Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

ANALISIS CURAH HUJAN

Tujuan Pembelajaran Umum :

1. Mahasiswa mampu melengkapi data curah hujan yang kosong.


2. Mahasiswa mampu menghitung hujan rata-rata kawasan (average regional rainfll).
3. Mahasiswa mampu menganalisis frekuensi curah hujan dari berbagai periode
ulang.
4. Mahasiswa mampu menentukan intensitas hujan untuk lokasi tinjauan.

Tujuan Pembelajaran Khusus :


1. Mahasiswa mampu melengkapi data curah hujan di Pos pengamatan (point rainfall)
yang kosong pada periode pencatatan tertentu.
2. Mahasiswa mampu menghitung curah hujan rata-rata kawasan (average regional
rainfall).
3. Mahasiswa mampu menghitung curah hujan rencana (design rainfall) dari berbagai
periode ulang, untuk daerah tangkapan tertentu.
4. Mahasiswa mampu menerapkan IDF Jakarta sebagai acuan perhitungan IDF
daerah/lokasi tinjauan, sekaligus memilih persamaan intensitas yang cocok.

4.1 Pengisian Data Hujan yang Kosong


Stasiun hujan kadang-kadang tidak bekerja dengan baik, baik dari segi alat ataupun
petugas, sehingga data pencatatan sering tidak lengkap dan banyak data yang
kosong.
Untuk pengisian data curah hujan terpusat (point rainfall) dapat dilakukan dengan
menggunakan basis nilai pos-pos tetangganya. Beberapa metode yang dapat
digunakan, antara lain :

Hidrologi Rekayasa IV- 1


4.1.1 Metoda Arithmatik

dengan pengertian :
rx = Tinggi curah hujan Pos X ( yang dicari), (mm).
rA, rB, rC = Tinggi curah hujan tahunan di Pos A, B dan C, (mm).

4.1.2 Metoda Rasio Normal

dengan pengertian :
rx = Tinggi curah hujan Pos X ( yang dicari), (mm).
R = Tinggi curah hujan rata-rata tahunan di Pos X yang datanya kosong, (mm).
RA, RB, RC = Tinggi curah hujan rata-rata tahunan di Pos A, B dan C, (mm).
rA, rB, rC = Tinggi curah hujan tahunan di Pos A, B dan C, (mm).

4.1.3 Metode “Inversed Square Distance”

dengan :
rX = tinggi curah hujan yang dicari.
rA, rB, rC = tinggi curah hujan pada stasiun di sekitarnya.
dXA, dXB, dXC = jarak stasiun X terhadap masing-masing Pos A, B dan C.

4.2 Distribusi dan Intensitas Curah Hujan.


Untuk keperluan perekayasaan, yang diperlukan adalah distribusi cuarah hujan pada suatu
daerah. Distribusi ini dibedakan menjadi dua, yaitu distribusi terhadap waktu dan distribusi
terhadap wilayah.

Hidrologi Rekayasa IV- 2


4.2.1 Distribusi Terhadap Waktu.
Laju presipitasi (kederasan hujan) dalam suatu satuan waktu yang relatif pendek disebut
intensitas hujan ( I ), misalnya besarnya hujan dalam satu menit atau satu jam ( mm/menit
atau mm/jam). Intensitas curah hujan hanya dapat ditentukan (langsung) dari pencatatan
curah hujan otomatis.

Hasil pencatatan pengukur hujan otomatis berupa sebuah grafik (lengkung) penjumlahan
hujan kumulatif. Kemiringan lengkung di suatu titik adalah sebanding dengan intensitas hujan
pada saat itu. Sihingga dari grafik itu dapat ditentukan intensitas hujannya selama suatu
selang waktu tertentu yang dapat dipilih, misalnya setiap seperempat, setengah atau satu
jam, atau dapat juga dipilih titik-titik pada grafik yang menunjukkan saat perubahan intensitas
hujannya.

Misal suatu hasil pencatatan hujan menunjukkan bahwa hujan mulai pada pukul 6.12 dan
berakhir pada pukul 7.22, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1a. Batas-batas selang waktu
diambil pada titik-titik perubahan intensitas hujannya, yaitu pada pukul 6.28, 6.46, 7.03,
7.14, 7.18 dan 7.22. Dalam interval waktu dari pukul 6.12 s.d. 6.28, selama 16 menit
terdapat hujan sebesar 0,75 mm, maka intensitas hujan selama selang waktu itu adalah 2,81
mm/jam. Tabel berikut ini adalah penghitungan intensitas hujan untuk selang-selang waktu
yang bersangkutan

Gambar 4.1a – Hasil Pencatatan Hujan dengan APH

Gambar 4.1b – Hyetograph Hujan

Hidrologi Rekayasa IV- 3


Gambar 4.1c – Kurva Massa Hujan Hujan

Tabel 4.1 - Perhitungan Intensitas Curah Hujan .


