Anda di halaman 1dari 79

BAHAN AJAR

SAKA WIRA KARTIKA 0907/CIKALONGWETAN


Tentang

WAWASAN KEBANGSAAN
BERDASARKAN EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA

1. Latar Belakang

Dalam ruang geografis ada berbagai suku bangsa, etnis, agama, budaya dan
berbagai keturunan bangsa asing, yang tinggal bersama dan melakukan kehidupan
sehari-hari dalam satu wadah Kesatuan Negara Indonesia atau Negara Kesatuan
Republik Indonesia disingkat NKRI. Wadah NKRI berdasarkan Pancasila, oleh karena
itu rasa kebangsaan warga negara Indonesia (WNI) berdasarkan nilai-nilai Pancasila,
yang disebut juga nasionalisme Pancasila.

Bila kita menengok pada lingkungan strategis atau lingkungan diluar negara,
hubungan antar bangsa senantiasa diwarnai oleh kompetisi dan kerjasama. Dalam
hubungan tersebut, setiap bangsa berupaya untuk mencapai dan mengamankan
kepentingan nasionalnya masing-masing dengan menggunakan semua instrumen
kekuatan nasional yang dimilikinya.

Dalam kaitan kepentingan nasional itulah, bangsa Indonesia tentu saja harus
senantiasa mengembangkan dan memiliki kesadaran akan pentingnya ruang (space
consciousness) dan kesadaran geografis (geographical awareness) dimana seseorang
hidup. Kita sebagai bangsa Indonesia memiliki ruang hidup sebuah Negara kesatuan
yang juga negara kepulauan. Hal ini secara logis harus disadari, karena Indonesia
berada pada posisi geografis yang strategis dan terbuka serta mengandung
keragaman potensi sumber kekayaan alam, yang merupakan peluang dan keuntungan
bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya. Namun di
sisi lain, posisi geografis yang menjadi perlintasan dan pertemuan kepentingan
berbagai negara ini, mengandung pula kerawanan dan kerentanan karena pengaruh

1
perkembangan lingkungan strategis yang dapat berkembang menjadi ancaman bagi
ketahanan bangsa dan pertahanan Negara.
Oleh sebab itu bangsa Indonesia harus memiliki wawasan atau cara pandang
tentang diri dan lingkungannya. Baik berupa Wawasan Kebangsaan yaitu cara
pandang tentang konsep-konsep mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang
dilandasi oleh jatidiri bangsa serta kesadaran terhadap sistem nasional dalam
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara, demi mencapai
visi Indonesia. Juga berupa Wawasan Nusantara atau cara pandang tentang konsep-
konsep kepulauan wilayah NKRI yang meliputi darat, laut, dan udara di atasnya
sebagai suatu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Wawasan Nusantara sebagai pandangan geopolitik, yang memandang wilayah
nusantara sebagai ruang hidup, yang harus dipertahankan dan dikelola sebagai
sumber kehidupan bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan dan cita-cita nasional,
agar kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan segenap bangsa
tetap terjaga keberlanjutannya di setiap era perkembangan jaman. Seperti yang
ditegaskan oleh Bung Karno betapa pentingnya geopolitik, sehingga tidak hanya
keutuhan bangsa yang penting, tetapi juga keutuhan tanah air.1

Rasa kebangsaan sebagai manifestasi dari rasa cinta tanah air, pada giliranya
membangkitkan kesadaran kita akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa, serta
pentingnya menjaga tanah air. Bagi Bung Karno, rasa kebangsaan bukan lagi cita –cita,
tetapi satu fakta objektif, mengalami penderitaan dan pengalaman yang sama, laksana
mempunyai jiwa yang sama, antara lain rasa kebangsaan2. Pengembangan rasa
kebangsaan dalam wawasan kebangsaan berlandaskan pada Empat Konsensus Dasar
Negara atau Empat Pilar Kebangsaan sebagai soko gurunya, yaitu: Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945), Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan inti
dari pembahasan Modul ini.

1
Buku Induk: Nilai-Nilai Kebangsaan Indonesia Yang bersumber dari Empat Konsensus Dasar Bangsa. (Lembaga Ketahanan
Nasional Republik Indonesia Tahun 2012), hal 2
2
Bung Karno. Kebangsaan Dalam Pancasila, Penyunting Floribetta Aning. Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno. Yogyakarta:
Media Presindo, hal 141

2
2. Pengertian Empat Konsensus Dasar Negara

Perjuangan bangsa Indonesia dalam rangka membentuk satu kesatuan sebagai


bangsa (nation) dan membentuk negara yang merdeka, penuh dengan dinamika dan
pasang surut. Dari berbagai peristiwa sangat penting perjalanan perjuangan tersebut,
diletakkan komitmen dan konsensus bangsa. Peristiwa sangat penting adalah
“Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, yang dilanjutkan dengan
pengesahan Undang-Undang Dasar NRI 1945”, merupakan “Konsensus Nasional
(seluruh WNI)”, bahwa pengaturan kehidupan berkebangsaan dan kehidupan
bernegara dalam Negara Indonesia yang dibentuk, disepakati:3

a. dilandasi oleh ideologi negara yang disebut Pancasila,


b. dilandasi oleh sebuah konstitusi negara yang disebut UUD NRI 1945,
c. konsepsi bentuk negaranya adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
d. bahwa masyarakatnya berada dalam satu ke-Indonesiaan yang terdiri dari
berbagai suku/ras/etnis, budaya, agama dan norma kehidupan yang
dicerminkan dalam Bhinneka Tunggal Ika.

Empat Konsensus Nasional tersebut menjadi panduan penting dalam


menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam perjalanan sejarah sampai
saat ini.4

Empat Konsensus Dasar Negara yang juga disebut Empat Pilar Kebangsaan
adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia merasa
nyaman, aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam gangguan
dan bencana. Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara
kokoh. Bila tiang rapuh maka bangunan akan mudah roboh. Maknanya 4 konsensus
dasar negara sebagai fondasi atau dasar yang menentukan kokohnya bangunan
kehidupan berbangsa dan bernegara, karena berisi nilai-nilai kebangsaan yang harus
dipahami oleh seluruh masyarakat.

3 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit, hal. 28


4 Ibid

3
Setiap pilar memiliki tingkat, fungsi dan konteks yang berbeda. Pada prinsipnya,
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, kedudukannya berada di atas tiga pilar
yang lain. Empat pilar tersebut merupakan prasyarat minimal bagi bangsa Indonesia
untuk berdiri kokoh dan meraih kemajuan berlandaskan karakter kepribadian bangsa
Indonesia sendiri.

3. Landasan Hukum

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan


Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014,5 diikuti dengan Peraturan MPR tahun 2014,6
dan didukung oleh Inpres Nomor 6 tahun 2005,7 menugaskan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia untuk memasyarakatkan Ketetapan
MPR, Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika, kepada masyarakat
di seluruh wilayah tanah air.

Inti dari Inpres Nomor 6 tahun 2005, adalah tentang dukungan dan bantuan bagi
kelancaran terlaksananya sosialisasi Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, sesuai
lingkup tugas kewenangannya.

4. Sejarah Pemikiran 4 Pilar Kebangsaan

Pemikiran Taufiq Kemas tentang 4 Pilar ini pertama kali diungkap saat pelun-
curan bukunya yang berjudul Empat Pilar untuk Satu Indonesia: Visi Kebangsaan dan
Pluralisme, di Jakarta pada 22 Februari 20128. Taufiq mengungkapkan keyakinannya
bahwa 4 Pilar, terutama Pancasila, merupakan rumusan cita-cita besar bangsa
Indonesia. "Pancasila adalah terjemahan dorongan hati manusia Indonesia ke dalam

5
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 jo Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014, Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, Pasal 5
huruf a dan b, Pasal 11 huruf c.
6
Peraturan MPR RI NOMOR 1 TAHUN 2014 Tentang Tata Tertib MPR RI Pasal 6 huruf a dan b, Pasal 13 huruf c.
7
INPRES NO.6 TAHUN 2005 Tentang Dukungan Kelancaran Pelaksanaan Sosialisasi Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Yang Dilakukan Oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
8
Liputan6. Pilar Kebangsaan Buah Pikiran Taufik Kiemas, diunduh dari https://www.liputan6.com/news/read/607766/4-
pilar- kebangsaan-buah-pikiran-taufiq-kiemas https, diakses Rabu, 18 Desember 2019.

4
dimensi sosial-politik. Dalam Pancasila, bangsa Indonesia melihat wajahnya
sebagaimana ia mencita-citakan,"

Pencetusan ide ini diterima secara aklamasi pada tahun 2009. Setelah terpilih
sebagai Ketua MPR, Taufiq secara marathon melakukan berbagai rapat dengan ketua
fraksi MPR untuk membuat sebuah program sosialisasi Undang-Undang Dasar 1945
dan juga Pancasila. Dari sinilah gagasan Empat Pilar kebangsaan berawal. Gagasan
ini dibuat untuk menunjukkan betapa pentingnya menjaga kesatuan dan persatuan
serta mengamalkan Pancasila.

Pada awal munculnya gagasan Empat Pilar Kebangsaan dihadapkan pada kritik
dan perdebatan yang cukup keras. Empat Pilar Kebangsaan yang berasal dari
Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika dianggap tidak pantas
disejajarkan. Alasannya karena Pancasila yang merupakan dasar negara memiliki nilai
lebih tinggi dibandingkan 3 pilar lainnya. Selain itu, perdebatan juga muncul dari
penetapan tanggal lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1945, kenapa bukan pada tanggal
18
Agustus 1945. Beberapa pihak berpendapat bahwa Pancasila lahir pada 18 Agustus
1945 setelah disahkan oleh PPKI menjadi dasar negara Indonesia.

Taufik Kemas mengemukakan argumentasinya sebagai berikut :

a. Alasan Pancasila lahir 1 Juni 1945, karena pada saat itu Bung Karno pertama
kalinya berpidato dan mengeluarkan gagasan mengenai 5 pokok dasar
negara dihadapan sidang BPUPKI. Sedangkan 18 Agustus kini diperingati
sebagai hari konstitusi karena pada hari itu PPKI mengesahkan Pancasila dan
UUD 1945 sebagai ideologi negara. Diplomasi Taufiq Kiemas membuat
semua perdebatan yang ada kini tidak pernah muncul. MPR RI secara
konsisten selalu memperingati 1 Juni 1945 sebagai hari lahirnya Pancasila,
dan 18 Agustus
1945 sebagai hari konstitusi.

b. UUD 1945 berisi rumusan aturan dasar sebagai salah satu penentu kema-
juan suatu bangsa dan Negara. Berdasarkan isi yang terkandung didalam-
nya, maka dapat dijadikan sebagai pedoman dasar berpikir untuk mengelola

5
berbagai potensi yang ada dalam diri setiap individu. Potensi diri lalu
dikembangkan menjadi kesadaran untuk menjaga dan melindungi bangsa
dan

6
negara serta wilayah yang didalamnya terdapat sumber daya manusia,
sumber daya alam, sarana-prasarana serta kekayaan alam lainnya.

c. Karakter yang unggul sangatlah perlu di tanamkan dalam diri para generasi
muda sebab karakter merupakan akar sekaligus cerminan dari budaya
sebuah bangsa. Pemuda harus memiliki karakter yang unggul dan juga harus
didampingi oleh Empat pilar kebangsaan, agar bangsa dan negara kita
menjadi lebih maju, dan masa depan bangsa yang lebih baik.

d. Mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup Bangsa


Indonesia. Dalam penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional pengamalan
Pancasila sebagai dasar Negara dan pandangan hidup bangsa penting untuk
dilaksanakan. Dengan dasar pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia maka seluruh elemen masyarakat dapat mentaati
peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara Indonesia.

Akhirnya pada tanggal 1 Juni di era Pemerintahan Joko Widodo ditetapkan


sebagai hari lahirnya Pancasila melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
24 Tahun
2016 Tentang Hari Lahir Pancasila, pada tanggal 1 Juni 2016.

7
Bagian II

PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR


NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1945

Telah dijelaskan pada bagian I bahwa Pancasila merupakan dasar negara dan
sebagai ideologi nasional, dan Undang-Undang Dasar NRI 1945 sebagai landasan
konstitusi negara. Untuk lebih memahami Pancasila dan UUD NRI 1945, maka pada
bagian ini kedua konsensus itu akan dibahas lebih mendalam.

1. Pancasila

a. Pengertian Pancasila secara Etimologis9

Secara Etimologis istilah “Pancasila” berasal dari sangsekerta dari india,


merupakan bahasa kasta Brahmana, sedangkan bahasa rakyat biasa adalah Prakerta.
Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa sangsekerta perkataan Pancasila memiliki
dua macam arti secara leksikal yaitu: Panca ”artinya lima” dan “syla” vokal “i” pendek
artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar” “syila” vokal “i” panjang artinya “peraturan
tingkah lakuyang baik, yang penting atau yang senonoh”. Kata kata tersebut kemudian
dalam bahasa Indonesia terutama dalam bahasa Jawa diartikan “susila” yang
memiliki hubungan dengan moralitas, oleh karena itu secara etimologis kata “Pancasila
“ yang dimaksudkan adalah istilah “panca syilia” dengan vokal “i” pendek yang memiliki
makna leksikal “ berbatu sendi lima” , atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima
unsur”. Adapun istilah “panca syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan
tingkah laku yang penting.

Perkataan Pancasila mula mula terdapat dalam kepustakaan Budha di India.


Ajaran Budha bersumber pada kitab suci Tri Pitaka yang terdiri atas tiga macam
buku
besar yaitu: Sutha Pitaka, Abhidama Pitaka dan Vinaya Pitaka. Dalam ajaran Budha

8
9
Cekkembali. Pengertian Pancasila Secara Etimologis , diunduh dari https://www.cekkembali.com/pengertian-pancasila-
secara-lengkap/3, diakses Desember 2019

9
terdapat ajaran moral untuk mencapai Nirwana dengan melalui Samadhi, dan setiap
golongan berbeda kewajiban moralnya. Ajaran ajaran moral tersebut adalah sebagai
berikut: Dasasyila, Saptasyila, Pancasyiila.

