Anda di halaman 1dari 90

SKRIPSI

n
da
PENGARUH HERBAL COMPRESS BALL
TERHADAPPENURUNAN NYERI OTOT PADA

Me
LANSIADI UPT PELAYANAN SOSIALLANJUT USIA
BINJAI
TAHUN 2018

th
be
isa
El
n ta
Sa

Oleh:
LOICE NONI FAERY BAEHA
032014039
ES
IK
ST

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2018
SKRIPSI

n
da
PENGARUH HERBAL COMPRESS BALL
TERHADAPPENURUNAN NYERI OTOT PADA

Me
LANSIADI UPT PELAYANAN SOSIALLANJUT USIA
BINJAI
TAHUN 2018

th
be
isa
El
n ta

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


dalam Program Studi Ners
Sa

pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth

Oleh:
ES

LOICE NONI FAERY BAEHA


032014039
IK
ST

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
2018
LEMBAR PERNYATAAN

n
Yang bertanda tangan di bawah ini,

da
Nama : LOICE NONI FAERY BAEHA
NIM : 032014039

Me
Program Studi : Ners
Judul Skripsi : Pengaruh Herbal Compress Ball Terhadap
Penurunan Nyeri Otot Pada Lansia Di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun 2018.

th
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya
buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di

be
kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di STIKes
Santa Elisabeth Medan.
isa
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
El

Penulis,
n ta
Sa
ES
IK
ST
n
da
Me
PROGRAM STUDI NERS

th
STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

be
Tanda Persetujuan
isa
Nama : Loice Noni Faery Baeha
NIM : 032014039
Judul : Pengaruh Herbal Compress Ball Terhadap Penurunan Nyeri Otot
Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun
El

2018.

Menyetujui untuk diujikan pada Ujian Sidang Sarjana Keperawatan


ta

Medan, 8 Mei 2018


n
Sa

Pembimbing II Pembimbing I
ES

Maria Pujiastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep Jagentar Pane, S.Kep.,Ns.,M.Kep


IK

Mengetahui
Ketua Program Studi Ners
ST

Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns.,MAN


Telah diuji

n
Pada tanggal, 8 Mei 2018

da
PANITIA PENGUJI

Me
Ketua :

th
be
Jagentar Pane, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
isa
Anggota :
El

1.
ta

Maria Pujiastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep.


n
Sa

2.
ES

Mestiana Br. Karo, S.Kep.,Ns.,M.Kep.


IK

Mengetahui
Ketua Program Studi Ners
ST

Samfriati Sinurat, S.Kep., Ns., MAN


n
da
Me
PROGRAM STUDI NERS
STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

th
Tanda Pengesahan
Nama
NIM
: Loice Noni Faery Baeha
: 032014039
be
isa
Judul : Pengaruh Herbal Compress Ball Terhadap Penurunan Nyeri Otot
Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun
2018.
El

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji


sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
pada Selasa, 8 Mei 2018 dan dinyatakan LULUS
nta

TIM PENGUJI: TANDA TANGAN


Sa

Penguji I : Jagentar Pane, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Penguji II :Maria Pujiastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep


ES

Penguji III : Mestiana Br. Karo, S.Kep., Ns., M.Kep


IK

Mengetahui Mengesahkan
ST

Ketua Program Studi Ners Ketua STIKes Santa Elisabeth Medan

Samfriati Sinurat, S.Kep., Ns., MAN Mestiana Br. Karo, S.Kep., Ns., M.Kep
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

n
da
Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth
Medan, saya yang bertandatangan dibawah ini:

Me
Nama : LOICE NONI FAERY BAEHA

NIM : 032014039

th
Program Studi : Ners

Jenis Karya : Skripsi

be
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
isa
kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan Hak Bebas Royalti
Non-ekslusif (Non-exclutive Royality Free Right) atas karya ilmiah saya yang
berjudul: Pengaruh Herbal Compress Ball Terhadap Penurunan Nyeri Otot Pada
Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun 2018.
El

Dengan hak bebas royalty Nonekslutif ini Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Santa Elisabeth Medan berhak menyimpan, mengalih media/ formatkan,
mengolah dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan
nta

mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya


sebagai penulis atau pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Sa

Dibuat di Medan, 8 Mei 2018


ES

Yang menyatakan
IK
ST

Loice Noni Faery Baeha


ABSTRAK

n
Loice Noni Faery Baeha 032014039

da
Pengaruh Herbal Compress Ball Terhadap Penurunan Nyeri Otot Pada Lansia Di
UPT Pelayanan sosial Lanjut Usia Binjai Tahun 2018.

Me
Prodi Ners 2018

Kata Kunci : Nyeri otot, Herbal Compress Ball, Lansia

th
( xx + 66 + Lampiran)

Nyeri otot merupakan pengalaman emosional dan sensorik yang tidak

be
menyenangkan berhubugan dengan resiko terjadinya kerusakan aktual maupun
potensial. Hasil survei langsung di UPT Pelayanan sosial Lanjut Usia Binjai tahun
2018 menunjukkan sebagian besar para lansia mengalami nyeri otot. Salah satu
isa
terapi non-farmakologis untuk menurunkan skala nyeri otot adalah dengan terapi
Herbal Compress Ball yang efeknya berasal dari konduksi panas yang dapat
meningkatkan aliran darah regional ke daerah nyeri, efek analgesik berasal dari
bahan-bahan herbal dan minyak asiri aromaterapi memberi efek relaksasi.
El

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Herbal Compress Ball


terhadap penurunan nyeri otot pada lansia. Alat ukur yang digunakan yaitu lembar
observasi dengan skala nyeri otot yang digunakan adalah Wong-Baker FACES
nta

Rating Scale, terbagi atas tidak ada nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat
terkontrol, dan Nyeri berat tidak terkontrol. Desain penelitian ini adalah
eksperimental one-group pre-post test design. Teknik pengambilan sampel yaitu
purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 15 responden. Analisa data
Sa

dilakukan dengan menggunakan uji wilcoxon sign rank test, dan nilai p value =
0,000 (p < 0,05). Penelitian ini menunjukkan bahwa ada Pengaruh Herbal
Compress Ball Terhadap Penurunan Nyeri Otot Pada Lansia Di UPT Pelayanan
sosial Lanjut Usia Binjai. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melengkapi
penelitian ini dengan menambahkan grup kontrol dan membandingkan efektifitas
ES

Herbal Compress Ball antara grup intervensi dan grup kontrol.

Daftar Pustaka (1997-2017)


IK
ST
ABSTRACT

n
Loice Noni Faery Baeha 032014039

da
The Effect of Herbal Compress Ball on Elderly’s Muscle Pain Reduction at UPT
Elderly Social Service Binjai Year 2018.

Me
Ners Study Program 2018

Keywords: Muscle pain, Herbal Compress Ball, Elderly

th
(xx + 66 + Appendices)

Muscle pain is an unpleasant emotional and sensory experience related to the risk

be
of actual or potential damage. The result of direct survey at UPT Elderly Social
Services Binjai 2018 shows most of the elderly got muscle pain. One of the non-
pharmacological therapies to reduce the scale of muscle pain is the Herbal
isa
Compress Ball therapy that effect comes from heat conduction that can increase
regional blood flowing to the pain area, analgesic effects derived from herbal
ingredients and aromatherapy essential oils give a relaxing effect. This study aims
to determine the effect of Herbal Compress Ball on the decrease of muscle pain in
El

the elderly. The measuring tool used was the observation sheet with the scale of
muscle pain used was Wong-Baker FACES Rating Scale, divided into no pain,
mild pain, moderate pain, severe controlled pain, and severe uncontrollable pain.
nta

The design of this study was an experimental one-group pre-post test design. The
sampling technique was purposive sampling with 15 respondents. Data analysis
was done by using test of wilcoxon sign rank test, and p value = 0,000 (p <0,05).
This study shows that there is Influence of Herbal Compress Ball Against Muscle
Sa

Pain Reduction in Elderly At UPT Binjai Elderly Social Service. It is expected


that the researcher can further complement this research by adding a control
group and comparing the effectiveness of Herbal Compress Ball between the
intervention group and the control group.
ES

References (1997-2017)
IK
ST
KATA PENGANTAR

n
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

da
atas berkat dan rahmatNya penulis dapat meneylesaikan penelitian ini. Adapun

judul penelitian ini adalah “Pengaruh Herbal Compress Ball Terhadap

Me
Penurunan Nyeri Otot Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Binjai Tahun 2018”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

th
menyelesaikan pendidikan Program Studi Ners di STIKes Santa Elisabeth Medan.

be
Skripsi ini telah banyak mendapat bimbingan, perhatian dan kerja sama

dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
isa
1. Mestiana Br. Karo S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua STIKes Santa Elisabeth

Medan sekaligus penguji III dan dosen pembimbing akademik saya, yang
El

telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi dengan baik dan


nta

membantu, membimbing, serta yang telah mengarahkan penulis dengan

penuh kesabaran dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dalam


Sa

penyelesaian skripsi ini.

2. Samfriati Sinurat S.Kep., Ns., MAN selaku Ketua Program Studi Ners

STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah memberikan kesempatan untuk


ES

dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Jagentar Pane, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing dan penguji I yang
IK

membantu, membimbing serta yang telah mengarahkan penulis dengan penuh


ST

kesabaran dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian

skripsi ini.
4. Maria Pujiastuti, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing dan penguji II yang

n
membantu, membimbing serta mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran

da
dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh staff Administrasi (Tata Usaha) STIKes Santa Elisabeth Medan yang

Me
telah membantu penulis pada proses pengurusan surat menyurat dalam

penelitian.

th
6. Seluruh Staff UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk mengambil penelitian di UPT

be
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun 2018.
isa
7. Teristimewa kepada keluarga besar saya Ayah tercinta Meidin Baeha, Ibunda

tercinta Erlis Lase, Adik yang saya kasihi Marya Baeha, Fetry Baeha, Sesuai
El

Baeha dan Lili sahabat terbaik yang selalu memberikan saya dukungan dan

yang selalu mendoakan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.


nta

8. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa/I Program Studi Ners Tahap Akademik

STIKes Santa Elisabeth Medan, Khususnya angkatan 2014 yang telah


Sa

memberikan semangat dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini, serta

orang-orang yang tidak dapat diucapkan satu persatu.


ES

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,

baik isi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
IK

penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan

penelitian ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa mencurahkan berkat dan kasih
ST

karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.


Demikian kata pengantar dari penulis. Akhir kata penulis mengucapkan

n
terimakasih dan semoga Tuhan selalu memberkati kita semua.

da
Me
Medan, 8 Mei 2018
Penulis

th
be Loice Noni Faery Baeha
isa
El
nta
Sa
ES
IK
ST
DAFTAR ISI

n
Halaman Sampul Depan ................................................................................... i

da
Halaman Sampul Dalam .................................................................................. ii
Halaman Persyaratan Gelar .............................................................................. iii
Surat Pernyataan............................................................................................... viv

Me
Halaman Persetujuan ....................................................................................... v
Penetapan Panitia Penguji ................................................................................ vi
Halaman Pengesahan ....................................................................................... vii
Surat Pernyataan Publikasi ............................................................................... viii
Abstrak ............................................................................................................. ix

th
Abstract ............................................................................................................ x
Kata Pengantar ................................................................................................ xi
Daftar Isi........................................................................................................... xiv

be
Daftar Tabel ..................................................................................................... xvii
Daftar Bagan ................................................................................................... xviii
Daftar Gambar ................................................................................................. xix
isa
Daftar Diagram................................................................................................. xx

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
El

1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 5


1.3. Tujuan ....................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan umum .................................................................... 5
nta

1.3.2 Tujuan khusus.................................................................... 5


1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
1.4.1 Manfaat teoritis.................................................................. 6
1.4.2 Manfaat praktis .................................................................. 6
Sa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7


2.1. Lansia ......................................................................................... 7
2.1.1 Defenisi lansia ................................................................... 7
2.1.2 Batasan umur lansia........................................................... 7
ES

2.1.3 Teori menua ....................................................................... 7


2.1.4 Perubahan pada lansia ....................................................... 8
2.1.5 Masalah dan penyakit lanjut usia ....................................... 9
2.1.6 Kosekuensi patologis lanjut usia ....................................... 12
IK

2.1.7 Persentasi nyeri lansia ....................................................... 12


2.2. Nyeri ........................................................................................... 13
2.2.1 Defenisi ............................................................................ 13
ST

2.2.2 Klasifikasi nyeri ................................................................ 13


2.2.3 Penyebab nyeri ................................................................. 14
2.2.4 Penyebab nyeri otot ........................................................... 15
2.2.5 Transmisi nyeri .................................................................. 16
2.2.6 Faktor yang mempengaruhi nyeri ..................................... 17
2.2.7 Skala penilaian nyeri ......................................................... 18
2.3. Penatalaksanaan Nyeri ............................................................. 19

n
2.3.1 Terapi farmakologi ............................................................ 19
2.3.2 Terapi contract relax stretching ....................................... 21

da
2.3.3 Terapi pedal exercise under compression ......................... 21
2.3.4 Terapi infra merah ............................................................. 22
2.3.5 Terapi horticultura (Horticultural therapy) ....................... 22

Me
2.3.6 Mind body therapy............................................................. 23
2.3.7 Terapi pijat (massage therapy) .......................................... 23
2.3.8 Terapi acupuncture........................................................... 23
2.3.9 Terapi kompres hangat ...................................................... 24
2.3.10 Terapi Herbal Compress Ball .......................................... 24

th
BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........ 31
3.1 Kerangka Konsep .................................................................. 31

be
3.2 Hipotesis Penelitian................................................................... 32

BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................. 33


isa
4.1. Rancangan Penelitian ............................................................... 33
4.2. Populasi Dan Sampel ................................................................ 34
4.2.1 Populasi ............................................................................. 34
4.2.2 Sampel ............................................................................... 34
El

4.3. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ....................... 35


4.3.1 Variabel independen .......................................................... 35
4.3.2 Variabel dependen ............................................................ 35
nta

4.3.2 Defenisi operasional ......................................................... 35


4.4. Instrumen Pengumpulan Data................................................ 37
4.5. Lokasi Dan Waktu ................................................................... 38
4.5.1 Lokasi ................................................................................ 38
Sa

4.5.2 Waktu penelitian................................................................ 38


4.6. Prosedur Penelitian .................................................................. 38
4.6.1 Pengumpulan data ............................................................. 38
4.6.2 Teknik pengumpulan data ................................................. 38
4.6.3 Uji validitas dan uji reliabilitas ......................................... 40
ES

4.7. Kerangka Operasional............................................................. 42


4.8. Analisa Data ............................................................................. 43
4.9. Etika Penelitian ........................................................................ 43
IK

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 45


5.1. Hasil Penelitian.......................................................................... 45
5.1.1 Gambaran lokasi penelitian ............................................... 45
ST

