Anda di halaman 1dari 8

Potensi Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Eceng Gondok ….

I Dewa Gede Putra Prabawa

POTENSI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN ECENG GONDOK


(Eichhornia crassipes) SEBAGAI BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK
Potential of Oil Palm Empty Fruit Bunches and Water Hyacinth
(Eichhornia crassipes) As Raw Materials Organic Fertilizer
I Dewa Gede Putra Prabawa
Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru
Jl. P. Batur Barat No.2. Telp. 0511 - 4772461, 4774861 Banjarbaru
E-mail : dewa.pprabawa@gmail.com
Diterima 04 April 2016 direvisi 26 Mei 2016 disetujui 01 Juni 2016

ABSTRAK

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan eceng gondok belum banyak dimanfaatkan,
khususnya di Kalimantan Selatan. Kedua bahan tersebut diketahui mengandung unsur
makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari potensi
tandan kosong kelapa sawit dan eceng gondok sebagai bahan baku pupuk organik.
Variabel yang diteliti adalah pengaruh variasi suhu pengabuan (500oC; 750oC; 1000oC)
terhadap kandungan unsur hara makro (N-total, P2O5, dan K2O). Karakterisasi awal
menunjukan bahan kering TKKS dan eceng gondok memiliki kandungan unsur hara P2O5
dan K2O yang tinggi, sedangkan kandungan N-total masih tergolong rendah. Perlakuan
variasi suhu pengabuan memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan nilai N-total,
P2O5, dan K2O. Kandungan N-total tertinggi diperoleh pada pengabuan TKKS dan eceng
gondok pada suhu 500oC. Kandungan P2O5 tertinggi diperoleh pada pengabuan 750oC
untuk eceng gondok dan 1000oC untuk TKKS. Kandungan K2O tertinggi diperoleh pada
pengabuan 500oC untuk eceng gondok dan 750oC untuk TKKS. Abu TKKS dan eceng
gondok memiliki potensi yang baik sebagai sumber hara P2O5 dan K2O dalam pembuatan
pupuk organik, namun kurang berpotensi sebagai sumber hara nitrogen.

Kata Kunci: tandan kosong kelapa sawit, eceng gondok, bahan baku, pupuk organik

ABSTRACT

Oil palm empty fruit bunches and water hyacinth have not been widely used,
especially in South Kalimantan. These materials were known containing macro elements
that are needed by plants. This research was conducted to study potential of oil palm
empty fruit bunches and water hyacinth as raw material for organic fertilizer. The effect of
ashing temperature variations (500°C; 750°C; 1000°C) on the macro nutrients content (N,
P2O5, and K2O) have been studied. The result showed that the characterization of empty
fruit bunches and water hyacinth have the highest P2O5 and K2O content, whereas the
content of nitrogen was still lowest. The treatment of ashing temperature was effect on
improve total content of N, P2O5 and K2O. The highest nitrogen contents in empty fruit
bunches and water hyacinth obtained on ashing temperature 500oC. The highest P2O5
contents in empty fruit bunches obtained on ashing temperature 1000oC and water
hyacinth obtained on ashing temperature 750oC. The highest K2O contents in empty fruit
bunches obtained on ashing temperature 750oC and water hyacinth obtained on ashing
temperature 500oC. Ash of oil palm empty fruit bunches and water hyacinth was
potentially as a source of nutrients P2O5 and K2O for organic fertilizer, but less potential as
a source of nitrogen.

Keywords: oil palm empty fruit bunches, water hyacinth, raw material, organic fertilizer

9
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.8, No.1, Juni 2016: 9 -16