Ajaran Pancasila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau
five moral principles, yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut biasa
atau awam. Pancasila yang berisi lima larangan atau pantangan itu menurut isi
lengkapnya adalah sebagai berikut10:

1) Pāṇātipātā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi artinya Aku bertekad


melatih diri untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup.
2) Adinnādānā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi, artinya Aku bertekad melatih
diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan.
3) Kāmesu micchācārā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi, artinya Aku
bertekad melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila.
4) Musāvāda veramaṇī sikkhāpadaṁ samā diyāmi, artinya Aku bertekad untuk
melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar.
5) Surā-meraya-majja-pamādaṭṭhānā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādi-yāmi,
artinya aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minuman dan
makanan yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran dan kewaspadaan.

Dengan masuknya kebudayaan India ke indonesia melalui penyebaran agama


Hindhu dan Budha, maka ajaran “pancasila” Budhisme-pun masuk ke dalam
kepustakaan Jawa, terutama pada Jaman Majapahit. Perkataan “pancasila” dalam
khasanah kesusasteraan nenek moyang kita jaman keemasan keprabuan Majapahit
dibawah raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gadjah Mada, dapat ditemukan dalam
keropak (daun lontar) negara kertagama, yang berupa kakawin (sair pujian)
dalam pujangga istana bernama empu Prapanca yang selesai ditulis pada tahun 1365,
dimana dapat kita temui dalam sarga yang berbunyi sebagai berikut:

10
Saṅgha Theravada Indonesia. Paritta Suci: Kumpulan Paritta dan Penggunaannya Dalam Upacara-Upacara.Yayasan
Dhammadīpa Ārāma, 1996-hal 36 , diunduh dari https://samaggi-phala.or.id/download/paritta/Paritta_Suci.pdf

1
0
Yatnaggegwani pancasyiila kartasangkarbgisekata, yang artinya raja menjalankan
dengan dengan setia kelima pantangan (Pancasila), begitupula upacara – upacara
ibadat dan penobatan-penobatan.

Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam mulai tersebar ke seluruh Indonesia
maka sisa-sisa pangaruh ajaran moral Budha (Pancasila) masih juga dikenal dalam
masyarakat Jawa, yang disebut dengan “Lima larangan” atau “lima Pantangan”
moralitas yaitu dilarang: Mateni, artinya membunuh, Maling, artinya mencuri, Madon,
artinya berzina, Mabok, artinya minum minuman keras atau menghisap candu, Main,
artinya berjudi. Semua huruf dalam ajaran moral tersebut diawal dengan huruf “M” atau
dalam bahasa Jawa disebut “Ma lima” atau “M 5” yaitu lima larangan.

b. Tinjauan Pancasila Secara Historis11

Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia tidak terlepas


dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Pada tahun
1943 posisi Jepang semakin genting karena menghadapi gempuran tentara Sekutu. Di
samping itu, mereka juga menghadapi perlawanan di setiap daerah. Para pendahulu
bangsa Indonesia memanfaatkan situasi ini mendesak Jepang agar bersedia
memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Desakan tersebut ternyata
mendapatkan respon dari pemerintah Jepang. Pada tanggal 7 September 1944
Perdana Menteri Koyso menjanjikan kemerdekaan kelak di kemudian hari. Untuk
meyakinkan bangsa Indonesia terhadap janji tersebut dibentuklah BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha- Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Zyunbi
Tyoshakai pada 1
Maret 1945. Anggota BPUPKI ini terdiri dari 60 anggota berasal dari Indonesia, 4
anggota keturunan Cina, satu anggota keturunan Belanda dan satu anggota dari
keturunan Arab. Dalam salah satu sidang BPUPKI, tepatnya tanggal 1 Juni 1945, telah
diadakan pembicaraan mengenai dasar negara Indonesia.

11Ahmad Basarah diunduh dari:


https://nasional.kompas.com/read/2017/01/15/19274361/tinjauan.historis.dan.yuridis.pancasila?page=all. Akses Desember

9
2019

10
Berikut ini proses perumusan Pancasila dalam sidang BPUPKI, yang diawali
dengan pidato Mr. Muh. Yamin, berikutnya pidato Ir. Soekarno, hingga rumusan panitia
sembilan yang diketuai oleh Ir Soekarno (dikenal dengan Piagam Jakarta) :

Rumusan Pertama, Pidato Mr. Muhammad Yamin pada tanggal 29 Mei 1945,
yang menghasilkan 5 Asas Dasar Negara Indonesia Merdeka, yaitu :
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Rakyat.

Rumusan Kedua, Pada tanggal 1 Juni 1945, pidato Ir. Soekarno di Sidang
BPUPKI, menyampaikan alternatif rumusan 5 sila versi Bung Karno, yaitu:12
1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasional atau perikemanusiaan
3) Mufakat atau demokrasi
4) Kesejahteraan Sosial
5) Ketuhanan yang berkebudayaan.
Pidato Ir. Soekarno tentang Pancasila sebagai “dasar falsafah negara”, yang
dengan tegas mengusulkan filosofische grondslag untuk negara yang akan dibentuk,
diterima secara aklamasi oleh seluruh anggota BPUPKI, menjadi keputusan-
keputusan BPUPKI yang bersifat mengikat, tidak lagi sebatas pendapat pribadi
Soekarno. Bahkan pidato steno-grafisch verslag tersebut, oleh Panitia Kecil yang
dibentuk BPUPKI dijadikan sebagai “bahan baku untuk menghasilkan rumusan final
Pancasila”.

Rumusan Ketiga (Final), pada sidang tanggal 22 Juni 1945, yang disusun oleh
“Panitia Sembilan” menghasilkan rumusan Pancasila yang dikenal sebagai “Piagam
Jakarta”, yaitu :

1) Ketuhanan Yang Maha Esa


2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia

11
12 Tribun News. Hari Lahir Pancasila: Pidato Lengkap Bung Karno 1 Juni 1945 di Sidang BPUPKI, Soekarno sebut Sarinem
Samiun dan Marhaen, diunduh dari : https://wartakota.tribunnews.com/2019/06/01/pidato-lengkap-bung-karno-1-juni-
1945-di- sidang-bpupki-soekarno-sebut-sarinem-samiun-dan-marhaen?page=2

12
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Komposisi Panitia Sembilan terdiri dari empat orang kelompok Kebangsaan yakni
Mohammad Hatta, Alexander Andires Maramis, Mohammad Yamin, Achmad Soebardjo
dan empat orang kelompok Islam yakni K.H. Wachid Hasjim, H. Agus Salim, Abdoel
Kahar Moezakir, dan Abikoesno Tjokrosoejoso, serta Soekarno sebagai ketua Panitia
Sembilan.

Pembukaan UUD 1945 adalah rumusan sila-sila Pancasila, sementara


pengertian akan falsafah dasar yang terkandung dalam sila-sila Pancasila tersebut,
terletak pada isi pidato Soekarno tanggal 1 Juni 1945. Pandangan tersebut memiliki
pijakan teoritis sesuai dengan teori Stufenbautheorie Hans Kelsen yang menjelaskan
bahwa norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam susunan yang
hierarkis, di mana norma yang lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasar pada
norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya pada akhirnya ini berhenti pada
norma yang paling tinggi yang disebut norma dasar (grundnorm). Pancasila sebagai
grundnorm ditentukan oleh Pembentuk Negara untuk pertama kalinya sebagai
penjelmaan kehendak rakyat melalui Pembentuk Negara. Grundnorm bersifat tetap dan
tidak berubah-ubah.

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 inilah


yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia
yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Iinkai)
disingkat PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.

Pemerintahan Jokowi yang telah menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahirnya
Pancasila melalui Keppres nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahirnya Pancasila.13
Keppres tersebut menempatkan kembali sejarah proses kelahiran Pancasila
berdasarkan fakta sejarah tanpa bermaksud mengganti rumusan final sila-sila
Pancasila. Terbitnya Keppres tersebut juga berarti negara telah menyatakan
eksistensinya sekaligus memberikan kepastian bagi seluruh rakyat Indonesia bahwa
dokumen yang dapat dipelajari dan dipahami sebagai tafsir otentik sila-sila
Pancasila menurut
13
13
Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Hari Lahirnya Pancasila.

14
Pembentuk Negara terletak pada Pidato Soekarno 1 Juni 1945 dan Rumusan Final
Pancasila yang tertera di “Piagam Jakarta”.

c. Pancasila Sebagai Jati diri Bangsa


Pancasila sebagai Jati diri bangsa adalah identitas suatu bangsa yang berperan
sebagai pendorong terjadinya semangat kesinambungan hidup bangsa. Jati diri bangsa
dapat diidentifikasi melalui citra budaya dan peradaban bangsa. Budaya adalah suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi.14

Manusia pada hakekatnya memiliki kebudayaan secara alamiah yang sesuai


dengan keadaan tempat dimana dia dilahirkan. Manusia dan kebudayaan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain sehingga antara manusia dan budaya merupakan satu
kesatuan yang utuh. Begitu banyak manusia yang dilahirkan dengan telah memiliki
kebudayaan lahiriah-nya masing-masing.

Kebudayaan tidak lepas dari berbagai unsur yang membangunnya. Berbagai


unsur-unsur pembangun kebudayaan tersebut antara lain: Sistem religius, Sistem
organisasi kemasyarakatan, Sistem Pengetahuan, Sistem mata pencaharian hidup,
Sistem Ekonomi, Sistem teknologi, Sistem bahasa, dan Sistem kesenian.Unsur
kebudayaan dalam kelompok manusia atau masyarakat yang paling identik adalah
Sistem keseniannya. Hal yang paling menonjol melambangkan kebudayaan itu.
Indonesia merupakan negara dengan beragam kebudayaan terutama dalam kesenian
tradisionalnya. Setiap provinsi di seluruh Negara Indonesia memiliki kesenian
tradisional yang berbeda beda. Baik dari seni tari, seni kria, dan masih banyak lagi.
Setiap daerah nya memiliki khas masing-masing.15

Tidak ada kebudayaan yang statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika


dan gerak. Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup dalam
masyarakat yang menjadi wadah dari kebudayaan tadi. Dimana gerak manusia terjadi
oleh karena setiap individu mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia
lainnya.

14
Pengertian Budaya: Arti, Unsur-Unsur, Wujud, dan Faktor-Faktor Budaya, diunduh dari
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-budaya.html, diakses 21 April 2020
15
15 ibid

16
Faktor dalam yang mempengaruhi kebudayaan berasal dari masyarakat dan
kebudayaan itu sendiri. Setiap kebudayaan pasti mengalami kemajuan dan menelaah
setiap dasar kebudayaan yang mana yang merugikan dan mana yang menguntungkan
dan baik bagi perkembangan zaman dan teknologi seiring waktu.

Dengan demikian jati diri bangsa dapat dilihat dari cara hidupnya , baik dalam
kehidupan berpolitik, berideologi, berekonomi, bermasyarakat, serta bagaimaa dia
mempertahankan diri dari segala bentuk amcaman. Cara hidup bangsa Indonesia
harus dilandasi nilai nilai dalam Pacasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yangt adil dan beradab, Persatuan Indonesia serta kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan serta terwujudnya keadilan
sosial. Pancasila di gali dari nilai nilai yang ada di masyarkat Indonesia, dan oleh sebab
itu menggali nilai nilai kearifan lokal menjadi penting, karena bersumber dari
masyarakat Indonesia sendiri. Misalnya tarian Cakalele sebagai tarian perang yang
memberi semangat jiwa kepahlawanan, Karapan Sapi di Madura, di Bali namanya
Makepung suatu budaya lomba sapi, Debus dari banten merupakan seni bela diri,
Upacara Kasada bromo dilakukan oleh masyarakat Tengger yang bermukim di Gunung
Bromo Jawa Timur, mereka melakukan ritual ini untuk mengangkat seorang Tabib atau
dukun disetiap desa.