5.1.2 Skala nyeri otot lansia pre intervensi Herbal Compress


Ball .................................................................................... 46
5.1.3 Skala nyeri otot lansia post intervensi Herbal Compress
Ball ................................................................................... 46
5.1.4 Hasil uji statistic pengaruh Herbal Compress Ball
terhadap penurunan nyeri otot pada lansia ....................... 47

n
5.2. Pembahasan ............................................................................... 48
5.2.1 Skala nyeri otot pre intervensi Herbal Compress Ball ...... 48

da
5.2.2 Skala nyeri otot post intervensi Herbal Compress Ball .... 50
5.2.3 Pengaruh Herbal Compress Ball terhadap penurunan
nyeri otot pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut

Me
Usia Binjai tahun 2018 ...................................................... 52

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 55


6.1 Kesimpulan............................................................................. 55
6.2 Saran .......................................................................................... 55

th
DAFTAR PUSTAKA

be
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Persetujuan Persetujuan Menjadi Responden
2. Informed Consent
isa
3. Lembar Observasi
4. Surat Pengajuan Judul
5. Usulan Judul
6. Surat Permohonan Pengambilan Data Awal Penelitian
El

7. Surat Izin Pengambilan Data Awal dari UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Binjai Tahun 2018
8. Surat Permohonan Izin Penelitian ( Bakesbangpol)
nta

9. Surat Balasan Rekomendasi Penelitian ( Bakesbangpol)


10. Surat Izin Penelitian dari Dinas Sosial PEMPROV Sumatera Utara
11. Surat Hasil Review Etik Penelitian Kesehatan
12. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Sa

13. Abstract Translate BBC


14. Modul
15. SOP Terapi Herbal Compress Ball
16. SAP (Satuan Acara Penyuluhan)
17. Sertifikat
ES

18. Lembar Output


19. Lembar Konsultasi
IK
ST
DAFTAR TABEL

n
Tabel 4.1 Definisi Operasional Pengaruh Herbal Compress Ball

da
Terhadap Penurunan Nyeri Otot pada Lansia Di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun 2018 ......................... 36

Me
Tabel 5.2 Skala Nyeri Pre Intervensi Herbal Compress Ball Pada Lansia
di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun 2018 ............ 46

Tabel 5.3 Skala Nyeri Post Intervensi Herbal Compress Ball Pada Lansia
di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun 2018 ............ 46

th
Tabel 5.4 Hasil Uji Statistic Pengaruh Herbal Compress Ball Terhadap
Penurunan Nyeri Otot Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial

be
Lanjut Usia Binjai Tahun 2018 (n=15) ......................................... 47
isa
El
nta
Sa
ES
IK
ST
DAFTAR BAGAN

n
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Herbal Compress

da
Ball Terhadap Penurunan Nyeri Otot Pada Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai ........................................ 31

Me
Bagan 4.2. Desain Penelitian Pra Experiment One group pre-post test
design ........................................................................................ 33

Bagan 4.3. Kerangka Operasional Pengaruh Herbal Compress Ball


Terhadap Penurunan Nyeri Otot pada Lansia di UPT

th
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai ........................................ 42

be
isa
El
nta
Sa
ES
IK
ST
DAFTAR GAMBAR

n
Gambar 2.1 Wong-Baker FACES Rating Scale ........................................... 18

da
Gambar 2.2. Herbal Compress Ball dan Teknik pemberian Herbal
Compress Ball pada daerah yang mengalami nyeri otot ......... 30

Me
th
be
isa
El
nta
Sa
ES
IK
ST
DAFTAR DIAGRAM

n
Diagram 5.1 Skala Nyeri Otot Pre Intervensi Herbal Compress Ball Pada

da
Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun
2018 .......................................................................................... 48

Me
Diagram 5.2 Skala Nyeri Otot Post Intervensi Herbal Compress Ball Pada
Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun
2018 .......................................................................................... 50

th
be
isa
El
nta
Sa
ES
IK
ST
BAB 1
PENDAHULUAN

n
da
1.1. Latar Belakang

Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah

Me
memenuhi tahap-tahap kehidupan yaitu neonatus, toodler, pra school, school,

remaja, dewasa dan lansia. WHO (World Health Organization) menyebutkan

th
bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua, saat itu lansia berangsur-angsur

mengalami penurunan daya tahan fisik sehingga rentan terhadap serangan

be
penyakit dan mengalami perubahan pada tubuhnya, secara perlahan jaringan
isa
kehilangan kemampuannya untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur serta fungsi normalnya. Akibat dari proses penuaan


El

tersebut masalah yang sering dialami oleh lansia adalah pada sistem

muskuloskeletal. Penyakit yang paling sering dialami oleh lansia adalah asam
nta

urat, osteoporosis, osteomalasia, osteoartritis, nyeri punggung bawah, dan

gangguan otot badan (Padila, 2013).


Sa

Penyakit-penyakit yang dialami lansia sering menimbukan gejala nyeri

pada otot. Nyeri otot tersebut juga dinamakan Myalgia, berasal dari bahasa
ES

Yunani yaitu myo yang berarti otot dan logos yang berarti nyeri. Nyeri otot

(Myalgia) adalah pengalaman emosional dan sensorik yang tidak menyenangkan


IK

berhubugan dengan resiko terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau

menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (Kneale, 2011). Nyeri otot


ST

termasuk salah satu keluhan yang cukup sering diderita oleh manusia apa lagi oleh

lansia. Lansia dapat mengalami nyeri otot hanya sesaat atau sampai beberapa hari,
beberapa bulan bahkan menahun yang membuat terganggunya aktivitas dalam

n
kehidupan sehari-hari (Billhantomo, 2013).

da
Nyeri otot pada lansia adalah fenomena yang kompleks melibatkan

pikiran dan tubuh. Pengalaman nyeri yang dimiliki bersifat individual dan unik,

Me
akibatnya reaksi terhadap nyeri berbeda diantara lansia meskipun cedera yang

dialami sama. Lansia sering menganggap nyeri otot yang dialami adalah bagian

th
dari penuaan yang tidak terelakkan (Thomas (1997), sehingga para lansia

mempercayai sejumlah mitos yang berhubungan dengan nyeri pada lansia seperti

be
(1) penuaan dan nyeri berjalan beriringan, (2) nyeri merupakan konsekuensi lansia
isa
dan harus ditoleransi, (3) ambang nyeri lansia lebih tinggi, (4) lansia memerlukan

dosis analgesik yang rendah karena efek penggunaan analgesik pada lansia lebih
El

tinggi, dan (5) ketika lansia tidak mampu mengungkapkan nyeri yang dialaminya

itu sama artinya dengan lansia tidak sedang merasa nyeri, sehingga saat lansia
nta

mengalami nyeri otot itu adalah hal biasa dan tidak memerlukan bantuan secara

medis dan nyeri pada lansia pun terabaikan (Kneale, 2011).


Sa

Pada tahun 2018, jumlah lansia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Binjai Sumatera Utara adalah sebanyak 147 orang. Dari hasil
ES

wawancara kepada pasien pada kunjungan tanggal 12 Januari 2018 adalah

sebagian besar para lansia mengalami nyeri otot. Jumlah lansia yang di observasi
IK

sebanyak 15 orang dan semuanya berjenis kelamin perempuan. Penulis

menggunakan skala ukur Wong-Baker faces Rating Scale untuk mengkaji nyeri
ST

otot yang dialami lansia. Dari hasil observasi ditemukan lansia yang mengalami

nyeri ringan (skala nyeri 1-3) sebanyak 1 orang, nyeri sedang (skala nyeri 4-6)
sebanyak 13 orang, dan sebanyak 1 orang mengalami nyeri berat (skala nyeri 7-

n
9).Setelah melakukan pengkajian nyeri kepada lansia, penulis melakukan

da
wawancara kepada petugas kesehatan, dari hasil wawancara dengan petugas

kesehatan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai mengatakan bahwa lansia

Me
sangat jarang meminta obat ke poli UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai

untuk mengatasi nyeri yang dialami.

th
Tingkat kejadian nyeri yang dialami oleh lansia cukup tinggi

prevalensinya, maka membutuhkan terapi untuk mengatasi nyeri. Dalam

be
penatalaksanaan nyeri ada berbagai macam terapi yang bisa diberikan yaitu
isa
seperti (1) terapi farmakologi : opioid, obat antiinflamasi non-steroid (NSAID),

parasetamol, analgesik epidural, entonoks, nefopam, antikonvulsan, antidepresan,


El

dan kortikosteroid, (2) terapi contract relax stretching, (3) terapi pedal exercise

under compression, (4) terapi infra merah, (5) terapi horticultura, (6) mind body
nta

therapy, (7) terapi pijat, (8) terapi acupuncture, (9) terapi kompres, (10) terapi

Herbal Compress Ball.


Sa

Pemberian terapi pada lansia harus di perhatikan dengan benar karena

lansia sangat rentan dengan komplikasi, maka perawat dibutuhkan untuk berperan
ES

dalam merawat lansia dan membantu meringankan biaya serta mengurangi efek

pengobatan farmakologi dengan menggunakan terapi modalitas. Salah satu terapi


IK

modalitas yang bisa diaplikasikan adalah dengan cara kompres. Kompres

merupakan tindakan mandiri yang dilakukan perawat dalam menurunkan suhu


ST

tubuh dan mengurangi nyeri, baik itu kompres dingin maupun kompres hangat

(Potter, 2015). Kompres hangat lebih efektif dalam menurunkan nyeri karena efek
pemberian kompres hangat terhadap tubuh yaitu meningkatkan aliran darah

n
kebagian tubuh yang mengalami cedera, meningkatkan pengiriman leukosit dan

da
antibiotik ke daerah luka, meningkatkan pergerakan zat sisa dan nutrisi,

meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat kekakuan otot

Me
(Wurangian. 2014).

Kompres sebagai terapi modalitas keperawatan semakin berkembang dari

th
waktu ke waktu karena memiliki resiko yang rendah terhadap lansia dan tetap

efektif dalam mengurangi nyeri termasuk nyeri otot. Berdasarkan pengalaman

be
penulis saat Student Exchange di PrachomklaoCollege Of NursingPhetchaburi
isa
Thailand tahun 2017 dengan tema Health And Culture Immersion membahas

tentang kebudayaan suatu daerah yang terus dipertahankan karena memiliki nilai
El

penting dalam pengobatan atau berfungsi sebagai terapi komplementer

keperawatan. Salah satu budaya pengobatan Thailand yang terus diterapkan dan
nta

diminati oleh negara lain adalah Herbal Compress Ball.

Terapi Herbal Compress Ball atau Luk Prakob telah digunakan di


Sa

Thailand selama ratusan tahun sebagai terapi tradisional Thailand atau pun

sebagai terapi modalitas yang berdiri sendiri dalam pengobatan muskuloskletal


ES

dan rehabilitatif. Efek Herbal Compress Ball berasal dari (1) konduksi panas

untuk meningkatkan aliran darah regional ke daerah yang terkena, (2) anti
IK

inflamasi efek dari bahan herbal, (3) relaksasi efek minyak atsiri aromatik dari

bahan herbal. Kandungan HebalCompress Ball bervariasi tergantung tersedianya


ST

ramuan tumbuhan dari setiap daerah. Namun pada umumnya bahan herbal utama

dalam Herbal Compress Ball adalah jahe (Zingiber cassumunar), kunyit


(Curcuma longa L) dan camphor. Penurunan nyeri osteoartritis dan nyeri otot

n
tidak berbeda dengan obat anti inflamasi nonsteroid lainnya, latihan lutut, dan

da
kompres panas. Namun pengurangan nyeri otot dari Herbal Compress Ball lebih

tinggi dan memiliki manfaat relaksasi terhadap lansia (Dhippayom, 2015).

Me
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai Pegaruh Herbal Compress Ball Terhadap Penurunan Nyeri Otot Pada

th
Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.

be
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh Herbal Compress Ball terhadap penurunan nyeri
isa
otot pada lansia di UPT Lanjut Usia Binjai Tahun 2018?
El

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
nta

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Herbal Compress

Ballterhadappenurunan nyeri otot pada lansia di UPT Lanjut Usia Binjai


Sa

Tahun 2018.

1.3.2. Tujuan khusus


ES

1. Mengidentifikasi nyeri otot sebelum dilakukan terapi Herbal

Compress Ball pada lansia yang mengalami nyeri otot di UPT Lanjut
IK

Usia Binjai Tahun 2018.

2. Mengidentifikasi nyeri otot setelah dilakukan terapi Herbal Compress


ST

Ball pada lansia yang mengalami nyeri otot di UPT Lanjut Usia Binjai

Tahun 2018.
3. Megidentifikasi pengaruh Herbal Compress Ball terhadap penurunan

n
nyeri otot pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai

da
Tahun 2018.

Me
1.4. Manfaat
1.4.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber/referensi yang

th
dapat menambah pengetahuan dan pemahaman serta wawasan tentang

be
pemanfaatan tanaman herbal sebagai terapi modalitas perawat dalam

menurunkan nyeri otot pada lansia.


isa
1.4.2. Manfaat praktisi

1. Manfaat bagi pasien


El

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi terapi komplementer


nta

atau alternatif selain obat-obatan dalam menurunkan nyeri otot pada

lansia.
Sa

2. Manfaat bagi pendidikan keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber

informasi atau acuan, serta data tambahan untuk peneliti selanjutnya dalam
ES

mengembangkan pengetahuan serta pemahaman tentang pengaruh

penggunaan Herbal Compress Ball dalam menurunkan nyeri sebagai


IK

terapi komplementer keperawatan.


ST
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

n
da
2.1. Lansia

2.1.1. Definisi lansia

Me
World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah

memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia

th
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang

dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang dsebut aging process atau

proses penuaan.
be
isa
2.1.2. Batasan umur lansia

Batasan umur pada lansi dari waktu kewaktu berbeda. World Health
El

Organization (WHO) dalam (Padila, 2013), lansia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) antara 45-59 tahun.


nta

b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75-90 tahun.


Sa

d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun.

Di negara berkembang, lansia digolongkan berdasarkan usia 60 tahun ke


ES

atas, sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat, Prancis, Jepang, dan

Belanda lansia di golongkan 65 tahun ke atas (Priyoto, 2015).


IK

2.1.3. Teori menua

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara


ST

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk melakukan fungsinya dalam

memenuhi kebutuhan dalam hidup. Menua ditandai dengan kulit yang mengendur,
rambut yang memutih, penurunan pendengaran, penglihatan yang menjadi

n
semakin buruk, sensitivitas emosi (Priyoto, 2015).

da
2.1.4. Perubahan pada lansia

Priyoto (2015), adapun perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia,

Me
yaitu sebagai berikut:

1. Sel

th
a. Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya.

b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.

be
c. Menurunnya proporsi sel di otak, ginjal, darah, dan hati.
isa
2. Sistem persarafan

a. Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak lansia berkurang setiap hari).
El

b. Hubungan persarafan cepat menurun.

c. Lambat dalam renspons dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan


nta

stres.

d. Mengecilnya saraf pancaindra, berkurangnya penglihatan, hilangnya


Sa

pendengaran.

e. Mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap


ES

perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, serta

kurang sensitif terhadap sentuhan.


