Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 5 Bahasa Indonesia

Menganalisa Latar Suasana, Watak Tokoh, dan


Majas Novel.

Mughniyya Nuur Hafiizha (21)


Muhammad Dhafin Arrafiansyah (22)
Muhammad Hanif Hamdi (23)
Muhammad Haykal Arrizqi (24)
Muhammad Naufal Baridwan (25)
Ronggeng Dukuh Paruk

Latar Suasana:
● Ceria “ Ketiganya patuh, ceria di bawah pohon nangka itu berlanjut sampai matahari
menyentuh garis cakrawala.” (RDP:7)
● Terkesima “ penonton menunda kedipan mata ketika Srintil bangkit....” (RDP:10)
● Panik “ Dalam haru-biru kepanikan itu kata-kata wuru bongkrek mulai diteriakkan
orang.” (RDP:13)

Watak Tokoh:
● Rasus:
○ Analitik: Tidak sabaran, Emosional, Pendendam
○ Dramatik:“Sudah-sudah. Kalian tolol,” ujar Rasus tak sabar. “ (Emosional dan
tidak sabaran), “Mengecewakan. Kopral Pujo tidak lebih berani daripadaku.
Pada saat itu dia tidak bisa mengambil keputusan. Jadi akulah yang
mengambil prakarsa.” (Pendendam)
● Warta:
○ Analitik: Baik, Suka bercanda
○ Dramatik: (Mata duitan) “Ya, kita berhenti dulu. Kita hanya akan bermain lagi
kalau Srintil berjanji memberi kami upah”
● Darsun:
○ Analitik: Suka meremehkan
○ Dramatik: (mengejek) “air?” ejek Darsun, anak ketiga. “Di mana kau dapat
menemukan air?”
● Srintil:
○ Analitik: Penyayang, Suka menolong, Mudah Percaya
○ Dramatik: Dengan kesediaan Srintil menjadi gowok untuk Waras, agar jiwa
kelelakiannya Waras muncul. “Nyai, sekarang ajari aku bagaimana menjadi
gowok. Ajari aku!” (Suka menolong), "Terbukti dari kasih sayang Srintil
kepada Goder, anak Tampi yang ia angkat menjadi anak nya" (Penyayang)
● Sakaraja (Kakeknya Srintil):
○ Analitik: Penyayang
○ Dramatik: (Peduli dan sayang) “Akan kukatakan Srintil tinggal dirumah
Kartareja, tiga rumah ke timur dari sini. Tapi jangan kalian apa-apakan dia.
Sungguh. Srintil cucu tunggal kami. Ambil hartanya, tapi jangan cederai dia.”
● Kartareja dan Nyai Kartareja:
○ Analitik: Licik dan tidak menghargai orang lain
○ Dramatik: (Pilih kasih dan licik) “Jangan keliru! Yang asli buat Sulam.
Lainnya buat Dower.” Kata Kartareja. Istrinya tersenyum. Walaupun tidak
selicik Kartareja, tetapi perempuan itu sudah dapat menduga ke mana maksud
tindakan suaminya.
● Sakum:
○ Analitik: Peka terhadap sekitar
○ Dramatik: (Peka) ”Sakum, dengan mata buta mampu mengikuti secara
saksama pertunjukan ronggeng. Seperti seorang awas, Sakum dapat
mengeluarkan seruan cabul tepat saat ronggeng menggerakkan pinggul ke
depan dan ke belakang”
● Santayib (Ayah Srintil):
○ Analitik: Tidak bertanggung jawab, Tidak ingin disalahkan
○ Dramatik: (Keras kepala) “Bajingan! Kalian semua bajingan tengik! Betapa
pun bongkrek ku tak bersangkut-paut dengan malapetaka ini. Lihat! Akan ku
telan bongkrek ini banyak-banyak. Kalau ini benar ada racunnya, pasti aku
akan segera sekarat”
● Istri Santayib:
○ Analitik: Bodoh dan tidak berpikir panjang
○ Dramatik: (Bodoh) “Dia menoleh istri nya yang semula berdiri di sampingnya,
ikut mengunyah bongkrek”
● Dower:
○ Analitik: Rendah hati dan Sopan
○ Dramatik: (Tidak pelit dan Rendah hati) “Aku datang lagi kek. Meski bukan
sekeping ringgit emas yang ku bawa, ku harap engkau mau menerimanya”
● Sulam:
○ Analitik: Sombong dan Tinggi hati
○ Dramatik: (Sombong) “Sebuah pertanyaan yang menghina, kecuali engkau
belum mengenalku. Tentu saja aku membawa ringgit emas itu. Bukan rupiah
perak, apa lagi seekor kerbau seperti anak pecikalan ini” Ujar sulam sambil
melirik ke arah Dower.
● Sersan Slamet:
○ Analitik: Baik hati, Tidak memandang rendah orang lain
○ Dramatik: (Berprasangka baik terhadap orang lain) “Siapa saja yang punyai
cukup tenaga serta kejujuran, dapat melaksanakan tugas sebagai tobang.
Tentang tenaga, aku sudah merasa pasti engkau memiliki dengan cukup.
Kejujuranmu sudah terpancar dari wajah dan sinar matamu sendiri. Jadi aku
merasa pasti pula kau mampu menjadi seorang tobang”
● Kopral Pujo:
○ Analitik: Tidak gegabah, tidak bijaksana
○ Dramatik: (Tidak cepat mengambil keputusan) “Seharusnya begitu tetapi
jangan gila. Hanya ada sepucuk senjata pada kita. Pada mereka ada lima” ujar
Koral Pujo saat melihat para perampok. “Jadi bagaimana? keputusan harus
segera kita ambil.” ucap Rasus. “Nanti dulu. Aku mau kencing” jawab Kopral
Pujo.

