Kti Propelan
Kti Propelan
1.6. Manfaat Penelitian. Dari analisa dan penelitian ini, diharapkan dapat
memberikan manfaat serta masukan kepada instansi terkait, antara lain :
1.6.1. Sebagai masukan dan informasi bagi jajaran TNI AD dan instansi terkait
tentang pembuatan Ammonium Perchlorate Composite Propellant (APCP) yang
menggunakan bahan dasar epoxy sebagai binder.
1.6.2. Sebagai referensi analisis tentang penggunaan bahan dasar epoxy sebagai
binder pada Ammonium Perchlorate Composite Propellant (APCP).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum.
Guna mendukung dalam proses pembuatan dan pembahasan propellant
pada roket, diperlukan teori-teori pendukung dan referensi-referensi yang
berkaitan dengan perumusan dan bahan dasar untuk pembuatan propellant yang
akan digunakan. Baik dari materi pelajaran yang telah didapat dan buku-buku lain
maupun dari internet, sehingga perencanaan pembuatan propellant ini akan dapat
terselesaikan dengan baik dan dapat bekerja dengan sempurna.
2.2. Roket.
Roket merupakan wahana luar angkasa atau peluru kendali yang
mendapatkan dorongan melalui reaksi terhadap bahan fluida dari keluaran mesin
roket. Aksi dari keluaran dalam ruang bakar dan nozzle itu mampu membuat gas
mengalir dengan kecepatan supersonik, sehingga menimbulkan dorongan reaktif
yang besar bagi roket untuk melaju. Dorongan pada roket merupakan penerapan
dari hukum III Newton dan Hukum Kekekalan Momentum yaitu dengan
memancarkan aliran massa hasil pembakaran propellant. Bahan bakar tersebut
dibakar dalam ruang pembakaran sehingga menghasilkan gas, lalu dibuang
melalui nozzle yang terletak dibelakang roket. Akibatnya terjadi perubahan
momentum pada gas selama selang waktu tertentu. Roket digunakan untuk
wahana luar angkasa dan eksplorasi ke planet lain. Walaupun kurang efisien
dikecepatan rendah, roket mampu memberikan akselerasi luar biasa dan mencapai
kecepatan sangat tinggi dengan efisiensi yang bisa diterima.
oksidator. Pada roket, propellant yang digunakan untuk menghasilkan gas yang
dapat diarahkan melalui nozzle, sehingga menghasilkan gaya dorong. Tekanan
yang ada tersebut dari gas yang terkompresi atau gas yang dihasilkan oleh reaksi
kimia.
..............................................................................................(2)
Dimana :
A : Luas Penampang exit dan throath nozzle (mm2).
π : (3,14)
D : Diameter exit dan throath nozzle (mm).
(Sumber : Mechanics and Thermodynamics of Propulsion : 523)
Untuk perbandingan luasan exit dan throath dalam bilangan Mach dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
............................................................(3)
Dimana :
Ath : Luas Penampang Throath (mm2)
Ae : Luasan penampang exit (mm2)
Ma : Bilangan Mach
k : Ratio Panas Spesifik (Nilainya didapat pada Tabel APPENDIX II
Gases At Low Pressures dari temperatur hasil pembakaran).
(Sumber : George, Sutton.P. Rocket Propulsion Elements halaman 50).
..................................................................(4)
Dimana :
To : Temperatur di dalam ruang bakar (oC).
Te : Temperatur di bagian Exit Nozzle (oC).
Ma : Bilangan Mach.
k : Ratio Panas Spesifik (Nilainya didapat pada Tabel APPENDIX II
Gases At Low Pressures dari temperatur hasil pembakaran).
(Sumber : George, Sutton.P. Rocket Propulsion Elements halaman 49).
2.13. Perhitungan Tekanan Gas Hasil Pembakaran Propellant.
Tekanan yang terjadi pada nozzle terdiri dari tekanan dalam chamber (Pc),
tekanan pada lubang throath (Pth) dan tekanan yang terjadi pada bagian exit nozzle
(Pe). Dimana tekanan-tekanan tersebut dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
...................................(5)
2.13.2. Tekanan pada throath (Pth) :
.......................................................(6)
2.13.3. Tekanan Pada exit (Pe) :
.....................................................(7)
Dimana :
Ma : Bilangan Mach.
Pc : Tekanan di dalam chamber (Pa).
Patm : Tekanan Atmosfer.
k : Ratio Panas Spesifik (Nilainya didapat pada Tabel
APPENDIX II Gases At Low Pressures dari temperatur hasil
pembakaran).
Pth : Tekanan pada throath (Pa).
Pe : Tekanan di exit (Pa).
(Sumber : Leroy, Krzycki.J . How to Design, Build and Test Small
Liquid-Fuel Rocket Engines : 15).
...................................................................(8)
Dimana :
Ve : Kecepatan aliran gas keluar Nozzle (m/s)
R : Konstanta gas (287 J/(kgoK))
k : Ratio Panas Spesifik (Nilainya didapat pada Tabel APPENDIX II
Gases At Low Pressures dari temperatur hasil pembakaran).
T0 : Temperatur di bagian Chamber (oC).
Pth : Tekanan pada throath (Pa).
Pe : Tekanan di exit (Pa).
(Sumber : George, Sutton.P. Rocket Propulsion Elements : 52)
2.15. Perhitungan Laju Aliran Massa Gas (m˙ ¿ ¿
Laju Aliran Massa Gas merupakan aliran massa gas hasil pembakaran
propellant di dalam chamber yang mengalir melewati lubang throath dan
selanjutnya keluar melalui lubang exit dari nozzle.
.....................................................(9)
Dimana :
ṁ : Laju Aliran Massa (kg/detik).
Ath : Luas throath (mm2).
