Anda di halaman 1dari 28

APLIKASI TERMOKIMIA

DALAM PENGGUNAAN GAS LPG (LIQUIFIED


PETROLEUM GAS) PADA KOMPOR GAS
MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kimia Umum
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung.

Disusun :
Siti Hamidah Nardiatun (1132070071)
Pendidikan Fisika I/B

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


JURUSAN PMIPA
PENDIDIKAN FISIKA
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2013
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt.,


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
            Makalah ini dibuat dari hasil pembelajaran penulis terhadap materi
termokimia dan energetika kimia. Penulis tertarik pada materi pembelajaran
tentang termokimia yang ada dalam mata kuliah kimia umum semester. Oleh
karena itu, penulis menyusun makalah ini dengan judul “Aplikasi Termokimia
Dalam Penggunaan LPG (Liquified Petroleum Gas) pada Kompor Gas”.
            Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas
prasyarat UAS Mata Kuliah Kimia Umum.
            Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, baik berupa materi maupun dorongan dan bimbingan. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1)      Dra. Cucu Zenab Subarkah, M.Pd., selaku Dosen mata kuliah Kimia Umum.
2)      Sari, S.Pd., selaku Asisten Dosen mata kuliah Kimia Umum.
3)      Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan dukungan, baik berupa materi,
nasehat, maupun doa.
4)      Semua rekan-rekan yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Hal ini disebabkan oleh beberapa kondisi di antaranya, masih perlu pembelajaran
lebih mendalam tentang pengkajian sumber-sumber termokimia, keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, dengan keterbukaan hati
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
                                                                                          Bandung, Desember 2013

                                                                                          Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A.    Latar belakang ................................................................................................. 1
B.     Rumusan masalah ............................................................................................ 2
C.     Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2
D.    Manfaat Penulisan............................................................................................ 2
E.    Metode Penulisan.............................................................................................. 3
BAB II : APLIKASI TERMOKIMIA DALAM PENGGUNAAN LPG PADA
KOMPOR GAS ............................................................................................... 4
A.    Konsep Dasar Termokimia .............................................................................. 4
B.     Manfaat Termokimia ....................................................................................... 18
C.     Pengertian LPG................................................................................................ 18
D.    Bahan-bahan yang terkandung dalam LPG .................................................... 19
E.    Penerapan Termokimia dalam Pengguanaan LPG pada Kompor Gas .......... 21
BAB III : KESIMPULAN ............................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Termokimia dapat didefinisikan sebagai bagian ilmu kimia yang
mempelajari dinamika atau perubahan reaksi kimia dengan mengamati
panas/termalnya saja. Salah satu terapan ilmu ini dalam kehidupan sehari-hari
ialah reaksi kimia dalam tubuh kita dimana produksi dari energi-energi yang
dibutuhkan atau dikeluarkan untuk semua tugas yang kita lakukan. Pembakaran
dari bahan bakar seperti minyak dan batu bara dipakai untuk pembangkit listrik.
Bensin yang dibakar dalam mesin mobil akan menghasilkan kekuatan yang
menyebabkan mobil berjalan. Bila kita mempunyai kompor gas berarti kita
membakar gas metan (komponen utama dari gas alam) yang menghasilkan panas
untuk memasak. Dan melalui urutan reaksi yang disebut metabolisme, makanan
yang dimakan akan menghasilkan energi yang kita perlukan untuk tubuh agar
berfungsi. Hampir semua reaksi kimia selalu ada energi yang diambil atau
dikeluarkan.
Termokimia membahas hubungan antara kalor dengan reaksi kimia atau
proses-proses yang berhubungan dengan reaksi kimia. Dalam praktiknya
termokimia lebih banyak berhubungan dengan pengukuran kalor yang menyertai
kimia atau proses-proses yang berhubungan dengan perubahan struktur zat,
misalnya perubahan wujud atau perubahan struktur kristal. Untuk mempelajari
perubahan kalor dari suatu proses perlu kiranya dikaji beberapa hal yang
berhubungan dengan energi apa saja yang dimiliki oleh suatu zat, bagaimana
energi tersebut berubah, bagaimana mengukur perubahan energi tersebut, serta
bagaimana pula hubungannya dengan struktur zat.
Dengan kajian-kajian yang dilakukan mengenai pengaplikasian
termokimia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kesempatan ini, penulis mencoba
membuat makalah yang isinya membahas tentang “Aplikasi Termokimia Dalam
Pembakaran LPG (Liquid Petroleum Gas)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana Konsep dasar termokimia?
2. Jelaskan Manfaat Termokimia?
3. Jelaskan pengertian dari LPG?
4. Bahan-bahan apa saja yang terkandung dalam LPG?
5. Bagaimana penerapan termokimia dalam penggunaan LPG pada kompor gas?

C. Tujuan Penulisan
            Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis mempunyai beberapa tujuan
yang ingin dicapai. Adapun tujuannya sebagai berikut:
1) Dapat menjelaskan Konsep dasar termokimia.
2) Dapat menjelaskan Manfaat Termokimia.
3) Dapat menjelaskan pengertian LPG.
4) Dapat menjelaskan bahan-bahan yang terkandung dalam LPG.
5) Dapat menjelaskan penerapan termokimia dalam penggunaan LPG pada kompor
gas.

D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini memiliki manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Umum
            Makalah hasil pengkajian penulis ini dapat menunjang materi
pembelajaran dan dapat dijadikan bahan baku referensi pembelajaran.
2. Manfaat Khusus
            Penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta dapat
melatih penulis untuk memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan lebih telaten dalam
mencari dan mengumpulkan sumber dan informasi selama melakukan pengkajian.
3. Manfaat untuk masa yang akan datang
            Makalah hasil pengkajian sebelumnya dapat dijadikan bahan referensi
sumber untuk pembuatan makalah selanjutnya dan dapat memberi gambaran
dalam pengkajian yang akan dilakukannya.

E. Metode Penulisan
 Subjek Penulisan
            Subjek Penulisan adalah kajian tentang aplikasi termokimia dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya dalam penggunaan LPG pada kompor gas yang
pengambilan datanya diambil dari berbagai buku yang berisi tentang aplikasi
termokimia dalam kehidupan sehari-hari dan dari berbagai sumber lainnya.

