LAPORAN AKHIR
Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIDYATAMA
2021 / 2022
UNIVERSITAS WIDYATAMA TEKNIK INDUSTRI
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI II
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh:
Menyetujui.
Asisten I Asisten II
Mengesahkan.
Instruktur Praktikum
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya.
sehingga kami bisa menyelesaikan laporan praktikum akhir dengan lancar.
Penulisan laporan penelitian ini merupakan salah satu rangkaian tugas yang wajib di tempuh oleh
setiap mahasiswa Fakultas Teknik dari Universitas Widyatama program S1 – Teknik Industri angkatan
2019 terhadap mata kuliah Praktikum Perancangan Teknik Industri II.
Kami juga tak lupa bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini telah banyak menerima bantuan
dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu. pada kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Dosen Pembimbing Teknik Industri yaitu Bapak Mochamamad Fauzi. S.T., M.T. selaku dosen
Mata Kuliah Praktikum Perancangan Teknik Indsutri II yang telah membantu penulis dalam
mengerjakan tugas ini.
3. Orang tua yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan.
4. Teman – teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan praktikum ini.
5. Semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan laporan praktikum ini.
Penulis menyadari ada kekurangan pada laporan praktikum ini. Oleh sebab itu. saran dan kritik
senantiasa diharapkan demi perbaikan tugas penulis. Penulis juga berharap semoga laporan praktikum ini
mampu memberikan pengetahuan tentang Perancangan Teknik Industri.
(Penyusun)
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.1.1 Pengendalian Produksi
Pengendalian produksi merupakan aktivitas yang menetapkan kemampuan sumber-sumber
yang digunakan dalam memenuhi rencana kemampuan produksi berjalan sesuai rencana,
melakukan perbaikan rencana. Pengendalian produksi hampir sama dengan perencanaan
produksi hanya perencanaan produksi lebih ke aktivitas untuk menetapkan produk yang
diproduksi, jumlah yang dibutuhkan, kapan produk tersebut harus selesai dan sumber-
sumber yang dibutuhkan. Maka dari itu, pengendalian produksi sangat penting dalam
kegiatan produksi agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien dan efektif.
Dalam menentukan pengendalian produksi yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
pasar maka dibutuhkan dengan menggunakan metode penjadwalan yaitu Material
Requirement Planning (MRP) yang bertujuan untuk analisis lanjutan berkenaan dengan
persediaan kapasitas dan keseimbangan menggunakan perencanaan kebutuhan kapasitas.
Sistem MRP dibutuhkan karena adanya perbedaan kapasitas permintaan antara kesadaran
akan dibutuhkannya suatu kebijakan baru dengan waktu kebijakan tersebut. Maka dalam
menentukan kebijaksanaan perlu diperkirakan kesempatan ataupun peluang yang ada. dan
hambatan yang mungkin mengganggu kegiatan produksi demi mencapai keuntungan yang
sebesar-sebesarnya dan mencegah adanya kerugian karena tidak sanggup memenuhi
kebutuhan konsumen.
1.1.2 Desain Pergudangan
Menentukan tata letak gudang merupakan salah satu keputusan untuk menentukan efisiensi
operasi gudang perusahaan dalam jangka panjang, bila gudang tidak sepenuhnya
digunakan, maka hal tersebut merupakan suatu pemborosan biaya dan tenaga kerja. Dalam
suatu pabrik, efektif dan efisien dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya adalah sistem
penyimpanan material. Misalnya gudang bahan baku, ketersediaan bahan baku pada waktu
jumlah dan bahan yang tepat. Maka dari itu dibutuhkan sistem penyimpanan yang baik
dalam gudang.
Aktifitas pergudangan meliputi penerimaan barang masuk, pengiriman barang keluar, dan
penyimpanan stok. Yang didalamnya terdapat bahan baku, barang setengah jadi, maupun
hasil produksi yang siap dikirim. Tujuan utama pengaturan layout gudang yaitu
menentukan metode paling tepat agar pergerakan barang di dalam gudang berjalan efektif
dan efisien.
Dalam menentukan layout gudang yang bertujuan untuk meminimasi biaya material
handling, memanfaatkan ruangan yang efektif, dan menghindari simplifikasi dari proses
produksi. Maka dilakukan ABC Classification, yaitu analisis ABC untuk
mengklasifikasikan jenis – jenis barang dengan cara dipilah berdasarkan tingkat
kepentingannya.
1.1.3 Perencanaan Distribusi Barang
Perencanaan distribusi barang diperlukan untuk mengatasi permasalahan persediaan
barang mulai dari jumlah produksi barang, sistem distribusi yang kurang baik, waktu
pengiriman, dan kelebihan ataupun kekurangan persediaan. Metode yang digunakan untuk
perencanaan distribusi adalah dengan menggunakan metode Distribution Requirement
Planning (DRP) yang berfungsi menentukan kebutuhan – kebutuhan untuk mengisi
kembali inventori pada branch warehouse maupun beberapa store yang merupakan titik
distribusi perusaahaan.
Dalam beberapa kasus saat penjualan tidak sesuai dengan forecast demand, pada saat
penjualan menurun, maka akan terjadi penumpukan stok. DRP akan segera menunda
pengiriman agat stok tidak menumpuk, dan pada saat penjualan meningkat daripada
demand, maka stok akan habis, maka DRP akan melakukan pengiriman dengan
perhitungan yang dibutuhkan ditambah dengan kebutuhan untuk buffer stock guna
mengantisipasi terjadinya out of stock.
Sistem DRP dibutuhkan perusahaan dalam perencanaan produksi yang akurat sesuai
dengan kebutuhan pasar, dan mampu memberikan informasi yang cukup untuk membantu
dalam hal peramalan penjualan dan dengan demikian perusahaan mampu menyediakan
stok barang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Dengan hal berikut metode
DRP dapat dijadikan acuan dalam efesiensi dan efektifitas yang terjadi dalam proses
distribusi.
1.1.4 Perencanaan Jadwal Distribusi Barang
Dalam memenangkan persaingan di dunia usaha yang saat ini mengalami laju pertumbuhan
yang pesat maka perusahaan perlu menggunakan berbagai cara seperti pengiriman yang
tepat, pengiriman sangat penting untuk menjaga kepercayaan dan kepuasan pelanggan,
maka ketepatan waktu pengiriman produk dan kualitas produk yang dihasilkan merupakan
hal yang penting. Dengan adanya penjadwalan aktifitas distribusi barang yang baik,
keberhasilan pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal
PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI II 2
UNIVERSITAS WIDYATAMA TEKNIK INDUSTRI
Dalam pengiriman banyak hal yang perlu dilakukan diantaranya adalah mengukur
kecepatan, ketepatan, volume, dan kondisi lainnya, dan banyak juga hambatan yang dapat
terjadi dalam pengiriman diantaranya adalah keterlambatan pengeluaran barang,
kekurangan barang, urutan rencana pengiriman tidak tepat, dan armada angkutan tidak
memadai. Kendala dalam hal pengiriman barang, hal ini mengakibatkan penumpukan
barang di area penyimpanan.
Dalam menentukan perencanaan jadwal distribusi barang yang optimal adalah dengan
membuat pola kedatangan (loading pattern) truk di area shipping dengan mengatur waktu
kedatangan dan keberengkatan truk. Metode yang digunakan untuk mengatur jadwal
bongkar muat berikut adalah Shipping Operation Diagram (SOD) dan cycle issue kanban
adalah jarak pemasok, karakteristik, jumlah pesanan per hari, dan kapasitas truk.