I. PENDAHULUAN transportasi perairan dan menurunkan hasil


Kelapa sawit merupakan salah satu perikanan. Di Kalimantan Selatan, eceng
komoditi unggulan perkebunan Kalimantan gondok saat ini baru dimanfaatkan sebagai
Selatan, dimana produksi pada tahun 2013 bahan kerajinan anyaman.
mencapai 1.148.517 Ton (BPS, 2015). Melihat Jumlah ketersediaan yang
Pengolahan tandan buah segar (TBS) cukup banyak dari TKKS dan eceng
menjadi minyak sawit (Crude Palm Oil) dan gondok serta belum banyak dimanfaatkan,
minyak inti sawit (Palm Kernel Oil) maka dirasa perlu dilakukan penelitian
menghasilkan sisa olahan berupa tandan lebih lanjut. Tujuan penelitian ini adalah
kosong kelapa sawit (TKKS) sebesar 20- untuk mempelajari potensi TKKS dan
23% dari bahan baku TBS (Hazibuan et al, eceng gondok sebagai pupuk organik.
2012). Menurut Yunindanova et al (2013),
TKKS mengandung unsur N, P, K dan Mg
II. BAHAN DAN METODE
dan sangat potensial dimanfaatkan sebagai
kompos. Analisis kimia terhadap limbah 2.1 Bahan dan Peralatan
tandan kosong kelapa sawit mengandung Bahan baku yang digunakan dalam
kalium (2,4%), namun rendah nitrogen penelitian ini terdiri atas tandan kosong
(0,86%) dan phospor (0,18%) (Yahya et al, kelapa sawit dan eceng gondok. Bahan
2010). Besarnya jumlah hasil sampingan penunjang digunakan berupa bahan kimia
sawit ini tentunya akan menjadi untuk anailisis pupuk diantaranya HNO3,
permasalahan dalam industri sawit apabila H2SO4, HCl, HClO4, Selenium, indikator
tidak dapat dimanfaatkan. Saat ini limbah phenolftalein, K2Cr2O7, As. Askorbat,
TKKS telah dimanfaatkan sebagai Amonium molivdovanadat, Standar
penyubur sawit dengan cara di tumpuk Potasium 1.000 ppm, Standar Phospor
disekitar pohon, seperti yang dilakukan di 1.000 ppm dan aquades. Peralatan yang
PTPN XIII Pelaihari. Oleh karenanya perlu digunakan antara lain adalah ayakan,
diteliti potensi limbah TKKS sebagai peralatan gelas kimia, timbangan, tanur,
alternatif bahan baku pupuk organik. dan seperangkat alat pengujian pupuk.
Potensi bahan lainnya yang akan 2.2 Metode Penelitian
diteliti sebagai bahan baku pupuk organik Limbah tandan kosong kelapa sawit
adalah eceng gondok. Menurut Ratri et al dan eceng gondok masing-masing
(2007) hasil analisis kimia dari eceng dibersihkan dari kotoran yang menempel
gondok dalam keadaan segar terdiri dari dan dikeringkan sinar matahari untuk
bahan organik sebesar 36,59%, C organik mengurangi kadar airnya, kemudian
21,23%, N total 0,28%, P total 0,0011% dipotong kecil-kecil. Dilakukan
dan K total 0,016%. Eceng gondok penimbangan sebanyak 500 g bahan
(Eichornia crassipes) merupakan kering yang telah dipotong-potong,
tumbuhan air yang hidup mengapung kemudian masing-masing diabukan dalam
bebas (floating plants). Di Kalimantan tanur selama 3 jam dengan variasi suhu
Selatan, seperti di daerah Kabupaten Hulu pengabuan 500oC, 750oC, 1000oC.
Sungai Utara (Amuntai), Kabupaten Barito Masing-masing bahan kering dan abu
Kuala (Marabahan), Kabupaten Banjar dari TKKS dan eceng gondok dianalisis
(Gambut) dan Kota Banjarmasin kandungan total unsur hara makronya yang
merupakan daerah sebagian besar terdiri dari N-total, P2O5, dan K2O. Analisis
wilayahnya berupa lahan gambut/rawa dan N-total dilakukan dengan metode destilasi,
banyak ditumbuhi eceng gondok. sedangkan K2O dan P2O5 dianalisis
Pertumbuhan eceng gondok yang tak dengan metode Oksidasi Basah HNO3 dan
terkendali sering menyebabkan HClO4 (BPT, 2005). Pengaruh variasi suhu
permasalahan bagi lingkungan di daerah pengabuan terhadap kandungan unsur
ini seperti pendangkalan perairan yang hara bahan dianalisis menggunakan uji
menyumbat saluran irigasi dan selokan, sidik ragam dan analisis Duncan.
memperbesar kehilangan air melalui Kandungan unsur hara yang dianalisis
proses evapotranspirasi, mempersulit kemudian di bandingkan dengan standar