 Prosedur Penulisan
Prosedur penulisan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menentukan sumber-sumber yang akan dijadikan referensi dalam pembuatan
makalah.
2) Mengidentifikasi aplikasi termokimia dalam kehidupan sehari-hari.
3) Menyusun semua informasi yang diperoleh untuk menjawab rumusan masalah
yang telah dibuat.
BAB II

APLIKASI TERMOKIMIA DALAM PENGGUNAAN LPG PADA


KOMPOR GAS

A. Konsep Dasar Termokimia

Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan
energi kimia. Sedangkan energi kimia didefinisikan sebagai energi yang
dikandung setiap unsur atau senyawa. Energi kimia yang terkandung dalam suatu
zat adalah semacam energi potensial zat tersebut. Energi potensial kimia yang
terkandung dalam suatu zat disebut panas dalam atau entalpi dan dinyatakan
dengan simbol H. Selisih antara entalpi reaktan dan entalpi hasil pada suatu reaksi
disebut perubahan entalpi reaksi. Perubahan entalpi reaksi diberi simbol ΔH.
Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor atau panas suatu zat
yang menyertai suatu reaksi atau proses kimia dan fisika disebut termokimia.
Secara operasional termokimia berkaitan dengan pengukuran dan pernafsiran
perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan, dan
pembentukan larutan.
Termokimia merupakan pengetahuan dasar yang perlu diberikan atau yang dapat
diperoleh dari reaksi-reaksi kimia, tetapi juga perlu sebagai pengetahuan dasar
untuk pengkajian teori ikatan kimia dan struktur kimia. Fokus bahasan dalam
termokimia adalah tentang jumlah kalor yang dapat dihasilkan oleh sejumlah
tertentu pereaksi serta cara pengukuran kalor reaksi. Termokimia merupakan
penerapan hukum pertama termodinamika terhadap peristiwa kimia yang
membahas tentang kalor yang menyertai reaksi kimia.
Termokimia membahas hubungan antara kalor sengan reaksi kimia atau proses-
proses yang berhubungan dengan reaksi kimia. Dalam praktiknya termokimia
lebih banyak berhubungan dengan pengukuran kalor yang menyertai kimia atau
proses-proses yang berhubungan dengan perubahan struktur zat, misalnya
perubahan wujud atau perubahan struktur kristal. Untuk mempelajari perubahan
kalor dari suatu proses perlu kiranya dikaji beberapa hal yang berhubungan
dengan energi apa saja yang dimiliki oleh suatu zat, bagaimana energi tersebut
berubah, bagaimana mengukur perubahan energi tersebut, serta bagaimana pula
hubungannya dengan struktur zat.

II.           Termodinamika I
Termodinamika kimia dapat didefenisikan sebagai cabang kimia yang menangani
hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi
kimia dan dalam perubahan keadaan. Termokimia erat kaitannya dengan
termodinamika, karena termokimia menangani pengukuran dan penafsiran
perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan
pembentukan larutan.
Termodinamika merupakan ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas
tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa
energi di dalam alam  dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas
dan kerja, yaitu energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang
elektromagnetik, energi akibat gaya magnit, dan lain-lain. Energi dapat berubah
dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara  alami maupun hasil rekayasa
tehnologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat
dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu
bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini
disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan energi
            Suatu sistem termodinamika adalah suatu masa atau daerah yang dipilih
untuk dijadikan obyek analisis.   Daerah sekitar sistem tersebut disebut sebagai
lingkungan. Batas antara sistem dengan lingkungannya disebut batas sistem
(boundary). Dalam aplikasinya batas sistem nerupakan bagian dari sistem maupun
lingkungannya, dan dapat tetap atau dapat berubah posisi atau bergerak. 
Penerapan hukum termodinamika pertama dalam bidang kimia merupakan bahan
kajian dari termokimia.” Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi
dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi alam semesta
adalah konstan.” Hukum termodinamika 1
Perubahan kalor pada tekanan konstan:
∆H = ∆E + P∆V
W= P∆V
∆E = energi dalam
Pada proses siklis (keadaan akhir identik dengan kedaan awal) U1 =U2 è U2 - U1
= 0 , karena U adalah fungsi keadaan dan dalam keadaan sama nilai U juga sama. 
Pada proses siklis dimungkinkan adanya panas yang keluar sistem.  Sehingga
panas netto yg masuk ke dalam sistem seluruhnya dipakai untuk melakukan usaha
Hukum pertama termodinamika dapat dirumuskan sebagai
∆U = Q – W
Dimana :
∆U       = perubahan tenaga dakhil sistem
Q         = panas yang masuk/keluar dari sistem
W        = Usaha yang dilakukan thp sistem
Tenaga dakhil adalah jumlah tenaga kinetik dan tenaga potensial molekul-
molekulnya (pada gas sempurna molekulnya tidak tarik-menarik).  Perumusan di
atas tidak meninjau kemungkinan sistem yg bergerak nisbi terhadap
lingkungan Mekanika ∆Ek = W (tenaga kinetik benda = usaha yg dilakukan
terhadap sistem) Termodinamika, W-nya (-) ∆Ek = -W
Pada suatu proses, tenaga kinetik maupun tenaga dakhil dapat berubah yang
disebabkan oleh arus panas ataupun usaha.  Sehingga hukum pertama dapat ditulis
:
∆U + ∆Ek = Q – Wt
Dimana :
Wt       = Usaha total (usaha sistem sendiri, juga gaya-gaya yg lain). 
Usaha tersebut karena gaya konservatif maupun nonkonservatif
Wt = Wk + Wnk
Dengan rumus hukum pertama termodinamika berubah.  Menurut mekanika besar
usaha oleh gaya konservatif, misalnya gaya gravitasi Wk = -∆Ep, pada
termodinamika menjadi Wk = ∆Ep
∆U + ∆Ek + ∆EP = Q – Wnk
           