Menurut Sunaryo, Pancasila sebagai jati diri Bangsa Indonesia. Pancasila adalah
suatu filsafat yang merupakan fundamen pikiran, jiwa dan hasrat yang sedalam-
dalamnya yang diatasnya didirikan gedung Indonesia merdeka yang kekal dan abadi .
Dalam artian bahwa Pancasila-lah yang menjadi pondasi awal berdirinya bangsa yang
memiliki cita-cita dan tujuan hidup yang sejalan dengan nilai-nilai yang ada sejak
kemerdekaan bangsa Indonesia hingga hari ini. Oleh karena itu bangsa Indonesia
berkewajiban mempertahankan kemurnian Pancasila ditengah gencarnya arus
globalisasi.16

Tantangan bagi bangsa Indonesia untuk merevitalisasi nilai dasar bela negara
yang ketiga yaitu setia pada Pancasila sebagai ideology negara, ditengah
semakin

17
16
Rahmi Wati. Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa, diunduh dari
https://www.kompasiana.com/irahmi/570ee93f937a61f80407493a/pancasila-sebagai-jati-diri-bangsa, diakses 19 Desember
2019

18
meredupnya Pancasila sebagai jatidiri bangsa di kehidupan masyarakat Indonesia.
Nilai- nilai Pancasila seolah telah ditinggalkan masyarakat dalam menjalani kehidupan
sehari- hari. Sebagai contoh, rasanya masih hangat dalam perbincangan masyarakat
Indonesia tentang kasus pelecehan terhadap Pancasila yang dilaporkan, antara lain:
Zaskia Gotik yang melakukan penghinaan /pelecehan terhadap Pancasila, mengakui
bahwa dirinya tidak tahu mengenai lambang gambar masing-masing sila; Habib Rizieq
Shihab yang dilaporkan Sukmawati tanggal 15 Mei 201717, yang dinilai menghina
Pancasila, dengan ucapannya menyatakan “Pancasila Sukarno ketuhanan ada di
pantat, sedangkan Pancasila Piagam Jakarta Ketuhanan ada di kepala”18’.

d. Makna setiap Sila dan Nilai-Nilai Kebangsaan, yang terkandung dalam


Pancasila

Pancasila merupakan hasil pemikiran dan kristalisasi dari nilai-nilai kehidupan


dan cita-cita masyarakat Indonesia yang sumbernya tidak lain adalah dari kehidupan
bangsa Indonesia yang majemuk (plural) dengan berbagai ragam budaya, suku
bangsa, agama, serta bahasa (multicultural).19
Berikut ini makna setiap sila, serta nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam
Pancasila yang juga merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam nilai dasar bela
negara:20
1) Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Manusia sebagai makhluk yang
ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain diciptakan oleh pencipta-nya yaitu
Tuhan Yang Maha Esa. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib
melaksanakan semua perintah Tuhan dan menjauhi semua larangan-Nya
serta istiqomah.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalamnya adalah Nilai Religius,


merupakan nilai-nilai spiritual yang tinggi berdasarkan agama dan keyakinan
yang dipeluknya dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap pemeluk agama

17
Tribun News. Tanya Kasus Rizieg Shihab Sukmawati Datangi Polda Jabar , diunduh dari
https://www.tribunnews.com/regional/2017/05/15/tanya-kasus-rizieq-shihab-sukmawati-datangi-polda-jabar, diakses,
rabu 18 Desember 2019.
18
Detik News. Ini Kronologis Kasus Dugaan Penodaan Pancasila Oleh Habib Rizieg , diunduh dari
https://news.detik.com/berita/d-3409531/ini-kronologi-kasus-dugaan-penodaan-pancasila-oleh-habib-rizieq, diakses
Rabu, 18 Desember 2019
19
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit, hal. 33
20
Ibid, hal. 33 - 35

19
dan keyakinan lain yang tumbuh dan diakui di Indonesia. Hal ini sebagai
konsekuensi dari mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa.

2) Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Manusia ditempatkan


sesuai dengan harkatnya, berarti bahwa manusia mempunyai derajat yang
sama di hadapan hukum. Sejalan dengan sifat universal bahwa
kemanusiaan itu dimiliki oleh semua bangsa, maka hal itupun juga kita
terapkan dalam kehidupan berbangsa di Indonesia. Hal ini juga mencakup
bahwa hak kebebasan dan kemerdekaan akan selalu dijunjung tinggi.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalamnya adalah Nilai Kekeluargaan


merupakan nilai-nilai kebersamaan dan senasib sepenanggungan dengan
sesama warga negara Indonesia tanpa membedakan asal-usul, keyakinan
dan budaya. Hal ini adalah konsekuensi dari bangsa yang bersifat
majemuk

3) Makna Persatuan Indonesia. Persatuan hakekatnya adalah satu, yang


artinya bulat, tidak terpecah. Jika persatuan Indonesia dikaitkan dengan
pengertian modern sekarang ini, maka disebut “nasionalisme”. Oleh karena
rasa satu yang sedemikian kuatnya, maka akan timbul rasa cinta kepada
bangsa dan tanah air.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalamnya adalan Nilai Keselarasan


merupakan kemampuan beradaptasi dan kemauan untuk memahami dan
menerima budaya daerah atau kearifan lokal sebagai konsekuensi dari
bangsa yang bersifat plural/majemuk yaitu bangsa Indonesia.

4) Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan / Perwakilan. Perbedaan secara umum demokrasi di
Barat dan di Indonesia terletak pada unsur permusyawaratan.
Permusyawaratan diusahakan agar dapat menghasilkan keputusan-
keputusan yang diambil secara bulat. Kebijaksanaan ini merupakan suatu
prinsip bahwa yang diputuskan itu memang bermanfaat dan mewakili
kepentingan rakyat banyak.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalamnya adalah Nilai Kerakyatan


merupakan sifat keberfihakan kepada rakyat Indonesia di dalam merumus-
kan dan mengimplementasikan suatu kebijaksanaan pemerintah negara,
yang datang dari rakyat untuk rakyat sebagai perwujudan dari kedaulatan
rakyat.

20
5) Makna Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Keadilan
berarti adanya persamaan dan saling menghargai karya orang lain. Jadi

21
seseorang bertindak adil apabila dia memberikan sesuatu kepada orang lain
sesuai dengan haknya. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam
arti dinamis dan meningkat.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalammhya adalan Nilai Keadilan,


merupakan kemampuan untuk menegakkan dan berbuat adil bagi seluruh
rakyat tanpa terkecuali, serta mampu memeratakan kesejahteraan kepada
semua warga bangsa Indonesia.

2. Undang Undang Dasar 1945

a. Tinjauan UUD 1945 secara Historis

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan


landasan dasar hukum yang tertulis, dari segala macam peraturan yang
mengatur pemerintahan negara Republik Indonesia. Tidak hanya itu, UUD tahun 1945
juga sumber hukum tertinggi di Negara Indonesia yang berisi tentang Hak Asasi
Manusia (HAM) serta Hak dan Kewajiban warga negara Indonesia. Mengatur wilayah
negara Indonesia dan pembagian daerah, kependudukan, serta keuangan negara
Republik Indonesia. Jadi dapat disimpulkan bahwa UUD 1945 adalah hukum dasar
tertulis yang mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat,
dan juga mengikat setiap warga negara Indonesia dimanapun mereka berada, serta
mengikat setiap penduduk yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia.21

Undang-Undang Dasar atau konstitusi bagi suatu negara yang berdasar pada
hukum (supremacy by law) adalah sangat penting, karena merupakan fundamen atau
hukum dasar yang menjadi acuan bagi penyelenggaraan pemerintahan negara guna
mencapai cita-cita nasionalnya.22

Demikian halnya dengan negara Indonesia, meskipun dalam Penjelasan Umum


Undang-Undang Dasar RI 1945 angka I, menyatakan bahwa : “Undang-undang Dasar
suatu Negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar Negara itu. Undang-undang
Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya Undang-undang Dasar
itu

21
Pengertian, Fungsi dan Kedudukan UUD 1945, diunduh dari https://www.artonang.com/2015/10/pengertian-fungsi-dan-
kedudukan-uud-1945.html, diakses 22 April 2020
22
22 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit, hal. 35

23
berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara, meskipun tidak ditulis”23. Namun
ketika bangsa ini sedang mempersiapkan kemerde-kaannya para pendiri negara ( the
founding fathers) telah memikirkan landasan filosofi dan landasan hukum bagi negara
Indonesia yang akan dibentuk.

Undang-Undang Dasar 1945 yang disahkan oleh PPKI ini, yang dimuat dalam
Berita Republik Indonesia Tahun II Nomor 7 Tanggal 15 Februari 1946, dalam
perjalanannya mengalami pasang surut. Ketika dibentuk Negara Indonesia Serikat
berlakulah UUD RIS, maka UUD 1945 hanya berlaku untuk Negara Indonesia yang
beribukota di Yogyakarta. Saat negara RIS dibubarkan dan kembali kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia, maka UUD RIS dan UUD 1945 dinyatakan tidak berlaku
lagi dan diganti dengan UUDS tahun 1950. Melalui Dekrit 5 Juli 1959 diberlakukan
kembali UUD NRI 1945, dengan sistem pemerintahan berdasarkan demokrasi ter-
pimpin. Kemudian Orde Baru mengambil alih kekuasaan pada tahun 19654 dan ber-
keinginan untuk memurnikan kembali implementasi jiwa yang terkandung dalam UUD
1945, namun pelaksanaannya banyak terjadi penyimpangan. Selanjutnya kaum re-
formis berhasil melengserkan Presiden Soeharto pada tahun 1998, maka mulailah
dilakukan amandemen terhadap UUD NRI Tahun 1945 dalam empat tahap, sesuai
dengan cita- cita untuk melakukan penataan kembali terhadap sistem kenegaraan
Indonesia agar lebih baik, dan sesuai dengan tuntutan jaman dan tuntutan
demokratisasi di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.24

b. Amandemen UUD 194525


Undang-Undang Dasar 1945 telah mengalami beberapa kali perubahan, atau
sering disebut amandemen. Pada amandemen UUD 1945 tidak terdapat penggantian
dasar negara, baik itu Pancasila, bentuk negara kesatuan, maupun bentuk
pemerintahan
preseidensiil. Tetapi hanya menyempurnakan, memperjelas, memperbaiki
kesalahan,

23
Penjelasan Tentang Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, diunduh dari : https://ngada.org/uud01-1945pjl.htm
24
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 37-38
25
Andi Akbar Muzfa. Rangkuman Amandemen UUD 1945 Lengkap, dikutip dan disari dari:

24
https://seniorkampus.blogspot.com/2017/10/rangkuman-amandemen-uud-1945-lengkap.html

25
dan melakukan koreksi terhadap pasal-pasal yang ada, tanpa harus melakukan
perubahan terhadap hal-hal yang mendasar dalam UUD 1945 itu sendiri. Secara
umum, tujuan amandemen UUD 1945 adalah sebagai berikut :
1) Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan Negara
2) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan
rakyat
3) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan HAM
4) Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara secara demokratis dan
modern
5) Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan Negara
6) Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Alasan dilakukan amandemen :


1) Lemahnya checks and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan.
2) Executive heavy, kekuasaan terlalu dominan berada di tangan Presiden (hak
prerogative dan kekuasaan legislatif0
3) Peraturan terlalu fleksivel (vide: pasal 7 UUD 1945 sebelum amandemen)
4) Terbatasnya pengaturan jaminan akan HAM

Berikut urutan keempat tahapan amandemen UUD 1945 di Indonesia :

Amandemen I – disahkan pada bulan Oktober 1999


· Inti dari amandemen pertama adalah pergeseran kekuasaan Presiden yang
dipandang terlalu kuat (executive heavy)

Amandemen II – disahkan pada bulan Agustus 2000


· Inti dari amandemen kedua adalah Pemerintah Daerah, DPR dan Kewe-
nangannya, Hak Asasi Manusia, Lambang Negara & Lagu Kebangsaan

Amandemen III – disahkan pada bulan November 2001


· Inti dari amandemen ketiga adalah perubahan Bentuk dan Kedaulatan Negara,
Kewenangan MPR, Kepresidenan, Impeachment, Keuangan Negara, Kekuasaan
Kehakiman.

Amandemen IV- disahkan pada bulan Agustus 2002


· Inti dari amandemen keempat perubahan DPD sebagai bagian MPR, Penggan-
tian Presiden, pernyataan perang, perdamaian dan perjanjian, mata uang, bank
sentral, pendidikan dan kebudayaan, perekonomian nasional dan kesejahteraan
sosial, perubahan UUD.

26
c. Nilai Kebangsaan yang terkandung dalam UUD NRI 1945

Nilai kebangsaan yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar NRI 1945


berada pada rumusan “Pembukaan”, merupakan “jiwa” dari keseluruhan kaidah hukum
yang menata kehidupan bangsa dan negara RI, yang mengungkapkan: 26

1) Kesadaran hakiki bahwa manusia memiliki harkat dan martabat sebagai insan yang
merdeka, bebas dari segala bentuk penjajahan atau eksploitasi oleh siapapun dan
dari pihak manapun.

2) Pengakuan akan kebenaran perjuangan bangsa Indonesia di dalam mewujudkan


kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia.

3) Kesadaran rakyat sebagai manusia religius yang mengakui bahwa Tuhan Yang
Maha Kuasa adalah kekuatan terbesar (Maha Besar) yang oleh kehendak-Nya lah,
perjuangan kemerdekaan bangsa ini memperoleh hasil.

4) Kesadaran rakyat bahwa kemerdekaaan yang diperjuangkan dengan sepenuh


pengorbanan itu didasarkan pada satu keinginan yang luhur, bukan atas kepentingan
sesaat untuk sekedar memenuhi keinginan/ambisi politik golongan atau kelompok
tertentu.

5) Tujuan nasional dan tujuan bagi penyelenggaraan negara, merupakan misi negara
yang harus diemban oleh segenap perangkat penyelenggara negara dalam
menjalankan pemerintahan negara RI, yaitu : “melindungi segenap bangsa Indo-
nesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial …”.

Nilai kebangsaan yang terkandung dalam pemahaman pembukaan UUD NRI


1945,27 yang juga terkandung dalam nilai dasar bela negara yaitu :

26 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 39-40


27
Ibid, hal. 41

27
1) Nilai Demokratis, mengandung makna bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat,
setiap warga negara memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan pemerintahan.

2) Nilai Kesamaan Derajat, setiap warga negara Indonesia memiliki hak yang sama di
depan hukum.

3) Nilai Ketaatan Hukum, setiap warga negara Indonesia tanpa pandang bulu wajib
mentaati setiap hukumj dan peraturan yang berlaku

28
Bagian III

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DAN


BHINNEKA TUNGGAL IKA

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia

a. Bentuk Negara

Negara adalah sebagai perwujudan sifat kodrati Manusia individu-sosial.


Masing-masing negara di dunia memiliki bentuk negaranya sendiri. Bentuk negara yang
dimiliki Indonesia adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Para pendiri
bangsa memiliki banyak pertimbangan untuk menetapkan NKRI sebagai bentuk
negara Indonesia. Pertimbangan utamanya adalah karena strategi devide et impera
(pecah belah) yang dilakukan Belanda membuat mereka mampu menjajah Indonesia
selama
350 tahun. Pada masa itu Indonesia masih terpecah belah dalam bentuk kerajaan.
Pertimbangan para pendiri bangsa terbukti mampu membuat Indonesia lebih kokoh dan
tidak mudah terpecah belah. Setelah berbentuk negara kesatuan, taktik pecah belah
Belanda dapat dipatahkan dengan mudah.28

b. Tinjauan NKRI secara historis

Konsepsi kebangsaan dan konsepsi negara kesatuan, bagi bangsa Indonesia


telah dimulai oleh kaum muda ketika mereka menyatukan tekad dalam Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 192829 (menggunakan ejaan van Ophuysen)30, yaitu :

1) Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe,
tanah Indonesia.
2) Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe,
bangsa Indonesia.
3) Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean,
bahasa Indonesia.