1.1.5 Penentuan Rute Kendaraan
Pendistribusian barang adalah salah satu bagian yang sangat penting dalam menentukan
kesuksesan perusahaan dalam optimalisasi dan efisiensi, distribusi merupakan transportasi
yang memungkinkan produk pindah dari lokasi dimana mereka diproduksi ke lokasi
gudang atau store yang sering dibatasi oleh jarak yang jauh. Agar bisa memenuhi
permintaan, maka perusahaan harus dapat mendistribusikan produksinya secara optimal
dengan membuat keputusan – keputusan mengenai rute yang dapat mengoptimalkan jarak
Jalur distribusi barang yang efektif akan menentukan profit yang diperoleh perusahaan dan
harga barang yang makin kompetitif, kesalahan penentuan jalur distribusi akan
mengakibatkan jalur pengiriman yang ditempuh terlalu panjang dan rumit sehingga
mengakibatkan biaya transportasi yang mahal. Dengan adanya permasalahan tersebut,
maka perlu dilakukan penentuan rute yang akan dilalui sehingga dapat meminimalkan
biaya transportasi.
Metode yang digunakan dapat memberikan biaya pendistribusian produk yang minimal
adalah metode Savings Matrix untuk menentukan distribusi produk ke wilayah pemasaran
dengan cara menentukan urutan rute distribusi yang harus dilalui dan jumlah alat angkut
berdasarkan kapasitas dari alat angkut tersebut. Metode ini digunakan agar mendapatkan
rute terpendek dan memperoleh biaya transportasi yang minimum.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 PENGENDALIAN PRODUKSI
2.1.1 Material Requirement Planning (MRP)
Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode
penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,
kemudian diajukan untuk analisis lanjutan berkenaan dengan persediaan kapasitas dan
keseimbangan menggunakan perencanaan kebutuhan kapasitas. Sistem MRP
mengkoordinasikan pemasaran, manufacturing, pembelian, rekayasa melalui
pengadopsian rencana produksi serta melalui penggunaan satu data base terintegrasi guna
merencanakan, dan memperbaharui aktivitas dalam sistem industri modern secara
keseluruhan.
Langkah Utama Sistem Material Requirements Planning (MRP)
Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang selanjutnya keempat langkah ini harus
ditetapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada setiap item. Prosedur ini dapat
dilakukan secara manual bila jumlah item yang terlibat dalam produksi relatif sedikit. Suatu
program diperlukan bila jumlah item sangat banyak. Langkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut (Baroto, 2002).
1. Netting
Merupakan suatu proses perhitungan kebutuhan bersih yang biasanya merupakan selisih
antara kebutuhan kotor dengan persediaan di tangan dan yang sedang diproses (dipesan).
2. Lotting
Merupakan suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan optimal untuk setiap
item secara individual berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih yang telah
dilakukan. Beberapa teknik diarahkan untuk menyeimbangkan ongkos set up dan ongkos
simpan. Ada juga teknik yang sederhana yang memakai jumlah pemesanan tetap atau
periode pemesanan tetap.
3. Off Setting
Merupakan salah satu langkah pada MRP untuk menentukan saat yang tepat untuk rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan didapat dengan cara
menggabungkan saat awal tersedianya lot size yang diinginkan dengan besarnya waktu
ancang. Waktu ancang ini sama dengan besarnya waktu saat barang mulai dipesan atau
diproduksi sampai barang tersebut siap untuk dipakai.
4. Explosion
Yaitu proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat yang lebih bawah didasarkan atas
rencana pesanan. Dalam proses explosion ini, data mengenai struktur produk sangat
memegang peranan, karena atas dasar struktur produk inilah proses explosion akan berjalan
dan dapat menentukan ke arah komponen mana yang harus diexplosion.
Istilah-istilah yang Digunakan Material Requirement Planning (MRP)
Sebelum memasuki lebih lanjut mengenai perencanaan kebutuhan material, terlebih dahulu
menjelaskan tentang pengertian dari tabel untuk perhitungan MRP. Berikut ini dijelaskan
tentang istilah-istilah yang biasa digunakan, yaitu: (Gasperz, 2004)
1. Gross Requirement (GR, kebutuhan kasar)
Adalah total dari semua kebutuhan, termasuk kebutuhan yang diantisipasi untuk setiap
periode waktu. Berdasarkan pengertian tersebut gross requirement merupakan bagian dari
keseluruhan jumlah item (komponen) yang diperlukan pada suatu periode.
2. Schedule Receipts (SR, penerimaan yang dijadwalkan)
Merupakan jumlah item yang akan diterima pada suatu periode tertentu berdasarkan
pesanan yang dibuat.
3. Begin Inventory (BI, inventori awal)
Merupakan jumlah inventori di awal periode.
4. Net Requirement (NR, kebutuhan bersih)
Merupakan jumlah aktual yang diinginkan untuk diterima atau diproduksi dalam periode
bersangkutan.
5. Planned Order Receipt (PORt, penerimaan pemesanan yang direncanakan)
Adalah jumlah item yamg diterima atau diproduksi oleh perusahaan manufaktur pada
periode waktu terakhir.
6. Planned Ending Inventory (PEI, rencana persediaan akhir periode)
Merupakan suatu perencanaan terhadap persediaan pada akhir periode.
7. Planned Order Releases (PORel, pelepasan pemesanan yang direncanakan)
Adalah jumlah item yang direncanakan untuk dipesan agar memenuhi perencanaan pada
masa yang akan datang atau order produksi yang dapat dilepas untuk dimanufaktur.
8. Lead Time
Adalah waktu tenggang yang diperlukan untuk memesan (membuat) suatu barang sejak
saat pesanan (pembuatan) dilakukan sampai barang itu diterima (selesai dibuat).
9. Lot Size (ukuran lot)
Merupakan kuantitas pesanan dari item yang memberitahukan MRP berapa banyak
kuantitas yang dipesan, serta lot sizing apa yang dipakai.
Model Economic Order Quantity
a. Hitung Ukuran Lot Pemesanan Ekonomis (q0*)
Beri tanda (*) untuk nilai terkecil, nilai tersebut adalah nilai optimal!
c. Tabel Kebijakan Inventori dengan Algoritma Wagner-Within
Agar MRP dapat dibuat dengan baik, MRP memerlukan beberapa input utama yang harus
terpenuhi. Input utama itu merupakan komponen dasar MRP yang terdiri dari:
1. Master Production Schedule (MPS)
Merupakan suatu pernyataan definitif tentang produk akhir (end item) apa yang
direncanakan perusahaan untuk diproduksi, berapa kuantitas yang dibutuhkan, pada waktu
kapan dibutuhkan, dan bilamana produk itu akan diproduksi. MPS disusun berkaitan
dengan pemasaran, rencana distribusi, perencanaan produksi, dan perencanaan kapasitas.
2. Bill of Material (BOM)
Meliputi daftar barang atau material yang diperlukan bagi perakitan, pencampuran, dan
pembuatan produk akhir. BOM (Bill of Material) dibuat untuk menentukan barang mana
yang harus dibeli dan barang mana yang harus dibuat.
3. Struktur Produk
Merupakan gambaran tentang langkah-langkah atau proses pembuatan produk, mulai dari
bahan baku hingga produk akhir.
4. Catatan Persediaan
Sistem MRP harus memiliki dan menjaga suatu data persediaan yang up to date untuk
setiap komponen barang. Data ini harus menyediakan informasi yang akurat tentang
ketersediaan komponen dan seluruh transaksi persediaan, baik yang sudah terjadi maupun
yang sedang direncanakan.
Jumlah aktual yang diinginkan untuk diterima atau diproduksi dalam periode yang
bersangkutan.
𝑁𝑅𝑡 = 𝐺𝑅𝑡 - 𝑆𝑅𝑡 - 𝐵𝐼𝑡
7. Planned Order Receipt (PORt)
Jumlah item yang diterima atau diproduksi oleh periode waktu terakhir.