III.        Kalor Reaksi
Perubahan energi dalam reaksi kimia selalu dapat dibuat sebagai panas, sebab itu
lebih tepat bila istilahnya disebut panas reaksi. Kebanyakan, reaksi kimia tidaklah
tertutup dari dunia luar. Bila temperatur dari campuran reaksi naik dan energi
potensial dari zat-zat kimia yang bersangkutan turun, maka disebut sebagai reaksi
eksoterm. Namun bila pada pada suatu reaksi temperatur dari campuran turun dan
energi potensial dari zat-zat yang ikut dalam reaksi naik, maka disebut sebagai
reaksi endoterm.
Ada beberapa macam jenis perubahan pada suatu sistem. Salah satunya adalah
sistim terbuka, yaitu ketika massa, panas, dan kerja, dapat berubah-ubah. Ada juga
sistim tertutup, dimana tidak ada perubahan massa, tetapi hanya panas dan kerja
saja. Sementara, perubahan adiabatis merupakan suatu keadaan dimana sistim
diisolasi dari lingkungan sehingga tidak ada panas yang dapat mengalir.
Kemudian, ada pula perubahan yang terjadi pada temperature tetap, yang
dinamakan perubahan isotermik.
Pada perubahan suhu, ditandai dengan ∆t (t menunjukkan temperatur), dihitung
dengan cara mengurangi temperatur akhir dengan temperatur mula-mula.
∆t = takhir – tmula-mula
Demikian juga, perubahan energi potensial;
∆(E.P) = (E.P)akhir – (E.P)mula-mula
Dari definisi ini didapat suatu kesepakatan dalam tanda aljabar untuk perubahan
eksoterm dan endoterm. Dalam perubahan eksotermik, energi potensial dari hasil
reaksi lebih rendah dari energi potensial pereaksi, berarti EP akhir lebih rendah
dari EP mula-mula. Sehingga harga ∆(E.P) mempunyai harga negatif. Pada reaksi
endoterm, terjadi kebalikannya sehingga harga ∆(E.P) adalah positif.
Pada suatu reaksi, reaksi pembentukannya didefinisikan sebagai reaksi yang
membentuk senyawa tunggal dari unsur-unsur penyusunnya (contoh: C + ½O2 +
2H2→ CH3OH). Sementara panas pembentukannya didasarkan pada 1 mol
senyawa terbentuk. Panas pembentukan standar yaitu 298.15 K (∆H°f298).

Dapat disimpulkan bahwa kalor reaksi (∆H) adalah kalor yang diserap
(diperlukan) atau dilepaskan (dihasilkan) dalam reaksi, disebut juga perubahan
entalpi.  Pada beberapa reaksi kimia jumlah kalor reaksi dapat diukur melalui
suatu percobaan di dalam laboratorium. Pengukuran kalor reaksi tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut kalorimeter.  Kalorimeter
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang diberikan atau
diambil dalam suatu proses tertentu. Sebuah termometer sederhana terdiri dari
bejana terisolasi, alat pengaduk, dan termometer.

IV.        Kerja
Istilah kerja merupakan konsep yang telah didefinisikan oleh ilmu utama
mekanika. Dalam termodinamika, kerja secara umum didefinisikan sebagai gaya
kali jarak. Jika perpindahan jarak akibat gaya F adalah sebesar ds
(ds=distance/jarak), maka kerja yang dilakukan.
DW= F ds
Simbol DW digunakan untuk jumlah kecil dari kerja dan merupakan fungsi yang
tidak pasti karena kerja yang dilakukan tergantung pada jalannya reaksi. Terdapat
berbagai jenis kerja yang didefinisikan dengan persamaan:
Kerja mekanik             DW     = F ds
Kerja ekspansi             DW     = p dv
Kerja gravitasi             DW     = mgdh
Kerja permukaan         DW     = γ da
Kerja listrik                DW     = e dq
Sejumlah kecil tidak terhingga dari kerja, dw, dapat dilakukan oleh sistem yang
bersangkutan pada lingkungannya, atau oleh lingkunganya pada sistem itu.
Rekomendasi I.U.P.A.C. 1970 adalah untuk mengambil dw positif dalam kasus
yang terakhir dan negatif dalam kasus sebelumnya, yakni kerja positif
dilakukan pada sistem. Asal perubahan yang terjadi itu lambat dan tanpa gesekan,
kerja biasanya dapat dinyatakan dalam bentuk
Dw  =  ydx,
Atau sebagai jumlah suku-suku seperti
Dw  =  ∑ yidxi
Yi dan xi masing-masing adalah gaya dalam bentuk umum dan perpindahannya.
Misalnya, kerja yang dilakukan pada benda dengan kenaikan yang kecil tidak
terhingga dari volumenya, dv, terhadap tekanan yang melawannya, p, adalah .
Denikian pula kerja yang dilakukan pada fase homogeny bila ia meningkatkan
luas permukaannya dengan da adalah +γ da, γ adalah tegangan permukaan
terhadap lingkungan khusus itu. Bila suatu sistem seperti sel galvani
mengakibatkan dq coulomb listrik mengalir ke dalam kondensor, yang antara
pelat-pelatnya terdapat tegangan E volt, kerja yang dilakukan pada sel galvani
adalah –edq joule. (Bersamaan dengan itu, atmosfer melakukan sejumlah kerja –
pdv pada sel, dv adalah perubahan volume sel selama proses kimia yang
bersangkutan). Pernyataan-pernyataan serupa dapat diperoleh bagi peregangan
kawat, kerja magnetisasi, dan sebagainya.
Tanda yang akan digunakan selanjutnya adalah:
A.         Kerja adalah positif jika sistem melakukan kerja terhadap sekeliling.
B.         Kerja adalah negatif jika kerja dilakukan terhadap sistem oleh sekeliling.
Dapat dicatat bahwa semua bentuk kerja dapat saling dipertukarkan
dengan menggunakan sarana mekanik sederhana seperti kerekan tanpa gesekan,
motor listrik, dan sebagainya. Bila istilah ‘kerja’ dipakai dengan benar, bentuk apa
pun kerja yang kita bahas selalu dapat diubah (karena saling dipertukarkan) untuk
mengangkat sebuah beban. Dalam kebanyakan sistem kimia, selain sel galvani,
kerja perubahan volume adalah satu-satunya bentuk kerja yang sebagian besar
dapat dirasakan. Tetapi, kemungkinan bahwa bentuk lain menjadi penting, harus
selalu diingat dalam pendekatan masalah baru. Dalam hal itu mungkin perlu untuk
memperkenalkan variable keadaan tambahan, misalnya luas permukaan dari
sistem atau kuat medan magnetik.
Dalam penggunaan pernyataan dw = ydx biasanya perlu dirincikan bahwa proses
yang bersangkutan adalah lambat, jika tidak, ada kekaburan tentang nilai gaya y.
Misalnya, bila suatu gas mengembang atau mengempis dengan tiba-tiba, tekanan
dalamnya tidak sama dengan gaya luar per satuan luas, dan memang tekanannya
berubah dari satu daerah gas ke daerah lainnya. Di sini terjadi percepatan, dan
kerja dilakukan dalam menciptakan energi kinetik. Kesulitan ini hilang bilang
perubahan-perubahannya berlaku lambat sekali dan bila gesekan tidak ada karena
gaya-gaya yang sebaliknya mendekati kesetaraan.
Dalam termokimia ada dua hal yang perlu diperhatikan yang menyangkut
perpindahan energi, yaitu sistem dan lingkungan. Segala sesuatu yang menjadi
pusat perhatian dalam mempelajari perubahan energi disebut sistem, sedangkan
hal-hal yang membatasi sistem dan dapat mempengaruhi sistem disebut
lingkungan.
Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan, sistem dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu :
1.        Sistem Terbuka
Sistem terbuka adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadi perpindahan
energi dan zat (materi) antara lingkungan dengan sistem. Pertukaran materi
artinya ada hasil reaksi yang dapat meninggalkan sistem (wadah reaksi), misalnya
gas, atau ada sesuatu dari lingkungan yang dapat memasuki sistem.
2.        Sistem Tertutup
Suatu sistem yang antara sistem dan lingkungan dapat terjadi perpindahan energi,
tetapi tidak dapat terjadi pertukaran materi disebut sistem tertutup.
3.        Sistem Terisolasi
Sistem terisolasi merupakan sistem yang tidak memungkinkan terjadinya
perpindahan energi dan materi antara sistem dengan lingkungan.
Energi adalah kapasitas untuk melakukan kerja (w) atau menghasilkan panas
(kalor=q). Pertukaran energi antara sistem dan lingkungan dapat berupa kalor (q)
atau bentuk energi lainnya yang secara kolektif kita sebut kerja (w). Energi yang
dipindahkan dalam bentuk kerja atau dalam bentuk kalor yang memengaruhi
jumlah total energi yang terdapat dalam sistem disebut energi dalam (internal
energy). Kerja adalah suatu bentuk pertukaran energi antara sistem dan
lingkungan di luar kalor. Salah satu bentuk kerja yang sering menyertai reaksi
kimia adalah kerja tekanan-volum, yaitu kerja yang berkaitan dengan
pertambahan atau pengurangan volum sistem.

