Anda di halaman 1dari 8

PENAMBAHAN FITUR DATA PERKEMBANGAN REKLAMASI

SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA PADA WEBSITE


KEMENTRIAN ESDM SEBAGAI TRANSPARANSI DAN OPTIMALISASI
PERBAIKAN LINGKUNGAN
Sub Tema : Lingkungan Pertambangan

L’MPER 2021

Disusun Oleh :
Muhammad Sa’duddin

IPB UNIVERSITY
BOGOR
2021
PENDAHULUAN
Pertambangan
Menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pascatambang. Peran sektor pertambangan dalam pembangunan sangat
penting karena menjadi salah satu sektor penyumbang pendapatan negara yang
besar.
Namun, sektor pertambangan juga memiliki banyak permasalahan. Salah satu
permasalahan yang cukup disorot adalah banyaknya pelaku kegiatan pertambangan
yang tidak melakukan pengelolaan pascatambang. Hal ini sangat bertolak belakang
dengan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 yang dengan jelas menyatakan
bahwa kegiatan pascatambang termasuk kedalam tahapan kegiatan pertambangan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017, volume galian yang
dihasilkan pertambangan adalah 245,7 juta m3. Hasil galian pertambangan tersebut
harus ditanggulangi ketika kegiatan pertambangan telah selesai. Jika tidak,
permasalahan-permasalahan lingkungan akan muncul seperti lahan tandus, erosi
tanah, kubangan air yang beracun, dan menurunnya kualitas air.

Reklamasi Pascatambang
Menurut Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 tahun 2014 pasal 1 ayat 1,
reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan
untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem
agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Selanjutnya pada
Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 tahun 2014 pasal 1 ayat 2, dijelaskan bahwa
pascatambang adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir
sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi
lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah
pertambangan.
Kegiatan reklamasi pascatambang merupakan suatu keharusan yang dilakukan
oleh pelaku kegiatan pertambangan setelah selesai melakukan kegiatan
pertambangan. Perencanaan reklamasi termasuk kedalam salah satu syarat untuk
memperoleh perizinan melakukan kegiatan pertambangan di suatu wilayah. Jika
memang kebijakannya seperti itu, seharusnya tidak ada permasalahan lingkungan
yang muncul akibat pertambangan.
Namun, kenyataannya terdapat banyak kasus tentang terabaikannya lahan
bekas pertambangan tanpa adanya reklamasi. Hal ini tentu menjadi tanda tanya
besar bagi masyarakat apakah kebijakan yang diterapkan pemerintah tidak efektif
atau memang tidak ada pemantauan lebih lanjut dari pemerintah kepada pelaku
kegiatan pertambangan setelah kegiatan pertambangan selesai. Selain itu, selama
ini tidak ada transparansi yang jelas terkait proses reklamasi lahan bekas
pertambangan.
Kementrian ESDM menyampaikan bahwa realisasi reklamasi pada tahun 2020
mencapai 9694 hektar dan melampaui target semula yang hanya 7000 hektar.
Namun, hal ini berkebalikan dengan data dari Jaringan Advokasi Tambang
(JATAM) yang menyatakan bahwa pada tahun 2020 terdapat 3092 lubang tambang
yang tidak direklamasi di Indonesia. Tentu ini menjadi kontradiksi karena data yang
disampaikan oleh masing-masing pihak berbeda. Oleh karena itu, diperlukan
transparansi pemerintah mengenai data perkembangan reklamasi sektor
pertambangan mineral dan batu bara.

ISI
Website Kementrian ESDM Sektor Pertambangan Mineral dan Batu Bara
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral memiliki website yang dapat
diakses melalui link https://www.esdm.go.id/. Terdapat beberapa fitur informasi
yang dapat diakses seperti regulasi, perizinan, dan lainnya. Secara lebih rinci
tampilan website Kementrian dan Sumber Daya Mineral dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar 1 Tampilan Website Kementrian ESDM
Terdapat salah satu fitur yang bermanfaat untuk mengetahui perkembangan
terkini dan dilengkapi dengan pemetaanya, yaitu fitur One Map. Dalam fitur One
Map terdapat beberapa kategori pemetaan yang disinkronkan dengan google maps.
Kategori-kategori tersebut dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2 Kategori-kategori pemetaan pada fitur One Map


Hal yang akan menjadi fokus pada esai ini adalah pemetaan pada pertambangan
mineral dan batu bara. Dalam peta pertambangan mineral dan batu bara terdapat
beberapa data yang bisa kita lihat seperti wilayah IUP Indonesia, terminal khusus,
potensi dan lainnya. Secara lebih rinci data yang dapat dilihat pada peta
pertambangan mineral dan batu bara terdapat pada gambar 3.
Gambar 3 Peta pertambangan mineral dan batu bara
Website Kementrian ESDM memiliki informasi yang bermanfaat. Namun,
menurut penulis masih terdapat data yang seharusnya ditampilkan pada website
Kementrian ESDM, yaitu data perkembangan reklamasi dari pertambangan mineral
dan batu bara.

