Laporan 2 PASTI 2 - Diffuser Multifungsi PDF
Laporan 2 PASTI 2 - Diffuser Multifungsi PDF
Disusun Oleh :
Junaidi 41618310089
Ariyanto 41618310093
LAPORAN II
Disusun Oleh :
Junaidi 41618310089
Ariyanto 41618310093
Mengetahui,
Dosen
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan kedua produk ini sebagai bahan untuk memenuhi tugas Perancangan dan
Aplikasi Sistem Teknik Industri II dengan produk “Diffuser Multifungsi” di
Universitas Mercu Buana pada program studi Teknik Industri.
Kami selaku penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat diterima dengan
senang hati. Dikarenakan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa
penyusunan laporan ini tidak akan terwujud tanpa bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, izinkan kami dengan segala
kerendahan hati, mengucapkan terima kasih kepada:
Dosen Perancangan dan Aplikasi Sistem Industri II kami yang diampu oleh
Ibu Uly Amrina ST., MM yang telah membimbing dan mengarahkan kami demi
kelancaran penyusunan laporan ini.
Akhir kata, kami sebagai penulis mengharapkan laporan ini menjadi sesuatu
yang bermanfaat bagi semua pihak. Sekian kata pengantar dari kami, kurang dan
lebihnya mohon dimaafkan dengan hati yang lapang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................v
BAB I..................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..............................................................................................1
BAB II ................................................................................................................5
LANDASAN TEORI..........................................................................................5
iii
2.3 Teknik Pemeliharaan (Maintenance) ................................................18
BAB V...............................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................39
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Langkah-langkah dasar SLP (Tompkins J.,A., 1996)......................11
Gambar 2. 3 Diagram Hubungan Ruangan dan Luas Area yang Dibutuhkan ...... 14
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan manufaktur harus melakukan perancangan terhadap lantai
produksinya dengan baik, hal ini dimaksudkan untuk membuat aliran produksi
dapat berjalan dengan lancar, efektif, serta efisien. Perancangan terhadap lantai
produksi dapat dilakukan dengan melakukan pengaturan layout pabrik sedemikian
rupa menggunakan metode yang sesuai dengan kondisi pabrik.
Perancangan fasilitas merupakan salah satu dasar dari keseluruhan proses
produksi, pengaturan plant layout didalam pabrik memiliki peranan yang sangat
penting sebelum pabrik tersebut mulai berproduksi, dalam melakukan sebuah
pengaturan layout dibutuhkan biaya sekitar 30-75% dari biaya produksi atau
berkisar 20-50% dari anggaran operasi manufaktur (Tompkins, 1994).
CV Reeddm merupakan salah satu perusahaan baru di bidang manufaktur yang
melakukan proses produksi dengan produk berupa Diffuser Multifungsi.
Dikarenakan perusahaan ini baru didirikan, CV Reeddm mengharapkan penataan
tata letak fasilitas dilakukan sejak awal, baik berupa penempatan mesin, penentuan
kebutuhan jumlah mesin dan tipe proses produksinya.
Komponen Diffuser Multifungsi terdiri dari wadah, rotan, modul jam digital,
minyak aromaterapi, dan karton box yang mana masing-masing komponen tersebut
memiliki proses pengerjaan yang berbeda-beda. Selain itu, proses produksi Diffuser
Multifungsi tersebut dikerjakan oleh berbagai mesin serta peralatan yang berbeda
pada lantai produksi. Adapun mesin yang digunakan dalam proses produksi yaitu
mesin blow moulding, sedangkan peralatan yang digunakan yaitu alat lem tembak,
gunting, penggaris, multimeter digital dan peralatan lainnya. Dengan adanya mesin
dan peralatan yang digunakan tersebut pada proses produksi, CV Reeddm
berencana untuk merancang tata letak lantai produksi sesuai dengan kaidah tata
letak fasilitas. Selain itu, mesin dan peralatan harus disusun dengan baik, sesuai
dengan kebutuhan proses produksi.
Metode yang akan penulis gunakan untuk menyelesaikan masalah tata letak ini
adalah metode Systematic Layout Planning (SLP) dimana metode ini dapat
memunculkan solusi lebih dari satu alternatif sehingga dapat dipilih metode yang
1
terbaik untuk menyelesaikan masalah tata letak pada perusahaan. Selain itu, metode
SLP juga mempunyai prosedur yang terperinci dalam mengatur layout berdasarkan
urutan prosesnya.
Studi ini adalah sebuah penelitian mengenai perancangan tata letak fasilitas
produksi dengan menggunakan metode Systematic Layout Planning dimana layout
dirancang dengan menggambarkan hubungan kedekatan antar departemen
berdasarkan Relationship Diagram dan Relationship Chart.
