TEKNIK INDUSTRI II
Disusun Oleh :
Aditya Arif Bima Suci 41621120024
Anggit Permana 41620110069
Herlambang Bagus Wicaksono 41620110009
Rival Bagaskara 41621120037
Disusun oleh :
Kelompok II
Mengetahui,
Dosen
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
Laporan Perancangan dan Aplikasi Sistem Industri 2 laporan 3 “Perancangan Tata
Letak Fasilitas Meja Belajar Lipat Multifungsi”.
Kami berharap semoga laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai "Perancangan Tata Letak Fasilitas Meja
Belajar Lipat Multifungsi”. Kami menyadari bahwa di dalam laporan ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran serta usulan demi perbaikan laporan yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Terima kasih.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
2.1.7 Tahapan Perancangan Tata Letak Fasilitas ..................................... 12
iv
BAB VI DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 50
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.4 Diagram Hubungan Ruangan dan Luas Area yang Dibutuhkan ...... 17
vi
DAFTAR TABEL
Tabel II.2 Form to chart yang menunjukan jumlah material yang dipindahkan ... 11
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
metode ini memungkinkan untuk memunculkan solusi yang lebih dari satu
alternatif sehingga dapat dipilih metode yang terbaik untuk menyelesaikan masalah
tata letak pada perusahaan. Selain itu, metode SLP juga mempunyai prosedur yang
terperinci dalam mengatur layout berdasarkan urutan prosesnya.
Studi ini digunakan untuk melakukan penelitian dalam proses perancangan
tata letak fasilitas produksi dengan menggunakan Systematic Layout Planning
dimana layout dirancang dengan menggambarkan hubungan kedekatan antar
departemen berdasarkan Relationship Diagram dan Relationship Chart.
2
● Asumsi
Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Tidak terjadi penambahan jenis produk baru selama penelitian
berlangsung.
2. Tidak ada penambahan mesin atau peralatan baru.
3. Tidak terjadi perubahan urutan operasi.
4. Kebijakan perusahaan tidak berubah selama penelitian.
3
1.6 Sistematika Penulisan Laporan
Laporan penulisan ini merupakan dokumentasi pelaksanaan dan hasil
penelitian. Adapun sistematika penulisan laporan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, ruang lingkup, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan
latar belakang penelitian yang dilakukan sehingga dapat memberikan
manfaat sesuai dengan tujuan penelitian dengan batasan-batasan dan
asumsi yang digunakan.
4
secara keseluruhan serta saran – saran yang dianggap perlu untuk
perkembangan perusahaan pada masa yang akan datang.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
6
dari tata letak yang terencana dengan baik, maka dapat disimpulkan enam tujuan
dasar dalam tata letak pabrik, sebagai berikut:
a. Integrasi secara menyeluruh dari semua faktor yang mempengaruhi
proses produksi
b. Perpindahan jarak yang minimal
c. Aliran kerja yang berlangsung secara normal melalui pabrik
d. Semua areal yang ada dimanfaatkan secara efektif dan efisien
e. Kepuasan kerja dan rasa aman dari pekerja terpelihara
f. Pengaturan tata letak harus cukup fleksibel.
7
2.1.4 Tipe-tipe Tata Letak
Salah satu keputusan penting yang perlu dibuat adalah keputusan
menentukan Tipe tata letak yang sesuai akan menjadikan efisiensi proses
manufakturing untuk jangka waktu yang cukup panjang. Tipe-tipe tata letak
secara umum adalah Product Layout, Process Layout dan Group Technology
Layout (Purnomo, 2004).
Keuntungan dari jenis layout ini yaitu pekerjaan dari satu proses
secara langsung dikerjakan pada proses berikutnya, sehingga inventori
barang setengah jadi menjadi kecil dan waktu produksi per unit menjadi
lebih pendek. Sedangkan kerugian untuk jenis layout ini yaitu rusaknya
satu mesin akan berpengaruh pada proses produksi keseluruhan.