10
Potensi Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Eceng Gondok ….I Dewa Gede Putra Prabawa

pupuk organik menurut Permentan No. 70 lainnya, Ekawati dan Purwanto (2012)
tahun 2011. menyebutkan abu limbah pertanian
berpotensi digunakan sebagai sumber hara
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dan amandemen tanah. Hal ini
menunjukan bahwa pengabuan terhadap
3.1 Unsur Hara Bahan Kering
bahan organik berpotensi meningkatkan
Unsur hara bahan kering TKKS dan
unsur hara bahan tersebut.
eceng gondok yang dianalisis meliputi
Analisis dilakukan terhadap unsur hara
kandungan unsur hara N-total, P2O5, dan
N-total, P2O5, dan K2O pada setiap variasi
K2O dapat dilihat pada Tabel 1.
pengabuan. Pada Gambar 1 menunjukan
Tabel 1. Kandungan Unsur Hara Bahan konsentrasi N-total pada eceng gondok
Kering berkisar antara 0,06% - 0,18% sedangkan
pada TKKS berkisar antara 0,18% - 0,36%.
Eceng Konsentrasi N-total tertinggi untuk kedua
Unsur Hara TKKS bahan tercapai pada suhu pengabuan
Gondok
500oC yaitu 0,36 % untuk TKKS dan 0,18
N-Total (%) 0,18 0,06 % untuk eceng gondok.
P2O5 (%) 1,95 3,42
K2O (%) 29,14 17,73

Berdasarkan Tabel 1 menunjukan bahwa


bahan kering TKKS dan eceng gondok
memiliki kandungan unsur hara P2O5 dan
K2O yang tergolong cukup baik yaitu diatas
1%, sedangkan nilai N-total yang
terkandung pada kedua bahan masih
tergolong rendah yaitu dibawah 1%.
Phospat (P2O5) berfungsi sebagai
pengangkutan energi hasil metabolisme
dalam tanaman, merangsang Gambar 1. Pengaruh suhu pengabuan
pembungaan, pembuahan, pertumbuhan terhadap kadar N-total
akar, pembentukan biji, pembelahan sel
tanaman dan memperbesar jaringan sel, Hasil analisis sidik ragam
sedangkan kalium (K2O) berfungsi dalam menunjukan variasi suhu pengabuan
proses fotosintesis, pengangkutan hasil berpengaruh terhadap perubahan
asimilasi, enzim dan mineral termasuk air konsentrasi N-total pada kedua bahan
dalam tumbuhan (Kloepper, 1993). (Tabel 2). Namun tidak semua perlakuan
Tingginya kandungan kedua unsur hara menyebabkan berbeda nyata. Sebagai
tersebut dalam bahan keringnya contoh dari analisis Duncan (Tabel 3),
membenarkan potensi kedua bahan pengabuan eceng gondok pada suhu
tersebut digunakan sebagai pupuk organik. 500oC menghasilkan konsentrasi N-total
sebesar 0,18% tidak memberikan
3.2 Unsur Hara Bahan Berdasarkan perbedaan dengan pengabuan 750oC yang
Suhu Pengabuan menghasilkan konsentrasi N-total yang
Pengabuan pada bahan tandan sama sebesar 0,18%. Dari hasil analisis
kosong kelapa sawit (TKKS) dan eceng pada Gambar 1 menunjukan kandungan
gondok dimaksudkan untuk merubah sifat unsur hara N-total pada kedua bahan
kimia (unsur hara) dan fisik dari bahan. masih tergolong rendah dengan nilai rata-
Menurut Bintang dan Lahudin (2007), rata dibawah 0,40%. Eceng gondok dan
limbah gergajian kayu yang telah diabukan TKKS mengandung protein yang relatif
dapat meningkatkan K dapat ditukar (K+) rendah, hal tersebut didukung oleh
dalam tanah Ultisol. Dalam penelitian rendahnya hasil analisis kandungan N-total