28
Noto Nagoro Dalam Kaelan.2007. Pendidikan Kewarganegaraam Untuk Perguruan Tinggi. Jogyakarta: Parafdigma, hal
39
29
29
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 41
30
Wikipedia. Sumpah Pemuda, dikutip dan disari dari:
https://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Pemuda

30
Pada masa itu kaum muda bersumpah untuk mewujudkan suatu negara (nusa)
yang bernama Indonesia. Konsep satu nusa ini kemudian dikembangkan saat para
pendiri negara bermusyawarah dalam sidang-sidang BPUPKI untuk membahas bentuk
negara Indonesia yang sedang dipersiapkan. Berdasarkan musyawarah mufakat
disetujuilah bentuk negara yang akan dibangun adalah republik. Dari sinilah konsep
“negara kesatuan” dimulai. Konsep negara kesatuan (NKRI) yang tertuang dalam
rancangan Undang-Undang Dasar NRI 1945 hasil BPUPKI, selanjutnya disahkan
menjadi bentuk negara yang disepakai secara nasional oleh PPKI.31

UUD 1945 dalam Pasal 1 ayat 1 berbunyi "Negara Indonesia adalah Negara
Kesatuan Yang Berbentuk Republik". Artinya hanya ada satu Negara dan satu
Pemerintahan pusat yang memiliki kekuasaan tertinggi didalam suatu pemerintahan
yang disebut dengan bentuk pemerintahan republik. Menurut Undang-Undang Dasar
1945, kedaulatan berada di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD. Sistem
pemerintahannya yaitu negara berdasarkan hukum (rechsstaat). Dengan kata lain,
penyelenggara pemerintahan tidak berdasarkan pada kekuasaan lain (machsstaat).
Dengan berlandaskan pada hukum ini, maka Indonesia bukan negara yang bersifat
absolutism (kekuasaan yang tidak terbatas), artinya kekuasaan dibatasi oleh hukum.32

Konsep bentuk negara NKRI yang dituangkan dalam UUD NRI 1945, dalam
perjalanannya pernah dihapus dari sistem pemerintahan negara Indonesia, yaitu saat
dibentuknya Negara Republik Indonesia Serikat sebagai hasil Konferensi Meja Bundar
di Den Haag Belanda, yang kemudian dikukuhkan dalam UUD Republik Indonesia
Serikat (RIS). Namun demikian konsep negara federal ini tidak bertahan lama, karena
secara terus-menerus berbagai negara bagian, yang dimulai dari negara bagian Jawa
Timur dan dilanjutkan oleh Negara Pasundan mulai menyerahkan kewenangan
pemerintahannya kepada pemerintah pusat. Puncak dari penyerahan kewenangan
negara bagian dari RIS adalah disetujuinya “mosi integral” Parlemen RIS yang berisi
desakan agar Indonesia segera kembali dalam bentuk Negara Kesatuan yang
dipelopori oleh M. Natsir pada tanggal 13 April 1950. Perwujudan penyerahan
kewenangan yaitu ditandatangani-nya

_
31 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op,cit, hal. 41
32
DR. MR. JCT Simorangkir. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas, diunduh dari https://Soeharto.Co/Kekuasaan-
31
Kepala-Negara-Tidak-Tak-Terbatas/, diakses 22 April 2020

32
“Piagam Persetujuan antara RIS dan RI untuk kembali kepada NKRI.” Piagam itu
ditanda- tangani oleh Moh. Hatta sebagai wakil RIS dan Perdana Menteri Abdul Halim
sebagai wakil RI. Bentuk NKRI ini tetap menjadi konsensus nasional dan tidak akan
dilakukan perubahan, yang juga ditegaskan dalam UUD NRI 1945 hasil amandemen
pasal 25A.33

Semenjak lahirnya reformasi pada akhir tahun 1997, telah terjadi perubahan
pada sistem pemerintahan Indonesia bangsa dan negara Indonesia, yaitu dari
pemerintahan yang sentralistik menjadi desentralisasi atau otonomi daerah. Ditetap-
kannya UU No. 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah,34 serta UU
No.
28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bebas KKN,35
merupakan tonggak awal dari diberlakukannya sistem otonomi daerah di Indonesia.
Inti dari tujuan reformasi adalah untuk membentuk negara berdasarkan hukum
(rechtstaat ) dan mengakhiri negara yang berdasarkan kekuasaan lain
(machtsstaat) dengan menggulirkan Pemilu tahun 1999 dengan format multipartai dan
mengamandemenkan UUD NRI 1945 yang dinilai mengandung unsur machtsstaat
di dalamnya. Jabatan Presiden di dalam pasal 7 UUD Negara Republik Indonesia
setelah amandemen maksimal dua periode.36

c. Tujuan dan Kedudukan NKRI

Tujuan negara merupakan ide yang bersifat abstrak-ideal berisi harapan yang
dicita-citakan. Tujuan utama berdirinya negara pada hakikatnya menciptakan
kebahagian rakyatnya (bonum publicum/common-wealth), yang mencakup37:

1) Menciptakan Keamanan eksternal, artinya negara bertugas melindungi


warga negaranya terhadap ancaman dari luar.
2) Menciptakan ketertiban internal (maintenance of internal order), artinya
dalam masyarakat yang tertib terdapat pembagian kerja dan tanggung
jawab

33
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal 42
34
Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah,
33
35
Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bebas
KKN,
36
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali
dalam
jabatan yang sama , hanya untuk satu kali masa jabatan.
37
Samhis Setiawan. Pengertian dan Fungsi Negara, diunduh dari https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-
negara/, diakses 23 April 2020

34
pelaksanaan peraturan-peraturan pada segenap fungsionaris negara,
terdapat pula badan-badan, prosedur dan usaha-usaha yang dimengerti oleh
segenap warga negara dan dilaksanakan untuk memajukan kebahagian
bersama.
3) Fungsi keadilan (justice), terwujudnya suatu sistem di mana terdapat saling
pengertian dan prosedur-prosedur yang diberikan kepada setiap orang apa
yang telah disetujui dan telah dianggap patut.
4) Kesejahteraan (welfare), kesejahteraan meliputi keamanan, ketertiban,
keadilan dan kebebasan.
5) Kebebasan (freedom), adalah kesempatan mengembangkan dengan bebas
hasrat -hasrat individu akan ekspresi ke-pribadiannya yang harus disesuai-
kan gagasan kemakmuran umum. Bagaimana dengan tujuan negara
Indonesia? Tujuan Negara Indonesia se-perti tertuang dalam Alinea IV
Pembu-kaan UUD 1945, yaitu:
a) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia b) Memajukan kesejahteraan umum,
c) Mencerdaskan kehidupan bangsa,
d) Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.

NKRI, merupakan tempat yang menaungi seluruh aktivitas masyarakat dan


pemerintahan Indonesia, termasuk di dalamnya tentang pengaturan dan aktivitas
pembangunan, ekonomi, transportasi, perdagangan, politik, dan lain sebagainya,
haruslah merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak terpisah-pisah secara politik dan
hankam, walaupun kenyataannya secara geografik-kultural bumi Indonesia adalah
sebuah kepulauan dengan penduduk yang majemuk atau multikultural.

Kekuasaan tertinggi dalam NKRI berada di tangan rakyat. Sebagai negara yang
merdeka dan berdaulat, konsep negara kesatuan dan negara kepulauan akan
menentukan batas-batas wilayah negaranya, serta menentukan sistem pengamanan
yang tepat diterapkan untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI, dan menentukan
sistem politik serta penyelenggaraan pemilihan umum baik untuk perwakilan
maupun

35
pimpinan daerah, dalam semangat bela negara bersama-sama menjaga NKRI
dari berbagai ancaman.

d. Nilai Kebangsaan yang terkandung dalam NKRI

Rasa kebangsaan adalah dorongan emosional yang lahir dalam perasaan setiap
warga negara, baik secara perorangan maupun kelompok, tanpa memandang suku,
ras, agama, maupun keturunan. Rasa itulah yang menumbuhkan Internalisasi suatu
masyarakat yang didambakan (imagined society) dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang bernama bangsa Indonesia.38 Rasa kebangsaan merupakan
refleksi dari rasa memiliki (sense of belonging), merupakan sublimasi dari Sumpah
Pemuda yang menyatukan tekad menjadi bangsa yang kuat, dihormati dan disegani
diantara bangsa-bangsa di dunia. Kita tidak akan pernah menjadi bangsa yang kuat
atau besar, manakala kita secara individu maupun kolektif tidak merasa memiliki
bangsanya. Rasa kebangsaan adalah suatu perasaan rakyat, masyarakat, dan bangsa
terhadap kondisi bangsa Indonesia, dalam perjalanan hidupnya menuju cita-cita
bangsa, yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD NRI
1945.39 Menguatnya rasa kebangsaan secara individual dan kelompok menjadi energy
dan pengendapan nilai-nilai kebangsaan, yang kemudian melahirkan faham dan
semangat kebangsaan. Nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang juga terkandung di dalam nilai dasar bela negara,
adalah sebagai berikut: 40

1) Nilai Kesatuan Wilayah, merupakan konsekuensi dari negara kepulauan, perairan


merupakan pemersatu pulau-pulau, bukan pemisah.
2) Nilai Persatuan Bangsa, merupakan konsekuensi dari bangsa yang bersifat plural,
banyak suku, agama dan budaya;
3) Nilai Kemandirian, membangun bangsa dilaksanakan oleh kekuatan sendiri,
bantuan dari luar sifatnya memperkuat untuk mengatasi kekurangan secara nasional.

38
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal 44
39
Bahan Ajar: Wawasan Kebangsaan. (Ditjen. Pothan, Kementerian Pertahanan, 2018), hal.42
40
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal 46

36
Faham kebangsaan merupakan pemahaman tentang keberadaan jati diri
seseorang atau sekelompok orang sebagai satu bangsa, juga dalam memandang
dirinya dan bertingkah lalu sesuai falsafah hidup bangsanya dalam lingkup internal dan
lingkup eksternalnya. Pemahaman ini mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar
menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Pemahaman ini mendorong setiap
warga negara sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa. Faham
kebangsaan ini dilandasi oleh Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa
yang mengandung nilai-nilai dasar yang dijadikan pedoman dalam bersikap dan
bertingkah laku yang pada akhirnya bermuara pada terbentuknya karakter bangsa.41
Sedangkan semangat adalah perpaduan atau sinergi dari rasa kebangsaan dan paham
kebangsaan. Kondisi semangat kebangsaan atau nasionalisme suatu bangsa akan
terpancar dari kualitas dan ketangguhan bangsa tersebut dalam menghadapi berbagai
ancaman.42

2. Bhinneka Tunggal Ika

a. Pengertian

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa Indonesia yang tertulis


pada lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Bangsa Indonesia
menyadari bahwa keragaman, baik suku bangsa, agama, ras, antargolongan, bukan
merupakan unsur pemecah. Melainkan faktor potensi atau modal terbentuknya
persatuan dan kesatuan Indonesia. Bangsa Indonesia menyadari bahwa semboyan
Bhinneka Tunggal Ika mendorong lahirnya persatuan dan kesatuan Indonesia yang
semakin kokoh. Karena pengalaman sejarah bahwa, semangat kedaerahan hanya
akan memecah belah bangsa Indonesia sehingga mudah dikuasai oleh bangsa lain.
Bangsa Indonesia menyadari bahwa di tengah arus globalisasi yang sangat cepat dan
terjadinya percampuran budaya diperlukan penyaringan. Agar persatuan dan kesatuan
bangsa tetap utuh dan semangat berbeda tetapi tetap satu atau Bhinneka Tunggal Ika.

41
42 Ibid
Ibid

26
Bangsa Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa Bhinneka Tunggal Ika
merupakan salah satu pilar, selain UUD RI 1945 dan NKRI, demi kokohnya kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia. Implementasi terhadap Bhinneka Tunggal Ika
bisa tercapai bila rakyat dan seluruh komponen bangsa mematuhi prinsip yang
terkandung di dalamnya. Beberapa contoh implementasi Bhinneka Tunggal Ika
meliputi: Perilaku inklusif mengakomodasi sifat pluralistic, tidak mencari menang
sendiri, melakukan musyawarah untuk mufakat yang dilandasi rasa kasih sayang dan
rela berkorban. Perilaku inklusif artinya seseorang harus menganggap bahwa dirinya
sedang berada di dalam suatu populasi yang luas. Sehingga tidak melihat dirinya
melebihi dari yang lain, begitu juga dengan kelompok. Kepentingan bersama lebih
diutamakan daripada sebuah keuntungan pribadi atau kelompoknya. Kepentingan
bersama bisa membuat segala komponen merasa puas dan senang. Masing-masing
kelompok mempunyai peranan masing-masing di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Tapi bila kondisi plural tidak dimanfaatkan dengan baik, maka sangat
mungkin akan berpotensi terjadinya disintegrasi bangsa.43

Jumlah agama, ras, suku bangsa, bahasa, adat dan budaya yang ada di
Indonesia sangat banyak dan beragam. Sikap saling toleran, saling menghormati,
saling mencintai, dan saling menyayangi menjadi hal mutlak yang dibutuhkan oleh
segenap rakyat Indonesia. Supaya tercipta masyarakat yang tenteram dan damai.
Tidak mencari menang sendiri. Perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah terjadi
pada zaman sekarang. Apalagi dengan diberlakukannya sistem demokrasi yang
menuntut segenap rakyat bebas mengungkapkan pendapat masing-masing. Oleh
sebab itu, untuk mencapai prinsip ke-Bhinnekaan maka setiap warga negara harus
saling menghormati antara satu pendapat dengan pendapat yang lain. Perbedaan ini
tidak untuk dibesar- besarkan tetapi untuk dicari suatu titik temu dengan
mementingkan suatu kepentingan bersama. Sifatnya konvergen harus benar-benar
dinyatakan dalam hidup berbangsa
dan bernegara, jauhkan sifat divergen.44