2
1. Menganalisa tipe proses produksi yang cocok untuk mencapai produktivitas
yang optimal dalam memproduksi Diffuser Multifungsi.
2. Mampu mengoptimalkan jarak dan hubungan kedekatan antar departemen.
3. Mampu merancang tata letak fasilitas yang baik dengan memanfaatkan
ruangan yang tersedia.
Bab I: Pendahuluan
Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
3
Bab III: Pengumpulan & Pengolahan Data
Bab ini menguraikan tentang data-data yang dikumpulkan yang diperlukan dalam
penelitian serta pengolahan data-data tersebut sesuai dengan metodologi penelitian
yang telah dirancang untuk menghasilkan tujuan penelitian yang ingin dicapai.
BAB V: Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penulisan laporan ini, bab ini
juga berisi saran untuk perbaikan dan menindaklanjuti hasil penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Bagian ini merupakan data daftar referensi yang digunakan berupa judul buku,
jurnal dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang mempunyai hubungan dan
tercantum didalam penulisan lapora ini sebagai rujukan materi.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
2.1.2 Prinsip-Prinsip Dasar dalam Perencanaan Tata Letak Fasilitas
Berdasarkan aspek dasar, tujuan dan keuntungan-keuntungan yang didapat
dari perencanaan tata letak yang baik, maka dapat disimpulkan tujuan-tujuan
dasar dalam tata letak pabrik adalah sebagai berikut:
a. Integrasi secara menyeluruh dari semua faktor yang mempengaruhi proses
produksi
b. Perpindahan jarak yang minimal
c. Aliran kerja yang berlangsung secara normal melalui pabrik
d. Semua areal yang ada dimanfaatkan secara efektif dan efisien
e. Kepuasan kerja dan rasa aman dari pekerja terpelihara
f. Pengaturan tata letak harus cukup fleksibel.
6
1. Tata Letak Berdasarkan Aliran Produksi (Product Layout)
Product layout dapat didefinisikan sebagai metode atau cara pengaturan dan
penempatan semua fasifitas produksi yang diperlukan ke dalam suatu
departemen tertentu atau khusus. Dalam Product Layout, mesin-mesin atau alat
bantu disusun rnenurut urutan proses dari suatu produk. Adapun pertimbangan
dalam pemilihan jenis layout ini diantaranya:
a. Hanya ada satu atau beberapa standar produk yang dibuat.
b. Produk dibuat dalam volume besar untuk jangka waktu relatif lama.
c. Adanya keseimbangan lintasan yang baik antara operator dan peralatan
produksi.
d. Menentukan aktivitas inspeksi yang sedikit selama proses produksi
berlangsung.
e. Mesin memiliki sifat spesial purpose dan tidak menuntut ketrampilan tinggi
bagi operator.
Keuntungan dari jenis layout ini yaitu pekerjaan dari satu proses secara
langsung dikerjakan pada proses berikutnya, sehingga inventori barang setengah
jadi menjadi kecil dan waktu produksi per unit menjadi lebih pendek. Sedangkan
kerugian untuk jenis layout ini yaitu rusaknya satu mesin akan berpengaruh pada
proses produksi keseluruhan.
2. Tata Letak Berdasarkan Fungsi/ Macam Proses.
Tata letak ini merupakan metode penempatan mesin dan peralatan produksi
yang memiliki tipe sama ke dalam satu departemen. Karakteristik tipe tata letak
ini atara lain:
a. Perbandingan antara jumlah (Q) dan jenis produk (P) kecil.
b. Produksi berdasarkan job order.
c. Mesin produksi dan perlengkapan yang sama ditempatkan pada satu
departemen
Keuntungan dari jenis tata letak ini adalah mampu mengerjakan berbagai
macam jenis dan model produk serta spesialisasi kerja. Sedangkan kerugiannya
berupa kesulitan menyeimbangkan lintasan kerja dalam departemen sehingga
memerlukan area untuk work in process storage.
7
3. Tata Letak Berdasarkan Lokasi Material Tetap (fix position layout)
Pada jenis layout ini material atau komponen produk utama tetap pada
lokasinya sedangkan fasilitas produksi seperti mesin, manusia, dan komponen
pendukung lainnya yang bergerak menuju lokasi komponen utama. Keuntungan
dari jenis tata letak ini adalah perpindahan material dapat dikurangi, sedangkan
kelemahannya adalah memerlukan operator dengan keterampilan yang tinggi
dan pengawasan yang ketat.
4. Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk (group-technology layout)
Tipe tata letak ini, komponen yang sama dikelompokkan ke dalam satu
kelompok berdasarkan kesarnaan bentuk kornponen. mesin atau peralatan yang
dipakai. Mesin-rnesin dikelompokkan dalam satu kelornpok dan ditempatkan
dalam sebuah manufacturing.
