Anda di halaman 1dari 14

PEMANFAATAN LIMBAH PANEN JERAMI PADI SEBAGAI KOMPOS

UNTUK PERTANIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok


Mata Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Pertanian

Dosen Pengampu : Dadan Ramdani Nugraha S.P., M.P

Disusun oleh : Kelompok 2


Gina Auliya (20.07.1.0003)
Agim Maulana (20.07.1.0005)
Faisal Fakhroji (20.07.1.0015)
Sida Nurhasanah (20.07.1.0019)
Maripah (20.07.1.0026)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS


PERTANIAN UNIVERSITAS MAJALENGKA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pemanfaatan Limbah Panen Jerami Padi Sebagai


Kompos Untuk Pertanian

Tim penyusun :1. Gina Auliya .............................................


NPM. 20.07.1.0005

2. Agim Maulana .............................................


NPM. 20.07.1.0005

3. Faisal Fakhroji .............................................


NPM. 20.07.1.0015

4. Sida Nurhasanah .............................................


NPM. 20.07.1.0019

5. Maripah .............................................
NPM. 20.07.1.0026

Majalengka, Desember 2022

Mengetahui,
Dosen Pengampu Mata Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Pertanian

Dadan Ramdani Nugraha, S.P., M.P.


NIDN. 0421068306
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan tugas pembuatan paper dengan
Judul “Pemanfaatan Limbah Panen Jerami Padi Sebagai Kompos Untuk
Pertanian” tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan paper ini masih jauh dari
kata sempurna, baik dari segi penulisan maupun materi yang disampaikan. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang dapat
membangun untuk melengkapi kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.
Harapan penulis, semoga laporan ini membawa manfaat bagi kita setidaknya
untuk membuka cakrawala kita tentang “Pemanfaatan Limbah Panen Jerami Padi
Sebagai Kompos Untuk Pertanian”
Akhir kata, penyusun sampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan paper ini.
Majale
ngka, Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Contents
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................................................3
DAFTAR ISI..........................................................................................................................4
BAB I...................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..................................................................................................................5
1.1 Latar belakang..........................................................................................................5
1.2 Tujuan......................................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................7
PEMBAHASAN....................................................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Limbah pertanian merupakan produk sampingan yang tidak dapat dilepaskan
dari sistem pertanian. Limbah pertanian yang tidak ditangani dengan baik dapat
menimbulkan dampak negatif baik pada lahan pertanian itu sendiri maupun
berpengaruh terhadap lingkungan yang lebih luas seperti pemanasan global dan
perubahan iklim. Sebaliknya pemanfaatan limbah pertanian yang optimal dapat
memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan petani dan perbaikan
kualitas lahan pertanian sehingga dapat digunakan secara berkesinambungan.
Limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik atau kompos yang
dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta
dapat dipakai untuk menurunkan serangan beberapa penyakit tanaman Aryantha
(2002).

Jerami padi di Indonesia belum termanfaatkan secara optimal sebagai bahan


baku maupun bahan pengganti dalam proses produksi barang. Umumnya jerami
padi yang dihasilkan dari panen hanya dibakar diareal persawahan dengan tujuan
mampu meningkatkan sifat fisik dan kimia tanah serta menekan biaya
pengangkutan dan transportasi dalam pembuangannya. Praktek pembakaran
jerami secara terbuka telah terbukti menjadi sumber emisi karbon yang signifikan
selama musim panen. Pembakaran jerami secara terbuka secara signifikan juga
telah mempengaruhi kualitas udara (Chang et al.,2013).

Pembakaran jerami padi tidak saja menyebabkan polusi udara, tetapi juga
bBerdampak pada kesehatan masyarakat dan perubahan iklim (Tipayarom &
Oanh, 2007). Jerami padi termasuk bahan baku lokal yang dapat dimanfaatkan
dan diolah menjadi pupuk organik. Ketersediaannya saat panen sangat berlimpah,
namun selama ini belum dimanfaatkan secara optimal (Zhao et al., 2015). Secara
global diperkirakan jumlahnya mencapai 650-975 juta ton per-tahun. Dalam setiap
1 kg gabah dihasilkan 1-1,5 kg jerami padi (Binod et al., 2010). Jerami padi secara
umum digunakan sebagai mulsa saat menanam sayuran dan hortikultura Khan
Eusufzai et al. (2007)