11
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.8, No.1, Juni 2016: 9 -16

bahan kering eceng gondok dan TKKS, perlakuan menyebabkan berbeda nyata.
dimana kandunganya berturut-turut 0,06% Dari analisis Duncan, pengabuan TKKS
dan 0,18 %. Hasil analisis juga pada suhu 500oC menghasilkan
menunjukan proses pengabuan tidak konsentrasi P2O5 sebesar 1,97% tidak
meningkatkan kandungan N-total dari memberikan perbedaan dengan
bahan secara signifikan. Unsur Nitrogen konsentrasi P2O5 bahan keringnya yaitu
dalam bahan alam sebagian besar terikat sebesar 1,95%.
dalam bentuk protein sebagai senyawa Pada Gambar 3 menunjukan
organik. Proses pengabuan pada suhu konsentrasi K2O pada eceng gondok
tinggi akan menyebabkan hilangnya berkisar antara 17,73% – 25,44%
sebagian besar senyawa organik. Saat sedangkan pada TKKS berkisar antara
protein pada bahan terurai akibat 29,14% - 33,04%. Perlakuan pengabuan
pengabuan pada suhu tinggi, diduga pada eceng gondok memberikan pengaruh
menyebabkan unsur nitrogen juga ikut yang signifikan terhadap meningkatnya
menguap. konsentrasi K2O dibandingkan dengan
Pada Gambar 2 menunjukan bahan yang tidak diabukan (bahan kering),
konsentrasi P2O5 pada eceng gondok dimana konsentrasi K2O tertinggi tercapai
berkisar antara 3,42% – 11,51% pada suhu pengabuan 5000C yaitu 26,50%.
sedangkan pada TKKS berkisar antara Pada TKKS peningkatan konsentrasi K2O
1,95% - 3,12%. Perlakuan pengabuan yang terjadi akibat variasi suhu pengabuan
pada eceng gondok memberikan pengaruh tidak terlalu tinggi, dimana konsentrasi K2O
terhadap peningkatan konsentrasi P2O5 tertinggi tercapai pada pengabuan 7500C
dibandingkan dengan bahan yang tidak yaitu 33,04%.
diabukan (bahan kering). Konsentrasi P2O5
tertinggi pada bahan eceng gondok
tercapai pada suhu pengabuan 5000C yaitu
10,59% sedangkan pada TKKS pada suhu
pengabuan 10000C yaitu 3,12%.

Gambar 3. Pengaruh suhu pengabuan


terhadap kadar K2O

Hasil analisis sidik ragam menunjukan


variasi suhu pengabuan berpengaruh
Gambar 2. Pengaruh suhu pengabuan
terhadap konsentrasi K2O (Tabel 2).
terhadap kadar P2O5
Berdasarkan analisis Duncan (Tabel 3),
Hasil analisis sidik ragam menunjukan pada TKKS semua perlakuan variasi suhu
variasi suhu pengabuan berpengaruh pengabuan menyebabkan perbedaan
terhadap konsentrasi P2O5 (Tabel 2). nyata terhadap konsentrasi K2O, namun
Berdasarkan analisis Duncan (Tabel 3), pada eceng gondok tidak semua perlakuan
pada eceng gondok semua perlakuan menyebabkan berbeda nyata, pengabuan
variasi suhu pengabuan menyebabkan eceng gondok pada suhu 750oC
perbedaan nyata terhadap konsentrasi menghasilkan konsentrasi K2O sebesar
P2O5, namun pada TKKS tidak semua 25,40% tidak memberikan perbedaan