𝑃𝑂𝑅𝑡 = 𝑁𝑅𝑡 , untuk 𝑁𝑅𝑡 > 0
= 0 , untuk 𝑁𝑅𝑡 ≤ 0
8. Planned Ending Inventory (PEI)
Merupakan fungsi dari NR dan GR.
𝑃𝐸𝐼𝑡 = 𝑃𝑂𝑅𝑡 + 𝑆𝑅𝑡 + 𝑃𝐸𝐼𝑡 − 𝐺𝑅𝑡
9. Planned Order Release (PORel)
Planned order release dipengaruhi oleh lead time.
𝑃𝑂𝑅𝑒𝑙 = 𝑃𝑂𝑅𝑡𝑡 + 𝐿
2.2 DESAIN PERGUDANGAN
2.2.1 Pendahuluan
ABC Classification
Analisis ABC merupakan suatu cara untuk mengklasifikasikan jenis-jenis barang dengan
cara dipilah berdasarkan tingkat kepentingannya. Dari berbagai ukuran kepentingan, salah
satu yang cukup dikenal dalam pengendalian sistem inventori adalah metode yang
dikemukakan oleh Pareto, yang dikenal pula dengan analisis ABC.
Diagram Pareto
Diagram Pareto disusun berdasarkan persentase kumulatif penyerapan dana dan persentase
jenis item dari barang yang dikelola. Untuk keperluan penyusunan Diagram Pareto
diperlukan data dasar tentang:
1. Jenis barang yang dikelola
2. Jumlah pemakaian tiap jenis barang (biasanya selama satu tahun)
3. Harga satuan barang
Selanjutnya untuk menggambarkan Diagram Pareto dan memilah barang atas beberapa
kategori dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Hitung jumlah penyerapan dana untuk setiap jenis barang per tahun (𝑀𝑖 ), yaitu dengan
mengalikan antara jumlah pemakaian tiap jenis barang per tahun (𝐷𝑖 ) dengan harga
satuan barang (𝑝𝑖 ), secara sistematis dapat dinyatakan:
𝑀𝑖 = 𝐷𝑖 𝑥 𝑝𝑖
2. Hitunglah jumlah total penyerapan dana untuk semua jenis barang
M = Σ𝑀𝑖
3. Hitunglah presentase penyerapan dana untuk setiap jenis barang (𝑃𝑖 )
𝑀𝑖
𝑃𝑖 = x 100%
𝑀
5. Urutkan presentase penyerapan dana sesuai dengan urutan besarnya presentase penyerapan
dana, dimulai dari presentase penyerapan dana terbesar sampai dengan terkecil.
6. Hitung nilai kumulatif presentase penyerapan dana dan nilai kumulatif presentase jenis
barang berdasarkan urutan yang diperoleh pada langkah 5.
7. Gambarkan diagram Pareto pada diagram Cartesian dengan menggunakan nilai persentase
jenis item barang sebagai sumbu ordinat dan persentase penyerapan dana sebagai sumbu
absis.
8. Tentukan kategorisasi barang berdasarkan prinsip Pareto.
Kriteria masing-masing kelas dalam klasifikasi ABC menurut Reid & Sanders (2017) adalah
sebagai berikut:
1. Kelas A: Persediaan yang memiliki nilai volume tahunan rupiah yang tinggi. Kelas ini
mewakili sekitar 60% – 80% biaya persediaan barang.
2. Kelas B: Persediaan dengan nilai volume tahunan rupiah yang menengah, kelas B yang
mewakili 25% – 35% dari biaya persediaan barang.
3. Kelas C: Barang yang nilai volume tahunan rupiahnya rendah, yang hanya mewakili sekitar
5% – 15% biaya persediaan barang.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan besar kapasitas gudang
antara lain:
1. Besarnya ukuran masing-masing barang yang akan disimpan
2. Waktu tenggang dari pesanan barang
3. Jumlah atau banyaknya barang yang harus disimpan dan frekuensi keluar masuknya
barang
4. Faktor resiko yang hendak diterapkan oleh pihak manajemen gudang, faktor ini
meliputi:
Faktor kehabisan barang dan faktor kekurangan tempat penyimpanan pada saat barang
tiba di gudang.
Layout Gudang harus memperhatikan jenis barang yang disimpan. Jenis barang yang
disimpan pada umumnya dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu:
1. Barang dengan keluar masuk yang cepat (fast moving)
2. Barang dengan frekuensi keluar masuk yang lambat (slow moving)
Dimana:
ND : Number of Dock Truck (Jumlah pintu dock)
d : Permintaan perhari
Dimana:
𝑎𝑥 : Dimensi barang (per unit atau per palet) yang akan disimpan di arah sumbu x
𝑎𝑦 : Dimensi barang (per unit atau per palet) yang akan disimpan di arah sumbu y
𝑊𝑥 : Lebar anak gang di arah sumbu x
Keterangan:
GD : Gross Demand
NR : Net Requirement
POR : Planned Order Release
Container dan pada proses outbound membantu untuk perkiraan jenis angkutan serta untuk
memaksimalkan volume utilisasi.
Terdapat berbagai kemungkinan bagi Cube-IQ dalam aktivitas Loading:
1. Menciptakan 3D diagram beban rencana yang menggunakan aturan pemuatan.
2. Kompleks yang mencakup urutan pemuatan, partial Load, dan pendistribusian beban.
3. Mengoptimalkan beban dibawah tumpukan secara menyeluruh yang sesuai dengan
aturan.
4. Menyimpan kasus pemuatan secara lengkap.
5. Mendistribusian intruksi pemuatan dalam diagram 3D.
6. Ekspor dan impor kasus pemuatan.
Penerapan aplikasi dalam melakukan perencanaan sesuatu aktivitas akan memudahkan
pengguna mengeksplorasi berbagai kemungkinan yang dapat ditempuh tanpa
mengeluarkan tenaga kerja, biaya, dan waktu yang lebih. Berikut adalah ilustrasi dari
pengoperasioan aplikasi Cube-IQ 5.1:
Tampilan startup Cube-IQ 5.1 pada desktop
Awal pada Cube-IQ menu yang harus diisi adalah detail dari produk yang akan dikirim,
Containers sebagai jenis armada yang akan digunakan, setting dan option sebagai rules
dalam proses Loading, dan custiner yang akan dituju.
Containers
Semua kontainer harus memiliki kumpulan data dasar ini:
1. ID - pengenal atau nama unik untuk tipe Container ini, yang akan digunakan saat Anda
menentukan kasus pemuatan
2. Tipe - 'Rectangular', 'Irregular Shape', 'Truck/Trailer', 'Pallet', 'Box', atau 'Railcar'
3. Depth - Kedalaman (jarak dari belakang ke depan, dalam satuan panjang yang dipilih
untuk Container ini pada tab Data-nya)
4. Width - Lebar (jarak dari kiri ke kanan)
5. Height - Tinggi (jarak dari lantai ke langit-langit)
6. Weight Capacity - Berat Kapasitas (dalam satuan berat pilihan Anda)
Products
Setiap Produk harus memiliki pengenal unik (nama) yang akan digunakan saat
menyiapkan
1. Length (Panjang)
2. Width (Lebar)
3. Height (Tinggi)
4. Weight (Berat)
Digunakan untuk memeriksa berat yang dimuat terhadap kapasitas berat kontainer dan
batas berat axle, dan juga digunakan dalam penentuan posisi Pusat Gravitasi. Harus
berada dalam satuan bobot yang dipilih di General Settings.
5. Volume
Volume Produk dihitung secara otomatis oleh Cube-IQ, setelah semua data dimensi
tersedia. Dua bidang lainnya di layar utama adalah
6. Decription (Deskripsi)
Teks ini hanya digunakan untuk informasi yang dapat ditentukan pengguna. Hal ini
ditunjukkan di berbagai jendela dan laporan.