Jerami padi merupakan limbah pertanian yang mengandung unsur hara yang
berguna untuk menjaga kestabilan unsur hara tanah dan untuk memenuhi
kebutuhan hara tanaman (Pavithira et al., 2017). Jerami padi mengandung sekitar
40% unsur N, 30 sampai 35% dari P, 80-85% unsur K, dan 40-45% unsur S yang
diambil tanaman padi dari tanah (Dobermann & Fairhurst, 2002). Pemanfaatannya
menjadi kompos tidak hanya menyediakan nutrisi penting bagi tanaman, tetapi
menjadi upaya menjaga kelestarian lingkungan melalui pengelolaan limbah
(Golabi et al., 2004).

Kenyataanya di lapangan tidak banyak petani yang memanfaatkan atau


mengolah jerami menjadi kompos. Apabila tidak terdapat upaya untuk melakukan
daur ulang limbah pertanian akan berdampak pada terjadinya degradasi lahan
pertanian (Afriani et al., 2013).

Kompos merupakan sumber bahan organik yang dihasilkan dari pemanfaatan


limbah melalui proses biokonversi secara terkendali (Rashad et al., 2011).
Kompos berguna dalam memperbaiki kesuburan tanah, karena berdampak pada
perubahan sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Kompos jerami padi dan
pemanfaatanmya pada tanah pertanian berfungsi untuk menjaga kandungan bahan
organik tanah dan sifat mikrobiologi tanah (Goyal et al., 2009).

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pemanfaatan limbah panen
2. Mengetahui proses pembuatan kompos dari jerami padi
3. Mengetahui manfaat kompos bagi pertanian
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Limbah bila ditinjau dalam kamus Bahasa Indonesia pengertian limbah
secara harfiah didefinisikan sebagai sisa proses produksi, air buangan pabrik.
Pengertian disini harus diartikan bahan sampingan yang tersisa dalam bidang
pertanian, industri, perkebunan, peternakan, perikanan Pengertian limbah akan
lebih luas lagi yaitu termasuk bahan sampingan (by- products), bahan terbuang
dan tidak terpakai (waste products) dan bahan sisa (Mastika, 1991).

Menurut Sudana (1995) limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang
terbuang atau dibuang dari suaru sumber aktivitas manusia maupun proses-proses
alam, dan atau belum mempunyai ekonomi. Apabila limbah tersebut memasuki
lingkungan, akan mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan,
dan terjadilah apa yang disebut pencemaran lingkungan.

Khusus untuk limbah hasil pertanian adalah bahan yang merupakan


buangan dari proses perlakuan atau pengolahan untuk memperoleh hasil utama
dan hasil sampingan. Hal ini disebabkan sulitnya garis pemisah yang jelas antara
bahan buangan atau limbah dengan hasil sampingan (Suhadi Harjo, 1989).

Limbah pertanian pada hakekatnya mencakup lingkungan yang sangat luas


dan diartikan sebagai bahan hasil sampingan, ikutan, hasil sisa (residu) yang
sudah atau belum atau kurang dimanfaatkan dari suatu usaha produksi tertentu,
untuk melewati proses lanjutan atau tidak (Sudana, 2004).

Limbah pertanian umumnya sudah digunakan sebagai pakan ternak dan


sebagai bagian tanaman yang tidak menjadi tujuan utama produksi usaha tani.
Umumnya limbah pertanian adalah berupa jerami-jeramian atau daun. Dimana
limbah jerami, adalah bagian batang tumbuh yang telah dipanen butir-butir buah
bersama atau tidak dengan tangkainya dikurangi akar dan bagian batang yang
tertinggal sesudah disabit (Komar, 1984). Jerami merupakan limbah pertanian
yang produksinya cukup besar terutama jerami padi.
Menurut Irawan Sugoro (2003), jerami padi merupakan salah satu limbah
pertanian yang terdapat dalam jumlah melimpah, cukup potensial dan mudah
diperoleh untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan ternak sepanjang tahun.

2.2 Jerami padi


Jerami padi Jerami adalah sumber bahan organik yang tersedia setelah
panen padi dengan jumlah yang cukup besar, akan tetapi pemanfaatan jerami padi
selama ini hanya digunakan pada tanah sawah saja. Sedangkan beberapa tanah
seperti Ultisol, Oxisol dan Entisol masih sangat membutuhkan penambahan bahan
organik untuk meningkatkatkan kandungan unsur haranya. Kandungan unsur hara
yang baik bagi tanah dan juga tanaman yaitu kandungan C-organik sebesar 40-
43%,N 0,5-0,8%,P 0,7-0,12%,K 1,2-7%,Ca 0,6%,Mg 0,2%,Si 4-7%,dan S 0,10%
(Simarta, 2010).

