Anda di halaman 1dari 16

LESSON LEARNED:

IMPLIKASI HUKUM PIDANA DAN PERDATA


PADA PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIK DAN
HUKUM DI RUMAH SAKIT

BUDI SAMPURNA
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo
SISTEMATIKA
BAHASAN
• PRAKTISI KEDOKTERAN, KESEHATAN
DAN PERUMAHSAKITAN UMUMNYA
TELAH PAHAM BETUL MENGENAI
ETIKA PROFESI, ETIKA KLINIS, ETIKA
RUMAH SAKIT, SERTA HUKUM
ADMINISTRATIF – PIDANA –
PERDATA.
• BAHASAN KALI INI ADALAH STUDI
KASUS DAN PEMBELAJARAN DARI
PERTIMBANGAN KEPUTUSANNYA.
• LESSON LEARNED …
ILUSTRASI KEPUTUSAN ETIK KLINIS

Anak laki-laki dilahirkan pada usia kehamilan 27


minggu. Dalam masa perawatan intensif, ditemukan
hidranensefali dan tidak ditemukan cerebrum pada CT
serta MRI kepala. Setelah dapat hidup tanpa bantuan
peralatan, pasien dipulangkan, namun dibawa kembali
lagi pada usia 4 bulan. Ditemukan peningkatan lingkar
kepala akibat peningkatan tekanan intrakranial. Salah
satu tindakan yang dapat dilakukan adalah melakukan 1. Mengapa tidak di-terminasi saja
operasi shunt. kehamilannya sesuai dengan Pasal 75
Saat ini anak masih diberi air susu melalui selang. Ahli UU Kesehatan?
bedah saraf dan ahli saraf anak berpendapat bahwa 2. Melakukan operasi shunt karena
reaksi terhadap rangsangan eksternal yang setidaknya memperpanjang umur dan
mengelola “nyeri” pada pasien
ditunjukkan anak adalah murni refleks. Sepertinya
3. Pasien bukan kehidupan yang layak
tidak ada kemungkinan berkembangnya psikomotor untuk dipertahankan (medical futility),
anak. Meskipun demikian, dengan perawatan aktif sehingga tidak perlu shunt
anak mungkin dapat hidup sampai beberapa bulan 4. Karena nyatanya masih bisa hidup maka
sampai tahun. harus dihormati kehidupan tsb
5. ….
Keputusan Etik Klinis dan
Pertimbangan Hukum
• KEPUTUSAN ETIK KLINIK, menyangkut
semua keputusan klinik yang memuat
prinsip bio-etika yg harus dipertimbangkan
/dilaksanakan sebelumnya.
• Keputusan etik klinik kadang dapat dibantu
oleh hukum (regulasi), seperti dalam hal
”terminasi kehamilan” yang sudah jelas
“kriteria”nya di dalam regulasi.
• Kadang kala hukum “sengaja” tidak tegas,
memberi peluang kepada etik untuk
mempertimbangkan, seperti pada kriteria
“futile”, “kebutuhan medis dasar”, “standar
pelayanan”, kualitas hidup, dll.*
* Apakah DNR dan withhold/withdraw life supporting
treatment termasuk euthanasia?
Etik Klinik memerlukan Etik Organisasi
• Aplikasi etik klinik di RS menggunakan
pendekatan struktur, maka dapat dipahami bila
untuk itu diperlukan Etik Organisasi (RS).
• Etik Organisasi (RS) merupakan penerapan Etik
Bisnis ke dalam Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
yang meliputi kepatuhan hukum, etik pelayanan,
kompetisi yang adil, hubungan ketenagakerjaan,
praktik manajerial, CSR, market-oriented
approach, reimbursement, rationing, pengadaan,
pembayaran
• Etik Organisasi ditujukan kepada penyelenggara
dan pengelola RS dan menganalisis dampak
keputusan dan praktik RS kepada pasien, staf
dan komunitas (Gibson et al, 2008).
ILUSTRASI KEBIJAKAN MAGANG R.S.:
Dokter tamu (spesialis) yg “magang” di RS, memiliki
STR dan SIP di RS-nya, sehingga mereka adalah dokter
yang memiliki kewenangan yang sesuai dengan
kompetensinya.
Di RS ini mereka berwenang:
a. memeriksa pasien, mendiagnosis dan memberikan
pengobatan atau tindakan yang telah menjadi
kompetensinya
2. mengisi rekam medis pasien, termasuk paraf
