Anda di halaman 1dari 4

B.

BENIH ORTODOKS
Judul Pengaruh Antioksidan sebagai Perlakuan Invigorasi Benih
Sebelum Simpan terhadap Daya Simpan Benih Bunga
Matahari (Helianthus annuus L.)
Jurnal Hayati
Volume Vol 12 Nomor 4
Tahun 2005
Penulis Yullianida dan Endang Murniatif
Reviewer Arya Wirandanu
Tanggal 26 November 2022

Permasalahan Di Indonesia sendiri, biji bunga matahari mampu dijadikan


sebagai sumber minyak nabati yang belum mampu dimanfaatkan
dengan optimal, salah satunya akibat karakteristik benih terhadap
penyimpanan. Benih bunga matahari memiliki kandungan asam
lemak tak jenuh yang tinngi yang mengakibatkan benih tidak
tahan jika disimpan terlalu lama karena akan terjadi proses
oksidasi.

Tujuan penelitian Menilai efektivitas penambahan antioksidan dari luar benih


(exogenous) dengan menggunakan perlakuan matriconditioning.

Metode penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot
Design) dengan tiga ulangan. Petak utama adalah periode simpan
(P) yang terdiri atas lima taraf, yaitu periode simpan 0 bulan (P0),
1 bulan (P1), 2 bulan (P2), 3 bulan (P3), dan 4 bulan (P4). Anak
petak adalah perlakuan invigorasi benih (A) yang terdiri atas lima
perlakuan, yaitu tanpa invigorasi sebagai pembanding (A0),
matriconditioning + air (A1), matriconditioning + kurkumin
4.17% (A2), matriconditioning + asam askorbat 100 ppm (A3)
dan 150 ppm (A4).Dengan pengamatan; kadar air benih, potensi
tumbuh maksimum (PTM), daya berkecambah (DB), kecepatan
tumbuh relatif (KCT relatif), daya hantar listrik (DHL).

Hasil penelitian Viabilitas Total; periode simpan 0 bulan PTM tidak berbeda
nyata (p ≤ 0,05), penyimpanan 1 bulan perlakuan
matriconditioning + air terjadi penurunan PTM yang nyata (p ≤
0,05), pada perlakuan penambahan asam askorbat dan kurkumin,
penurunan PTM tidak terlalu signifikan (p ≤ 0,05).
Viabilitas Potensial; DB memiliki rata-rata 62,67%. Pada
periode simpan 0 bulan, semua perlakuan memberikan DB lebih
tinggi dibandingkan pembanding, kecuali perlakuan
mitroconditioning + kurkumin.

Kekuatan Tumbuh; memiliki nilai Kcr maksimun sebesar


33,33% etmal dan nilai Kcr relatif maksimumnya sebesar 100%.
Perlakuan matriconditioning + air maupun dengan asam askorbat
(100 ataupun 150 ppm) tidak mampu mempertahankan kekuatan
tumbuh benih dengan periode simpan 1 bulan, periode simpan 4
bulan nilai KCT relatif untuk pembanding tidak berbeda nyata (p ≤
0,05) dengan KCT periode simpan 0 bulan.
Vigor Daya Simpan; nilai DHL terendah diberikan oleh
perlakuan matriconditioning + kurkumin

Solusi Penggunaan kurkumin sebagai sumber antioksidan alami


berpotensi untuk meningkatkan daya simpan benih bunga
matahari (periode ≥ 4 bulan pada suhu kamar), tetapi perlu
penelitian lebih lanjut dalam menentukan konsentrasi yang tepat
dan mempelajari metabolisme aktivitas enzim-enzim
antioksidannya sehingga dapat diaplikasikan untuk benih dan
tidak menyebabkan kecambah abnormal.

Kesimpulan Perlakuan invigorasi sebelum simpan, baik yang diberi larutan


antioksidan ataupun tidak, ternyata tidak efektif untuk
meningkatkan daya simpan benih. Jadi untuk benih bunga
matahari, perlakuan invigorasi lebih baik dilakukan sebagai
perlakuan segera sebelum tanam atau di tengah periode simpan
C. BENIH INTERMEDIATE
Judul Perubahan Kadar Air dan Daya Hantar Listrik Benih Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis L.) Selama Penyimpanan Periode
Pendek Dengan Kemasan Polypropylene Dan Plastik Vakum
Pada Kondisi Ruang AC
Jurnal Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Volume & Halaman Volume 28 Hal 147-157
Tahun 2020
Penulis Mohamad Arif, Endah Retno Palupi , Satriyas Ilyas , Eny Widajati ,
Abdul Qadir dan Edy Suprianto
Reviewer Dinda Laila Amalia
Tanggal 22 November 2022

Permasalahan Benih kelapa sawit merupakan bahan tanaman utama dan


mempunyai kelebihan lain seperti penanganan yang mudah selama
penyimpanan dan transportasi. Namun, benih merupakan bahan
tanaman yang dapat mengalami kemunduran selama penyimpanan
berlangsung.

