Anda di halaman 1dari 7

IKHLAS

(Hadist Arba’in ke-1)


Hadits Arbain 1 : Niat dan Ikhlas
ِ ‫ي ب ِْن َك ْع‬
‫ب‬ ّ ‫ب ب ِْن نُفٌَْل ب ِْن َع ْب ِد ْالعُ َّزى ب ِْن َر ٌَاحِ ب ِْن َع ْب ِد هللاِ ب ِْن قَ ْرطٍ ب ِْن َرزَ احِ ب ِْن َع ِد‬ ِ ‫طا‬َّ ‫ع َم َر ب ِْن ْال َخ‬ُ ‫ص‬ ٍ ‫َو َع ْن أَ ِمٌ ِْر ْال ُمؤْ ِمنٌِْنَ أَ ِبً َح ْف‬
ِ َّ ‫سو َل‬
‫َّللا‬ ُ ‫ت َر‬ َ ‫َّللاُ َع ْنهُ َعلَى ْال ِم ْنبَ ِر قَا َل‬
ُ ‫س ِم ْع‬ َّ ً َ ‫ض‬ ِ ‫ب َر‬ِ ‫َطا‬َّ ‫ع َم َر بْنَ ْالخ‬
ُ ‫ت‬ ُ ‫س ِم ْع‬َ ‫ً هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ً ْال َع َد ِوي َر‬ ّ ‫ب ْالقُ َر ِش‬ ٍ ‫ي ب ِْن غَا ِل‬ ّ ‫ب ِْن لُ َؤ‬
‫صٌبُ ََا أ َ ْو ِإلَى ْام َرأٍٍَ ٌَ ْن ِك ُح ََا‬ ِ ٌُ ‫َت ِِ ْْ َرُُهُ ِإلَى ُد ْنٌَا‬ْ ‫ئ َما ن ََوى فَ َم ْن َكان‬ ِ ‫سلَّ َم ٌَقُو ُل ِإنَّ َما ْاْل َ ْع َما ُل بِالنٌَِّّا‬
ٍ ‫ت َو ِإنَّ َما ِل ُك ِّل ْام ِر‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ٌْ ِه َو‬ َ
‫فَ َِ ْْ َرُُهُ إِلَى َما َِا َْ َر إِلَ ٌْ ِه مُفق‬

Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin Khaththab RA berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW. bersabda,
„Segala perbuatan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan (pahala) apa yang diniatkannya.
Barangsiapa berhijrah (ke Madinah) untuk mencari ridha Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan
Rasul-Nya. Barangsiapa berhijrah untuk mencari harta dunia atau untuk seorang perempuan yang hendak
dinikahi, maka hijrahnya hanya untuk itu (tidak mendapatkan pahala di sisi Allah).‟” (Muttafaq alaihi)
Kandungan Hadits Arbain 1 :
Niat dan Ikhlas
1. Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan
menghasilkankan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta‟ala).

2. Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati.

3. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta‟ala dituntut pada semua amal shaleh dan ibadah.

4. Seorang mu‟min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya.

5. Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhaan Allah maka
dia akan bernilai ibadah.

6. Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.

7. Hadits di atas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan
iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan
dan diamalkan dengan perbuatan.
Pelajaran dari Hadits Arbain 1 :
Niat dan Ikhlas
1. Para ulama sepakat bahwa niat adalah syarat mutlak agar suatu amal diganjar atau dibalas
dengan pahala. Namun, apakah niat merupakan syarat sahnya suatu amal atau perbuatan,
mereka berbeda pendapat. Ulama Syafi‟iyah menyebutkan, “Niat adalah syarat sahnya suatu
amal atau perbuatan yang bersifat „pengantar‟ seperti wudhu, dan yang bersifat „tujuan‟ seperti
shalat.” Ulama Hanafiyah menyebutkan, “Niat hanya syarat sahnya amal atau perbuatan yang
bersifat „tujuan‟, dan bukan „pengantar‟.”

2. Niat dilakukan di hati, dan tidak ada keharusan untuk diucapkan.

3. Ikhlas karena Allah merupakan salah satu syarat diterimanya amal atau perbuatan. Seorang
mukmin harus ikhlas dalam bekerja dan beribadah sehingga akan mendapat pahala dan
kesuksesan dunia.
Kiat Menjaga Keikhlasan
• Pertama, mengagungkan Allah Ta’ala dengan mengesakanNya,
meyakini bahwa hanya kepadaNya manusia menyembah dan
memohon pertolongan.
• Kedua, mengenal makhluk Allah Ta’ala, bahwasanya kita adalah
makhluk yang diatur, lemah, fakir di hadapan Tuhannya dan
amat disayangkan bila kita menggugurkan amalannya hanya
karena ingin dilihat dan dipuji oleh makhluk Tuhan dan jangan
pula berharap pada makhluk.
• Ketiga, mengenal hawa nafsu sebagai sumber setiap kejahatan
dan kejelekan
• Keempat, merenungi bahaya riya di dunia dan akherat
serta meyakini keutamaan ikhlas sebagai sumber kebahagiaan
di dunia dan di akherat.
• Kelima, merenungi bahwa ajal kematian datang secara
mendadak dan takut jika nanti kematian menjemput kita di saat
keadaan yang tidak ikhlas dalam beramal (su’ul khatimah).
Jazakumullah Khairan
Katsiran

Anda mungkin juga menyukai