3. mengkonsultasikan kepada dokter lain atau
• Apakah dokter tsb memiliki kewenangan meminta pemeriksaan penunjang bila diperlukan
klinis di RS ini? 4. memberikan instruksi kepada perawat dan/atau
• Apakah pasien BPJS dapat diklaim tagihan nakes lain terkait perawatan pasien
yankesnya bila tidak ada SIP di RS ini? 5. membuat resep, digital ataupun kertas
• Apakah pidana UU Kesehatan dapat 6. melakukan tindakan yang belum menjadi
diterapkan? (membolehkan dokter tanpa kompetensinya, di bawah bimbingan dan pengawasan
SIP) Apakah magang termasuk praktik? DPJP
• Apakah imbalan kinerja dapat diberikan ke 7. tidak berhak menerima imbalan atas kinerja
dokter tamu? Bagaimana kontrak kerjanya? pelayanannya – karena mereka bukan “tenaga kerja”.
Keputusan Etik Organisasi RS
1. Rumah Sakit adalah korporasi dengan struktur
organisasi yang mem-padu-padan-kan tata Kelola
korporasi dengan tata Kelola klinik
2. Orientasi “profit” suatu korporasi adalah naluriah
dan menjadi bagian dari tata Kelola rumah sakit, di
sisi lain orientasi klinis yang mengutamakan “mutu
layanan klinis dan keselamatan pasien” juga menjadi
Mengiklankan dokter, kick-back, ciri produk rumah sakit.
kerja-tim diartikan penipisan
hubungan dokter-pasien dan
3. Oleh karena itu, Keputusan Etik Organisasi atau Etik
joki tindakan, jumlah tindakan
Rumah Sakit sangat penting diperhatikan, oleh
per-orang per-hari yang tidak karena Etik Rumah Sakit harus mendasarkan
masuk akal, over utilisasi pertimbangannya pada etika klinis, etika profesi, dan
teknologi, jual layanan etika bisnis secara adil.
teknologi baru yg belum EBM, 4. Etika RS memaksa RS untuk memperhatikan kaidah
fraud, dll bioetika dalam menerapkan prinsip bisnisnya.
Keputusan Etik Organisasi RS
3. Pada saat RS dihadapkan kepada keputusan
antara melanjutkan pengobatan pasien yang
sesuai dengan kebutuhan medis, sementara
pasien ternyata bukan orang “berada” atau
jaminan Kesehatannya telah mencapai “plafon”,
maka pilihannya ada di tangan kebijakan
Organisasi Rumah Sakit.
4. Pada saat RS menemukan “kenakalan” tenaga
Kesehatan di RS dan RS merasa akan tercemar
Namanya bila diketahui masyarakat, maka yang
harus dipertimbangkan adalah bukan
kepentingan RS melainkan kepentingan
masyarakat banyak.
Ilustrasi Kemelut Profesi di RS
Sekelompok dokter spesialis tertentu meng-klaim
bahwa mereka memiliki kompetensi melakukan
tindakan medis yang selama ini merupakan
kompetensi dan kewenangan spesialis lain.
Mereka meminta RS memberikan kewenangan klinik
tsb kepada mereka.
Bila RS tidak memberikan, maka mereka akan
menghentikan pelayanan mereka kepada pasien.
Kelompok spesialis yang terganggu tentu saja
menolak dan menentang usulan tsb. Kelompok
spesialis lain memilih lebih baik diam.
Siapa yg harus mengaturnya? Konsil, Kemenkes, OP,
ataukah masing-masing rumah sakit?
Pertimbangan Etik Organisasi
1. Adalah benar bahwa pemagang, tamu, dan residen
(baca: mahasiswa ppds) bukanlah tenaga kerja di
Indonesia, hingga saat ini. Tidak ada dampak hukum
bagi RS yg tidak memberi imbalan kepada mereka.
Tidak ada dampak hukum tidak berarti adil atau tidak
ada masalah.
2. Adalah benar bahwa memiliki kompetensi dan
kewenangan klinis tidak berarti menguasai “lahan”
tersebut. Suatu lahan dapat saja digunakan oleh lebih
dari satu profesi.
3. Kompetensi tanpa didasari bidang keilmuan dan
keprofesian yang tepat, bukanlah kewenangan klinis