8
a. Perbandingan antara jumlah (Q) dan jenis produk (P) kecil.
b. Produksi berdasarkan job order.
c. Mesin produksi dan perlengkapan yang sama ditempatkan pada satu
departemen
Keuntungan dari jenis tata letak ini adalah mampu mengerjakan berbagai
macam jenis dan model produk serta spesialisasi kerja. Sedangkan
kerugiannya berupa kesulitan menyeimbangkan lintasan kerja dalam
departemen sehingga memerlukan area untuk work in process storage.
9
2.1.5 Analisa Teknis Perencanaan dan Pengukuran Aliran Bahan
Untuk mengevaluasi alternatif perencanaan tata letak departemen atau tata
letak fasilitas produksi maka diperlukan aktivitas pengukuran aliran bahan dalam
sebuah analisa teknis.
Ada dua macam analisa teknis yang biasa digunakan di dalam perencanaan
aliran bahan, yaitu:
1. Analisa konvensional
Metode ini umumnya digunakan selama bertahun-tahun, relatif
mudah untuk digunakan dan terutama cara ini akan berbentuk gambar
grafis yang sangat tepat untuk maksud penganalisaan aliran semacam ini.
2. Analisa modern
Analisa modern merupakan metode baru untuk menganalisa dengan
mempergunakan cara yang canggih dalam bentuk perumusan-perumusan
dan pendekatan yang bersifat deterministik maupun probabilistik.
Beberapa teknik konvensional yang umum dipakai dan berguna dalam
proses perencanaan aliran bahan antara lain sebagai berikut :
a. Operation Process Chart (Peta proses Operasi)
b. Flow Process Chart (Peta Aliran Proses)
c. Multi Product & Activity Process Chart
d. Flow diagram (Diagram Aliran)
Selain peta-peta tersebut, ada pula beberapa peta yang lebih khusus
seperti Assembly Chart, String Diagram, From To Chart atau Travel
Chart, Triangular Flow Diagram dan Activity Relationship Chart.Analisa
aliran dalam hal ini bisa dilaksanakan secara kuantitatif maupun kualitatif.
10
adalah from to chart.Angka - angka yang terdapat dalam suatu from to
chart akan menunjukkan total dari berat beban yang harus
dipindahkan, jarak perpindahan bahan, volume atau kombinasi-
kombinasi dari faktor-faktor ini. Berikut ini adalah aplikasi from to chart
untuk tiga komponen yang diproses dengan urutan mesin dan aliran
komponen ditunjukan seperti pada tabel 2.1.
Tabel II.2 Form to chart yang menunjukan jumlah material yang dipindahkan
11
b. Inflow dan Outflow
Inflow digunakan untuk mencari dan mengetahui koefisien ongkos
material handling yang masuk ke stasiun kerja dari stasiun kerja yang lain
sedangkan outflow digunakan untuk mencari koefisien ongkos yang
keluar dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain. Perhitungan
inflow dan outflow berdasarkan ongkos material handling dan From To
Chart sehingga dapat digambarkan sebagai berikut :
12
Gambar II.1 Langkah - langkah dasar SLP (Tompkins J.,A., 1996)
Pada dasarnya langkah di atas dapat dikelompokkan dalam tiga tahapan yaitu
tahap analisis, tahap penelitian dan tahap proses seleksi. Tahap analisis meliputi
analisis aliran material, analisis hubungan aktivitas, diagram hubungan aktivitas,
analisi kebutuhan ruangan dan ruangan yang tersedia. Sedangkan tahap penelitian
meliputi perencanaan diagram hubungan ruangan hingga pembuatan alternatif tata
letak. Untuk tahap seleksi dilakukan dengan jalan mengevaluasi alternatif tata letak
yang dirancang.
1. Data Masukan
Langkah awal dalam perancangan tata letak adalah mengumpulkan
data awal. Terdapat tiga sumber data dalam perencanaan tata letak yaitu:
a) Data rancangan produk
Data yang berkaitan dengan rancangan produk sangat berpengaruh
terhadap tata letak yang akan dibuat. Data ini dapat digambarkan
dalam bentuk gambar kerja, peta perakitan maupun bills of material.
b) Data rancangan proses
13
Data ini menggambarkan proses tahapan pembuatan komponen,
peralatan dan mesin-mesin yang dibutuhkan pada proses produksi.