IK

3. Sistem gastrointestinal

a. Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun,


ST

waktu pengosongan lambung menurun.

b. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.


c. Fungsi absorbsi melemah.

n
4. Sistem integumen

da
a. Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan

bersisik karena kehilangan proses keratinisasi serta perubahan ukuran dan

Me
bentuk-bentuk sel epidermis.

b. Mekanisme proteksi kulit menurun, ditandai dengan produksi serum

th
menurun dan gangguan pigmentasi kulit.

c. Kulit kepala dan rambut pada lansia akan menipis.

d. Berkurangnya elastisitas kulit.


be
isa
5. Sistem muskuloskeletal

a. Pada lansia tulang akan kehilangan kepadatan dan makin rapuh.


El

b. Terjadi kifosis.

c. Pergerakan pinggang, lutut, pergelangan, dan jari-jari terbatas.


nta

d. Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi menjadi

berkurang).
Sa

e. Persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut, dan mengalami

skelerosis. Terjadi atropi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) sehingga


ES

pergerakan menjadi lamaban, otot-otot menjadi keram dan tremor.

2.1.5. Masalah dan penyakit lanjut usia


IK

Padila (2013), masalah dan Penyakit yang dialami oleh lansia (lanjut

Usia) yaitu:
ST
1. Masalah fisik umum

n
a. Mudah jatuh

da
Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi.

Penyebabnya bisa karena ganguan gaya berjalan, kelemahan otot

Me
ekstremitas bawah, kekakuan sendi, dan sinkope atau pusing. Sekitar

35% dari populasi lanjut (yang berusia 65 tahun) keatas mengalami

th
jatuh setiap tahunya. Separuh dari angka tersebut mengalami jatuh

berulang.

b. Mudah lelah
be
isa
Hal ini bisa disebabkan oleh:

1) Faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan, atau depresi).


El

2) Gangguan organis misalnya yaitu:

a) Anemia.
nta

b) kekurangan vitamin.

c) Osteomalasia.
Sa

d) Gangguan ginjal dengan uremia.

e) Gangguan faal hati.


ES

f) Kelainan metabolisme (diabetes melitus, hipertiroid).

g) Gangguan sistem peredaran darah dan jantung.


IK

3) Pengaruh obat, misalnya obat penenang, obat jantung, dan obat

yang melelahkan daya kerja otot.


ST
2. Gangguan kardiovaskuler

n
a. Nyeri dada

da
1) Penyakit jantung koroner yang dapat menyebabkan iskemia jantung

(berkurangnya aliran darah ke jantung).

Me
2) Radang selaput jantung.

b. Gangguan pada sistem alat pernafasan, misalnya pleuro pneumonia/emboli

th
paru-paru dan gangguan pada saluran pencernaan bagian atas.

1) Sesak nafas pada kerja fisik dapat disebabkan oleh kelemahan jantung,

be
gangguan sistem saluran napas, berat badan berlebihan (gemuk), atau
isa
anemia.

c. Nyeri pinggang atau punggung


El

Nyeri di bagian ini disebabkan oleh:

1) gangguan sendi atau susunan sendi pada susunan tulang belakang


nta

(osteomalasia, osteoporosis, dan osteoatritis).

2) Gangguan Pankreas.
Sa

3) Kelainan ginjal (batu ginjal).

4) Gangguan pada rahim.


ES

5) Gangguan pada kelenjar prostat.

6) Gangguan pada otot badan.


IK

7) HNP (Hernia Nucleus Pulposus).


ST
2.1.6. Kosekuensi patologis lanjut usia

n
Padila (2013), pada lanjut akan banyak perubahan-perubahan yang terjadi

da
karena proses penuaan, lebih sering pada sistem muskuloskeletal. Akibatnya akan

ada kosekuensi rasa nyeri yang harus di alami oleh lansia, yaitu sebagai berikut:

Me
1. Penyakit sendi degeneratif (PSD).

2. Nyeri leher dan punggung.

th
3. Nyeri bahu.

4. Nyeri bokong.

5. Nyeri tungkai dan lutut.


be
isa
6. Nyeri kaki.

2.1.7. Persentasi nyeri lansia


El

Hasil sensus penduduk di Amerika Serikat didapatkan bahwa ada lebih

dari 40 juta orang lansia diatas 65 tahun dan diperkirakan 60%-75% dari lansia
nta

tersebut mengalami nyeri terus-menerus terutama lansia yang tinggal dipanti

jompo. Nyeri yang dialami dibagian pinggang atau leher sekitar 65%, nyeri
Sa

muskuloskletal sekitar 40%, nyeri akibat neuropatik perifer 35%, dan nyeri sendi

kronis 15%-25% (Molton, 2014).


ES

Angka kesakitan lansia tahun 2014 sebesar 25,05% artinya setiap 100

orang lansia terdapat 25 orang mengalami kesakitan. Masalah kesehatan


IK

muskuloskletal dengan usia 55-64 tahun 45%, usia 65-74 tahun 51,9%, dan usia

75 tahun keatas 54,8% (Pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI,
ST

2016).
2.2. Nyeri

n
2.2.1. Definisi

da
Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman, baik ringan mau pun berat

yang hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh

Me
orang lain, mencakup pola pikir, aktivitas seseorang secara langsung dan

perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting yang dapat

th
menunjukkan telah terjadi gangguan fisiologis (Priyoto, 2015).

Nyeri otot pada lansia adalah nyeri yang dianggap sebagai bagian dari

be
penuaan yang tak-terelakkan (Kneale, 2011). Penurunan progresif dan gradual
isa
masa muskuloskletal mulai terjadi sebelum usia 40 tahun sehingga mengakibatkan

penurunan mobilitas, keseimbangan dan fungsi organ internal. Otot berkurang


El

ukurannya dan kehilangan kekuatan, fleksibilitas, dan ketahanannya sebagai

akibat dari penurunan aktivitas dan proses penuaan lansia (Smeltzer, 2010).
nta

2.2.2. Klasifikasi nyeri

Nyeri terbagi menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis, dengan
Sa

perbedaan sebagai berikut:

1. Nyeri akut disertai dengan respon stres yang menimbulkan reaksi


ES

berkeringat, vasokonstriksi, peningkatan frekuensi jantung, dan tekanan

darah. Nyeri akut biasanya terjadi karena fraktur, dislokasi, cedera


IK

traumatik dan pascabedah muskuloskletal. Nyeri akut dapat

dikarakteristikan dengan awitan yang dijelaskan secara baik.


ST

2. Nyeri kronis adalah nyeri yang dirasakan selama 3 bulan atau lebih.

Nyeri jangka panjang yang konstan mengubah sistem saraf pusat


sehingga tidak lagi menunjukkan tanda yang menyertai nyeri. Contoh

n
dari nyeri kronis adalah nyeri otot, nyeri punggung bawah/low back pain,

da
osteoartritis, dan penyakit reumatoid.

Nyeri yang biasanya dialami oleh lansia adalah nyeri kronis pada otot

Me
karena merupakan proses dari penuaan lansia (Kneale, 2011).

2.2.3. Penyebab nyeri

th
1. Trauma

a. Mekanik

be
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami
isa
kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, dan luka.

b. Panas
El

Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan

akibat panas, dingin, misalnya karena api dan air.


nta

c. Kimiawi

Nyeri timbul akibat kontak dengan zat kimia yang bersifat


Sa

asam dan basa kuat.

d. Elektrik
ES

Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai

reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka


IK

bakar.

2. Neoplasma jinak dan neoplasma ganas.


ST
3. Peradangan

n
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat

da
adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan atau abses.

4. Gangguan sirkulasi.

Me
5. Trauma psikologi.

2.2.4. Penyebab nyeri otot

th
1. Tidak menjaga postur tubuh dengan baik

Menjaga postur tubuh saat duduk dan berdiri itu penting, namun

be
saat duduk akan lebih banyak otot yang kita gunakan dibandingkan
isa
saat berdiri. Dan saat duduk adalah hal yang paling sulit untuk

menjaga postur tubuh sehingga sering sekali menjadi salah satu


El

penyebab dari nyeri otot. Dengan membiasakan postur tubuh yang

baik, maka laju proses degeneratif dapat ditahan sampai minimal atau
nta

dapat dicegah. Sehingga otot punggung dapat bekerja lebih santai dan

tidak gampang cedera.


Sa

2. Jarang berolah raga, sering mengangkat barang berat, dan postur yang

sering membungkuk.
ES

3. Sering duduk berjam-jam

Otot yang tertarik saat kita duduk berjam-jam adalah otot yang
IK

lemah dan gampang cedera. Bayangkan otot seperti karet, jika kita

menarik dan melepaskan secara berkala, elastisitas karet ini akan tetap
ST

berfungsi. Namun, jika karet kita tarik dan tahan selama berjam-jam,

kemungkinan besar karet akan kehilangan elastisitas dan tidak dapat


kembali keasalnya. Kerusakan ini dapat terjadi pada otot, otot menjadi

n
kurang elastis dan gampang cedera. Para lansia sebagian besar malas

da
bergerak atau berolah raga, sering duduk berjam-jam, tidak menjaga

postur tubuhnya dan tidak jarang ada lansia yang sering bekerja

Me
mengangkat beban berat karena merasa dirinya masih kuat. Sehingga

lansia sering mengalami nyeri pada otot (Setiobudi, 2016).

th
2.2.5. Transmisi nyeri

Transmisi nyeri melibatkan proses penyaluran implus nyeri dari tempat

be
transduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal dimedula spinalis dan
isa
jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari medula spinalis menuju ke otak

(Price, 2005).
El

Nyeri otot yang terjadi pada lansia erat hubungannya dengan struktur

tulang belakang. Tulang belakang adalah organ penting yang terdiri dari tulang
nta

(vertebrae), bantalan (disc), persendian dan saraf. Di antara tulang terdapat

bantalan dan sendi yang menjadikan tulang punggung fleksibel. Saraf tulang
Sa

belakang terlindungi dalam rongga tulang belakang. Saraf tulang belakang sangat

penting karena berfungsi untuk menghubungkan sinyal dari otak ke otot di tangan
ES

dan otot dikaki sehingga bisa bergerak. Saraf ini juga berfungsi menyalurkan

informasi sinyal sensoris dari kulit ke otak sehingga manusia dapat merasakan
IK

tekanan, suhu, disekitar dan rasa sakit (Setiobudi, 2016).

Otot di sekitar tulang belakang berfungsi untuk menstabilkan dan


ST

menggerakkan tulang belakang. Tulang belakang juga diperkuat oleh ligamen.

Ligamen membatasi gerakan tulang belakang sehingga gerakan yang


membahayakan saraf tidak terjadi. Jika ligamen tidak berfungsi dengan baik,

n
tulang belakang menjadi tidak stabil dan pergerakan akan menjadi tidak normal.

da
Akibatnya, punggung atau leher akan merasa sakit. Terkadang saraf tulang

belakang bisa terjepit (Setiobudi, 2016).

Me
Dalam rongga tulang belakang kita mendapati saraf besar (spinal cord)

dan saraf kecil (nerve root). Saraf besar berfungsi untuk koordinasi gerakan otot.

th
Jika saraf besar terjepit, pasien akan berjalan tidak stabil. Sementara saraf kecil

berfungsi untuk menggerakkan otot dan merasakan sensori. Jika saraf kecil

be
terjepit. Penderita akan merasakan nyeri otot yang menjalar ke tangan atau ke
isa
kaki. Terkadang ada rasa kesemutan bahkan sampai mengakibatkan otot menjadi

lemah (Setiobudi, 2016).


El

2.2.6. Faktor yang memperngaruhi nyeri

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri Wiarto (2017) adalah:


nta

1. Usia.

2. Jenis kelamin.
Sa

3. Budaya.

4. Ansietas.
ES

5. Pengalaman masa lalu.

6. Efek Plasebo (sebuah pengobatan yang tidak berdampak untuk mengontrol


IK

efek dari pengharapan).

7. Keluarga.
ST

8. Pola koping.
2.2.7. Skala penilaian nyeri

n
Wong (2011), mengatakan respons terbaik adalah nomor tiga dan empat.

da
Perkiraan nyeri yang terbaik adalah yang dilaporkan orang itu sendiri. Respons

satu dan dua dibuat berdasarkan kesan subjektif. Pada respons satu keluhan nyeri

Me
sangat tidak diperdulikan. Skala ini berbentuk horizontal yang menunjukan angka

dan wajah 0-10 yaitu 0 menunjukkan tidak ada nyeri dan 10 menunjukkan nyeri

th
yang paling hebat.

be
isa
El
nta

Gambar 2.1. Wong-Baker FACES Rating Scale

Keterangan :
Sa

1. 0 : Tidak ada nyeri.

2. 1-3 : Nyeri ringan (klien dapat berkomunikasi dengan baik).


ES

3. 4-6 : Nyeri sedang (mendesis, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik).


IK

4. 7-9 : Nyeri berat terkontrol (klien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan


ST

lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi

dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi).


5. 10 : Nyeri berat tidak terkontrol (tidak mampu berkomunikasi dan

n
memukul).

da
2.3. Penatalaksanaan Nyeri

2.3.1. Terapi farmakologi

Me
Transduksi, transmisi, persepsi dan modulasi sinyal nyeri menyebabkan

penafsiran nyeri oleh otak. Analgesia bertujuan untuk menghambat sinyal nyeri

th
pada beberapa titik sepanjang jalur penjalaran nyeri. Analgesia dapat

menghentikan pembentukan prostaglandin, menghambat transmisi nyeri di

be
sepanjang saraf, atau mengubah persepsi nyeri di dalam korteks serebral (Kneale.
isa
2011).

Jenis-jenis terapi analgesik Kneale (2011), yaitu:


El

1. Opioid

Efek opioid dikelompokkan menjadi efek depresan dan efek


nta

stimulan yang merupakan dasar analgesia untuk mengatasi nyeri hebat.

Ketika diberikan secara injeksi, efek analgesia muncul dengan cepat.


Sa

2. Obat antiinflamasi non-steroid (NSAID)

Obat antiinflamasi non-steroid bekerja secara perifer pada area


ES

yang cedera dengan menghentikan respons inflamasi. Dengan menurunkan

suhu tubuh, obat ini bertindak sebagai analgesik antipiretik. NSAID


IK

digunakan untuk mengatasi sakit kepala, migrain, dismenore, cedera,

untuk nyeri inflamasi akibat artritis, gangguan muskuloskletal, dan nyeri


ST

pasca bedah. Jenis NSAID yang paling lazim digunakan adalah diklofenak

(Voltarol) dan ibuprofen.


3. Parasetamol

n
Parasetamol merupakan anakgesik yang efektif untuk nyeri ringan,

da
yang lebih lemah dibandingkan anakgesik non-steroid.

4. Analgesia epidural

Me
Rute epidural diterima secara luas sebagai metode yang paling

efektif dalam meredakan nyeri akut. Analgesik epidural efektif untuk

th
mengatasi nyeri yang berkaitan dengan aktivitas seperti bergerak dan batuk

serta sering juga digunakan oleh doker anastesi dalam proses operasi.

5. Entonoks
be
isa
Dalam bentuk gas dengan campuran 50% dinitrogen monoksida

dan 50% oksigen. Digunakan sebagai analgesia cepat terutama dalam


El

keadaan gawat darurat.

6. Nefopam
nta

Nefopan (accupan) merupakan analgesik yang efektif untuk

mengatasi nyeri sedang sampai hebat. Analgesik ini digunakan ketika


Sa

NSAID di kontraindikasikan.

