hal senada dikemukakan pula oleh Suparno (1987:1) bahwa media pembelajaran adalah
suatu alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan yang dalam hal ini
adalah pesan dari guru kepada siswa. Jadi di dalam sebuah proses komunikasi antara guru dan
siswa perlu ada alat komunikasi, yang dalam proses belajar-mengajar disebut media
pembelajaran.Terkait dengan pengertian media pembelajaran Djamarah (1991:92--93)
mengatakan bahwa kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
‘’medium’’ yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian media
merupakan wahana penyalur pesan atau informasi belajar. Dalam makna yang demikian 11 maka
media bisa dikonotasikan dengan istilah ‘’alat’’ dalam pendidikan. Dalam konteks pendidikan
alat didefinisikan sebagai apa saja yang dapat dijadikan perantara untuk mencapai tujuan
pendidikan. Meski media dikonotasikan sebagai alat dalam pendidikan namun, dalam kajian ini
peneliti hanya menggunakan istilah media untuk menyamakan peristilahan. Bila media
merupakan sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan manusia, benda, ataupun
pristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Kemudian untuk dapat menghindari proses pembelajaran yang bersifat verbalisme, maka perlu
dirancang media pembelajaran yang baik, sehingga guru dapat menjelaskan materi pelajaran
secara baik pula.

4.2.2 Beberapa Jenis Media Pembelajaran

Dari penelusuran berbagai sumber yang ada secara umum sebenarnya banyak media yang
bisa digunakan untuk menunjang proses pembelajaran di ruang kelas. Namun, dalam konteks ini
dapat diidentifikasi tujuh jenis media pembelajaran antara lain:

1. Realthing adalah manusia (pengajar) benda yang sesungguhnya (bukan gambar, atau model)
dan pristiwa yang sebenarnya terjadi.

2. Verbal representation adalah media tulis/cetak, misalnya buku teks, refrensi, dan bahan
bacaan lainnya.

3. Grafhic representation adalah berupa chart, diagram, gambar, atau lukisan.

4. Still picture seperti foto, slide, film strif, dan OHP. Still picture kadang-kadang dapat berupa
gambar hitam-putih, dan dapat pula berupa gambar berwarna.

5. Audio (recording) seperti pita kaset, reel tape, piringan hitam, sound track pada film ataupun
pita pada video tape.

6. Program adalah kumpulan informasi yang berurutan. Program bisa berbentuk verbal, (buku
teks) visual, maupun video.

7. Simulations. Media ini kita kenal dengan istilah simulation and game, yaitu suatu permainan
yang menirukan kejadian yang sebenarnya.

Selain tujuh kategori media yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran
di ruang kelas sebagaimana diuraikan di atas sebenarnya masih ada lagi media yang lain seperti
papan tulis, meja, kursi, dan sebagainya. Semua media ini disebut media material, sebab
semuanya kongkret, dalam arti dapat dilihat dengan mata. Media material ini disebut juga
sebagai alat bantu ‘’visual’’, sebab dapat membantu memvisualisasikan hal-hal yang abstrak
menjadi hal yang bersifat kongkrit (nyata). Penggunaan alat bantu visual dalam proses
pembelajaran sejalan dengan pandangan Dwyer (1967) salah seorang tokoh aliran realisme yang
menegaskan bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika menggunakan bahanbahan
visual yang mendekati realitas. Hal ini sejalan pula dengan pandangan Milar, dkk., (1957) yang
mengatakan bahwa makin banyak sifat bahan visual yang menyerupai realitas, maka semakin
mudah pula terjadinya proses belajar pada diri siswa. Pada praktiknya penggunaan media visual,
lebih banyak digunakan pada anak-anak yang berusia 7-13 tahun atau pada anak-anak sekolah
dasar, dibandingkan pada anak-anak sekolah menengah ke atas, sebab anak-anak pada usia ini
belum mampu berpikir abstrak sehingga materi yang diajarkan perlu divisualisasikan dalam
bentuk yang nyata. Dengan cara seperti itu, dapat membantu anak-anak dalam proses
internalisasi berbagai pengetahuan yang diajarkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Namun,
satu hal yang perlu diperhatikan guru dalam menentukan media yang akan digunakan adalah
sifat-sifat media itu sendiri. Secara umum bahan audiovisual mempunyai lima sifat yaitu :

1. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi;

2. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian;

3. Kemampuan untuk meningkatkan transfer/pengalihan bbelajar;

4. Kemampuan untuk memberi penguatan (reiforcmant);

5. Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).

Dalam konteks ini yang perlu disadari dari sifat-sifat media tersebut adalah tidak semua
media memiliki potensi yang sama banyaknya. Tetapi kelima hal tersebut di atas harus digaris
bawahi guru. Sebab jika tidak bahan-bahan tersebut akan kehilangan perananya dalam proses
belajar.

4.2.3 Cara Merancang Media Pembelajaran yang Efektif

Sudah menjadi wacana publik di kalangan para pendidik bahwa media merupakan alat
bantu mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Guna dapat
menciptakan media yang efektif dalam proses pembelajaran guru seharusnya memahami materi
pembelajaran yang akan diajarkan, dan media apa yang cocok digunakan sebagai alat bantu
dalam penyampaian materi tersebut. Selain itu, guru juga dituntut cerdas dalam menentukan
macam dan jenis alat bantu yang akan digunakan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Hal
demikian mengingat dalam proses pembelajaran, bukan hanya media material yang dapat
dijadikan alat bantu pembelajaran, akan tetapi media non-material pun dapat pula dimanfaatkan.
Ada beberapa macam media non-material yang sering dipakai sebagai media pendidikan pada
umumnya. Media-media itu adalah suruhan, larangan, nasihat, hukuman, peringatan, bimbingan,
hadiah, pujian, dan sebagainya. Terlepas dari bentuk-bentuk dan jenis-jenis media dalam
pendidikan, dan terkait dengan masalah pemilihan media, menurut Djmarah (1991:96) semuanya
akan berpulang pada guru, dalam arti bagaimana guru memilih media yang tepat berdasarkan
pertimbangan yang hati-hati agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuannya secara efektif
dan efisien. Semua itu kembali berpulang pada keterampilan guru dalam memilih dan merancang
media yang tepat dan benar. Jadi, cara merancang media yang efektif dalam pencapaian tujuan
pembelajaran selain tergantung pada kemampuan guru, di sini juga dapat dikemukakan beberapa
cara yang efektif untuk merancang media pembelajaran yang baik. Antara lain

(1) media harus dirancang sesederhana mungkin sehingga jelas dan mudah dipahami oleh siswa;
(2) media hendaknya dirancang sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan;

(3) media hendaknya dirancang tidak terlalu menjelimet dan tidak membuat anak-anak 14
menjadi bingung;

(4) media hendaknya dirancang dengan bahan-bahan yang sederhana dan mudah didapat, tetapi
tidak mengurangi makna dan fungsi media itu sendiri;

(5) media dapat dirancang dalam bentuk model, gambar, bagan berstruktur, dan lain-lain, tetapi
dengan bahan yang murah dan mudah didapat sehingga tidak menyulitkan guru dalam
merancang media dimaksud.

Anda mungkin juga menyukai