Tabel 1. Sumber dan susunan Unsur Hara Jerami Segar

Unsur hara Jerami


(%)
N 0,64
P 0,05
K 2,03
Ca 0,29
Mg 0,14
Zn 0,02
Si 8,80

Jerami padi jika telah didekomposisi oleh mikrobia perombak


(dekomposer) akan berubah menjadi kompos. Hasil menunjukkan bahwa kompos
jerami memiliki kandungan Norganik 0,91%; N-NH4 0,06%; N total 1,03%;
P2O5 0,69%; C-organik 19,09% dan air 9,22%.Kompos jerami selain kaya akan
C-organik (sekitar 30 -40%), juga mengandung hara yang lengkap baik makro
(1,5 % N, 0,3-0,5 % P2O5, 2,0-4,0% K2O, 3,0-5,0 % SiO2) maupun mikro (Cu,
Zn, Mn, Fe, Cl, Mo). Nuraini (2009)
Pemanfaatan jerami serta upaya meningkatkan hasil padi serta efesiensi
pupuk anorganik, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk:

1. Mengetahui penggunaan konsorsium mikroba pengurai beragen hayati,


khususnya sellulolitiklignolitik dan trichoderma sp. Untuk mempercepat
penguraian jerami (dekomposisi) dan ketersediaan hara
2. Durasi inokulasi pada tumpukan jerami sebelum di inkorporasikan ke
dalam tanah bersamaan dengan pengolahan tanah,
3. Mengukur dekomposisi jerami setelah di inkorporasikan ke dalam tanah,
4. Mendapatkan inokulan pupuk hayati terbaik dalam meningkatkan hasil
padi serta mengurangi kebutuhan pupuk anorganik (simarmata, et al.,
2009). Menurut (arafah, 2004). Rata-rata kandungan unsur hara yang
terkandung dalam jerami adalah 0,5-0,8% n, 0,16-0,27% p2o5, 1,4-2,0%
k2o, dan 4-7% si. Berdasarkan kandungan hara jerami padi dan kehilangan
hara tersebut maka jerami padi dapat dimanfaatkan untuk pembuatan
kompos jerami padi diharapkan dapat mengurangi timbulnya polusi dari
kegiatan para petani yang ada di kabupaten kuantan singingi sehingga
akan terbentuk jalur pemanfaatan limbah jerami padi.

2.3 Kompos
Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi bahan organik
seperti tanaman, hewan atau limbah organik. Secara alamiah, kompos dapat
diartikan sebagai partikel tanah yang bermuatan negatif sehingga dapat
dikoagulasikan oleh kation dan partikel tanah untuk membentuk granula tanah.
Kompos dapat dibuat dari bahan yang sangat mudah ditemukan disekeliling
lingkungan kita, bahkan bahan yang kadang-kadang tidak dipakai, seperti sampah
rumah tangga, dedaunan, jerami, alang-alang, rerumput, sekam batang jagung dan
kotoran hewan (Djuarnani et al.,, 2008).

Kompos merupakan proses dekomposisi terkendali secara biologis


terhadap produk samping padat organik dalam kondisi aerobik atau anaerobik.
Pengomposan aerobik berlangsung dengan kondisi terbuka. Dalam hal ini, udara
bebas bersentuhan langsung dengan bahan kompos. Pengontrolan terhadap kadar
air, suhu, pH, kelembaban, ukuran bahan, volume tumpukan bahan, dan pemilihan
bahan perlu dilakukan secara insentif untuk mempertahankan proses
pengomposan agar stabil sehingga diperoleh proses pengomposan yang optimal.
Pengomposan aerobik merupakan pengomposan dengan bantuan oksigen bebas
dan hasil akhir berupa CO2, H2O, panas unsur hara dan sebagian humus (Djazuli,
2002).

Proses pembuatan kompos dilakukan pengadukan setiap hari. Hal ini


bertujuan agar hasil pupuk kompos tidak terlalu basa dan bau. Karena bahan baku
yang digunakan sampah organik yang banyak mengandung air, sehingga
pengadukan dilakkukan setiap hari sekali. Proses pengomposan yang terjadi
secara alami berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Hal ini tergantung dari
bahan organiknya, bisa memerlukan waktu 2-3 bulan, bahkan ada yang 6-12 bulan
(Zupadeli, 2012).

Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman, mengemukakan


bahwa dengan pupuk organik sifat fisik, kimia, dan biologi tanah menjadi lebih
baik. Selain itu kompos memiliki manfaat bagi tanah/tanaman dapat
meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan karakteristik tanah,
meninngkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah, dan meningkatkan aktifitas
mikroba tanah (Sutanto, 2002).

Pengomposan jerami padi harus dilakukan untuk menghindari pengaruh


negatif terhadap tanaman, contohnya mikroba, disamping untuk memengurangi
volume bahan agar muda dalam aplikasi. Laju pengomposan tergantung pada
ukuran partikel, kekuatannya struktur bahan, aerasi, komposisi bahan,
ketersediaan mikroorganisme (dekomposer), kelembaban, pengadukan dan
volume tumpukan (Rahmawati, 2005).

2.4 Pembuatan Kompos Jerami Padi


Pembuatan kompos jerami dapat dilakukan dengan dua cara: (1) ditumpuk
dan dibalikkan dan (2) ditumpuk dengan ventilasi tanpa dibalikkan. Kemudian
untuk mempercepat proses dekomposisinya dapat digunakan dekomposer.
1. Pengomposan Jerami dengan Metode Tumpukan dan Pembalikan Bahan
yang berupa jerami (lebih yang masih segar atau jika sudah kering
dilembabkan sampai k.a ±60%) ditaruh dalam bedengan secara berlapis,
tiap lapis dengan ketinggian ±30 cm, kemudian ditaburi dengan atau
disiram larutan dekomposer. Tumpukan jerami dibuat berlapis-lapis
hingga ketinggian 1-1,5 m. Jerami dalam bedengan ditutup rapat dengan
terpal dan setiap minggu dilakukan pembalikan. Apabila terlalu kering
tumpukan jerami dibasahi dengan air. Jika memungkinkan lebih baik
pembuatan kompos dilakukan di tempat yang teduh. Setelah 3 minggu,
kompos biasanya sudah matang yang ditandai dengan temperatur sudah
konstan 40-50o C, remah, warna coklat kehitaman. Dari satu ton jerami
diperoleh kompos jerami sejumlah ± 300 kg dengan kualitas sebagai
berikut: C-organik >12%, C/N ratio 15-25%, kadar air 40- 50%, dan warna
coklat muda kehitaman.
2. Pengomposan Jerami dengan Metode Ventilasi tanpa Pembalikan Jerami
segar digiling hingga berukuran 1-3 cm. Hasil gilingan jerami ditumpuk
dalam lapisan setinggi 20 cm, lebar 1 m dan panjang 1 m untuk
membentuk tumpukan kompos 1 x 1 x 1 m3 (panjang x lebar x tinggi)
dengan volume bahan kompos sekitar 1 m3 (~500 kg). Untuk menghindari
jatuhnya tumpukan maka dibuatkan pagar bambu berukuran 1 x 1 x 1 m.
Teknik aerasi pengomposan dengan cara ventilasi dibuat dengan cara
menempatkan sarang bambu di dasar tumpukan jerami (kurang lebih 30
cm di atas permukaan tanah) agar aerasi bisa terjadi dari bawah menuju ke
atas tumpukan. Teknik aerasi yang lain dapat dilakukan dengan cara
membuat lubang-lubang pada tumpukan jerami secara horizontal
menggunakan bambu atau paralon yang diberi lubang-lubang ke berbagai
arah tumpukan jerami. Jerami ditumpuk secara longgar (jangan
dipadatkan) untuk memperoleh aerasi yang baik. Kemudian tambahkan
dekomposer secara merata di atas tumpukan tersebut. Setelah itu
tumpukan lagi jerami yang telah digiling di atas tumpukan tersebut
setinggi 20 cm, dan basahi dengan air secara merata serta diinokulasi
dengan mikroba yang berasal dari dekomposer. Demikian seterusnya
sampai hingga ketinggian tumpukan sekitar 1 m. Kompos ditutup dengan
lembaran terpal/plastik untuk mempertahankan kelembaban dan
meminimalkan evaporasi maupun kehilangan amonia. Kompos akan
meningkat panasnya dalam waktu 24-48 jam dan panas ini perlu
dipertahankan pada suhu sekitar 50o C atau lebih dan tidak dilakukan
pembalikan. Kompos yang sudah matang ditandai dengan temperatur yang
sudah konstan 40-50o C, remah dan berwarna coklat kehitaman. Kompos
yang didapat sejumlah ± 500 kg, dengan kualitas sebagai berikut: C-
organik >12%, C/N ratio 15-25%, kadar air 40-50%, warna coklat muda
kehitaman.