7. Antikonvulsan
ES

Diberikan untuk mengatasi sindrom saraf perifer, karenanya obat

ini sering digunakan pada nyeri kronis. Obat ini dapat menyebabkan sedasi
IK

dan pusing.

8. Antidepresan
ST

Amitriptilin 10-25 mg berguna untuk mengatasi nyeri neuropatik,

obat ini memperbaiki alam perasaan dan tidur.


9. Kortikosteroid

n
Deksametason berguna untuk yang mengalami nyeri tulang atau

da
cedera saraf.

2.3.2. Terapi contract relax stretching

Me
Contract relax stretching adalah metode peregangan yang membuat

subjek pada awalnya mengkontraksi otot untuk meregangkan agonist terhadap

th
tahanan dari asisten atau terapis dan kemudian dilanjutkan dengan terapi passive

stretching. Contract relax stretching dan stretching pasif yang dilakukan akan

be
memberikan kontraksi pada otot yang memendek sehingga panjang otot akan
isa
dikembalikan dengan mengaktivasi golgi tendonorgan sehingga terjadi relaksasi

dan nyeri akibat ketegangan otot dapat diturunkan (Wulandari, 2015).


El

2.3.3. Terapi pedal exercise under compression

Pedal exercise under compression adalah terapi yang berguna untuk


nta

menurunkan nyeri otot. pedal exercise yaitu terapi latihan gerak aktif dengan

menggerakkan pergelangan kaki ke arah dorso fleksi dan plantar fleksi. Under
Sa

compression yaitu kompresi dapat menggunakan stocking compression yang

dipasang pada tunggkai bawah yang bertujuan untuk memberikan tekanan pada
ES

dinding pembuluh darah otot betis. Pada saat Pedal exercise dan under

compression diberikan akan menimbulkan kontraksi otot sehingga terjadi reaksi


IK

pemompaan yang akan membantu memindahkan zat-zat iritan penyebab nyeri

otot kembali ke jantung (Wulandari, 2015).


ST
2.3.4. Terapi infra merah

n
Pemberian infra merah berpengaruh terhadap peningkatan nilai ambang

da
nyeri. Teknik pemberian infra merah yaitu dengan jarak 35 cm sampai 45 cm.

Peningkatan ambang nyeri terjadi karena adanya efek sedatif infra merah yang

Me
menstimulasi panas sampai pada jaringan sub cutan sehingga mengakibatkan

vasodilatasi pembuluh darah. Saat vasodilatasi pembuluh darah terjadi subtansi P

th
akan ikut dalam pembuluh darah, serta terjadi peningkatan metabolisme yang

membuat suplai nutrisi O2 meningkat kejaringan tersebut sehingga nyeri

berkurang (Wulandari, 2015).


be
isa
2.3.5. Terapi horticultura (horticultural therapy)

Terapi horticultura adalah terapi berkebun yang membawa dampak


El

positif pada kesehatan fisik, kesehatan mental, dan interaksi sosial. Terapi

horticultura yang digunakan dalam rehabilitasi fisik merehabilitasi otot dan


nta

memperbaiki koordinasi, keseimbangan, dan kekuatan. Saat sedang berkebun

akan memberikan manfaat fisik yang nyata seperti latihan bergerak untuk
Sa

memperbaiki kapasitas karena ada usaha dalam kegiatan mengangkat, mencapai,

membawa, bekerja dalam posisi bungkuk, mendorong, menarik, duduk, dan


ES

berdiri. Terapi horticultura juga memiliki aspek terapi mental dan psikososial,

antara lain:
IK

1. Kenikmatan sensasi yang ditawarkan oleh kebun dengan keindahan,

warna, dan bau.


ST

2. Dorongan sosial aktivitas.

3. Kesempatan untuk berlatih mengatasi nyeri.


Terapi horticultura atau kegiatan berkebun akan membuat klien

n
mengabaikan rasa nyeri, melakukan teknik relaksasi secara spontan (Verra, 2010).

da
2.3.6. Mind body therapy

Mind body therapies adalah teknik untuk memfasilitasi kapasitas

Me
berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir yang mempengaruhi

fisik dan fungsi tubuh (relaksasi, imagery,hypnoterapy, biofeedback, dan berdoa).

th
Dengan mind body therapy diharapkan klien mampu mengontrol gejala fisik

seperti nyeri muskuloskletal dengan menggunakan kapasitas berfikir positif

(Tindle, 2005).
be
isa
2.3.7. Terapi pijat (massage therapy)

Terapi pijat adalah teknik terapeutik kuno yang dimiliki setiap daerah
El

dan menjadi tradisi penyembuhan utama. Terapi pijat menunjukkan tingkat

keberhasilan yang tinggi dalam mengatasi nyeri, dengan menentukan titik titik
nta

akupresur lalu mulai memijat di titik tersebut. Dengan rutin melakukan pijat maka

nyeri muskuloskletal akan sembuh, namun dalam terapi pijat ini harus dilakukan
Sa

oleh orang yang sudah ahli dan bersertifikat (Cutshall, 2010).

2.3.8. Terapi acupuncture


ES

Acupuncture adalah teknik pemasangan jarum halus pada titik tertentu

dari tubuh mengikuti meridian energi. Titik ini telah dipetakan dan digunakan
IK

secara sistematis dalam pengobatan tradisional Cina. Stimulus diberikan pada titik

tertentu, baik secara mekanis, misalnya dengan merotasi jarum, atau secara
ST

elektris. Acupuncture awalnya akan menimbulkan nyeri dan merangsang

pelepasan endorfin yang meningkatkan efek analgesik untuk menurunkan nyeri.


Namun dalam melakukan terapi acupuncture hanya bisa dilakukan oleh praktisi

n
yang sudah ahli dan memiliki sertifikat (Dalamagka, 2015).

da
2.3.9. Terapi kompres hangat

Kompres hangat adalah tindakan yang dilakukan untuk melancarkan

Me
sirkulasi darah juga untuk menghilangkan rasa sakit. Efek pemberian terapi panas

terhadap tubuh antara lain meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang

th
mengalami cedera, meningkatkan pengiriman leukosit dan antibiotik ke daerah

luka, meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau

be
kekakuan, meningkatkan aliran darah dan meningkatkan pergerakan zat sisa dan
isa
nutrisi (Wurangian, 2014).

2.3.10. Herbal Compress Ball


El

1. Definisi

Herbal Compress Ball adalah pengobatan tradisional dan


nta

rehabilitasi untuk sindrom menyakitkan pada gangguan sistem

muskuloskletal dengan menggunakan bahan-bahan herbal. Bahan-bahan


Sa

herbal yang dibungkus dalam bentuk bola kompres yang hangat menjadi

aktif termasuk minyak aromatik dan memberi efek analgesik saat di


ES

aplikasikan pada bagian tubuh tertentu yang mengalami nyeri

(Chiranthanut, 2014).
IK

2. Manfaat

Herbal Compress Ball telah tercantum dalam daftar obat esensial


ST

nasional untuk otot terkilir, nyeri sendi, dan nyeri otot. Efek Herbal

Compress Ball berasal dari konduksi panas yang meningkatkan aliran


darah regional ke daerah yang terkena, efek anti inflamatori berasal dari

n
bahan-bahan herbal dan minyak asiri aromaterapi memberi efek relaksasi.

da
Agar mencapai semua efek ini Herbal Compress Ball harus dikukus

selama 10-15 menit sebelum penggunaan untuk memungkinkan konduksi

Me
panas mempermudah pelepasan zat aktif dan minyak asiri dari bahan

herbal (Dhippayom, 2015).

th
Herbal Compress Ball telah terpilih sebagai satu dari lima jagoan

produk jamu yang sudah banyak digunakan pada tahun 2013. Bahan-bahan

be
herbal kompres sangat berfariasi tergantung pada tanaman apa yang
isa
terdapat pada daerah tersebut sehingga setiap daerah memiliki formula

unik. Namun pada umumnya bahan utama dan wajib dari Herbal
El

Compress Ball yang adalah jahe, kunyit dan camphor yang memiliki

manfaat sebagai anti-inflamasi dan analgesik (Dhippayom, 2015).


nta

Terapi air hangat atau kompres jika dipadukan dengan rempah-

rempah yang direbus dan diaplikasikan pada bagian tubuh pasien dalam
Sa

keadaan hangat akan menjadi terapi modalias untuk kaki yang lelah, pegal,

kering dan mengelupas pada lansia. Bahan-bahan herbal yang direbus dan
ES

diaplikasikan di bagian tubuh pasien tidak hanya untuk terapi modalitas

pada encok dan rematik tetapi juga berdampak positif terhadap otot
IK

jantung dan paru-paru, karena membuat sirkulasi pernafasan menjadi lebih

baik (Setyoadi, 2011).


ST

Herbal Compress Ball juga sering di aplikasikan hanya dengan

berbahan jahe, dari hasil penelitian kompres herbal dengan jahe memberi
efek pemanasan, merangsang, dan relaksasi bagi tubuh dengan berbagai

n
kondisi kesehatan, terutama pada lansia yang mengalami nyeri gangguan

da
sistem muskuloskeletal (Therkleson, 2010).

Jahe (zingiber) mengandung sekitar 1-2% minyak asiri dan 5-8%

Me
bahan resin, pati, dan getah. Minyak jahe yang memberi sifat aromatik

pada jahe mengandung campuran lebih dari 20 unsur. Kunyit (curcuma

th
longa dan curcuma domestic) yang juga merupakan salah satu dari bahan

Herbal Compres Ball yang memiliki khasiat antiradang, antioksidan,

be
antitukak, antimutagenik, dan antibakteri. Minyak esensial dalam kunyit
isa
memberikan efek aroma pedas dan rasa pedas yang tajam yang berfungsi

untuk menghangatkan. Minyak esensial dalam kunyit didapatkan dari


El

distilasi uap, metodenya sama dengan jahe. Saat semua bahan dipadukan

dalam kompres maka akan memberikan khasiat masing-masing pada tubuh


nta

yang sakit, termasuk pikiran yang stres agar rileks dan membantu

menyelesaikan masalah pernafasan saat menghirup wangi yang


Sa

menyegarkan dari kompres (Budhwar, 2006).

3. Indikasi Herbal Compress Ball


ES

Indikasi pemberian terapi Herbal Compress Ball Dhippayom

(2015), yaitu:
IK

a. Klien dengan nyeri otot dan nyeri sendi.

b. Klien dengan osteoartritis.


ST

c. Klien dengan luka pada kulit.

d. Klien dengan nyeri punggung pasca persalinan.


e. Klien dengan masalah produksi asi yang ada dalam kurun

n
waktu 2 jam.

da
Indikasi lain pemberian terapi Herbal Compress Ball Haddad

(2014),yaitu:

Me
a. Klien dengan perlukaan saat melahirkan.

b. Klien dengan masalah pernafasan seperti sinusitis (kompres

th
bagian dada).

c. Klien dengan stres, cemas, kelelahan, dan pegal-pegal yang

memerlukan relaksasi.
be
isa
d. Klien dengan kelemahan fungsi gerak akibat usia lanjut dan

permasalahan pada otot, tulang dan saraf.


El

4. Kontraindikasi

Kontraindikasi yang harus diperhatikan dari terapi Herbal


nta

Compress Ball Haddad (2014), yaitu:

a. Klien yang mengalami cedera, pembengkakkan, peradangan


Sa

dan perdarahan yang berat dalam kurun waktu 24 jam.

b. Klien Diabetes.
ES

c. Klien yang mengalami kelumpuhan.

d. Klien yang mengalami varises.


IK

5. Prinsip

Hasil dari penelitian Lertlop (2015) menyimpulkan bahwa Herbal


ST

Compress Ball digunakan untuk stres mental dan stres fisik, seperti stres

pada otot-otot. Penggunaan Herbal compress Ball dapat mengurangi nyeri


pada otot dan melalui panas yang diterapkan pada otot-otot dapat membuat

n
pembuluh darah menjadi vasodilatasi, mengurangi viskositas darah

da
sehingga meningkatkan aliran darah dalam tubuh. Herbal Compress Ball

juga dapat mengurangi ketegangan otot dan meningkatkan fleksibilitas otot

Me
pada lansia.

Herbal Compress Ball mengurangi nyeri dan peradangan dengan

th
membuka pori-pori kulit dan mentransfer panas untuk mengobati otot,

menyelaraskan energi dalam tubuh, merilekskan tubuh, melonggarkan

be
penyumbatan asam laktat, dan mempercepat penyembuhan luka, termasuk
isa
perlukaan yang terjadi saat melahirkan. Bahan herbal dalam Herbal

Compress Ball memiliki efek menyeimbangkan pikiran dan membantu


El

mengurangi stres (Haddad, 2014).

Bahan primer seperti eucalyptus dan kamper bertindak sebagai


nta

dekongestan untuk paru-paru dan sinus saat di kompres dibagian dada.

Kunyit memberikan efek antioksidan sebagai pelembut kulit alami. Asam


Sa

memberikan efek menumbuhkan sel kulit yang baru. Daun jeruk dan jeruk

purut sebagai toner kulit dan membantu sirkulasi dalam darah. Serai
ES

sebagai ramuan yang digunakan untuk keseleo, memar, dan nyeri otot.

Jahe atau biasa di sebut plai dalam bahasa Thailand memiliki efek
IK

meredakan nyeri otot dan sendi. Serta garam yang kadang-kadang

ditambahkan sebagai bahan karena memiliki efek membersikan dan


ST

membuka pori-pori sehingga memfasilitasi transfer obat masuk kedalam


kulit. Garam juga memiliki manfaat untuk sel-sel kulit kering, dan

n
mengurangi iritasi dan nyeri pada otot (Haddad, 2014).

da
6. Teknik

Prosedur tindakan Herbal Compress Ball Haddad (2014)adalah

Me
sebagai berikut:

a. Sediakan bahan-bahan herbal utama seperti jahe, kunyit, kamper, dan

th
bahan-bahan tambahan yang tersedia di daerah anda seperti daun

jeruk, jeruk purut, serai, lengkuas, kulit manis, eucalyptus, daun

be
peppermint dan garam. Jika terdapat melati, mawar atau pun lavender
isa
dapat ditambahkan.

b. Bungkus sampai padat semua bahan-bahan herbal dalam kain yang


El

dipotong segi empat sehingga membentuk bola yang memiliki

pegangan dengan ikatan yang kuat agar tidak mudah lepas.


nta

c. Siapkan kukusan ukuran sedang, isi air sebanyak batas takaran air

pada alat
Sa

d. Jika kukusan sudah panas, masukkan Herbal Compress Ball dan

kukus selama 10-15 menit (kukus dengan suhu 200-225°F).


ES

e. Sebelum mengaplikasikan Herbal Compress Ball pada bagian tubuh

klien, pastikan klien sudah dipasangkan kain untuk mengalasi kulit


IK

dan coba terlebih dahulu kompres tersebut pada punggung tangan

anda untuk memastikan apakah terlalu panas atau tidak.