Waktu Selang Waktu Hujan Selama Jumlah Hujan Intensitas Hujan
Waktu Kumulatif Selang Waktu Kumulatif Selama Selang Waktu
( jam ) (menit) ( mm ) ( mm ) ( mm/jam )
6.12
16 0,75 2,81
6.28 16 0,75
18 2,50 8,30
6.46 34 3,25
17 1,00 3,50
7.03 51 4,25
10 2,00 12,00
7.13 61 6,25
9 1,00 6,70
7.22 70 7,25

Hidrologi Rekayasa IV- 4


4.1.2 Distribusi Curah Hujan dalam Jangka Waktu Singkat

Hal yang penting dalam pembuatan rancangan dan rencana suatu bangunan air, adalah
distribusi curah hujan. Distribusi curah hujan adalah berbeda-beda sesuai dengan jangka
waktu yang ditinjau, yakni cura hujan tahunan (jumlah curah hujan dalam setahun), curah
hujan bulanan (jumlah curah hujan sebulan), curah hujan harian (jumlah curah hujan 24 jam),
curah hujan per jam dst. Harga-harga yang diperoleh ini dapat digunakan untuk menentukan
prospek dikemuadian hari dan akhirnya untuk perancangan sesuai dengan tujuan yang
dimaksud.

Untuk memperkirakan besaran banjir pada suatu ruas sungai yang disebabkan oleh hujan
tertentu di suatu daerah, diperlukan pengamatan hujan-hujan di daerah bersangkutan, untuk
mendapatkan pola hujan rata-rata.

Apabila tidak ada waktu atau tidak tersedianya alat-alat untuk melakukan pengamatan, maka
penentuan intensitas sering dilakukan dengan menggunakan rumus empiris yang menyatakan
hubungan antara intensitas hujan dan lama waktu hujan. Untuk hujan-hujan selama 5 menit
sampai 2 jam, dapat digunakan beberapa rumus berikut ini, terutama untuk perhitungan debit
banjir sungai dengan DAS yang kecil.

4.1.3 Intensitas Curah Hujan


Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut intensitas curah
hujan (mm/jam). Intensitas curah hujan rata-rata dalam t jam (I t), dinyatakan dengan rumus

sebagai berikut :

dimana : Rt = curah hujan selama t jam.

Besarnya intensitas curah hujan itu berbeda-beda yang disebabkan oleh lamanya curah hujan
atau frekwensi kejadiannya. Beberapa rumus intensitas curah hujan yang dihubungkan
dengan hal-hal ini, telah disusun sebagai rumus-rumus eksperimentil. Beberapa di antaranya
yang sering digunakan (di Jepang) adalah sebagai berikut :

1) (Rumus Talbot, 1881)

Hidrologi Rekayasa IV- 5


Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Talbot dalam tahun 1881 dan disebut jenis Talbot.
Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan di mana tetapan-tetapan a dan b
ditentukan dengan harga-harga yang diukur.

2) (Rumus Sherman, 1905)

Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Sherman dalam tahun 1905 dan disebut jenis
Sherman. Rumus ini mungkin cocok untuk jang waktu curah hujan yang lamanya lebih dari 2
jam.

3) (Rumus Ishiguro, 1953)

Rumus ini dikemukakan oleh Dr. Ishiguro dalam tahun 1953.

4) (Rumus Mononabe, .....)

Rumus ini disebut rumus Mononobe dan merupakan sebuah variasi dari rumus. Rumus
1) sampai 3) adalah rumus-rumus intensitas curah hujan untuk curah hujan jangka pendek.
Rumus 4) digunakan untuk menghitung intensitas curah hujan setiap waktu berdasarkan data
curah hujan harian.

Dalam persamaan (1) sampai dengan (4) :

I : intensitas curah hujan (mm/jam)

t : lamanya curah hujan (menit), atau unn=tuk 4) dalam (jam).

a, b, n, m : tetapan

R24 : curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm).