Data ini dapat digambarkan berupa peta proses operasi.
c) Data rancangan jadwal produksi
Data ini merupakan penjabaran tentang dimana dan seberapa besar
serta kapan suatu produk akan dibuat yang didasarkan atas peramalan
permintaan. Data ini akan berpengaruh dalam hal menentukan jumlah
mesin, karyawan , peralatan material handling, dan sebagainya.
14
Untuk aspek kualitatif akan lebih dominan dalam menganalisis derajat
hubungan aktivitas dan biasanya ditunjukkan oleh peta hubungan
aktivitas (ARC) sedangkan untuk aspek kuantitatif lebih dominan pada
analisis aliran material.
Untuk membantu menentukan aktivitas yang harus diletakkan pada
suatu departemen, telah ditetapkan suatu pengelompokan derajat
hubungan, yang diikuti dengan tanda bagi setiap derajat tersebut.
Menurut Richard Muther berbagai hubungan tersebut antara lain:
A = Mutlak perlu aktivitas-aktivitas tersebut didekatkan (berhampiran
satu sama lain).
E = Sangat penting aktivitas-aktivitas tersebut berdekatan.
I = Penting bahwa aktivitas- aktivitas berdekatan.
O = Biasanya (kedekatannya), dimana saja tidak ada masalah.
U = Tidak perlu adanya keterkaitan geografis apapun.
X = Tidak diinginkan aktivitas-aktivitas tersebut berdekatan
15
Tabel II.3 Lembar Kerja Diagram Keterkaitan Aktivitas
16
departemen yang ada.
Gambar II.4 Diagram Hubungan Ruangan dan Luas Area yang Dibutuhkan
b) Metode Template
Metode ini memberikan gambaran yang nyata tentang bentuk dan
seluruh kebutuhan ruangan dalam dalam suatu model atau template
dengan skala tertentu.
17
c) Metode Standar Industri
Standar industri dibuat atas penelitian-penelitian yang dilakukan
terhadap industri yang dinilai telah mapan dalam perancangan tata
letak fasilitas secara keseluruhan.
18
2.2.1 Tujuan Material Handling
Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk mengurangi
biaya produksi. Selain itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi
dan perancangan fasilitas yang diimplementasikan. Beberapa tujuan dari sistem
material handling antara lain (Meyers, 1993) :
1. Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan,
dan memberikan perlindungan terhadap material.
2. Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja.
3. Meningkatkan produktivitas :
4. Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas
5. Mengurangi bobot mati
6. Sebagai pengawasan persediaan
19
aliran material dalam perencanaan sistem material handling dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar II.5 Pertimbangan Aliran Material Dalam Perencanaan Sistem Material Handling,
Sumber: (Purnomo, 2004)
20
Beberapa aktivitas material handling yang perlu diperhitungkan adalah
pemindahan bahan menuju gudang bahan baku dan keluar dari gudang jadi serta
pemindahan atau pengangkutan yang terjadi di dalam pabrik saja. Faktor - faktor
yang mempengaruhi perhitungan ongkos material handling diantaranya adalah
jarak tempuh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain dan ongkos
pengangkutan per meter gerakan. Pengukuran jarak tempuh tersebut disesuaikan
dengan kondisi yang ada di lapangan. Dengan demikian, jika jarak tempuh sudah
ditentukan dan frekuensi material handling sudah diperhitungkan maka ongkos
material handling dapat diketahui, dimana :
21
ini kadang-kadang dikenal juga dengan metode monte carlo karena memiliki
kesamaan yaitu hasilnya yang tidak pasti atau bersifat probabilistik.