12
Potensi Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Eceng Gondok ….I Dewa Gede Putra Prabawa

dengan konsentrasi K2O pada suhu 1000oC Dari hasil karekteristik unsur hara
yaitu sebesar 25,44%. Kalium (K2O) mulai pada Gambar 1-3 menunjukan pengabuan
terurai pada suhu 63,4oC, sehingga proses TKKS dan eceng gondok dapat
pengabuan dapat membantu meningkatkan meningkatkan kandungan unsur hara dari
ketersediaan kalium dari bahan, hal ini bahan keringnya. Hal ini terjadi karena
telah sesuai dengan hasil penelitian proses pengabuan bahan kering akan
dimana bahan yang diabukan memiliki menguraikan senyawa kimia dari bahan
kadar kalium lebih tinggi. Pada eceng menghasilkan mineral-mineral anorganik
gondok konsentrasi kalium sedikit yang merupakan unsur hara bagi tanaman
mengalami penurunan pada suhu seperti P, K, Ca, Mg (Mulyani, 1999).
pengabuan di atas 500oC, sedangkan pada Selain perubahan kimia, proses pengabuan
TKKS penurunan mulai terjadi pada suhu juga mengakibatkan perubahan sifat fisik
pengabuan di atas 750oC. Hal ini diduga bahan, dimana ukuran partikelnya menjadi
terjadi karena unsur kalium telah mencapai lebih kecil dan daya urai/kelarutan semakin
pada titik didihnya yaitu 756oC, sehingga besar sehingga bahan akan mudah
sebagaian unsur Kalium dari bahan sudah melepas unsur haranya saat diaplikasikan
mulai menguap. sebagai pupuk.

Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Sidik Ragam Kadar N-total, P2O5, dan K2O

F-hitung
Bahan Uji Sumber Derajat Kadar
Keseragaman Bebas Nitrogen Kadar P2O5 Kadar K2O
Eceng Gondok 140,167*) 2,157**) 6,004*)

TKKS Suhu Pengabuan 3 45.968*) 1,740*) 2,100**)

Keterangan : *) berpengaruh nyata **) berpengaruh sangat nyata

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Duncan Kadar N-total, P2O5, dan K2O
Nilai yang dibandingkan

Bahan Uji Parameter Bahan Pengabuan Pengabuan Pengabuan


Uji Satuan Kering 500oC 750oC 1000oC
Eceng N-total % 0,0633 0,1800 0,1833 0,1400
Gondok
P2O5 % 3.4200 10.5900 11.5100 11.2633

K2O % 17.7300 26.5000 25.4000 25.4400

TKKS N-total % 0,1833 0,3567 0,3100 0,2833

P2O5 % 1,9500 1.9700 2.8500 3.1200

K2O % 29.1400 30.0100 33.0400 30.1800

Keterangan : ) tidak berbeda nyata

13
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.8, No.1, Juni 2016: 9 -16

3.3 Potensi Bahan Baku sebagai Pupuk 26,50% dan 30,01% - 33,04%. Hal ini
Organik menunjukan abu eceng gondok dan TKKS
memiliki potensi yang baik sebagai sumber
Pada Tabel 4 menunjukan TKKS
hara kalium dan amandemen tanah.
memiliki kandungan hara makro (N + P2O5
Potensi phosfor yang dimiliki oleh abu
+ K2O) berkisar antara 31,27% - 36,20%
eceng gondok dan TKKS juga tergolong
dan Eceng Gondok berkisar antara 21,21%
tinggi. Berdasarkan perbandingan hasil
- 37,27%. Kandungan total unsur hara
penelitian Kiswondo (2011) yang
makro tertinggi pada TKKS diperoleh pada
memanfaatkan limbah abu sekam padi dan
suhu pengabuan 750oC dimana kandungan
pupuk ZA yang diaplikasikan pada
hara makronya sebesar 36,20%,
tanaman tomat menyatakan limbah sekam
sedangkan pada eceng gondok kandungan
padi mengandung phosfor 0,2 %,
hara makro tertinggi tercapai pada suhu
sedangkan abu eceng gondok dan TKKS
pengabuan 500oC, dimana kandungan
yang diteliti mengandung phosfor berkisar
hara makronya sebesar 37,27%. Ditinjau
antara 10,59% - 11,51% dan 1,97% -
dari persyaratan pupuk organik menurut
3,12% (Gambar 2).
Permentan No. 70 Tahun 2011,
Pada Gambar 1 menunjukan bahwa
menunjukan kedua bahan memiliki potensi
kandungan unsur hara N-total pada kedua
digunakan sebagai bahan baku pembuatan
bahan yang telah mengalami variasi suhu
pupuk organik padat, dimana kandungan
pengabuan berkisar antara 0,06% - 0,18%
total hara makro pada seluruh perlakuan
untuk eceng gondok dan 0,18% - 0,36%
telah memenuhi persyaratan yang
untuk TKKS. Nilai N-total ini masih
ditentukan yaitu minimal 4%.
tergolong rendah jika dimanfaatkan
Berdasarkan hasil analisis
sebagai sumber hara pupuk organik,
menunjukan abu eceng gondok dan TKKS
menurut standar pupuk organik kompos
memiliki kandungan unsur hara kalium
(SNI 19-7030-2004) kandungan unsur hara
(K2O) yang cukup tinggi. Menurut penelitian
N-total untuk pupuk organik yang baik
sebelumnya (Ekawati dan Purwanto,
adalah diatas 0,40%. Untuk meningkatkan
2012), abu dapur memiliki potensi sebagai
kandungan N-total dari kedua bahan,
sumber hara dan amandemen tanah,
teknik pengomposan dapat menjadi
dimana memiliki kandungan unsur hara
alternatif digunakan pada pengolahan
kalium 3,46%, sementara menurut Aryunis
eceng gondok dan TKKS sebagai bahan
(2009) abu sabut kelapa berpotensi
baku pupuk organik. Menurut Fukumoto et
sebagai pensubtitusi pupuk KCl dimana
al (2003), saat proses pengomposan
megandung unsur hara kalium sebesar
berlangsung akan terjadi pelepasan
10,25%. Jika dibandingkan dengan abu
nitrogen dalam bentuk NH3 maupun dalam
eceng gondok dan TKKS, kandungan
bentuk N2O. Hal ini sejalan dengan hasil
unsur hara kalium yang dimiliki secara
penelitian sebelumnya, menurut Sittadewi
berturut-turut berkisar antara 25,40% -