2.5 pengaplikasian Pupuk Kompos


Jerami padi merupakan bahan organik, memiliki peranan penting sebagai
bahan amelioran sehingga menunjang kesuburan tanah baik secara fisik, kimia
maupun biologi. Setengah dari kapasitas tukar kation tanah berasal dari bahan
organik. Bahan organik selain sebagai sumber energi dari sebagian
mikroorganisme tanah, juga merupakan salah satu sumber hara mikro tanaman.
Besar kecilnya peran bahan organik sangat tergantung dari sumber bahan
penyusunnya. Las, dkk. (2010
Dengan demikian pemberian jerami padi di lahan sawah saat ini mutlak
diperlukan. Bahan organik sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hara
tanah dan sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Adanya pemakaian pupuk kimia
secara intensif, terutama pupuk N, P, dan K, dan tanpa menggunakan bahan
organik menyebabkan produktivitas lahan menurun (Sirrapa dan Razak, 2007).

Perbaikan terhadapa Indikator fisik, kimia dan biologi dapat terlihat di


lapangan, antara lain; perbaikan pada lapisan bajak, peningkatan kandungan C-
organik, peningkatan pada kelimpahan biota tanah dan tampilan pertumbuhan
tanaman maupun perkembangan tanaman (Simarmata, 2009).
Pupuk kompos sebaiknya diberikan sebelum atau bersamaan dengan
pengolahan tanah dengan cara disebar merata keseluruh areal tanaman. Jumlah
pupuk yang digunakan berkisar antara 8 ton – 10 ton/ ha. Mengingat kandungan
unsur hara pupuk kompos rendah (N = 0,5 – 0,8 % ; P = 0,007 – 0,12 % ; K =
0,05 – 0,10 %) maka penambahan unsur hara dapat menggunakan pupuk
anorganik (Urea, SP-36, Phonska) dalam jumlah yang kecil.
Ada juga petani yang menebarkan kompos jerami padi setelah penyiangan
pertama, yaitu sekitar 2-3 minggu setelah tanam. Kompos jerami yang matang
(C/N < 25) dibenamkan di antara barisan tanaman. Pembenaman kompos jerami
dapat dilakukan bersamaan dengan penyiangan atau pencabutan gulma yang
tumbuh rapat dengan rumpun padi. Setelah aplikasi kompos jerami, dilanjutkan
pemberian pemupukan susulan pertama (bila sebelum tanah sudah diberi pupuk
dasar) atau pemupukan pertama. Pemberian kompos jerami diantara barisan
tanaman (kompos dibenamkan) setelah penyiangan gulma dan sekalian dengan
sisa pencabutan gulma yang tumbuh rapat dengan rumpun tanaman secara
manual, kemudian dilanjutkan dengan pemupukan.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Jerami padi merupakan bahan organik, memiliki peranan penting


sebagai bahan amelioran sehingga menunjang kesuburan tanah baik
secara fisik, kimia maupun biologi. Kompos merupakan hasil
fermentasi atau dekomposisi bahan organik seperti tanaman, hewan
atau limbah organik.
Pembuatan kompos jerami dapat dilakukan dengan dua cara ditumpuk
dan dibalikkan dan ditumpuk dengan ventilasi tanpa dibalikkan.
Pupuk kompos sebaiknya diberikan sebelum atau bersamaan dengan
pengolahan tanah dengan cara disebar merata keseluruh areal
tanaman. Kompos jerami yang matang (C/N < 25) dibenamkan di
antara barisan tanaman. Pembenaman kompos jerami dapat dilakukan
bersamaan dengan penyiangan atau pencabutan gulma yang tumbuh
rapat dengan rumpun padi. Setelah aplikasi kompos jerami,
dilanjutkan pemberian pemupukan susulan pertama (bila sebelum
tanah sudah diberi pupuk dasar) atau pemupukan pertama.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai