Anda di halaman 1dari 2

BAB I

IMAN KEPADA QADHA’ DAN TAQDIR

A. DEFINISI QADHA’ DAN TAQDIR/QADAR

1. Arti Qadha’

Qadha’ secara bahasa berarti hukum, keputusan, ketetapan, perintah.

Arti Qadha’ secara istilah adalah hukum Allah yang ditentukan untuk alam semesta,
yang terjadi sesuai dengan hubungan sebab dan akibat.

2. Arti Taqdir/Qadar

Taqdir/Qadar secara bahasa artinya adalah batasan, ukuran atau ketentuan.

Arti Taqdir/Qadar secara istilah adalah ketetapan Allah atas makhluk-Nya yang Ia
tetapkan sebelum penciptaan alam semesta, dan Ia tulis di Lauhul Mahfudz.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, Taqdir adalah rencana Allah,
sedangkan Qadha’ adalah pelaksanaan dari rencana Allah. Setiap qadha’ (kejadian) terjadi
berdasarkan Taqdir yang mendahuluinya.

B. BERIMAN KEPADA QODHO’ DAN TAQDIR

Beriman kepada Qadha’ Allah dan Qadar-Nya adalah rukun ke enam dari rukun iman.
Yaitu meyakini bahwa Allah sudah mencatat segala yang terjadi dan yang akan terjadi di
dalam Kitab Lauhul Mahfudz sebelum penciptaan alam semesta, tidak ada sesuatu pun yang
terjadi kecuali atas kehendak-Nya.

Semua yang telah ditaqdirkan oleh Allah adalah untuk hikmah, Allah tidak pernah
menciptakan kejelekan yang murni yang tidak melahirkan suatu kemaslahatan. Keburukan
dan kejelekan tidak dinisbatkan kepada Allah, akan tetapi ia termasuk rentetan makhluk-
Nya.

C. TINGKATAN BERIMAN KEPADA TAQDIR

Pertama : Mengimani ilmu Allah sangat luas dan tidak terbatas.

Penjelasan al-Qur’an dan Hadits tentang luasnya ilmu Allah


a. Ilmu Allah meliputi segala sesuatu (Q.S. Ath-Thalaq : 12)
b. Allah mengetahui perkara ghaib dan yang nyata (Q.S. al-Hasyr : 22)
c. Tidak ada yang tersembunyi dari Allah (Q.S. Saba’ : 3)
d. Allah Yang memiliki kunci-kunci perkara ghaib (Q.S. al-An’am : 59)
e. Allah mengetahui apa yang akan dikerjakan oleh makhluk-Nya ketika Allah
menciptakannya. (HR Muslim).
Kedua : Mengimani bahwa Allah telah mencatat Taqdir seluruh makhluk-Nya di Lauhul
Mahfudz.

a. Q.S. Al-Hadiid : 22

“Tidak ada sesuatu pun yang terjadi di bumi dan tidak pula yang menimpa
dirimu, melainkan telah ditulis dalam kitab Lauhul Mahfudz sebelum kami
menciptakannya ....”

b. Rasulullah bersabda

“Makhluk yang pertama kali diciptakan Allah adalah al-qalam (pena), kemudian
Dia berfirman kepadanya, “Tulislah !”. Pena itu berkata, “Apa yang hamba
tulis ?”, Dia berkata, “Maka diapun menulis apa yang ada dan apa yang bakal
ada sampai Hari Kiamat.” (HR Ahmad).

Ketiga : Mengimani masyi’ah (kehendak) Allah dan kekuasaannya yang menyeluruh. Apa
yang Dia kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak Dia kehendaki tidak akan
terjadi.

Keempat : Mengimani bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu.

‫َّرهُ َت ْق ِد ْي ًرا‬ ٍ
َ ‫َو َخلَ َق ُك َّل َش ْيء َف َقد‬
Dan Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu, dan menetapkan Taqdirnya
(ukuran-ukurannya) dengan serapi-rapinya. (Al-Furqon : 2).

Untuk mempermudah mengingat empat tingkatan tersebut, kita hafalkan :

al-Ilmu (ilmu),
al-Kitabah (Penulisan),
al-Masyi’ah (kehendak)
al-Khalq (penciptaan)

Anda mungkin juga menyukai