Solusi Suhu dan kelembapan relatif (RH) ruang simpan, serta kemasan
berperan dalam menghambat kemunduran benih. Mempertahankan
vigor selama penyimpanan merupakan aspek penting bagi
pengadaan bahan tanaman, dalam hal ini kelapa sawit.

Tujuan Penelitian Mendapatkan informasi pengaruh kemasan terhadap kemampuan


mempertahankan kadar air (KA) dan daya hantar listrik (DHL)
benih kelapa sawit pada ruang penyimpanan ber-AC pada periode
penyimpanan yang pendek.

Metode Penelitian Metode pada penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap
faktor tunggal yaitu kemasan simpan benih yang terdiri atas 3 (tiga)
taraf, yaitu penyimpanan benih di dalam kantung plastik
polypropylene (PP) satu rangkap (M1), plastik PP dua rangkap yang
diikat sebagai 1 kemasan (M2), dan plastik vakum (M3) dengan tiga
ulangan. Penyimpanan dilakukan selama empat bulan (140 hari)
pada 2 ruang penyimpanan benih berukuran 5 x 4 m dengan air
conditioner (AC) yang diatur pada suhu 16 o C. Pengukuran suhu
dan RH dilakukan setiap hari antara pukul 08.00 hingga 09.00 pagi.

Hasil Penelitian Suhu dan RH Sekitar Benih; Benih (M1) melihatkan rata-rata
suhu udara di dalam kantung yang lebih rendah (21,97o C), tidak
berbeda jauh terhadap suhu udara di dalam kemasan simpan pada
taraf benih M2 (22,23o C) dan suhu pada ruang penyimpanan
(22,30o C). Pola yang sama diperlihatkan pada variabel nilai RH
dimana taraf M1 menunjukkan nilai RH di dalam kemasan
penyimpanan yang secara nyata lebih rendah (53,80%) dibanding
RH pada taraf M2 dan pada ruang penyimpanan sebesar 94,64% dan
94,79% secara berurutan.
Daya Hantar Listrik Benih; Selama penyimpanan berlangsung,
nilai DHL pada air rendaman benih uji berfluktuasi secara acak
dimana hasil Anova memperlihatkan tidak adanya pengaruh
kemasan simpan terhadap nilai DHL sejak awal hingga akhir
pengamatan di hari ke-104.
Penurunan KA Benih Selama Penyimpanan; Penyimpanan
menggunakan kemasan M2 memperlihatkan penurunan KA yang
lebih tinggi dibanding pada benih-benih yang disimpan
menggunakan kemasan M1 dan M3. Setelah 104 hari disimpan,
terjadi penguapan 8,13% dari total air yang ada di dalam benih pada
perlakuan M1, 6,18% pada perlakuan M2, dan 11,47% pada
perlakuan M3.
Korelasi DHL dan KA Benih; penurunan KA benih segar kelapa
sawit selama 104 hari penyimpanan diikuti penurunan nilai DHL.
Penyimpanan selama 104 hari menurunkan KA benih ke tingkat
yang lebih sesuai (rerata 13,8%) menekan tingkat kerusakan sel dan
menurunkan nilai DHL benih.

Kesimpulan Penyimpanan benih kelapa sawit dengan menggunakan kemasan


M1 (polypropylene satu rangkap) dan M2 (polypropylene dua
rangkap) menunjukkan penurunan KA yang lebih tinggi dibanding
perlakuan M3 (plastik vakum). Meski demikian untuk penyimpanan
jangka pendek yang diperlihatkan selama 104 hari pada percobaan
ini, KA benih pada ketiga taraf di akhir percobaan masih berada di
atas ambang yang diijinkan untuk penyimpanan benih kelapa sawit.
Hal ini terkonfirmasi dengan nilai DHL yang rendah meski benih
telah disimpan selama 104 hari.

Anda mungkin juga menyukai