Majas:
● Majas personifikasi:
○ Gaya bahasa yang digunakan untuk memanusiaskan atau seolah-olah membuat
hidup suatu benda mati.
○ “Tetes-tetes embun jatuh menimbulkan suara desahan desahan musik yang
serempak.”
● Majas metafora:
○ Gaya bahasa yang menggambarkan suatu objek dengan perbandingan
langsung dan tepat atas dasar sifat yang hampir sama atau bahkan sama.
○ “Mereka pantas berkejaran, bermain dan bertembang. Mereka sebaiknya tahu
masa kanak- kanak adalah surga yang hanya sekali datang.”
● Majas metonimia:
○ Gaya bahasa yang sering menyebutkan ciri khas atau nama merek dari suatu
benda untuk menggantikan penyebutan benda tersebut.
○ “Pelita kecil dalam kamar itu melengkapi citra punahnya kemanusiaan pada
diri bekas mahkota Dukuh Paruk itu.”
● Majas hiperbola:
○ Gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu hal secara berlebihan bahkan
terkesan tidak masuk akal
○ “Aku bisa mendengar semua bisik hati yang paling lirih sekalipun.”
● Majas simile:
○ Gaya bahasa yang mengungkapkan komparasi atau perbandingan eksplisit.
○ “Emak sudah mati, ketika hidup ia secantik Srintil, tampilan emak bagai citra
perempuan sejati.”

Harimau! Harimau!

Latar Suasana :

● Gembira :
"Engkau lihatkah mata Pak Haji memandang padanya pada suatu kali?" tanya Sulan,
sambil tertawa penuh arti.
"Pak Haji?" tanya Talib takjub. "Masa Pak Haji punya pikiran yang begitu?"
"Ya, kan dia sudah tua?" kata Buyung. Sanip tertawa.
"Dengarkan si Buyung berbicara," katanya.
"Lupakah engkau pepatah tua-tua kelapa ....?"
Lalu mereka tertawa terbahak-bahak.