Kelebihan tata letak ini adalah dengan adanya pengelompokan produk sesuai
dengan proses pembuatannya maka akan dapat diperoleh pendayagunaan mesin
yang maksmal. Juga lintasan aliran kerja menjadi lebih lancar dan jarak
perpindahan material akan lebih pendek.
Sedangkan kekurangan dari tipe layout ini yaitu diperlukan tenaga yang
memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi untuk mengoperasikan
sernua fasilitas produksi yang ada. Kelancaran kerja sangat tergantung pada
kegiatan pengendalian produksi khususnya dalam menjaga keseimbangan kerja
yang bergerak.
8
2. Analisis modern.
Analisis modern merupakan metode baru untuk menganalisa dengan
menggunakan cara yang canggih dalam bentuk perumusan-perumusan dan
pendekatan yang bersifat deterministik maupun probabilistik. Beberapa teknik
konvensional yang umum dipakai dan berguna dalam proses perencanaan aliran
bahan antara lain sebagai berikut :
a. Operation Process Chart (Peta proses Operasi)
b. Flow Process Chart (Peta Aliran Proses)
c. Multi Product & Activity Process Chart
d. Flow diagram (Diagram Aliran)
Selain peta-peta tersebut, ada pula beberapa peta yang lebih khusus seperti
Assembly Chart, String Diagram, From to Chart atau Travel Chart, Trianguler
Flow Diagram dan Activity Relationship Chart. Analisis aliran dalam hal ini bisa
dilaksanakan secara kuantitatif maupun kualitatif.
9
Pada tabel 2.2 dibawah ini adalah peta dari ke yang menunjukkan jumlah
material yang di pindahkan dari A ke B adalah komponen 1 dengan
kapasitas 25. Material yang dipindahkan dari D ke E adalah komponen 1
dan 3 dengan kuantitas 25 dan 10 sehingga total yang dipindahkan 35.
10
Gambar 2. 1 Langkah-langkah dasar SLP (Tompkins J.,A., 1996)
Pada dasarnya langkah di atas dapat dikelompokkan dalam tiga tahapan yaitu
tahap analisis, tahap penelitian dan tahap proses seleksi. Tahap analisis meliputi
analisis aliran material, analisis hubungan aktivitas, diagram hubungan aktivitas,
analisis kebutuhan ruangan, dan ruangan yang tersedia. Sedangkan tahap
penelitian meliputi perencanaan diagram hubungan ruangan hingga pembuatan
alternatif tata letak. Untuk tahap seleksi dilakukan dengan jalan mengevaluasi
alternatif tata letak yang dirancang.
1. Data Masukan
Langkah awal dalam perancangan tata letak adalah mengumpulkan data awal.
Terdapat tiga sumber data dalam perencananaan tata letak yaitu:
a) Data rancangan produk
Data yang berkaitan dengan rancangan produk sangat berpengaruh
terhadap tata letak yang akan dibuat. Data ini dapat digambarkan
dalam bentuk gambar kerja, peta perakitan maupun bills of material.
11
b) Data rancangan proses
Data ini menggambarkan proses tahapan pembuatan komponen,
peralatan dan mesin-mesin yang dibutuhkan pada proses produksi.
Data ini dapat digamabarkan berupa peta proses operasi.
c) Data rancangan jadwal produksi
Data ini merupakan penjabaran tentang dimana dan seberapa besar
serta kapan suatu produk akan dibuat yang didasarkan atas peramalan
permintaan. Data ini akan berpengaruh dalam hal menentukan jumlah
mesin, karyawan , peralatan material handling, dan sebagainya.
2. Analisis Aliran Material
Analisis aliran material merupakan analisis pengukuran kuantitatif
untuk setiap gerakan perpindahan matrial di antara departemen-
departemen atau aktivitas-aktivitas operasional. Pola aliran ini
menggambarkan material masuk sampai pada produk jadi. Alternatif
aliran material yang dapat digunakan diantaranya sebagai berikut:
a) Pola aliran garis lurus digunakan untuk proses produksi yang pendek
dan sederhana
b) Pola aliran bentuk L, pola ini digunakan untuk mengakomodasi jika
pola aliran garis tidak bisa digunakan dan biaya bangunan terlalu
mahal jika menggunakan garis lurus.
c) Pola aliran bentuk U, pola ini digunakan jika aliran masuk material
dan aliran keluarnya produk pada lokasi yang relatif sama.
d) Pola aliran bentuk O, pola ini digunakan jika keluar masuknya
material dan produk pada satu tempat/satu pintu.
e) Pola aliran bentuk S, digunakan jika aliran produksi lebih panjang dari
ruangan yang ditempati.