Tabel 4. Kandungan Unsur Hara TKKS dan Eceng Gondok Berdasarkan Variasi Suhu
Pengabuan.
Bahan Hara Makro Standar Mutu
Suhu (oC) Satuan
Baku (N+ P2O5 + K2O)

Eceng Bahan Kering 21,21


Gondok 500 % 37,27 Min. 4
750 37,09
1000 36,84
TKKS
Bahan Kering 31,27
500 % 32,34 Min. 4
750 36,20
1000 33,58
14
Potensi Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Eceng Gondok ….I Dewa Gede Putra Prabawa

(2007) kompos dari eceng gondok memiliki Spesifik Lokasi Mendukung Revitalisasi
kandungan nitrogen mencapai 1,99 persen, Pertanian. Medan.
sedangkan menurut Yunindanova et al
(2013) kompos dari TKKS memiliki 3. BPS. 2015. Kalimantan Selatan Dalam
kandungan Nitrogen sebesar 1,34%. Angka 2014. Badan Pusat Statistik
Provinsi Kalimantan Selatan.
Banjarmasin.
IV. KESIMPULAN
Karakteristik bahan kering tandan 4. BPT. 2005. Petunjuk Teknis Analisis
kosong kelapa sawit dan eceng gondok Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk.
memiliki kandungan unsur hara N-total, Balai Penelitian Tanah. Badan
P2O5, dan K2O secara berturut-turut 0,18%; Penelitian dan Pengembangan
1,95%; 29,14% dan 0,06%; 3,42%; Pertanian. Departemen Pertanian.
17,73%. Bogor.
Pengabuan TKKS dan eceng gondok
berpengaruh siginifikan terhadap 5. BSN. 2004. SNI 19-7030-2004
peningkatan kandungan hara P2O5, dan Spesifikasi Kompos dari Sampah
K2O sedangkan pada hara N-total Organik Domestik. Badan Standarisasi
peningkatan yang terjadi tidak terlalu Nasional. Jakarta.
signifikan. Kandungan N-total tertinggi
diperoleh pada pengabuan TKKS dan 6. Ekawati I dan Purwanto Z. 2012.
eceng gondok pada suhu 500oC. Potensi Abu Limbah Pertanian sebagai
Kandungan P2O5 tertinggi diperoleh pada Sumber Alternatif Unsur Hara Kalium.
pengabuan 750oC untuk eceng gondok dan Kalsium. dan Magnesium untuk
1000oC untuk TKKS. Sedangkan Menunjang Kelestarian Produksi
kandungan K2O tertinggi diperoleh pada Tanaman. Seminar Nasional :
pengabuan 500oC untuk eceng gondok dan Kedaulatan Pangan dan Energi.
750oC untuk TKKS. Fakultas Pertanian. Universitas
Ditinjau dari persyaratan pupuk Trunojoyo. Madura.
organik menurut Permentan No, 70 Tahun
2011, menunjukan kandungan total hara 7. Fukumoto, Y. Osada, T, Hanajima, D.
makro (N + P2O5 + K2O) dari limbah TKKS and Haga, K. 2003. Patterns and
dan eceng gondok yang diabukan quantities of NH3, N2O and CH4
berpotensi digunakan sebagai bahan baku emissions during swine manure
pembuatan pupuk organik. Abu TKKS dan composting without forced aeration
eceng gondok berpotensi sebagai sumber effect of compost pile scale.
hara P2O5 dan K2O pupuk organik, namun Bioresource Technology. 89 : 109–114.
kurang berpotensi sebagai sumber hara
nitrogen. 8. Hazibuan HZ. Sabrina T. dan
Sembiring MB. 2012. Potensi Bakteri
DAFTAR PUSTAKA Azotobacter Dan Hijauan Mucuna
Bracteata Dalam Meningkatkan Hara
1. Aryunis. 2009. Pengaruh Pemberian Nitrogen Kompos Tandan Kosong
Dosis Abu Sabut Kelapa sebagai Kelapa Sawit. Jurnal Agroekoteknologi .
Substitusi Pupuk KCl terhadap 1 (1) : 237-253.
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Kedelai (Glycine maz L. Merril). Jurnal 9. Kiswondo S. 2011. Penggunaan Abu
Percikan. (100) : 75-78. Sekam dan Pupuk ZA terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
2. Bintang dan Lahudin. 2007. Suplai Tomat. Jurnal Embryo. 8 (1) : 9-17.
Hara N. P. K abu serbuk Gergaji pada
Tanah Utisol. Prosiding Seminar 10. Kloepper, J.W. 1993. Soil Microbiology
Nasional Inovasi dan Alih Teknologi Ecology, Applications in Agricultural