Watak Tokoh :
● Pak Balam
○ Analitik : (Pendiam, Pekerja keras) Anggota rombongan yang ketujuh ialah
Pak Balam yang sebaya dengan Wak Katok. Orangnya pendiam, badannya
kurus, akan tetapi kuat bekerja. -Halaman 8
○ Dramatik : (Taat Ibadah) Aku sudah mengakui dosa dosaku, dan tolonglah
doakan supaya Tuhan suka kiranya mengampuni segala dosaku,..... -Halaman
93
● Pak Haji Rakhmad
○ Analitik : (Angkuh) Pak Haji yang angkuh hati, yang tak hendak campur
dengan orang kampung, tak hendak ikut dengan orang banyak -Halaman 166
○ Dramatik : (Taat Pada Allah) Ingatlah ucapan
Bismillahhirrokhmanirrokhiim... Tuhan adalah yang Maha Pemurah dan
Pengampun. -Halaman 177
● Buyung
○ Analitik : (Suka Menolong) "Aku tolong engkau, Rubiyah," katanya
kemudian. -Halaman 64
○ Dramatik : (Penolong) Sekali-sekali jika pagi hari Buyung bertemu dengan
dia hendak mengambil air, maka Buyung menolongnya membawakan tabung
bambu airnya. -Halaman 44
● Wak Katok
○ Analitik : (Pemaksa) "jika perlu aku paksa dengan ini," dan dia
menggerakkan senapannya. -Halaman 119
○ Dramatik : (Pendusta) "Jimat-jimatmu palsu, manteramanteramu palsu. Inilah
jimat-jimat yang dipakai juga oleh Pak Balam….. -Halaman 171
● Sanip
○ Analitik : (Ingkar Janji) "biarlah Sutan marah karena aku melanggar janji
atau sumpah. -Halaman 117
○ Dramatik : (Jujur) : "Memang kami berdosa, kami... Talib, aku dan ...: -
Halaman 116
● Talib
○ Analitik : (Baik) Sutan, Buyung, Talib dan Sanip juga termasuk anak muda
yang dianggap sopan dan baik di kampung. -Halaman 10
○ Dramatik : (Suka Menolong) : Talib tanpa ragu-ragu menyerang babi dengan
tombaknya, dan menyelamatkan pemburu itu. -Halaman 22

● Sutan
○ Analitik : (Suka Mencuri) Kami bertiga, Talib, Sutan dan aku, enam bulan
yang lalu, yang mencuri empat ekor kerbau Haji Serdang di kampung
Kerambi..." -Halaman 117
○ Dramatik : (Penakut) "Huusss, jangan sebut-sebut namanya, engkau ingin dia
datang menyerang kita?" kata Sutan cepat. -Halaman 113
● Siti Rubiyah
○ Analitik : (Suka Bermenung) "Rubiyah, mengapa engkau bermenung-
menung sendiri?" -Halaman 60
○ Dramatik : (Penolong) Dia menyuruh Siti Rubiyah merebus obatnya sendiri,
terbuat dari ramuan daun-daunan, kulit kayu dan akar-akar. -Halaman 42
● Wak Hitam
○ Analitik : (Suka berbuat zalim) dan dia kembali merasakan kezaliman yang
dilakukan Wak Hitam terhadap Siti Rubiyah, -Halaman 60
○ Dramatik : (Suka Mengeluh) "Aduh, beginilah kalau sudah tua dan sakit-
sakit, tak ada lagi yang mengurus awak," keluhnya, -Halaman 48

Majas:
● Majas Personifikasi :
Di tengah hutan yang demikian sebuah anak sungai kecil, dengan airnya yang sejuk
dan bersih mengalir, menccraeah, menyanyi-nyanyi dan berbisik-bisik, dan akan
inginlah orang tinggal di sana selama-lamanya.

