Anda di halaman 1dari 4

A.

TATALAKSANA PERLINDUNGAN TERHADAP BAYI DAN ANAK-ANAK


1. Ruang Perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan dan tidak boleh
ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang menjaga.
2. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila akan
dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan.
3. Perawat memasang pengamanan tempat tidur pasien.
4. Pemasangan CCTV di Ruang Perinatologi hanya kepada ibu kandung bayi bukan kepada
keluarga yang lain.

B. TATALAKSANA PERLINDUNGAN TERHADAP PASIEN YANG BERISIKO DISAKITI


Kategori yang berisiko disakiti : risiko penyiksaan, pasien dengan status narapidana,
korban dan tersangka tindak pidana, dan korban kekerasan dalam rumah tangga
1. Pasien ditempatkan di kamar perawatan sedekat mungkin dengan nurse station.
2. Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan mencatat identitas di nurse station,
berikut dengan penjaga maupun pengunjung pasien lain yang satu kamar perawatan dengan
pasien berisiko.
3. Perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan (satpam) untuk memantau lokasi
perawatan pasien, penjaga maupun pengunjung pasien.
4. Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan.

C. RISIKO TAMBAHAN SETELAH DILAKUKAN TINDAKAN ATAU RENCANA


ASUHAN

1. Pasien Risiko Jatuh


Untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya pasien jatuh dengan atau tanpa cedera, perlu
dilakukan pengkajian di awal maupun pengkajian ulang secara berkala mengenai risiko
pasien jatuh. Sehingga pengkajian risiko jatuh dilaksanakan sejak pasien mulai mendaftar
sampai pasien pulang. Ini tertuang di dalam panduan risiko jatuh

2. Cedera Neurologis Dan Pembuluh Darah Pasien Restrain


Restrain/ pengikatan fisik (dalam psikiatri) secara umum mengacu pada suatu bentuk
tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu
yang berperilaku diluar kendali. Sehingga berpotensi menimbulkan Cedera Neurologis dan
pembuluh darah sehingga perlu dilakukan
a. Periksa dan temukan, jika ada tanda-tanda penurunan sirkulasi atau ada gangguan
integritas jaringan.
b. Setelah ikatan pasien dibuka, lakukan gerak sendi untuk menghindari
pegal dan kaku
c. Observasi tanda pasien mengalami gangguan sensori seperti tidur yang terlalu lelap,
Halusinasi, Cemas, dan Panik.
 Lakukan cuci tangan setelah melakukan tindakan
 Lakukan pencatatan di Dokumentasi seperti :
a. Sebab dilakukan pemasangan restrain
b. Tindakan alternatif yang diberikan kepada pasien, sebelum pemasangan, saat
dipasang, dan saat dilepas.
c. Harus dicatat juga setiap shift yang berlaku (Hal yang dikaji tiap shift dan hasilnya)

3. Luka Dekubitus
Dekubitus adalah luka akibat tekanan di kulit karena posisi tubuh tidak berganti dalam
waktu yang lama luka dekubitus beresiko pada pasien yang dirwat lama sehingga
diperlukan identifikasi dan pencegahan yaitu dengan :

a. melakukan pengkajian risiko dekubitus terutama pada;


 Pasien dengan imobilisasi
 Pasien dengan keterbatasan aktivitas
 Pasien dengan status nutrisi buruk
 Kondisi kulit di bagian permukaan tulang yang menonjol
 Tingkat kesadaran pasien apatis – koma.
b. Perawat melakukan mobilisasi telentang, miring kanan dan kiri secara
bergantian setiap 2-4 jam dengan posisi miring kira-kira 30 derajat.
c. Perawat menyokong daerah lutut dan siku pasien dengan bantal atau busa
pada saat berbaring
d. Perawat mempertahankan posisi daerah kepala tidak terlalu tinggi yang dapat
menyebabkan terjadinya pergeseran

4. Infeksi terkait penggunaan ventilator pada pasien


Pasien yang mengalami penyakit kritis dan menggunakan ventilator mekanik di ICU
mempunyai peningkatan resiko untuk mengalami ventilator associated pneumonia
(VAP) yang merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di ICU, sehingga
perlu adanya upaya pencegahan, upaya” pencegahan tertulis di SPO ventilator.

5. Infeksi Vena Sentral


Infeksi adalah salah satu yang biasa terjadi dalam semua tindakan kateterisasi, karena
kateter dapat memudahkan bakteri memasuki aliran darah. Kateterisasi vena sentral
secara khusus dikaitkan dengan infeksi aliran darah yang disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Oleh sebab itu, standar tertentu
seperti kebersihan tangan, penutup seluruh-badan, dan penggunaan antiseptik, telah
diterapkan dan ditingkatkan lebih jauh lagi untuk mengurangi risiko ini.
6. infeksi melalui Pembuluh darah pada pasien dialisis
Hemodialisis membutuhkan akses pembuluh darah dengan menggunakan catheter
double lumen (CDL). Namun, penggunaan CDL dapat meningkatkan komplikasi seperti
terutama infeksi, baik infeksi lokal (exit-site) maupun sistem ik (infeksi aliran darah).
Maka diperlukan perawatan akses dialisis untuk m encegah infeksi pada pasien
dialis

Anda mungkin juga menyukai