Di sini Anda bisa memasukkan beberapa deskriptor yang disingkat untuk Produk. Ini
kemudian akan digunakan dalam berbagai Load Plans (memuat diagram), yang
cenderung lebih jelas saat Id Produk lebih pendek digunakan.
Load Setup
Load Setup adalah tempat Anda mendefinisikan kasus loading baru, dan
memodifikasi atau menghapus kasus yang ada. Disini, Anda akna mengatur scenario
loading yang akan Anda simulasikan.
Loading Overview akan menunjukkan seberapa baik utilitas muatana kontainer Anda.
Informasi yang ditunjukkan adalah banyaknya produk yang dapat dimuat, total volume
yang dimuat, total berat yang dimuat, dan persentase setiap parameternya.
Salah satu metode yang dapat diguanakan untuk mengatur jadwal bongkar muat untuk
pengiriman adalah Shipping Operation Diagram (SOD) dan cycle issue kanban. Faktor-
faktor yang berpengaruh dalam menentukan cycle issue kanban adalah jarak pemasok,
karakteristik dan varian komponen yang dipasok, jumlah pesanan per hari, dan kapasitas
truk (Monden, 2000). SOD didefinisikan sebagai suatu diagram yang mendeskripsikan
perjalanan waktu dari urutan operasi mulai informasi/kanban diterima, sampai dengan
barang/part dikirim ke customer. Tujuannya:
1. Alat visual kontrol untuk melihat kesesuaiannya operasi/pekerjaan dengan waktu yang
telah ditetapkan
Kanban Cyclic
Sistem order dengan konsep Pull System menggunakan Kanban Withdrawal yang
diikutkan dengan truck delivery supplier yang menjadi informasi untuk delivery part
berikutnya. Hal ini bisa Dilihat dari Kode pada Cycle Issue
8 : Menyatakan frekuensi dari angka sebelumnya (1), artinya 1 hari 8 kali pengiriman
Sistem order dengan konsep Pull System. Order dari customer menggunakan Kanban
withdrawal elektronik dan dicetak di supplier untuk ditempelkan di part yang akan dikirim.
Untuk kode cycle issue-nya akan berbeda dengan metode Kanban cyclic.
8 : Menyatakan frekuensi dari angka sebelumnya (1), artinya 1 hari 8 kali pengiriman
X : Menyatakan interval antara order dating dan delivery barang tersebut yang tidak dapat
diukur, biasanya informasi dikirim dalam 1 waktu saja dan via email atau portal website
customer
Contoh Kanban
Berdasarkan data berikut, pembuatan DOS dapat dibuat dengan tahap berikut:
1. Isi dahulu waktu kedatangan truk pada cycle 1 yaitu pukul 11.00
2. Isi waktu loading/unloading sesuai dengan informasi kedatangan truk yaitu 30
menit
3. Isi start loading dengan mengurangi waktu kedatangan dengan waktu
loading/unloading (11.00 - 00.30 = 10.30)
4. Isi wait time dengan waktu estimasi untuk menunggu selesainya barang ditarik
kedalam truk yaitu 1 jam (ini disesuaikan dengan kondisi lapangan, umunya 1
jam)
5. Isi finish pulling dengan mengurangi start loading dengan waktu waktu
tunggu (10.30 - 01.00 = 09.30)
6. Isi break sesuai dengan jam kerja operator, cek apakah ada jam istirahat
diantara jam masuk kerja dengan waktu finish pulling, jika ada, masukkan jam
istirahat pada kolom break, jika tidak ada isi dengan nol (00.00).
7. Isi pulling time dengan nilai draft pulling time pada poin 1 yaitu 120 menit
atau 2 jam
8. Isi start pulling dengan mengurangi waktu finish pulling dengan waktu break
dan pulling time (09.30 - 00.00 - 02.00 = 07.30), jika kurang dari 07.30 maka
ditarik ke jam kerja diakhir (cycle 4)
9. Pada cycle 2, isi dahulu start pulling, dimana waktunya sama dengan nilai
finish pulling yaitu 09.30 (prinsipnya adalah, start pulling cycle 2 bisa
dilakukan jika cycle 1 sudah selesai)
10. Isi pulling time dengan nilai draft pulling time pada poin 1 yaitu 120 menit
atau 2 jam
11. Isi break sesuai dengan jam kerja operator, cek apakah ada jam istirahat
diantara jam masuk kerja dengan waktu finish pulling, pukul 09.30 ditambah
2 jam menjadi 11.30 didalamnya ada waktu istirahat 10 menit, maka isi dengan
(00.10) menjadi 11.40
12. Lalu isi dahulu waktu kedatangan truk pada cycle 2 yaitu pukul 13.30
13. Isi waktu loading/unloading sesuai dengan informasi kedatangan truk yaitu 30
menit
14. Isi start loading dengan mengurangi waktu kedatangan dengan waktu
loading/unloading (13.30 - 00.30 = 13.00)
15. Isi wait time dengan selisih start loading dan finish pulling (13.00 - 11.40 =
01.20)
16. Lakukan hal yang sama pada cycle 3 dan 4
Dalam upaya meminimasi biaya transportasi distribusi produk, maka perusahaan harus
memperhatikan sistem jaringan transportasi yang ada. Sistem jaringan transportasi dapat
dilihat dari segi efektivitas, dalam arti selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas
mencukupi, teratur, lancar, cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau,
tertib, aman, dan rendah polusi serta dari segi efisiensi dalam arti memiliki utilitas yang
tinggi dalam satu kesatuan jaringan sistem transportasi (Istantiningrum, 2010).
Untuk mengantisipasi permasalahan ini, maka diperlukan sebuah metode yang dapat
memberikan biaya pendistribusian produk yang minimal. Metode Savings Matrix adalah
metode yang digunakan untuk menentukan rute distribusi produk ke wilayah pemasaran
dengan cara menentukan rute distribusi yang harus dilalui dan jumlah kendaraan
berdasarkan kapasitas kendaraan agar diperoleh rute terpendek dan biaya transportasi yang
minimal. Metode Savings Matrix juga merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk
menjadwalkan sejumlah kendaraan terbatas dari fasilitas yang memiliki kapasitas
maksimum (Erlina, 2009). Dengan menggunakan Metode Savings Matrix sangat
diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan- permasalahan di atas, sehingga
perusahaan mampu membuat perencanaan dengan baik di setiap produk yang akan dikirim,
baik itu mengenai jumlah produk maupun tujuannya.
2.5.2 Saving Matrix Method
Saving Matrix Method merupakan metode heuristik yang digunakan untuk memecahkan
permasalahan transportasi dasar. Saving Matrix Method adalah teknik yang dirancang
untuk memecahkan masalah yang mengabaikan apakah solusi dapat dibuktikan benar, tapi
yang biasanya menghasilkan solusi yang baik atau memecahkan masalah yang lebih
sederhana yang mengandung atau memotong dengan pemecahan masalah yang lebih
kompleks. Metode Heuristik ini bertujuan untuk mendapatkan performa komputasi atau
penyederhanaan konseptual, berpotensi pada biaya keakuratan atau presisi. Metode
heuristik ada dua jenis yakni metode heuristik sederhana dan metaheuristik. Metode
Heuristik contohnya adalah Cheapest insertion, Priciest Insertion, Nearest Insertion,
Farthest Insertion, Nearest addition dan Saving Matrix Method. Langkah-langkah yang
harus dilakukan dengan menggunakan Saving Matrix Method adalah sebagai berikut:
2.5.3 Contoh Kasus
Masalah rute kendaraan memiliki satu depot (dinotasikan dengan angka 0) dan lima
pelanggan (dinotasikan dengan angka 1 hingga 5). Jika jarak antar titik dinotasikan simetris
dan jumlah kendaran didepot diasumsikan tidak terbatas dengan kapasitas tiap kendaraan
adalah K=10 seperti yang terlihat pada Tabel 1 dibawah ini:
Hitung penghematan (saving) untuk tiap pasang pelanggan i ∈ C dan j ∈ C dengan rumus
𝑆𝑖𝑗 = 𝐶0𝑖 + 𝐶𝑗0 - 𝐶𝑖𝑗 urutkan penghematan dalam suatu daftar secara menurun (atau mulai
dari yang terbesar hingga terkecil).