44 Ibid

27
43
Arum Sutrisni Putri. Bhinneka Tunggal Ika: Makna dan Implementasi, diunduh dari :
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/110000369/bhinneka-tunggal-ika--makna-dan-implementasi?page=all,
diakses, diakses 19 Desember 2019

44 Ibid

28
b. Tinjauan Bhinneka Tunggal Ika secara historis

Fakta perjalanan sejarah yang panjang hingga proklamasi kemerdekaan


Republik Indonesia pada tanggal 17 Aagustus 1945, menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia dibentuk oleh beraneka ragam yang merupakan himpunan dari: berbagai
ras, suku bangsa, dan agama serta aliran kepercayaan yang memunculkan semboyan
Bhineka Tunggak Ika. Keberadaan semboyan Bhinneka Tunggal Ika pada lambang
negara Garuda Pancasila berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951.
Semboyan tersebut menurut Prof. Soepomo menggambarkan gagasan dasar, yakni
menghu- bungkan daerah-daerah dan suku-suku bangsa di seluruh nusantara menjadi
Kesatuan Raya.45

Seperti yang dipaparkan dimuka bahwa semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang
ditulis oleh Empu Tantular dalam kitab Sutosoma lengkapnya berbunyi Budha Syiwa
Maha Syiwa Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharmma Mangrwa, adalah
merupakan kondisi bulat dan utuh dalam kehidupan bermasyarakat untuk mencapai
tujuan bernegara. Seloka/slogan ini menekankan pentingnya kerukunan antar umat
dari agama yang berbeda pada waktu itu yaitu Syiwa dan Budha.46

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “berbeda-beda, namun tetap satu”
merupakan perwujudan komitmen Sumpah Pemuda, yaitu satu tanah air, Tanah Air
Indonesia; satu bangsa, Bangsa Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan ,
Bahasa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika merupakan salah satu komponen Empat
Konsensus Dasar, yaitu Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika, yang merupakan inti dari wawasan kebangsaan. Konsep Bhinneka
Tunggal Ika mengandung tiga unsur utama:47
1) Ada keanekaragaman atau kemajemukan
2) Keanekaragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan yang tidak
dapat ditolak, alamiah
3) Terintegrasi dalam satu negara bangsa Indonesia.

45 Modul Pemantapan Wawasan Kebangsaan. (Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum, Dan Keamanan RI, 2014), hal:
143-144
46
Ibid
47 Ibid

28
a. Tujuan dan Kedudukan Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika ditujukan untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara. Di dalam kehidupan berbangsa disekeliling kita terdapat
agama, suku, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu
kesatuan yang sebangsa dan setanah air.

Bhinneka Tunggal Ika ditujukan untuk menata dan mengatur tata kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi segenap warga negara, yang
menghormati dan mengharmoniskan hubungan dalam perbedaan suku, ras, agama,
bahasa dan budaya di antara warga bangsa itu sendiri. Semboyan ini menjadi pilar
untuk menyangga dan menjaga persatuan bangsa Indonesia yang tersebar dalam
wilayah nusantara, membangun hubungan yang harmonis, menjaga keseimbangan
dengan mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam keserajatan. KeBhinnekaan
mempersyaratkan adanya nilai-nilai dasar (nilai-nilai kebangsaan) untuk membentuk
keutuhan atau kesatuan. Tanpa adanya nilai-nilai dasar itu keBhinnekaan akan
menimbulkan perpecahan atau disintegrasi, sebaliknya apabila nilai-nilai dasar itu dapat
diwujudkan maka keBhinnekaan akan menghasilkan integrasi.48

b. Nilai Kebangsaan yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika

Ada 3 (tiga) nilai-nilai kebangsaan yang terkandung di dalam sesanti atau


nasehat
Bhinneka Tunggal Ika, yang juga terkandung di dalam nilai dasar bela negara yakni: 49

1) Nilai Toleransi, merupakan satu sikap yang mau memahami orang lain
sehingga komunikasi dapat berlangsung secara baik.
2) Nilai Keadilan, merupakan satu sikap mau menerima haknya dan gidak mau
mengganggu hak orang lain.
3) Nilai Gotong Royong/Kerjasama, merupakan satu sikap untuk membantu
pihak/orang yang lemah agar sama-sama mencapai tujuan. Ada sikap saling
mengisi kekurangan orang lain, hal ini merupakan konsekuensi dari manusia
dan daerah yang memiliki kemampuan yang berbeda dalam konteks otonomi
daerah.

49 Ibid, hal.
50
29
48
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 49

50 Ibid, hal.
50
29
Adapun nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika sebagai nilai yang menjadikan rakyat/
warga negara dapat hidup dan menata kehidupan bersama dengan harmonis, bersatu
sebagai kekuatan pembangunan Negara, pada dasarnya tidak berbeda, dan
justru sangat relevan dengan nilai-nilai kebangsaan yang dipersepsikan dari sila-sila
Pancasila, yaitu:50

1) Penghormatan dan Kesederajatan


2) Kebebasan
3) Non-diskriminasi, solidaritas, dan toleransi
4) Pengorbanan/kepedulian
5) Kekeluargaan/gotong-royong
6) Tanggungjawab
7) Kepercayaan
8) Produktivitas

50 Ibid, hal.
51
30
Bagian IV

IMPLEMENTASI EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA

Empat konsensus dasar negara sebagai landasan wawasan kebangsaan


Indonesia hendaknya dapat diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dengan menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

1. Peran Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Pancasila sarat akan nilai-nilai moral yang menjadi dasar dalam membangun
karakter bangsa Indonesia. Karakter bangsa dalam antropologi dipandang sebagai tata
nilai budaya yang mengejawantahkan kebudayaan suatu masyarakat, dan
memancarkan ciri-ciri khas atau karakteristik dari masyarakat tersebut yang terpancar
keluar sehingga dapat ditanggapi orang luar sebagai kepribadian masyarakat itu.
Karakteristik yang terpancar dari nilai-nilai moral yang terkandung dalam Pancasila
yaitu sebagai berikut:51

a. Karakteristik yang pertama adalah Beriman, sebagaimana yang terkandung


dalam sila pertama, yaitu ”Ketuhanan Yang Maha Esa” pada Pancasila yang
menuntut setiap warga negara mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai
pencipta dan tujuan akhir, baik dalam hati dan tutur kata maupun dalam
berperilaku. Pemimpin yang beriman cenderung akan memiliki perilaku yang
baik karena ia akan melibatkan Tuhan dalam setiap tindakannya, dimana
Tuhan akan selalu mengawasi sikap dan perilakunya.

b. Karakteristik yang kedua adalah menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia


(HAM), sebagaimana yang terkandung dalam sila kedua, yaitu
“Kemanusiaan yang
dan beradab” pada Pancasila yang mengajak setiap warga Negara untuk

51
Samshis Setiawan .Nilai-Nilai Pancasila” Karakteristik Yang Terkandung Didalamnya,
diunduh dari https://www.gurupendidikan.co.id/nilai-nilai-pancasila/, diakses 22 April 2020

31
menjunjung tinggi martabat dan hak-hak asasi atau bertindak adil dan
beradab terhadap sesama manusia. Keadilan akan muncul bila terjadi
hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban. Pemimpin yang
menjunjung tinggi HAM akan memiliki kesadaran tinggi atas hak dan
kewajibannya sebagai seorang pemimpin, yaitu melaksanakan kewajiban
untuk memimpin rakyatnya dengan amanah serta bersih dari tindak korupsi
karena ia tidak akan mengambil yang bukan menjadi haknya.

c. Karakteristik yang ketiga adalah memiliki rasa nasionalisme, sebagaimana


yang terkandung dalam sila ketiga, yaitu “Persatuan Indonesia” pada
Pancasila yang menyatakan bahwa setiap warga Negara sudah sepatutnya
memiliki rasa nasionalisme. Dengan adanya rasa nasionalisme, maka
pemimpin akan memiliki loyalitas atau pengabdian yang tinggi terhadap
bangsa dan negaranya yang ditujukan melalui sikap mental dan tingkah
lakunya dalam berbagai kebijakan yang bertujuan untuk membangun
negaranya menjadi Negara yang makmur dan sejahtera.

d. Karakteristik yang keempat adalah mendengarkan rakyat, sebagaimana yang


terkandung dalam sila keempat, yaitu “Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” pada
Pancasila yang menekankan pada Nilai Kerakyatan, yaitu suatu
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara
musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan. Dan mufakat itu
semua dilakukan untuk kepentingan bangsa indonesia. Pemimpin yang mau
mendengarkan keluhan atau aspirasi rakyat merupakan pemimpin yang baik,
dimana ia dapat mengetahui masalah yang sedang dialami oleh rakyatnya
dan kemudian dapat dengan segera mencari solusi yang tepat untuk
menyelesaikan masalah tersebut.

e. Karakteristik yang kelima adalah adil, sebagaimana yang terkandung dalam


sila kelima, yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indoensia” pada
Pancasila yang menekankan pada nilai keadilan, yaitu tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Pemimpin yang adil akan

32
memberikan rasa aman dan nyaman bagi rakyatnya. Keadilan akan tercipta
apabila pemimpin menjalankan hak dan kewajibannya secara seimbang.
Dengan demikian, diharapkan rakyat Indonesia akan mendapatkan
kesejahteraan secara lahiriah dan batiniah.

Kelima karakter yang didasari oleh nilai-nilai Pancasila sangat dibutuhkan oleh
Bangsa Indonesia. Dengan karakter yang berlandaskan Pancasila sebagai ideologi
Negara , diharapkan pemimpin dan masyarakat mampu membawa Indonesia ke arah
yang lebih baik lagi, yaitu kepada kesejahteraan dan kemakmuran seperti yang dicita-
citakan oleh seluruh rakyat Indonesia.

2. Peran UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dijadikan


landasan hukum, dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban Bangsa yang bermartabat, dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana termuat dalam tujuan negara pada
alinea ke empat pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945.52

Karakter Bangsa yang akan dibentuk dari pernyataan yang tertuang pada
pembukaan UUD NRI tahun 1945, adalah menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
dalam mengisi kemerdekaan. Manusia Indonesia hendaknya memiliki 3 aspek penting,
yaitu Aspek Mentalitas, Aspek Kapasitas dan Aspek Kemampuan Beradaptasi.

a. Aspek Mentalitas merupakan bagian dari sistem nilai budaya. Sistem


nilai budaya memiliki fungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan
manusia, dapat dicontohkan seperti aturan-aturan khusus, hukum, dan
norma-norma. Perkembangan mentalitas ini juga dipengaruhi adanya
nilai budaya, sehingga mentalitas yang baik juga dipengaruhi oleh nilai
budaya yang baik pula. Mentalitas memiliki hubungan dengan sikap
pada

52 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


33
masing-masing individu, jadi setiap individu hendaknya melatih
mentalitasnya masing-masing sehingga dapat bertahan dan dapat
menjalani hidup yang serba bersaing ini. Nilai nilai budaya bangsa
Indonesia sudah terkristalisasi dalam nilai-nilai Pancasila, dengan
demikian Pancasila dapat dijadikan pedoman dalam bersikap dan
berperilaku manusia Indonesia agar memiliki mental ke Indonesiaan.53

b. Aspek Kapasitas (capacity building) adalah proses meningkat-


kan kemampuan pengetahuan dan keterampilan, serta sikap dan perilaku.
Peningkatan kapasitas (capacity building) dan pembangunan karakter
(caracter building) SDM menjadi hal yang mutlak dalam sebuah negara.
Dalam proses ini tentu dapat dilakukan dengan cara pendidikan yang
berkualitas, sebagaimana diamanatkan dalam tujuan negara yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa.54

c. Aspek Kemampuan Beradaptasi atau menyesuaikan diri merupakan


kecerdasan yang disebut AQ (Adversity Quotient), merupakan
seperangkat karakteristik subjektif yang secara bebas dimaknai sebagai
kemampuan untuk menyesuaikan diri dan tumbuh, di tengah lingkungan
yang seringkali berubah-ubah dengan cepat. Profesor Amy Edmondson
mengatakan bahwa perubahan lingkungan kerja yang sangat cepatlah
yang akan membuat AQ lebih berharga ketimbang IQ.55

3. Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Tujuan NKRI terbentuk berdasarkan perhitungan tempat, keadaan, waktu,


serta sifat dari kekuasaan. Tujuan NKRI tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945
alenia

53Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Diunduh
dari https://www.kompasiana.com/rerewizard/54f35c70745513932b6c7243/budaya-dan-mentalitas, diakses 6 Maret 2020
54
Eka Ari Wibawa. Aspek Kapasitas, diunduh dari http://bpsdm.kemenkumham.go.id/id/artikel-bpsdm/35-capacity-building-
dan-strategi-peningkatan-kualitas-sdm-organisasi, diakses 6 Maret 2020
55
BBC. Worklife. Apakah kecerdasan beradaptasi alias 'AQ' lebih penting ketimbang IQ dalam dunia kerja?
34
https://www.bbc.com/indonesia/vert-cap-50413788, diakses 6 Maret 2020

35
ke-empat yang memuat tujuan nasional, penyusunan negara hukum, bentuk negara
Republik Indonesia, Negara Kedaulatan Rakyat dan Lima Dasar Negara.

Tujuan NKRI di dalam UUD 1945 alenia ke-empat berbunyi:

“....Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara


Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang- Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan
berdasar kepada Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia....”

Sebagaimana yang tertuang dalam UUD 1945 alenia ke-empat tersebut


dapat diketahui bahwa, tujuan NKRI ialah:

a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Melindungi setiap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia merupakan


tujuan dari hal-hal yang termasuk untuk wajib dilindungi adalah semua
komponen yang membentuk bangsa Indonesia, mulai dari rakyat, kekayaan
alam, serta nilai-nilai bangsa yang patut dipertahankan. Indikator warga negara
sudah terlindungi adalah jika hak-haknya telah terpenuhi, berdasarkan hukum
negara. Hak warga negara Indonesia sendiri telah tercantum dalam UUD NRI
1945. Hak-hak tersebut antara lain adalah hak asasi manusia, hak mendapatkan
pekerjaan, hak perlindungan hukum yang sama, hak memperoleh pendidikan,
dan lain sebagainya.

Kewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah


darah
Indonesia bukan hanya tugas Negara atau pemerintah. Peran warga Negara
juga

36
dibutuhkan dalam melindungi bangsa, misalnya mempunyai hak dan kewajiban
dalam pembelaan Negara.

b. Memajukan kesejahteraan umum.

Secara umum sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia


dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan
damai. Dari sisi ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda.
Sejahtera memliki arti khusus resmi atau teknikal, seperti dalam istilah fungsi
kesejahteraan sosial. Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk
ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah
istilah yang digunakan dalam ide negara sejahtera56.

Sejahtera artinya aman sentosa dan makmur; selamat (terlepas dari segala
macam gangguan). Agar tercapainya sejahtera perlu upaya atau cara
menyejahterakan, yaitu perlu adanya proses penyejahteraan melalui cara,
perbuatan menyejahterakan. Sedangkan kesejahteraan merupakan keadaan
sejahtera; keamanan, keselamatan, dan ketenteraman57.

Memajukan kesejahteraan umum merupakan nilai-nilai konstitusi idealnya harus


dilaksanakan secara normatif, karena akan memengaruhi tercapai atau tidaknya
tujuan sebuah bangsa yang tercantum di dalam konstitusi. Dalam konteks
Indonesia, tujuan bangsa Indonesia, di antaranya, dapat dilihat pada Alinea
Keempat UUD 1945, yakni:

“…untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,


dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial…”

Memang bukanlah hal yang mudah untuk mewujudkannya, seperti kondisi


sekarang ini di mana pendidikan, perekonomian, kesehatan dan keadilan
hukum

56 Wikipedia. Kesejahteraan, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kesejahteraan, diakses 22 April 2020


57 KKBI, diunduh dari https://kbbi.web.id/sejahtera, diakses 22 April 2020

37
yang belum sesuai dengan apa yang diamanatkan konstitusi. Maka, negara
harus benar-benar hadir untuk memenuhi apa yang menjadi hak warga negara,
dan warga negara harus melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya.
Hal ini semata-mata untuk mengimplementasikan nilai konstitusi secara normatif
agar tujuan negara tercapai58.

c. Mencerdaskan kehidupan bangsa

Mencerdaskan kehidupan bangsa lebih merupakan konsepsi budaya dari pada


konsepsi biologis-genetika. Para pendiri Republik menolak sikap dan perilaku ke-
inlander-an, yaitu sikap hidup sebagai inlander, sebagai yang terjajah, terbenam
harga dirinya, penuh unfreedom atau keterbelengguan diri. Kehidupan yang
cerdas menuntut kesadaran harga diri, harkat, dan martabat, kemandirian, tahan
uji, pintar dan jujur, berkemampuan kreatif, produktif, dan emansipatif.

Kata mencerdaskan kehidupan bangsa mempunyai makna yang mendasar.


Cerdas itu berarti memiliki ilmu atau mempunyai banyak hal yang diketahui lalu
dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan nyata. Cerdas tidak sama
dengan pintar. Orang pintar adalah orang yang pandai, mengetahui banyak hal,
namun seringkali kurang mampu menerapkan pengetahuannya dalam
menghadapi persoalan.. Cerdas dapat dilatih dengan cara membangun
kreativitas. Kreativitas dapat dilatih dengan cara menjawab persoalan atau
diberikan proyek atau produk untuk menyelesaikan yang dapat dilakukan
dilingkungan pendidikan formal, non formal mauoun formal. Pada intinya Cerdas
berarti siap mengaplikasikan ilmunya untuk dirinya dan lingkungan yang dia
hadapi.59

Dalam tujuan negara sebagaimana tertuang dalam alinea ke 4 adalah


mencerdaskan kehidupan bangsa. Kata “cerdas” artinya “sempurna perkem-
bangan akal budinya untuk berpikir, mengerti, dan tajam pikiran; serta
sempurna

58 Fahmi Ramadhan Firdaus, S.H. Nilai-nilai Konstitusi dalam UUD 1945 dan Maknanya, diunduh dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e6f209f4514c/nilai-nilai-konstitusi-dalam-uud-1945-dan-maknanya/,
diakses 22 April 2020

38
59 Ersi Purwandari. Kembali pada Filosofi dan Aksiologi Pendidikan Indonesia, diunduh dari
https://www.kompasiana.com/ersipurwandari5408/5e0e44e7097f360c955d66f2/kembali-pada-filosofi-dan-aksiologi-
pendidikan-indonesia?page=all, diakses 24 April 2020

39
pertumbuhan tubuhnya menjadi sehat dan kuat”. Kata “mencerdaskan” ialah
“menjadikan cerdas; mengusahakan dan sebagainya supaya sempurna akal
budinya”. Objek yang dicerdaskan bukan hanya manusianya, tetapi secara
keseluruhan kehidupannya. Menyangkut budaya, sistem, dan lingkungan
sehingga luas cakupannya dalam perikehidupan kebangsaan. Menurut
sejarahwan Prof Taufik Abdullah, mencerdaskan kehidupan bangsa bukan
sekadar menyangkut intelektualitas anak bangsa, tetapi lebih jauh dan
mendalam, menyangkut pengembangan perikehidupan kebangsaan yang luas.60

d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,


perdamaian abadi dan keadilan sosial

Dalam alinea ke empat UUD Negara Republik Indonesia 1945


berbunyi....."Untuk Ikut mewujudkan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial...”.

Keaktifan Indonesia dalam mewujudkan ketertiban dunia dilakukan melalui


Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Indonesia resmi menjadi negara
anggota PBB ke-60 pada tanggal 28 September 1950, yang ditetapkan dengan
Resolusi Majelis Umum PBB Nomor A/RES/491 (V) tentang "penerimaan
Republik Indonesia dalam keanggotaan di Perserikatan Bangsa Bangsa”. Di
PBB Indonesia menempatkan perwakilan diplomatik yang berperan untuk
mewakilkan seluruh kepentingan Indonesia di PBB termasuk dalam berbagai isu
keamanan internasional, perlucutan senjata, hak asasi manusia, masalah
kemanusiaan, lingkungan hidup, buruh, kerjasama ekonomi dan pembangunan
internasional, perdagangan internasional, kerjasama Selatan-Selatan, transfer
teknologi, hak kekayaan intelektual, telekomunikasi, kesehatan dan
meteorologi.61

Keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan PBB dimanfaatkan secara optimal.


Untuk perjuangan menjaga keutuhan wilayah dan kedaulatan NKRI. Serta untuk
membantu perjuangan bangsa-bangsa lain yang nasibnya masih terjajah dan

60
Haedar Nashir. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, diunduh dari:
https://republika.co.id/berita/pylaiu319/mencerdaskan- kehidupan-bangsa, diunduh 23 Maret 2020.
61
Wikipedia. Indonesia dan Perserikatan Bangsa Bangsa, diunduh dari
40
https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_dan_Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses 22 April 2020

41
dirundung konflik. Indonesia harus ikut terlibat dalam isu-isu keamanan dan
perdamaian global, seperti penjajahan zionis Israel atas negara Palestina, konflik
di Afghanistan, Rohingya, Suriah, Sudan Selatan dan di berbagai belahan
negara lainnya.

Indonesia terpilih sebagai anggota tidak tetap DK PBB untuk periode 2019-2020
dalam pemungutan suara yang digelar di Majelis Umum PBB di New York, pada
Jumat, 7 Juni 2018. Terpilihnya Indonesia tersebut menunjukkan bukti
pengakuan dunia atas kiprah Indonesia di kancah dunia. Artinya Indonesia
berhasil memainkan peran politik luar negeri Indonesia sehingga memperoleh
tempat di mata dunia. Dalam konteks politik global yang makin keras dan
dinamis, kata dia, tentu posisi di PBB tersebut dapat dijadikan forum dan media
memainkan peran Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia serta tatanan
dunia yang lebih adil, beradab, serta berkemajuan.62

Indonesia juga aktif dalam memelihara perdamaian dunia, salah satunya adalah
dengan mengirimkan pasukan perdamaian ke daerah-daerah konflik ke manca
Negara, yang tergabung dalam Kontingen Garuda disingkat KONGA atau
Pasukan Garuda. Indonesia mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai
bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB sejak 1957 hingga sekarang,
termasuk Polri di dalamnya.63

4. Implementasi Konsep Bhinneka Tunggal Ika

Indonesia adalah salah satu negara yang multikultural terbesar didunia,


Berdasarkan buku ensiklopedia suku bangsa di Indonesia dan merujuk pada buku
pedoman pengolahan SP2010, jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia
secara keseluruhan mencapai lebih dari 1.300 suku bangsa.64

62Kementerian Luar Negeri. Keanggotaan Tidak Tetap Indonesia pada Dewan Keamanan PBB Periode 2019-2020, diunduh
dari https://kemlu.go.id/portal/id/read/147/halaman_list_lainnya/keanggotaan-indonesia-pada-dk-pbb, diakses 22 April
2020.
63
Wikipedia. Kontingen Garuda, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kontingen_Garuda, diakses 22 April 2020
64
Badan Pusat Statistik. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari Hari Penduduk Indonesia, diunduh dari
https://www.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=NTVlY2EzOGI3ZmUwODMwODM0NjA1YjM1&xzmn=aHR0cHM

42
6Ly93d3cuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMTIvMDUvMjMvNTVlY2EzOGI3ZmUwODMwODM0NjA1YjM1L2tld2FyZ2F

43
Namun keragaman suku di Indonesia masih menimbulkan berbagai
macam konflik yang dihadapi bangsa ini. Dimulai dari perselisihan kecil yang
melibatkan satu-dua orang yang kemudian menyebar dan menjadi konflik antar suku
ataupun antar agama. Konflik-konflik yang tak kunjung reda melahirkan kerusuhan-
kerusuhan di beberapa wilayah di Indonesia yang melibatkan suku-suku yang
berbeda di wilayah tersebut dan mengganggu stabilisasi negara. Contoh
konkrit terjadinya tragedi pembunuhan besar-besaran terhadap pengikut partai PKI
pada tahun 1965, kekerasan etnis cina di Jakarta pada bulan Mei 1998, dan konflik
sektarian agama di Kepulauan Maluku tahun 1999-2002.65

Padahal Negara Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai


dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu, makna Bhinneka Tunggal Ika semakin luntur. Sudah tampak
kecondongan terpecah belah, individualis dengan dalih otonomi daerah, perbedaan
SARA, tidak lagi muncul sifat tolong menolong atau gotong royong. Banyak anak
muda yang kurang mengenal makna Bhinneka Tunggal Ika, banyak orang tua lupa
akan kata-kata ini, sehingga ikrar yang ditanamkan jauh sebelum Indonesia merdeka
memudar begitu saja. Oleh karena itu perlu sebuah konsep yang menawarkan
suatu alternatif melalui penerapan strategi dan konsep yang menciptakan peman-
faatan multikulturalisme yang ada dimasyarakat. Implementasi dari konsep Bhinneka
Tunggal Ika sebagai landasan multikulturalisme menjadi gagasan yang solutif dari
permasalahan tersebut, agar terciptanya konsep yang mewujudkan persatuan
bangsa.

Keanekaragaman budaya bangsa Indonesia menunjukkan suatu kekayaan


budaya sebagai modal dan landasan bagi pengembangan budaya bangsa Indonesia
secara keseluruhan, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh bangsa. Kebhinne-
kaan merupakan suatu sistem sosial dan budaya Indonesia yang tidak mungkin
diingkari. Dengan adanya keanekaragaman yang ada diharapkan menuju pada

uZWdhcmFhbi1zdWt1LWJhbmdzYS1hZ2FtYS1kYW4tYmFoYXNhLXNlaGFyaS1oYXJpLXBlbmR1ZHVrLWluZG9uZXNpYS5odG1s&
t woadfnoarfeauf=MjAyMC0wNC0yNCAxMDoyMjowNw%3D%3D, diakses 24 April 2020
65
Wikipedia. Konflik Sektarian Maluku, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_sektarian_Maluku, diakses 22 April
2020.

44
persatuan dan kesatuan bangsa, sebagaimana terkandung dalam slogan “Bhinneka
Tunggal Ika”. Menurut Tilaar, Bhinneka Tunggal Ika memiliki konsep sebagai
landasan multikulturalisme atas pluralisme budaya. Pluralisme budaya
bukanlah suatu yang given (datang begitu saja), tetapi merupakan suatu proses
internalisasi nilai- nilai dalam suatu komunitas. Oleh karena itu, kebudayan
dapat dapat diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal”.

Multikulturalisme memiliki sebuah ideologi dan sebuah alat atau wahana untuk
meningkatkan derajat manusia, maka konsep kebudayaan harus dilihat dalam
perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia. Sebagai sebuah ide atau ideologi,
multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada dalam berbagai struktur
kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, kehidupan
ekonomi dan bisnis, kehidupan politik, dan berbagai kegiatan lainnya dalam
masyarakat yang bersangkutan.

Bhinneka Tunggal Ika berisi konsep multikulturalistik dalam kehidupan yang


terikat dalam suatu kesatuan. Prinsip multikulturalistik adalah asas yang mengakui
adanya kemajemukan bangsa dilihat dari segi agama, keyakinan, suku bangsa, adat
budaya, keadaan daerah, dan ras. Kemajemukan tersebut dihormati dan dihargai
serta didudukkan dalam suatu prinsip yang dapat mengikat keanekaragaman
tersebut dalam kesatuan yang kokoh. Kemajemukan bukan dikembangkan dan
didorong menjadi faktor pemecah bangsa, tetapi merupakan kekuatan yang
dimiliki oleh masing-masing komponen bangsa, untuk selanjutnya diikat secara
sinerjik menjadi kekuatan yang luar biasa untuk dimanfaatkan dalam menghadapi
segala tantangan dan persoalan bangsa.