Bumi Manusia

Latar Suasana :

● Gembira : Dan sekarang seluruh Jawa berpesta-pora, mungkin juga seluruh Hindia
Belanda. Triwarna berkibar riang di mana-mana: dara yang seorang, Dewi Kecantikan
kekasih para dewa itu, kini naik tahta.
● Meriah : Para pelajar seakan gila merayakan penobatan ini: pertandingan,
pertunjukan, pameran keterampilan dan kebisaan yang dipelajari orang Eropa —
sepakbola, standen, kasti. Dan semua itu tak ada yang menarik hatiku. Aku tak suka
pada sport. Dunia sekelilingku ramai. Meriam pun berdentuman. Arak-arakan dan
panembrama.
● Cemas : Haruskah aku terusir seperti anjing dari rumah yang serba mewah ini, di
bawah derai tawa Robert Suurhof? Tak pernah aku merasa secemas sekarang. Lirikan
Suurhof menikam batang leherku. Pandang pemuda Mellema padaku masih belum
ditarik, bahkan berkedip pun ia tidak.

Watak Tokoh :

1. Minke (Berpendidikan)
○ Analitik : Merupakan tokoh yang cerdas dan berpendidikan, dibuktikan dalam
kutipan narasi "Oleh masyarakat terpelajar Eropa dan Indo dianggap terbaik
dan tertinggi nilainya di seluruh Hindia Belanda. Maka aku harus
mempercayainya.Ilmu dan pengetahuan, yang kudapatkan dari sekolah dan
kusaksikan sendiri pernyataannya dalam hidup, telah membikin pribadiku
menjadi agak berbeda dari sebangsaku pada umumnya." (halaman 1)
○ Dramatik : Dibuktikan dalam percakapannya dengan Nyai Ontosoroh, Minke
mengatakan bahwa ia merupakan seorang pelajar. "Pelajar H.B.S., Mama."
"O-ya ? betul itu ?" tanya Nyai padaku. (hal 13)

● Anneliese (Ramah)
○ Analitik : dibuktikan dalam kutipan dialognya dengan Minke. "Suatu kali
akan aku ceritai. Mau kau kiranya” Pertanyaan itu terdengar ramah dan
semanak, menenggelamkan seluruh kemewahan dan perbedaan yang ada.
(halaman 12)
○ Dramatik : Dirinya yang setengah Belanda dan pribumi menerima tamu
Minke–seorang asli pribumi. Dibuktikan dalam kutipan "Pribumi juga baik,"
ulang Annelies bersungguh. "Ibuku juga Pribumi -Pribumi Jawa. Kau
tamuku, Minke," suaranya mengandung nada memerintah. Baru aku
menghembuskan nafas lega. (halaman 11)

● Nyai Ontosoroh (Pandai dan Menawan)


○ Analitik : Dibuktikan dalam kutipan Nyai Ontosoroh yang pandai menawan
dan menggenggam hati orang, sehingga aku pun kehilangan pertimbangan
bahwa ia hanyalah seorang gundik. (halaman 16)
○ Dramatik: Nyai makan tenang-tenang seperti wanita Eropa tulen lulusan
boarding school Inggris. (halaman 18)

Majas:
● Majas Hiperbola:
○ Hiperbola sebagai jenis gaya bahasa retoris dapat diartikan sebagai gaya
bahasa yang mengungkapkan sesuatu dengan berlebihan
○ “Mata pada jendela itu tetap mengikuti kami sampai atap-atap gudang
menutup,pemandangan.”
● Majas Personifikasi
○ Gaya bahasa yang digunakan untuk memanusiaskan atau seolah-olah membuat
hidup suatu benda mati.
○ Dalam hidupku, baru seumur jagung, sudah dapat kurasai ilmu pengetahuan
telah memberikan padaku restu yang tiada terhingga indahnya
● Majas Metafora
○ Gaya bahasa yang menggambarkan suatu objek dengan perbandingan
langsung dan tepat atas dasar sifat yang hampir sama atau bahkan sama.
○ Jadi benar aku diserahkan pada raksasa kulit putih berkulit biawak ini. Aku
harus tabah, kubisikkan pada diri sendiri. Takkan ada yang menolong kau!
Semua setan dan iblis sudah mengepung kau.

Anda mungkin juga menyukai