Pth : Tekanan pada throath (Pa).
k : Ratio Panas Spesifik (Nilainya didapat pada Tabel APPENDIX II
Gases At Low Pressures dari temperatur hasil pembakaran).
R : Konstanta gas (287 J/(kgoK)).
T0 : Temperatur pada chamber (oC).
(Sumber : George, Sutton.P. Rocket Propulsion Elements : 59)
BAB III
METODE PENILITIAN
YA
Persiapan Uji Gaya Dorong
YA
Analisa Dan Pembahasan
Kesimpulan
Dan Saran
Selesai
5. PENAMBAHAN
6. PENGADUKAN AMMONIUM 4. PENGADUKAN
BINDER , AP & Al PERCHLORATE (AP) BINDER & Al
8. PENGADUKAN
7. PENAMBAHAN 9. PENCETAKAN
BINDER , AP , Al &
HARDENER (CASTING)
EPOXY B
(EPOXY B) PROPELLANT
Penjelasan :
1) Penyiapan alat dan bahan yang digunakan dalam
proses pembuatan propellant antara lain ammonium
perchlorate, alumunium powder, epoxy, alat pengaduk dan
lain - lain serta penimbangan bahan - bahan propellant
sesuai prosentase masing - masing komposisi.
2) Masukkan bahan Epoxy A (Resin) kedalam wadah
pengaduk, selanjutnya aduk bahan Epoxy A (Resin) hingga
merata.
3) Tambahkan Alumunium Powder kedalam adukan
Epoxy A (Resin).
4) Aduk campuran antara Epoxy A (Resin) dan
Alumunium Powder hingga rata dan benar-benar homogen.
5) Tambahkan Ammonium Perchlorate (AP) kedalam
campuran antara Epoxy A (Resin) dan Alumunium Powder.
6) Aduk campuran antara Epoxy A (Resin),
Ammonium Perchlorate (AP) dan Alumunium Powder
hingga rata dan benar-benar homogen.
7) Tambahkan Epoxy B (Hardener) kedalam campuran
Alumunium Powder, Epoxy A (Resin) dan Ammonium
Perchlorate (AP).
8) Aduk campuran antara Epoxy B (Hardener), Epoxy
A (Resin), Ammonium Perchlorate (AP) dan Alumunium
Powder hingga rata dan benar-benar homogen.
9) Setelah campuran komposisi benar-benar homogen,
maka langkah selanjutnya tuangkan adonan propellant
kedalam wadah/cetakan.
10) Setelah adonan dimasukkan kedalam
wadah/cetakan, maka selanjutnya keringkan adonan
propellant dengan cara menjemur atau dipanaskan dalam
oven hingga adonan propellant mengeras.
11) Propellant siap di uji.
b. Prosedur Pengujian dan Pengolahan Data. Pengujian yang
dilakukan antara lain uji cepat bakar dan uji gaya dorong. Adapun
langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut:
1) Prosedur Pengujian Cepat Pembakaran.
Prosedur/langkah-langkah pengujian cepat bakar dengan
menggunakan metode Strand Burning Test sebagai berikut :
a) Ukur tinggi, diameter dan massa propellant
yang akan diuji.
b) Siapkan propellant pada wadah/tempat alat
uji dengan posisi berdiri.
c) Siapkan kamera, stopwatch, dan alat tulis
untuk mencatat waktu hasil pengujian.
d) Bakar bagian ujung propellant
menggunakan igniter, ukur waktu awal pembakaran
hingga habisnya propellant menggunakan
stopwacth.
e) Catat hasil pengukuran yang dilaksanakan
kedalam tabel pengumpulan data.
2) Prosedur Pengujian Gaya Dorong.
Prosedur/langkah-langkah pengujian gaya dorong adalah
sebagai berikut :
a) Masukkan propellant yang disiapkan untuk
uji gaya dorong kedalam chamber selanjutnya
pasang nozzle pada chamber.
b) Chamber yang telah terpasang propellant
dan nozzle selanjutnya dipasang pada alat uji gaya
dorong serta siapkan kamera digital untuk merekam
besarnya perubahan gaya dorong.
c) Masukkan igniter yang telah terhubung
dengan kabel dimasukkan kedalam chamber melalui
lubang nozzle, cek kabel igniter menggunakan
ampere meter untuk mengetahui koneksi arus yang
melalui kabel.
d) Setelah pengecekan selesai, nyalakan
kamera dalam posisi record, selanjutnya cari posisi
aman untuk memulai pengujian.
e) Setelah semua instrumen pengujian siap dan
posisi benar-benar aman, hubungkan kabel igniter
dengan arus (baterai), hingga terjadi pembakaran
dalam chamber, amati proses pembakaran yang
terjadi.
f) Setelah pengujian selesai, selanjutnya
matikan kamera dan lepas chamber dari dudukan
alat uji untuk dibersihkan dan persiapan pengujian
gaya dorong selanjutnya.
3) Pengolahan Data. Hasil video rekaman uji gaya
dorong, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan software nerro 2016, untuk mengetahui
perubahan gaya dorong setiap perubahan waktu.
4.2. Pembahasan.
1. Dari tabel 4.1, diperoleh grafik perbandingan cepat bakar (burning
rate) propellant sebagai berikut :
0.21
0.18
0.15
0.12
0.09
0.06
0.03
0
HTPB A B C D E F G H I
Komposisi
Komposisi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.2. Saran.
Untuk kesempurnaan skripsi ini, dengan ini penulis menyarankan :
5.2.1. Penggunaan epoxy sebagai binder pada propellant dapat digunakan
untuk roket penelitian.
5.2.2. Perlu adanya aplikasi penambahan katalis pada propellant untuk
meningkatkan pembakaran pada cepat bakar dan gaya dorong.