22
2.2.4.3 Pengertian Sistem
Berdasarkan pembahasan tentang simulasi yang telah dilakukan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa simulasi sangat berhubungan dengan sistem
dan model. Pengertian sistem menurut Blanchard (1991) yang dikutip oleh C Harrel
(2004) sistem yang digunakan disini, didefinisikan sebagai “kumpulan elemen yang
berfungsi secara bersamaan untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan”.
Kumpulan elemen yang dimaksud merupakan gabungan antara komponen dan
elemen yang menjadi satu untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem ini
menggambarkan suatu kejadian-kejadian dari suatu kondisi yang nyata seperti
tempat dan benda atau bisa disebut juga dengan seperangkat elemen yang
membentuk kumpulan atau prosedur-prosedur pengolahan yang mencapai suatu
tujuan yang mengoperasikan data atau barang untuk menghasilkan informasi atau
untuk menyelesaikan suatu saran. Kumpulan elemen dan komponen didasari oleh
beberapa unsur dimana unsur dari elemen dan komponen disini didasari dengan
elemen-elemen yang saling terkait dan bekerja sama dengan sistem untuk mencapai
tujuan tersebut.
Entitas merupakan item yang akan diproses dalam sistem seperti produk,
pelanggan dan dokumen. Entitas yang berbeda-beda memiliki karakteristik
yang unik dan berbeda seperti biaya, bentuk, prioritas, kualitas dan kondisi.
Entitas dapat dibagi kedalam beberapa jenis. Pembagian entitas adalah sebagai
berikut:
Entitas disini merupakan peranan penting didalam sistem karena jika tidak
ada sekumpulan entitas sistem maka tidak akan terbentuk, karena sistem
23
terbentuk dari satu data dan dijadikan satu kemudian dihubungkan agar
menghasilkan informasi yang jelas bagi pengguna sistem dari data tersebut.
2. Aktivitas
Tahapan kedua dari elemen sistem adalah aktivitas atau kegiatan dimana
Harrell, C., Ghosh, B. K., & Bowden, R (2004) didalam buku Simulation Using
Promodel, mendefinisikan bahwa kegiatan adalah “tugas yang dilakukan dalam
sistem yang baik secara langsung atau secara tidak langsung terlibat dalam
pengolahan entitas”. Kegiatan dimaksudkan juga dimana adanya aktifitas-
aktifitas yang dilakukan didalam sistem seperti pengolahan informasi yang
pada dasarnya terbagi atas aktivitas input, proses dan output. Misalnya
memotong bagian pada mesin atau memperbaiki sebuah peralatan. Aktifitas-
aktifitas biasanya menghabiskan waktu dan lebih sering melibatkan
penggunaan sumber daya Aktivitas biasanya diklasifikasikan menjadi tiga
yaitu:
3. Sumber Daya
Harrell, C., Ghosh, B. K., & Bowden, R (2004) didalam buku Simulation
Using Promodel, disini mengartikan sumber daya adalah “cara dimana kegiatan
yang dilakukan”. Sumber daya disini adalah suatu nilai dimiliki oleh suatu unsur
tertentu dalam kehidupan, tetapi sumber daya tidak selalu bersifat fisik tetapi
juga tidak berwujud. Contoh dari sumber daya adalah sebagai berikut:
2. Benda atau tidak bernyawa ( dokumen, mesin, mobil dan yang lainnya)
24
3. Tidak berwujud (panggilan, surat elektronik dan yang lainnya)
Sumber daya juga dapat diklasifikasikan menjadi sumber daya bersama. Selain
itu ada pula sumber daya yang kekal dan sumber daya yang dapat berubah baik
menjadi lebih besar maupun menjadi hilang. Lebih lanjutnya sumber daya juga
dibagi menjadi sumber daya yang dapat diperbaharui dan sumber daya yang
tidak dapat diperbaharui
4. Kontrol
1. Routing sequences
2. Perencanaan produksi
3. Jadwal kerja
4. Tingkat prioritas tugas-tugas
5. Kontrol perangkat lunak
6. Lembar instruksi (dokumen instruksi)
25
5. Kompleksitas Sistem
Elemen dari suatu sistem beroperasi dengan keterkaitan satu dengan yang
lainnya sehingga sering mengakibatkan sistem menjadi kompleks. Ada dua
faktor yang mengakibatkan sistem menjadi kompleks yaitu:
a. Saling ketergantungan
b. Berubah-ubah (variabilitas)
6. Variable Sistem
26
3. State variables (variabel status)
7. Model
8. Elemen Struktur
Sebagian besar objek model mewakili elemen struktural dari sebuah sistem
seperti mesin, orang, item yang bekerja dan lokasi kerja. untuk lebih jelasnya
berikut ini akan dijelaskan pengklasifikasian objek sederhana yang digunakan
oleh ProModel:
27
4. Jalur—merupakan alur pergerakan untuk entitas dan sumber daya pada
sistem.
9. Entitas
Entitas merupakan objek yang akan diproses dalam model simulasi yang
mewakili input dan output dari sistem. Entitas dalam sebuah sistem memiliki
karakteristik yang khusus seperti; kecepatan (speed), ukuran, kondisi dan
sebagainya. Entitas memiliki satu atau lebih routing yang berbeda dalam sistem.
Routing ini merupakan urutan kejadian yang dialami oleh entitas. Routing dibuat
berdasarkan kejadian atau kondisi objek yang sebenarnya. Pada routing terdapat
lokasi tujuan yang akan dituju oleh entitas.
10. Lokasi
Lokasi merupakan tempat atau area yang ada didalam sebuah sistem yang
akan dituju oleh entitas untuk diproses. Contoh lokasi adalah ruang perawatan,
workstation, check in point, antrian, kedatangan ataupun tempat penyimpanan.
Lokasi memiliki kapasitas, artinya sebuah lokasi memiliki jumlah maksimum
entitas yang dapat memasukinya. Lokasi juga memiliki input dan output khusus
seperti prioritas tertinggi dan First In First Out (FIFO). Dalam simulasi lokasi
dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh ProModel, seperti rata-rata
pelanggan dalam lokasi antrian atau rata-rata rak dalam penyimpanan. Selain itu
lokasi juga dapat digunakan untuk mengetahui waktu yang digunakan oleh
entitas pada setiap lokasi. Informasi yang dihasilkan oleh lokasi tersebut
biasanya berupa data-data statistik.
28
benda bernyawa (makhluk hidup) atau benda tidak bernyawa (alat atau mesin).
Salah satu perbedaan utama antara sumber daya dan entitas adalah bahwa entitas
memasuki sistem, memiliki urutan pengolahan atau pemrosesan sebelum
akhirnya keluar dari sistem. Sedangkan sumber daya tidak memiliki urutan
operasi dan menjadi salah satu faktor yang paling penting pada pemrosesan
entitas.
12. Jalur
29
5. Menjalankan model—jalankan model, menjalankan model bertujuan
untuk menguji model apakah model dapat berjalan atau tidak. Apabila
mengalami kesalahan periksa dan perbaiki kesalahan tersebut.
6. Menganalisis output model—analisis model dilakukan untuk
memperoleh imformasi-imformasi yang dibutuhkan sesuai dengan
tujuan penelitian.
30
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
31
produk atau bagian-bagian produk tertentu.