3. Analisis Hubungan Aktivitas
Dalam perancangan tata letak analisis hubungan aktivitas
diperlukan untuk menentukan derajat kedekatan hubungan antar
departemen dipandang dari dua aspek yaitu kualitatif dan kuantitatif.
Untuk aspek kualitatif akan lebih dominan dalam menganalisis derajat
hubungan aktivitas dan biasanya ditunjukkan oleh pera hubungan
12
aktivitas (ARC) sedangkan untuk aspek kuantitatif lebih dominan pada
analisis aliran material.
Untuk membantu menentukan aktivitas yang harus diletakkan pada
suatu departemen, telah ditetapkan suatu pengelompokan derajat
hubungan, yang diikuti dengan tanda bagi setiap derajat tersebut. Menurut
Richard Muther berbagai hubungan tersebut antara lain:
A = Mutlak perlu aktivitas-aktivitas tersebut didekatkan
E = Sangat penting aktivitas-aktivitas tersebut berdekatan.
I = Penting bahwa aktivitas- aktivitas berdekatan.
O = Biasanya (kedekatannya), dimana saja tidak ada masalah.
U = Tidak perlu adanya keterkaitan geografis apapun.
X = Tidak diinginkan aktivitas-aktivitas tersebut berdekatan
13
4. Diagram Hubungan Aktivitas (Activity Relationship Diagram)
Diagram hubungan aktivitas untuk mengkombinasikan antara derajat
hubungan aktivitas dan aliran material. Pada ARD ini derajat kedekatan
antar fasilitas dinyatakan dengan kode huruf dan garis yang mana arti dari
lambang tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut:
Tiap kode huruf tersebut kemudian disertakan kode alasan yang menjadi
dasar penentuan penulis menentukan derajat kedekatan, misalnya seperti:
1. Kebisingan, debu, getaran., bau, dan lain-lain.
2. Penggunaan mesin atau peralatan, data informasi, material handling
equipment secara bersama-sama.
3. Kemudahan aktivitas supervisi.
4. Kerjasama yang erat kaitannya dan operator masing-masing departemen
yang ada.
5. Diagram Hubungan Ruangan
Pada tahap ini dilakukan proses evaluasi luas area yang dibutuhkan untuk
semua aktivitas perusahaan dan area yang tersedia. Diagram hubungan
ruangan dapat dilakukan setelah dilakukan analisis terhadap luasan yang
dibutuhkan dan dikombinasikan dengan ARD.
14
Terdapat beberapa metode dalam penentuan kebutuhan luas ruangan
diantaranya:
a) Metode Fasilitas Industri
Metode ini menentukan kebutuhan ruangan berdasar pada fasilitas
produksi dan fasilitas pendukung proses produksi yang digunakan.
Luas ruangan dihitung dari ukuran dari masing-masing jenis mesin
yang digunakan dikalikan dengan jumlah masing-masing jenis mesin
ditambah kelonggaran yang digunakan untuk operator dan gang
(aisle)
b) Metode Template
Metode ini memberikan gambaran yang nyata tentang bentuk dan
seluruh kebutuhan ruangan dalam dalam suatu model atau template
dengan skala tertentu.
c) Metode Standar Industri
Standar industri dibuat atas penelitian-penelitian yang dilakukan
terhadap industri yang dinilai telah mapan dalam perancangan tata
letak fasilitas secara keseluruhan.
15
2.2 Pengertian Material Handling
Salah satu masalah penting dalam produksi ditinjau dari segi kegiatan/proses
produksi adalah bergeraknya material dari satu tingkat ke tingkat proses produksi
berikutnya. Untuk memungkinkan proses produksi dapat berjalan dibutuhkan
adanya kegiatan pemindahan material yang disebut dengan Material Handling.
Material Handling mempunyai arti penanganan material dalam jumlah yang
tepat dari material yang sesuai dalam waktu yang baik pada tempat yang cocok,
pada waktu yang tepat dalam posisi yang benar, dalam urutan yang sesuai dan biaya
yang murah dengan menggunakan metode yang benar.
16
3. Berat : Per buah, per kotak, atau per unit volume.
4. Bentuk : Berupa plat panjang, persegi, bulat, dan sebagainya.
5. Kondisi : Panas, dingin, kering, basah, dan sebagainya.
6. Resiko keamanan: Mudah meledak, beracun, mudah pecah, mudah patah,
dan sebagainya.
b. Tingkat Aliran Material
Dua hal utama dalam aliran material adalah menyangkut kuantitas material
yang dipindahkan dan jarak perpindahan material tersebut. Pertimbangan aliran
material dalam perencanaan sistem material handling dapat digambarkan
sebagai berikut.