Prinsip Bhinneka Tunggal Ika mendukung nilai-nilai seperti: inklusif, terbuka,


damai dan kebersamaan, kesetaraan, toleransi, musyawarah disertai dengan
penghargaan terhadap pihak lain yang berbeda. Sejalan dengan prinsip, berikut ini
adalah langkah-langkah untuk mengimplementasikan konsep Bhinneka Tunggal Ika
sebagai landasan multikulturalisme untuk mewujudkan persatuan bangsa:66

66
Arum Sutrisni Putri. Bhinneka Tunggal Ika: Makna dan Implementasi, diunduh dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/110000369/bhinneka-tunggal-ika--makna-dan

45
a. Perilaku inklusif.

Di depan telah dikemukakan bahwa salah satu prinsip yang terkandung


dalam Bhinneka Tunggal Ika adalah sikap inklusif. Dalam kehidupan
bersama yang menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika memandang
bahwa dirinya, baik itu sebagai individu atau kelompok masyarakat merasa
dirinya hanya merupakan sebagian dari kesatuan dari masyarakat yang
lebih luas. Betapa besar dan penting kelompoknya dalam kehidupan
bersama, tidak memandang rendah dan menyepelekan kelompok yang
lain. Masing-masing memiliki peran yang tidak dapat diabaikan, dan
bermakna bagi kehidupan bersama.

b. Sikap rukun dan damai

Sikap toleransi, saling hormat menghormati, mendudukkan masing-masing


pihak sesuai dengan peran, harkat dan martabatnya secara tepat, tidak
memandang remeh pada pihak lain, apalagi menghapus eksistensi
kelompok dari kehidupan bersama, merupakan syarat bagi lestarinya
negara-bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kerukunan hidup perlu
dikembangkan dengan sebaik-baiknya, agar mewujudkan kedamaian dan
rasa aman.

c. Musyawarah untuk mencapai mufakat

Dalam rangka membentuk kesatuan dalam keanekaragaman diterapkan


pendekatan “musyawarah untuk mencapai mufakat.” Bukan pendapat
sendiri yang harus dijadikan kesepakatan bersama, tetapi common
denominator, yakni inti kesamaan yang dipilih sebagai kesepakatan
bersama. Hal ini hanya akan tercapai dengan proses musyawarah untuk
mencapai mufakat. Dengan cara ini segala gagasan yang timbul
diakomodasi dalam kesepakatan. Tidak ada yang menang tidak ada yang
kalah. Inilah yang biasa disebut sebagai win win solution.

implementasi?page=all, diakses 6 Maret 2019

46
d. Sikap kasih sayang dan rela berkorban

Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan


bernegara perlu dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai
harus dibuang jauh-jauh. Saling percaya mempercayai harus
dikembangkan, iri hati, dengki harus dibuang dari kamus Bhinneka Tunggal
Ika. Eksistensi kita di dunia adalah untuk memberikan pelayanan kepada
pihak lain, dilandasi oleh tanpa pamrih pribadi dan golongan, disertai
dengan pengorbanan.

Bila setiap warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika,


meyakini akan ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan
bernegara yang multikulturalisme, serta mau dan mampu mengimple-
mentasikan secara tepat dan benar, maka Negara Indonesia akan tetap
kokoh dan bersatu selamanya. Seperti pepatah yang mengatakan “Bersatu
kita teguh bercerai kita runtuh.”

Dari sudut pandang yang berbeda banyak pendapat bahwa negara Indonesia
memiliki banyak pengaruh terutama pada generasi muda seperti maraknya pengaruh
narkoba yang mewarnai kehidupan pada generasi pemuda sekarang ini. Hal ini dapat
membawa para generasi muda Indonesia terpuruk dalam kegelapan untuk mencapai
cita-cita mereka menjadi anak generasi penerus bangsa, namun generasi muda itu
tidak selamanya hitam. Bangkitlah semangat para generasi muda yang bisa membawa
perubahan Bangsa kita yang tercinta ini jauh lebih baik di masa yang akan datang.
Karena di pundak generasi mudalah yang akan menentukan nasib bangsa di masa
yang akan datang, yang bisa mengganti para generasi tua dalam roda kepemerintahan.
Pemuda Indonesia adalah pemuda nasionalisme, patriotisme, cinta bangsa dan tanah
air, Menggalang persatuan dan kesatuan Indonesia, menghilangkan penonjolan
kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan warna kulit dan menumbuhkan
rasa senasib dan sepenanggungan.
Para generasi muda dapat menerima perbedaan yang dimaksud dalam Bhinneka
Tunggal Ika dengan menanamkan sifat toleransi serta mewujudkannya dalam kehidupan

47
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sifat toleran sangat penting untuk timbulnya
hubungan kekeluargaan dengan mempererat tali silaturahmi atau persaudaraan antar
sesama masyarakat dalam satu bangsa yang ber-Bhinneka.67
Sebagai generasi muda atau figur bangsa Indonesia kita harus dibekali oleh
kreativitas, inovatif, kecerdasan dan keterampilan. Jika di negara kita yang tercinta ini
semua generasi muda bisa memiliki kriteria tersebut, maka yakin bahwa negara
Indonesia akan bisa bersaing dengan negara lain. Pemuda Indonesia itu bisa, karena
Pemuda adalah seseorang yang memiliki suatu semangat yang begitu membara dalam
kesehariannya, dan selalu menciptakan karya-karya terbaiknya, yang di wujudkan
dalam kebersamaan, yang memberi gambaran kepada dunia luar bahwa negara
Indonesia itu bukan hanya sekedar semboyan yaitu BhinnekaTunggal Ika. Tetapi
negara Indonesia adalah bersatu, memiliki berbagai macam suku, agama,ras, berbagai
macam budaya dan berbeda latar belakang pendidikan, namun Pemuda Indonesia
dapat bertoleransi antara satu dengan yang lainnya.

67
Berbhineka artinya memiliki keragaman, baik suku, agama, etnis, serta sosial budaya.

48
Bagian V

GERAKAN AKSI BELA NEGARA SEBAGAI


IMPLEMENTASI EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA

GERAKAN BELA NEGARA khas Indonesia merupakan kegiatan yang


menggerakan seluruh warga negara Indonesia untuk melakukan tindakan nyata bela
negara. Gerakan ini merupakan pengenjawantahan nilai dasar bela negara, yang
mencerminkan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Empat Konsensus
Dasar Negara (Empat Pilar Kebangsaan) yaitu: (1) Pancasila; (2) Undang-Undang
Dasar
1945; (3) Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan (4) Bhinneka Tunggal Ika.

Secara garis besar, nilai-nilai kebangsaan sebagai kristalisasi nilai-nilai


yang terkandung dalam Ke-Empat Konsensus Dasar Negara, meliputi: Nilai
Ketuhanan; Nilai Kemanusiaan; Nilai Persatuan; Nilai Demokrasi; Nilai Keadilan; Nilai
Pluralis dan Multikulturalis; serta Nilai Patriotisme, yang sarat ajaran-ajaran atau
landasan WNI dalam bersikap, berpikir, berkata dan bertindak, sebagai berikut
ini: 68

1. Nilai Ketuhanan, mengandung ajaran-ajaran bahwa, terbentuknya bangsa dan


negara Indonesia adalah berkat perjuangan dari seluruh komponen bangsa yang
dirhidoi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang
religius, yang mempunyai dasar-dasar norma dan etika yang berdasarkan ajaran
agamanya, mempunyai kaidah dan ukuran tentang kebenaran dan keadilan yang
dilandasi oleh ajaran agama. Kehidupan beragama masyarakat Indonesia
dilandasi oleh kebebasan untuk memeluk agama bagi setiap orang dan toleransi
yang tinggi dengan dijamin dalam melaksanakan syariatnya.

2. Nilai Kemanusiaan, mengandung ajaran-ajaran bahwa setiap warga negara


mempunyai kedudukan yang sama atau sederajat secara hukum, secara politik,
dan dalam memenuhi kehidupannya. Negara menjamin hak-hak yang bersifat
asasi dari seluruh warga negaranya, disamping memberi kewajiban kepada setiap

45
warga negaranya untuk menghormati hak-hak asasi sesama WNI. Negara
menjamin

68
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 52-57

46
adanya hak untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat dan
pikirannya.

3. Nilai Persatuan, mengandung ajaran-ajaran bahwa bangsa Indonesia adalah


satu kesatuan dalam bingkai NKRI dan tidak ada perbedaan meskipun terdiri dari
berbagai suku, ras, agama, budaya, dan adat istiadatnya. Dalam menjalin
hubungan antar sesama komponen bangsa selalu mengedepankan semangat
kekeluargaan, gotong royong dan musyawarah untuk mufakat, membangun
keharmonisan, menjaga keseimbangan, dan menunjukkan solidaritas sosial.
Acuan dalam menghadapi ancaman dan penyelesaian masalah dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah kepentingan nasional. Adanya kesadaran bagi
seluruh WNI tentang hakekat sebagai satu bangsa yang disebut bangsa
Indonesia, dan adanya jiwa dan semangat rela berkorban demi bangsa Indonesia
dan NKRI.

4. Nilai Demokrasi, mengandung ajaran-ajaran bahwa adanya kesadaran tentang


kekuasaan tertinggi (kedaulatan) ada ditangan rakyat, sehingga setiap pemegang
kekuasaan tidak boleh berlaku sewenang-wenang. Bangun negara dan sistem
kenegaraan yang dibangun didasarkan pada sistem kerakyatan dengan
pemisahan kekuasaan bagi kelembagaan pemerintahan negara, bukan sistem
yang absolut ataupun totaliter. Negara menjamin adanya kebebasan bagi WNI.
Negara memberikan kesempatan yang sama bagi semua WNI dalam
berpartisipasi di berbagai kehidupan yaitu politik, ekonomi, sosial, budaya dan
pertahanan dan keamanan. Ajaran dibangunnya kesadaran untuk taat, tunduk
dan patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur
kehidupan masyarakat dan pelaksanaan pemerintahan negara tanpa kecuali, baik
untuk semua warga negara maupun pemegang kekuasaan. Adanya supremasi
hukum, yang merupakan jaminan terwujudnya keadilan dalam penegakkan hukum.
Selain itu, adanya kehidupan politik yang bebas, bersih, dan mampu menyalurkan
aspirasi warga negaranya sehingga semua produk kebijakan public adalah benar-
benar untuk kepentingan rakyatnya.

47
5. Nilai Keadilan, mengandung ajaran-ajaran bahwa kehidupan berbangsa dan
bernegara didasarkan kepada aturan yang disepakati bersama atau hasil
konsensus, yang didalamnya terdapat hak dan kewajiban yang sama, jaminan
untuk memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama, dan jaminan untuk
memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama, dan jaminan untuk
memperoleh perlindungan yang sama dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya dan menyelenggarakan kepentingannya. Setiap warga negara akan
diperlakukan sama dihadapan hukum. Selain itu, setiap WNI mempunyai hak
yang sama untuk berpartisipasi dalam menetapkan pengambilan keputusan dan
kebijakan terkait dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.

6. Nilai Pluralis dan Multikulturalis, mengandung ajaran-ajaran bahwa adanya


kesadaran terhadap realita bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,
etnis dan ras, agama, adat istiadat, budaya dan bahasa yang berbeda satu sama
lain. Dalam kehidupan berbangsa yang majemuk dan multikultur harus
menjunjung tinggi toleransi, perlu penghormatan dan pengorbanan satgu sama
lain, perlu menjaga hubungan yang seiambang dan harmoni, memerlukan saling
kepedulian yang tinggi, dan cara pandang yang mencerminkan sikap dan
perilaku yuang sederajad, serta tidak ada pelemahan dan memandang rendah
posisi diantara mereka dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dalam kehidupan yang plural dan multicultural secara integral
mengandung jiwa dan semangat: penghormatan dan kesederajatan; kebebasan;
non-diskriminasi, solidaritas, dan toleransi; serta pengorbanan/kepedulian;
kekeluargaan/gotong- royong; tanggung jawab; dan kepercayaan.

7. Nilai Patriotisme, mengandung ajaran-ajaran bahwa semua WNI mempunyai


kewajiban untuk ikut bela negara sesuai dengan bidang tugas dan profesinya demi
kejayaan negara dan bangsa Indonesia. Semua WNI mempunyai kesadaran
untuk rela berkorban dan melakukan apa saja demi bangsa dan negaranya.
Semua WNI akan mengutamakan kepentingan bangsa dan negaranya di atas
kepentingan pribadi dan golongan. Dan setiap WNI tidak akan melakukan
tindakan yang

48
merugikan, merusak dan menghancurkan bangsa dan negaranya, dan tidak
akan melakukan tindakan untuk kepentingan bangsa dan negara lain.

Gerakan aksi bela negara ini penting dihidupkan dan digalakkan di seluruh
tanah air sebagai perisai pelindung terhadap seluruh kepentingan nasional,
mencakup antara lain: kepentingan ketahanan nasional dan kelangsungan hidup
bangsa dan negara; kepentingan penegakkan supremasi hukum; kepentingan
kelancaran pelaksanaan pembangunan nasional demi keberlanjutan dan kemajuan
bangsa dan negara; dan kepentingan pertahanan dan keamanan negeri seluruhnya.