32
00
33
3.1.2 Gambar Produk Meja Belajar Lipat Multifungsi
34
3.2 Pengolahan Data
1. Membuat Operational Process Chart (OPC), dan Flow Process Chart (FPC)
35
Gambar III.3 Operational Process Chart (OPC)
36
Gambar III.4 Flow Process Chart (FPC
37
2. Membuat Multi Product Process Chart (MPPC)
38
4. Penentuan luas area yang dibutuhkan
39
Tabel III.2 Pentuan Luas Area
40
5. Membuat Area Relationship Diagram (ARD)
Activity Relationship Chart (ARC) / Peta aktivitas yang telah dibuat dan
Worksheet / lembar kerja kemudian digunakan sebagai dasar pembuatan activity
relationship diagram (ARD) yaitu untuk menentukan letak masing-masing aktivitas/
departemen. Peta aktivitas dan lembar kerja tersebut memudahkan untuk membuat
diagram keterkaitan aktivitas (ARD). Berdasarkan peta aktivitas dan lembar kerja,
maka diagram keterkaitan aktivitas (Activity Relationship Diagram) selengkapnya
pada gambar berikut ini :
Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan baik dari pembuatan
Activity Relationship Chart (ARC), penyusunan Worksheet, perhitungan luas
lantai produksi, pembuatan Activity Relationship Diagram (ARD) dan
pembuatan Diagram Hubungan Ruangan, maka diperoleh rancangan template
tata letak fasilitas pada gambar sebagai berikut :
41
Gambar III.8 Layout Plan Pabtrik CV. ARAH Furniture
42
Gambar III.10 Template Tata Letak Fasilitas 3D
43
Gambar III.11 Simulasi Promodel (Resource)
44
Gambar III.13 Simulasi Promodel (Location)
Gambar
45
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
46
peralatan tambahan yang perlu ada.
Pembuatan Activity Relationship Chart (ARC) dan perhitungan luas lantai
produksi akan dipakai sebagai dasar pembuatan Activity Relationship Diagram
(ARD) beserta luasan yang dibutuhkan. Pembuatan Activity Relationship Diagram
(ARD) akan memudahkan dalam pembuatan template layout.
47
4.2 Pola Aliran Material
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai tata letak fasilitas, maka
kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut.
1. Dalam mengoptimalkan luas ruangan, tata letak departemen dan kedekatan
antar departemen terdapat metode SLP atau Systematic Layout Planning yang
memiliki prosedur Operational Process Chart (OPC), Flow Process Chart
(FPC), Multi Product Process Chart (MPPC), Activity Relationship Chart
(ARC), Worksheet, Area Relationship Diagram (ARD), perhitungan luas area
dan Template layout
2. Hasil analisis yang didapatkan untuk total luas area CV. ARAH Furniture
adalah 24 m x 45 m (1080 m2) dengan pembagian area untuk 12 gedung
mulai dari gudang bahan baku, gudang produk jadi, area pemotongan, area
assembling, area painting, area quality check, kantor, toilet, lobby, locker,
dan mushola.
5.2 Saran
Terkait dengan penelitian tata letak fasilitas ini, terdapat beberapa saran yang
penulis dapat sampaikan yaitu sebagai berikut.
1. Saat merancang tata letak dari suatu pabrik, perlunya pemahaman real
mengenai tata letak pabrik yang asli yang akan membantu dalam melihat
masalah yang akan muncul untuk setiap penempatan departemen/areanya.
2. Pentingnya evaluasi berulang terhadap rancangan yang telah dibuat agar
rancangan yang dibuat benar - benar dapat diterapkan ke dalam industri
manufaktur.
49
BAB VIDAFTAR PUSTAKA
Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Barang. Edisi Tiga. Bandung:
Penerbit Institut Teknologi Bandung.
Eko, S. R., 2010. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi di CV. Dimas
Rotan Gatak Sukoharjo. Skripsi: Program Studi Teknik Industri Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.
Meyers, Fred E. dan Stephens, Mathhew P., 2005, Manufacturing Facilities Design
and Material Handling, 3rd ed, Prentice Hall, Inc., New Jersey.
Heizer, J. dan B. Render. 2006. Manajemen Operasi, Edisi Ketujuh. Salemba Empat,
Jakarta.
Susetyo, J. Simanjuntak, R.S. and Ramos, J.M. 2010. Perancangan Ulang Tata Letak
Fasilitas Produksi Dengan Pendekatan Group Technology dan Algoritma
blocplan Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling, Jurnal Teknologi, 3
: pp.75-83.
Tompkins, J.A., White, J.A., Bozer, Y.A., dan Tanchoco, J.M.A., 2003, Facilities
Planning, 3rd ed, Jhon Wiley & Sons, Inc., Kundli.
50