Tipe fixed position layout dengan karakter produk berukuran sangat besar
dan tingkat produksi rendah, aktivitas material handling dengan menggunakan
cranes, hoists, dan truck-truck industri. Tipe process layout dengan karakter
produk bervariasi dan tingkat produksi rendah dan sedang, aktivitas material
handling dengan menggunakan hand truck, forklift truck, dan AGV’s.Tipe
product layout, untuk menangani aliran produk dengan tingkat produksi tinggi
digunkan conveyor sedang untuk pemindahan komponen dengan truk.
17
4. Meningkatkan pemanfaatan ruang dan peralatan
5. Mengurangi ongkos
Beberapa aktivitas material handling yang perlu diperhitungkan adalah
pemindahan bahan menuju gudang bahan baku dan keluar dari gudang jadi
serta pemindahan atau pengangkutan yang terjadi di dalam pabrik saja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan ongkos material handling
diantaranya adalah jarak tempuh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang
lain dan ongkos pengangkutan per meter gerakan. Pengukuran jarak tempuh
tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan. Dengan demikian,
jika jarak tempuh sudah ditentukan dan frekuensi material handling sudah
diperhitungkan maka ongkos material handling dapat diketahui, dimana :
Total OMH = (Ongkos per meter gerakan) × (Jarak tempuh pengangkutan)
18
2.3.1 Tujuan Pemeliharaan
Beberapa tujuan maintenance yang utama antara lain :
1. Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan
rencana produksi.
2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan oleh produk itu sendiri dari kegiatan produksi yang tidak
terganggu.
3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar
batasan dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama
waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan mengenai
investasi tersebut.
4. Untuk mencapai tingkat biaya maintenance secara efektif dan efisien
keseluruhannya.
5. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.
6. Memaksimalkan ketersediaan semua peralatan sistem produksi
(mengurangi downtime).
7. Untuk memperpanjang umur/masa pakai dari mesin/peralatan
19
maintenance adalah melakukan penjadwalan untuk pengecekan (inspection)
dan pembersihan (cleaning) atau pergantian suku cadang secara rutin dan
berkala. Preventive Maintenace terdiri dua jenis, yakni :
a. Periodic Maintenance (Perawatan berkala)
Periodic Maintenance ini diantaranya adalah perawatan berkala
yang terjadwal dalam melakukan pembersihan mesin, Inspeksi
mesin, meminyaki mesin dan juga pergantian suku cadang yang
terjadwal untuk mencegah terjadi kerusakan mesin secara mendadak
yang dapat menganggu kelancaran produksi. Periodic Maintenance
biasanya dilakukan dalam harian, mingguan, bulanan ataupun
tahunan.
b. Predictive Maintenance (Perawatan Prediktif)
Predictive Maintenance adalah perawatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi kegagalan sebelum terjadi kerusakan total.
Predictive Maintenance ini akan memprediksi kapan akan terjadinya
kerusakan pada komponen tertentu pada mesin dengan cara
melakukan analisa tren perilaku mesin/peralatan kerja. Berbeda
dengan Periodic maintenance yang dilakukan berdasarkan waktu
(Time Based), Predictive Maintenance lebih menitikberatkan pada
Kondisi Mesin (Condition Based).
3. Corrective Maintenance (Perawatan Korektif)
Corrective Maintenance adalah Perawatan yang dilakukan dengan cara
mengidentifikasi penyebab kerusakan dan kemudian memperbaikinya
sehingga Mesin atau peralatan Produksi dapat beroperasi normal kembali.
Corrective Maintenance biasanya dilakukan pada mesin atau peralatan
produksi yang sedang beroperasi secara abnormal (Mesin masih dapat
beroperasi tetapi tidak optimal).
20
BAB III
PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA
21
kerja, bahan baku, barang jadi dan atau alat-alat lainnya.
d. Corong
Corong merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pengisia
minyak aromaterapi ke wadah diffuser.
e. Troli
Troli merupakan alat bantu angkut yang digunakan untuk
mengangkut barang dari satu tempat ke tempat yang lain.
22
3.2. Pengolahan Data
3.2.1.Perancangan Layout Dengan Metode SLP
Langkah awal dalam perancangan tata letak lantai produksi dengan
melakukan pengolahan data. Adapun beberapa tahapan dalam
pengolahan data tersebut antara lain :
1. Membuat Operational Process Chart dan Flow Process Chart
Operational Process Chart (OPC) dan Flow Process Chart (FPC),
menunjukkan beberapa bagian yaitu keterangan dokumenter,
komponen utama dan tambahan, proses-proses yang dialami oleh
setiap komponen sampai dengan produk jadi, waktu proses setiap
operasi dan pemeriksaan, dan total waktu produksi.