Kurva frekuensi intensitas – lamanya (frekuensi I-t) adalah diagram persamaan-


persamaan tersebut di atas dengan t sebagai absis dan I sebagai ordinat. Kurva ini digunakan
untuk perhitungan limpasan (run-off) dengan rumus rasional dan untuk perhitungan debit
puncak dengan menggunakan intensitas curah hujan yang sebanding dengan waktu
pengaliran curah hujan dari titik peling atas ke titik yang ditinjau di bagian hilir daerah

Hidrologi Rekayasa IV- 6


pengaliran itu (waktu tiba = arrival time). Kurva itu menunjukkanbesarnya kemungkinan
terjadinya intensitas curah hujan yang berlaku untuk lamanya curah hujan sembarangan,
(lihat contoh pada Gbr. ). Pada Gbr. .... dapat dilihat bahwa rumus-rumus intensitas curah
hujan mempunyai tetapa-tetapan yang berbeda, yang diperlukan rumus intensitas curah hujan
tersendiri sesuai dengan kemungkinan tahun kejadian yang diperhitungkan.

Umpamanya, dalam Gbr, jika diambil intensitas curah hujan yang lamanya 20 menit
dengan kemungkinan 20 tahunan, maka harus digunakan kurva:

Intensitas curah hujan I pada titik perpotongan dengan t = 20 menit adalah I = 89


mm/jam.

Gambar 4.2 Kurva IDF dari berbagai macam periode ulang, persamaan Ishiguro.

4.2.4 Persamaan Kuadrat Terkecil sebagai penunjang Penyelesaian

Hidrologi Rekayasa IV- 7


Perhitungan dengan cara kuadrat terkecil (least square): Cara ini adalah cara untuk
menentukan tetapan-tetapan a, b dan n dalam rumus-rumus 1), 2) dan 3) yang
dikemukakan dalam (1) berdasarkan cara kuadrat terkecil dengan menggunakan data
curah hujan. Cara perhitungan adalah sebagai berikut:

1) Pertama-tama diambil 8 jenis lamanya curah hujan t (menit), 5, 10, 20, 30, 40, 60,
80 dan 120 menit. Semua curah hujan yang bersangkutan dengan ke delapan hal
ini disusun bersama data curah hujan sebuah stasiun pengamatan.

2) Harga-harga tersebut di atas digunakan dalam perhitungan kemungkinan lebih


(excess probability) dengan cara Iwai dan lain-lain yang dikemukakan dalam 3.2.2.
Kemudian diadakan perhitungan intensitas curah hujan I (mm/jam) yang
bersangkutan dengan ke 8 harga t untuk setiap tahun kemungkinan (probable
year).

3) Dengan menggunakan ke 8 harga t dalam setiap tahun kemungkinan itu, maka


diadakan perhitungan tetapan-tetapan dengan cara kuadrat terkecil. Perhitungan
tetapan-tetapan untuk setiap rumus intensitas curah hujan adalah sebagai berikut :

[Jenis I]

[Jenis II]

[Jenis III]

Hidrologi Rekayasa IV- 8


di mana [ ] : Jumlah angka-angka dalam tiap suku

N : Banyaknya data

Cara ini membutuhkan perhitungan dan pekerjaan yang banyak seperti pembacaan dan
penyusunan data curah hujan untuk setiap t pada kertas-kertas pencatat curah hujan otomatis
sepanjang pengamatan yang lalu.

Contoh perhitungan :

Data curah hujan untuk setiap lamanya curah hujan t menit disusun dengan menggunakan
data curah hujan tahun-tahun yang telah lalu dari sebuah stasiun pengamatan. Kemudian
diadakan perhitungan kemungkinan lebih (perhitungan ini tidak dicantumkan di sini). Harga-
harga dalam tabel di bawah ini adalah harga-harga dengan kemungkinan 10 tahun. Dengan
harga-harga ini, maka dihitung harga-harga intensitas curah hujan sesuai dengan rumus. Dari
hasil-hasil ini dapat ditentukan rumus mana yang paling cocok.

Lamanya curah
5 10 20 30 40 60 80 120
hujan t (menit)

Intensitas curah
150,8 105,2 76,5 62,3 54,5 46,1 39,9 32
hujan I (mm/jam)

[Penyelesaian] :

Pertama-tama ditentukan harga setiap suku dari ketiga jenis rumus pada Tabel 4.2.
Perhitungan harga tetapan-tetapan itu adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 : Perhitungan tiga jenis rumus intensitas curah hujan.

Hidrologi Rekayasa IV- 9


[Jenis I] :

a = 17.183.0 × 51.252,699 – 954.420,7 × 567.3 / 8 × 51.252,69 – 567,3 × 567,3

≡ 3.847

b = 567,3 × 17.183.0 – 8 × 954.420,7 / 8 × 51.252,699 – 567,3 × 567,3

≡ 24

[Jenis II] :

log a = 14,38476 × 19,03625 – 20,56237 × 11,83959 / 8 19,03624 – 11,83959 ×


11,83959 = 2,50797

a = 102,50797

a ≡ 322

n = 14,38476 × 11,83959 – 8 × 20,56237 / 8 × 19,03625 × 11,83959 ×11,83959

≡ 0,48

[Jenis III] :

a = 2.762,39 × 51.252,699 – 194.058,88 × 567,3 / 8 × 51.252,699 – 567,3 × 567,3

≡ 357

Hidrologi Rekayasa IV- 10


b = 567,3 × 2.762,39 – 8 × 194.058,88 / 8 × 51.252,699 – 567,3 × 567,3

≡ 0,17

Harga-harga ini didistribusikan ke dalam rumus (4,8), (4,9) dan (4,10), sehingga rumus-
rumus intensitas curah hujan itu menjadi sebagai berikut :

I= = .......................................................(1)

I= = ..........................................................(2)

I= = .........................................................(3)

Selanjutnya harus dilakukan pemeriksaan mengenai rumus intensitas yang paling cocok
digunakan, yaitu yang paling mendekati data intensitas hujan di lapangan.

Harga-harga I dari rumus-rumus (1), (2) dan (3) yang didapat dengan menggantikan
harga-harga t dalam kolom 2) pada Tabel 4.3, tercantum dalam kolom pada tabel yang sama.
Dengan menelaah deviasi rata-rata M(|α| = ά dan Gambar 4.3, dapat ditentukan bahwa untuk
keadaan ini, Jenis II yakni I = a/tn memberikan hasil yang optimum sebagai rumus intensitas
curah hujan yang digunakan.

Tabel 4.3 Perhitungan deviasi rata-rata.

Hidrologi Rekayasa IV- 11


Gambar 4.3 Tiga jenis kurva intensitas curah hujan dan contoh pemeriksaan penerapannya.
4.3 Curah Hujan Wilayah

Hidrologi Rekayasa IV- 12


Dari beberapa stasiun hujan yang berpengaruh dan digunakan, harus ditentukan suatu harga
sebagai harga rata-rata kawasan yang mewakili suatu daerah pengaliran. Ada beberapa cara
untuk menentukan curah hujan rata-rata ini, antara lain ;

4.3.1 Cara Rata-Rata Arithmatik

Cara ini digunakan bila daerah pengaruh dan curah hujan rata-rata dari tiap stasiun hampir
sama atau bila stasiun hujannya memang terbatas. Besar curah hujan rata-rata dapat dihitung
sebagai berikut ;
n

R 1  R 2  ...................................... R n R
1
i

R 
n n
dimana R = curah hujan rata-rata kawasan.
: Ri = curah hujan pengamatan ke i.
n = jumlah pengamatan.

4.3.2 Cara Poligon Thiessen

Cara ini terutama dipakai bila daerah pengaruh dan besaran curah hujan rata-rata tiap stasiun
jauh berbeda. Cara perataannya adalah sebagai berikut :
Mula-mula posisi masing-masing stasiun diplot pada peta daerah pengaliran. Setiap stasiun
saling dihubungkan satu sama lain sehingga terbentuk suatu jaringan segitiga atau poligon.
Selanjutnya buat garis berat dari masing-masing sisi segitiga, sehingga saling bertemu pada
suatu titik. dengan demikian masing-masing stasiun hujan mempunyai daerah pengaruh
dengan luas tertentu. Selanjutnya curah hujan rata-rata kawasan dihitung sebagai berikut ;

dim
ana : R = Curah hujan rata-rata
Rn = Curah hujan stasiun ke n
An = Luas daerah pengaruh stasiun ke n

Hidrologi Rekayasa IV- 13


4.3.3 Cara Isohiet
Isohiet adalah garis yang menyatakan/menghubungkan titik-titik di atas permukaan bumi
yang mempunyai harga curah hujan yang sama besar (seperti garis tinggi pada peta
topografi). Berdasarkan data curah hujan yang tersebar pada masing-masing stasiun,
dibuatkan garis-garis isohiet debgan cara menginterpolasi harga-harga antar stasiun tersebut,
sehingga diperoleh suatu peta isohiet. Dari peta tersebut diambil curah hujan rata-rata antara
dua garis isohiet yang mempunyai daerah pengaruh seluas daerah yang terdapat di antara
dua garis isohiet bersangkutan. Selanjutnya curah hujan rata-rata dihitung dengan rumus ;

mana : R = Curah hujan rata-rata


Rn = Curah hujan rata-rata di antara dua garis isohiet.
An = Luas daerah pengaruh antara dua garis isohiet