V.           Entalpi
Entalpi (H) adalah jumlah total dari semua bentuk energi. Entalpi (H) suatu zat
ditentukan oleh jumlah energi dan semua bentuk energi yang dimiliki zat yang
jumlahnya tidak dapat diukur dan akan tetap konstan selama tidak ada energi yang
masuk atau keluar dari zat. Energi kinetik ditimbulkan karena atom – atom dan
molekul molekul dalam zat bergerak secara acak. Jumlah total dari semua bentuk
energi itu disebut entalpi (H) . Entalpi akan tetap konstan selama tidak ada energi
yang masuk atau keluar dari zat. Misalnya entalpi untuk air dapat ditulis H H20 (l)
dan untuk es ditulis H H2O (s).
Untuk menyatakan kalor reaksi pada tekanan tetap (qp ) digunakan besaran yang
disebut Entalpi ( H ).
H   = E + ( P.V )
DH = DE + ( P. DV )
DH = (q + w ) + ( P. DV )
DH = qp – ( P. DV ) + ( P. DV )
DH = qp
Untuk reaksi kimia :
DH = Hp – Hr
Hp = entalpi produk
Hr  = entalpi reaktan

Reaksi pada tekanan tetap      : qp  = DH ( perubahan entalpi )


Reaksi pada volume tetap       : qv  = DE ( perubahan energi dalam )
Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi selama proses penerimaan atau
pelepasan kalor dinyatakan dengan ” perubahan entalpi (ΔH) ” . Harga entalpi zat
sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi ΔH dapat ditentukan
dengan cara mengukur jumlah kalor yang diserap sistem. Misalnya pada
perubahan es menjadi air, yaitu 89 kalori/gram. Pada perubahan es menjadi air,
ΔH adalah positif, karena entalpi hasil perubahan, entalpi air lebih besar dari pada
entalpi es. Pada perubahan kimia selalu terjadi perubahan entalpi. Besarnya
perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih antara entalpi hasil reaksi dan
jumlah entalpi pereaksi.
Setiap sistem atau zat mempunyai energi yang tersimpan didalamnya. Energi
potensial berkaitan dengan wujud zat, volume, dan tekanan. Energi kinetik
ditimbulkan karena atom – atom dan molekul-molekul dalam zat bergerak secara
acak. Jumlah total dari semua bentuk energi itu disebut entalpi (H) . Entalpi akan
tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk atau keluar dari zat. . Misalnya
entalpi untuk air dapat ditulis H H20 (l) dan untuk es ditulis  H H20 (s).
Entalpi (H) suatu zat ditentukan oleh jumlah energi dan semua bentuk energi yang
dimiliki zat yang jumlahnya tidak dapat diukur. Perubahan kalor atau entalpi yang
terjadi selama proses penerimaan atau pelepasan kalor dinyatakan dengan ”
perubahan entalpi (ΔH) ” . Misalnya pada perubahan es menjadi air, maka dapat
ditulis sebagai berikut:
ΔH = H H2O (l) -H H2O (s)
Apabila kita amati reaksi pembakaran bensin di dalam mesin motor. Sebagian
energi kimia yang dikandung bensin, ketika bensin terbakar, diubah menjadi
energi panas dan energi mekanik untuk menggerakkan motor. Demikian juga pada
mekanisme kerja sel aki. Pada saat sel aki bekerja, energi kimia diubah menjadi
energi listrik, energi panas yang dipakai untuk membakar bensin dan reaksi
pembakaran bensin menghasilkan gas, menggerakkan piston sehingga
menggerakkan roda motor.
Harga entalpi zat sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi ΔH dapat
ditentukan dengan cara mengukur jumlah kalor yang diserap sistem. Misalnya
pada perubahan es menjadi air, yaitu 89 kalori/gram. Pada perubahan es menjadi
air, ΔH adalah positif, karena entalpi hasil perubahan, entalpi air lebih besar dari
pada entalpi es.
Termokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan
entalpi yang menyertai suatu reaksi. Pada perubahan kimia selalu terjadi
perubahan entalpi. Besarnya perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih
antara entalpi hasil reaksi dam jumlah entalpi pereaksi.
Pada reaksi endoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih besar, sehingga ΔH
positif. Sedangkan pada reaksi eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih
kecil, sehingga ΔH negatif. Perubahan entalpi pada suatu reaksi disebut kalor
reaksi. Kalor reaksi untuk reaksi-reaksi yang khas disebut dengan nama yang khas
pula, misalnya kalor pembentukan,kalor penguraian, kalor pembakaran, kalor
pelarutan dan sebagainya.
1.             Entalpi Pembentukan Standar (ΔH◦f)
Entalpi pembentukan standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang
diperlukan atau dibebaskan untuk proses pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-
unsurnya yang stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi pembentukan standar
diberi simbol (ΔH◦f), simbol f berasal dari kata formation yang berarti
pembentukan. Contoh unsur-unsur yang stabil pada keadaan standar, yaitu :
H2,O2,C,N2,Ag,Cl2,Br2,S,Na,Ca, dan Hg.
2.             Entalpi Penguraian Standar (ΔH◦d)
Entalpi penguraian standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang
diperlukan atau dibebaskan untuk proses penguraian 1 mol senyawa dari unsure-
unsurnya yang stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar
diberi simbol (ΔH◦d) simbol d berasal dari kata decomposition yang berarti