Berdasarkan keterangan dokumenter, nama objek yang diproduksi
adalah Diffuser Multifungsi. Bahan-bahan utama yang diperlukan
untuk membuat Diffuser Multifungsi yaitu Rotan Hias, Modul Jam
Digital, Minyak Aromaterapi, Wadah dan Karton Box. Selain
kuantitas setiap komponen, dapat diketahui pula ukuran yang diterima
dan ukuran yang dipakai setiap komponen.
Berikut gambar Operational Process Chart Diffuser Multifungsi:
23
Gambar 3. 4 Flow Process Chart (FPC)
24
Jam
Waktu Down Set Up Efisiensi
Kerja/Hari Bahan Kebutuhan Mesin
Operasi Time Time Mesin
No. Operasi Deskripsi Mesin (alat) (menit) % Scrap Bahan Dipersiap
(defect) Diminta Mesin/hari Mesin/hari
kan (Pi)
menit/unit (menit) (menit)
D Ei (%) Teori Aktual
(Ti)
Wadah Diffuser
1 Percetakan Blow Moulding 12 480 0 20,25 20,25 60 1 87,7 0,0058 1
Modul Jam Digital
2 Pengecekan Multimeter 2 480 1,0 81 2106 60 1 87,7 0,1001 1
Minyak Aromaterapi
3 Pengisian Corong 1 480 0 20,25 20,25 60 1 87,7 0,0005 1
Karton Box
4 Pengecekan Jangka Sorong 1 480 0,5 81 152,5 60 1 87,7 0,0036 1
Rotan Hias
5 Potong & Bentuk Cutter 5 480 1,0 2196 87840 60 1 87,7 10,4333 10
Receiving ket :
Storage
Blow Moulding
Storage
25
4. Membuat Activity Relationship Chart (ARC)
Sebelum membuat ARC, kami membagi proses produksi ke dalam
beberapa stasiun kerja. Stasiun kerja tersebut antara lain:
a. Gudang Bahan Baku
Gudang bahan baku digunakan untuk tempat penyimpanan bahan awal
yang akan diproses.
b. Area Rotan Hias
Area Rotan Hias digunakan untuk melakukan proses produksi rotan hias
sebagai bagian dari part diffuser multifungsi
c. Area Pemeriksaan
Area Pemeriksaan digunakan untuk memeriksa produk jadi atau
komponen yang telah di produksi.
d. Area Pencetakan Wadah
Area Pencetakan Wadah adalah area yang digunakan untuk proses
pembuatan part komponen wadah diffuser.
e. Area Perakitan Produk
Area Perakitan Produk digunakan untuk merakit produk yang telah
dibuat komponennya.
f. Area Pengemasan
Area ini digunakan untuk mengemas diffuser mulifungsi agar
memudahkan pada saat didistribusikan.
g. Gudang Produk Jadi
Gudang bahan jadi digunakan untuk tempat penyimpanan produk jadi
diffuser multifungsi.
h. Area Limbah
Area limbah digunakan untuk membuang limbah yang dihasilkan.
i. Area Kantor
Area kantor digunakan untuk tempat manajerial, administrasi dan
dokumentasi CV Reeddm
j. Parkiran
Area parkiran digunakan untuk tempat penyimpanan kendaraan
karyawan CV Reeddm.
26
k. Toilet
Toilet digunakan untuk keperluan kamar mandi karyawan di CV
Reeddm.
l. Loker
Loker digunakan untuk tempat penyimpanan barang dan bergantinya
pakaian karyawan.
m. Kantin
Kantin digunakan untuk tempat keperluan konsumsi dan instirahat di CV
Reeddm.
n. Mushola
Mushola digunakan untuk tempat keperluan ibadah di CV Reeddm.
o. Janitor
Janitor digunakan untuk tempat menyimpan alat dan bahan kebersihan.
27
Berdasarkan derajat hubungan antar aktivitas dan alasannya, maka peta hubungan
keterkaitan aktivitas untuk area kerja selengkapnya pada gambar dibawah ini:
28
5. Working Sheet for Activity Relathionship Chart
Cara penentuan worksheet dengan menyajikan lembar kerja dari peta ARC
dalam bentuk ringkasan, Worksheet secara detailnya dapat dilihat pada tabel 3.2.
