Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL

KELAS X2

REZA DWI SAPUTRA

2104551355

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
Hard Law

Pada hakikatnya, perjanjian internasional merupakan sumber hukum internasional yang paling
utama yang diakui oleh masyarakat internasional, dimana tertampung kehendak dan
persetujuan negara-negara di dalamnya untuk mencapai tujuan bersama. Perlu diketahui bahwa
dalam hukum internasional, dikenal 2 jenis sumber hukum, yaitu hard law dan soft law. Istilah
hard law dan soft law berasal dari pandangan pakar hukum yang digunakan untuk membedakan
secara sederhana antara hukum yang mengikat dan tidak mengikat. Hard law mendapatkan
namanya dari sifatnya yang keras, yatu mengikat negara-negara. Ketika berhadapan dengan
hard law berarti terdapat kewajiban yang telah dirumuskan secara jelas dan mengikat secara
hukum, dalam hal ini dibuat secara saksama melalui ajudikasi atau penerbitan peraturan
terperinci dan mendelegasikan kewenangan untuk menafsirkan dan mengimpelementasikan
perjanjian tersebut. Dengan demikian, hard law menghasilkan suatu “compliance pull”, yaitu
kekuatan atau tekanan untuk patuh yang lebih besar, sehingga negara-negara lebih ditekan
untuk mematuhi hard law. Apabila terjadi pelanggaran hard law, maka biaya yang ditimbulkan
akan lebih besar disbanding soft law. Pada umumnya, hard law menggunakan istilah perjanjian
berupa konvensi, konvenan, protokol, dan treaty.

Hard law mendapatkan namanya dari sifatnya yang keras, yatu mengikat negara-negara.Ketika
berhadapan denganhard lawberarti terdapat kewajiban yang telah dirumuskan secara jelas dan
mengikat secara hukum, dalam hal ini dibuat secara saksama melalui ajudikasi atau penerbitan
peraturan terperinci danmendelegasikan kewenangan untuk menafsirkan dan
mengimpelementasikan perjanjian tersebut. Dengan demikian,hard lawmenghasilkan
suatu“compliance pull”,yaitu kekuatan atau tekanan untuk patuh yang lebih besar, sehingga
negara-negara lebih ditekan untuk mematuhihard law.Apabila terjadi pelanggaranhard
law,maka biaya yangditimbulkan akan lebih besar disbandingsoft law.Pada umumnya,hard
lawmenggunakan istilah perjanjian berupa konvensi, konvenan, protokol, dantreaty.

Perlu diketahui bahwahard lawdansoft lawtidak dapat dilihat sebagai suatu kategori biner.Hal
ini merupakan pendapat dari Shaffer dan Polack yang menyatakan bahwahard lawdansoft
lawmerupakan serangkaian pilihan yang tersusun sepanjang suatu kontinum atau rangkaian
kesatuan. Artinya, instrumen hukum internasional tidak dapat dikategorikan dengan hanya
pilihan antara 2 kotak, yaitu kotakhard lawdan kotaksoft law. Melainkan, instrumen hukum
internasional itu perlu sungguh-sungguh dilihat sifat dan karakteristiknya dan ditentukan di
sebelah mana dia dapat ditempatkan dalam spektrum itu, apakah lebih ke arah ujunghard law,
atau ke arah ujungsoft law.

Demikian pula, jika perjanjian secara formal mengikat tapi isinya tidak jelassehingga untuk
pelaksanaan perjanjian tersebut perludibuat kebijaka oleh para pihak,maka perjanjian tersebut
lebihlunak sepanjang dimensi ketepatannya ini. Akhirnya, jikasuatu perjanjian tidak
mendelegasikan otoritas kepada pihak ketiga untukmemantau pelaksanaannya atau untuk
menafsirkan danmenegakkanitu makaperjanjian it dapat menjadi lunak karena tidak ada
pihakketiga untuk menyelesaikan perselisihan yang melibatkan posisibertentangan
mengenai arti perjanjian itu. Tanpa pihak ketiga menafsirkan ketentuan hukum yang
mengatur sebuahsengketa,para pihak yang bersengketa dapat secara sepihak
membenarkantindakannya dalam argumen hukumsecara lebih mudah, dandengan sedikit
konsekuensi, baik dalam hal biaya reputasi atausanksi lainnya. Seperti pihak ketiga bisa,
minimal, memberikan "titik fokus" di sekitaryang pihak dapat meninjau kembali posisinya.

Perlu diketahui bahwa hard law dan soft law tidak dapat dilihat sebagai suatu kategori biner.
Hal ini merupakan pendapat dari Shaffer dan Polack yang menyatakan bahwa hard law dan
soft law merupakan serangkaian pilihan yang tersusun sepanjang suatu kontinum atau
rangkaian kesatuan. Artinya, instrumen hukum internasional tidak dapat dikategorikan dengan
hanya pilihan antara 2 kotak, yaitu kotak hard law dan kotak soft law. Melainkan, instrumen
hukum internasional itu perlu sungguh-sungguh dilihat sifat dan karakteristiknya dan
ditentukan di sebelah mana dia dapat ditempatkan dalam spektrum itu, apakah lebih ke arah
ujung hard law, atau ke arah ujung soft law.

Anda mungkin juga menyukai