Hidrologi Rekayasa IV- 14


4.4 Intensitas Durasi Frekuensi (IDF) Jakarta (Van Breen)
Apabila dalam analisis intensitas hujan pada suatu lokasi proyek tidak tersedia data tentang
tebal hujan berdurasi pendek, maka cara untuk mengatasinya adalah dengan mengacu pada
Intensitas Duration Frequency (IDF) Jakarta yang di kenalkan oleh Van Breen.

Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen yang dilakukan di Indonesia terutama Pulau Jawa,
beranggapan bahwa hujan harian terkonsentrasi selama 4 jam (duration uniform rainfall)
dengan jumlah ketebalan hujan sebesar 90% dari ketebalan hujan selama 24 jam.

Dalam bentuk persamaan intensitas hujan (rainfall intensity) untuk lokasi pengamatan
dinyatakan sebagai berikut :

I240 = = ...…………………………………… (5.11)

dimana:
I240 = intensitas hujan pada durasi 240 menit (mm/jam) di lokasi
pengamatan.
XT = tebal curah hujan maksimum harian (mm) dalam periode ulang T
tahun.
Intensitas–durasi hujan dimana Van Breen mengambil bentuk kurva IDF kota Jakarta
sebagai kurva dasar. Kurva dasar tersebut dapat memberikan kecenderungan bentuk
kurva IDF untuk daerah lain di Indonesia, dengan meperhitungkan perbedaan/selisih
(Iselisih = IIDF jakarta - IlDF lokasi ) atau dengan kata lain IDF-lokasi diperoleh dengan
melakukan vertical translation / menggeser ke arah vertikal kurva IDF jakarta sebesar
Iselisih .
Tabel 4.4 Hubungan intensitas-durasi hujan (IDF) untuk kota Jakarta.
Durasi Intensitas hujan (mm / jam) untuk periode ulang :

(menit) 2 tahun 5 tahun 10 tahun 15 tahun 20 tahun 25 tahun 50 tahun


5 126 148 154 163 172 180 191
10 114 126 138 144 150 156 168
20 102 114 123 127 131 135 144
40 76 87 96 99 102 105 114
60 61 72 81 85 88 91 100
120 36 45 51 53 56 58 63
240 21 27 30 32 34 35 40
Sumber: BUDP, Drainage Design for Bandung.

Hidrologi Rekayasa IV- 15


IDF Jakarta

200

175

150
Intens itas (m m /jam )

Tr = 2 tahun

125 Tr = 5 tahun
Tr = 10 tahun
100 Tr = 15 tahun
Tr = 20 tahun
75
Tr = 25 tahun
Tr = 50 tahun
50

25

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240
Durasi (menit)

Gambar 4.4 Kurva IDF Jakarta dari berbagai periode ulang.

Hidrologi Rekayasa IV- 16


Hidrologi Rekayasa IV- 16
4.5 Analisis Frekuensi Hujan
Untuk menentukan besaran debit banjir pada suatu periode ulang tertentu, diperlukan curah
hujan dengan periode ulang yang sesuai. Akan tetapi data curah hujan yang tersedia, biasanya
sangat terbatas, misalnya 20 th, 25 th, dst, sedangkan untuk pertencanaan suatu bangunan air
diperlukan debit dengan periode ulang sampai 100 tahun. Untuk mengatasi hal ini, maka
terhadap data curah hujan yang sangat terbatas tersebut dilakukan analisis frekuwensi, yaitu
memperkirakan besar curah hujan dengan periode ulang yang diinginkan berdasarkan frekuwensi
terjadinya hujan yang tercatat oleh data yang ada. Berikut ini dikemukakan beberapa cara untuk
melakukan analisis frekuwensi.

4.5.1 Metode Statistik


A. Cara Gumbel
Untuk ini diperlukan data tahunan dengan masa pengamatan minimum 10 tahun.

Rumus Gumbel adalah sebagai berikut :


Xt = Xa + k . Sx (1)
dimana : Xt = besaran yang diharapkan terjadi dalam t tahun.
t = periode ulang.
Xa = harga pengamatan rata-rata.
k = faktor frekuensi.
Sx = standar deviasi.