Contoh perhitungan:
𝑆12 = 20 + 16 – 5 = 31
Langkah 3. Urutkan nilai penghematan jarak dari yang tertinggi hingga ke terendah pada
tabel
Langkah 4. Tentukan busur (𝑖,𝑗) yang layak dalam daftar penghematan yang memenuhi
(uji rute dan kapasitas):
Iterasi 1
Kapasitas 0→4→5
Langkah 5. Ulangi langkah 2 sehingga tidak ada lagi busur yang memenuhi tiga kondisi
pada langkah 2 atau terdapat peghematan terakhir.
Iterasi 2
Kapasitas 0→2→5
Iterasi 3
Karena rute 0 → 2 → 5 diterima, maka titik baru 3 harus ditambahkan sebagai tujuan baru
Kapasitas 0→2→5→3
Karena penambahan tujuan menjadi over capacity maka rute kembali ke iterasi sebelumnya
(gunakan iterasi 2)
Iterasi 4
Kapasitas 0→2→5
0→3→4
Iterasi 5
Kapasitas 0 → 1→ 2 → 5
0→3→4
Karena penambahan tujuan menjadi over capacity maka rute kembali ke iterasi sebelumnya
(gunakan iterasi 4)
Iterasi 6
Kapasitas 0→1→5→2
0→3→4
Karena penambahan tujuan menjadi over capacity maka rute kembali ke iterasi sebelumnya
(gunakan iterasi 4)
Iterasi 7
Kapasitas 0→5→2→4→3
Karena penambahan tujuan menjadi over capacity maka rute kembali ke iterasi sebelumnya
(gunakan iterasi 4)
Iterasi 8
Kapasitas 0→2→5
0→1→4→3
Karena penambahan tujuan rutenya diterima, maka iterasi yang dipakai adalah iterasi 8
Dengan melakukan uji coba iterasi 9 dan 10 akan menunjukkan rute penolakan karena akan
terjadi over capacity, maka iterasi tidak dilakukan
Kesimpulan
Muatan =4+6
= 10
Jarak = 16 + 8 + 25
= 49
Muatan =3+52
= 10
Jarak = 20 + 15 + 4 +18
= 57
Rute Kendaraan 0 → 2 → 5 → 0 → 1 → 4 → 3 → 0
Muatan = 4 + 6, 3 + 5 + 2
= 10, 10
Jarak = 16 +8 + 25 + 20 + 15 + 4 +18
= 106
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 FLOWCHART KEGIATAN
Alur praktikum ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Praktikum dimulai berdasarkan tujuan
praktikum serta teori yang telah dipelajari dikelas yaitu pada mata kuliah Praktikum Perancangan
Teknik Industri II.
Mulai
Perumusan Masalah
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Pengendalian Produksi
Desain Pergudangan
Analisis Data
Kesimpulan
BAB IV
Persediaan Bersih -2820 -2820 -2820 -2820 -2820 -2820 -2820 -2820 -2820 -2820 -2820 -2820
Produksi (sesuai lot size) 2920 2920 2920 2920 2920 2920 2920 2920 2920 2920 2920 2920
Proyeksi Persediaan
Tabel diatas merupakan tabel Master Planning Schedule mengenai permintaan konsumen
sebuah produk meja kerja selama setahun. Pada di tabel di atas memiliki Projected
Available Balanced (PAB), Available to Promises (ATP), Demand Time Fence (DTF) dan
Planning Time Fence (PTF). PAB adalah yang menunjukkan inventory yang
diproyeksikan pada akhir setiap periode waktu dalam horizon perencanaan MPS. ATP
adalah menunjukkan waktu pengiriman yang dijanjikan terhadap order penjualan yang
diterima dari pelanggan. DTF adalah jangka waktu yang ditetapkan dimana MPS
dibekukan. PTF adalah melibatkan jangka waktu untuk membuat perubahan.
Selain data tabel Master Planning Schedule, adapun tabel daftar harga biaya pesan dan
biaya simpan. Berikut tabelnya:
a. Daftar Biaya Pesan
No. Uraian Harga
1 Persiapan Rp 100.000
2 Ongkos kirim Rp 150.000
3 Tax Rp 25.000
TOTAL Rp 275.000
Pada tabel di atas merupakan tabel daftar biaya pesan per pesan produk meja kerja. Yang
diketahui bahwa biaya pesan terdiri biaya persiapan, ongkos kirim dan tax. Biaya persiapan
adalah Rp 100.000. Ongkos kirim adalah Rp 150.000. Terakhir, biaya tax adalah Rp
25.000.
b. Daftar Biaya Simpan
No. Uraian Harga
1 Listrik Rp 6.000.000
2 Asuransi Rp 6.000.000
3 Sewa gudang Rp 18.000.000
TOTAL Rp 30.000.000
Tabel di atas merupakan tabel daftar biaya simpan per tahun. Daftar biaya simpan terdiri
dari biaya listrik, biaya asuransi dan biaya sewa Gudang. Biaya listrik berjumlah Rp
6.000.000. Biaya asuransi berjumlah Rp 6.000.000. Sedangkan, biaya sewa Gudang
berjumlah Rp 18.000.000.
Gudang pabrik meja kerja ini menggunakan pallet untuk menyimpan produk. Jenis pallet
yang digunakan yaitu pallet jenis kayu yang berukuran 120 cm x 110 cm x 15 cm.
pada yang datanya diambil dari data MPS yang sudah dibuat di modul sebelumnya. Berikut
struktur jaringan distribusinya:
IOO 0
IOH 100
Pabrik Meja Kerja
L 1
IOO 0 IOO 0
IOH 60 Gudang X Gudang Y IOH 40
L 1 L 1
Tabel di atas merupakan isi informasi kedatangan truk yang di minta oleh konsumen dari
sebuah kanban yang dating pada jam 15:00 yang memiliki enam kali pengiriman dalam
sehari yang akan dikirim keesokan harinya yang terdiri dari jam 11:30, 13:00, 15:00, 17:30.
21:00 dan 09:30 (dua hari kedepannya) yang didalamnya ada waktu tunggu truk datang
selama 30 menit dalam sekali pengiriman.
4.1.5 Penentuan Rute Kendaraan
Tabel di bawah ini merupakan tabel permintaan konsumen kepada distributor selama sekali
pengiriman untuk mengetahui berapa produk yang akan dibawa oleh truk dalam sekali
pengiriman. Berikut tabel permintaan konsumen dalam sekali pengiriman:
Demand Store Demand perbulan Demand perhari Demand Percycle
Demand Kopo 228 11 2
Demand Dago 571 29 5
Demand Arcamanik 343 17 3
Permintaan store Kopo perbulannya memiliki 228 unit produk dalam satu bulan, jika
dijadikan perhari menjadi 11 unit permintaan karena pabrik meja kerja ini memiliki 20 hari
kerja dalam satu bulan, jika dijadikan sekali pengiriman memiliki 2 unit permintaan. Lalu,
permintaan store Dago memliki 571 unit perbulan, 29 unit per hari dan 5 unit dalam sekali
pengiriman. Terakhir, store Arcamanik memiliki 343 unit dalam satu bulan, 17 unit dalam
perhari dan 3 unit permintaan dalam sekali pengiriman.
Jika sudah menemukan permintaan per sekali pengiriman disetiap store, selanjutnya
menentukan jarak dari distributor menuju konsumen. Berikut daftar tabel jarak dari
distributor menuju konsumen:
Lokasi Permintaan (j)
Demand
0 1 2 3
0 15 9 13
Lokasi Sumber (i)
1 10 7 2
2 4 5
3 3
Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa jarak gudang menuju store Kopo ialah 15 km, jika
menuju store Dago ialah 9 km, sedangkan menuju store Arcamanik ialah 13 km.
Selanjutnya, jarak dari store Kopo menuju store Dago ialah 10 km dan menuju store
Arcamanik ialah 7 km. Terakhir, dari store Dago menuju store Arcamanik ialah 4 km.
Setelah ditemukan selisihnya, maka bisa dihitung ongkos totalnya sebagai berikut:
Oen = A + h ∑n(q-q) dimana 1 = ∑nD
e/n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Rp 275.000 Rp 889.370 Rp 2.122.835 Rp 3.980.119 Rp 6.465.947 Rp 9.585.041 Rp 13.342.128 Rp 17.741.930 Rp 22.789.173 Rp 28.488.580 Rp 34.844.876 Rp 41.862.786
2 Rp 275.000 Rp 891.733 Rp 2.129.922 Rp 3.994.292 Rp 6.489.568 Rp 9.620.473 Rp 13.391.733 Rp 17.808.070 Rp 22.874.210 Rp 28.594.876 Rp 34.974.794
3 Rp 275.000 Rp 894.095 Rp 2.137.008 Rp 4.008.465 Rp 6.513.189 Rp 9.655.905 Rp 13.441.337 Rp 17.874.210 Rp 22.959.247 Rp 28.701.172
4 Rp 275.000 Rp 896.457 Rp 2.144.095 Rp 4.022.638 Rp 6.536.811 Rp 9.691.337 Rp 13.490.942 Rp 17.940.350 Rp 23.044.284
5 Rp 275.000 Rp 898.819 Rp 2.151.181 Rp 4.036.811 Rp 6.560.432 Rp 9.726.769 Rp 13.540.547 Rp 18.006.489
6 Rp 275.000 Rp 901.181 Rp 2.158.267 Rp 4.050.984 Rp 6.584.053 Rp 9.762.202 Rp 13.590.152
7 Rp 275.000 Rp 903.543 Rp 2.165.354 Rp 4.065.156 Rp 6.607.675 Rp 9.797.634
8 Rp 275.000 Rp 905.905 Rp 2.172.440 Rp 4.079.329 Rp 6.631.296
9 Rp 275.000 Rp 908.267 Rp 2.179.527 Rp 4.093.502
10 Rp 275.000 Rp 910.630 Rp 2.186.613
11 Rp 275.000 Rp 912.992
12 Rp 275.000
Setelah meneukan ongkos total nya, selanjutnya mencari ongkos minimum agar lebih murah,
maka dijabarkan pada tabel berikut:
Hitung Ongkos Minimum
e/n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Rp 275.000 Rp 889.370 Rp 2.122.835 Rp 3.980.119 Rp 6.465.947 Rp 9.585.041 Rp 13.342.128 Rp 17.741.930 Rp 22.789.173 Rp 28.488.580 Rp 34.844.876 Rp 41.862.786
2 Rp 550.000 Rp 1.441.733 Rp 2.954.922 Rp 5.094.292 Rp 7.864.568 Rp 11.270.473 Rp 15.316.733 Rp 20.008.070 Rp 25.349.210 Rp 31.344.876 Rp 37.999.794
3 Rp 825.000 Rp 1.719.095 Rp 3.237.008 Rp 5.383.465 Rp 8.163.189 Rp 11.580.905 Rp 15.641.337 Rp 20.349.210 Rp 25.709.247 Rp 31.726.172
4 Rp 1.100.000 Rp 1.996.457 Rp 3.519.095 Rp 5.672.638 Rp 8.461.811 Rp 11.891.337 Rp 15.965.942 Rp 20.690.350 Rp 26.069.284
5 Rp 1.375.000 Rp 2.273.819 Rp 3.801.181 Rp 5.961.811 Rp 8.760.432 Rp 12.201.769 Rp 16.290.547 Rp 21.031.489
6 Rp 1.650.000 Rp 2.551.181 Rp 4.083.267 Rp 6.250.984 Rp 9.059.053 Rp 12.512.202 Rp 16.615.152
7 Rp 1.925.000 Rp 2.828.543 Rp 4.365.354 Rp 6.540.156 Rp 9.357.675 Rp 12.822.634
8 Rp 2.200.000 Rp 3.105.905 Rp 4.647.440 Rp 6.829.329 Rp 9.656.296
9 Rp 2.475.000 Rp 3.383.267 Rp 4.929.527 Rp 7.118.502
10 Rp 2.750.000 Rp 3.660.630 Rp 5.211.613
11 Rp 3.025.000 Rp 3.937.992
12 Rp 3.300.000
fn Rp 275.000 Rp 550.000 Rp 825.000 Rp 1.100.000 Rp 1.375.000 Rp 1.650.000 Rp 1.925.000 Rp 2.200.000 Rp 2.475.000 Rp 2.750.000 Rp 3.025.000 Rp 3.300.000
Maka ditemukan permintaan yang paling minimum ongkos sehingga bisa dibuatkan tabel
MRP sebagai berikut:
MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)
Description : Laci Bawah Lot Size : WW unit
Lead time : 1 bulan SS : 0 unit
Order Quantity : WW unit DTF : 4
On Hand : 100 unit PTF : 8
Each per Part : 3
Period IOH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gross Requirements 8550 8583 8616 8649 8682 8715 8748 8781 8814 8847 8880 8913
Schedule Receips
Project On Hand Inventory 100
Net Requirements -8450 -8583 -8616 -8649 -8682 -8715 -8748 -8781 -8814 -8847 -8880 -8913
Planned Order Receips 8550 8583 8616 8649 8682 8715 8748 8781 8814 8847 8880 8913
Planned Orde Release 8550 8583 8616 8649 8682 8715 8748 8781 8814 8847 8880 8913 0
Setelah mandapatkan proposi nilai barang dengan klarifikasi ABC, selanjutnya akan
mengurutkan presentase kumulatif nilai presentasi penerapan dana dari jenis komponen
dana yang terbesar hingga terkecil pada tabel dibawah ini:
Pada nilai proporsi kumulatif nilai barang pada tabel diatas, menggunakan kategori A, B
dan C. Berikut diketahui pengertiannya sesuai dengan kategori:
Kategori A
Penyerapan dana sekitar 80% dari seluruh modal inventori dan jumlah jenis barangnya
sekitar 20%
Kategori B
Penyerapan dana sekitar 15% dari seluruh modal inventori dan jumlah jenis barangnya
sekitar 30%
Kategori C
Penyerapan dana sekitar 5% dari seluruh modal inventori dan jumlah jenis barangnya
sekitar 50%
Setelah sudah menemukan kategori setiap komponen, maka selanjutnya bisa dilanjutkan
membuat diagram Paretto agar terlihat jelas kurva kategori tiap komponen tersbeut. Berikut
diagram Paretto yang dibuat:
Diagram Paretto
100,00%
80,00%
60,00%
40,00%
20,00%
0,00%
0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00% 40,00%
kepada toko yang bisa langsung dibelikan oleh para konsumen. Berikut data permintaann
gudang X dengan kedua store:
GUDANG X 60%
Leadtime 1 Bulan
Deskripsi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gross Demand 1714 1714 1726 1738 1736 1743 1750 1756 1763 1769 1776
Inventory on Order
Inventory on Hand 60 -1654 -3368 -5094 -6832 -8568 -10311 -12061 -13817 -15580 -17349 -19125
Net Requirement -1714 -1714 -1726 -1738 -1736 -1743 -1750 -1756 -1763 -1769 -1776