penguraian.
Menurut Hukum Laplace, jumlah kalor yang dibebaskan pada pembentukan
senyawa dari unsur-unsurnya sama dengan jumlah kalor yang diperlukan pada
penguraian senyawa tersebut menjadi unsur-unsurnya. Jadi, entalpi penguraian
merupakan kebalikan dari entalpi pembentukan senyawa yang sama. Dengan
demikian jumlah kalornya sama tetapi tandanya berlawanan karena reaksinya
berlawanan arah.
3.             Entalpi Pembakaran Standar (ΔH◦c)
Entalpi pembakaran standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang
diperlukan atau dibebaskan untuk proses pembakaran 1 mol senyawa dari unsur-
unsurnya yang stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar
diberi simbol (ΔH◦c) simbol d berasal dari kata combustion yang berarti
pembakaran.Pembakaran selalu membebaskan kalor sehingga nilai
entalpipembakaran selallu negatif (eksoterm)
4.             Entalpi Pelarutan Standar (ΔH◦s)
Entalpi pelarutan standar menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau
dibebaskan untuk melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar (STP). Entalpi
penguraian standar diberi simbol (ΔH◦s) simbol s berasal dari kata solvation yang
berarti pelarutan.
5.             Entalpi Netralisasi Standar
Adalah entalpi yang terjadi pada penetralan 1 mol asam oleh basa atau 1 mol basa
oleh asam pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan
standar, maka dinotasikan dengan dhn. Satuannya = kj / mol
6.             Entalpi Penguapan Standar
Adalah entalpi yang terjadi pada penguapan 1 mol zat dalam fase cair menjadi
fase gas pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan
standar, maka dinotasikan dengan dhvap. Satuannya = kj / mol.
7.             Entalpi Peleburan Standar
Adalah  entalpi yang terjadi pada pencairan / peleburan 1 mol zat dalam fase padat
menjadi zat dalam fase cair pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak
dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan dhfus. Satuannya = kj /
mol.
8.             Entalpi Sublimasi Standar
Adalah entalpi yang terjadi pada sublimasi 1 mol zat dalam fase padat menjadi zat
dalam fase gas pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada
keadaan standar, maka dinotasikan dengan dhsub. Satuannya = kj / mol.

VI.        Kalorimeter
Kalorimetri yaitu cara penentuan kalor reaksi dengan menggunakan
kalorimeter.Perubahan entalpi adalah perubahan kalor yang diukur pada tekanan
konstan, untuk menentukan perubahan entalpi dilakukan dengan cara yang sama
dengan penentuan perubahan kalor yang dilakukan pada tekanan
konstan. Perubahan kalor pada suatu reaksi dapat diukur melalui pengukuran
perubahan suhu yang terjadi pada reaksi tersebut. Pengukuran perubahan kalor
dapat dilakukan dengan alat yang disebutkalorimeter.            
Kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi ( tidak ada perpindahan materi maupun
energi dengan lingkungan di luar kalorimeter ). Kalorimeter terbagi menjadi dua,
yaitu kalorimeter bom dan kalorimeter sederhana. Jika dua buah zat atau lebih
dicampur menjadi satu maka zat yang suhunya tinggi akan melepaskan kalor
sedangkan zat yang suhunya rendah akan menerima kalor, sampai tercapai
kesetimbangan termal.
Menurut azas Black : Kalor yang dilepas = kalor yang diterima
Rumus yang digunakan adalah : Q = m c ∆ T
Dengan :
Q    = jumlah kalor ( J )
M   = massa zat ( g )
∆ T  = perubahan suhu ( oc atau K )
c    = kalor jenis ( J / g.oc ) atau ( J / g. K )
C   = kapasitas kalor ( J / oc ) atau ( J / K )
Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi =
kalor yang diserap / dibebaskan oleh larutan dan kalorimeter, tetapi tandanya
berbeda.
Beberapa jenis kalorimeter :
1.                  Kalorimeter bom
Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai
kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih)
suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar atau khusus digunakan untuk
menentukan kalor dari reaksi-reaksi pembakaran. Kalorimeter ini terdiri dari
sebuah bom (tempat berlangsungnya reaksi pembakaran, terbuat dari
bahan stainless steel  dan diisi dengan gas oksigen pada tekanan tinggi ) dan
sejumlah air yang dibatasi dengan wadah yang kedap panas. Sejumlah sampel
ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor
(kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrikdari kawat logam terpasang
dalam tabung. Reaksi pembakaran yang terjadi di dalam bom, akan menghasilkan
kalor dan diserap oleh air dan bom. Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke
lingkungan, maka :
Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus :
Qair  = m x c x ∆ T
Dengan :
M   = massa air dalam kalorimeter ( g )
c    = kalor jenis air dalam kalorimeter (J / g.oc ) atau ( J / g. K )
∆ T  = perubahan suhu ( oc atau K )
Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus :
Qbom   = Cbom x ∆ T
Dengan :
Cbom  = kapasitas kalor bom ( J / ºC ) atau ( J / K )
∆ T     = perubahan suhu ( ºC atau K )

Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom berlangsung pada volume


tetap (DV = nol ). Oleh karena itu, perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem =
perubahan energi dalamnya.
DE = q + w dimana  w  = - P. DV  ( jika DV = nol maka w  = nol )
Maka  DE  = qv
Kalorimeter makanan adalah alat untuk menentukan nilai kalor zat makanan
karbohidrat, protein, atau lemak. Alat ini terdiri dari sebuah tabung kaca yang
tingginya kurang lebih 19 cm dan garis menengahnya kurang lebih 7,5 cm. Bagian
dasarnya melengkung ke atas membentuk sebuah penyungkup. Penyungkup ini
disumbat dengan sebuah sumbat karet yang yang berlubang di bagian tengah.
Bagian atas tabung kaca ini ditutup dengan lempeng ebonit yang bundar. Di
dalam tabung kaca itu terdapat sebuah pengaduk, yang tangkainya menembus
tutup ebonit, juga terdapat sebuah pipa spiraldari tembaga. Ujung bawah pipa
spiral itu menembus lubang sumbat karet pada penyungkup dan ujung atasnya
menembus tutup ebonit bagian tengah. Pada tutup ebonit itu masih terdapat lagi
sebuah lubang, tempat untuk memasukkan sebuah termometer ke dalam tabung
kaca. Tabung kaca itu diletakkan di atas sebuah kepingasbes dan ditahan oleh 3
buah keping. Keping itu berbentuk bujur sangkar yang sisinya kurang lebih 9,5
cm. Di bawah keping asbes itu terdapat kabel listrik yang akan dihubungkan
dengan sumber listrik bila digunakan. Di atas keping asbes itu terdapat sebuah
cawan aluminium. Di atas cawan itu tergantung sebuah kawat nikelin yang
berhubungan dengan kabel listrik di bawah keping asbes. Kawat nikelin itulah
yang akan menyalakan makanan dalam cawan bila berpijar oleh arus listrik. Dekat
cawan terdapat pipa logam untuk mengalirkan oksigen.
2.      Kalorimeter Sederhana
Pengukuran kalor reaksi; selain kalor reaksi pembakaran dapat dilakukan dengan
menggunakan kalorimeter pada tekanan tetap yaitu dengan kalorimeter sederhana
yang dibuat dari gelas stirofoam. Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk
mengukur kalor reaksi yang reaksinya berlangsung dalam fase larutan ( misalnya
reaksi netralisasi asam – basa / netralisasi, pelarutan dan pengendapan ).
Pada kalorimeter ini, kalor reaksi = jumlah kalor yang diserap / dilepaskan larutan
sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan; diabaikan.
Qreaksi          = - (qlarutan  + qkalorimeter )
Qkalorimeter     = Ckalorimeter x ∆ T
Dengan :
Ckalorimeter  = kapasitas kalor kalorimeter ( J / ºC ) atau ( J / K )
∆ T   = perubahan suhu ( ºC atau K )
Jika harga kapasitas kalor kalorimeter sangat kecil; maka dapat diabaikan
sehingga perubahan kalor dapat dianggap hanya berakibat pada kenaikan suhu
larutan dalam kalorimeter.
Qreaksi    = - qlarutan  
Qlarutan   = m x c x ∆ T
Dengan :
M   = massa larutan dalam kalorimeter ( g )
C    = kalor jenis larutan dalam kalorimeter (J / g.ºC ) atau ( J / g. K )
∆ T  = perubahan suhu ( oc atau K )

Pada kalorimeter ini, reaksi berlangsung pada tekanan tetap (DP = nol ) sehingga


perubahan kalor yang terjadi dalam sistem = perubahan entalpinya.
DH = qp
Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur
jumlah kaloryang terlibat pada reaksi kimia dalam sistem larutan. Pada dasarnya,
kalor yang dibebaskan/diserap menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter.
Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas pereaksi kemudian dihitung kalor
reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini kalorimeter larutan dengan
ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh dipasaran.

Dalam menentukan entalpi berlaku persamaan


Qreaksi = - (Qlarutan + Q kalorimeter )
Q reaksi = - (m.c.∆T + c.∆T)
Jika kapasitas kalori dalam kalorimeter diabaikan, maka
Qreaksi = - (m.c.∆T)
Keterangan :
M = massa zat     (kg)                                         
C = kalor jenis   (J/kg⁰C)
∆t = perubahan suhu (Celcius)
           
Sementara itu, persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya
disebutpersamaan termokimia.
H2 (g)  + 1/2 O2 (g) ——> H2O (l)     ΔH = -286 kj
Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem
akan bertambah. Artinya entalpi produk (Hp) lebih besar daripada entalpi pereaksi
(Hr). Akibatnya, perubahan entalpi, merupakan selisih antara entalpi produk
dengan entalpi pereaksi (Hp -Hr) bertanda positif. Sehingga perubahan entalpi
untuk reaksi endoterm dapat dinyatakan:
ΔH = Hp- Hr > 0
Reaksi eksoterm , sistem membebaskan energi, sehingga entalpi sistem akan
berkurang, artinya entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi. Oleh
karena itu , perubahan entalpinya bertanda negatif. Sehingga p dapat dinyatakan
sebagai berikut:
ΔH = Hp- Hr < 0

B. Manfaat Termokimia
Manfaat positif dari termokimia, yaitu:
a) Dapat mempelajari suatu bentuk energi yang dibutuhkan oleh manusia
untuk bergerak dalam bentuk energi kinetik dan tambahan-tambahan dalam
melakukan proses fotosintesis yang membutuhkan eergi dari sinar matahari.
b) Dapat mempelajari suatu sistem atau bagian alam semasta yang menjadi
objek penelitian serta lingkungan atau bagian alam semesta yang berinteraksi
dengan satu sistem.