No Fasilitas A E I O U X
Gudang 8,9,13
1 2,3 4 5 6,7,10,11,12,14,15
Bahan Baku
Area 8
1,2 7,9,10,11,12,13,14,
3 Pemeriksaa 5 6
,4 15
n
Area 8
2,7,9,10,11,13,14,1
4 Pencetakan 3 1 5 6,12
5
Wadah
Area 8
9,10,11,12,13,14,1
5 Perakitan 6 3 4,7 1,2
5
Produk
Area 8
6 5,7 2 3,4,12 1,9,10,11,13,14,15
Pengemasan
Gudang 1,2,3,411,12,13,14, 8
7 6 10 5 9
Produk Jadi 15,
1,3,4,5,
Area
8 10 2,11,15 6,7,9,1
Limbah
2,13,14
12, 1,8
9 Area Kantor 10,11 15
13
29
1,2,3,4,5,6,11,12,1
10 Parkiran 7 8,9,14
3,15
1,2,3,4,5,6,7,8,10,1
11 Toilet 12 15 9
3,14
9,1 2,4,6,14,1 8
12 Loker 11 1,3,5,7,10
3 5
1,2,3,4,5,6,7,11,13, 8
14 Musholla 9 10,12
15
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
15 Janitor 11 12
,13,14
30
Luas Area yang dibutuhkan
Kegiatan Jumlah Total area
Nama Jumlah Jumlah Size
No Departemen/Kompone Peralatan Ruang Jumlah kelonggara luas Per area
Urut n Mesin/Peralatan Mesin Ruang n Mesin/
Pembantu Pembantu Materia Luas Alat per Departeme templat
(PxL) , Pekerja l operasi e
/Operasi 100 % n
dll (PxL) (PxL)
1 Gudang Bahan Baku Troli 1 x 0,6 4x5 20,6 41,2 1 41,2 41,2 6x7
2 Area Rotan Hias Alat Potong 2x2 3x3 2,5 x 2 18 36 36 36 6x6
Multimeter dan
3 Area Pemeriksaan Jangka Sorong. 1x1 2x2 2x2 9 18 18 18 6x3
31
7. Membuat Area Relationship Diagram (ARD)
Worksheet / lembar kerja kemudian digunakan sebagai dasar pembuatan
activity relationship diagram (ARD) yaitu untuk menentukan letak masing-
masing aktivitas/ depatement. Peta aktivitas dan lembar kerja tersebut
memudahkan untuk membuat diagram keterkaitan aktivitas (ARD).
Berdasarkan peta aktivitas dan lembar kerja, maka diagram keterkaitan
aktivitas (Activity Relationship Diagram) :
A-2,3 E-4 A-1,2,4 E-5 A-6 E-3 A- E- A- E-
X-8,9,13 X-8 X-8 X-1,8 X-1,8
Gudang Bahan Baku (1) Area Pemeriksaan (3) Area Perakitan Produk (5) Area Kantor (9) Kantin (13)
Keterangan :
A = 4 Garis
E = 3 Garis
I = 2 Garis
O = 1 Garis
U = Tidak ada
X = Satu Garis Merah
32
3.2.2. Merancang Template Tata Letak Fasilitas
Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan baik dari pembuatan
Activity Relationship Chart (ARC), penyusunan Worksheet, perhitungan luas
lantai produksi, pembuatan Activity Relathionship Diagram (ARD) dan
pembuatan Diagram Hubungan Ruangan, maka diperoleh rancangan template
tata letak fasilitas pada gambar 3.10 - 3.11. sebagai berikut :
33
Gambar 3. 12 Sketsa Tata Letak Fasilitas
34
BAB IV
ANALISIS DATA
Dari hasil perancangan tata letak fasilitas, penempatan area kerja disesuaikan
dengan keterkaitan aktivitas antar area kerja satu dengan area kerja lain. Sehingga
area kerja yang memiliki keterkaitan aktivitasnya dapat didekatkan. Pendekatan ini
dilakukan untuk memperpendek jarak perpindahan material.
Metode Systematic Layout Planning (SLP) mempunyai prosedur yang terperinci
dalam mengatur layout berdasarkan urutan prosesnya. Adapun peta kerja yang
harus dibuat dalam metode SLP antara lain Operational Process Chart (OPC),
Flow Process Chart (FPC), Multi Product Process Chart (MPPC), Activity
Relathionship Chart (ARC), dan Area Relationship Diagram (ARD).
Hubungan keterkaitan aktivitas antar area kerja bisa dilihat pada gambar 3.6
Activity Relationship Chart (ARC). Activity Relationship Chart (ARC) memetakan
area – area kerja yang mutlak, sangat penting, penting bahkan yang biasa untuk
didekatkan sampai area - area kerja mana yang tidak penting dan tidak diinginkan
untuk didekatkan. Faktor alasan tertentu yang dipakai sebagai landasan apakah area
kerja satu didekatkan dengan area kerja berikutnya atau bahkan perlu dijauhkan.
Dari Activity Relationship Chart (ARC) yang telah dibuat selanjutnya adalah
menghitung luas lantai produksi. Perhitungan luas lantai produksi di setiap area
kerja disesuaikan dengan mesin/peralatan apa saja yang dipakai, alat
bantu/peralatan lain, allowance untuk operator dan allowance dari aliran material.