Planned Order Release 1714 1714 1726 1738 1736 1743 1750 1756 1763 1769 1776 0
STORE X1 70%
Leadtime 1 Bulan
Deskripsi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gross Demand 1200 1200 1208 1217 1215 1220 1225 1229 1234 1238
Inventory on Order
Inventory on Hand 50 50 -1150 -2358 -3575 -4790 -6010 -7235 -8464 -9698 -10936
Net Requirement -1200 1150 -1208 -1217 -1215 -1220 -1225 -1229 -1234 -1238
Planned Order Release 1200 1150 1208 1217 1215 1220 1225 1229 1234 1238 0
STORE X2 30%
Leadtime 1 Bulan
Deskripsi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gross Demand 514 514 518 521 521 523 525 527 529 531
Inventory on Order
Inventory on Hand 30 30 -484 -1002 -1523 -2044 -2567 -3092 -3619 -4148 -4679
Net Requirement -514 484 -518 -521 -521 -523 -525 -527 -529 -531
Planned Order Release 514 484 518 521 521 523 525 527 529 531 0
STORE Y1 20%
Leadtime 1 Bulan
Deskripsi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gross Demand 228 229 230 232 232 232 233 234 235 236
Inventory on Order
Inventory on Hand 0 0 -229 -459 -691 -923 -1155 -1388 -1622 -1857 -2093
Net Requirement -228 -229 -230 -232 -232 -232 -233 -234 -235 -236
Planned Order Release 228 229 230 232 232 232 233 234 235 236 0
STORE Y2 50%
Leadtime 1 Bulan
Deskripsi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gross Demand 571 572 576 580 579 581 583 586 588 590
Inventory on Order
Inventory on Hand 40 40 -532 -1108 -1688 -2267 -2848 -3431 -4017 -4605 -5195
Net Requirement -571 532 -576 -580 -579 -581 -583 -586 -588 -590
Planned Order Release 571 532 576 580 579 581 583 586 588 590 0
STORE Y3 30%
Leadtime 1 Bulan
Deskripsi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gross Demand 343 343 345 348 347 349 350 351 353 354
Inventory on Order
Inventory on Hand 70 70 -273 -618 -966 -1313 -1662 -2012 -2363 -2716 -3070
Net Requirement -343 273 -345 -348 -347 -349 -350 -351 -353 -354
Planned Order Release 343 273 345 348 347 349 350 351 353 354 0
Pada tabel diatas memiliki langkah-langkah untuk membuat jadwal pengiriman tersebut,
berikut caranya:
1. Isi dahulu waktu kedatangan truk pada cycle 1 yaitu pukul 11:30
2. Isi waktu loading/unloading sesuai dengan informasi kedatangan truk yaitu 30 menit
jumlah kendaraan di distributor diasumsikan tidak terbatas dengan kapasitas tiap kendaraan
adalah K = 22.
Berikut langkah – langkah membuat struktur jaringan distribusi dengan metode Saving
Matrix:
1. Buat struktur jaringan distribusi sesuai dengan kasus
(2)
1
(3) 3
0
2
(5)
2. Hitung nilai penghematan jarak pada matrix
Hitung penghematan untuk tiap pasang pelanggan dengan rumus Sij = C0i + Cj0 – Cij.
Urutkan penghematan dalam suatu daftar secara menurun.
Contoh perhitungan:
S12 = C01 + C20 − C12
S12 = 15 + 9 – 10
S12 = 14
1 15 + 9 - 10 = 14 15 + 13 - 7 = 21 2
2 9 + 13 - 4 = 18 5
3 3
0 1 2 3
1 14 21 2
2 18 5
3 3
4. Tentukan busur (i, j) yang layak dalam daftar penghematan yang memenuhi:
a. Pelanggan i dan pelanggan j yang terletak pada rute yang berbeda.
b. Pelanggan I dan pelanggan j merupakan pelanggan pertama atau terakhir yang
dikunjungi pada rute yang bersangkutan.
c. Total kuantitas dari rute yang mencakup pelanggan I dan pelanggan j tidak
melebihi kapasitas muat kendaraan K.
d. Perbaruan solusi dengan menambah busur (i, j) dan menghapus busur – busur (0,
i) dan (j, 0).
Iterasi 1
(2)
1
(3) 3
0
2
(5)
Kapasitas 0→1→3
2 + 3 = 5 (Approve karena kapasitas cukup)
Iterasi 2
(2)
1
(3) 3
0
2
(5)
Kapasitas 0→1→3→2
2 + 3 + 5 = 10 (Approve karena kapasitas cukup)
BAB V
ANALISIS
5.1 PENGENDALIAN PRODUKSI
Dengan adanya biaya pesan dan biaya simpan, digunakan untuk menghitung ongkos total
persediaan selama setahun masing – masing komponen sebagai berikut:
• Alas Meja (Lot For Lot)
Parameter
Harga beli barang (P) : Rp 58.506 / unit
Biaya pesan (A) : Rp 275.000 / pesan
Biaya simpan (h) : Rp 858,96 / unit / tahun
Leadtime (L) : 1 bulan
Variabel Keputusan
Ukuran lot pemesanan (q0*) : 4.730 unit
Periode pemesanan (T*) : 2 bulan
Pemesanan Kembali (r) : 2.911 unit
Fungsi Tujuan
Ongkos beli (Ob) : Rp 2.043.380.556 / tahun
Ongkos pesan (Op) : Rp 3.300.000 / tahun
Ongkos simpan (Os) : Rp 30.000.000 / tahun
Ongkos total persediaan : Rp 2.076.680.556 / tahun
• Kaki Meja (Lot For Lot)
Parameter
Harga beli barang (P) : Rp 74.664 / unit
Biaya pesan (A) : Rp 275.000 / pesan
Biaya simpan (h) : Rp 429,48 / unit / tahun
Leadtime (L) : 1 bulan
Variabel Keputusan
Ukuran lot pemesanan (q0*) : 9.459 unit
Periode pemesanan (T*) : 2 bulan
Pemesanan Kembali (r) : 5.821 unit
Fungsi Tujuan
Ongkos beli (Ob) : Rp 5.215.429.728 / tahun
Ongkos pesan (Op) : Rp 3.300.000 / tahun
Variabel Keputusan
Ukuran lot pemesanan (q0*) : 4.730 unit
Periode pemesanan (T*) : 2 bulan
Pemesanan Kembali (r) : 2.911 unit
Fungsi Tujuan
Ongkos beli (Ob) : Rp 153.569.622 / tahun
Ongkos pesan (Op) : Rp 9.604.650.000/ tahun
Ongkos simpan (Os) : Rp 10.307,51 / tahun
Ongkos total persediaan : Rp 9.758.229.929,51 / tahun
• Alas Kaki (Economic Order Quantity)
Parameter
Harga beli barang (P) : Rp 58.505,36 / unit
Biaya pesan (A) : Rp 275.000 / pesan
Biaya simpan (h) : Rp 858,96 / unit / tahun
Leadtime (L) : 2 bulan
Variabel Keputusan
Ukuran lot pemesanan (q0*) : 4.730 unit
Periode pemesanan (T*) : 2 bulan
Pemesanan Kembali (r) : 5.821 unit
Fungsi Tujuan
Ongkos beli (Ob) : Rp 2.043.358.203,36 / tahun
Ongkos pesan (Op) : Rp 2.200.000 / tahun
Ongkos simpan (Os) : Rp 30.000.000 / tahun
Ongkos total persediaan : Rp 2.075.558.203,36 / tahun