C. Pengertian LPG

Elpiji, merupakan  singkatan dari bahasa Inggris; LPG (liquified petroleum


gas, harafiah: “gas minyak bumi yang dicairkan”), adalah campuran dari berbagai
unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan
menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi
propana (C3H8) dan butana (C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan
lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12).
Dalam kondisi atmosfer, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji dalam
bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama.
Karena itu elpiji dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam
bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion)
dari cairan yang dikandungnya, tabung elpiji tidak diisi secara penuh, hanya
sekitar 80-85% dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas bila menguap dengan
gas dalam keadaan cair bervariasi tergantung komposisi, tekanan dan temperatur,
tetapi biasaya sekitar 250:1.

Tekanan di mana elpiji berbentuk cair, dinamakan tekanan uap-nya, juga


bervariasi tergantung komposisi dan temperatur; sebagai contoh, dibutuhkan
tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi butana murni pada 20 °C (68 °F) agar
mencair, dan sekitar 2.2 MPa (22 bar) bagi propana murni pada 55 °C (131 °F).
(sumber: www.wikipedia.com).

Menurut spesifikasinya, elpiji dibagi menjadi tiga jenis yaitu elpiji campuran,
elpiji propana dan elpiji butana. Spesifikasi masing-masing elpiji tercantum dalam
keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor: 25K/36/DDJM/1990.
Elpiji yang dipasarkan Pertamina adalah elpiji campuran.

Sifat elpiji terutama adalah sebagai berikut:

1. Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar.


2. Gas tidak beracun.
3. Tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat.
4. Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau
silinder.
5. Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat. Gas ini
lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati daerah yang rendah.

D. Bahan-bahan yang terkandung dalam LPG

Istilah LPG dan LNG adalah pengistilalan umum untuk gas yang dicairkan.
LPG adalah minyak tanah yang dicairkan sedangkan LNG adalah gas alam yang
dicairkan. Jika elpiji adalah gas cair dengan komponen utama adalah propana,
maka elenji adalah gas cair dengan komponen utama metana. Metana dan propana
adalah senyawa hidrokarbon rantai lurus yang tersusun untuk masing-masing satu
unsur karbon an tiga unsur karbon.Hidrokarbon sendiri adalah istilah untuk
menyebut senyawa tertentu yang terdiri atas unsur C (karbon) dan H (Hidrogen)
yang terutama terbentuk sebagai hasil siklus hidup dari fosol-fosil makhluk hidup
purba.

Perubahan wujud dari padat menjadi cair bisa dilakukan (secara umum dengan
dua hal. Yang pertama dengan mendinginkan gas melampaui di bawah titik
didihnya. Untuk elpiji umumnya titik didihnya pada tekanan atmosfir adalah -42
°C. Untuk elenji nya titik didihnya sekitar -162 °C. Untuk mendinginkannya
diperlukan energi yang biasanya diwujudkan oleh alat yang bernama refrigator.
Perubahan wujud juga dapat dilakukan dengan meningkatkan tekanan gas pada
temperatur kamar (25 °C) metana akan mulai mencair pada 6,64 bar atau 92,78
psia sementara propana mulai mencair pada 6,31 bar.

Gas Elpiji yang dipasarkan di Indonesia adalah gas campuran yang terdiri dari
Gas Propane dan Gas Butane yang perbandingan campurannya adalah Propana
30% dan butane 70%.

Sesuai Keputusan Dirjen Migas No. 25 K/36/DDJM/1990 tanggal 14 Mei 1990 ini
juga menyebutkan bahwa spesifikasi bahan bakar gas elpiji untuk keperluan
dalam negeri adalah spesifikasi LPG Propane (C3) dan spesifikasi LPG Butana
(C4) menggunakan standar ASTM (American Standard Testing Method).

Campuran atau paduan dari 2 jenis gas inilah yang dinamakan “ELPIJI” yang
sekarang tersebar luas di masyrakat untuk kepentingan dapur, industri dan
transportasi. Gas Elpiji termasuk yang dapat cair pada tekanan dan suhu rendah.
Namun jenis gas ini mempunyai sifat dan kelakuan yang sangat berbahaya karena
mudah terbakar dan mudah meledak, tidak beracun tapi jika terhirup lebih dari
1.000 ppm atau 0.1% (100% = 1.000.000 ppm) akan menyebabkan mengantuk,
mimpi kemudian meninggal.
E. Penerapan Termokimia dalam Penggunaan LPG pada Kompor Gas
Peristiwa termokimia sering kali kita jumpai saat kita akan melakukan reaksi
kimia dalam suatu tempat tertutup sehingga tak ada panas yang dapat keluar atau
masuk kedalam campuran reaksi tersebut. Atau reaksi dilakukan sedemikian rupa
sehingga energi total tetap sama. Juga misalkan energi potensial dari hasil reaksi
lebih rendah dari energi potensial pereaksi sehingga saat reaksi terjadi, ada
penurunan energi potensial. Tetapi energi ini tak dapat hilang begitu saja karena
energi total (kinetik dan potensial) harus tetap konstan sesuai dengan hukum
kekekalan energi. Sebab itu, bila energi potensialnya turun, maka energi
kinetiknya harus naik berarti energi potensial berubah menjadi energi kinetik.
Penambahan jumlah energi kinetik akan menyebabkan harga rata-rata energi
kinetik dari molekulmolekul naik, yang kita lihat sebagai kenaikan temperatur dari
campuran reaksi. Campuran reaksi menjadi panas. Salah satu contoh peristiwa
termokimia dapat ditunjukan saat kita menggunakan LPG pada kompor gas.
Peristiwa termokimia yang terjadi dalam penggunaan LPG pada kompor gas
adalah proses pembakaran bahan yang terkandung dalam LPG tersebut. Karena,
pada dasarnya LPG merupakan gas alam yang dicairkan dengan komponen
utamanya adalah Propana (C3H8) dan Butana (C4H10). LPG juga mengandung
hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, seperti Etana (C 2H6) dan Pentana
(C5H12). Perbandingan komposisi, propana (C3H8) : butana (C4H10) = 30:70 .
Salah satu sifat dari gas LPG yaitu cairan dan gasnya mudah terbakar, hal itu
merupakan faktor yang dapat mempercepat terjadinya reaksi pembakaran
hidrokarbon-hidrokarbon yang terkandung didalam LPG sehingga dapat
menimbulkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk keperlian memasak, merebus
dan lain-lain. Pembakaran Propana (C3H8) dan Butana (C4H10) akan menimbulkan
panas yang mengalir ke sekelilingnya. Setiap proses pembakaran merupakan
reaksi eksoterm, karena dalam reaksi pembakaran terjadi proses pelepasan energi
dari sistem ke lingkungan sehingga temperatur dari campuran reaksi akan naik
dan energi potensial dari zat-zat kimia yang bersangkutan akan turun.
Persamaan reaksi pembakaran bahan yang terkandung dalam LPG :
- Pembakaran sempurna senyawa Propana
C3H8(g) + 5O2(g) 3CO2(g) + 4H2O(g)
- Pembakaran sempurna senyawa Butana
2C4H10(g) + 13O2(g) 8CO2(g) + 10H2O(g)