ST
f. Jika panas dari Herbal Compress Ball sudah mulai berkurang, maka

n
gantilah dengan Herbal Compress Ball yang masih didalam kukusan

da
agar panas yang diaplikasikan pada bagian tubuh klien tetap terjaga.

g. Saat melakukan kompres, letakkan dengan lembut dibagian tubuh

Me
yang nyeri lalu gulingkan Herbal Compress Ball seperti memijat dan

tanyakan pada klien apakah merasa nyaman dengan tindakan anda.

th
h. Lakukan terapi Herbal Compress Ball kepada satu pasien selama 20

menit.

be
i. Setelah selesai melakukan kompres pada daerah yang nyeri, lakukan
isa
lah observasi pada klien, tanyakan apakah klien merasa ada

penurunan nyeri setelah dilakukan kompres.


El

j. Rapikan alat dan lakukan terminasi dengan klien.


nta
Sa
ES

Gambar 2.2. Herbal Compress Ball dan Teknik pemberian


Herbal Compress Ball pada daerah yang
mengalami nyeri otot (Haddad, 2014).
IK
ST
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS SEMENTARA

n
da
3.1. Kerangka Konsep

Model konseptual secara luas menyajikan pemahaman tentang fenomena

Me
minat dan mencerminkan asumsi dan pandangan filosofis perancang model.

Model konseptual dapat berfungsi sebagai kerangka untuk menghasilkan hipotesis

penelitian (Polit, 2012).

th
Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian “Pengaruh Herbal Compress Ball

be
Terhadap Penurunan Nyeri Otot Pada Lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun 2018”.
Lansia:
isa
Penatalaksanaan nyeri:
1. Lansia (WHO) adalah
1. Terapi farmakologi : opioid, seseorang yang
Observasi
obat antiinflamasi non- Pre- memasuki usia >60
El

steroid (NSAID), Intervensi tahun.


2. Lansia mengalami
parasetamol, analgesik
proses menua dan
epidural, entonoks, nefopam, Intervensi mudah terserang
nta

antikonvulsan, antidepresan, Herbal penyakit.


Compress 3. Efek analgesik pada
dan kortikosteroid.
Ball lansia tinggi.
2. Terapi contract relax 4. Lansia di UPT
Sa

stretching. Observasi Pelayanan Sosial Lanjut


post- Usia Binjai sebanyak
3. terapi pedal exercise under Intervensi 172, sebagian besar
compression. mengeluh nyeri
4. terapi infra merah. muskuloskeletal.
ES

5. Terapi horticultura.
5. Sebanyak 15 orang
6. Mind body therapy. lansia mengalami nyeri
7. Terapi pijat. otot terus menerus
IK

8. Terapi acupuncture. tanpa mengalami


kontraindikasi Herbal
9. Terapi kompres.
Compress Ball.
ST

10. Terapi Herbal Compress


Ball. Skala nyeri otot pada lansia:
1. Nyeri ringan (1-3)
Keterangan : 2. Nyeri sedang (4-6)
3. Nyeri berat terkontrol (7-9)
= Variabel yang diteliti

n
= Tidak diteliti

da
= Berhubungan dengan

= Mempengaruhi antar variabel

Me
3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah prediksi tentang hubungan antara dua atau lebih

th
variabel. Sebuah hipotesis sehingga menerjemahkan sebuah pertanyaan penelitian

kuantitatif ke dalam prediksi yang tepat dari hasil yang diharapkan (Polit, 2012).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :


be
isa
Ha : Ada pengaruh Herbal Compress Ball terhadap penurunan nyeri otot pada

lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun 2018.


El
nta
Sa
ES
IK
ST
BAB 4
METODE PENELITIAN

n
da
4.1. Rancangan Penelitian

Desain eksperimental dikembangkan untuk menguji kausalitas efek

Me
intervensi terhadap hasil yang dipilih (Grove, 2014). Rancangan penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental.

th
Berdasarkan permasalahan yang diteliti maka penelitian ini

menggunakan rancangan pra-pasca tes dengan penelitian (one-group pre-post test

be
design). Pada desain ini terdapat pre test sebelum diberi perlakuan. Dengan
isa
demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat

membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan (Polit,


El

2012). Rancangan penelitian yang digunakan oleh peneliti dapat digambarkan

sebagai berikut:
nta

Bagan 4.2. Desain Penelitian Pra Experiment One group pre-post test design
Sa

(Polit, 2012)

Pre test Treatment Post test

O1 X O2
ES

Keterangan:
IK

O1 = Nilai Pre test (sebelum diberi Herbal Compress Ball)


X = Intervensi (Herbal Compress Ball)
O2 = Nilai Post test (sesudah diberi Herbal Compress Ball)
ST
4.2. Populasi dan Sampel

n
4.2.1. Populasi

da
Sebuah populasi adalah keseluruhan kumpulan kasus di mana seorang

peneliti tertarik. populasi tidak terbatas pada subyek manusia. peneliti

Me
menentukan karakteristik yang membatasi populasi penelitian melalui kriteria

kelayakan atau kriteria inklusi (Creswell, 2009). Populasi yang akan diteliti

th
sebanyak 147 lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai tahun 2018.

4.2.1. Sampel

be
Pengambilan sampel adalah proses pemilihan sebagian populasi untuk

mewakili seluruh populasi. Sampel adalah subjek dari elemen populasi. Elemen
isa
adalah unit paling dasar tentang informasi mana yang dikumpulkan. Dalam
El

penelitian keperawatan, unsur-unsurnya biasanya manusia (Grove, 2014).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik


nta

Purposive Sampling yang memenuhi kriteria inklusi (Nursalam, 2014). Adapun

kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti (1) berumur mulai dari 60
Sa

tahun, (2) lansia yang mengalami nyeri pada otot, (3) tidak memiliki masalah

yang terdapat dalam kontra indikasi pemberian Herbal Compress Ball, (5) tidak
ES

mengalami komplikasi penyakit, dan (6) bersedia menjadi responden.

Ukuran sampel untuk penelitian jika yang digunakan penelitian


IK

eksperimen adalah jumlah sampel masing-masing kelompok perlakuan antara 10

hingga 20 sampel (Sani, 2016). Peneliti menggunakan kelompok eksperimen


ST

tanpa kelompok kontrol, maka peneliti menetapkan 15 orang sebagai subjek

dalam penelitian yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.


4.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

n
4.3.1. Variabel independen

da
Variabel independen adalah faktor yang (mungkin) menyebabkan,

mempengaruhi, atau mempengaruhi hasil (Creswell, 2009). Adapun variabel

Me
independen pada penelitian ini adalah Herbal compress ball karena Herbal

Compress Ball menjadi variabel yang mempengaruhi dan diharapkan mampu

th
menjadi suatu tindakan keperawatan dalam menurunkan nyeri otot pada lansia.

4.3.2. Variabel dependen

be
Variabel dependen merupakan variabel terikat dalam penelitian

(Creswell, 2009). Variabel dependen sering disebut dengan variabel terikat yang
isa
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel
El

dependen pada penelitian ini adalah nyeri otot yang menjadi variabel terikat dan

indikasi dilakukannya Herbal Compress Ball.


nta

4.3.3. Defenisi operasional

Definisi operasional berasal dari seperangkat prosedur atau tindakan


Sa

progresif yang dilakukan peneliti untuk menerima kesan sensorik yang

menunjukkan adanya atau tingkat eksistensi suatu variabel (Grove, 2015).


ES
IK
ST
Tabel 4.1. Definisi Operasional Pengaruh Herbal Compress Ball Terhadap
Nyeri Otot Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

n
Binjai Tahun 2018.

da
No Variabel Definisi Indikator Alat Skala Skor
Ukur

1 Independen Herbal Kompres SOP - -

Me
Compress Ball bentuk bola
adalah yang berisi
Herbal pengobatan bahan-bahan
Compress Ball tradisional dan herbal seperti
rehabilitasi jahe, kunyit,

th
untuk sindrom kamper yang
menyakitkan dikukus.
pada gangguan

be
sistem muskulo- Diaplikasi kan
dalam bentuk
Skletal hangat.
isa
dengan
menggunakan

bahan-bahan
herbal
El

2 Dependent Tingkatan atau Skala nyeri: Lembar Interval Skala


ukuran rasa observasi nyeri:
nta

sakit pada Wong-Baker dengan


bagian otot yang FACES Rating penilaian Nilai 0:
Nyeri otot Scale tidak ada
dirasakan meng-
gunakan nyeri.
Sa

oleh lansia skala


nyeri
Nilai 1-3:
nyeri
ringan
ES

Nilai 4-6:
nyeri
IK

sedang
ST

Nilai 7-9:
nyeri berat
terkon

trol.
Nilai 10:

n
nyeri berat
tidak

da
terkon

trol.

Me
(Wong,
2011).

th
be
isa
El
nta
Sa
ES
IK
ST
4.4. Instrumen Pengumpulan Data

n
Dalam pengumpulan data, selalu diperlukan suatu alat yang disebut

da
―instrumen pengumpulan data‖. Jenis instrumen yang dapat dipergunakan dapat

diklasifikasikan menjadi 5 bagian, yaitu meliputi pengukuran (1) biofisiologis, (2)

Me
observasi, (3) wawancara, (4) kuesioner, dan (5) skala (Nursalam, 2014).

Pada instrumen penelitian, peneliti menggunakan lembar observasi dan

th
SOP Herbal Compress Ball. Pada lembar observasi berisi tentang data demografi

responden meliputi: nama inisial responden, jenis kelamin, umur, riwayat

be
penyakit, lokasi nyeri, skala nyeri pre test, gambaran nyeri pre intervensi, skala
isa
nyeri post tes, hasil setelah intervensi. Hasil pengukuran skala nyeri pada otot

akan ditulis dilembar observasi dengan menggunakan pengukuran skala nyeri


El

Wong-Baker FACES Rating Scale.

Sebelum dilakukan intervensi Herbal Compress Ball pada lansia,


nta

dilakukan terlebih dahulu observasi untuk mengetahui nilai skala nyeri otot pada

lansia. Observasi ini dilakukan dihari yang sama sebelum dilakukan perlakuan
Sa

Herbal Compress Ball. Setelah dilakukan observasi awal dan mendapatkan hasil,

maka dilakukan intervensi Herbal Compress Ball pada lansia dengan


ES

menggunakan SOP Herbal Compress Ball yang di kutip dari buku bacaan. Setelah

melakukan intervensi, dilakukan kembali observasi untuk mengetahui perubahan


IK

nilai skala nyeri otot pada lansia.


ST
4.5. Lokasi Dan Waktu

n
4.5.1. Lokasi

da
Penelitian dilaksanakan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai,

kecamatan Binjai Utara, Kelurahan Cengkeh Turi.

Me
4.5.2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 08 Maret hingga tanggal 4 Mei Tahun

th
2018 di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.

4.6. Prosedur Penelitian


be
isa
4.6.1. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan proses pendekatan kepada subjek dan


El

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2014). Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
nta

adalah jenis data primer yang diperoleh peneliti secara langsung dari sasarannya.

4.6.2. Teknik pengumpulan data


Sa

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data,
ES

langkah-langkah pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian dan

teknik instrumen yang digunakan (Nursalam, 2014). Pada proses pengumpulan


IK

data peneliti menggunakan teknik observasi. Langkah-langkah yang dapat

dilakukan dalam pengumpulan data sebagai berikut:


ST

1. Peneliti memberikan informed consent pada responden sebagai tanda

persetujuan keikutsertaan dalam penelitian ini.


2. Responden atau peneliti mengisi data demografi.

n
3. Pelaksanaan observasi pra intervensi penilaian skala nyeri otot pada lansia

da
(Wong-Baker FACES Rating Scale).

4. Melaksanakan terapi Herbal Compress Ball kepada satu lansia dalam satu kali

Me
pertemuan selama 20 menit.

5. Pelaksanaan observasi post intervensi penilaian skala nyeri otot pada lansia

th
(Wong-Baker FACES Rating Scale).

6. Melakukan dokumentasi hasil intervensi.

be
Pada penelitian ini hanya dilakukan dalam satu kali pertemuan karena
isa
beberapa alasan keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:


El

1. Keterbatasan jarak karena lokasi penelitian jauh.

2. Keterbatasan dalam penyediaan bahan karena bahan-bahan herbal yang


nta

digunakan cukup mahal.

3. Keterbatasan waktu karena waktu yang diizinkan dalam penelitian sesuai


Sa

dengan jam kerja pegawai.

Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan data dengan cara


ES

perhitungan statistik untuk menentukan besarnya pengaruh Herbal Compress Ball

terhadap penurunan nyeri otot pada lansia. Adapun proses pengolahan data
IK

dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: pertama editing yaitu: dilakukan untuk

memeriksa data yang telah diperoleh untuk memperbaiki dan melengkapi data.
ST

Cooding: dilakukan sebagai penanda responden dan penanda pertanyaan-


pertanyaan yang dibutuhkan. Tabulating: mentabulasi data yang diperoleh dalam

n
bentuk tabel menggunakan teknik komputerisasi (Nursalam, 2014).

da
Data yang diperoleh dalam bentuk lembar observasi perlakuan Herbal

Compress Ball yang telah diolah dalam sistem komputerisasi tersebut, kemudian

Me
dilihat apakah memenuhi standar normalitas data yang telah ditentukan. Uji

standar normalitas data yang dilakukan berguna sebagai penentu uji statistic yang

th
apa yang tepat digunakan untuk menilai seberapa besar nilai signifikan dari

pengaruh Herbal Compress Ball terhadap penurunan nyeri otot pada lansia di

be
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai tahun 2018.
isa
4.6.3. Uji validitas dan reliabilitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip


El

keandalan instrumen dalam pengumpulan data. Reliabilitas adalah kesamaan hasil

pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau
nta

diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2014).

Dalam penelitian ini, menggunakan alat pengumpul data berupa lembar


Sa

observasi, tidak perlu diuji validitas atau reliabilitasnya. Peneliti hanya perlu

dituntut untuk melakukan observasi pada nilai skala nyeri lansia yang telah
ES

ditentukan sebagai responden, dengan pengamatan secara langsung dan

menanyakan nilai skala nyeri yang dialami lansia menurut petunjuk yang
IK

diberiikan peneliti. Kemudian peneliti memberikan skor nilai dari hasil

pengamatan secara lansung dan jawaban skala nyeri yang diberikan oleh lansia
ST

dari petunjuk nilai skala nyeri yang diberikan oleh peneliti.


Pada penelitian ini peneliti tidak melakukan uji validitas terhadap SOP

n
Herbal Compress Ball yang digunakan,karena peneliti mengadopsi SOP Herbal

da
Compress Ball yang sudah bakudari buku Bob Haddad tahun 2014. SOP Herbal

Compress Ball dari buku Bob Haddad tahun 2014 telah diterjemahkan secara

Me
langsung kedalam bahasa Indonesia oleh expert bahasa. Sehingga peneliti dapat

menggunakan SOP tersebut dengan baik dalam penelitian pengaruh Herbal

th
Compress Ball terhadap penurunan otot pada lansia di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Binjai tahun 2018.

be
isa
El
nta
Sa
ES
IK
ST
4.7. Kerangka Operasional

n
Bagan 4.3. Kerangka Operasional Pengaruh Herbal Compress Ball Terhadap

da
Penurunan Nyeri Otot pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Binjai Tahun 2018.