Perhitungan luas lantai produksi ini diupayakan untuk mengoptimalkan ketersedian
luas area yang tersedia. Perhitungan luas lantai produksi juga memperhatikan
peralatan tambahan yang perlu ada.
Pembuatan Activity Relationship Chart (ARC) dan perhitungan luas lantai
produksi akan dipakai sebagai dasar pembuatan Activity Relationship Diagram
(ARD) beserta luasan yang dibutuhkan. Pembuatan Activity Relationship Diagram
(ARD) akan memudahkan dalam pembuatan template layout.
35
4.1. Tipe Tata Letak
Tipe tata letak fasilitas terdiri dari empat tipe yaitu : tata letak fasilitas
berdasarkan aliran produksi (product layout), tata letak proses (process
layout), tata letak material tetap (fixed product layout) dan tata letak grup
(group technology layout). Dari hasil penelitian pada proses produksi
Diffuser multifungsi, metode pengaturan dan penempatan mesin dibagi ke
dalam area-area kerja. Dimana area-area kerja tersebut dikelompokan
berdasarkan part/komponen (produk layout) dikombinasikan dengan
penempatan area kerja berdasarkan proses operasi atau fungsinya. Maka
dapat disimpulkan tipe tata letak pada proses pembuatan Diffuser multifungsi
adalah tipe group technology layout.
4.2. Pola Aliran Material
Dari keseluruhan prosedur metode SLP yang digunakan sebagai panduan
dalam pembuatan template layout dimana pola aliran material yang terjadi
termasuk pola aliran Serpentine. Pola ini biasanya digunakan bila aliran
proses produksi lebih panjang daripada luas area. Arah aliran diarahkan
membelok sehingga menambah panjang garis aliran yang ada. Pola ini
digunakkan untuk mengatasi keterbatasan area. Berikut gambar 4.1 tata letak
fasilitas pembuatan produk Diffuser multifungsi.
36
Gambar 4. 2 Aliran Material 3D
Dari pola aliran material yang terjadi selama proses produksi, dapat
disimpulkan bahwa sistem material handling yang digunakan selama proses
produksi berlangsung. Sistem material handling yang digunakan adalah troli
dengan ukuran 100 x 60 cm. Sistem material handling mengikuti pola aliran
material yang terjadi.
37
BAB V
tertera pada tabel 3.3 yaitu area gudang bahan baku 42 m2, area
produksi 120 m2, area gudang produk jadi 60 m2, area kantor 56 m2,
area janitor 2 m2, area toilet 24 m2, area parkir 40 m2, area limbah 8 m2,
area loker 20 m2, kantin 20 m2, dan mushola seluas 40 m2.
5.2 Saran
Hal-hal yang dirumuskan sebagai saran dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perlu adanya penelitian yang lebih mendalam untuk mempelajari tata
letak fasilitas pada industri manufaktur sehingga diperoleh pembahasan
yang lebih komprehensif.
2. Perlu dilakukan evaluasi menyeluruh setelah layout dibuat dan
diterapkan pada kondisi nyata.
3. Perlu dilakukan penyesuaian dan uji tata letak dengan keadaan fasilitas
yang sesungguhnya.
38
DAFTAR PUSTAKA
Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Barang. Edisi Tiga.
Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung.
Assauri, S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Keempat, Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Eko, S. R., 2010. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi di CV. Dimas
Rotan Gatak Sukoharjo. Skripsi: Program Studi Teknik Industri Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.
Groover, M.P., 2001, Automation, Production System and Computer Integrated
Manufacturing, edisi dua, Prentice Hall International, New Jersey.
Heizer, J. dan B. Render. 2006. Manajemen Operasi, Edisi Ketujuh. Salemba
Empat, Jakarta.
Meyers, Fred E. dan Stephens, Mathhew P., 2005, Manufacturing Facilities Design
and Material Handling, 3rd ed, Prentice Hall, Inc., New Jersey.
Susetyo, J. Simanjuntak, R.S. and Ramos, J.M. 2010. Perancangan Ulang Tata
Letak Fasilitas Produksi Dengan Pendekatan Group Technology dan
Algoritma blocplan Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling, Jurnal
Teknologi, 3 : pp.75-83.
Tompkins, J.A., White, J.A., Bozer, Y.A., dan Tanchoco, J.M.A., 2003, Facilities
Planning, 3rd ed, Jhon Wiley & Sons, Inc., Kundli.
Tauvik, U. 2005. Mempelajari Tata Letak dan Sarana Dalam Mengoptimalkan
Kegiatan Penanganan Bahan (Studi Kasus: Factory–3, PT. Yamaha
Indonesia). Skripsi : Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian
Bogor.
Wignjosoebroto, Sritomo (2003). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.
Surabaya: Penerbit Gunawidya.
39