BAB IV-Curah Hujan
BAB IV-Curah Hujan
dengan pengertian :
rx = Tinggi curah hujan Pos X ( yang dicari), (mm).
rA, rB, rC = Tinggi curah hujan tahunan di Pos A, B dan C, (mm).
dengan pengertian :
rx = Tinggi curah hujan Pos X ( yang dicari), (mm).
R = Tinggi curah hujan rata-rata tahunan di Pos X yang datanya kosong, (mm).
RA, RB, RC = Tinggi curah hujan rata-rata tahunan di Pos A, B dan C, (mm).
rA, rB, rC = Tinggi curah hujan tahunan di Pos A, B dan C, (mm).
dengan :
rX = tinggi curah hujan yang dicari.
rA, rB, rC = tinggi curah hujan pada stasiun di sekitarnya.
dXA, dXB, dXC = jarak stasiun X terhadap masing-masing Pos A, B dan C.
Hasil pencatatan pengukur hujan otomatis berupa sebuah grafik (lengkung) penjumlahan
hujan kumulatif. Kemiringan lengkung di suatu titik adalah sebanding dengan intensitas hujan
pada saat itu. Sihingga dari grafik itu dapat ditentukan intensitas hujannya selama suatu
selang waktu tertentu yang dapat dipilih, misalnya setiap seperempat, setengah atau satu
jam, atau dapat juga dipilih titik-titik pada grafik yang menunjukkan saat perubahan intensitas
hujannya.
Misal suatu hasil pencatatan hujan menunjukkan bahwa hujan mulai pada pukul 6.12 dan
berakhir pada pukul 7.22, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1a. Batas-batas selang waktu
diambil pada titik-titik perubahan intensitas hujannya, yaitu pada pukul 6.28, 6.46, 7.03,
7.14, 7.18 dan 7.22. Dalam interval waktu dari pukul 6.12 s.d. 6.28, selama 16 menit
terdapat hujan sebesar 0,75 mm, maka intensitas hujan selama selang waktu itu adalah 2,81
mm/jam. Tabel berikut ini adalah penghitungan intensitas hujan untuk selang-selang waktu
yang bersangkutan
Hal yang penting dalam pembuatan rancangan dan rencana suatu bangunan air, adalah
distribusi curah hujan. Distribusi curah hujan adalah berbeda-beda sesuai dengan jangka
waktu yang ditinjau, yakni cura hujan tahunan (jumlah curah hujan dalam setahun), curah
hujan bulanan (jumlah curah hujan sebulan), curah hujan harian (jumlah curah hujan 24 jam),
curah hujan per jam dst. Harga-harga yang diperoleh ini dapat digunakan untuk menentukan
prospek dikemuadian hari dan akhirnya untuk perancangan sesuai dengan tujuan yang
dimaksud.
Untuk memperkirakan besaran banjir pada suatu ruas sungai yang disebabkan oleh hujan
tertentu di suatu daerah, diperlukan pengamatan hujan-hujan di daerah bersangkutan, untuk
mendapatkan pola hujan rata-rata.
Apabila tidak ada waktu atau tidak tersedianya alat-alat untuk melakukan pengamatan, maka
penentuan intensitas sering dilakukan dengan menggunakan rumus empiris yang menyatakan
hubungan antara intensitas hujan dan lama waktu hujan. Untuk hujan-hujan selama 5 menit
sampai 2 jam, dapat digunakan beberapa rumus berikut ini, terutama untuk perhitungan debit
banjir sungai dengan DAS yang kecil.
sebagai berikut :
Besarnya intensitas curah hujan itu berbeda-beda yang disebabkan oleh lamanya curah hujan
atau frekwensi kejadiannya. Beberapa rumus intensitas curah hujan yang dihubungkan
dengan hal-hal ini, telah disusun sebagai rumus-rumus eksperimentil. Beberapa di antaranya
yang sering digunakan (di Jepang) adalah sebagai berikut :
Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Sherman dalam tahun 1905 dan disebut jenis
Sherman. Rumus ini mungkin cocok untuk jang waktu curah hujan yang lamanya lebih dari 2
jam.
Rumus ini disebut rumus Mononobe dan merupakan sebuah variasi dari rumus. Rumus
1) sampai 3) adalah rumus-rumus intensitas curah hujan untuk curah hujan jangka pendek.
Rumus 4) digunakan untuk menghitung intensitas curah hujan setiap waktu berdasarkan data
curah hujan harian.
a, b, n, m : tetapan
Umpamanya, dalam Gbr, jika diambil intensitas curah hujan yang lamanya 20 menit
dengan kemungkinan 20 tahunan, maka harus digunakan kurva:
Gambar 4.2 Kurva IDF dari berbagai macam periode ulang, persamaan Ishiguro.
1) Pertama-tama diambil 8 jenis lamanya curah hujan t (menit), 5, 10, 20, 30, 40, 60,
80 dan 120 menit. Semua curah hujan yang bersangkutan dengan ke delapan hal
ini disusun bersama data curah hujan sebuah stasiun pengamatan.
[Jenis I]
[Jenis II]
[Jenis III]
N : Banyaknya data
Cara ini membutuhkan perhitungan dan pekerjaan yang banyak seperti pembacaan dan
penyusunan data curah hujan untuk setiap t pada kertas-kertas pencatat curah hujan otomatis
sepanjang pengamatan yang lalu.
Contoh perhitungan :
Data curah hujan untuk setiap lamanya curah hujan t menit disusun dengan menggunakan
data curah hujan tahun-tahun yang telah lalu dari sebuah stasiun pengamatan. Kemudian
diadakan perhitungan kemungkinan lebih (perhitungan ini tidak dicantumkan di sini). Harga-
harga dalam tabel di bawah ini adalah harga-harga dengan kemungkinan 10 tahun. Dengan
harga-harga ini, maka dihitung harga-harga intensitas curah hujan sesuai dengan rumus. Dari
hasil-hasil ini dapat ditentukan rumus mana yang paling cocok.
Lamanya curah
5 10 20 30 40 60 80 120
hujan t (menit)
Intensitas curah
150,8 105,2 76,5 62,3 54,5 46,1 39,9 32
hujan I (mm/jam)
[Penyelesaian] :
Pertama-tama ditentukan harga setiap suku dari ketiga jenis rumus pada Tabel 4.2.
Perhitungan harga tetapan-tetapan itu adalah sebagai berikut :
≡ 3.847
≡ 24
[Jenis II] :
a = 102,50797
a ≡ 322
≡ 0,48
[Jenis III] :
≡ 357
≡ 0,17
Harga-harga ini didistribusikan ke dalam rumus (4,8), (4,9) dan (4,10), sehingga rumus-
rumus intensitas curah hujan itu menjadi sebagai berikut :
I= = .......................................................(1)
I= = ..........................................................(2)
I= = .........................................................(3)
Selanjutnya harus dilakukan pemeriksaan mengenai rumus intensitas yang paling cocok
digunakan, yaitu yang paling mendekati data intensitas hujan di lapangan.
Harga-harga I dari rumus-rumus (1), (2) dan (3) yang didapat dengan menggantikan
harga-harga t dalam kolom 2) pada Tabel 4.3, tercantum dalam kolom pada tabel yang sama.
Dengan menelaah deviasi rata-rata M(|α| = ά dan Gambar 4.3, dapat ditentukan bahwa untuk
keadaan ini, Jenis II yakni I = a/tn memberikan hasil yang optimum sebagai rumus intensitas
curah hujan yang digunakan.
Cara ini digunakan bila daerah pengaruh dan curah hujan rata-rata dari tiap stasiun hampir
sama atau bila stasiun hujannya memang terbatas. Besar curah hujan rata-rata dapat dihitung
sebagai berikut ;
n
R 1 R 2 ...................................... R n R
1
i
R
n n
dimana R = curah hujan rata-rata kawasan.
: Ri = curah hujan pengamatan ke i.
n = jumlah pengamatan.
Cara ini terutama dipakai bila daerah pengaruh dan besaran curah hujan rata-rata tiap stasiun
jauh berbeda. Cara perataannya adalah sebagai berikut :
Mula-mula posisi masing-masing stasiun diplot pada peta daerah pengaliran. Setiap stasiun
saling dihubungkan satu sama lain sehingga terbentuk suatu jaringan segitiga atau poligon.
Selanjutnya buat garis berat dari masing-masing sisi segitiga, sehingga saling bertemu pada
suatu titik. dengan demikian masing-masing stasiun hujan mempunyai daerah pengaruh
dengan luas tertentu. Selanjutnya curah hujan rata-rata kawasan dihitung sebagai berikut ;
dim
ana : R = Curah hujan rata-rata
Rn = Curah hujan stasiun ke n
An = Luas daerah pengaruh stasiun ke n
Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen yang dilakukan di Indonesia terutama Pulau Jawa,
beranggapan bahwa hujan harian terkonsentrasi selama 4 jam (duration uniform rainfall)
dengan jumlah ketebalan hujan sebesar 90% dari ketebalan hujan selama 24 jam.
Dalam bentuk persamaan intensitas hujan (rainfall intensity) untuk lokasi pengamatan
dinyatakan sebagai berikut :
dimana:
I240 = intensitas hujan pada durasi 240 menit (mm/jam) di lokasi
pengamatan.
XT = tebal curah hujan maksimum harian (mm) dalam periode ulang T
tahun.
Intensitas–durasi hujan dimana Van Breen mengambil bentuk kurva IDF kota Jakarta
sebagai kurva dasar. Kurva dasar tersebut dapat memberikan kecenderungan bentuk
kurva IDF untuk daerah lain di Indonesia, dengan meperhitungkan perbedaan/selisih
(Iselisih = IIDF jakarta - IlDF lokasi ) atau dengan kata lain IDF-lokasi diperoleh dengan
melakukan vertical translation / menggeser ke arah vertikal kurva IDF jakarta sebesar
Iselisih .
Tabel 4.4 Hubungan intensitas-durasi hujan (IDF) untuk kota Jakarta.
Durasi Intensitas hujan (mm / jam) untuk periode ulang :
200
175
150
Intens itas (m m /jam )
Tr = 2 tahun
125 Tr = 5 tahun
Tr = 10 tahun
100 Tr = 15 tahun
Tr = 20 tahun
75
Tr = 25 tahun
Tr = 50 tahun
50
25
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240
Durasi (menit)
Harga k tergantung dari banyaknya data dan besarnya periode ulang yang dikehendaki, dengan
rumus
( 3a ).
atau ( 3b ).
B. Distribusi Pearson
X = x + k . x
Dimana :
X = besar suatu kejadian.
x = nilai rata-rata hitung dari X
(7)
Harga-harga perbandingan mn dan mp diberikan oleh Weduwen, seperti pada Tabel 4.5 di
bawah ini.
B. Cara Haspers.
Rt = R + Sn . ut (8)
Bila data curah hujan tidak kontinyu, maka simpangan baku dihitung dari data curah hujan
absolut maksimum, sebagai berikut ;
( 8a )
Haspers telah menyusun tabel hubungan antara periode ulang t dan standar variabel ( u ), seperti
disajikan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hubungan Antara t dan u ( Haspers ).