Penambahan Fitur Data Perkembangan Reklamasi pada Website


Penambahan fitur data perkembangan reklamasi pada website Kementrian
ESDM terkhusus pada sektor pertambangan mineral dan batu bara merupakan salah
satu komponen yang sangat penting. Hal ini karena tidak adanya transparansi yang
jelas dari pemerintah terkait dengan proses reklamasi lahan bekas pertambangan.
Hal ini tentu akan menimbulkan polemik baru karena data yang diberikan
pemerintah tidak sinkron dengan fakta yang ada di lapangan.
Selain itu, tidak adanya transparansi data reklamasi membuat masyarakat tidak
mengetahui perkembangan terkini sehingga para pelaku kegiatan pertambangan
merasa tidak diawasi. Penulis menilai bahwa pemerintah masih kurang tegas dalam
menerapkan kebijakan reklamasi lahan bekas pertambangan. Lahan bekas
pertambangan yang tidak direklamasi akan sangat berbahaya bagi masyarakat
sekitar pertambangan. Tercatat dalam rentang waktu 2011 hingga 2016, terdapat 24
korban jiwa diakibatkan lubang tambang batu bara yang tidak direklamasi di daerah
Kalimantan Timur (Darmayanti et al. 2017). Hal ini semakin menunjukkan bahwa
pemerintah kurang tegas dalam menindak pelaku kegiatan pertambangan yang tidak
bertanggungjawab atas kegiatan pertambangan yang telah mereka laksanakan.
Jika Kementrian ESDM berkenan untuk menambahkan fitur data
perkembangan reklamasi pada website Kementrian ESDM, penulis memperkirakan
akan muncul solusi-solusi sebagai berikut:
1. Munculnya transparansi yang jelas dari pemerintah terkait data reklamasi lahan
bekas pertambangan di Indonesia;
2. Adanya sinkronisasi data yang dimiliki pemerintah dengan fakta di lapangan;
3. Masyarakat bersama pemerintah dapat mengawasi langsung proses reklamasi
yang dilakukan oleh pelaku kegiatan pertambangan sehingga perbaikan
lingkungan dapat lebih optimal;
4. Berkurangnya permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh pertambangan.

Penutup
Reklamasi lahan bekas pertambangan merupakan aspek yang sangat
penting agar tidak ada lagi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan
pertambangan. Penambahan fitur data perkembangan reklamasi pada website
Kementrian ESDM diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan lingkungan
yang muncul akibat kegiatan pertambangan. Adanya fitur data perkembangan
reklamasi dapat menjadi langkah awal antara masyarakat dan pemerintah bersinergi
dalam mengawasi proses reklamasi sehingga perbaikan lingkunan yang lebih
optimal dapat tercipta.
DAFTAR PUSTAKA
Anisatul U. 2021. Ribuan lubang tambang tak direklamasi? begini data esdm
[internet]. Jakarta (ID): CNBC Indonesia; [diunduh 2021 Agustus 6]. Tersedia
pada: https://www.cnbcindonesia.com/news/20210129141759-4-219673/
ribuan-lubang-tambang-tak-direklamasi-begini-data-esdm.
[BPS]. 2017. Statistik Pertambangan Bahan Galian Indonesia 2015 & 2017.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Darmayanti E, Gunawan IK, Alaydrus A. 2017. Studi tentang advokasi kasus
lubang tambang oleh jaringan advokasi tambang (jatam) kalimantan timur.
eJournal Ilmu Pemerintahan. 5(4):1347-1360.
[ESDM]. 2014. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 7
Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang pada Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Jakarta: ESDM.
[RI]. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara. Jakarta: RI.
Lampiran

Gambar 4 Foto Kartu Tanda Mahasiswa

Anda mungkin juga menyukai