PENDAHULUAN
Guru adalah profesi yang mulia. Guru dituntut untuk mengajarkan cinta kasih,
karakter, dan pengetahuan yang baik kepada peserta didiknya. Saat ini guru dituntut
untuk mampu menjadi contoh dan memberi contoh untuk peserta didiknya lebih-
lebih guru pendidikan agama yang berkaitan erat dengan moral dan karakter peserta
didik. Hal ini sebenarnya sudah diamanatkan dalam petikan Canakya
Nitisastra IV.16 yang menyebutkan:
(Tinggalkanlah mereka yang mengabaikan dharma dan tidak memiliki belas kasih.
Janganlah berguru pada orang yang mengabaikan pengetahuan spiritual)
Menurut sloka tersebut, guru dituntut untuk memiliki pengetahuan spiritual dan
perilaku yang bermoral, serta dituntut untuk profesional. Oleh karena itu
pengembangan sumber daya manusia (SDM) pendidik, khususnya pengembangan
profesional guru, merupakan usaha yang multak diperlukan. Pengembangan SDM
pendidik ini diharapkan dapat mempersiapkan guru agar memiliki berbagai
wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan memberikan rasa percaya diri untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai petugas professional.
Pengembangan atau peningkatan kemampuan profesional harus bertolak pada
kebutuhan atau permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru, agar bermakna.
Undang‐undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 20 ayat (b) mengamanatkan bahwa dalam rangka melaksanakan tugas
keprofesionalannya, guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Pernyataan UU di atas pada
intinya mempersyaratkan guru untuk memiliki: (i) kualifikasi akademik minimum S1
atau D‐IV; (ii) kompetensi sebagai agen pembelajaran yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional; dan (iii) sertifikat pendidik. Undang‐undang ini
diharapkan memberikan suatu kesempatan yang tepat bagi guru untuk
meningkatkan profesionalismenya secara berkelanjutan melalui pelatihan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, dan kegiatan profesional lainnya. Kegiatan tersebut sangat
dimungkinkan dilaksanakan di Kelompok Kerja Guru (KKG), atau di Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP), mengingat wadah ini dijadikan sebagai tempat
melakukan pertemuan bagi guru kelas atau guru mata pelajaran sejenis.
Untuk mewujudkan peran MGMP dalam pengembangan profesionalisme guru,
maka organisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan masalah
yang mendesak untuk dapat direalisasikan. Berbagai upaya dan terobosan perlu
dilakukan untuk meningkatkan kinerja MGMP, antara lain melalui berbagai
kegiatan yang dirancang demi terwujudnya harapan dan cita-cita menjadikan guru
semakin profesional dan peningkatan mutu manajemen MGMP. Untuk
menyukseskan kegiatan MGMP perlu disusun program demi lebih terarahnya setiap
kegiatan yang dilaksanakan.
TUJUAN KEGIATAN
1 Program Rutin
2 Program Pengembangan
3 Program Partisipatif
b. Studi Banding