Sidang Proposal Uji Etical Clearance

Me
Pengajuan Surat Izin
Penelitian

th
Penelitian

be Memberikan Informed
isa
Consent
El

Pengambilan Data (Pre test)

Melakukan terapi Herbal


nta

Compress Ball dalam 1 kali


pertemuan kepada satu orang
lansia.
Hasil
Sa

Pengambilan Data (Post test)


Revisi Skripsi
ES

Analisa data menggunakan


Sidang /Seminar for windows dengan uji
Wilcoxon Signed Rank Test
IK

Hasil
ST

Pengolahan data dengan


Konsul Skripsi editing, coding, scoring, ta
4.8. Analisis Data

n
Pada analisis data dengan uji Paired t-test syarat data berdistribusi

da
normal dengan tingkat signifikan p < 0,05 yang artinya ada pengaruh bermakna

antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika hasil yang ditemukan

Me
tidak berdistribusi dengan normal maka dilanjutkan dengan menggunakan uji

Wilcoxon (Polit, 2012).

th
Analisa data digunakan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya

pengaruh Herbal Compress Ball terhadap penurunan nyeri otot pada lansia. Pada

be
analisis data akan dilakukan pengolahan data dengan uji Paired t-test syarat data
isa
berdistribusi normal dengan tingkat signifikan p < 0,05 yang artinya ada pengaruh

bermakna antara variabel independen terhadap variabel dependen.


El

Pada penelitian yang dilakukan, apabila hasil dari analisis data dengan uji

Paired t-test tidak berdistribusi normal sesuai dengan yang diharapkan, maka
nta

analisis data dilanjutkan dengan menggunakan uji Wilcoxon untuk mendapatkan

hasil sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti, karena uji Wilcoxon digunakan
Sa

untuk data bertipe interval atau ratio dan tidak menggunakan kelompok kontrol.
ES

4.9. Etika Penelitian

Unsur penelitian yang tak kalah penting adalah etika penelitian


IK

(Nursalam, 2014). Dalam melakukan penelitian ada beberapa hal yang berkaitan

dengan permasalahan etik, yaitu memberikan penjelasan kepada calon responden


ST

peneliti tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Responden


dipersilahkan untuk menandatangani informed consent karena menyetujui

n
menjadi responden.

da
Kerahasiaan informasi responden (confidentiality) dijamin oleh peneliti

dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan digunakan untuk kepentingan

Me
penelitian atau hasil riset. Beneficienci, peneliti sudah berupaya agar segala

tindakan kepada responden mengandung prinsip kebaikan. Nonmaleficience,

th
tindakan atau penelitian yang dilakukan peneliti tidak mengandung unsur bahaya

atau merugikan responden. Veracity, penelitian yang dilakukan telah dijelaskan

be
secara jujur mengenai manfaatnya, efeknya dan apa yang didapat jika responden
isa
dilibatkan dalam penelitian tersebut.

Peneliti telah memperkenalkan diri kepada responden, kemudian


El

memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan dan prosedur penelitian.

Responden bersedia maka dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.


nta

Peneliti juga telah menjelaskan bahwa responden yang diteliti bersifat

sukarela dan jika tidak bersedia maka responden berhak menolak dan
Sa

mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini

tidak menimbulkan resiko, baik secara fisik maupun psikologis. Kerahasiaan


ES

mengenai data responden dijaga dengan tidak menulis nama responden pada

instrument tetapi hanya menulis nama inisial yang digunakan untuk menjaga
IK

kerahasian semua informasi yang dipakai.


ST
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

n
da
5.1. Hasil Penelitian

Me
Pada bagian ini akan diuraikan tentang hasil penelitian Pengaruh Herbal

Compress Ball terhadap penurunan nyeri otot pada Lansia di UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Binjai yang mulai dari tanggal 8 maret 2018 sampai dengan

th
tanggal 4 Mei 2018. Penyajian hasil data dalam penelitian ini meliputi pengaruh

be
Herbal Compress Ball terhadap penurunan nyeri otot pada lansia sebelum dan

sesudah dilakukan intervensi Herbal Compress Ball. Jumlah responden dalam


isa
penelitian ini adalah sebanyak 15 orang lansia.

5.1.1. Gambaran lokasi penelitian


El

UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai adalah unit pelayanan lanjut
nta

usia di bawah departemen Dinas Kesejahteraan dan Sosial pemerintah Provinsi

Sumatera Utara. UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai, berada di kecamatan
Sa

Binjai Utara, Kelurahan Cengkeh Turi. Batasan-batasan Wilayah UPT Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai sebelah utara berbatasan dengan Jl. Tampan,

sebelah timur berbatasan dengan Jl. Umar Bachri, sebelah selatan berbatasan
ES

dengan UPT Pelayanan Sosial Gelandangan dan Pengemis Pungai, sebelah barat

berbatasan dengan Jl. Perintis Kemerdekaan. UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
IK

Binjai terdiri dari 19 unit bangunan Wisma, dan terdapat 26 orang pegawai.
ST

Sumberdana di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai adalah dari pemerintah

Provinsi Sumatera Utara, bantuan atau kunjungan masyarakat yang tidak

mengikat.
5.1.2. Skala nyeri otot lansia pre intervensi Herbal Compress Ball

n
Tabel 5.2. Skala Nyeri Pre Intervensi Herbal Compress BallPada Lansia Di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun 2018.

da
Frequency Percent Valid Cumulativ
Percent e Percent

Me
Valid 4-6 = nyeri sedang 9 60.0 60.0 60.0

7-9 = nyeri berat terkontrol 6 40.0 40.0 100.0

th
Total 15 100.0 100.0

be
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.2 di peroleh data

bahwa terdapat 6 orang (40%) responden mengalami nyeri berat terkontrol (skala
isa
nyeri 7-9) dan 9 orang (60%) responden mengalami nyeri sedang (skala nyeri 4-6)

sebelum dilakukan intervensi Herbal Compress Ball.


El

5.1.3. Skala nyeri otot lansia post intervensi Herbal Compress Ball
nta

Tabel 5.3. Skala Nyeri Post Intervensi Herbal Compress Ball Pada Lansia Di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun 2018.

Frequency Percent Valid Cumulative


Sa

Percent Percent

Vali 0 = tidak ada nyeri 9 60.0 60.0 60.0


d
1-3 = nyeri ringan 6 40.0 40.0 100.0
ES

Total 15 100.0 100.0


IK

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.3 di peroleh data

bahwa terdapat 6 orang (40%) responden mengalami nyeri ringan (skala nyeri 1-
ST

3) dan 9 orang (60%) responden mengalami tidak ada nyeri (skala nyeri 0)

setelah dilakukan intervensi Herbal Compress Ball.


n
5.1.4. Hasil uji statistic pengaruh Herbal Compress Ball terhadap penurunan nyeri

da
otot pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai tahun 2018.

Tabel 5.4. Hasil Uji Statistic Pengaruh Herbal Compress Ball Terhadap

Me
Penurunan Nyeri Otot Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Binjai Tahun 2018.

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks

th
Skala nyeri post test - Negative Ranks 15a 8.00 120.00

be
Skala nyeri pre test
Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c
isa
Total 15
El

a. Skala nyeri post test < Skala nyeri pre test


b. Skala nyeri post test > Skala nyeri pre test
nta

c. Skala nyeri post test = Skala nyeri pre tes

Test Statisticsb
Sa

Skala nyeri post test - Skala nyeri pre test

Z -3.873a
ES

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000

Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh hasil bahwa terdapat perubahan skala


IK

nyeri otot pada lansia pre-post intervensi Herbal Compress Ball, dimana seluruh

responden atau sebanyak 15 orang lansia (100%) mengalami penurunan skala


ST

nyeri otot setelah diberikan terapi Herbal Compress Ball.


Berdasarkan uji statistic wilcoxon sign rank test, diperoleh nilai p value =

n
0,000 dimana p<0,05. Hasil tersebut menggambarkan hasil wilcoxon sign rank

da
test diperoleh nilai signifikan 0,000 (p<0,05) yang artinya terdapat perbedaan

yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan terapi Herbal Compress Ball pada

Me
lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai tahun 2018.

th
5.2. Pembahasan

be
5.2.1. Skala nyeri otot pre intervensi Herbal Compress Ball
isa
Diagram 5.1. Skala Nyeri OtotPre Intervensi Herbal Compress BallPada
Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun
2018.
El

0% 0%
nta

60% nyeri sedang


40% nyeri berat terkontrol
Sa

Berdasarkan diagram 5.1 dapat dilihat bahwa skala nyeri otot yang
ES

dialami oleh responden pre intervensi Herbal Compress Ball adalah 6 orang

(40%) responden dengan nyeri berat terkontrol (skala nyeri 7-9) dan sebanyak 9
IK

orang (60%) responden dengan kategori nyeri sedang (skala nyeri 4-6).

Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman, baik ringan mau pun berat
ST

yang hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh

orang lain, mencakup pola pikir, aktivitas seseorang secara langsung dan
perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting yang dapat

n
menunjukkan telah terjadi gangguan fisiologis (Priyoto, 2015).

da
Diperkirakan 60%-75% dari orang di atas usia 65 dilaporkan mangalami

nyeri terus menerus dan dari kasus ini didapatkan lebih tinggi untuk lansia yang

Me
tinggal dipanti jompo. Nyeri terutama dialamai dibagian pinggang atau leher

sekitar 65%, Nyeri Muskuloskeletal sekitar 40%, neuropatik perifer nyeri 35%

th
(biasanya akibat diabetes atau postherpetic neuralgi), dan nyeri sendi kronis 15%-

25% (Molton, 2014).

be
Perempuan berada pada risiko yang lebih tinggi mengalami nyeri otot
isa
(myalgia) dari pada laki-laki, dan risiko meningkat saat bertambahnya usia. resiko

memuncak antara umur 55 tahun hingga 79 tahun. Orang-orang yang menderita


El

myalgia paling sering mengeluh rasa sakit yang luas. Nyeri otot juga terjadi akibat

dari penyakit dan gangguan yang dialami oleh lansia seperti artritis, osteoporosis,
nta

low back pain, hipotiroidisme. Para peneliti menganggap bahwa kaku badan saat

bangun tidur, kesulitan untuk tidur, kelelahan, dan kecemasan merupakan penentu
Sa

bahwa rasa sakit sudah sensitif dan spesifik (James, 2005).

Penurunan progresif dan gradual masa muskuloskletal mulai terjadi


ES

sebelum usia 40 tahun sehingga mengakibatkan penurunan mobilitas,

keseimbangan dan fungsi organ internal. Otot berkurang ukurannya dan


IK

kehilangan kekuatan, fleksibilitas, dan ketahanannya sebagai akibat dari

penurunan aktivitas dan proses penuaan lansia (smeltzer, 2010).


ST

Nyeri otot yang sering dialami oleh lansia merupakan akibat dari proses

penuaan, dimana akan terjadi proses penurunan fungsi tubuh sehingga para lansia
tidak dapat lagi melakukan aktifitas yang aktif seperti saat muda. Akibatnya lansia

n
menjadi malas bergerak dan lebih sering duduk berjam-jam. Saat lansia terus

da
duduk berjam-jam otot akan tertarik dan menjadi kaku karena terus diposisi yang

sama, sehingga akan lebih sering terasa keram. Otot yang jarang di gerakkan dan

Me
dibiasakan dengan posisi yang salah akan semakin sakit saat dipaksa untuk

melakukan aktifitas.

th
Para lansia semakin malas melakukan pergerakan karena merasa sakit

terus menerus pada otot–otot tubuh , baik saat kegiatan bangun tidur, duduk, atau

be
pun karena penyakit seperti asam urat, rematik, dan nyeri punggung bawah yang
isa
juga sedang dialami. Namun lansia sering gagal dalam menyampaikan nyeri yang

sedang dirasakan karena tidak mampu menjelaskan karakteristik nyeri tersebut.


El

Akhirnya nyeri yang sering dialami diabaikan oleh lansia. Anggapan yang sama

terus berlangsung sehingga menjadi keyakinan para lansia bahwa penyebab nyeri
nta

otot yang sering dialami karena mereka sudah tua dan tidak perlu melakukan

pengobatan secara medis.


Sa

5.2.2. Skala nyeri otot post intervensi Herbal Compress Ball

Diagram 5.2. Skala Nyeri OtotPostIntervensi Herbal Compress BallPada


Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun
ES

2018.
IK

60%
tidak ada nyeri
ST

nyeri ringan
40%
Berdasarkan diagram 5.2 dapat dilihat bahwa skala nyeri otot yang

n
dialami responden post intervensi Herbal Compress Ball adalah mengalami

da
perubahan nilai skala nyeri otot, dengan hasil nilai terendah adalah 6 orang (40%)

responden yang mengalami penurunan nyeri otot menjadi nyeri ringan (skala

Me
nyeri 1-3) dari 6 orang (40%) responden sebelumnya yang mengalami nyeri berat

terkontrol (skala nyeri 7-9) dan hasil nilai tertinggi kategori tidak ada nyeri (skala

th
nyeri 0) sebanyak 9 orang (60%) responden dari 9 orang (60%) responden

sebelumnya yang mengalami nyeri sedang (skala nyeri 4-6).

be
Nyeri pada otot dapat berkurang akibat dari efek pemberian terapi panas
isa
terhadap tubuh sehingga meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang

mengalami cedera, meningkatkan pengiriman leukosit dan antibiotik ke daerah


El

luka, meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau

kekakuan, meningkatkan aliran darah dan meningkatkan pergerakan zat sisa dan
nta

nutrisi (Wurangian, 2014).

Terapi panas yang mengandung jahe secara fisiologis, menurunkan nyeri


Sa

pada tahap transduksi, dimana pada tahapan ini jahe memiliki kandungan gingerol

yang mengandung siklooksigenase yang bisa menghambat terbentuknya


ES

prostaglandin sebagai mediator nyeri, sehingga terjadi penurunan nyeri pada

daerah yang bermasalah (Izza, 2014).


IK

Terapi Herbal Compress Ball yang digunakan dalam keadaan hangat

mengakibatkan pori-pori kulit terbuka, kemudian mentransfer panas dan


ST

kandungan dari bahan-bahan herbal jahe, kunyit, dan camphor yang berfungsi

sebagai antiiflamasi dan analgesik untuk mengobati nyeri pada otot. Selain
manfaat tersebut kandungan bahan herbal dalam Herbal Compress Ball juga

n
memberi efek menyelaraskan energi dalam tubuh, merilekskan tubuh,

da
melonggarkan penyumbatan asam laktat, dan mempercepat penyembuhan luka

sehingga nyeri otot yang dialami lebih cepat menurun.