15
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.8, No.1, Juni 2016: 9 -16

and Environmental Management. Composing Process And Quality Of


Marcel Dekker, Inc., New York. Compost From Oil Palm Empty Fruit
Bunches, Bioresource Technology 101:
11. Maftu’ah E dan Susanti MA. 2009. 8736-8741.
Komunitas Cacing Tanah pada
beberapa Penggunaan Lahan Gambut 18. Yunindanova MB. Agusta H. dan
di Kalimantan Tengah. Berita Biologi. 9 Asmono D. 2013. Pengaruh Tingkat
(4): 371-378. Kematangan Kompos Tandan Kosong
Sawit dan Mulsa Limbah Padat Kelapa
12. Mulyani M S. 1999. Pupuk dan Cara Sawit terhadap Produksi Tanaman
Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill.)
pada Tanah Ultisol. Jurnal Ilmu Tanah
13. Parnata AS. 2010. Meningkatkan Hasil dan Agroklimatologi. 10 (2): 91-100.
Panen dengan Pupuk Organik. PT.
AgroMedia Pustaka. Jakarta Selatan.

14. Permentan. 2011. PP Mentan No.


70/2011 Pupuk Organik. Pupuk Hayati.
dan Pembenah Tanah. Menteri
Pertanian RI. Jakarta.

15. Ratri, C. W., S. Trisnowati dan A.


Wibowo. 2007. Pengaruh Penambahan
Bekatul Dan Eceng Gondok Pada
Media Tanam Terhadap Hasil Dan
Kandungan Protein Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus (Jacq. exFr.)
Kummer). Jurnal Ilmu Pertanian (14):
13-24.

16. Sittadewi E H. 2007. Pengolahan


Bahan Organik Eceng Gondok Menjadi
Media Tumbuh Untuk Mendukung
Pertanian Organik. Jurnal Teknologi
Lingkungan. 8 (3): 229-234.

17. Yahya, A., Sye, C.P., Ishola, T.A.,


Suryanto, H., 2010, Effect Of Adding
Palm Oil Mill Decanter Cake Slurry With
Regular Turning Operation On The

16

Anda mungkin juga menyukai