Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NURNANINGSIH

NIM : 042358713

Tugas.1
Kasus Nenek Minah

Nenek Minah (55) tak pernah menyangka perbuatan isengnya memetik 3 buah kakao di
perkebunan milik PT Rumpun Sari Antan (RSA) akan menjadikannya sebagai pesakitan di
ruang pengadilan. Bahkan untuk perbuatannya itu dia diganjar 1 bulan 15 hari penjara dengan
masa percobaan 3 bulan.

Ironi hukum di Indonesia ini berawal saat Minah sedang memanen kedelai di lahan garapannya
di Dusun Sidoarjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah,
pada 2 Agustus lalu. Lahan garapan Minah ini juga dikelola oleh PT RSA untuk menanam
kakao.

Ketika sedang asik memanen kedelai, mata tua Minah tertuju pada 3 buah kakao yang sudah
ranum. Dari sekadar memandang, Minah kemudian memetiknya untuk disemai sebagai bibit di
tanah garapannya. Setelah dipetik, 3 buah kakao itu tidak disembunyikan melainkan
digeletakkan begitu saja di bawah pohon kakao.

Dan tak lama berselang, lewat seorang mandor perkebunan kakao PT RSA. Mandor itu pun
bertanya, siapa yang memetik buah kakao itu. Dengan polos, Minah mengaku hal itu
perbuatannya. Minah pun diceramahi bahwa tindakan itu tidak boleh dilakukan karena sama
saja mencuri.

Sadar perbuatannya salah, Minah meminta maaf pada sang mandor dan berjanji tidak akan
melakukannya lagi. 3 Buah kakao yang dipetiknya pun dia serahkan kepada mandor tersebut.
Minah berpikir semua beres dan dia kembali bekerja.

Namun dugaanya meleset. Peristiwa kecil itu ternyata berbuntut panjang. Sebab seminggu
kemudian dia mendapat panggilan pemeriksaan dari polisi. Proses hukum terus berlanjut
sampai akhirnya dia harus duduk sebagai seorang terdakwa kasus pencuri di Pengadilan
Negeri (PN) Purwokerto.
Dan hari ini, Kamis (19/11/2009), majelis hakim yang dipimpin Muslih Bambang Luqmono SH
memvonisnya 1 bulan 15 hari dengan masa percobaan selama 3 bulan. Minah dinilai terbukti
secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 362 KUHP tentang pencurian.

Selama persidangan yang dimulai pukul 10.00 WIB, Nenek Minah terlihat tegar. Sejumlah
kerabat, tetangga, serta aktivis LSM juga menghadiri sidang itu untuk memberikan dukungan
moril. 

Hakim Menangis Pantauan detikcom, suasana persidangan Minah berlangsung penuh


keharuan. Selain menghadirkan seorang nenek yang miskin sebagai terdakwa, majelis hakim
juga terlihat agak ragu menjatuhkan hukum. Bahkan ketua majelis hakim, Muslih Bambang
Luqmono SH, terlihat menangis saat membacakan vonis.

"Kasus ini kecil, namun sudah melukai banyak orang," ujar Muslih.
Vonis hakim 1 bulan 15 hari dengan masa percobaan selama 3 bulan disambut gembira
keluarga, tetangga dan para aktivis LSM yang mengikuti sidang tersebut. Mereka segera
menyalami Minah karena wanita tua itu tidak harus merasakan dinginnya sel tahanan.

Sumber : https://news.detik.com/berita/d-1244955/mencuri-3-buah-kakao-nenek-minah-
dihukum-1-bulan-15-hari

Soal :

1. Mengacu pada kasus nenek Minah diatas, semakin menguatkan stigma di masyarakat
bahwa hukum selalu tumpul ke atas namun tajam ke bawah, berikan pendapat saudara
dikaitkan dengan fungsi hukum “law as a tool of social engineering!

2. Ada adagium yang dipopulerkan oleh seorang filsuf bernama Cicero “Ubi societas ibi
ius”(dimana ada masyarakat disitu ada hukum). Coba berikan pendapat saudara maksud
dari adagium tersebut dan kaitkan dengan kasus di atas!

3. Dalam konsep The Rule of Law pada negara hukum, tiga nilai dasar tujuan hukum
yakni keadilan (gerechtigheit), kemanfaatan (zweckmaerten), dan kepastian hukum
(rechtssicherkeit), melihat kasus di atas dari kacamata nenek Minah apakah ketiga tujuan
hukum tersebut sudah terpenuhi apa tidak? Berikan pendapat saudara!
Jawaban:

1. Law as a tool of social engineering dapat diartikan sebagai sarana yang ditujukan untuk
mengubah perilaku warga masyarakat, sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Akan tetapi, kondisi hukum di Indonesia saat ini sering mengalami permasalahan, yaitu hukum-
hukum tertentu yang telah dibentuk dan diterapkan ternyata tidak efektif.