Me
Bau harum yang khas dari Herbal Compress Ball juga memberikan efek

aromaterapi kepada lansia. Efek aromaterapi dari Herbal Compress Ball berfungsi

th
merilekskan pikiran sehingga responden tidak terlalu berfokus pada nyeri yang

sedang dialami.

be
5.2.3. Pengaruh Herbal Compress Ball terhadap penurunan nyeri otot pada lansia
isa
di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai tahun 2018.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 15 orang


El

responden, didapatkan data bahwa ada perubahan skala nyeri otot pada responden

sebelum dan setelah dilakukan intervensi Herbal Compress Ball, Pada tahap pre
nta

intervensi Herbal Compress Ball mayoritas nyeri otot yang dialami responden

dengan kategori nyeri sedang (skala nyeri 4-6) sebanyak 9 orang (60%)
Sa

responden dan nyeri berat terkontrol (skala nyeri 7-9) sebanyak 6 orang (40%)

responden. Pada tahap post intervensi Herbal Compress Ball didapatkan


ES

responden tidak merasakan nyeri (skala nyeri 0) sebanyak 9 orang (60%)

responden dan sebanyak 6 orang (40%) responden dengan kategori nyeri ringan
IK

(1-3).

Data yang telah dikumpulkan dilakukan uji normalitas yang terdiri atas
ST

uji histogram, Kolmogorov, Shapiro-wilkskewness dan kurtosis. Dari hasil uji

normalitas didapatkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Maka peneliti


menggunakan uji Wilcoxon sign rank test. Berdasarkan hasil uji wilcoxon sign

n
rank test, diperoleh hasil analisis statistic p value = 0.000, dimana nilai pvalue<

da
0.05, yang berarti ada pengaruh signifikan dari intervensi Herbal Compress Ball

terhadap penurunan nyeri otot pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Me
Binjai tahun 2018.

Penelitian ini didukung oleh Dhippayom (2015) tentang Clinical Effects

th
of Thai Herbal Compress:A Systematic Review and Meta-Analysis. Penelitian ini

dilakukan di Thailand kepada pasien yang mengalami nyeri rematik dan asam

be
urat, pasien dengan nyeri muskuloskletal, pasien dengan nyeri persalinan, dan
isa
kepada pasien dengan induksi laktasi. Hasil uji statistic didapatkan p = 0.048.

Penelitian ini menunjukkan hasil yang baik dalam menurunkan nyeri. Pada
El

penelitian ini juga dikatakan bahwa Herbal Compress Ball telah tercantum dalam

daftar obat Esensial Nasional Thailand untuk otot terkilir, nyeri sendi, dan nyeri
nta

otot.

Berdasarkan penelitian Chiranthanut (2014) tentang Thai Massage, and


Sa

Thai Herbal Compress versus Oral Ibuprofen in Symptomatic Treatment of

Osteoarthritis of the Knee: A Randomized Controlled Trial. Penelitian ini


ES

dilakukan di Thailand kepada pasien dengan nyeri Osteoarthritis. Hasil uji statistic

p = 0.010. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terapi Herbal Compress Ball


IK

sama baiknya dengan penggunaan obat ibuprofen dalam hal menurunkan nyeri.

Nyeri yang dialami oleh lansia merupakan gangguan fisiologis. Dimana


ST

nyeri akan sering terjadi dan mengakibatkan lansia menjadi terganggu dalam

melakukan aktifitas, bahkan sampai kesulitan dalam memenuhi kebutuhan untuk


tidur karena terganggu dengan nyeri yang sedang dialami. Namun lansia tidak

n
dianjurkan terus menerus mengonsumsi analgesik untuk menghilangkan nyeri.

da
Pada penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa penggunaan Herbal

Compress Ball sangat baik dianjurkan kepada lansia sebagai terapi alternatif

Me
dalam menurunkan nyeri otot. Penggunaan terapi Herbal Compress Ball kepada

lansia bermanfaat dalam mengurangi dampak negatif penggunaan terapi

th
farmakologi. Lansia sangat rentan terhadap komplikasi dari obat-obatan karena

telah mengalami penurunan fungsi organ tubuh untuk merespon dengan baik obat-

be
obatan yang masuk kedalam tubuh. Salah satu dampak negatif penggunaan
isa
farmakologi pada lansia adalah konstipasi. Dengan penggunaan terapi Herbal

Compress Ball nyeri otot pada lansia dapat menurun tanpa menimbulkan
El

komplikasi lain yang dapat memperburuk keadaan lansia.


nta
Sa
ES
IK
ST
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

n
da
6.1 Kesimpulan

Me
Berdasarkan hasil penelitian dengan jumlah sampel 15 orang responden

mengenai pengaruh Herbal Compress Ball terhadap penurunan nyeri otot pada

lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai tahun 2018 maka dapat

th
disimpulkan:

be
1. Dalam penelitian terhadap 15 orang (100%) responden yang mengalami

nyeri otot pre intervensi Herbal Compress Ball, terdapat 9 orang (60%)
isa
responden yang mengalami nyeri sedang dengan skala nyeri 4-6.

2. Dalam penelitian terhadap 15 orang (100%) responden yang mengalami


El

nyeri otot post intervensi Herbal Compress Ball, terdapat 9 orang (60%)
nta

responden tidak ada nyeri dengan skala nyeri 0.

3. Ada pengaruh signifikan Herbal Compress Ball terhadap penurunan nyeri


Sa

otot pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai tahun 2018

dengan nilai p = 0,000 (p<0,05).


ES

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dengan jumlah sampel 15 orang responden


IK

mengenai pengaruh Herbal Compress Ball terhadap penurunan nyeri otot pada
ST

lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai tahun 2018 maka disarankan

kepada:
1. Pasien atau responden

n
Diharapkan pasien menggunakan Herbal Compress Ball yang

da
diberikan oleh peneliti dalam mengatasi masalah nyeri apa bila sedang

mengalami nyeri otot, sehingga pasien merasa efek relaksasi dan nyeri otot

Me
menurun.

2. Pendidikan keperawatan STIKes Santa Elisabeth Medan

th
Diharapkan pendidikan STIKes Santa Elisabeth Medan menjadikan

Herbal Compress Ball sebagai salah satu materi pelajaran dalam mata

kuliah nursing entrepreneur ship.


be
isa
3. UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai

Diharapkan pihak UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai


El

membantu dalam mensosialisasikan terapi Herbal Compress Ball sebagai

salah satu terapi alternatif dalam membantu mengurangi nyeri otot pada
nta

lansia.

4. Peneliti selanjutnya
Sa

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melengkapi penelitian ini

dengan menambahkan grup kontrol dan membandingkan efektifitas


ES

Herbal Compress Ball antara grup intervensi dan grup kontrol.


IK
ST
DAFTAR PUSTAKA

n
Billhantomo, Rimas. (2013). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Myalgia

da
Subscapularis Dextra Di BBRSBD Surakarta, (Online),
(eprints.ums.ac.id/26845/12/NASKAH__PUBLIKASI.pdf, diakses 11
januari 2018).

Me
Budhwar, Vikas. (2006). Khasiat Rahasia Jahe dan Kunyit. Jakarta : PT. Bhuana
Ilmu Populer.

Chiranthanut, Nutthiya, dan Supanimit. (2014). Thai Massage, and Thai Herbal

th
Compress versus Oral Ibuprofen in Symptomatic Treatment of
Osteoarthritis of the Knee: A Randomized Controlled Trial. Journal
Chiang Mai University Thailand. (Online)

be
(https://www.hindawi.com/journals/bmri/2014/490512 diakses pada 25
agustus 2017).
isa
Creswell, John. (2009). Research Design Qualitative, Quantitative And Mixed
MethodsApproaches Third Edition. American : Sage.

Cutshall, Susanne, dkk. (2010). Effect of Massage Therapy on Pain, Anxiety, and
El

Tension in Cardiac Surgical Patients: Journal of a pilot Study. (Online).


(diakses 2 februari 2018).
nta

Dalamagka, Maria. (2015). Acupuncture in Chronic Pain, Low Back Pain and
Migraine. (Online).
(https://pdfs.semanticscholar.org/9cba/3077dd58d47e345e945537ea3fa6
31fc9601.pdf, diakses 8 februari 2018).
Sa

Dhippayom, Teerapon dkk., (2015). Clinical Effects of Thai Herbal Compress: A


Systematic Review and Meta-Analysis.
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25861373. diakses pada 19
september 2017).
ES

Grove, Susan. (2014). Understanding Nursing Research Building An Evidence


Based Practice, 6th Edition. China : Elsevier.
IK

Haddad, Bob. (2014). Herbs And Steam The Healing Power Of Thai Herbal
Compresses. Journal University Chiang Mai, Thailand (Online)
(https://www.massagemag.com/archives/Magazine/2007/issue133/Thai-
ST

Herbal-Compress-Technique-Thailand.phpdiakses pada 19 september


2017).

Haddad, Bob. (2014). Thai Massage And Thai Healing Arts : Practice, Culture,
and Spiritual. Chiang Mai : Thailand.
Kementerian Kesehatan RI, (2016). Situasi Lanjut Usia Di Indonesia, Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI Pusat Data Dan Informasi. (Online)

n
(http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodati
n/infodatin%20lansia%202016.pdf., diakses pada 29 januari 2018).

da
Ivan R, Molton & Alexandra L. Terrill. (2014). Overview of Persistent Pain in
Older Adults. Journal University of Washington Medical Center (Online)

Me
(https://www.researchgate.net/publication/260250665_Overview_of_Pesi
stent_Pain_in_Older_Adults, diakses pada 16 oktober 2017).

Izza, Syarifatul. 2014. Perbedaan Efektifitas Pemberian Kompres Air Hangat dan
Pemberian Kompres Jahe Terhadap Penurunan Nyeri Sendi pada Lansia

th
di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Jurnal Program
Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, Kabupaten
Semarang.

be
James M. Gill, MD, MPH, and Anna Quisel, MD. (2005). Fibromyalgia And
Diffuse Myalgia. From the Department of Family and Community
isa
Medicine (Online), (familypractice.theclinics.com, diakses pada 28
september 2017).

Kneale. (2011). Buku Keperawatan Ortopedik & Trauma. Ed. 2. Jakarta : EGC.
El

Lertlop, Wichan. (2015). The appropriate temperature of the Thai herbal ball
compress for relaxing effected. (Online), (diakses pada 20 september
nta

2017).

Nugroho, H. Wahyudi. (2012). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta :


EGC.
Sa

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis


Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.


ES

Polit, Denise F. (2012). Nursing Research 7 ed. China : The Point.

Price, S. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed. 6.


IK

Jakarta : EGC.

Priyoto (2015). NIC Dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta : Salemba Medika.


ST

Sani, Fathnur. (2016). Metodologi Penelitian Farmasi Komunitas Dan


Eksperimental. Yogyakarta : Deepublish.

Setiobudi, Toni. (2016). Sembuh Dari Nyeri Punggung. Yogyakarta : ANDI.


Setyoadi dan Kushariyadi. (2011). Terapi modalitas Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta : Salemba Medika.

n
Smeltzer, S. (2010). Medical-Surgical Nursing. Jakarta : EGC.

da
Therkleson, Tessa. (2010). Ginger And Osteoartritis. (Online). (di akses pada 28
agustus 2017).

Me
Thomas V.J. (1997). Pain, Its Nature And Management. London : Bailliere.

Tindle, Hilari, dkk. (2005). Factors Associated With the se of Mind Body
Therapies Among United States Adults With musculoskeletal Pain.

th
(Online). (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16150369, diakses pada
2 februari 2018).

be
Verra, Martin, dkk. (2012). Horticultural Therapy for Patients With Chronic
Musculoskeletal Pain: Results of a Pilot Study. (Online) (diakses pada 2
februari 2018).
isa
Wiarto, Giri. (2017). Nyeri Tulang Dan Sendi. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Wulandari, Nyoman, dan Sugijanto. (2015). Kombinasi Contract Relax Stretching


El

dan Infra Merah Sama Baiknya Dengan Pedal Exercise


Undercompression dan Infra Merah Untuk Menurunkan Nyeri Otot Betis
Pada Pembatik Cap di Buaran Pekalongan. (Online).
nta

(https://ojs.unud.ac.id/index.php/sport/article/view/16634/10915., diakses
pada 27 september 2017).

Wuragian, Hendro, dan Vandri. (2014). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap


Sa

Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja


Puskesmas Bahu Manado. Jurnal unsrat (Online).
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/5264 diakses
pada 4 januari 2018).
ES

Wong. (2011). Nursing Care Of Infrants and Chrildren. Canada : ELSEVIER.


IK
ST
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

n
Kepada Yth,

da
Calon Responden Penelitian
di

Me
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai-Medan

Dengan hormat,

th
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Loice Noni Faery Baeha

be
NIM : 032014039
Alamat : Jl. Bunga Terompet No.118 Pasar VII Padang Bulan,Medan
isa
Selayang
Mahasiswi program studi Ners tahap akademik yang sedang mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Herbal Compress Ball Terhadap
El

Penurunan Nyeri Otot Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Binjai”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi anda
nta

sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Sa

Berikut keterangan mengenai penelitian saya:


Terapi Herbal Compress Ball adalah terapi tradisional dari Thailand, terapi
Herbal Compress Ball memiliki manfaat untuk mengurangi nyeri otot, nyeri
ES

sendi, melancarkan peredaran darah, dan merilekskan tubuh. Terapi Herbal


Compress Ball berbentuk bola dari kain yang berisikan bahan herbal jahe, kunyit,
IK

dan camphor (kristal dari ekstrat kayu putih), terapi ini akan di berikan pada
pasien dalam keadaan hangat, lalu di kompreskan dalam waktu 20 menit. Pasien
ST

yang mendapat terapi akan merasakan pedas atau hangat seperti balsem pada kulit
yang dikompres karena efek dari jahe dan camphor, namun itu adalah hal yang
normal. Total waktu persiapan dan pelaksanaan yang digunakan untuk satu pasien
adalah 45 menit. Kerugian dari Herbal Compress Ball adalah warna kuning dari
kunyit dapat menempel dikulit atau pun dibaju. Herbal Compress Ball tidak dapat
dilakukan kepada orang yang mengalami kelumpuhan, varises, dan diabetes

n
melitus.

da
Apabila anda bersedia menjadi responden, saya mohon kesediaannya

Me
menandatangani persetujuan dan menjawab semua pertanyaan sesuai petunjuk
yang saya buat. Atas perhatian dan kesediaannya menjadi responden, saya
mengucapkan terimakasih.

th
be
Hormat Saya,
Penulis
isa
El

(Loice Noni Faery Baeha)


nta
Sa
ES
IK
ST
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian)

n
Saya yang bertandatangan dibawah ini :

da
Nama Inisial :
Umur :

Me
Terapi Herbal Compress Ball adalah terapi tradisional dari Thailand,
terapi Herbal Compress Ball memiliki manfaat untuk mengurangi nyeri otot,
nyeri sendi, melancarkan peredaran darah, dan merilekskan tubuh. Terapi Herbal
Compress Ball berbentuk bola dari kain yang berisikan bahan herbal jahe, kunyit,

th
dan camphor (kristal dari ekstrat kayu putih), terapi ini akan di berikan pada
pasien dalam keadaan hangat, lalu di kompreskan dalam waktu 20 menit. Pasien
yang mendapat terapi akan merasakan pedas atau hangat seperti balsem pada kulit

be
yang dikompres karena efek dari jahe dan camphor, namun itu adalah hal yang
normal. Total waktu persiapan dan pelaksanaan yang digunakan untuk satu pasien
adalah 45 menit. Kerugian dari Herbal Compress Ball adalah warna kuning dari
isa
kunyit dapat menempel dikulit atau pun dibaju. Herbal Compress Ball tidak dapat
dilakukan kepada orang yang mengalami kelumpuhan, varises, dan diabetes
melitus.
El