• Laci Belakang & Depan (Economic Order Quantity)
Parameter
Harga beli barang (P) : Rp 50.782,18 / unit
Biaya pesan (A) : Rp 275.000 / pesan
Biaya simpan (h) : Rp 143,16 / unit / tahun
Leadtime (L) : 1 bulan
Variabel Keputusan
Ukuran lot pemesanan (q0*) : 28.345 unit
Periode pemesanan (T*) : 2 bulan
Pemesanan Kembali (r) : 17.463 unit
Fungsi Tujuan
Ongkos beli (Ob) : Rp 10.641.710.512,08 / tahun
Ongkos pesan (Op) : Rp 2.200.000 / tahun
Ongkos simpan (Os) : Rp 30.000.000 / tahun
Ongkos total persediaan : Rp 10.674.185.512,08 / tahun
• Laci Samping (Economic Order Quantity)
Parameter
Harga beli barang (P) : Rp 77.413,98 / unit
Biaya pesan (A) : Rp 275.000 / pesan
Biaya simpan (h) : Rp 143,16 / unit / tahun
Leadtime (L) : 2 bulan
Variabel Keputusan
Ukuran lot pemesanan (q0*) : 28.345 unit
Periode pemesanan (T*) : 2 bulan
Pemesanan Kembali (r) : 34.926 unit
Fungsi Tujuan
Ongkos beli (Ob) : Rp 16.222.563.992,88 / tahun
Ongkos pesan (Op) : Rp 2.475.000 / tahun
Ongkos simpan (Os) : Rp 30.000.000 / tahun
Ongkos total persediaan : Rp 16.255.038.992,88 / tahun
• Laci Bawah (Wagner Within)
Parameter
Harga beli barang (P) : Rp 100.121 / unit
Biaya pesan (A) : Rp 275.000 / pesan
Biaya simpan (h) : Rp 286,32 / unit / tahun
Leadtime (L) : 1 bulan
Variabel Keputusan
Ukuran lot pemesanan (q0*) : 14.188 unit
Periode pemesanan (T*) : 2 bulan
Pemesanan Kembali (r) : 8.732 unit
Fungsi Tujuan
Ongkos beli (Ob) : Rp 10.490.478.138 / tahun
Ongkos pesan (Op) : Rp 3.300.000 / tahun
Ongkos simpan (Os) : Rp 30.000.000 / tahun
Selanjutnya akan dibuatkan layout gudang dengan cara dihitung terlebih dahulu dengan
formula sebagai berikut:
𝑚 . 𝑎𝑦 11.000
n’x = √ 1 =√ = 2,26 ~ 3 cm
2𝑛𝑧(𝑎𝑥+2𝑊𝑥) 2.220
1
2𝑚(𝑎𝑥+2𝑊𝑥 74.000
n’y = √ =√ = 14,97 ~ 15 cm
𝑎𝑦 .𝑛𝑧 330
Wx = 500 cm
Wy = 1.000 cm
Nz = 3 cm
Sudah ditemukan ukuran yang diinginkan untuk layout gudang, maka gudang bisa di
gambarkan sebagai berikut:
Lx
C C C
C C C
C C C
B Wx B B
B B B
A A A
A A A
Wy Ly
ax
A ay A A
A A A
B B B
B B B
C C C
C C C
C C C
C C C
Truk yang digunakan untuk mengangkut meja kerja adalah Colt Diese Double dengan
dimensi panjang 4 meter, lebar 1,8 meter, dan tinggi 2 meter, mampu mengangkut benda
dengan beban maksimal 4 ton.
Utilitas dari truk setelah dilakukan optimasi menggunakan software Cube IQ ditampilkan
pada gambar berikut.
Perencanaan muatan yang akan dilakukan kedalam truk Colt Diesel Double ditampilkan
pada gambar berikut.
Pada tabel SOD pada kolom wait ime pada cycle 5 waktunya melebihi 2 jam karena pada
umumnya wait time rata – rata hanya membutuhkan 1 jam. Maka karena itu, truk datang
ke gudang dari store yang jauh dan terjadinya macet di perjalanan dari pengiriman cycle 3.
5.5 PENENTUAN RUTE KENDARAAN
Pemilihan moda transportasi untuk mengantarkan produk jadi dari pabrik menuju store
juga perlu diperhatikan sesuai dengan kondisi rute yang dipilih dan ukuran dimensi produk.
Berdasarkan hal – hal berikut moda transportasi yang digunakan adalah truk double engkel
karena zona pengirimannya menggunakan jalur darat. Dengan menggunakan truk berjenis
Colt Diesel Double dengan dimensi panjang 4 meter, lebar 1,8 meter, dan tinggi 2 meter.
Dapat mengangkut produk yang memiliki dimensi panjang 190 cm, lebar 123 cm, dan
tinggi 24 cm. dengan kapasitas maksimal 22 pcs, dan dalam 1 kali pengiriman perusahaan
mengirimkan 10 pcs meja setiap 1 x cycle pengiriman. Berdasarkan hal berikut perusahaan
hanya membutuhkan 1 truk Colt Diesel Double untuk kebutuhan distribusi barang dan
masih dapat memenuhi kebutuhan distribusi apabila ada kenaikan permintaan.
BAB VI
6.2 SARAN
Saran yang diberikan pada praktikum ini meliputi saran untuk praktikum selanjutnya
bahwa bila ingin tercapainya pemahaman yang kuat dan baik, maka diperlukan adanya
pemantauan dan evaluasi bagi setiap mahasiswa dalam setiap pembelajaran. Namun
tentunya, hasil dari praktikum ini pun diharapkan bisa menjadi pembelajaran untuk penulis,
pembimbing serta para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. Asep dkk. Praktikum Perancangan Teknik Industri II. Pengendalian Produksi (Modul). Universitas
Widyatama.
Anwar. Asep dkk. Praktikum Perancangan Teknik Industri II. Desain Pergudangan (Modul). Universitas
Widyatama.
Anwar. Asep dkk. Praktikum Perancangan Teknik Industri II. Perencanaan Distribusi Barang (Modul).
Universitas Widyatama.
Anwar. Asep dkk. Praktikum Perancangan Teknik Industri II. Perancangan Jadwal Pengiriman Barang
(Modul). Universitas Widyatama.
Anwar. Asep dkk. Praktikum Perancangan Teknik Industri II. Pennetuan Rute Kendaraan (Modul).
Universitas Widyatama.
Safitri, S Nuraini. MRP (Material Requirement Planning): Cara Kerja, Tujuan dan Prosedur. Di akses pada
29 Desember 2021, dari https://www.mas-software.com/blog/mrp-adalah.
Agustina, Merry dan Fina Oktasari. 2012. Penerapan Metode DRP (Distribution Requirement Planning)
Pada Sistem Informasi Distribusi LPG (Studi Kasus: PT Bumi Sriwijaya Palembang). Seminar
Nasional Infromatika, 1 (4).
Sutoni, Akhmad dan Dimas Agustian. 2018. Penjadwalan Pengiriman Produk Kaos Oleh CV. Chronicle
Mart Kepada Sub Distributor Cianjur Dengan Menggunakan Metoda DRP (Distribution
Requirement Planning). Jurnal Manajemen Industri dan Logistik, 1 (2).
Hendro, Hendrastuti, dkk. 2019. Pengaturan Jam Kedatangan Truk Dengan Menggunakan Shipping
Operation Diagram Di PT XYZ. Jurnal Integrasi, 11 (2), 119 – 124.
Ahmad, Fandi dan Hafidz Fadel Muharram. 2018. Penentuan Jalur Distribusi Dengan Metode Sarving
Matriks. Competitive, 13 (1).