Saat senyawa propana dan butana bereaksi dengan oksigen berlebih maka akan
menghasilkan senyawa karbon dioksida dan uap air, karena pada umumnya setiap
hasil reaksi pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon akan menghasilkan
senyawa karbon dioksida dan uap air. Reaksi tersebut akan menghasilkan panas
akibat terjadinya pelepasan energi dari sistem ke lingkungan sehingga temperatur
lingkungan akan naik dan perubahan entalpi reaksi berharga negatif karena entalpi
reaksi produk < entalpi reaksi reaktan (pereaksi).
BAB III
KESIMPULAN

- Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan
energi kimia. Sedangkan energi kimia didefinisikan sebagai energi yang
dikandung setiap unsur atau senyawa. Energi kimia yang terkandung dalam suatu
zat adalah semacam energi potensial zat tersebut. Energi potensial kimia yang
terkandung dalam suatu zat disebut panas dalam atau entalpi dan dinyatakan
dengan simbol H. Selisih antara entalpi reaktan dan entalpi hasil pada suatu reaksi
disebut perubahan entalpi reaksi. Perubahan entalpi reaksi diberi simbol ΔH.
- Manfaat positif dari termokimia, yaitu:
a) Dapat mempelajari suatu bentuk energi yang dibutuhkan oleh manusia
untuk bergerak dalam bentuk energi kinetik dan tambahan-tambahan dalam
melakukan proses fotosintesis yang membutuhkan eergi dari sinar matahari.
b) Dapat mempelajari suatu sistem atau bagian alam semasta yang menjadi
objek penelitian serta lingkungan atau bagian alam semesta yang berinteraksi
dengan satu sistem.

- Elpiji, merupakan  singkatan dari bahasa Inggris; LPG (liquified petroleum gas,
harafiah: “gas minyak bumi yang dicairkan”), adalah campuran dari berbagai
unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan
menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi
propana (C3H8) dan butana (C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan
lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12).

- Elpiji adalah gas cair dengan komponen utama adalah propana, maka elenji
adalah gas cair dengan komponen utama metana. Metana dan propana adalah
senyawa hidrokarbon rantai lurus yang tersusun untuk masing-masing satu unsur
karbon an tiga unsur karbon.Hidrokarbon sendiri adalah istilah untuk menyebut
senyawa tertentu yang terdiri atas unsur C (karbon) dan H (Hidrogen) yang
terutama terbentuk sebagai hasil siklus hidup dari fosol-fosil makhluk hidup
purba.
- Penerapan Termokimia dalam penggunaan LPG pada kompor gas:
Peristiwa termokimia yang terjadi dalam penggunaan LPG pada kompor gas
adalah proses pembakaran bahan yang terkandung dalam LPG tersebut. Karena,
pada dasarnya LPG merupakan gas alam yang dicairkan dengan komponen
utamanya adalah Propana (C3H8) dan Butana (C4H10). LPG juga mengandung
hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, seperti Etana (C2H6) dan Pentana
(C5H12). Perbandingan komposisi, propana (C3H8) : butana (C4H10) = 30:70 .
Pembakaran Propana (C3H8) dan Butana (C4H10) akan menimbulkan panas yang
mengalir ke sekelilingnya. Setiap proses pembakaran merupakan reaksi eksoterm,
karena dalam reaksi pembakaran terjadi proses pelepasan energi dari sistem ke
lingkungan sehingga temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi
potensial dari zat-zat kimia yang bersangkutan akan turun.
Persamaan reaksi pembakaran bahan yang terkandung dalam LPG :
- Pembakaran sempurna senyawa Propana
C3H8(g) + 5O2(g) 3CO2(g) + 4H2O(g)
- Pembakaran sempurna senyawa Butana
2C4H10(g) + 13O2(g) 8CO2(g) + 10H2O(g)

Saat senyawa propana dan butana bereaksi dengan oksigen berlebih maka akan
menghasilkan senyawa karbon dioksida dan uap air, karena pada umumnya setiap
hasil reaksi pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon akan menghasilkan
senyawa karbon dioksida dan uap air. Reaksi tersebut akan menghasilkan panas
akibat terjadinya pelepasan energi dari sistem ke lingkungan sehingga temperatur
lingkungan akan naik dan perubahan entalpi reaksi berharga negatif karena entalpi
reaksi produk < entalpi reaksi reaktan (pereaksi).
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. “Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti”. Edisi Ketiga-Jilid 2.


Jakarta: Erlangga
Keenan, Dkk. 1984. “Kimia Untuk Universitas”. Jakarta: Erlangga
Guru, Team. 2011. “ Modul Pembelajaran Kimia MA Untuk Kelas XI”.
Bandung: MA ALBIDAYAH
http://ariffadholi.blogspot.com/2010/10/termokimia.html
http://diannovitasari.wordpress.com/penerapan-termokimia/
http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/mekanisme-kerja-panas-pada-
kompres.html
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/definisi-termokimia-
dan-pengukuran-energi-dalam-reaksi-kimia/
file:///d:/semester%201/chems/mozila/onkei%20%20termokimia.htm
file:///D:/SEMESTER%201/CHEMS/MOZILA/Elpiji%20sebagai%20bahan
%20bakar%20alternatif%20_%20Catatan%20Mahasiswa%20GoBlog.htm

file:///D:/SEMESTER%201/CHEMS/MOZILA/Cari%20tahu%20tentang
%20LPG%20%20Disini,%20Informasi%20LPG%20untuk%20kamu!%20_
%20GasElpiji.com.htm

Anda mungkin juga menyukai