Setelah saya mendapat keterangan secukupnya serta mengetahui tentang


tujuan yang jelas dari penelitian yang Berjudul “Pengaruh Herbal Compress Ball
Terhadap Penurunan Nyeri Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Binjai” menyatakan bersedia/tidak bersedia menjadi responden dalam
nta

pengambilan data untuk penelitian ini dengan catatan bila suatu waktu saya
merasa dirugikan dalam bentuk apapun, saya berhak membatalkan persetujuan ini.
Saya percaya apa yang akan saya informasikan dijamin kerahasiaannya.
Sa

Medan, Maret 2018


Peneliti Responden
ES
IK

Loice Noni Faery Baeha ( )


ST
MODUL
Herbal Compress Ball

n
da
1. Herbs and steam the healing power of thai herbal compresse
Hot herbal compresses have a long history of use in Thailand and other
parts of Southeast Asia. The earliest written records in Thailand are from the 14th

Me
century, when Siamese soldiers returning from battle were treated with
compresses to ease their mental states and relax their bodies.
Today in Thailand, compresses prepared with medicinal herbs are used
therapeutically in massage shops and spas, and also at home. Ingredients in the
compresses are based on an oral tradition and specialized recipes passed down

th
through the generations.
Knowledgeable herbalists and healers prepare compresses based on the
individual needs of their patients, but most also have all-purpose recipes. The

be
herbal blend that I mix for my clients and students is based on a traditional recipe,
but it doesn’t use kaffir lime leaf—which is quite expensive in the west—or
turmeric, which stains skin and clothing. In addition to the traditional blend of
isa
lemongrass, eucalyptus, ginger, and camphor, freshly-picked herbs that are
available in your region may be added. Examples include lemon balm,
peppermint, anise leaf, rosemary, lavender, and jasmine. Naturally, you should
always learn about the properties of a plant before introducing it. Make sure there
El

are no contraindications before you introduce local fresh herbs into a standard
mixture. Above all, add local herbs only in moderation, and make sure the
majority of the mix remains true to Thai tradition.
nta

2. Steaming and application Herbal Compress Ball


Compresses must be steamed before use. It’s best to use an electric
steamer—one with a thermostat will give you extra control. The basket or top
Sa

compartment has large holes in it and is positioned directly above the boiling
water below. The herb bundles must not come in contact with the boiling water,
but they must get somewhat damp with steam in order to be effective.
Before steaming, sprinkle the outside of the wrapped compress with
water or rice vinegar. Steam for a minimum of 10 to 15 minutes at 200 to 225
ES

degrees F. Never submerge compresses in hot water: they will become too hot to
handle and lose much of their medicinal value. If a compress accidentally drops
into hot water, make sure to wring out the water completely before reusing it,
since it could easily scald the skin. Always test a compress against your upper
IK

arm, neck, or face to make sure it’s not too hot.


Don’t use compresses on yourself or others within 24 hours after
swelling, inflammation, or bleeding, as the heat might worsen the condition. You
ST

can treat a swollen area between 24 and 36 hours after the condition first appears,
but be careful to use compresses that are warm, not hot—or, to be safe, use pre-
steamed cool or cold compresses. Take extra care if the person getting the
compress has diabetes, paralysis, or varicose veins. Also be careful with children
and older people, since their skin may be tender.
Try to apply compresses onto bare skin whenever possible. If you are
working through clothing, make sure the client is wearing natural fabrics such as

n
cotton or rayon. After an herbal session, a light stain may remain on skin and
clothing, but it should come out in the wash with no problem. Turmeric, whether

da
in root or powder form, might permanently stain clothing a dark orange color, so
be careful if you mix this powerful medicinal root into your mixture.

Me
3. Benefits
Thai herbal compresses alleviate pain and inflammation by opening skin
pores and transferring medicating heat to the muscles, joints, and energy lines.
Compress therapy helps to harmonize and relax the body, loosen energy
blockages, and speed the healing of scars—including those caused by childbirth.

th
Smelling and inhaling herb-infused vapors induces deep relaxation. Many herbs
have a balancing effect on the mind and help reduce stress. Primary materials such
as eucalyptus and camphor act as decongestants for the lungs and sinuses. Using

be
hot compresses on the chest, throat, and sinuses can loosen mucus and open up the
nasal passages. In addition to the customary ginger, lemongrass, eucalyptus, and
camphor, some compresses incorporate antioxidants such as turmeric (a natural
isa
skin softener), tamarind (which hydrates and regenerates skin cells), kaffir lime
leaves and fruit (a skin toner and blood circulation booster), and common Thai
ginger, also known as plai (which eases muscle and joint aches).
Luk pra kob (or ―Thai herbal balls‖ as they are sometimes called in
El

English) can be purchased premade, or you can choose to make them yourself.
Most commercially available premade herbal balls are imported from Thailand,
and are made of dried herbs and roots. They are wrapped in cheesecloth and have
nta

a distinctive long handle made of cloth tied with cotton string or thin strips of
bamboo. In Thailand however, most serious healers do not use pre-wrapped herbs,
but prefer to make their own compresses from fresh herbs and roots rather than
dried materials.
Sa

4. Select Thai herbs and their medicinal properties


a. EUCALYPTUS is a term that encompasses several different species, all of
which have medicinal use. It is an extremely effective remedy for colds,
sinus and lung problems, coughs, and asthma. Symptoms are relieved by
ES

inhalation of the vapors and topical application to the chest, throat, and the
area under the nose. Eucalyptus tea is good for indigestion and fever, and
the leaves are used topically on infections and skin burns. When steamed,
the vapors of the herb open air passages and clean the sinuses and lungs.
IK

b. PEPPERMINT LEAF is considered a hot and aromatic herb in Thai


medicine and is a common treatment for stomach pain, nausea, and
indigestion. The aroma is delightful when steamed in compresses, and the
ST

vapor treats nervousness, insomnia, and stress-related conditions such as


exhaustion and headaches. Peppermint has a stimulating effect on skin,
and inhalation of vapors can calm coughingand relieve asthma.
c. LEMONGRASS is a perennial herb grown in Southeast Asia for medicinal
and culinary purposes. The lower part of the stalk has a pale white color
and contains the most pungent flavor. This part of the plant is used in Thai
soups and curries. The entire stalk may be used to make teas, decoctions,

n
poultices, and as a treatment for colds, fevers, coughs, and indigestion. It
also is known to treat nausea, stomach pain, and vomiting. Among tribal

da
hill people in Thailand, it is used topically for sprains, bruises, and sore
muscles.
d. CAMPHOR is distilled from the gum or resin of a type of cinnamon tree.

Me
The resulting crystals are sold in powder form, or may be compressed
intotablets for easy storage. Camphor is a strong decongestant. It is inhaled
to treat colds, congestion, sore throat, cough, sinusitis, and bronchitis.
e. GINGER is one of the most important ingredients in Thai medicine. As a
topical application it has strong antiseptic properties, and it treats bacterial

th
and skin infections, acne, and parasites. Ginger is a powerful stimulant,
aiding in digestion, control of flatulence, diarrhea, vomiting, colds, sore
throat, insomnia, heart disease, acid indigestion, irregular menstruation,

be
chronic back pain, and many other maladies. Common Thai ginger (plai)
is of a different variety than the ginger found in Western grocery stores,
but the medicinal properties are similar.
isa
f. GALANGAL (aka galanga) is a relative of the ginger plant. The flavor is
considerably stronger than that of common ginger, somewhat similar to
mustard, and it has a rich aroma. It was used traditionally to cure skin
diseases and is now used in spa treatments as an ingredient in body wraps
El

to soothe and nourish the skin. The pale yellow skin is striated like a snake
skin and has pink-tinged tips, but the interior is cream-colored. When
eaten, thin slices are usually floated in soups, and the root is ground into
nta

curry paste.s
g. TURMERIC is an important herbal medicine and has been used for its
ability to reduce gas, ease diseases of the digestive system, and treat skin
disorders such as rashes, sores, and insect bites. Scientific research has
Sa

confirmed that turmeric blocks certain toxins from entering the liver and
kills some types of bacteria. Turmeric is also known to arrest certain types
of cancer and is being used experimentally in some countries to treat
cancer victims. In Thailand, turmeric is often used in cooking, herbal
medicine, and herbal compresses. Turmeric oil serves as an effective
ES

moisturizer and has antiseptic properties to heal skin ailments.


h. SALT is sometimes added to Thai herbal compresses and is an important
ingredient in herbal bath infusions. It cleans and opens skin pores, thereby
facilitating the transfer of medicinal properties. It is wonderful for
IK

softening and rejuvenating the skin and works as an exfoliant for dry skin
cells. Salt eases muscle aches and relieves sunburn, rashes, and skin
irritations. Use rocks of sea salt or large flakes of kosher salt in your
ST

compresses and bath infusions.


i. KAFFIR LIME LEAF imparts an unmistakable refreshing taste that is
essential in many Thai soups and curries. A digestive aid, medicinal
properties in the leaves cleanse the blood and maintain healthy teeth and
gums. In Thailand, kaffir lime leaves are added to shampoo since they
clean the scalp and hair and are believed to reduce hair loss. The juice and
oil from the peel help prevent dandruff and leave the hair soft and shiny,

n
and kaffir lime extract is used as a natural deodorant. Kaffir lime leaves
freeze well in an airtight bag or container.

da
Me
th
be
EUCALYPTUS PEPPERMINT LEAF
isa LEMONGRASS
El
nta
Sa

CAMPHOR GINGER GALANGAL


ES
IK
ST

TURMERIC KAFFIR LIME LEAF


5. Enjoy Thai herbal compresses
Seek out an experienced practitioner when you try your first Thai herbal
compress session. Don’t bathe for at least several hours after your treatment so the

n
medicinal value of the herbs can remain on the skin long enough to be absorbed

da
into your body. If you want to use them on others, first practice for a long time to
understand how to prepare, steam, and apply the compresses in a fluid and
effective manner. Steamed Thai herbal compresses relax the body, soothe sore

Me
muscles and joints, calm the mind, improve circulation, cleanse the skin, and help
restore inner peace and balance. Once you’ve tried them, you will probably want
to use them over and over again.

th
be
isa
El
nta
Sa
ES
IK
ST
n
da
SOP
TERAPI HERBAL COMPRESS BALL

Me
1. DESKRIPSI
Herbal Compress Ball adalah pengobatan tradisional dan
rehabilitasi untuk sindrom menyakitkan pada gangguan sistem
muskuloskletal dengan menggunakan bahan-bahan herbal.

th
2. TUJUAN
Bahan-bahan herbal yang dibungkus dalam bentuk bola kompres

be
yang hangat menjadi aktif termasuk minyak aromatik dan memberi efek
analgesik saat di aplikasikan pada bagian tubuh tertentu yang mengalami
nyeri sehingga membantu mengurangi nyeri.
isa
3. INDIKASI
a. Klien dengan nyeri otot dan nyeri sendi.
b. Klien dengan osteoartritis.
El

c. Klien dengan luka pada kulit.


d. Klien dengan nyeri punggung pasca persalinan.
e. Klien dengan masalah produksi asi yang ada dalam kurun waktu 2 jam.
f. Klien dengan perlukaan saat melahirkan.
nta

g. Klien dengan masalah pernafasan seperti sinusitis (kompres bagian


dada).
h. Klien dengan stres, cemas, kelelahan, dan pegal-pegal yang
memerlukan relaksasi.
Sa

i. Klien dengan kelemahan fungsi gerak akibat usia lanjut dan


permasalahan pada otot, tulang dan saraf.

4. KONTRA INDIKASI
ES

a. Klien yang mengalami cedera, pembengkakkan, peradangan dan


perdarahan yang berat dalam kurun waktu 24 jam.
b. Klien Diabetes.
c. Klien yang mengalami kelumpuhan.
IK

d. Klien yang mengalami varises.


ST
n
5. PROSEDUR
No KOMPONEN

da
A PERSIAPAN ALAT DAN LINGKUNGAN (selama 5 menit)
1. Lembar observasi skala nyeri dan alat tulis
2. Herbal Compress Ball

Me
3. Handuk kecil
4. Tempat tidur atau tikar
5. Pakaian penutup badan
6. Kompor dan panci dandang

th
7. Lingkungan yang nyaman dan tenang
B PENGKAJIAN ( selama 2 menit )

be
1. Lihat keadaan umum lansia
2. Catat skala nyeri pada lansia sebelum dilakukan tindakan
3. Perhatikan indikasi dan kontraindikasi dalam pemberian
Herbal Compress Ball.
isa
C PELAKSANAAN
langkah 1
El

1. Sebelum mengukus Herbal Compress Ball perceikkan


terlebih dahulu dengan air.
2. Kukus Herbal Compress Ball selama 10 sampai 15
nta

menit dalam suhu 200-225°F.


3. Selama 5 menit kemudian kukuslah kembali Herbal
Compress Ball yang lain untuk digunakan bergantian
saat sudah mulai tidak hangat lagi.
Sa

4. Pasangkan gaun penutup badan pada pasien.


5. Posisikan pasien pada posisi yang nyaman diatas tempat
tidur atau tikar untuk melakukan pengompresan.
Langkah 2
ES

1. Angkatlah Herbal Compress Ball yang dikukus lebih


awal dari panci dandang.
2. Bungkuslah Herbal Compress Ball pertama dengan
handuk yang tidak terlalu tebal untuk melindungi kulit
IK

klien dari panas yang berlebih.


3. Coba terlebih dahulu pada punggung tangan, leher, atau
wajah anda untuk mengukur panas.
ST

4. Kemudian aplikasikanlah dengan lembut pada setiap


bagian tubuh klien yang mengalami nyeri.
5. Gerakkan Herbal Compress Ball seperti menggulung
atau memplintir pada setiap bagian tubuh yang nyeri.
6. Lepaskan handuk pembungkus setelah Herbal Compress
Ball menjadi hangat untuk diaplikasikan langsung pada
kulit klien.
7. Angkat Herbal Compress Ball yang kedua dari panci

n
dandang untuk menggantikan Herbal Compress Ball
yang pertama saat sudah mulai sedikit hangat.

da
8. Lanjutkan pengompresan pada setiap bagian tubuh yang
nyeri seperti pada Herbal Compress Ball pertama.
9. Gunakan Herbal Compress Ball secara bergantian

Me
sampai setiap sesi pengompresan tercapai.
10. Lakukan terapi Herbal Compress Ball kepada satu
pasien selama 20 menit.
Langkah 3
1. Biarkan Herbal Compress Ball sampai menjadi dingin

th
dan keringkan.
2. Bungkus Herbal Compress Ball dalam kantong plastik

be
bening dan disimpan sampai waktu penggunaan kembali.
3. Rapikan pasien, rapikan alat dan lingkungan.
D EVALUASI
isa
1. Skala nyeri pasien berkurang
2. Pasien merasa lebih rileks dan nyaman
3. Lengkapi dokumentasi dalam lembar observasi.
El
nta
Sa
ES
IK
ST

Anda mungkin juga menyukai