Permasalahan ini dapat terjadi apabila seluruh lapisan masyarakat memiliki pengetahuan yang
sangat terbatas tentang sifat-sifat hukum sehingga hukum yang telah dibentuk, dipergunakan
untuk mencari kepuasan pribadi dan menindas rakyat lemah. Tak jarang terjadinya jual-beli
hukum yang dilakukan oleh oknum-oknum yang memiliki jabatan, kekayaan dan kekuasaan
seperti peradilan diskriminatif atau rekayasa proses-hasil peradilan. Istilah tumpul ke atas tajam
ke bawah adalah gambaran yang tepat mengenai kondisi hukum yang terjadi di Indonesia.

2. Adagium ini mengungkapkan konsep filosofi Cicero yang menyatakan bahwa hukum tidak
dapat dipisahkan dari masyarakat. Proses terbentuknya hukum berawal dari kebiasaan yang
secara terus menerus dilakukan oleh masyarakat sehingga kebiasaan tersebut membentuk
suatu aturan baku yang harus ditaati. Karena dalam masyarakat tidak selalu damai, tentunya
kerap terjadi gesekan-gesekan dalam masyarakat yang menimbulkan konflik. Dari sinilah lahir
hukum beserta sanksinya dalam masyarakat yang dibentuk dalam suatu struktur atas
kesepakatan bersama yang mengatur hubungan antar masyarakat. Sanksi yang biasa
diterapkan dalam masyarakat adalah sanksi sosial karena sanksi sosial dianggap sangat efektif
untuk membuat orang jera dan tidak melakukannya lagi.

Hukum yang dibentuk dalam masyarakat bersifat luwes. Luwes berarti hukum yang ada dalam
masyarakat dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang dialami oleh masyarakat.
Seperti kasus nenek Minah tersebut, hukum yang pantas diberlakukan kepada nenek Minah
bukanlah hukum yang harus dibawa ke pengadilan. Dan sanksi yang pantas terhadap beliau
adalah sanksi sosial saja yang mana cukup memadai dengan menceramahinya. Nenek Minah
juga telah mengakui perbuatan salahnya dan meminta maaf serta berjanji tidak akan
mengulangi lagi. Disinilah seharusnya letak keluwesan hukum tersebut sehingga menjadi dasar
lahirnya keadilan dalam masyarakat.

3. Konsep The Rule of Law pada kasus nenek Minah.


a. Keadilan (gerechtigheit)

Hukum adalah alat untuk menegakkan keadilan dan menciptakan kesejahteraan sosial. Tanpa
keadilan, hukum akan terperosok menjadi alat pembenar kesewenang-wenangan mayoritas
atau pihak penguasa terhadap minoritas. Hal inilah yang terjadi dalam kasus nenek Minah.
Tidak ada keadilan yang dirasakan oleh masyarakat, khususnya oleh kaum minoritas.
Dikarenakan kerugian 3 buah kakao yang dipetik, tanpa dengan ada niat untuk
menyembunyikan atau menjualnya, dengan hukuman 1 bulan 15 hari yang didapatkan oleh
nenek Minah sangat tidak seimbang dan tidak adil. Seharusnya hakim memberikan jalan lain
seperti mediasi antara nenek Minah dengan perusahaan perkebunan dimana dia bekerja. Dari
praktik hukum tersebut seakan memberi gambaran bahwa di indonesia hukum belum begitu
memberikan ruang terhadap penilaian moral dalam memberikan putusan hukum.

b. Kemanfaatan (zweckmaerten)

Pada prinsipnya, tujuan hukum itu hanyalah untuk menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan
masyarakat. Hukum semata-mata dibentuk untuk memberikan kemanfaatan atau kebahagiaan
yang sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya lapisan masyarakat. Akan tetapi, melihat
kasus tersebut, kemanfaatan yang didapat oleh kedua pihak sangat tidak sebanding dan lebih
banyak kemudharatannya. Karena dengan divonis bersalah secara resmi terhadap nenek
Minah mengundang keberatan di kalangan masyarakat, sehingga menimbulkan keresahan
publik terhadap praktik hukum di Indonesia yang dapat menyebabkan menurunnya
kepercayaan publik terhadap Pemerintah dan tidak tercapainya tujuan dari hukum untuk
menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan untuk Masyarakat.

c. Kepastian hukum (rechtssicherkeit)

Kepastian hukum adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena
mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan dan logis
dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau
menimbulkan konflik norma. Menyangkut dengan kasus nenek Minah, putusan hukum bahwa
nenek Minah dijatuhi hukuman selama 1 bulan 15 hari justru menyebabkan konflik norma yang
ada dalam masyarakat dan menimbulkan keraguan masyarakat terhadap penegakan hukum
dan kepastian hukum di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai