Anda di halaman 1dari 3

Apakah kalian tahu bahwasanya ada cerita atau legenda dibalik sebuah taman wisata yang

ada dibukit tangkiling,Palangka Raya? Menurut cerita yang berkembang dipulau


Kalimantan,ada sebuah kampung didaratan yang  terletak di tepi sungai Sebangau.Disana
hiduplah seorang janda yang anaknya. Nama janda tersebut adalah Bawi Kuwu yang artinya
wanita cantik dan awet muda.Pada suatu hari,Sang anak sedang bermain brsama
temannya.Dia merasa lapar dan ingin dia pulang ke rumah nya untuk makan.Sesampainya
dirumahnya,dia melihat ibunya sedang memasak.Karena mencium aroma masakan ibunya
yang sedap,Si anak jadi tidak sabar ingin segera makan.Diapun merengek dan menangis pada
ibunya,

“Ibu aku lapar bu” ucap sang anak

“Ia sabar ya nak, sebentar lagi masak” balas sang ibu

Bawi kuwu mencoba untuk tidak menghiraukan rengekan dan tangisan anaknya tapi lama
kelamaan, kesabaran ibunya hilang.Dengan marah ibunya mengayunkan solet yang secara
tidak sengaja meghantam kepala sang anak sehingga mengalir darah segar dari kepala sang
anak.

“Heeh! Pergi kau dari rumah ini” sang ibu hilang kesabaran

Si anak pun keluar dari rumah,dia merasa ibu-nya sudah tidak sayang lagi sama diri-
nya.Melihat anaknya yang menangis, Bawi kuwu merasa menyesal dan mengejarnya tapi dia
kalah cepat.Bawi Kuwu pun mencari anaknya kesana kemari. Tapi dia tidak berhasil
menemukan anaknya juga.Diapun menyesali dirinya karena telah memukuli kepala anaknya.

    Si anak bersembunyi di atas kapal yang sedang singgah di dermaga.Kapal itu berasal dari
Cina.Si anak tidak tahu bahwa kapal itu sudah selesai bongkar muat di dermaga dan Sudah
terlambatlah baginya untuk kembali ke kampungnya saat kapal itu melepas jauh dan berlayar
kembali ke negeri Cina.Saat Kapten Kapal berkeliling memeriksa kapalnya, dia menemukan
si anak yang bersembunyi di balik suatu peti.

Kapten itu bertanya, “Hai anak kecil, dari mana kamu berasal, dan mengapa kau ada di
kapalku?”

Anak itu menjawab dengan gemetar ketakutan, “Saya melarikan diri dari rumah tuan…”

Kapten itu memandangnya dengan penuh selidik, “Mengapa kepalamu berdarah?”

Anak itu menjawab, “Karena dipukul oleh ibu saya, karena itu saya melarikan diri dari
rumah, saya merasa bahwa ibu saya tidak menginginkan saya lagi.”

Kapten itu kemudian berkata, “Baiklah, karena kau tidak mungkin kembali ke kampungmu,
maka ku ijinkan kau untuk ikut kapalku. Tapi, kau harus bekerja seperti anak buahku yang
lain.”
    Kemudian oleh Kapten kapal, anak itu dibawa menghadap Saudagar pemilik kapal itu.
Saudagar menyuruh supaya luka di kepala anak itu dirawat sampai sembuh. Dan oleh
Saudagar kapal, anak itu diberi nama Kilin. Kilin tumbuh menjadi seorang pemuda yang
tampan dan kuat. Selain pandai, dia juga rajin bekerja. Saudagar semakin sayang padanya,
karena dia tidak  mempunyai seorang anakpun, Kilin diperlakukan seperti anaknya
sendiri.Kilin di didik dengan berbagai ilmu. Setelah dewasa, Kilin pun dipercaya untuk
berlayar ke negara-negara tetangga untuk menjual dagangan mereka. Bersama Kapten kapal
yang menemukannya dulu, mereka berlayar dari negeri ke negeri. Dari pulau ke pulau dan
dari laut ke laut serta mengarungi samudera hingga sampailah mereka ke tempat kampung si
Kilin tadi berasal, di tepi sungai Sebangau.Saat mereka singgah ke kampung ini terlihatlah
oleh Kilin seorang wanita cantik yang membawa barang-barang hasil bumi untuk ditukarkan
pada dagangan yang dibawa kapal miliknya. Saat itu lah Kilin jatuh cinta pada wanita itu.

Segera Kilin menghampiri wanita itu dan bertanya,


   “Hai gadis cantik, siapakah namamu?”
     Wanita itu menjawab dengan malu-malu, “Bawi Kuwu, tuan.”
    Kilin yang terpesona dengan kecantikan wanita itu bertanya, “Maukah kau menjadi
istriku?”
    Awalnya Bawi Kuwu enggan menerima lamaran Kilin yang masih muda itu, karena dia
seorang janda. Tapi Kilin yang sedang dimabuk cinta, tidak peduli akan hal itu. Dia tetap
berkehendak untuk mengawini wanita cantik itu.Setelah menikah ia membawa Bawi Kuwu
ke kapalnya, pada saat itu kapal besar disebut dengan nama Banama oleh masyarakat Dayak
dan pemiliknya disebut Bandar.
    Sebelum berangkat tidur, Kilin merebahkan kepalanya di pangkuan Bawi Kuwu. Bawi
Kuwu mengelus-elus kepala suaminya dengan lembut.  Saat itulah dia menemukan bekas
luka di balik rambut suaminya.
Bawi Kuwu bertanya, “Suamiku, mengapa ada bekas luka di kepalamu?”
Kilin menjawab,  “Oh, luka itu aku dapat karena dipukul oleh ibuku dengan solet… karena
itu pula aku melarikan diri dari rumah, karena aku merasa ibuku sudah tidak mencintaiku
lagi! Untunglah aku bertemu dengan Saudagar Cina yang baik hati, yang mendidikku
sampai aku dewasa…”
Betapa terkejutnya Bawi Kuwu mendengar cerita suaminya itu… dengan wajah pucat dia
berkata, “Akulah ibumu yang memukulmu itu!”
  Kilin bangkit dengan marah, “Bohong! Mana mungkin ibuku masih muda dan cantik seperti
kamu? Ibuku pasti sudah tua dan keriput”
Bawi Kuwu menjawab, “Kecantikanku ini adalah anugerah dari Ranying Hatalla.”
Kilin menertawakan dan berkata, “Bila yang kau katakan itu benar, biarlah Ranying Hatalla
yang membuktikannya!
    Esoknya Kilin menggelar upacara dengan mendirikan Sangkaraya. Banyak orang
penduduk kampung itu yang diundang dalam upacara tersebut. Mereka beramai-ramai
menikmati hidangan makanan yang disediakan di sana.Di tengah upacara itu berlangsung,
tiba- tiba datanglah angin ribut yang hebat dan awan tebal sekali. Petir sambar menyambar,
bunyi guntur bergemuruh, langit gelap gulita. terjadilah hujan badai yang sangat hebat. Kilin
segera berlari ke kapalnya yang berlabuh di sungai Sebangau.Di tengah badai itu, kapal
(banama) yang dimiliki Kilin berubah menjadi batu besar yang bentuknya mirip seperti kapal,
yang kemudian dikenal dengan nama Batu Banama.
      Sangkaraya yang didirikan di tengah kampung berubah menjadi Bukit Tangkiling
Palangka Raya yang paling tinggi puncaknya, di sana terdapat Batu Kapit Dosa dengan Bawi
Kuwu yang terjebak hidup-hidup di dalam batu tersebut.
     Selanjutnya ada semacam upacara penghormatan atau ritual yang dilakukan dekat batu itu.
Fungsinya meminta pengampunan atas dosa yang telah dilakukan. Sesaji turut dihadirkan,
terhampar bermacam kue tradisional dan membakar kemenyan. Semua yang hadir dalam
upacara itu membaca doa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
    Menurut kepercayaan setempat, bila seseorang berbuat dosa, maka tidak akan bisa
melewati sela kedua batu itu. Bukit tangkiling berjarak kurang lebih 34 km dari kota
palangaka raya,kalimantan tengah.Bukit tangkiling mempunyai ketinggian kurang lebih 500
m. Sekarang ini Bukit Tangkiling Palangka Raya ini berada di tepi Sungai Rungan dan di
kaki bukit Tangkiling ada sebuah desa yang bernama Desa Tangkiling. Bukit Tangkiling kini
telah menjadi objek wisata  di Palangka Raya, Kalimantan Tengah.Konon peristiwa ini terjadi
pada masa dinasti Tang, maka lokasi peristiwa ini dinamai Tangkiling, penggabungan dari
kata Tang dan Kilin, yang penyebutannya berubah menjadi Tangkiling. Terlepas dari cerita
legenda Bukit Tangkiling Palangka Raya, pemandangan indah dengan panorama alam
menyajikan suatu obyek wisata yang asyik untuk di nikmati untuk menghabiskan hari liburan
diakhir pekan.

Anda mungkin juga menyukai