Harga k tergantung dari banyaknya data dan besarnya periode ulang yang dikehendaki, dengan
rumus

sehingga rumus Gumbel menjadi ;

dimana : Yt = reduced variate.


Yn = reduced mean.
Sn reduced standar deviasi.

Hidrologi Rekayasa IV- 17


Untuk ini Gumbel telah membuat tabel untuk harga-harga Y t, Yn dan Sn, Sedangkan Sx, dapat
dihitung dengan salah satu rumus statistik seperti berikut :

( 3a ).

atau ( 3b ).

dimana : Xi = harga besaran pada pengamatan tertentu.


n = banyaknya pengamatan.

B. Distribusi Pearson
X = x + k . x
Dimana :
X = besar suatu kejadian.
x = nilai rata-rata hitung dari X

x = simpangan baku dari niali-nilai x.


K = faktor sifat distribusi Pearson III (Tabel)

C. Distribusi Log Pearson III

4.4.2 Metode Empiris

Hidrologi Rekayasa IV- 18


A. Cara Weduwen.

(7)

dimana : Rn = curah hujan dengan periode ulang n tahun.


mn = koefisien perbandingan curah hujan dengan periode ulang n tahun ( R n )
dan curah hujan dengan periode ulang 70 tahun ( R70 ).
mp = koefisien perbandingan curah hujan dengan periode ulang p ( R p ) dan
curah hujan dengan periode ulang 70 tahun.
Rp = curah hujan maksimum absolut kedua, selama pengamatan p tahun,
atau bila tidak ada absolut kedua diambil Rp = 5/6 Mp.
Mp = curah hujan maksimum absolut pertama.

Harga-harga perbandingan mn dan mp diberikan oleh Weduwen, seperti pada Tabel 4.5 di
bawah ini.

Tabel 4.5 - Koefisien Perbandingan Weduwen.


n/p mn / m p n/p mn / m p n/p mn / m p

1/5 0,238 5 0,602 50 0,948


1/4 0,262 10 0,705 60 0,975
1/3 0,271 15 0,766 70 1,00
1/2 0,336 20 0,811 80 1,020
1 0,410 25 0,845 90 1,030
2 0,492 30 0,875 100 1,050
3 0,541 40 0,915 125 1,080
4 0,579

B. Cara Haspers.

Hidrologi Rekayasa IV- 19


Menurut Haspers, besar curah hujan untuk periode ulang, dirumuskan sebagai berikut ;

Rt = R + Sn . ut (8)

dimana : Rt = curah hujan dengan periode ulan t tahun.


R = curah hujan rata-rata.
Sn = simpangan baku
ut = standard variabel untuk periode ulang t tahun

Bila data curah hujan tidak kontinyu, maka simpangan baku dihitung dari data curah hujan
absolut maksimum, sebagai berikut ;

( 8a )

dimana : R1 = curah hujan absolut maksimum I


R2 = curah hujan maksimum II
R = curah hujan rata-rata.

u1 = standar variabel untuk periode ulang R1

u2 = standar variabel untuk periode ulang R2

m1, m2 = masing-masing peringkat dari R1 dan R2.

Haspers telah menyusun tabel hubungan antara periode ulang t dan standar variabel ( u ), seperti
disajikan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hubungan Antara t dan u ( Haspers ).

Hidrologi Rekayasa IV- 20


t u t u t u

1 - 1,86 50 2,75 220 4,24


2 - 0,22 55 2,86 240 4,33
3 0,17 60 2,93 260 4,42
4 0,39 65 3,00 280 4,50
5 0,55 70 3,08 300 4,57
6 0,73 75 3,15 350 4,77
7 0,88 80 3,21 400 4,88
8 1,01 85 3,27 450 5,01
9 1,17 90 3,33 500 5,13
10 1,26 95 3,78 600 5,33
11 1,35 100 3,43 700 5,51
12 1,43 110 3,53 800 5,56
13 1,50 120 3,62 900 5,80
14 1,57 130 3,70 1.000 5,29
15 1,63 140 3,77 5.000 7,90
20 1,89 150 3,84 10.000 8,83
25 2,10 160 3,91 50.000 11,08
30 2,27 170 3,97 80.000 12,32
35 2,41 180 4,03 500.000 13,74
40 2,54 190 4,09
45 2,65 200 4,14

4.5 Contoh Soal

4.6 Soal Latihan

Hidrologi Rekayasa IV- 21

Anda mungkin juga menyukai