4. Masyarakat madani harus mampu menyelesaikannya
melalui “kesepakatan bersama” antar-profesi.
Keputusan Etik Profesi di RS
1. Sejarah menunjukkan bahwa etika profesi
tumbuh-berkembang pada saat mereka bekerja
“atas nama dirinya selaku professional”.
"Relativity applies to Hubungan dokter-pasien sangat tinggi letaknya,
physics, not ethics." - tanggungjawab dokter tidak tergantikan.
Albert Einstein (1879-1955)
2. Pada saat dokter bekerja di RS akibat spesialisasi
dan teknologi, hubungan kerja menjadi
kompleks. Dokter membutuhkan institusi
(kemudian menjadi korporasi) karena perlunya
“kolaborasi” dan “teknologi”. Berkembangnya
pembiayaan Kesehatan turut menjauhkan profesi
dari pasien. Kemudian RS mengatur segala
sesuatunya, profesi tergeser hingga ke pojok tata
Kelola klinis yg terstruktur.
Keputusan Etik Profesi di RS
3. Pada saat dihadapkan kepada dilemma etik
antara etik profesi yang berkaitan dengan
kepentingan medis pasien melawan ketentuan
BPJS yang nantinya berkaitan dengan “tidak
dapat ditagihnya biaya pelayanan Kesehatan”,
maka etika profesi menjadi lumpuh.
4. Pada saat kebutuhan pasien berhadapan dengan
system rujukan yang kaku berjenjang, maka
pasien dihadapkan kepada “masa tunggu” yang
tidak menentu, risiko tidak tertangani.
5. Dalam keadaan tertentu, keputusan profesi juga
harus tunduk kepada “etika organisasi”
PERTIMBANGAN ETIK vs DAMPAK HUKUM
1. Operasi shunt jelas mengurangi tekanan
intra kranial, tetapi apakah
mempengaruhi perkembangan otak?
Adakah manfaatnya? Apakah juga
menghilangkan nyeri (apakah pasien
merasakan nyeri?).
2. Tetapi pertimbangan lain: bila tidak
melakukan shunt – apakah dokter tidak
dianggap “lalai” atau “mengabaikan”?
3. Akhirnya, orang mempertimbangkan
keputusan etik dilakukan dengan
mempertimbangkan implikasi hukumnya?
Bukankah seharusnya tetap
menggunakan pertimbangan moral (bio-
etika) yang melekat pada tindakan
medisnya?
Pertimbangan Dampak Hukum
4. Dampak hukum dapat dipertimbangkan dalam
membuat keputusan etik apabila memang
merupakan akibat langsungnya, khususnya
hukum pidana dan hukum disiplin profesi
5. Apabila hukum secara jelas “melindungi”
keputusan etis suatu tindakan dan risikonya,
secara jelas “mengancamnya” dengan sanksi,
maka keputusan etis yang dibuat harus
mematuhinya.
6. Tetapi apabila rumusan hukum tidak tegas,
atau “tampaknya” masih memberikan peluang
kepada etik untuk mendialogkan ……
Pertimbangan Dampak Hukum
7. Apabila dampak hukum tersebut “hanya”
merupakan “dapat digugat perdata”, maka
pertimbangan bukan hanya “right-based”,
melainkan juga “interest basednya” dan
“defensibility”nya.
8. Dampak hukum perdata umumnya dapat
dilindungi dengan “persetujuan bebas atas
informasi yang komprehensif”.
9. RS juga dapat mempertimbangkan apakah
perlu keputusan yang akan diambilnya itu
dibebankan kepada hakim (pengadilan),
dengan cara mengajukannya untuk diputuskan
oleh pengadilan
TAKE HOME NOTE
"Ethics must begin at the top of an
organization. It is a leadership issue and the
chief executive must set the example"
- Edward Hennessy (1933 - ), Philanthropist and Retired Chairman and CEO
of AlliedSignal Inc.

"Even the most rational approach to ethics is


defenseless if there isn't the will to do what is
right."
- Alexander Solzhenitsyn (1918 - 2008), Russian Novelist and
Historian, Awarded Nobel Prize in Literature in 1970

Anda mungkin juga menyukai