Anda di halaman 1dari 3

Pengertian, Ciri-Ciri, dan Sejarah

Pojok
- September 28, 2017

Contoh Pojok dalam Surat Kabar Kompas

Pojok adalah kutipan pernyataan singkat narasumber atau peristiwa tertentu yang dinilai menarik
atau kontroversial, yang dikomentari suatu redaksi media dengan menggunakan kalimat yang
mengusik. 

Dengan kalimat khusus itu, diharapkan pojok dapat mengingatkan, menggugat, dan “mencubit”
seseorang atau lembaga.
Pojok hanya terdapat di surat kabar Indonesia, surat kabar luar negeri tidak terdapat pojok. Posisi
pojok sesuai dengan namanya, berada di sebelah pojok. 
Biasanya di setiap pojok terdapat tiga hingga lima butir kutipan pernyataan atau peristiwa yang
menarik untuk dikomentari. Walaupun hanya terdiri dari beberapa kalimat, pojok dinilai tepat
sasaran.

Pojok memiliki ciri-ciri, yaitu:

a)    Pojok terdiri dari dua alinea. Alinea pertama berisi suntingan berita atau peristiwa. Alinea kedua
berisi respons atau opini media tersebut terhadap isi berita atau peristiwa yang ada pada aline
pertama.

b)   Isi yang ada pada alinea pertama dan kedua biasanya dirangkai dalam kalimat-kalimat pendek.

c)    Opini atau pendapat sebuah media biasanya dituliskan dengan kalimat-kalimat yang sinis dan
humoris.

Topik-topik yang disajikan dalam rubrik pojok biasanya meliputi persoalan mengenai politik,
sosial, ekonomi, hukum, militer, olahraga, budaya, agama, tragedi, kriminalitas, dan masih
banyak topik lainnya. Apapun bisa dijadikan sasaran Pojok, tetapi tetap terikat dalam bingkai
berita.

Gaya penulisan pojok bersifat bebas, apakah menggunakan cara pendekatan, dengan candaan
atau humor dan sinis, atau dengan menggunakan sajak atau pantun. Namun, pojok tetap harus
memenuhi kaidah etis.

Pojok merupakan bagian dari sejarah Indonesia dan sudah ada sejak tahun 1913. Saat 1913,
pojok pertama kali ada pada surat kabar Kaoem Moeda, yang saat itu namanya bukan Pojok,
tetapi Iseng-Iseng dan penulisannya menggunakan nama samaran yaitu Keok. 

Rubrik pada surat kabar Kaoem Moeda menjadi firal dan banyak ditiru surat kabar lainnya
dengan berbagai nama, contohnya Pojok, Sudut, Jomblang, Kocok, dll.
Pojok tercipta dari pemikiran HOS Tjokroaminoto serta pemimpin Serikat Islam lainnya yang
sadar mengenai pentingnya alat propaganda atau terompet dalam wujud media massa, yang
bertujuan untuk mengumandangkan pikiran-pikiran suatu organisasi.

Karena itu, selain Kaoem Moeda yang terbit di Bandung dan merupakan organ Serekat Islam,
orang-orang yang tergabung dalam surat kabar Kaoem Moeda juga menerbitkan surat
kabar Oetoesan Hindia dan Sinar Hindia di Semarang. 

Tokoh-tokoh Serekat Islam yang tergabung dalam media tersebut yaitu HOS Tjokroaminoto, AH
Wignjadisastra yang menjabat sebagai pemimpin umum, Abdoel Moeis sebagai pemimpin
redaksi, dan Ki Hajar Dewantara sebagai seorang redaktur.

Rubrik Iseng-iseng yang pertama kali terdapat di surat kabar Kaoem Moeda menjadi pencetus


lahirnya rubrik pojok. Banyak kejadian pahit yang dialami surat kabar dan pengasuh pojok,
karena perannya yang amat penting di masa penjajahan Belanda maupun di zaman penjajahan
Jepang bahkan setelah Indonesia merdeka. 

Misalnya Winarno Hendronoto yang dilarang Jepang menulis di surat kabar Asia Raya dan
Rosihan Anwar yang memimpin redaksi rurat kabar Pedoman yang didatangi dan diajak
berkelahi oleh seorang menteri di zaman Demokrasi Liberal.

Pojok sempat dilarang oleh pemerintah pada zaman Demokrasi Terpimpin. Tetapi, pojok
diterbitkan kembali dan masih eksis sebagai rubrik yang khas dan hanya terdapat dalam surat
kabar Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai