Anda di halaman 1dari 4

Carilah definisi/pengertian dari

1. Konduktivitas termal
Konduktivitas termal adalah sifat bahan tertentu yang mampu mentransmisikan panas.
Konduktivitas termal memungkinkan lewatnya energi kinetik dari molekulnya ke zat lain
yang berdekatan. Ini merupakan kuantitas intensif, berbanding terbalik dengan resistivitas
termal (yang merupakan resistensi bahan tertentu terhadap transmisi panas oleh
molekulnya).
Konduktivitas termal bahan dihitung dari koefisien (disebut sebagai λ) dan berbeda
tergantung pada sifat molekulnya. Perhitungan ini dibuat berdasarkan rumus berikut:
λ = q / grad. T
Keterangan :
q : fluks panas per satuan waktu dan luas
grad.T : adalah gradien suhu.

Semakin tinggi konduktivitas termal suatu material, semakin baik konduktor panasnya,
dan semakin rendah konduktivitasnya, semakin banyak bahan yang diisolasi. Temperatur,
konveksi, konduktivitas listrik, dan perubahan fasa material semuanya mempengaruhi
hasil koefisien konduktivitas termal.

2. Koefisien konveksi
Besarnya koefisien konveksi termal (h) dari suatu fluida bergantung pada bentuk dan
kedudukan geometric permukaan-permukaan bidang aliran serta bergantung pada sifat
fluida perantaranya. Koefisien konveksi merupakan parameter yang diperoleh
berdasarkan experimen yang nilainya bergantung pada semua variable yang
mempengaruhi proses konveksi seperti geometri permukaan, sifat aliran fluida, properti
fluida dan kecepatan fluida.
Bila ada fluida yang bergerak terhadap suatu permukaan, dan kedua suhunya tidak sama,
maka akan terjadi mekanisme perpindahan panas secara konveksi. Semakin cepat
gerakan fluida tersebut, maka semakin besar laju perpindahan panas konveksinya. Bila
fluida tidak bergerak, maka mekanisme perpindahan panas akan menjadi mekanisme
perpindahan konduksi kembali.

Laju perpindahan panas konveksi dirumuskan melalui hukum pendinginan Newton


(Newton’s Law of Cooling) yang dinyatakan dengan:

Keterangan :
h  : koefisien konveksi [W/(m2.K)]
A  : luas permukaan konveksi
Ts  : suhu permukaan sementara 
Tf       : suhu fluida
3. Kalor spesifik Cp, rho (densitas)
Kalor spesifik adalah energi yang diperlukan untuk menaikan temperatur suhu satuan
massa sebesar satu derajat. Kalor spesifik adalah kapasitas kalo per satuan massa.
Sedangkan kalor spesifik Cp merupakan kalor spesifik pada tekanan yang konstan atau
tetap.

Densitas atau Massa Jenis merupakan pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (Kg/m3, Kg·m−3).
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang
berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa
jenis yang sama.
Rumus untuk menentukan massa jenis adalah

Keterangan :
ρ  = massa jenis (kg/m3)
m  = massa
V  = volume

4. Volume spesifik
Volume spesifik merupakan jumlah meter kubik yang ditempati oleh satu kilogram
materi. Bisa disebut sebagai rasio volume substansi terhadap massanya. Volume spesifik
adalah kebalikan dari kerapatan dan juga merupakan sifat intrinsik dari suatu materi. Unit
standar volume spesifik adalah meter kubik per kilogram (m3/kg)

Keterangan :
ρ  = massa jenis (kg/m3)
m  = massa
V  = volume

5. Emisivitas (epsilon), tho


Emisivitas adalah rasio energi yang diradiasikan oleh material tertentu dengan energi
yang diradiasikan oleh benda hitam (black body) pada temperatur yang sama. Merupakan
ukuran dari kemampuan suatu benda untuk meradiasikan energi yang diserapnya.
Emisivitas bergantung pada faktor diantaranya temperatur, sudut elevasi emisi, dan
panjang gelombang radiasi. Benda hitam sempurna memiliki emisivitas sama dengan 1
(ε=1) sementara objek sesungguhnya memiliki emisivitas kurang dari satu. Emisivitas
adalah satuan yang tidak berdimensi.
Pada umumnya, semakin kasar dan hitam benda tersebut, emisivitas meningkat
mendekati 1. Semakin reflektif suatu benda, maka benda tersebut memiliki emisivitas
mendekati 0.
E
ε=
Eb

6. Difusivitas termal
Difusivitas termal adalah konduktivitas termal dibagi dengan massa jenis dan panas
jenis pada tekanan yang konstan. Difusivitas termal mengukur kemampuan material
untuk mengonduksi energi panas relatif terhadap kemampuannya untuk menyimpan
energi panas. Difusivitas termal memakai lambang α. Satuan SI yang digunakan adalah
m²/s. Difusivitas termal dirumuskan dengan:

Keterangan :
k
  = konduktivitas termal (W/(m·K)
ρ = densitas (kg/m³)

Cp = kalor jenis (J/(kg·K)


ρCp =
dapat disebut sebagai kapasitas panas volumetrik (J/(m³·K)

7. Viskositas
Viskositas adalah ukuran kekentalan suatu fluida yang menunjukkan besar kecilnya
gesekan internal fluida. Pengertian viskositas mengacu pada besaran yang menunjukan
kekentalan atau hambatan dari suatu fluida untuk mengalir. Sebuah cairan dengan
viskositas rendah dikatakan “tipis”, sementara cairan viskositas tinggi dikatakan “tebal”.
Hal ini lebih mudah untuk bergerak melalui cairan viskositas rendah (seperti air) dari
cairan viskositas tinggi (seperti madu). Jika digambarkan, semakin rendah viskositas
suatu fluida, maka semakin besar juga pergerakan dari fluida tersebut.
- Viskositas dinamik atau dinamis adalah gaya tangensial per satuan luas yang
dibutuhkan untuk bisa memindahkan suatu bidang horisontal ke sebuah bidang
lainnya.
dc
T =μ( )
dy
Keterangan:
T = Tegangan geser (N/m2)
µ = viskositas dinamis (Ns/m2)
dc = satuan kecepatan (m/s)
dy = satuan jarak antara (m)

- Viskositas kinematis adalah suatu rasio antara viskositas absolut untuk kepadatan
(densitas) dengan jumlah dimana tidak ada kekuatan yang terlibat. Viskositas
kinematic dihitung dengan membagi visositas absolut cairan dengan densitas massa
cairan.
v=μ/ ρ
Keterangan :
v = viskositas kinematik (m2/s)
µ = viskositas absolut/ dinamis (Ns/m2)
ρ = densitas (kg/m3)

8. Radiositas
Radiositas (J) merupakan panas radiasi totl yang meninggalkan suatu permukaan sebuah
benda per satuan waktu per satuan luas. Radiositas adalah jumlah energi yang
dipancarkan (emisi) dan energi yang dipantulkan (refleksi) apabila tidak ada energi yang
diteruskan (transmisi, T=0)
α + ρ=1
ρ=1−α
ρ=1−ε
Sehingga
J=εEb+ ρG
J=εEb+ ( 1−ε ) G
J−εEb
G=
1−ε

Anda mungkin juga menyukai