Demi suksesnya sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan atau Empat Konsensus


Dasar Bela Negara ini, peran-serta masyarakat atau rakyat bersifat “wajib-
hukumnya”. Masyarakat adalah elemen konstitutif dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dan merupakan unsur dasar pembentuk negara. Maka partisipasinya
harus dipandang sebagai pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara dalam
membela negara sebagaimana tercantum di dalam Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 30
ayat (1).69

Berikut beberapa contoh gerakan aksi bela negara dalam upaya mewujudkan
nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Empat Konsensus Dasar Negara atau
Empat Pilar Kebangsaan, antara lain:

1. Program Aksi Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


MPR melakukan kegiatan pemahaman Empat Konsensus Dasar Negara atau
dikenal sebagai Empat Pilar MPR, melalui kegiatan sosialisasi kepada mahasiswa
seluruh Indonesia yang merupakan calon pejabat public di masa depan. Menurut
Wakil Ketua MPR70, hasil sosialisasi Empat Pilar MPR tersebut menunjukkan
penghargaan (apresiasi) dan gelora semangat (antusiasme) dari para peserta.
Penanaman nilai-nilai luhur bangsa itu penting sebagai modal dasar munculnya
generasi muda yang berkualitas, berkarakter dengan rasa nasionalisme tinggi dan
gemar bekerja keras.

69
Pasal 27 Ayat (3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara; Pasal 30 Ayat
49
(1) Tiap tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
70
Detik. Generasi Muda Punya Peran Penting Dalam Sosialisasi 4 Pilar MPR, diunduh dari https://news.detik.com/berita/d-
3642951/generasi-muda-punya-peran-penting-dalam-sosialisasi-4-pilar-mpr, diakses Rabu, 18 Desember 2019.

50
Wakil Ketua MPR Mahyudin71, menyatakan bahwa ada beberapa alasan
MPR mensosialisasikan Empat Pilar MPR :

Pertama, karena masih lemahnya penghayatan dan pengamalan agama serta


munculnya pemahaman agama yang keliru dan sempit. "Seperti munculnya
radikalisme yang melahirkan terorisme. Ini harus diantisipasi agar jangan sampai
ada anggota masyarakat yang terpapar radikalisme dan terorisme," jelasnya.

Kedua, masih adanya pengabaian terhadap kepentingan daerah dan timbulnya


fanatisme kedaerahan. Masih terjadi disparitas pembangunan pusat dan daerah.
Hal ini bisa menimbulkan fanatisme kedaerahan. Sehingga sempat muncul
daerah yang ingin memisahkan diri dari NKRI.

Ketiga, kurang berkembangnya penghargaan terhadap kebhinnekaan dan


kemajemukan yang melahirkan politik SARA. Oleh karena itu, perlu menghindari
politik SARA bahkan dalam Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu yang
sempat menghembuskan politik SARA dengan kencang.

"Dalam Pilpres kali ini saya percaya, politik SARA tidak digunakan kedua calon
presiden. Tapi tetap harus waspada, mungkin saja yang melakukan hoax, fitnah,
dan adu domba bukan dari calon presiden. Bisa jadi ada pihak ketiga yang
mengadu domba sesama anak bangsa," jelasnya.

Keempat, karena kurangnya keteladanan sebagian pemimpin sebagai tokoh


bangsa. "Ini terkait dengan korupsi. Banyak pejabat negara dan aparat penegak
hukum terlibat korupsi."

Kelima adalah tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal. Hukum


tajam ke atas dan tumpul ke bawah. "Tapi sekarang lebih baik. Mereka yang di
atas juga ditangkap."

71 Liputan6. Pentingnya Sosialisasi Empat Pilar MPR Untuk Masyarakat Indonesia, diunduh dari
https://www.liputan6.com/news/read/3914116/pentingnya-sosialisasi-empat-pilar-mpr-untuk-masyarakat-indonesia,
diakses Rabu, 18 Desember 2019.

51
2. Membangun Kemampuan Komunikasi Antar Budaya

Kemampuan komunikasi antar budaya yang efektif tersebut didasari oleh


kesadaraan dari masing-masing pihak mengenai keniscayaan perbedaan yang terdapat
pada setiap masyarakat. Dengan adanya perbedaan ini, diperlukan pemahaman lebih
mengenai kebiasaan, pola pikir dan nilai-nilai dari masing-masing anggota masyarakat
yang besar kemungkinan juga berbeda. Salah satu kegiatan konkrit membangun
toleransi antar umat agama adalah diskusi atau dialog yang dihadiri oleh peserta lintas
agama : Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindu, Kong Hu Cu, dan lain-lain.
Diharapkan dengan dialog lintas agama, masyarakat akan memiliki pemahaman yang
sama terkait pentingnya toleransi dan hidup berdampingan. Menurut Direktur Wahid
Institut Yenny Wahid72 menjelaskan adanya pergeseran pemahaman jihad di kalangan
muda Indonesia dan harus diwaspadai, jika dibiarkan berkembang maka akan muncul
gerakan radikal. Sebab telah terjadi pemahaman jihad yang salah. Jadi dialog antara
pemuka agama sangat diperlukan untuk membangun toleransi. Selain itu negara harus
lebih proaktif untuk meminimalkan kemunculan bahaya intoleransi di Indonesia,salah
satunya dialog lintas agama, menyelenggarakan kegiatan bersama, misalnya
membersihkan rumah ibadah, donor darah, membantu masyarakat yang terkena
bencana dan lain-lain.

3. Gerakan Pengimplementasian Bhineka Tunggal Ika

Adanya perbedaan tidak dapat dipungkiri dalam sebuah masyarakat atau


bangsa, hal itu tercermin dalam semboyan negara kita yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Berkaca dari kasus-kasus pertikaian atau konflik antar etnis, antar kelompok agama
yang terjadi di Indonesia yang menunjukkan bahwa semboyan Bhineka Tunggal Ika
belum diimpelemntasikan secara optimal atau masih kurang dipahami. Berdasarkan
pengalaman tersebut maka perlu ditegaskan kembali bahwa makna Bhineka Tunggal
Ika itu bukan semata mata mengacu pada budaya lokal tetapi juga budaya nasional
dan universal atau nilai nilai universal. Intinya mengizinkan masing-masing individu
mempertahankan identitas aslinya dengan penambahan identitas nasional dan
universal.
,diakses Rabu, 18 Desember 2019.

50
72 Liputan6. Diskusi Lintas Agama Bahas Pentingnya Toleransi dan Hidup Berdampingan , diunduh dari
https://www.liputan6.com/news/read/3042327/diskusi-lintas-agama-bahas-pentingnya-toleransi-dan-hidup-berdampinganm

,diakses Rabu, 18 Desember 2019.

51
Penempatan identitas universal dan nasional pada posisi tertinggi ditujukan agar
identitas universal mampu dijadikan landasan untuk hidup bertoleransi dengan cara
menghargai perbedaan agama, budaya etnis, bahkan budaya lintas bangsa. Banyak
kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain : membersihkan rumah ibadah,
kegiatan donor darah, menolong korban bencana, membangun dialog antar kelompok
umat beragama dengan latar belakang etnis yang berbeda, membangun tempat
perjumpaan umum, misalnya organisasi sosial kemasyarakatan, wadah seni-budaya,
tempat oleh raga, serta aktif dalam lembaga nasional dan internasional dan lain-lain.

4. Program Aksi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)

Lembaga ini menyusun bahan ajar Pancasila bagi ASN (Aparatur Sipil
Negara) yang melibatkan Kementerian dan lembaga, instansi yang terlibat antara lain:
Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan,
Kementerian Pertahanan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kementerian Hukum dan HAM, Lembaga
Administrasi Negara, Dewan Ketahanan Nasional, Lembaga Ketahanan Nasional,
Badan Kepegawaian Nasional, dan Komisi Aparatur Sipil Negara. Bahan ajar ini
ditujukan untuk membangun karakter ASN. Menurut Dr. Marbawi Kerja antara instansi
pemerintah ini diperlu dibudayakan73.

5. Gerakan Cinta Pancasila

Gerakan Cinta Pancasila adalah membangun unsur-unsur pembentuk identitas


nasional Indonesia, yaitu kemajemukan. Kemajemukan itu merupakan gabungan dari
unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa.
Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah agama Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Presiden Abdurrahman Wahid,
menghapuskan istilah agama resmi Negara, memang di Indonesia tak satupun
undang-undang yang

51
73 BPIP. Libatkan Kementerian dan Lembaga Susun Materi Bahan Ajar Bagi ASN , diunduh dari
http://www.bpip.go.id/informasi/bpip-libatkan-kementerian-dan-lembaga-susun-materi-bahan-ajar-bagi-asn/, diakses
Rabu,
18 Desember 2019

52
secara tegas menyebut agama-agama yang dianggap resmi dan diakui Negara74.
Informasi dari Direktorat Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata mencatat ratusan agama dan kepercayaan asli Indonesia
masih memiliki pengikut hingga saat ini ada sekitar 200-an agama dengan
jumlah pengikut sekitar 9 juta jiwa. Agama-agama asli Indonesia , antara lain,
Parmalim, Sunda Wiwitan, Kapribaden dan Kaharingan sudah terlebih dulu eksis dan
memiliki pengikut jauh sebelum agama-agama Samawi dari Timur Tengah dan Asia
Selatan merambah Nusantara.75

Jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya tercermin pada sikap dan perilaku
masyarakat Indonesia pada umumnya, yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Sikap dan Perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam pancasila
dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang sesungguhnya, yaitu:

a. Ketuhanan Yang Maha Esa

1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketaqwaanya kepada Tuhan


Yang Maha Esa. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Mengembangkan sikap hormat
menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan


terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing masing.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.

74
BBC. Perlukah Negara Tetapkan Status Agama ?, diunduh dari
https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2011/04/110405_agamasatu, diakses 22 April 2020
75 Ibid

53
b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya


sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, Mengembangkan
sikap saling tenggang rasa dan tepa selira, Mengembangkan sikap tidak semena-
mena terhadap orang lain.
4) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.; gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan, berani membela kebenaran dan keadilan, Bangsa Indonesia
merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
5) Mengembangkan sikap hormat menghormati, dan bekerjasama dengan bangsa
lain.

c. Persatuan Indonesia

1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan


bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
3) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
4) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
5) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
6) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.

54
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.

6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.

7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan


pribadi dan golongan.

8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.

9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral


kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.

10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk


melaksanakan pemusyawaratan.

e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan


suasana kekeluargaan dan. kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan
dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan
dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.

55
6. Gerakan Kepemimpinan Demokratis.

Kepemimpinan merupakan salah satu elemen kekuatan bangsa. Untuk


mempertahankan dan mencapai kelangsungan hidup bangsa dan NKRI, kemampuan
kepemimpinan seorang pemimpin di NKRI haruslah bersifat demokratis, baik dalam hal
pemilihannya maupun ketika membuat keputusan/kebijakan umum yang terkait dengan
pemenuhan kebutuhan dan kepentingan rakyat Indonesia. Karena kekuasaan tertinggi
di negara kita ini sebenarnya berada di tangan rakyat, dan para pemimpin hanya
sebagai wakil atau pelayan bagi rakyat untuk mengatur dan mengambil kebijakan
dalam negara demi tercapainya kesejahteraana dan kemakmuran bersama.

Fenomena-fenomena munculnya pemimpin yang tidak demokratis banyak


ditemukan di kalangan generasi muda, khususnya pelajar, contoh antara lain : mereka
lebih sibuk mendiskusikan siapa yang akan dipilih sebagai pengurus untuk acara yang
diselenggarakan di sekolah, ketimbang memikirkan kegiatan yang akan mereka
laksanakan, seperti acara pentas seni dan lain sebagainya. Kemudian kecenderungan
pemimpin yang terpilih di antara mereka hanya berdiskusi dan menerima usulan dari
teman-teman yang dekat atau akrab dengan pemimpin. Meskipun secara formalitas
mereka telah mengadakan musyawarah-mufakat namun pada dasarnya usul dari
teman- temannya yang kurang dekat dengan pemimpin jarang atau tidak didengar
apalagi dilaksanakan. Inilah contoh kecil saja yang ditemukan di tengah kelompok-
kelompok kecil dikalangan remaja Indonesia saat ini. Hal inilah yang menjadi motivasi
akan pentingnya memberikan pendidikan demokrasi kepada generasi muda untuk
mendapatkan kualitas pemimpin demokratis di masa depan.

7. Gerakan Sosial (Social Action)

Gerakan sosial, merupakan perwujudan berbagai kegiatan sosial yang meliputi


antara lain: dialog lintas agama untuk menjaga kerukunan; kerja bakti bersama untuk
menjaga kebersihan; membantu masyarakat yang terkena bencana; bergotong-royong
mengatasi pandemi wabah yang melanda seluruh NKRI; mencegah dan memberantas
penyalahgunaan narkoba; pencegahan dan penanggulangan terorisme; serta
pencegahan dan pemberantasan ‘korupsi’, dimana korupsi telah mengakibatkan

56
kehancuran bagi negara disemua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, baik: ideologi,
politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan-keamanan, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan
sosial lainnya.

Gerakan sosial ini penting dilaksanakan secara berkesinambungan sebagai perwujudan


penanaman nilai-nilai kebangsaan yang terkandung di dalam Empat Konsensus Dasar Negara,
yang juga merupakan cerminan dari kelima nilai dasar bela negara. Karena kealpaan dan ketidak
pedulian terhadap penanaman (internalisasi) nilai- nilai tersebut, dapat menjadi ancaman laten
yang berpotensi pada kehancuran NKRI secara perlahan, sistematis dan massif, karena
menyentuh langsung nilai-nilai fundamental bagi eksistensi NKRI.

Gerakan sosial dalam bentuk berbagai program aksi yang mencerminkan nilai- nilai
kebangsaan, yang terkandung dalam Empat Konsensus Dasar Negara (Empat Pilar
Kebangsaan) yaitu: Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika, merupakan ajakan pemerintah kepada semua lingkup WNI baik yang berada di
lingkup pendidikan, lingkup masyarakat, dan lingkup pekerjaan, untuk berpartisipasi aktif
mempertahankan kesinambungan hidup bangsa dan negara, serta untuk bersama-sama
bergotong-royong menyelamatkan negeri ini dari berbagai ancaman yang dapat menimbulkan
kehancuran di semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.

=============SELAMAT BELAJAR PANDU WIRA KARTIKA===========

Anda mungkin juga menyukai